gubernur sumatera barat peraturan daerah …
TRANSCRIPT
GUBERNUR SUMATERA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
NOMOR 14 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA BARAT,
Menimbang : a. bahwa pembangunan kepariwisataan daerah
merupakan bagian integral dari kepariwisataan
nasional yang diselenggarakan secara sistematis,
terpadu, berkelanjutan, bertanggungjawab dengan
memperhatikan nilai agama, budaya dan kearifan
lokal yang termaktub dalam filosofi Adat Basandi
Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Daerah;
b. bahwa perkembangan pembangunan
kepariwisataan daerah telah mengakibatkan
perubahan dan penambahan isu strategis
kepariwisataan daerah sehingga diperlukan
perubahan dan penyesuaian pada Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera
Barat;
c. bahwa Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014
tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2014 -2025 sudah tidak sesuai lagi dengan
- 2 -
perkembangan hukum sehingga perlu dilakukan
perubahan dalam rangka menjamin kepastian
hukum penyelenggaraan pembangunan
kepariwisataan di Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2014 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2014-2025;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
: 2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19
Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan
Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1646);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5066);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
- 3 -
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5262);
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Pengembangan Taman Bumi (Geopark);
8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun
2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Induk Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/
Kota;
9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor
7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2005-2025 ( Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008
Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Sumatera Barat Nomor 27);
10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor
13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012-
2032 ( Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat
- 4 -
Tahun 2012 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 79);
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor
6 Tahun 2014 tentang Penguatan Lembaga Adat
dan Pelestarian Nilai Budaya Minangkabau
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun
2014 Nomor 6);
12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor
6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2016–2021 (Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Nomor 6, Tambahan Lembaran Dearah Provinsi
Sumatera Barat Nomor 126 ), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016–2021
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2018 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 144);
13. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor
2 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sumatera
Barat (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 145);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA BARAT
dan
GUBERNUR SUMATERA BARAT
- 5 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2014-2025.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2025 (Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Nomor 94)
diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 diantara angka 2 dan angka 3 disisipkan 1 (satu)
angka yakni angka 2a, diantara angka 5 dan angka 6 disisipkan 5
(lima) angka yakni angka 5a, 5b, 5c, 5d, 5e, angka 6, angka 7, angka 8
dihapus, diantara angka 23 dan angka 24 disisipkan 5 (lima) angka
yaitu angka 23a, 23b, 23c, 23d, 23e, angka 25 dihapus, sehingga
Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
2a Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
3. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin
- 6 -
yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
4. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi yang
selanjutnya disebut dengan RIPKP adalah dokumen
perencanaan pembangunan Kepariwisataan Provinsi untuk
periode 12 (dua belas) tahun terhitung sejak tahun 2014 sampai
dengan tahun 2025.
5. Perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera
Barat adalah hasil perwilayahan pembangunan kepariwisataan
yang didasarkan atas analisa kualitas destinasi beserta daya
dukungnya yang terbagi atas lima perwilayahan kepariwisataan.
5a Pusat Pelayanan Primer adalah pintu gerbang masuk wisatawan,
pusat penyediaan fasilitas pariwisata dan pusat penyebaran
pariwisata ke kabupaten kota .
5b Pusat Pelayanan Sekunder adalah pusat pertumbuhan
pariwisata di wilayah tertentu atau pusat kegiatan wilayah dari
provinsi.
5c Destinasi Pariwisata Provinsi yang selanjutnya disingkat DPP
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administrasi yang terdiri dari kawasan strategis
pariwisata dan kawasan potensi pengembangan pariwisata yang
telah berkembang ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatifnya,
menjadi pemicu tujuan perjalanan wisatawan mancanegara dan
domestik, karena tema pengembangan pariwisatanya.
5d Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi yang selanjutnya
disingkat KSPP adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau
lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan
hidup, serta pertahanan dan keamanan provinsi .
5e Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi yang selanjutnya
disingkat KPPP adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup
luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen
- 7 -
kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk
pariwisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai
komponen pencitraan kawasan tersebut.
6. Dihapus.
7. Dihapus
8. Dihapus.
9. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi
pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
10. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, lingkungan dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
11. Kawasan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat adalah kawasan
pariwisata yang merupakan keterpaduan sistemik antar
kawasan pembangunan pariwisata dalam skala provinsi
Sumatera Barat.
12. Infrastruktur Pariwisata adalah semua fasilitas yang
memungkinkan proses dan kegiatan kepariwisataan dapat
berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan wisatawan memenuhi kebutuhannya.
13. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan
kepariwisataan.
14. Pemasaran adalah serangkaian proses mengkomunikasikan
daya tarik wisata dan mengelola jejaring dengan pemangku
kepentingan untuk pengembangan kepariwisataan.
- 8 -
15. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata.
16. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata.
17. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi
pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat,
sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional,
yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan
ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.
18. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat
SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaanya terkait
secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan
kepariwisataan.
19. Prasarana Umum Kepariwisataan adalah kelengkapan dasar
fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan
suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
20. Fasilitas Umum Kepariwisataan adalah sarana pelayanan dasar
fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum dalam melakukan aktifitas kepariwisataan.
21. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara
khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke destinasi pariwisata.
22. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah
asal wisatawan ke destinasi Pariwisata maupun pergerakan di
dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan kelancaran dan
motivasi kunjungan wisata.
- 9 -
23. Standardisasi Kepariwisataan adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang
dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua
pihak guna menjamin kualitas dan kredibilitas usaha di bidang
kepariwisataan.
23a Pariwisata Halal adalah pariwisata dengan konsep destinasi
ramah muslim (moslem friendly destination) yang mendukung
ketersediaan produk dan jasa wisata bagi wisatawan muslim.
23b Taman Bumi (Geopark) adalah sebuah wilayah geografi tunggal
atau gabungan, yang memiliki situs warisan geologi (geosite )
dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek warisan geologi
(geoheritage), keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati
(biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity), serta
dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi dan pembangunan
perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan
keterlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah,
sehingga dapat dipergunakan untuk menumbuhkan
pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan
lingkungan sekitarnya.
23c Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu
karya yang lahir dari kreativitas manusia, berbasis ilmu
pengetahuan, warisan budaya, teknologi, dan/atau hak
kekayaan intelektual.
23d Pengalaman Wisatawan (Tourist Experience) adalah merupakan
perasaan senang dan gembira, pembelajaran, serta pengalaman
emosional yang akan menjadi memori wisatawan saat berwisata
di destinasi melalui atraksi dan atmosfir destinasi.
23e Pariwisata Berbasis Digital (Digital Tourism) merupakan sistem
atau perangkat berbasis data, informasi dan teknologi untuk
mendukung pengembangan industri pariwisata dan ekonomi
kreatif dalam memperkuat ekosistem pengalaman wisatawan
dan peningkatan jumlah kunjungan.
24. Kompetensi adalah kemampuan yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
- 10 -
dikuasai oleh pelaku pariwisata untuk mengembangkan
profesionalitas kerja.
25. Dihapus.
26. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Barat.
27. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat.
28. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
2. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 2 disisipkan 2 (dua) ayat, yakni
ayat (1a) dan ayat (1b), ayat (4) dan ayat (6) huruf c diubah, sehingga
Pasal 2 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Pembangunan Kepariwisataan Provinsi tahun 2014 – 2025,
meliputi :
a. pembangunan Destinasi Pariwisata;
b. pembangunan Pemasaran Pariwisata;
c. pembangunan Industri Pariwisata; dan
d. pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan.
(1a) Isu strategis Pembangunan Kepariwisataan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pariwisata Halal;
b. Taman Bumi (Geopark);
c. Pariwisata Berbasis Digital (Digital Tourism) dan Ekonomi
Kreatif; dan
d. Penguatan Pengalaman Wisatawan (Tourist Experiences)
melalui atraksi dan desain ruang (Atmosfir ) Destinasi.
(1b) Isu strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) yang
didasarkan pada Prinsip Pembangunan Kepariwisataan
meliputi:
a. Pariwisata berkelanjutan;
b. Pariwisata berbasis mitigasi bencana; dan
c. Pariwisata berbasis norma agama dan budaya.
(2) Pembangunan Kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud
- 11 -
pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan RIPKP.
(3) RIPKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat:
a. Visi
b. Misi
c. Tujuan
d. Sasaran; dan
e Arah pembangunan kepariwisataan daerah tahun 2014 - 2025
(4) Visi Pembangunan Pariwisata Provinsi yaitu terwujudnya
Sumatera Barat sebagai destinasi utama Pariwisata berkelas
dunia yang berbasis agama dan budaya yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan
rakyat.
(5) Dalam mewujudkan visi pembangunan Kepariwisataan Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, misi
pembangunan Kepariwisataan Provinsi meliputi:
a. mengembangkan Destinasi Pariwisata yang berbasis agama
dan budaya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
b. mengembangkan Pemasaran Pariwisata secara selektif,
fokus, sinergis, efektif dan efisien berdasarkan keunggulan
kompetitif dan komparatif produk wisata;
c. mengembangkan Industri Pariwisata yang profesional dan
berdaya saing, mampu menggerakkan kemitraan usaha yang
berwawasan lingkungan; dan
d. mengembangkan Kelembagaan Kepariwisataan dengan pola
kemitraan, kualitas manajemen, regulasi yang efektif dan
efisien dalam mewujudkan Kepariwisataan yang
berkelanjutan.
(6) Tujuan pembangunan Kepariwisataan Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, meliputi:
a. mewujudkan Destinasi Pariwisata yang bersih, aman, nyaman
dan bebas maksiat sehingga mampu memenuhi kebutuhan
ibadah wisatawan dan menggerakkan perekonomian;
b. mewujudkan optimalisasi dan ekstensifikasi pasar potensial
- 12 -
Pariwisata melalui strategi pemasaran bersama;
c. mewujudkan Industri Pariwisata sebagai penggerak utama
kegiatan Kepariwisataan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Provinsi; dan
d. mengembangkan kelembagaan yang profesional dalam
mewujudkan usaha Kepariwisataan yang berkelanjutan.
(7) Sasaran pembangunan Kepariwisataan Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d, meliputi:
a. terwujudnya Destinasi Pariwisata sebagai penggerak
perekonomian;
b. terwujudnya optimalisasi dan ektensifikasi pasar sebagai
dampak strategi pemasaran bersama;
c. meningkatnya peran industri Pariwisata dalam memajukan
perekonomian daerah; dan
d. meningkatnya produktifitas usaha Kepariwisataan yang
berkelanjutan berbasis profesionalitas kelembagaan.
(8) Pembangunan Kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e diarahkan pada :
a. Destinasi Pariwisata yang berbasis agama, budaya dan
lingkungan;
b. strategi pemasaran bersama guna pemantapan pencitraan
Kepariwisataan;
c. Industri Pariwisata yang berorientasi pada peningkatan
pertumbuhan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan
serta pelestarian lingkungan; dan
d. Kelembagaan Kepariwisataan yang mendorong sinergisitas
sektor pemerintahan, swasta dan masyarakat.
3. Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 8
(1) Perwilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi:
a. pusat pelayanan primer dan sekunder pariwisata;
b. DPP;
c. KSPP; dan
- 13 -
d. KPPP.
(2) Peta Perwilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
4. Diantara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 1 ( satu ) Pasal, yakni Pasal 8A
sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 8A:
(1) Pusat pelayanan primer Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf a adalah Kota Padang.
(2) Pusat pelayanan sekunder Pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat(1) huruf a adalah Bukittinggi, Batusangkar
dan Sawahlunto.
5. Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut
Pasal 9
(1) DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b ditetapkan
dengan kriteria:
a. Kawasan dengan cakupan wilayah kabupaten/kota dan/atau
lintas kabupaten/kota yang didalamnya terdapat kawasan-
kawasan pengembangan pariwisata provinsi, yang diantaranya
merupakan KSPP;
b. Memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan dikenal
secara luas serta membentuk jejaring produk pariwisata dalam
bentuk paket perjalanan wisata dan pola kunjungan wisatawan
;
c. memiliki jaringan transportasi sebagai elemen pengikat,
aksesibilitas, infrastruktur dan akomodasi yang mendukung
pergerakan Wisatawan dan kegiatan Kepariwisataan; dan
d. memiliki tema produk Pariwisata yang melekat kuat sebagai
komponen pencitraan kawasan Pariwisata yang mendorong
kunjungan Wisatawan nusantara dan mancanegara.
(2) Perwilayahan pembangunan DPP sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari :
- 14 -
a. DPP Padang dan sekitarnya mencakup wilayah Kota Padang,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman dan
Kota Pariaman dengan tema utama kawasan pengembangan
destinasi pantai dan pulau (Marine Tourism);
b. DPP Bukittinggi dan sekitarnya yang mencakup wilayah Kota
Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota,
Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat dan Kota
Payakumbuh dengan tema utama sebagai kawasan
pengembangan Taman Bumi (Geopark);
c. DPP Tanah Datar dan sekitarnya yang mencakup wilayah
Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten
Solok, Kota Solok dan Kabupaten Solok Selatan dengan tema
utama sebagai kawasan pengembangan minangkabau tempo
dulu (Ancient Minangkabau Tourism);
d. DPP Sawahlunto dan sekitarnya yang mencakup wilayah Kota
Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten
Dharmasraya dengan tema utama sebagai kawasan
pengembangan wisata warisan budaya tambang batu bara
(Coal Mining Heritage Tourism);
e. DPP Kepulauan Mentawai dan sekitarnya yang mencakup
wilayah Sipora, Siberut, Pagai Utara dan Pagai Selatan dengan
tema utama sebagai kawasan pengembangan destinasi
selancar dan ombak (Whitesand Tourism);
6. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10
(1) KSPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c ditetapkan
dengan kriteria:
a. kawasan dengan cakupan wilayah kabupaten/kota dan/atau
lintas kabupaten/kota yang memiliki fungsi utama pariwisata
provinsi atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata.
b. mempunyai nilai strategis dan pengaruh penting dari beberapa
aspek seperti pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan
sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup serta
pertahanan dan kemanan provinsi.
(2) KSPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
- 15 -
a. KSPP Mandeh dan sekitarnya;
b. KSPP Bukittinggi dan sekitarnya;
c. KSPP Maninjau dan sekitarnya;
d. KSPP Singkarak dan sekitarnya;
e. KSPP Danau Kembar dan sekitarnya;
f. KSPP Siberut dan sekitarnya; dan
g. KSPP Sawahlunto dan sekitarnya.
7. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 11
(1) KPPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d ditetapkan
dengan kriteria:
a. ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai
suatu kawasan dengan komponen kepariwisataannya;
b. memiliki karakter atau tema produk pariwisata tertentu yang
dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan
kawasan tersebut;
c. memiliki wisata unggulan dan pendukung;
d. memiliki target Wisatawan yang jelas; dan/atau
e. memiliki sistem keterkaitan Pariwisata dengan kawasan
Pariwisata di sekitarnya.
(2) KPPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Kawasan pariwisata bahari dan budaya Pantai Padang- Kota
Tua dan sekitarnya ;
b. Kawasan pariwisata bahari Bungus – Mandeh – Carocok Painan
dan sekitarnya ;
c. Kawasan pariwisata bahari Pantai Gandoriah - Tiram dan
sekitarnya;
d. Kawasan geowisata Ngarai Sianok – Maninjau – Tarusan
Kamang dan sekitarnya ;
e. Kawasan geowisata dan budaya Silokek, - Kampung Padang
Ranah – Candi Padang Roco dan sekitarnya;
f. Kawasan geowisata Harau-Kelok Sembilan- Ngalau Indah dan
sekitarnya;
g. Kawasan geowisata dan budaya Pantai Sasak – Talamau dan
sekitarnya ;
- 16 -
h. Kawasan geowisata dan budaya Saribu Rumah Gadang – Goa
Batu Kapal-TNKS dan sekitarnya;
i. Kawasan ekowisata Malibo Anai – Nyarai dan sekitarnya;
j. Kawasan heritage Istano Basa Pagaruyuang- Nagari Tuo
Pariangan – PDIKM dan sekitarnya ;
k. Kawasan pariwisata alam dan geowisata Singkarak - Pulau
Belibis – Danau Kembar dan sekitarnya;
l. Kawasan pariwisata alam dan sains Taman Equator - Rimbo
Panti dan sekitarnya ;
m. Kawasan Gastrowisata Payakumbuh dan sekitarnya; dan
n. Kawasan Warisan Budaya Dunia Tambang Batubara Ombilin
Sawahlunto dan sekitarnya.
8. Ketentuan Pasal 12 dihapus.
9. Ketentuan Pasal 13 dihapus.
10. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 16
(1) Pembangunan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf b meliputi pembangunan dan pengembangan:
a. Daya Tarik Wisata alam;
b. Daya Tarik Wisata budaya; dan
c. Daya Tarik Wisata buatan atau kegiatan (event) di destinasi
Pariwisata
(2) Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan berdasarkan prinsip :
a. menjunjung tinggi nilai-nilai agama, adat dan budaya;
b. keseimbangan antara upaya pengembangan managemen
atraksi untuk menciptakan Daya Tarik Wisata yang berkualitas,
berdaya saing; dan
c. mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian
dan keberlanjutan sumberdayanya yang mendorong
pertumbuhan wilayah Destinasi Pariwisata dan kesejahteraan
masyarakat.
- 17 -
11. Ketentuan huruf a Pasal 17 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 17
Arah kebijakan pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi:
a. pembangunan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan kualitas
daya saing produk wisata dan produk Ekonomi Kreatif sesuai
dengan potensi dan ciri khas masing-masing daerah, dalam
menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;
b. pemantapan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan daya saing
produk dalam menarik kunjungan ulang Wisatawan dan segmen
pasar yang lebih luas; dan
c. revitalisasi Daya Tarik Wisata dilakukan dengan perbaikan kondisi
dan kualitas Daya Tarik Wisata.
12. Ketentuan Pasal 18 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf h sehingga
Pasal 18 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 18
Strategi untuk pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 meliputi :
a. mengembangkan Daya Tarik Wisata baru pada destinasi Pariwisata
yang belum berkembang;
b. memperkuat pengelolaan potensi Kepariwisataan dan lingkungan
dalam mendukung upaya perintisan;
c. mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas Daya
Tarik Wisata untuk mendorong akselerasi pembangunan destinasi
Pariwisata;
d. memberikan penghargaan/apresiasi kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota dan pelaku wisata/seni dalam upaya akselerasi
pembangunan destinasi pariwisata;
e. memperkuat upaya konservasi potensi Kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung intensifikasi Daya Tarik Wisata;
- 18 -
f. mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai daya tarik
wisata;
g. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi
potensi Kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung
diversifikasi daya tarik wisata;
h. revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang menjadi penggerak
kegiatan Kepariwisataan pada daya tarik wisata; dan
i. mendorong seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan
kebudayaan, teknologi, kreativitas, dan inovasi masyarakat.
13. Ketentuan Pasal 19 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3) sehingga
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 19
(1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf c meliputi:
a. penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut,
angkutan udara, dan angkutan kereta api;
b. penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan
laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api; dan
c. penyediaan dan pengembangan sistem transportasi angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut,
angkutan udara, dan angkutan kereta api.
(2) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk mendukung pengembangan Kepariwisataan
dan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan
Wisatawan di dalam wilayah destinasi pariwisata.
(3) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
14. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 27
- 19 -
Strategi pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 yaitu:
a. meningkatkan upaya Pemerintah Provinsi untuk mendorong peran
swasta dan masyarakat melakukan pengembangan prasarana
umum, fasilitas umum, dan fasilitas Pariwisata;
b. mendorong dan menerapkan berbagai skema kemandirian
pengelolaan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas
pariwisata sesuai standar peraturan yang berlaku; dan
c. mendorong penerapan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas Pariwisata bagi wisatawan berkebutuhan khusus dan
pengarusutamaan gender
15. Ketentuan Pasal 28 diubah dan ditambah 1 (satu) huruf yakni huruf j,
sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 28
Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan,
meliputi:
a. pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat
melalui pembangunan Kepariwisataan;
b. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui pembangunan
Kepariwisataan;
c. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui
pengembangan usaha produktif di bidang Pariwisata;
d. penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong
perkembangan produk usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
dikembangkan dalam masyarakat lokal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
e. penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang
Kepariwisataan;
f. perluasan akses pasar terhadap produk usaha Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif yang dikembangkan dalam masyarakat lokal;
g. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya
mengembangkan produk usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
yang dikembangkan dalam masyarakat lokal;
- 20 -
h. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku
kepentingan terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk
menciptakan iklim kondusif Kepariwisataan setempat;
i. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali serta melestarikan budaya dan kearifan lokal; dan
j. memaksimalkan pemberdayaan dan potensi sumber daya manusia
kreatif dan inovatif untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kegiatan Ekonomi Kreatif.
16. Ketentuan Pasal 29 diubah dan ditambah 1 (satu) huruf yakni huruf
x, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 29
Strategi untuk peningkatan kapasitas dan peran masyarakat dalam
pembangunan bidang Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dengan cara:
a. memetakan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas
masyarakat lokal dalam pengembangan Kepariwisataan;
b. memberdayakan potensi dan kapasitas masyarakat lokal dalam
pengembangan Kepariwisataan;
c. menguatkan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah di
tingkat lokal guna mendorong kapasitas dan peran masyarakat
dalam pengembangan Kepariwisataan;
d. meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
pengarusutamaan gender dalam pengembangan Pariwisata;
e. meningkatkan peran masyarakat dalam perspektif kesetaraan
gender dalam pengembangan Kepariwisataan;
f. meningkatkan pengembangan potensi sumber daya lokal sebagai
Daya Tarik Wisata berbasis kelokalan dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat melalui Pariwisata;
g. mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui nagari Wisata;
h. meningkatkan kualitas produk usaha Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif sebagai komponen pendukung produk Wisata di Destinasi
Pariwisata;
i. meningkatkan kemampuan berusaha pelaku produk usaha
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai komponen pendukung
- 21 -
produk wisata di Destinasi Pariwisata yang dikembangkan
masyarakat lokal;
j. mendorong pemberian insentif dan kemudahan bagi
pengembangan produk usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. mendorong perlindungan terhadap kelangsungan produk
usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di sekitar destinasi
pariwisata;
l. mendorong kemitraan antar usaha Kepariwisataan dengan
Ekonomi Kreatif ;
m. meningkatkan kualitas jasa Kepariwisataan, Produk Ekonomi
Kreatif yang memenuhi standar pasar;
n. memperkuat akses dan jejaring Industri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif dengan sumber potensi pasar dan informasi global;
o. meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
dalam upaya memperluas akses pasar terhadap Industri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif ;
p. mendorong pemberian insentif dan kemudahan terhadap akses
permodalan bagi Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
q. menfasilitasi pemberian bantuan permodalan untuk mendukung
perkembangan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di sekitar
destinasi pariwisata;
r. meningkatkan pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang
sadar Wisata dalam mendukung pengembangan Kepariwisataan;
s. meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan sadar
Wisata dan Sapta Pesona bagi penciptaan iklim kondusif
Kepariwisataan setempat;
t. meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat, parik paga dalam
nagari dan polisi Pariwisata dalam menciptakan iklim kondusif
Kepariwisataan;
u. meningkatkan kualitas jejaring media dalam mendukung upaya
pemberdayaan masyarakat di bidang Pariwisata;
v. mengembangkan Pariwisata sebagai investasi pengetahuan;
w. meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi Pariwisata daerah
kepada masyarakat; dan
- 22 -
x. meningkatkan keterampilan, kreatifitas dan inovasi masyarakat
dalam memberdayakan Ekonomi Kreatif untuk mendukung
pengembangan Kepariwisataan.
17. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 33
Arah kebijakan pengembangan pasar Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf a, diwujudkan dalam bentuk
pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan
segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan pengembangan Destinasi
Pariwisata dan dinamika pasar global.
18. Ketentuan Pasal 34 ditambah 2 (dua) huruf, yakni huruf g dan huruf
h, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 34
Strategi pemantapan segmen pasar Wisatawan massal dan
pengembangan segmen ceruk pasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 meliputi:
a. meningkatkan pemasaran dan promosi Pariwisata berbasis digital;
b. meningkatkan pemasaran dan promosi pada pasar utama dan
pendukung;
c. mengembangkan pemasaran dan promosi untuk meningkatkan
pertumbuhan segmen ceruk pasar;
d. mengembangkan promosi berbasis tema tertentu;
e. meningkatkan pergerakan Wisatawan di seluruh Destinasi
Pariwisata;
f. meningkatkan intensifikasi pemasaran Wisata konvensi, insentif
dan pameran;
g. mengembangkan strategi pemasaran Wisata yang menghasilkan
Pengalaman Wisata (Tourism Experience); dan
h. meningkatkan peran serta stakeholders dalam pemasaran dan
promosi pariwisata.
- 23 -
19. Ketentuan huruf b Pasal 35 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 35
Arah kebijakan pengembangan citra Pariwisata sebagaimana
dimaksud pada Pasal 32 huruf b, meliputi :
a. peningkatan dan pemantapan citra Pariwisata Sumatera Barat
secara berkelanjutan; dan
b. peningkatan citra Pariwisata Sumatera Barat sebagai destinasi
Pariwisata Halal dan tematik yang berdaya saing.
20. Ketentuan Pasal 36 ayat (2) ditambah 2 (dua) huruf, yaitu huruf c dan
huruf d, sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 36
(1) Strategi peningkatan dan pemantapan citra Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a adalah
membangun citra masing-masing Destinasi Pariwisata Sumatera
Barat;
(2) Strategi peningkatan citra Pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 huruf b meliputi:
a. memperkuat kapasitas dan kapabilitas pengelola Daya Tarik
Wisata dan polisi Wisata;
b. menginformasikan kepada masyarakat luas dan Wisatawan
tentang kebersihan Daya Tarik Wisata dan keberadaan polisi
Wisata;
c. memanfaatkan Ekonomi Kreatif untuk memperkuat citra
Pariwisata; dan
d. mendorong segenap unsur masyarakat luas dalam
penyelenggaraan Pariwisata Halal dan tematik
21. Ketentuan huruf c Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 43
Strategi penguatan struktur industri Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 meliputi:
- 24 -
a. meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antar mata rantai
pembentuk industri Pariwisata;
b. menguatkan fungsi, hierarki, dan hubungan antar usaha
Pariwisata sejenis untuk meningkatkan daya saing; dan
c. menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku
usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta sektor terkait.
22. Ketentuan huruf f Pasal 45 diubah dan ditambah 1 (satu) huruf yakni
huruf i, sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 45
Strategi peningkatan daya saing produk Wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 meliputi:
a. mengembangkan manajemen atraksi;
b. memperbaiki kualitas interpretasi;
c. menguatkan kualitas produk Wisata;
d. meningkatkan pengemasan produk Wisata;
e. mendorong dan meningkatkan standardisasi dan sertifikasi
usaha Pariwisata;
f. mengembangkan skema fasilitasi untuk mendorong pertumbuhan
usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
g. mendorong pemberian insentif untuk menggunakan produk dan
tema yang memiliki keunikan dan kekhasan lokal;
h. peningkatan etika bisnis dalam pelayanan usaha transportasi
Pariwisata; dan
i. penguatan produk Ekonomi Kreatif.
23. Ketentuan Pasal 50 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 50
Arah pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf e diwujudkan dalam
bentuk pengembangan manajemen usaha Pariwisata yang mengacu
pada prinsip pembangunan Pariwisata berkelanjutan, Pariwisata yang
mempertimbangkan resiko bencana, kode etik Pariwisata dunia dan
ekonomi hijau.
- 25 -
24. Ketentuan Pasal 51 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf c, sehingga
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 51
Strategi pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 meliputi:
a. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai
usaha Pariwisata;
b. mengembangkan manajemen usaha Pariwisata yang peduli
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya; dan
c. mendorong pengelola wisata,investor dan wisatawan melaksanakan
kegiatan pariwisata berbasis lingkungan.
25. Ketentuan huruf d Pasal 57 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 57
Arah kebijakan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf c, meliputi:
a. penelitian yang berorientasi pada pengembangan wilayah
Destinasi Pariwisata;
b. penelitian yang berorientasi pada pengembangan investasi
pariwisata;
c. penelitian yang berorientasi pada pengembangan pemasaran
pariwisata;
d. penelitian yang berorientasi pada pengembangan Industri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
e. penelitian yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan dan
SDM Pariwisata.
26. Ketentuan Pasal 58 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Strategi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan Pariwisata
terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
meliputi:
a. penelitian pengembangan Daya Tarik Wisata pada setiap
wilayah Destinasi Pariwisata;
- 26 -
b. penelitian pengembangan aksesibilitas dan/atau transportasi
Kepariwisataan dalam mendukung daya saing setiap wilayah
Destinasi Pariwisata;
c. penelitian pengembangan prasarana umum, fasilitas umum
dan fasilitas Pariwisata dalam mendukung daya saing setiap
wilayah Destinasi pariwisata;
d. penelitian memperkuat pemberdayaan masyarakat melalui
Kepariwisataan;
e. penelitian pengembangan dan peningkatan investasi di bidang
Pariwisata;
f. penelitian pasar Wisatawan pengembangan pasar baru dan
pengembangan produk;
g. penelitian pengembangan dan penguatan citra Pariwisata
Sumatera Barat;
h. penelitian pengembangan kemitraan pemasaran Pariwisata;
i. penelitian peningkatan promosi Pariwisata dalam dan luar
negeri;
j. penelitian penguatan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
k. penelitian peningkatan daya saing produk Pariwisata;
l. penelitian pengembangan kemitraan usaha Pariwisata;
m. penelitian penciptaan kredibilitas bisnis;
n. penelitian pengembangan tanggung jawab terhadap
lingkungan;
o. penelitian pengembangan organisasi Kepariwisataan; dan
p. penelitian pengembangan SDM Pariwisata.
(2) Pemerintah Daerah dalam rangka perlindungan hasil penelitian
dan pengembangan Pariwisata terhadap lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), melakukan fasilitasi pendaftaran Hak Atas
Kekayaan Intelektual.
27. Beberapa ketentuan dalam Lampiran I, Lampiran II dan Lampiran III
diubah, sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I,
Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 27 -
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Barat.
Ditetapkan di Padang
pada tanggal 20 Desember 2019
GUBERNUR SUMATERA BARAT,
Ttd
IRWAN PRAYITNO
Diundangkan di Padang
pada tanggal 20 Desember 2019
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI SUMATERA BARAT,
Ttd
ALWIS
LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2019
NOMOR 14.
NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014-2025 : (14-398/2019).
- 28 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
NOMOR 14 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014-2025
I. UMUM
Pembangunan Kepariwisataan daerah merupakan bagian integral dari
Kepariwisataan nasional yang tertuang secara komprehensif dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Pembangunan
kepariwisataan daerah tersebut diselenggarakan secara sistematis,
terpadu, berkelanjutan, bertanggungjawab dengan memperhatikan
nilai agama, budaya dan kearifan lokal dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat;
Perkembangan pembangunan Kepariwisataan daerah terkini
menghendaki perubahan kebijakan dengan munculnya isu strategis
Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat meliputi : (a) Pariwisata
Halal; (b) Taman Bumi (geopark); (c) Pariwisata berbasis digital (digital
tourism) dan ekonomi kreatif; (d) Penguatan pengalaman wisatawan
(Tourist experience) melalui atraksi dan desain ruang (Atmosphere)
destinasi, sehingga diperlukan perubahan dan penyesuaian pada
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera
Barat;
Selanjutnya dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pariwisata
Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/Kota maka
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 -
2025 belum mengakomodir isu strategis tersebut dan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan hukum sehingga perlu dilakukan
- 29 -
perubahan dalam rangka menjamin kepastian hukum
penyelenggaraan pembangunan Kepariwisataan di daerah;
Penyusunan perubahan Peraturan Daerah Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 -
2025, dimaksudkan untuk menyediakan dokumen perencanaan
pembangunan pariwisata di Sumatera Barat sesuai perkembangan
terkini yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (1a)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas..
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “desain ruang (atmosfir)
destinasi” adalah menata wilayah destinasi
untuk kegiatan atau aktifitas wisatawan selama
kunjungan.
Ayat (1b)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pariwisata
berkelanjutan” adalah pariwisata yang
memperhitungkan penuh dampak ekonomi,
sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan,
- 30 -
memenuhi kebutuhan pengunjung, industri,
lingkungan dan masyarakat setempat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pariwisata berbasis
mitigasi bencana” adalah pariwisata yang
mempertimbangkan untuk meminimalisir resiko
dampak bencana.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pariwisata berbasis
norma agama dan budaya” adalah pariwisata
yang berlandaskan filosofi adat basandi syara’,
syara’ basandi kitabullah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
- 31 -
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Kawasan Warisan Budaya Dunia Tambang
Batubara Ombilin Sawahlunto dan sekitarnya
meliputi 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yaitu :
Kota Padang, Kabupaten Padang
Pariaman,Kota Padang Panjang, Kabupaten
- 32 -
Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Solok,
dan Kota Sawahlunto.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Daya tarik wisata budaya bersifat tidak
berwujud (intangible) antara lain : kesenian,
contoh randai, silek, talempong, saluang, rabab,
salawaik dulang, alu kantentong dan lain
sebagainya
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 29
Huruf a
Cukup jelas.
- 33 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
- 34 -
Cukup jelas.
Huruf t
Yang dimaksud dengan “parik paga dalam nagari”
adalah unsur pemuda di nagari yang berfungsi
dibidang ketentraman dan keamanan
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Angka 17
Cukup jelas.
Angka 18
Cukup jelas.
Angka 19
Cukup jelas.
Angka 20
Cukup jelas.
Angka 21
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 45
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan ”Sertifikasi” adalah proses
penilaian kelayakan usaha dan pelaku Pariwisata
- 35 -
untuk mendukung peningkatan mutu daya tarik
Pariwisata, pelayanan dan pengelolaan
Kepariwisataan.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Angka 23
Cukup jelas.
Angka 24
Cukup jelas.
Angka 25
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Hak Atas Kekayaan
Intelektual” adalah hak yang timbul dari hasil olah
pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses
yang berguna bagi manusia
Angka 27
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
NOMOR 178.