ginjal

15
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem urinaria ini terdiri-dari sepasang ginjal yang terletak pada dinding posterior abdomen, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum, dan karena itu di luar rongga peritonium, (ren, kitney) dengan saluran keluarurine berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung kemih (urinary bladder, vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (pubic bone). Urine selanjutnya dialirkan keluar melalui sebuah urethra (Pearce, 2010). Sistem perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung kemih dan uretra. Sistem ini berperan memlihara homeostasis melalui proses rumit yang meliputi filtrasi, absorpsi aktif, arbsorpsi pasif, dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin, yang mengeluarkan berbagai produk limbah metabolik. Urin yang diproduksi di ginjal mengalir melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara waktu, dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit ; dari jumlah ini, 124 ml diarbsorpsi kembali oleh organ dan hanya 1 ml yang diteruskan kedalam ureter ke dalam urin. Kurang 1500 ml urin dibentuk setiap 24 jam. Ginjal juga mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuatan hormon renin, yaitu suatu zat yang berpartisipasi dalam pengaturan tekanan darah (Carneiro, 2009). 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah anatomi fisiologi organ urinaria? 2. Bagaimana proses pembentukan urin? 3. Bagaimana mekanisme kontrol volume urin. 4. Apa hubungan kontrol hormon urin dengan sekresi urin? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi organ urinaria. 2. Untuk mengetahui proses pembentukan urin. 3. Untuk mengetahui mekanisme kontrol volume dan elektrolit.

Upload: alfiatuz

Post on 01-Oct-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sistem urinaria ini terdiri-dari sepasang ginjal yang terletak pada dinding posterior abdomen, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum, dan karena itu di luar rongga peritonium,(ren, kitney)dengan saluran keluarurineberupaureterdari setiap ginjal.Ureteritu bermuara pada sebuah kandung kemih(urinary bladder, vesica urinaria)di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan(pubic bone).Urineselanjutnya dialirkan keluar melalui sebuahurethra(Pearce, 2010).

Sistem perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung kemih dan uretra. Sistem ini berperan memlihara homeostasis melalui proses rumit yang meliputi filtrasi, absorpsi aktif, arbsorpsi pasif, dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin, yang mengeluarkan berbagai produk limbah metabolik. Urin yang diproduksi di ginjal mengalir melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara waktu, dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit ; dari jumlah ini, 124 ml diarbsorpsi kembali oleh organ dan hanya 1 ml yang diteruskan kedalam ureter ke dalam urin. Kurang 1500 ml urin dibentuk setiap 24 jam. Ginjal juga mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuatan hormon renin, yaitu suatu zat yang berpartisipasi dalam pengaturan tekanan darah (Carneiro, 2009).

1.2.Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah anatomi fisiologi organ urinaria?

2.Bagaimana proses pembentukan urin?

3.Bagaimana mekanisme kontrol volume urin.

4.Apa hubungan kontrol hormon urin dengan sekresi urin?

1.3.Tujuan

1.Untuk mengetahui anatomi fisiologi organ urinaria.

2.Untuk mengetahui proses pembentukan urin.

3.Untuk mengetahui mekanisme kontrol volume dan elektrolit.

4.Untuk mengetahui kontrol hormon urin dengan sekresi urin.

1.4.Hipotesa

Menjelaskan secara makroskopis dan mikroskopis,komposisi dan fungsi sistem urinaria.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sistem Urinaria

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih) (syaifuddin, 2003).

2.1.1.Ginjal

Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm ( kurang lebih sebesar kepalan tangan ). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 175 g pada laki-laki dan 115 -155 g pada perempuan (Sloane, 2003).

Gambar 2.1.1. Ginjal

3

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, dan karena itu diluar rongga peritoneum (Pearce, 2010).

Ginjal kanan terletak agak di bawah dibanding ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan. Setiap ginjal di selubungi tiga lapisan jaringan ikat yaitu :

a.Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.

b.Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.

c.Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membrane halus transparan yang langsung membungkusginjal dan dapat dengan mudah di lepas (Sloane, 2003).

Anatomi fisiologi ginjal dapat di bagi menjadi :

1.Korteks, terdiri atas :

a.Kapsula bowman, bentuk seperti mangkok yang melebar dan buntu, dinding rangka diantaranya di sebut dengan bowman space.

a.1.Lapisan luar membentuk batas luar korpuscle renalis dan disebut dengan lapisan parietal kapsula bowman yang terdiri dari epitel selapis pipih.

a.2.Lapisan dalam kapsul ini adalah lapisan viselal menyelubungi kapitel glomerulus yang terdiri dari sel podosit (Sloane, 2003).

b.Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsulbowman. Glomerulus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuscle ginjal. Glomerulus tidak terletak dalam lumen dari tubulus. Ia berinvaginasi (melekuk ke dalam) pada dilatasi terminal tanpa menembusnya (Sutoyo, 2008).

c.Tubulus contortus proksimalis ( T.C.I ), panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus ( brush border ) dan memperluas area permukaan lumen.

d.Tubulus contortus distalis ( T.C.II ), juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.

d.1.Di sepanjang jalurnya, tubulus ini nersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel yang termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan di stimulasi oleh penurunan ion natrrium.

d.2.Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang di sebut sel jukstaglomerular. Se ini di stimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk memproduksi rennin. Macula densa, sel jukstagloimerular dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

2.Medulla terdiri dari masa-masa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan di tembus mulut duktus pengumpul urin.

3.Nefron, satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki satu komponen vascular (kapilar) dan satu komponen tubular.

a.Satu glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuscle ginjal.

b.Tubulus contortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus ( brush border ) dan memperluas area permukaan lumen.

c.Ansa henle, tubulus contortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk kedalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam dan membalik ke atas membentuk yungkai asenden ansa henle.

d.Tubulus contortus distal, juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.

1.Di sepanjang jalurnya, tubulus ini nersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel yang termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan di stimulasi oleh penurunan ion natrium.

2.Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang di sebut sel jukstaglomerular. Sel ini di stimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk memproduksi rennin. Macula densa, sel jukstagloimerular dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

e.Tubulus dan duktus pengumpul, karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urin di alirkan ke ureter yang maengarah ke kandung kemih (Sloane, 2003).

f.Suplai Darah

f.1.Arteri Renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal dan masuk ke hillus melalui cabang anterior dan posterior.

f.2.Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris yang mengalir di antara piramida piramida ginjal.

f.3.Arteri Arkuata berasal dari arteri interlobaris pad area pertemuan antara korteks dan medula.

f.4.Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan melewati korteks.

f.5.Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar 50 kapiler yang membentuk glomerulus.

f.6.Arteriol eferen meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jaring-jaring kapiler lain, kapilar peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk memberi nutrien pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorpsi.

a.Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jaring-jaring kapilar peritubular yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal pada nefron tersebut.

b.Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida medula.

f.7.Kapilar peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan membentuk vena interlobularis.

f.8.Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis.

Fungsi ginjal antara lain :

1.Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.

2.Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Eskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain, sepertin pada saluran gastrointestinal atau kulit.

3.Pengaturan keseimbangan asam-asam tubuh ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen ( H+),bikarbonat ( HCO3-), dan amonium (NH4+), serta memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.

4.Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoiettin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam sum-sum tulang.

5.Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Rennin adalah komponen penting dalam mekanisme rennin-angiotensin-aldosteron, yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.

6.Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah. Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah.

7.Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan ,atau zat kimia asing lain dari tubuh (Sloane, 2003).

2.1.2.Ureter

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang sampai kandung kemih (Sloane, 2003).

Ureter adalah saluran fibromuskular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih (Dorland, 1998).

Gambar 2.1.2. Ureter.

Setiap ureter panjangnya antara 25 cm sampai 30 cm dan berdiameter 4 mm sampai 6 mm. Saluran ini menyempit di 3 tempat: di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan: lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di tengah adalah muskolaris longitudinal ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah luar. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristatis mengalir urin dari kandung kemih ke luar tubuh (Sloane, 2003).

2.1.3.Kandung Kemih

Gambar 2.1.3. Kandung kemih.

Kandung kemih adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai kontainer penyimpanan urin. Pada laki-laki, kandung kemih terletak tepat di belakang simfisis pubis dan di depan rektum. Pada perempuan, organ ini agak terletak di bawah

uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong, organ berbentuk sepeti buah pir dan dapat mencapai umbilikus dalam rongga abdominopelvis jika penuh berisi urin. Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan-lipatan peritoneum dan kondensasi fasia. Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan.

a.Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.

b.Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut

c.Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis

d.Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang tersusun dari epitelium transisional.

Trigonum adalah area halus, triangular dan relatif tidak dapat berkembang yang terletak secra internal di bagian dasar kandung kemih (Sloane, 2003).

2.1.4.Uretra

Uretra mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh. Pada laki-laki, uretra membawa cairan semen dan urin, tetapi tidak pada waktu yang bersamaan. Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostat dan penis.Uretra pada laki-laki terdiri dari 3 macam, yaitu:

a.Uretra prostatik dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan duktus kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari kelenjar prostat.

b.Uretra membranosa adalah bagian yang terpendek 1cm sampai 2 cm. Bagian ini

berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.

c.Uretra kavernous merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksternal pada ujung penis (Sloane, 2003).

Uretra pada perempuan, berukuran pendek 3,75 cm. Saluran ini membuka keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak dalam vestibulum antara klitoris dan mulut vagina. Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostat pada laki-laki, bermuara ke dalam uretra.

Gambar 2.1.4. Uretra.

Panjangnya uretra laki-laki cenderung menghambat invasi bakteri ke kandung kemih (sistitis) yang lebih sering terjadi pada perempuan (Sloane, 2003).

2.2.Mekanisme kontrol volume cairan tubuh

Kestabilan cairan tubuh yang relatif sangat mengagumkan karena adanya pertukaran cairan dan zat terlarut yang terus menerus dengan lingkungan eksternal. Adanya asupan cairan yang sangat bervariasi yang harus disesuaikan dengan pengeluaran yang sebanding dari tubuh untuk mencegah penurunan atau peningkatan volume cairan tubuh (Guyton dan Hall, 2006).

2.2.1.Cairandalam tubuh

Di dalam tubuh,terdapat2 cairan tubuh, antara lain:

1.Cairan intraseluler (CIS) mengacu pada cairan dalam milyaran sel tubuh. Kurang lebih dua pertiga cairan tubuh, adalah cairan intraseluler.

2.Cairan ekstraseluler (CES) yang terdiri dari seluruh cairan tubuh di luar sel. Mengandung sepertiga air tubuh.

Cairan ekstraseluler terdiri dari kompartemen penting, antara lain:

a.Cairan intertisial adalah cairan di sekitar sel tubuh dan limfe adalah cairan dalam pembuluh limfatik. Gabungan kedua cairan ini mencapai tiga per empat CES.

b.Plasma darah adalah bagian cair dari darah dan mencapai seperempat CES.

c.Cairan transeluler, sekitar 1% sampai 3% berat badan meliputi seluruh cairan tubuh yang dipisahkan dari CES oleh lapisan sel epitel. Subkompartemen ini meliputi keringat, cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan dalam peritonium, perikardiak, dan rongga pleura, cairan dalam ruang-ruang mata, dan cairan dalam sistem pernafasan, pencernaan, urinaria. (Sloane, 2003).

2.2.2.Komposisi kompartemen cairan

a.Cairan Ekstraseluler (CES)

Plasma darah dan cairan intertisial memiliki isi yang sama yaitu ion natrium dan klorida serta ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi sedikit ion kalium, kalsium, magnesium, fosfat, sulfat, dan asam organik. Perbedaannya adalah dalam hal protein , plasma mengandung lebih banyak protein sedangkan cairan intertisial mengandung sangat sedikit protein.

b.Cairan Intraseluler (CIS)

Akibat pompa natrium-kalium dependen ATP, konsentrasi ion natrium dan kalium Aintraseluler berlawanan dengan yang ada dalam CES. Ion kalium intraseluler berkonsentrasi tinggi, sedangkan ion natrium intraseluler berkonsentrasi rendah. Konsentrasi protein dalam sel tinggi, yaitu sekitar empat kali konsentrasi dalam plasma (Sloane, 2003).

2.2.3.Keseimbangan Elektrolit

Di dalam tubuh manusia, terdapat beberapa cairan elektrolit, diantaranya:

1.Natrium

Sumber utama natrium adalah makanan. Asupannya bervariasi mulai dari 4 gram sampai 20 gram NaCl. Natrium dikeluarkan melalui kulit, ginjal dan saluran gastrointestinal.

Pengaturan natrium dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium oleh ginjal bukannya melalui asupan natrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme ginjal meliputi gangguan pada volume darah, tekanan darah atau natrium plasma.

2.Kalium

Kalium adalah kation intraseluler utama (95%). Ion ini secara normal dikonsumsi dan di ekskresi dalam jumlah yang seimbang yaitu 10% dari asupan harian di ekskresi pada feses dan 90% dalam urin. Pengaturan kadar kalium darah dikendalikan oleh aldosteron. Hormon lain yang menstimulasi asupan selular terhadap kalium adalah insulin dan epinefrin.

3.Kalsium dan fosfat

Faktor yang mempengaruhi jumlah kalsium dalam plasma adalah jumlah kalsium yang dikonsumsi, jumlah yang di absorbsi dari saluran pencernaan, dan jumlah yang di ekskresi dalam feses dan urin. Pengaturan konsentrasi kalsium dalam CES dan plasma darah terutama dilakukan melalui mekanisme hormonal.

4.Anion lain

Anion lain seperti klorida dan bikarbonat, diatur bersamaan dengan pengaturan ion natrium dan keseimbangan asam basa tubuh. Sulfat, nitrat dan laktat memiliki maksimum transpor. Jika maksimum tranpornya terlewati, ion yang berlebihan akan diekskresi. (Sloane, 2003).

2.3.Kontrol Hormon dan Syaraf Dalam Sistem Urinaria

Mekanisme ADH memegang peranan penting dalam mempertahankan volume osmolalitas cairan ekstraselular ( ECF ) pada tingkat konstan dengan mengatur volume akhir dan osmolalitas urin.

Dalam ginjal, ADH secara tak langsung meningkatkan proses proses utama yang terjadi dalam lengkung henle melalui dalam 2 mekanisme yang berhubungan satu dengan yang lain :

1.Aliran darah melaui vasa rekta medula berkurang bila terdapat ADH, sehingga memperkecil pengurangan dari intitial yang selanjutnya makin hiperosmotik.

2.ADH meningkatkan permeabilitasduktus koligen dan tubulus distal sehingga makin bnyak air yang berdifusi keluar untuk membentuk keseimbangan dengan cairan intertitial yang hiperosmotik, kedua mekanisme inibekerja menghasilkan urin yang pekat dan dengan demikian mengurangi volume eksresi.

Fungsi hormonal dan metabolisme ginjal mensekresi hormon rennin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (system rennin angiotensi aldesteron) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk sel darah merah. Selain itu ginjal juga membentuk hormon kolekasiferol ( vitamin D aktif ) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus (Price dan Lorraine, 1991).

2.3.1.Persyarafan Sistem Urinaria

a.Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis ( vasomotor ). Syaraf ini berfungsi mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, syaraf ini berjalan bersamaan dengan system pembuluh darah yang masuk ke dalam ginjal. Diatas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar inni merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormone yaitu hormon adrenalin dan kartison. Adrenalin di hasilkan oleh medulla.

b.Persyarafan Ureter

Persyarafan ureter merupakan cabang dari fleksus mesentrikus inferior, fleksus spermatikus dan fleksus pelvis sepertiga dari nervus vagus ; rantai eferen dan nervus fagus rantai eferen dari nervus torakali ke 11 dan ke 12, nervus lumbalis ke 1, nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.

c.Persyarafan Vesika Urinaria

Persyarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke 1 dan ke 2 yang berjalan turun ke vesika urinaria melalui pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatik yang keluar dari nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2,3 dan 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria (syaifuddin, 2006).

2.4.Proses Pembentukan Urin

Glomerulus befungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan dteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.

Urin berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Pembentukan urin terdiri dari tiga tahap :

a.Filtrasi (penyaringan)

Filtrasi terjadi di kapsul bowman dan glomerulus. Dinding terluar kapsul bowman tersusun dari satu lapis sel epitelium pipih. Antara dinding luar dengan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul bowman tersusun dari sel-sel khusus yang di sebut podosit.

Proses filtrasi

Ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endothelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk kedalam ruang kapsul bowman.

Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul bowman di sebut filtrate glomerulus atau urin primer.

b.Reabsorpsi (penyerapan kembali)

Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus kontortus distal.Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitelium diseluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang di reabsorbsi antara lain adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na, K, Ca, Cl, HCO3, HbO, dan sebagian urea.

Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transport aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na, HCO3, dan HO terjadi di tubulus kontortus distal.

Tahapan terjadinya reabsorpsi adalah sebagai berikut : urin primer masuk dari glomerulus ke tubuluskontortus proksimal. Urin primer ini bersifat hipotonis disbanding plasma darah. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Clsecara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrate menuju lengkung henle. Filtrate ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan disekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Clke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsorpsi Nadan air di bawah control ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H, NH, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin.

Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder yang mengandung air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi member warna dan bau pada urin.

c.Augmentasi (pengumpulan)

Urin sekunder dari tubulus konturtus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na, Cl, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urunaria(kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin.(H. syaifuddin, 2006).

2.5.Upaya Penanggulangan Abnormal

Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.

1.Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.

2.Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.

3.Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

4.Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.

5.Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya menolong juga (Repetto dkk, 1992).