gravid dengan kista_jbus^^
DESCRIPTION
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmTRANSCRIPT
KISTA OVARIUM PADA KEHAMILAN
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.NI Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (GI P0A0) Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMA
Nama suami : Tn. RE
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 10 Agustus 2015 pukul 15.40 WIB
Keluhan utama :
Perut kencang-kencang
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang yang hilang timbul sejak
1 hari SMRS. Pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 12.00 WIB, Os memeriksakan
kehamilan ke poliklinik. Dilakukan pemeriksaan USG didapatkan gambaran
pembesaran uterus dengan bayi letak kepala dibagian bawah, bokong berada di bagian
fundus uterus, air ketuban jernih dan cukup, plasenta menempel baik, tinggi bayi
sesuai dengan usia masa kehamilan serta didapatkan gambaran kista pada adneksa
1
kiri. Sejak 2 bulan SMRS, pada kehamilannya Os mengaku terkadang merasa nyeri
yang hilang timbul pada perut kiri bagian bawah, terutama pada saat ada guncangan.
Terdapat benjolan kecil pada perut bagian kiri, namun Os tidak menghiraukan
keluhan ini karena dia mengira benjolan itu merupakan salah satu bagian tubuh bayi.
Benjolan tersebut tidak terasa nyeri saat ditekan. Pasien mengatakan bahwa dirinya
sering merasa perutnya kembung, sebah, sehingga pasien menduga bahwa pasien
memiliki sakit maag dan efek dari kondisi kehamilannya. Karena kondisi pasien
seperti ini, maka Os segera di rawat di RS untuk dilakukan induksi kelahiran. Tidak
ada keluhan pusing, mual dan muntah. BAK (+), 5 – 6 x /hari, warna kuning jernih,
nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan. Os
mengaku tidak ada riwayat trauma. Os memeriksakan kehamilannya secara teratur di
dokter. Ini merupakan kehamilan pertama, usia kehamilan 40 minggu. Tidak ada
riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 03 November 2014
HPL : 10 Agustus 2015
Menopause : -
Perkawinan : 1 kali
Menikah usia : 25 tahun
Lama menikah : 4 tahun
Riwayat KB : -
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil
ke
Usia
kehamilan
Jenis
Persalinan
Penyulit penolong Jenis
kelamin
BB/TB
lahir
1 Hamil ini
(40 minggu)
- - - - -
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,4oC
Mata : Konjungtiva Anemis +/+, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea nigra,
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses piker : wajar
3
C. PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran payudara (+), puting susu menonjol, cairan dari
mammae (-)
Abdomen : pembesaran abdomen (+),
striae livide (-),
striae albicans (-),
linea nigra (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
Leopold I : Teraba bagian bulat dan lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang di sebelah kanan ibu.
Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras
Leopold IV : Sudah masuk pintu atas panggul
Auskultasi
Denyut jantung janin = 13-12-13 (152 x/menit)
HIS = (+) , 1 x / 10 menit (10 detik)
PPV : (+) darah dan cairan
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher – (pukul 22.30)
Ø 1 cm, KK (-), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I, puka
UUK kiri depan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin 10 Agustus 2015
Hemoglobin 12,9 g/dL (N: 11,7 – 15,5)
Leukosit 13,78 ribu (N: 3.600 – 11.000)
DIFF COUNT
Eosinofil 2,30 % (N: 1-3)
Basofil 0,10% (N: 0-1)
4
Neutrofil 78,80% (50-70)
Limfosit 13,90% (25-40)
Monosit 3,80% (2-8)
MCV 90 fL (80-100)
MCH 31 pg (26-34)
MCHC 34 g/dL (32-36)
Hematokrit 37% (N: > 59)
Trombosit 338.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 4,2 juta (N: 3,8 – 5,2)
Prothrombine Time 12.3 (N : 11-14)
PT Control 12.0
Tromboplastin Time 28.4 (N : 27-40)
TT Control 34.8
KIMIA
GDS 191 mg/dL (N: 75-110)
Ureum 13,0 mg/dL (N:15-20)
Kreatinin 1,0 mg/dL (N:0,6-1,1)
SGOT 31 U/L ( N:0-50)
SGPT 44 U/L (N:0-50)
Natrium 134,0 mmol/L (N:135-147)
Kalium 3,28 mmol/L (N:3,5-5)
Calcium 8,2 mmol/L (N:8,8-10,0
IMSER
HbsAg Stik Negatif Negatif
Anti HIV Stik Negatif Negatif
Ringkasan:
Os datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang yang hilang timbul sejak
1 hari SMRS. Sebelumnya Os memeriksakan kehamilan ke poliklini. Dilakukan
pemeriksaan USG didapatkan gambaran pembesaran uterus dengan bayi letak kepala
dibagian bawah, bokong berada di bagian fundus uterus, air ketuban jernih dan cukup,
plasenta menempel baik, tinggi bayi sesuai dengan usia masa kehamilan serta
5
didapatkan gambaran kista pada adneksa kiri. Sejak 2 bulan SMRS, pada
kehamilannya Os mengaku terkadang merasa nyeri hilang timbul pada perut kiri
bagian bawah, terutama pada saat ada guncangan. Terdapat benjolan kecil pada perut
bagian kiri, namun Os tidak menghiraukan keluhan ini karena dia mengira benjolan
itu merupakan salah satu bagian tubuh bayi. Benjolan tersebut tidak terasa nyeri saat
ditekan. Pasien mengatakan bahwa dirinya sering merasa perutnya kembung, sebah,
sehingga pasien menduga bahwa pasien memiliki sakit maag dan efek dari kondisi
kehamilannya. Karena kondisi pasien seperti ini, maka Os segera di rawat di RS untuk
dilakukan induksi kelahiran. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan. Os
memeriksakan kehamilannya secara teratur di dokter. Ini merupakan kehamilan
pertama, usia kehamilan 40 minggu.
Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 03 November 2014
HPL : 10 Agustus 2015
Perkawinan : 1 kali
Menikah usia : 25 tahun
Lama menikah : 4 tahun
Riwayat KB : -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,4oC
Mata : Konjungtiva Anemis +/+, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
6
Abdomen : Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea nigra .
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat
Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran payudara (+), puting susu menonjol, cairan dari
mammae (-)
Abdomen : pembesaran abdomen (+),
striae livide (-),
striae albicans (-),
linea nigra (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
Leopold I : Teraba bagian bulat dan lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang di sebelah kanan ibu.
Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras
Leopold IV : Sudah masuk pintu atas panggul
Auskultasi
Denyut jantung janin = 13-12-13 (152 x/menit)
HIS = (+) , 1 x / 10 menit (10 detik)
PPV : (+) darah dan cairan
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher – (pukul 22.30)
Ø 1 cm, KK (-), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I, puka
UUK kiri depan
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin 10 Agustus 2015
Hemoglobin 12,9 g/dL
7
Leukosit 13,78 ribu
Hematokrit 37%
Trombosit 338.000
Eritrosit 4,2 juta
Diagnosis Kerja
GIP0 A0, umur 29 tahun, hamil aterm
Anak I, hidup intrauterine
Presentasi kepala U H-I, PUKA
Inpartu kala I fase laten
Kista ovarium
Rencana pengelolaan:
Infus RL 20 tetes/menit
Zegavit 1x1
Fozen
Persiapan operasi (Puasa)
Pasang DC
Follow Up sebelum operasi
Tanggal 13 Mei 2015, Jam 10:00
S : benjolan pada perut bagian kiri, kadang-kadang nyeri
O : KU : baik kesadaran: CM
TD : 130/ 80 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 92 x/menit T : 36,5°C
Mata : CA-/-. SI-/-
C/P: dalam batas normal
Abdomen: Inspeksi: striae albicans (+), bekas operasi (-), tak membuncit
Palpasi: nyeri tekan(-), teraba massa kenyal pada perut bagian kiri
sebesar kepala bayi
Extremitas: edema-/-. Akral hangat+/+
PPV: -
Vaginal Toucher :
1. Fluxus (-), fluor (-)
2. V/U/V : tidak ada kelainan
8
3. Porsio : sebesar jempol tangan dan lembut
4. OUE : tertutup
5. CUT : seperti telur ayam
6. Adneksa: pada adneksa kiri, teraba adanya massa sebesar kepala bayi,
mobile dan nyeri tekan (-)
7. CD : tidak ada kelainan
8. Portio tidak ikut goyang dan tidak nyeri
A: PIIIA0 dengan kista ovarium
P: Infus RL 20 tetes per menit
Persiapan operasi
Laporan operasi 13 Mei 2014 jam 08.00
Insisi dinding abdomen pada linea medialis + 10cm diatas simfisis menuju
pusat
Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum terbuka
Eksplorasi, tampak massa tumor sebesar kepala bayi, berisi cairan
kecoklatan +700 cc. berasal dari ovarium kiri dan kanan yang membesar
Uterus dalam batas normal
Dinding kista licin dan tidak berbenjol-benjol
Dilakukan kistektomi bilateral
Perdarahan +200cc
Jahit abdomen lapis demi lapis
Tindakan selesai
Instruksi pasca tindakan
- Infus RL/ Nacl / D5 20 tpm
- Cefotaxime 2x1 gram IV
- Tramadol 2x100 mg IV
- Vitamin B1 2 x 1 IV
- Vitamin C 1 x 1 IV
- cek Hb post operasi
- Puasa
9
Follow up post operasi
Tanggal 14 Mei 2015, Jam 10.00
S : nyeri luka bekas operasi, belum buang angin
O : KU : baik kesadaran: CM
TD : 130 / 80 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 84 x/menit T : 36,5°C
Mata : CA-/-. SI-/-
C/P: dalam batas normal
Abdomen: BU -
Extremitas: edema-/-. Akral hangat+/+
Hb post operasi 10,4 g/dL
A: PIII A0 dengan post kistektomi bilateral atas indikasi kista ovarium sinistra hari
pertama
S/: - Infus RL 20 tetes per menit
- Cefotaxime 2x1 gram IV
- Tramadol 2x100 mg IV
- Vitamin B1 2 x 1 IV
- Vitamin c 1 x 1 IV
- Tirah baring
- Minum diperbolehkan
10
Tinjauan Pustaka
I. PENDAHULUAN
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita.
Berlokasi di pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk
seperti buah peer pada bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran
dan bentuknya seperti buah kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon
wanita. Hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel
dan organ tertentu.1
Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu
ovarium dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium
melalui tuba falopii menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama dari
hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi
11
perkembangan dari payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-
hormon ini juga mengatur siklus menstruasi dan kehamilan.
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang
bersifat non neoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi
yang dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi
berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas
berhubung masih kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul beberapa tumor,
dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama
rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-
tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor
jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid.
ANATOMI
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-
kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang
mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan.
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.
Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat
ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara.
Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal.
Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut
akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi
kasar.
Ovarium terdiri dari dua bagian:
1. Korteks Ovarii
Mengandung folikel primordial
Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
Terdapat korpus luteum dan albicantes
2. Medula Ovarii
12
Terdapat pembuluh darah dan limfe
Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitive). Di antara interval selama masa suburnya (umumnya setiap
bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan androgen)
dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi
wanita normal.
Definisi
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah,
atau bahan-bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Kista ovarium
biasanya berukuran kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista
ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi
ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang
menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita yang mulai
menopause.
Epidemiologi
Kista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab
kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi
keganasan ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per
100.000 populasi).
Di Amerika insidensi kista ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi
pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan jinak.
Di Amerika karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian
sebanyak 16.000 orang.
FAKTOR RISIKO
Usia
13
Ras
Nulipara
Riwayat keluarga
Obesitas
PATOGENESIS
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofise dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu
terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel
dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur
1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graff yang tidak pecah atau
folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan
berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak,
sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit
pada daerah pelvis. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
14
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila
disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel
yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau
jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium.
Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini
adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri
dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang
berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan
mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel
kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
Etiologi
1. Faktor genetik
2. Gangguan hormonal
3. Diet tinggi lemak
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Sosial ekonomi yang rendah
Gejala
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarii tidak memiliki gejala. Namun kadang-
kadang dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
15
Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha
Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit
Nyeri selama hubungan seksual
Peningkatan berat badan
Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal
Nausea dan vomiting
Breast tenderness
KLASIFIKASI TUMOR OVARIUM
A. Tumor Non Neoplastik
1. Tumor akibat radang
a. Abses ovarial
b. Abses tubo – ovarial
c. Kista tubo – ovarial
2. Tumor lain
a. Kista folikel
b. Kista korpus luteum
c. Kista lutein
d. Kista inklusi germinal
e. Kista endometrium
f. Kista steven –leventhal
B. Tumor Neoplastik Jinak
1. Kistik
1.a.Kistoma ovarii simpleks
1.b. Kistadenoma ovarii musinosum
1.c.Kistadenoma ovarii serosum
1.d. Kista endometroid
1.e.Kista dermoid
2. Solid
2.a.Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
2.b. Tumor Brenner
16
2.c.Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma)
TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK
1. Tumor Akibat Radang
Abses Ovarium
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer
pada penderita yang telah menjalani histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii
terdiri dari suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri
pelvis yang tidak spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina.
Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing
dan komplikasi intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi
diangkat oleh karena tidak dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan
konsentrasi adekuat supaya terjadi resolusi.
2. Tumor lain
a. Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini
sering ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah
dan menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini
biasanya asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresianya, melainkan membesar menjadi kista.
Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh
di permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan
cairan yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih
dari 6-8 cm. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista,
sehingga terjadi suatu hematoma folikuler. Sebagian besar kista folikel lambat
laun mengecil dan regresi pada siklus haid berikutnya dan dapat menghilang
17
spontan.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi
didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri
atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Kista lutein lebih besar daripada
kista folikel, cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah
menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorhea diikuti oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan
rasa berat perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat mengakibatkan ovarium terpuntir
dan menimbulkan nyeri yang hebat. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak
dengan adanya amenorhea sering menimbulkan kesulitan dalam diferential
diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang
sendiri, biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil
perlahan-lahan pada trimester terakhir pada wanita hamil.
c. Kista Teka Lutein
18
Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi
bilateral, dan berisi cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola
hidatidosa, atau koriokarsinoma. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya
kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil dengan spontan.
Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat
pada wanita lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini
biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang
diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi
cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah memberikan gejala-gejala yang
berarti.
e. Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang
disebut sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran
kecil sampai sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat
keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan
perlengketan antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir
dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut
abdomen.
f. Kista Stein Leventhal
Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium,
amenorea atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami
hirsutisme tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30
tahun. Ovarium pucat, membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya
menebal.
Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Umumnya pada wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena
endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii juga sering
19
ditemukan.
Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-
gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin
berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan
germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brenner.
Angka Kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma
ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang
kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma
ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan
Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi
15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan
jarang sekali pada masa prapubertas.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan
berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-
lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi
20
dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan
tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan
mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi
kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan
pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum
rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal
karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah
padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan
seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini
terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya
dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu
mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan
pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena
tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi
untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum
mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan
21
pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan
keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering
ditemukan kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan
frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan
(1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka
kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat
angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%.
Gambaran Klinik
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan
tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar
pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat
karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya
penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak
yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya.
Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium),
maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya
terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya
yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista
adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
22
Perubahan Ganas
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel,
serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara
kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan
sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari
kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis penyakit
itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak
(histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus
dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).
Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya,
berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang
perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
2.d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini,
yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.
2.e.Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak
nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang
histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal
dari sel telur melalui proses partenogenesis.
23
Angka Kejadian tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium
yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25%
dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi
walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat
mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai
berikut : Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan
masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum
perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar
3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut
di Bandung, diantaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun.
Gambaran Klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang
menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis,
epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat
dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti
lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi
dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di
perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan
akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak
jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita
lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari
salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih
cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang khas.
24
f. Kista cokelat (Kista Endometriosis)
Kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau
menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah. Kista ini disebut
sebagai kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga
gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar
dari buah anggur.
Penyebab kista coklat
Penyebab kista coklat hingga kini tidak diketahui secara pasti, di duga akibat dari
proses peradangan atau inflamasi. Selain itu di duga disebabkan karena ketidak
seimbangan hormon. Kista coklat dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat
menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.
Klinik
Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya di dalam perut. Misalnya, sebuah kista
dermoid yang tidak seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat
menekan kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut. Selain
gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema
pada tungkai.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa
sesak, dan lain-lain.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
25
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau
perdarahan terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas
gerakannya. Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan
karena pada kondisi yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan
karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak
tumor, dan karena sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak
dalam rongga perut
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini
jarang bersifat total.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini
menimbulkan rasa sakit.Perlu hal ini diperhatikan pada
pemeriksaan.Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan
darah dalam tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadilah
pembesaran di dalamnya. Jika putaran tangkai berjalan terus, akan terjadi
nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak diambil tindakan, dapat
terjadi robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau
peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-lahan, tumor
dapat melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru pada tumor
tersebut.Tumor mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor
parasite atau tumor pengembara.
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman
pathogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada waktu persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan
serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera
26
mengurang.Tetapi, kalau terjadi robekan pada kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke
dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan
implantasi sel-sel kista pada peritoneum.Sel-sel tersebut mengeluarkan
cairan musin yang mengisi rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan
nama pseudomiksoma peritonei.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista
dermoid.Oleh sebab itu, setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada
operasi, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan.Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan; adanya anak sebar (metastasis) memperkuat diagnosis
keganasan.
4. Sindrom Meigs
Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan
hidrotoraks. Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat
ditemukan pula pada beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan
pengangkatan tumor, sindrom juga menghilang.Cairan dari rongga toraks
berasal dari cairan dalam rongga perut.Hal ini dapat dibuktikan dengan
penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang kemudian dapat
ditemukan dalam rongga toraks.
Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrotoraks,
yang ditemukan pada tumor ganas.Dalam hal terakhir ditemukan sel-sel
tumor ganas dalam sedimen cairan.
Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan
atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi,
permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan
27
jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri,
terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut
bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya
kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat
dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium
bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-
kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor
atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran
ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-
gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik
umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya
menghilang sendiri
Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis adalah:
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk
menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
28
3. MRI dan CT-scan
4. Histologi
Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya,
kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak
jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang,
sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 1-3 bulan, jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan
dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang
masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah,
dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium di antaranya :
Torsi, ruptur, perdarahan, menjadi keganasan: potensi kistadenoma ovarium jinak
menjadi ganas sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah
menjadi ganas, akan tetapi dalam persentase yang relatif sedikit.
Prognosis
Vitam : ad bonam
Fungsionam : dubia ad bonam
Sanationam : ad bonam
29
DAFTAR PUSTAKA1. Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan
ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset
Bandung.
2. Prawirohardjo Sarwono.2009. Tumor Jinak Alat Genital. Ilmu
Kandungan.Edisi ketujuh. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. F. Gary Cunningham, F. Gant N.(et al), alih bahasa, Andry Hartono, Y.
Joko S.(et al). 2005. Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak Pada Alat-alat
Genital. In : Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu
Kandungan. Edisi ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Sutoto, M.S.J. 1994. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu
Kandungan,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
6. William Helm, C.. 2005. Ovarian Cysts. American College of
Obstetricians and Gynecologists.
31