governor turbin.pdf
TRANSCRIPT
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
halaman 1
Abstrak :
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan
tenaga listrik bagi para pelanggan dengan frekuensi yang
konstan. Frekuensi sistem tergantung pada
keseimbangan daya aktif. Perubahan kebutuhan daya
aktif pada operasi sistem menyebabkan terjadinya
perubahan frekuensi. Penyimpangan frekuensi dari nilai
nominal harus selalu dalam batas toleransi yang
diperbolehkan. Maka untuk mempertahankan frekuensi
dalam batas toleransi yang diperbolehkan, penyediaan
daya aktif dalam sistem harus disesuaikan dengan
kebutuhan. Pengaturan penyediaan daya aktif dilakukan
dengan pengaturan besarnya kopel mekanis yang
diperlukan untuk memutar generator, hal ini berarti
pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin gas.
Suatu governor pada setiap unit generator berfungsi
sebagai pengatur utama pemberian uap atau bahan
bakar pada unit pembangkit.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan analisa
pengoperasian speed droop governor sebagai pengaturan
frekuensi pada sistem kelistrikkan PLTU unit 1/2 dan
unit 3/4 Gresik Jawa Timur, dengan menggunakan
MATLAB Simulink 7.6. Melalui simulasi ini ditunjukkan
prinsip kerja dari speed droop governor apabila terjadi
perubahan frekuensi sistem. Dalam simulasi ini
dihasilkan frekuensi yang masih dalam batas toleransi,
yaitu ± 2 % dari frekuensi nominal 50 Hz.
Kata kunci : frekuensi, governor, speed droop governor.
I. PENDAHULUAN
Dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik ditemui
berbagai persoalan. Hal ini disebabkan karena pemakaian
tenaga listrik selalu berubah dari waktu ke waktu, biaya
bahan bakar yang relatif tinggi serta gangguan kondisi alam
dan lingkungan yang sering mengganggu jalannya operasi.
Berbagai persoalan pokok yang dihadapi dalam
pengoperasian sistem tenaga listrik salah satunya adalah
pengaturan frekuensi.
Sistem tenaga listrik harus mampu memenuhi
kebutuhan akan tenaga listrik dari konsumen dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, daya yang dibangkitkan oleh sistem
tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini
diamati melalui frekuensi sistem. Jika daya yang
dibangkitkan dalam sistem lebih kecil dari beban yang
diminta, maka frekuensi akan turun. Begitu juga sebaliknya,
jika daya yang dibangkitkan sistem lebih besar dari pada
beban maka frekuensi akan naik. Penyimpangan frekuensi
dari nilai nominal 50 Hz, harus selalu dalam batas toleransi
yang diperbolehkan. Daya aktif mempunyai hubungan erat
dengan nilai frekuensi dalam sistem. Sedangkan beban
sistem yang berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu
berubah sepanjang waktu.
II. PENGATURAN FREKUENSI DAN DAYA AKTIF
2.1 Pengaturan Frekuensi dan Daya Aktif
Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai
frekuensi sistem. Penyediaan daya aktif harus disesuaikan
dengan kebutuhan daya aktif beban, penyesuaian ini
dilakukan dengan mengatur kopel penggerak generator,
sehingga tidak ada pemborosan penggunaan daya.
Pada umumnya dalam sistem tenaga listrik digunakan
generator sinkron tiga fasa untuk pembangkit tenaga listrik
yang utama. Oleh karena itu, pengaturan frekuensi sistem
tergantung pada karakteristik generator sinkron. Menurut
Hukum Newton ada hubungan antara kopel mekanik
penggerak generator dengan perputaran generator :
(TG-TB) = H x
Dimana :
TG = Kopel penggerak generator
TB = Kopel beban yang membebani generator
H = momen inersia dari generator beserta mesin
penggeraknya
ώ = kecepatan sudut perputaran generator
Frekuensi akan turun jika daya aktif yang dibangkitkan tidak
mencukupi kebutuhan beban dan sebaliknya frekuensi akan
naik jika kelebihan daya aktif dalam sistem. Secara mekanis
apabila :
(TG-TB) = ΔT < 0 maka < 0 , sehingga frekuensi turun
(TG-TB) = ΔT > 0 maka > 0 , sehingga frekuensi naik
ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR
SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI
PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK
Patriandari
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya - 60111
t
t
t
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
halaman 2
Dari persamaan di atas, secara tidak langsung
penyediaan daya aktif dapat pula mempengaruhi frekuensi
sistem.
2.2 Prinsip Kerja Governor Turbine Uap dilengkapi dengan frequency
control dan merupakan peralatan pengaturan control
valve . Control valve akan membuka untuk menambah
kapasitas Uap/ Bahan bakar ketika frekuensi turun dari
nominal atau sebaliknya, akan menutup untuk mengurangi
kapasitas Uap/ Bahan bakar ketika frekuensi naik.
Pengertian ini umum dikenal speed governor. Type
governor antara lain , MHC( Mechanic Hydraulic Control )
dan EHC ( Electric Hydrolic Control ).
Apabila pada saat t = t0 (lihat Gambar 2.2) ada
penambahan beban, maka frekuensi akan turun dari nilai f0
menjadi f1. Penurunan frekuensi ini dikarenakan nilai TB
menjadi lebih besar sebagai akibat penambahan beban
sehingga ( TG - TB ) = ΔT < 0 dan selanjutnya juga menjadi
< 0.
adalah percepatan sudut dan karena frekuensi f =
maka hal ini juga berarti penurunan frekuensi. Penurunan
frekuensi dari nilai f0 menjadi f1 dirasakan oleh governor,
dan governor akan beraksi untuk mengembalikan nilai
frekuensi ke f0. Berikut ini adalah penjabaran dari reaksi
governor saat terjadi perubahan frekuensi :
1. Pada saat ώ turun maka bola-bola pada Gambar 2.2
akan bergerak, sehingga titik A turun. Apabila titik
A turun maka juga akan menurunkan titik B.
Gambar 2.1 Skema Governor
Gambar 2.2 Respon Governor
Jika titik B turun, maka torak pengarah tekanan
minyak akan memompa minyak ke torak utama,
sehingga katup utama terangkat ke atas untuk
menambah uap ke turbin uap.
2. Pada saat t = t2 kerja governor mulai terasa dan
kecuraman penurunan frekuensi mulai berkurang,
sampai pada saat t = t3 kecuraman penurunan
frekuensi telah hilang atau dapat dikatakan
, sehingga (TG-TB) = ΔT = 0.
3. Pada saat t = t3 nilai frekuensi F = F’ menyebabkan
generator akan terus menerus menambah uap
dengan cara mengangkat katup utama dari turbin.
Hal ini berarti bahwa kopel yang dihasilkan mesin
penggerak generator terus diperbesar sehingga ΔT =
(TG-TB) ↔ 0 mengakibatkan yang
berarti bahwa frekuensi naik.
4. Pada saat t = t4 nillai ΔT > 0 nilai frekuensi F > F0
sehingga governor mulai bereaksi menurunkan
frekuensi dengan jalan mengurangi uap ke turbin
sehingga nilai ΔT diperkecil dan hal ini juga
memperkecil nilai .
2.3 Speed Droop Governor
Speed Droop adalah bilangan prosentase yang
menyatakan kepekaan turbin merespon perubahan
frekuensi. Semakin kecil nilai prosentase speed droop,
maka semakin peka terhadap perubahan frekuensi.
Demikian pula sebaliknya, semakin besar nilai
prosentase speed droop, maka semakin malas merespon
perubahan frekuensi. Konsep dasar speed droop akan
lebih mudah dipahami melalui Gambar 2.3 diagram
blok speed droop governor.
Gambar 2.3 Blok diagram sistem pembangkit
listrik
Speed droop menentukan hubungan antara sinyal
pengaturan putaran (governor) dengan output beban yang
dibangkitkan oleh Generator. Speed Droop merupakan
perbandingan beban dengan frekuensi.
0
t
F
0
t
F
t
F
Turbin dengan
reheat G
uap katup
Te
Pm
Generator
Pe
Load (PL) Governor Speed Droop
Tm
t
2
t
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
halaman 3
+ -
GsT1
1
RHCH
RHHP
sTsT
TsF
11
1 +
-
MsD
1
R
1
DP
P Dx
GP
Turbin Rotor inertia
& Load F
f
Governor
Speed Droop =
Dimana :
R = putaran nominal R1 = putaran tanpa beban
R2 = putaran beban penuh
Makin kecil nilai speed droop dari governor maka
makin peka terhadap perubahan beban. Sekilas jika pada
suatu pembangkit memiliki nilai speed droop sebesar 5 %
maka dapat dihitung :
5 % =
Artinya sistem dibatasi untuk penurunan frekuensi maksimal
2.5 Hz dari batas nominal 50 Hz, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.4 Tongkat Frekuensi.
Gambar 2.4 Tongkat Frekuensi
III. PEMODELAN SISTEM KELISTRIKAN PLTU
GRESIK
3.1 Pemodelan Matematika Sistem Pembangkit Listrik
pada PLTU Pada Gambar 2.3 merupakan representasi dari
sistem pembangkit listrik PLTU Gresik UP. Gresik yang juga
dapat direpresentasikan dalam blok diagram sebagai berikut:
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Pembangkit Listrik
dengan Reheat Steam Turbine
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Pembangkit Listrik
dengan Non-Reheat Steam Turbine
Pada Gambar 3.1 merupakan representasi dari PLTU
unit 3 dan 4 yang memiliki turbin jenis reheat (pemanas
ulang). Sedangkan pada Gambar 3.2 merupakan representasi
dari PLTU unit 1 dan 2 yang memiliki jenis turbin non-
Reheat ( tanpa pemanas ulang ).
3.2 Pemodelan Sistem Governor pada PLTU
menggunakan Matlab Simulink 7.6
Pada PLTU Gresik, baik unit 1/2 dan unit 3/4,
pengaturan frekuensinya menggunakan load limit. Dengan
kata lain free governor di-lock atau dikunci, sehingga
penurunan atau kenaikan beban akibat perubahan frekuensi
dibatasi nilainya.
Untuk unit 1/2 menggunakan load limit sebesar 100%
dan speed droop sebesar 5 %, sehingga lebih lambat dalam
merespon perubahan frekuensi yang terjadi [sumbernya
power point data gov PLTU]. Perlu diketahui bahwa PLTU
unit 1/2 memiliki governor jenis mechanical hyrdolic control
(MHC) . PLTU unit 1/2 memiliki kapasitas pembangkit
2x100 MW. Lihat Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.
Pada PLTU unit 3/4 dengan kapasitas 2x200 MW
menggunakan governor tipe electrical hyrdolic control
(EHC) yang metode pengaturan kontrol lebih stabil
dibanding MHC, sehingga respon kontrolnya lebih baik.
Speed droop dipasang 5 % dan load limit diatur pada nilai 10
% diatas governor.
Pada Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan Gambar 3.5
merupakan gambar simulasi ketika free governor di-lock.
Maka untuk pengaturan beban ketika terjadi perubahan
frekuensi yang bekerja adalah kontrol beban menggunakan
load limit. Artinya ketika terjadi penurunan atau kenaikan
frekuensi dan berdampak pada penurunan atau kenaikan
beban dibatasi nilainya. Ketika nilainya sudah mencapai
batas limit yang ditentukan, maka governor control yang
bekerja. Sistem pengaturan beban seperti ini dinamakan
mode operasi load limit dengan lintasan governor otomatis.
%10021
R
RR
HzHz 5.25005.0
Operasi normal, frekuensi 50 + 0,2 Hz
Ekskursi, + 0,5 Hz, brown-out
Load shedding Skema A & B, frek 49,50 Hz ( 394 MW - 788 MW)
Islanding Operation, mulai 48,30 - 48,00 Hz
Load shedding tahap 1 s.d. 7, frek 49,00 s.d. 48,40 (2756 MW)
Host load unit-unit pembangkit
Df/dt, - 0,6 Hz/s, Load shedding tahap 5, 6, 7 (1181 MW) Df/dt, - 0,8 Hz/s, Load shedding tahap 5, 6, 7 + 394 MW
Df/dt, - 1,0 Hz/s, Load shedding tahap 5, 6, 7 + 788 MW
50,00 50,20
51,50
49,80
49,50
49,00
48,40 48,30
48,00
47,50
Hz
+ - MsD
1
CHsT1
1+
-
MsD
1
R
1
f
DP
P
Dx
Turbin Rotor inertia
& Load
F
Governor
GP
Gambar 3.3 Pemodelan governor PLTU unit 1
Gambar 3.4 Pemodelan governor PLTU unit 2
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
halaman 4
IV SIMULASI DAN ANALISIS
4.1 Simulasi Sistem Awal Governor PLTU Gresik Kondisi awal governor, baik PLTU 1 dan 2 juga
PLTU 3 dan 4 pada pengaturan frekuensinya menggunakan
Load Limit [5]. Pemodelan sistem dalam simulasi tugas akhir
ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Pada Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa baik speed
regulation PLTU 1 dan 2 maupun PLTU 3 dan 4, sama-
sama menggunakan speed regulation 5 % . Mode
pengoperasian Load Limit adalah mengontrol output suplai
unit yang menghendaki suplai konstan (bersifat pasif), tidak
dipengaruhi oleh perubahan frekuensi sistem.
4.1.1 Simulasi Load Limit PLTU unit 1 dan 2
Kontrol beban PLTU unit 1 dan 2 menggunakan
load limit set 100 % diatas governor. Sehingga apabila
kenaikan output suplai melebihi maksimum 100 %, maka
akan diambil alih oleh governor control. Jika load limit
diatur 100 % diatas governor, maka pengambil alihan
fungsi kontrol ini akan lebih lambat. Respon dari
frekuensi dengan menggunakan load limit 100 %
ditunjukkan pada Gambar 4..2.
Hasil simulasi Gambar 4.2 menunjukkan bahwa
ketika sistem diberikan penambahan beban sebesar 0.05
pu maka frekuensi akan turun. Pada saat inilah governor
bekerja untuk mengatur perubahan frekuensi. Di PLTU
unit 1/2 menggunakan load limit 100% dapat kembali ke
nilai frekuensi nominal, 50 Hz, jika ada penambahan
suplai daya output sebesar 40 MW, lihat Gambar 4.2.
Daya aktif yang akan ditambahkan adalah sebesar 0.05
pu. Karena penambahan beban sama dengan penambahan
daya maka Δf =0, sehingga ft = 50 Hz. Gambar 4.2 adalah
respon frekuensi untuk PLTU unit 1 dan unit 2.
Gambar 4.2. Respon Frekuensi PLTU unit 1/2
4.1.2 Simulasi Load Limit PLTU unit 3 dan 4
Batasan antara load limit dengan governor untuk
PLTU unit 3 dan 4 ini adalah 10 %, setara dengan 20
MW. Bila unit beroperasi dengan load limit maka posisi
governor 10 % diatasnya, demikian juga bila unit
beroperasi dengan governor maka load limit berada 10 %
diatasnya. Kontrol ini digunakan dengan maksud agar
ketika unit beroperasi dengan governor, kenaikan suplai
akibat penurunan frekuensi yang cukup besar tidak boleh
melebihi 20 MW. Karena kenaikan suplai lebih dari 20
MW akan sulit diikuti oleh boiler. Respon frekuensi
dengan load limit set 10 % dapat lihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Respon Frekuensi PLTU unit 3/4
4.1.3 Hasil simulasi dan Analisis Speed Droop
Nilai parameter speed droop governor (R) untuk
PLTU sektor Gresik adalah 5%. Setelah proses
pemodelan pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.6, hasil
respon frekuensi dari masing-masing pembangkit dapat
dilihat di Gambar 4.5 dan Gambar 4.7, kemudian
dilanjutkan dengan analisis pengoperasian speed droop
yang diberikan nilai antara 2% sampai dengan 12%. Hasil
dari simulasi ini akan memberikan informasi tentang nilai
parameter speed droop yang cepat merespon perubahan
frekuensi. Pada analisis ini akan diberikan satu kasus
sebagai pembanding kerja dari governor dan kecepatan
dalam mengikuti perubahan beban.
Gambar 3.5 Pemodelan governor PLTU unit 3 dan 4
Gambar 4.1. Pemodelan Governor menggunakan
MATLAB Simulink 7.6
Gambar 4.4 Simulasi 2 % ≤ R ≤ 12 % PLTU unit
1/2 menggunakan Matlab Simulink 7.6
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
halaman 5
Dari hasil gambar simulasi di atas, terlihat bahwa governor
dengan nilai R = 2 % lebih cepat merespon perubahan beban
dan penurunan frekuensi tidak terlalu besar nilainya
dibandingkan dengan governor dengan nilai R = 12 %. Hal
ini disebabkan karena ketika ada penambahan beban secara
tiba-tiba sebesar 0.05 pu, maka terjadi penurunan frekuensi
sistem. Kemudian output penurunan frekuensi ini direspon
balik oleh governor, sehingga katup pada generator
membuka lebih besar agar uap lebih banyak masuk ke dalam
turbin. Kemudian kecepatan akan naik diikuti dengan
kenaikkan frekuensi.
Di lapangan, untuk PLTU Gresik unit 1 dan 2,
speed droop diatur 5 % , sehingga harga gain :
Artinya setiap ada perubahan 0.1 Hz akan mengakibatkan
perubahan beban sebesar 4 MW. Kondisi pada Gambar 4.4
adalah saat operasi Governor Control, set load limit diatur
secara manual menyesuaikan dengan kondisi boiler. Jika ada
perubahan beban (akibat frekuensi) besaran kenaikan beban
tergantung pada set load limit PLTU unit 1 dan 2. Pada
PLTU Gresik unit 1 dan 2, kondisi free governor di-lock,
sehingga governor yang seharusnya dapat mengikuti
perubahan beban tidak dapat bekerja maksimal. Governor di-
lock pada load limit 100%, sehingga ketika terjadi penurunan
frekuensi penambahan uap pada turbin dilakukan secara
manual oleh operator. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
ketika governor memiliki speed droop yang besar, maka
governor tersebut bersikap “malas” karena lebih lambat
dalam merespon perubahan frekuensi yang terjadi. Begitu
pun sebaliknya, jika governor memiliki speed droop yang
kecil maka governor tersebut dikatakan “rajin” karena lebih
cepat merespon perubahan frekuensi [1].
Respon dari speed droop ini yang memberikan informasi
kepada katup (valve) untuk membuka atau menutup aliran
uap ke turbin. Sehingga putaran kecepatan torsi elektrik pada
generator dapat bertambah atau berkurang sampai frekuensi
berada pada posisi nominal 50 Hz.
Namun keadaan di lapangan tidak demikian. Untuk
PLTU Gresik unit 3 dan 4, speed droop diatur 5 % , sehingga
harga gain :
Setiap ada perubahan 0,1 Hz akan mengakibatkan
perubahan beban sebesar 8 MW. Pada saat operasi Governor
Control,maka set dari Load Limit adalah 10 % diatas
Governor Control. Jika ada perubahan beban (akibat
frekwensi) beban akan dikontrol oleh Governor Control dan
bertambah 10%, setara 20 MW.
4.2 Data Parameter PLTU Gresik
4.2.1 Respon Frekuensi PLTU menggunakan
speed droop governor
Pada pasal ini akan dibandingkan simulasi
dengan nilai-nilai parameter rekomendasi hasil simulasi
dengan keadaan di lapangan.
PLTU unit 1/2 menggunakan load limit 100 %.
PLTU ini memiliki turbin jenis non-reheater (tanpa
pemanas ulang) dan kapasitas daya pembangkitan
adalah 1x200 MW. PLTU unit 3/4 menggunakan load
limit 10 %, nilai yang lebih kecil dibandingkan unit 1/2.
PLTU ini memiliki turbin jenis reheater (pemanas
ulang) dan kapasitas daya pembangkitan adalah 2x200
MW.
Sekarang dicoba menggunakan kontroler pada
unit governor pembangkit. Diberikan parameter speed
droop yang berbeda dan juga nilai kontroler yang
berbeda, agar didapatkan hasil yang dapat dibandingkan
dengan pasal 4.3.1 di atas. Pada sisttem tenaga listrik
biasanya dipakai kontroler PI (proportional integral).
Berikut adalah nilai parameter untuk rekomendasi
sistem yang disimulasikan pada Matlab Simulink 7.6 :
Gambar 4.6 Simulasi 2 % < R < 12 % PLTU unit 3/4
menggunakan Matlab Simulink 7.6
Gambar 4.5 Hasil imulasi 2 % ≤ R ≤ 12 % PLTU
unit 1/2 menggunakan Matlab Simulink 7.6
Gambar 4.7 Hasil imulasi 2 % ≤ R ≤ 12 % PLTU
unit 3/4 menggunakan Matlab Simulink 7.6.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
halaman 6
Tabel 4.3 Parameter PLTU 1/2 dan unit 3/4 Gresik
Parameter Nilai
TG1, TG2, TG3, TG4 0.09
TRH1, TRH2 0
TRH3, TRH4 7
TCH1, TCH2, TCH3, TCH4 0.3
FHP1, FHP2, FHP3, FHP4 0.3
M1, M2, M3, M4 10
R1, R2 3
R3, R4 4
D1, D2, D3, D4 3.4
Beban sistem 0.05
Gambar 4.12 Hasil simulasi respon frekuensi PLTU
unit 1/2 dan unit 3/4 dengan speed droop governor
Tabel 4.4 Hasil respon PLTU 1/2 dan unit 3/4 Gresik
menggunakan speed droop governor
Unit Pembangkit Overshoot
(p.u)
Time Settling
(detik)
PLTU 1 -0.00116 8
PLTU 2 -0.00116 8
PLTU 3 -0.00296 13
PLTU 4 -0.00296 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mode pengaturan frekuensi di PLTU Gresik unit 1/2
dan unit 3/4 menggunakan load limit,yang artinya
bahwa governor free tidak diaktifkan.
2. Dari hasil analisis, apabila free governor diaktifkan,
maka kerja dari governor dalam pengaturan
frekuensi semakin baik. Respon frekuensi
menggunakan speed droop yang lebih kecil nilai
prosentasenya maka hasilnya lebih baik.
3. Perlu diadakan kalibrasi atau tuning (peremajaan)
peralatan kontrol unit PLTU Gresik, agar governor
lebih cepat merespon perubahan frekuensi sehingga
didapat nilai frekuensi yang konstan.
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan
metode-metode lain seperti GA, Fuzzy, PSO sebagai
kontroler otomatis pengoperasian governor free di unit
PLTU. Metode yang digunakan sebaiknya disesuaikan
dengan keadaan unit PLTU yang akan diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Marsudi Djiteng, “Operasi Sistem Tenaga Listrik”,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
[2] Robandi Imam, “Modern Power Control Engineering”,
Penerbit Andi, Yogyakarta, April 2006.
[3] Machowski Jan, Warsaw University of Technology,
Poland, W. Bialek Janusz, The University of
Edinburgh, UK and Bumby James R., Durham
University, UK, “POWER SYSTEM DYNAMICS
Stability and Control Second Edition” , John Wiley &
Sons, Ltd, 2008.
[4] Kundur Prabha, “Power System Stability and Control”,
Mc.Graw Hill, Inc., New York, 1993.
[5] PT PJB UP Gresik, “Pengoperasian Governor Free
PLTU #12 dan #34”, PT PLN PERSERO, 2010.
[6] PT PJB UP Gresik, “Explanation of Electro Hydraulic
Control System and Turbine upervisory Instruments
System”, PT PLN PERSERO.
BIODATA PENULIS
Patriandari dilahirkan di kota
Jakarta 5 Januari 1988. Penulis
adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara pasangan Supriyadi GM
dan Eka Sangadji. Pada tahun 2006,
penulis masuk ke Jurusan Teknik
Elektro Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya dan mengambil
bidang studi Teknik Sistem Tenaga.
Mulai tahun 2009, penulis aktif
sebagai asisten untuk Praktikum Pengukuran Listrik di
Laboratorium Instrumentasi Pengukuran dan Identifikasi
Sistem Tenaga Listrik ( LIPIST B204).
Email : [email protected]
Gambar 4.11 Pemodelan sistem tenaga listrik
PLTU unit 1/ 2 dan unit 3/4 Gresik
dengan kontroler