g._kie_besi

7
7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 0 o 19' LU dan 127 o 24’ ” BT Pulau Makian , Provinsi Maluku Utara. Ketinggian : 1357 m dml. Kota Terdekat : Ternate Tipe Gunungapi : Gunungapi berlapis (strato), tipe A Pos Pengamatan Kelurahan Tafaga, Kecamatan Moti, Kabupaten Maluku Utara, Propinsi Maluku Utara. Posisi geografi 0 o 26’ 07” LU 127 o 24’ 53” BT Ketinggian 50 m dml. PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Puncak G. Kie Besi dapat dicapai dari dua arah yaitu melalui lereng sebelah barat laut (Desa Sebelei) dan lereng sebelah timur laut (Desa Tiowor), atau dari Desa Ngofakiaha, dengan lama perjalanan lebih 5-6 jam. Untuk turun sampai ke dasar kawah

Upload: kristopanus-patiung-lantemona

Post on 15-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

  • 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

    G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009

    KETERANGAN UMUM

    Nama Lain : Wakiong

    Nama Kawah :

    Lokasi

    a. Geografi b.

    Administrasi

    :

    :

    0o 19' LU dan 127o 24 BT

    Pulau Makian , Provinsi Maluku Utara.

    Ketinggian : 1357 m dml.

    Kota Terdekat : Ternate

    Tipe Gunungapi : Gunungapi berlapis (strato), tipe A

    Pos Pengamatan Kelurahan Tafaga, Kecamatan Moti, Kabupaten Maluku Utara,

    Propinsi Maluku Utara.

    Posisi geografi 0o 26 07 LU 127o 24 53 BT

    Ketinggian 50 m dml.

    PENDAHULUAN

    Pencapaian Puncak

    Puncak G. Kie Besi dapat dicapai dari dua arah yaitu melalui lereng sebelah barat

    laut (Desa Sebelei) dan lereng sebelah timur laut (Desa Tiowor), atau dari Desa

    Ngofakiaha, dengan lama perjalanan lebih 5-6 jam. Untuk turun sampai ke dasar kawah

  • sangat sulit, sebab kemiringan dinding kawah sangat terjal dan tidak ada satupun jalan

    menuju kesana setelah letusan tahun 1988. Sebelum letusan tahun 1988, jalan menuju ke

    dasar kawah dapat melalui struktur barangko timur.

    SEJARAH LETUSAN

    Sejarah letusan G. Kie Besi tercatat sejak tahun 1646, yaitu sebagai berikut:

    TAHUN KEJADIAN INTERVAL LETUSAN (TAHUN)

    1646 Letusan sangat besar dan terjadi pada 19-21 Juli. Lubang letusan adalah kawah utamanya. Banyak kampung yang musnah dan korban manusiapun jatuh.

    1760 Letusan besar terjadi pada 22 September. Korban jatuh diperkirakan 2000 orang. Yang mengungsi ke Ternate lebih dari 5000 orang.

    114

    1761 ? 1

    1860 Letusan kecil yang hanya berupa abu. 100

    1861 Letusan besar di kawah utama antara 28-31 Desember. Terjadi aliran lava. Korban manusia sebanyak lk. 300 orang Sebagian penduduk telah mengungsi ke luar pulau;namun sebagian lagi terkubur dalam laut.

    1

    1862 Peningkatan kegiatan pada bulan Oktober. Tidak ada keterangan lebih lanjut.

    1

    1863 Peningkatann kegiatan pada 25-31 Agustus. 1

    1864 Peningkatan kegiatan pada bulan Oktober. 1

    1890 Letusan besar di kawah utama pada bulan Juli yang menyebabkan korban manusia dan hancurnya kampung-kampung.

    26

    1988 Letusan besar di kawah utama. Terjadi awan panas dan material letusan yang menimpa kampung-kampung. Akhir letusan terbentuk sumbat lava di dasar kawah. Tidak ada korban manusia.

    98

    2009 Terjadi peningkatan Kegiatan Pada tanggal 2 Juni 2009 tingkat aktivitas vulkanik G. Kie Besi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada .

    Karakter dan Tipe Letusan

    Letusan G. Kie Besi 19 Juli 1988

    Karakter letusan G. Kie Besi yaitu magmatik eksplosif (awan panas, piroklastik),

    magmatik efusif (leleran lava pijar), freatik (asap, abu ), freatomagmatik (asap,abu dan

  • lava). Tipe Letusan G. Kie Besi pada umumnya adalah bertipe letusan atau bertipe Saint

    Vincent (tipe volcano), di mana letusan ini sangat dahsyat dan disertai dengan semburan

    awan panas secara radial melalui bibir kawah.

    GEOLOGI

    G.Kie Besi merupakan pulau gunungapi, berbentuk strato dengan kerucut

    terpancung, dimana pada puncaknya terdapat sebuah kawah besar. Kawah G. Kie Besi

    berukuran sekitar 1500 x 1400 m. Di bagian tengah merupakan kubah lava yang terbentuk

    pasca letusan 1988. Di bagian timurlaut terdapat sebuah telaga dimana airnya sudah

    berkurang karena erupsi tahun 1988 lalu.

    Stratigrafi G.Kie Besi dapat dikelompokkan ke dalam 23 satuan batuan, yang

    bersumber dari 3 perioda erupsi (Sasongko, 1999). Dijumpai kenampakan sesar di G.Kie

    Besi (Sasongko, 1999), yaitu : dua buah sesar di lereng bagian utara, yang arahnya relatif

    utara-selatan dimana blok bagian timurnya merupakan bagian blok yang turun. Sebuah

    sesar lainnya di lereng timur-tenggara, dengan arah relatif baratlaut - tenggara, dimana

    blok yang turun yaitu blok bagian utara.

    GEOFISIKA

    Kegempaan G. Kie Besi didominasi oleh Gempa Vulkanik Dalam (VA), Gempa

    Vulkanik Dangkal (VB), Tektonik Lokal (TL) dan Tektonik Jauh (TJ). Gempa Vulkanik G.

    Kie Besi mempunyai frekuensi sekitar 4 6 Hz (Kriswati, 2009).

    Gempa Vulkanik G. Kie Besi

    MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

    Sistem Pemantauan

    Aktivitas G. Kie Besi dilakukan secara visual dan kegempaan secara menerus dari

    Pos Pengamatan Gunungapi

  • Visual

    Pengamatan visual dilakukan melalui pengamatan warna, tinggi dan tekanan asap

    yang keluar dari kawah serta pengamatan cuacanya.

    Kegempaan

    Untuk memonitor kegiatan vulkanik G. Kie Besi, maka dipasang seperangkat

    seismograf satu komponen PS-2 sistim RTS ( Radio Telemetri System ).

    Pada sistim ini rekorder dan perangkat penerima ditempatkan di Pos Pengamatan G. Kie

    Besi di P. Moti (Posisi geografi 0o 26' 07 LU dan 127o 24 53 BT), sedangkan unit

    pemancar ditempatkan di P. Makian, pada lereng bagian utara G. Kie Besi (Posisi geografi

    0o 21' 06,72 LU dan 127o 25 10,32 BT)

    Deformasi

    Pemantaun deformasi G. Kie Besi dilakukan dengan metode Global Positioning

    System (GPS) dan Electronic Distance Measurement (EDM). Titik ukur/benchmark (BM)

    dibuat di Pulau Makian bagian barat laut hingga tenggara pada jarak 2 hingga 5,5km dari

    puncak G. Kie Besi. Pengukuran EDM dilakukan pada BM CMAT-1 yang digunakan

    sebagai titik tetap dan reflektor ditempatkan di BM EDM.

    Posisi BM GPS di G. Kie Besi

    BM Northing Easting Altitude

    CMAT 324492.4217 40412.1775 86.0352

    THNE 323790.0847 31439.1455 117.0551

    PLER 325391.9384 33664.9094 91.0403

    SGPT 326574.4963 37170.0057 95.4844

    EDM 323882.0574 38632.7185 408.1000

    NGOF 321191.4055 40706.0719 101.6484

    SBLE 318948.5876 39549.3961 115.3890

    PNCK 320921.5674 36501.9774 1421.9664

    GEOKIMIA

    Pemantauan geokimia dilakukan dengan menganalisis conto dan pengukuran suhu

    air panas yang terletak di Desa Peleri di lereng kaki bagian tenggara.

    KAWASAN RAWAN BENCANA

    Peta Rawan bencana G. Kie Besi dibagi menjadi tiga Kawasan Rawan Bencana

    (Bronto, 1999), yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, Kawasan

    Rawan Bencana I.

  • Kawasan Rawan Bencana I

    Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan

    tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava.

    Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu:

    a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan

    perluasan awan panas atau aliran lava. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai/di

    dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.

    Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna kuning.

    b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik/lontaran berupa hujan abu tanpa

    memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu

    (pijar). Daerah ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir

    berwarna kuning.

    Kawasan Rawan Bencana II

    Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan

    panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lahar dan gas beracun.

    Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

    a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava, aliran

    lahar dan gas beracun. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna

    merah muda.

    b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu

    (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk

    lingkaran putus-putus diarsir berwarna merah

    Kawasan Rawan Bencana III

    Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber

    bahaya seperti kawah dan daerah sekitar puncak. Kawasan ini sering terlanda awan

    panas, aliran lava, lontaran.batu (pijar), dan kemungkinan gas beracun.

    Kawasannya terdiri atas dua jenis yaitu kawasan yang berpotensi terlanda :

    a. Aliran massa seperti awan panas, aliran lava, dan gas racun. Kawasan ini diperlihatkan

    pada peta berupa daerah berwarna merah tua

    b. Lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan hujan abu lebat (jatuhan piroklastik).

    Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa lingkaran bergaris putus diarsir berwarna

    merah. Kawasan rawan bencana III yang berpotensi dilanda lontaran batu (pijar) dan

    hujan abu lebat terutama adalah daerah puncak dan sekitarnya.

  • Peta Kawasan Rawan Bencana G. Kie Besi

  • DAFTAR PUSTAKA

    Badan Standardisasi Nasional, SNI 13 4689 1998, ICS 07.066, Penyusunan Peta

    Kawasan Rawan Bencana Gunungapi.

    Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus No. 110 tahun 1986, Direktorat Vulknaologi,

    Bandung.

    Bronto,S.,dkk. September 1997, Laporan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana G. Kie

    Besi, P. Makian.

    Kriswati., dkk, 2009. Laporan aktivitas G. Kie Besi, Pulau Makian, Maluku Utara, Pusat

    Vulkanologi dan Mitigasi Bencana geologi.

    Kristianto dkk. Juni 1997, Laporan Pengamatan Seismik G.Kie Besi.

    Kusumadinata, K., Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

    Sasongko Y, Mulyana R, Des. 1999, Laporan Pemetaaan Geologi Gunungapi Kie Besi

    (Makian).