gizi

16
BAB I PENDAHULUAN Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000). Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004). Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya makanan asing yang disebabkan olehkemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009). Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney dkk,2008). Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almatsier,2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,2007). Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebainya jika kekurangan gizi atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,2007). Status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh penuh oleh semua zat gizi, maka disebut

Upload: anindya-septiawati

Post on 06-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Gizi

BAB IPENDAHULUAN

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya makanan asing yang disebabkan olehkemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009).Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney dkk,2008).Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almatsier,2009).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Status GiziStatus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,2007).Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebainya jika kekurangan gizi atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,2007).Status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh penuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi (Supariasa,2007).

B. Pengertian Gizi Lebih Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney et al,2008).Faktor penyebab:1. Efek toksis yang membahayakan 2. Kelebihan energy 

Page 2: Gizi

3. Kurang gerak4. Kemajuan ekonomi5. Kurang pengetahuan akan gizi seimbang6. Aktivitas fisik golongan masyarakat rendah7. Tekanan hidup/ stressAkibat Kelebihan Gizi :1. Obesitas/ kegemukan. Energy disimpan dalam bentuk lemak.2. Penyakit degenerative: hipertensi, diabetes, jantung koroner hepatitis, empedu.3. Usia harapan hidup semakin menurun.

C. Obesitas dan OverweightObesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya. 1. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.a. Faktor KeturunanAngka-angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi adalah sebagai berikut:1) Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.2) Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.3) Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumi,2003)Kadang-kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan, karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo, 2003)b. Konsumsi EnergiKonsumsi energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian. Frekuensi dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Makan sering secara teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.c. Pengeluaran EnergiPengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-anak. Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan aktivitas menurun. Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Perut. Obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh dapat dibagi menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar perut. Bagi orang Asia, lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90cm sementara pada wanita kurang dari 80cm. Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan lingkar perut lebih dari 90cm pada laki-laki dan 80 cm pada wanita dapat digolongkan kedalam obesitas abdominal. Etiologi obesitas sesungguhnya dapat dibagi dua, yaitu :a. Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan metabolisme (hormonal) atau pencernaan (enzimatik).b. Permasalahan eksternal yang berupa ketidakseimbangan antara diet dan exercise sebagai akibat dari perubahan gaya hidup serta modernisasi, termasuk pelbagai problem psikologis dan aktualisasi diri (Hartanto,2006).2. OverweightOverweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal. Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya berasal dari otot.

Page 3: Gizi

D. Prinsip Diit Gizi LebihPrinsip diit untuk penderita gizi lebih adalah mengusahakan konsumdi energi yang lebih rendah daripada keluaran (output). Pendekatan harus dilakukan melalui pengurangan konsumsi makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur tiap hari sebagai bagian dari kehidupan normal lebih berhasil guna daripada aktivitas berat yang dilakukan sebentar secara teratur.Untuk memenuhi tujuan pemberian diit pada penderita gizi lebih, perlu diperhatikan syarat-syarat berikut:1. Rendah energi dan seimbang. Kandungan energi makanan disesuaikan dengan kebutuhan individual yang bergantung pada umur, tingkat kegemukan, dan aktivitas. Pengurangan energi terutama dari pengurangan konsumsi hidrat arang.2. Protein normal atau sedikit di atas normal.3. Cukup mineral dan vitamin.4. Kadar serat tinggi.5. Pemberian makanan paling kurang dibagi menjadi 3 X sehari.6. Dalam batas konsumsi energi yang diperbolehkan, diberikan pilihan makanan sebanyak mungkin. Diit ketat tidak dianjurkan.7. Pelaksanaan diit disertai dengan penyuluhan gizi kepada anak dan orang tua.

E. Ketentuan Diit untuk Berbagai Golongan Umur1. Bayi ≤ 1 TahunSebagian besar bayi gemuk akan kehilangan kelebihan berat badannya secara spontan. Oleh karena itu, tidak diperlukan diit ketat. Berikan penyuluhan tentang prinsip makanan yang sesuai untuk normal. Tujuannya bukan untuk menurunkan berat badan, tetapi mencegah penambahan berat badan berlebihan.2. Anak Prasekolah (1-6 Tahun)Pada anak berumur 1-2 tahun, tujuan diit adalah mencegah penambahan berat badan. Karena anak pada usia ini cepat bertambah tinggi, maka dengan mengusahakan berat badannya tetap melalui pembatasan diit secara moderat, dalam waktu 6 sampai dengan 12 bulan ia akan keluar dari kegemukannya. Diit yang mengandung 600-800 kkal pada umumnya dianggap cukup untuk mengatasi kegemukan pada golongan anak prasekolah ini.3. Anak Berusia ≥ 7 TahunKandunga energi makanan diturunkan secara berangsur sesuai dengan kebiasaan makan, hingga 500-1000 kkal di bawah kebutuhan normal. Pada kegemukan biasa, kandungan energi makanan yang diberikan sama dengan kebutuhan untuk metabolisme basal menurut umur, jenis kelamin, dan berat badan sesungguhnya. Pada obesitas, dasar perhitungan energi adalah berat adan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diit yang mengandung 800-1000 kkal sehari akan mengakibatkan penurunan berat badan yang diharapkan . 

F. Bahan Makanan yang Baik DiberikanSemua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan. Untuk memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan dalam jumlah lebih banyak.

G. Bahan Makanan yang Terutama harus DibatasiMakanan yang mengandung energi tinggi, yaitu makanan yang manis seperti gula, sirup, jam, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es krim, kue-kue manis, cake, tarcis dan sebagainya ; serta makanan yang berlemak seperti goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan kelapa atau santan, daging berlemak, dan kacang tanah. 

H. Penanggulangan Masalah Gizi LebihMasalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi. Penanggulangannya antara lain:1. Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.2. Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.

Page 4: Gizi

3. Penyuluhan ke masyarakat luas.4. Peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (Almatsier,2009).

Masalah Gizi Utama

A. Pengantar Masalah Gizi            Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).            Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Ukuran kualitas SDM dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Upaya pengembangan kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).            Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa (Adisasmito, 2007).            Masalah Gizi adalah Gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang  atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidak seimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.            Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan kurus - mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi gangguan tersebut dapat bersifat  permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan  demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pangan  dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat.            Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro. Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A. Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan

Page 5: Gizi

kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikena sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A.Masalah gizi yang utama yaitu:1. Penyakit gizi makro            a. Kelebihan                        - Kegemukan (overweight)                        - Obesitas (Obesity)-penyakit degenerative            b. Kekuranga                        - Kerang energi dan protein (KEP)2. Penyakit gizi mikro            a. Anemia gizi besi (Iron Deficiency Anemia)            b. Xerophthalmia (Vitamin A Deficiency)            c. GAKY (Iodine Deficiency Desease)

B. Penyebab Utama Masalah Gizi            Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan. Menyeimbangkan antara ketersediaan pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat dengan meminimalkan ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan. Secara umum, permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:a.       faktor demografi

      seperti pertambahan jumlah penduduk, lajupertumbuhan penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda,penyebaran penduduk yang tidak merata, perubahan susunan pendudukb.      faktorsosial ekonomi

      dimana terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat,meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara baik langsung berpengaruhpada pendapatan keluarga.c.       perkembangan IPTEK

      dimana terjadinya arus moderenisasiyang membawa banyak perubahan pada pola hidup masyarakat termasuk pada pola makan.Perkembangan Konsumsi Pangan            Intake zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seseorang merupakan salah satu penyebab langsung dari timbulnya masalah gizi. Rata-rata konsumsi energi penduduk Indonesia tahun 2002 adalah sekitar 202 kkal/kap/hari yang berarti sekitar 90.4 persen dari kecukupan yang dianjurkan. Sementara rata-rata konsumsi protein sekitar 54,4 telah melebih kecukupan protein yang dianjurkan baru mencapai 90,4 persendari kecukupan gizi yang dianjurkan sebesar 2200 kkal/hari.                 Dari berbagai penelitian dan pemantauan pada konsumsi gizi masyarakat, ketidak seimbangan atau gangguan yang muncul dapat mengakibatkan :

1. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit(imunitas), yang berdampak pada tingginya angka penyakit infeksi dan kematian bayi dan balita

2. Gangguan pertumbuhan fisik, pada siklus kehidupan manusia sejak janin, bayi baru lahir,balita yang dapat berdampak sampai dewasa

3. Gangguan perkembangan otak: pada janin, bayi dan balita yang berdampak pada kecerdasan pada usia sekolah

Page 6: Gizi

4. Rendahnya produktifitas kerja5. Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya  

C. Jenis Masalah Gizi            Jenis masalah gizi didasarkan pada ketidak seimbangan asupan makanan terhadap kebutuhan tubuh, yaitu:1. Ketidak seimbangan karena kekurangan asupan dari kebutuhan tubuh.            Biasa disebut dengan gizi yang kurang atau yang lazim disebut dengan gizi kurang atau biasa juga diistilahkan dengan kelaparan, baik yang kentara maupun tidak kentara. Gizi kurang juga dibedakan atas kekurangan komponen-komponen gizinya yaitu gizi kurang makro dan gizi kurang mikro. Gizi kurang makro dikenal dengan kurang energi protein. Sedang gizi kurang mikro yang banyak ditemukan atau menjadi masalah adalah Kurang Zat Yodium, Kurang Zat Besi, Kurang Vitamin A, Kurang Zat Zeng, Kurang Asam Folat, Kurang Vitamin B12 dan lain-lain. Dampak atau akibat Kurang Gizi MAKRO, bila terjadi pada ibu hamil maka bayi yang akan dilahirkan mempunyai Berat Badan Lahir Rendah (Kurang 2500 gram), Pada bayi dan anak Pertumbuhan Barat dan Tinggi Badan Anak Terganggu (anak pendek dan atau kurus), bahkan Perkembangan Otak Anak terganggu (Terbelakang /Bodoh /IQ Rendah), mudah Jatuh Sakit dan beresiko mengakibatkan kematian, yang kesemuanya berimplikasi pada penurunan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), tanda bahwa generasi tua kurang  mempersiapkan generasi mudah penerus cita-cita bangsa.

2. Ketidak seimbangan karena kelebihan asupan dari kebutuhan tubuh akan zat-zat (gizi) yang terdapat dalam makanan.            Dikenal dengan istilah gizi lebih, contohnya kegemukan dan penyakit Degeneratif. Gizi lebih ini lebih dikenal dengan lebih Karbohirat atau banyak makan dan juga lebih lemak atau banyak makan lemak/minyak masakan. Kesemuanya dikenal dengan istilah energi lebih. Contoh penyakit gizinya, bila kelebihan Karbohidrat maka dalam darah akan kelebihan glukosa, bila glukosa ini sempat diproses menjadi glikogen maka seseorang akan terlihat Kegemukan, bila glukosa tidak sempat diproses menjadi glikogen alias glukosa darah tetap tinggi maka seseorang akan menderita penyakit gula, akan lebih parah lagi bila seseorang telah mengalami proses degeneratif. Ini terjadi juga pada keadan gizi lebih karena lebih lemak atau banyak makan lemak/minyak masakan, lemak yang dimakan akan tertimbun pada pembulu darah dan ini akan menimbulkan penyakit jantung, penyakit darah tinggi dan akibat-akibat lainnya.

D. Masalah-Masalah Gizi Utama        1. Kurang Energi Protein (KEP)            Disebut juga dengan protein energi malnutrition (PEM)/ protein calori malnutrition (PCM), yang merupakan penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/ meneteki (buteki). Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi ada kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition), sedangkan derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor.Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas.

1. Penyebaba. Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendahb. Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan

Page 7: Gizi

c. Pengetahuan yang kurang tentang gizid. Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkore. Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmusf. Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang

mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI

g. Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

2. Gejala Klinis KEP Ringana. Pertumbuhan mengurang atau berhentib. BB berkurang, terhenti bahkan turunc. Ukuran lingkar lengan menurund. Maturasi tulang terlambate. Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurunf. Tebal lipat kulit normal atau menurung. Aktivitas dan perhatian kurangh. Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

3. Pembagian            a. Marasmus            Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.Penyebab:

· Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan· Kebiasaan makanan yang tidak layak· Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan

Tanda dan gejala:· Wajah seperti orang tua, terlihat

sangat kurus· Mata besar dan dalam, sinar mata

sayu· Mental cengeng· Feces lunak atau diare· Rambut hitam, tidak mudah dicabut· Jaringan lemak sedikit atau bahkan

tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang

· Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur

· Torax atau sela iga cekung· Atrofi otot, tulang terlihat jelas· Tekanan darah lebih rendah dari usia

sebayanya· Frekuensi nafas berkurang· Kadar Hb berkurang· Disertai tanda-tanda kekurangan

vitamin

b. Kwashiorkor            Kwashiokor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang

Page 8: Gizi

menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.Penyebab:

· Kekurangan protein dalam makanan· Gangguan penyerapan protein· Kehilangan protein secara tidak normal· Infeksi kronis· Perdarahan hebat

Tanda dan gejala· Wajah seperti bulan “moon face”· Pertumbuhan terganggu· Sinar mata sayu· Lemas-lethargi· Perubahan mental (sering menangis,

pada stadium lanjut menjadi apatis)· Rambut merah, jarang, mudah

dicabut· Jaringan lemak masih ada

· Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)

· Iga normal-tertutup oedema· Atrofi otot· Anoreksia· Diare· Pembesaran hati· Anemia· Sering terjadi acites· Oedema

c. Kwashiorkor-Marasmik            Kelainan ini memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor.4. Penatalaksanaan    Secara umum

a. Ruangan cukup hangat dan bersihb. Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)c. Pencegahan infeksi nosokomiald. Penimbangan BB tiap hari

   Secara khususa. Resusitasi dan terapi komplikasib. Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)c. Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin Ad. Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat

            Penanganan Secara Khusus KEP Berat:a. Rujukan pelayanan gizi di posyandub. Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizic. ASI eksklusif

            Dietetika. Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineralb. Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan dengan porsi

sedikit-sedikit tapi sering)

Page 9: Gizi

c. Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan setiap saat)

5. Persiapan pulanga.       Gejala klinik tidak adab.      Nafsu makan baikc.       Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan yang sehat

6. Komplikasia.       Infeksi saluran pencernaanb.      Defisiensi vitaminc.       Depresi mental

7. Program Pemerintah – Penanggulangan KEP    Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama:

a.       Ibu hamilb.      Bayic.       Balitad.      Anak-anak sekolah dasar

8. Keterpaduan Kegiatana.       Penyuluhan gizib.      Peningkatan pendapatanc.       Peningkatan pelayanan kesehatand.      Keluarga berencanae.       Peningkatan peran serta masyarakat

9. Kegiatan            Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan posyandu.

        2. Obesitas            Obesitas (Obecity) adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas.BB > tidak selalu obesitas

1. Penyebaba.       Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkunganb.      Aktifitas fisik yang rendahc.       Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)d.      Laju pertumbuhan yang sangat cepate.       Genetik atau faktor keturunanf.       Gangguan hormon

2. Gejala

Page 10: Gizi

a.       Terlihat sangat gemukb.      Lebih tinggi dari anak normal seumurc.       Dagu gandad.      Buah dada seolah-olah berkembange.       Perut menggantungf.       Penis terlihat kecil

3. Terdapat 2 Golongan Obesitas·         Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan·         Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat

4. Resiko/ Dampak Obesitasa.       Gangguan respon imunitas selulerb.      Penurunan aktivitas bakterisidac.       Kadar besi dan seng rendah

5. Penatalaksanaan            Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama. Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumlah energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial. Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah perilaku makan, mengatasi gangguan psikologis, meningkatkan aktivitas fisik, membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan. Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke rumah sakit, konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin).

        3. Anemia            Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.Macam-macam anemia:a.       Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.b.      Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang,

bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12c.       Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik

atau aplastik

Anemia Defisiensi Besi            Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi. Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen. Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.Ciri-cirinya:

Page 11: Gizi

a.       Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besib.      Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu

Tanda dan gejala:a.       Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)b.      Lemahc.       Lesud.      Hb rendahe.       Sering berdebarf.       Papil lidah atrofig.      Takikardih.      Sakit kepalai.        Jantung membesar

Dampak:a.       Produktivitas rendahb.      SDM untuk generasi berikutnya rendah

Penyebab:            - Sebab langsung

a.       Kurang asupan makanan yang mengandung zat besib.      Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besic.       Infeksi penyakit

            - Sebab tidak langsung                        Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah.            - Sebab mendasar

a.       Pendidikan wanita rendahb.      Ekonomi rendahc.       Lokasi geografis (daerah endemis malaria)

Kelompok sasaran prioritas:a.       Ibu hamil dan menyusuib.      Balitac.       Anak usia sekolahd.      Tenaga kerja wanitae.       Wanita usia subur

Penanganan:            Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui. Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita. Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah. Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita. Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS).

Page 12: Gizi

        4. Defisiensi Vitamin A            Prevalensi tertinggi terjadi pada balita.1. Penyebab:

a.       Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendahb.      Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan

memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASIc.       MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin Ad.      Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP

dll)e.       Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar

tiroidf.       Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

2. Gejalaa.       Keadaan reversible (dapat sembuh): buta senja, serosis konjungtiva, serosis kornea,

bercak bitot.b.      Keadaan irreversible (sulit sembuh): ulserasi kornea, keratomalasia.

3. Tanda dan gejala defisiensi Vitamin A:a.       Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis korneab.      Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl

4. Tanda hipervitaminosis:- Akut

·         Mual, muntah·         Fontanela meningkat

- Kronis·         Anoreksia·         Kurus·         Cengeng·         Pembengkakan tulang

5. Klasifikasi KVAa.       XN      : buta senja (night blindess only)b.      X1A    : konjungtiva mongering (conjunctiva serosis)c.       X1B    : bercak bitot dan konjungtiva mongering (bitot spot+conjunctiva serosis)d.      X2       : kornea mongering/ serosise.       X3A    : ulserasi kornea dan kornea mongeringf.       X3B    : keratomalasiag.      XS       : parut kornea (cornea scars)h.      XF       : xeraphthalmia fundus            X1A s.d X2 bersifat reversible            X3A s.d XF bersifat irreversible            Deteksi KVA dilakukan dengan inspeksi/ pemeriksaan terhadap mata.

6. Upaya pemerintah

Page 13: Gizi

            Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A, fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU).            Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU). Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU,   usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai usia. Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)

Catatan:            Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air. Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas  dan mortalitas, dan pneumonia.

        5. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)            GAKY dalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama. Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium. Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok.

1. Dampaka.       Pembesaran kelenjar gondokb.      Hipotiroidc.       Kretinismed.      Kegagalan reproduksie.       Kematianf.       Defisiensi pada janin

            Dampak dari kekurangan yodium pada ibu hamil:a.       Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahirb.      Terjadi kretinisme endemisc.       Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)d.      Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)

2. Defisiensi            Defisiensi pada BBLa.       Penting untuk perkembangan otak yang normalb.      Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka

yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium

            Defisiensi pada anaka.       Puncak kejadian pada masa remaja

Page 14: Gizi

b.      Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-lakic.       Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan

            Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)Tingkat 0      : tidak ada pembesaran kelenjarTingkat IA   : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan

palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimalTingkat IB    : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimalTingkat II     : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meterTingkat III   : terlihat nyata dari jarak jauh

            Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodiumBayi < 1tahun             : 100 mgBalita 1-5 tahun          : 200 mgWanita 6-35 tahun      : 400 mgIbu hamil (bumil)        : 200 mgIbu meneteki (buteki) : 200 mgPria 6-20 tahun            : 400 mg            GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis.Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium:a.       Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli,

defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotorb.      Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatusc.       Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah),

gangguan perkembangand.      Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium

            Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.

3. Pencegahan/ Penanggulangana.       Fortifikasi        : garamb.      Suplementasi   : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

E. Upaya Intervensi Perbaikan Masalah Gizi            Masalah gizi masih menjadi tema masalah kesehatan utama di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Nasional (Susenas, 2005) prevalensi balita dengan gizi kurang sejumlah 28%. Angka bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akibat ibu menderita kurang energi protein dan menderita anemia saat hamil (bumil KEK) juga masih tinggi.            Karena itulah, program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan, yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pola hidup sehat bagi masyarakat. Hal ini dilakukan melalui rangkaian upaya berkesinambungan.            Dimulai dari perumusan masalah, tujuan yang jelas, penentuan startegi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan di berbagai tingkat administrasi.

Page 15: Gizi

            Secara umum upaya perbaikan gizi yang telah dilaksanakan di puskesmas, meliputi:1.      Penyuluhan Masalah Gizi di Posyandu2.      Penimbangan Bayi, Balita di Posyandu3.      Pemberian Suplemen Gizi, berupa kapsul vitamin A, kapsul minyak beryodium, tablet besi.4.      Pemanfaatan Fortifikasi Garam Beryodium5.      Pemberian Makanan Tambahan, termasuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).6.      Pemantauan dan Penanganan Gizi Buruk

            Untuk mencapai tujuan itu, perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan kontinyu.