gigi dan mulut

Upload: nesya-cindyana-musthofa

Post on 30-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gigi dan mulut

TRANSCRIPT

Blok mandibular adalah teknik penyuntikan yang sering dipakai di kedokteran gigi, dan katanya sih sering terjadi kegagalan, saya pun sudah membuktikan sudah 3 kali tidak langsung berhasil pada spuit pertama. Mungkin itulah alasan kenapa digunakan teknik penyuntikan ini waktu koass antar teman dulu

Saya pun penasaran dan bertanya-tanya sendiri, kenapa sih sering sekali tingkat kegagalannya, melalui pencarian di dunia maya, akhirnya mendapat pencerahan dari berbagai pihak

dari definisinya sendiri didapatkan bahwa:

nerve block, mandibular (inferior alveolar) = an injection used to anesthetize the anterior two-thirds portion of the tongue, the pulp tissue of the mandibular teeth, the floor of the oral cavity, the facial periodontium of the mandibular first premolar and anterior teeth, the lingual periodontium of all mandibular teeth, the skin on the chin, and the lower portion of the lip.(http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/mandibular+nerve+block)

Teknik penyuntikan ini mempunyai target yaitu pada foramen mandibula, yang menyebabkan seringnya kegagalan terjadi adalah perbedaan letak foramen mandibula pada tiap-tiap individu dan berbeda tiap tingkatan umur.

Cara melakukan teknik blok mandibular bisa dibilang berbeda-beda tiap orang, kalo di textbook2 terkenal sih disebutkan dimulai dengan posisi 1 ke 2 lalu ke posisi 3, kurang lebih seperti dari kontra lateral P, masuk mentok tulang, sejajar oklusal, susurin sampai mentok lagi baru di aspirasi dan deposit.

Dari bacaan-bacaan bermutu dan layak baca (tumbeeeenn..), dan masukan dari Rani Isfandria (cieeee...), saya akhirnya memutuskan menggunakan teknik blok mandibular dengan cara meraba dulu linea oblique eksterna dengan ibu jari atau telunjuk kalo jempolnya kegedean (Caranya adalah raba dari gigi yang paling ujung belakang pada rahang bawah sisi yang mau kita blok, pada sisi luar mandibula yang dekat pipi, terus ke belakang sampe ketemu sudut dimana linea oblique itu naik).

Tahan di titik itu dengan ujung ibu jari atau telunjuk, lalu gerakkan kira-kira setengah buku ibu jari ke arah medial dan persiapkan syringe dengan obat anestetikumnya di tangan yang satunya, lalu ambil dari arah kontra lateral dari M1 (Sekali lagi M1 yah M1) lalu masukkan persis di depan ibu jari, seharusnya nanti jarum suntiknya akan amblas bisa masuk seluruhnya, langsung aspirasi dan depositkan obat, lalu ketika 1,5 cc obat sudah masuk, mulai tarik keluar secara perlahan-lahan sambil tetap mendepositkan obat.

Biasanya, begitu jarum suntik keluar dari mulut pasien obat anestesi akan mulai merambati N. Alv Inferior. Pastikan untuk memeriksa lidah dan bibir, kalo pasien sudah merasa tebal dan bibirnya miring kearah yang dianestesi, baru tambahkan infiltrasi di bukal.

Catatan lain adalah disarankan untuk tidak menggunakan citoject saat melakukan blok mandibular, karena selain jarumnya pendek, tidak dapat diaspirasi, dan spesifikasi penggunaannya pada penyuntikan intraligamen saja. Sedangkan pada penyuntikan apapun dalam rongga mulut (termasuk palatum), mutlak melakukan aspirasi!anastesi blok pada maksila dan mandibula

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik. Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan sensasi dan aktivitas motorik. Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan pada permukaan tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan fungsi tubuh lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi akan menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol otot. Dosis atau konsentrasi akan menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada kekuatan otot. Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada permukaan kulit atau tubuh. Adapun manfaat dari anestesi local adalah sebagai berikut : - Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri- Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi.- Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.- Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Dua Kelompok AnastesiObat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.Tipe AnastesiBeberapa tipe anestesi adalah:1. Pembiusan total hilangnya kesadaran total2. Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).3. Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya

Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.Anestesiologis Dengan Empat Rangkaian KegiatanAnestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:1. Mempertahankan jalan napas2. Memberi napas bantu3. Membantu kompresi jantung bila berhenti4. Membantu peredaran darah5. Mempertahankan kerja otak pasien.Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap :a. Derivat halogen hidrokarbon. Halothan Trikhloroetilen Khloroformb. Derivat eter. Dietil eter Metoksifluran Enfluran Isofluran2. Obat anestesia umum yang berupa gasa. Nitrous oksida (N2O)b. SiklopropanPenggunaan Dan Macam macam Obat - Obatan Dalam AnastesiDalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan (suntik, hirup, ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit (pain killer), menidurkan, dan membuat tenang (paraytic drug). Pemberian ketiga macam obat itu disebut triangulasi.Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:1. Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)2. Benzodiazepine Intravena3. Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)4. Etomidate (suatu derifat imidazole)5.Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP' (phencyclidine)6. Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)7. Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane8. Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil, meperidine 9. Neurosteroid

Anastesi LokalAnastesi local atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan local merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Anastesi local pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru).PersyaratanAda beberapa criteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anastetikum local, antara lain :1. Tidak merangsang jaringan2. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf3. Toksisitas sistemis yang rendah4. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lender5. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama6. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terdapat sterilisasi

Penggolongan Anastesi LokalStruktur dasar anstetika local pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester (alcohol) atau amida dengan suatu gugus-aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya, semakin besar daya kerja anastetiknya, tetapi toksisitasnya juga meningkat.Anastetika local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sbb:1. Senyawa-ester : kokain dan ester-PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain), 2. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan cinchokain3. Lainnya : fenol, benzialkohol dan etilklorida4. Semua obat tersebut di atas adalah sintetris kecuali kokain yang alamiah.

Mekanisme KerjanyaAnastetika local mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf ujungnya. Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane sel. Seperti juga alcohol dan barbital, anastetika local menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.Ketika diinjeksikan ke jaringan lunak, anestesi lokal memiliki aksi farmakologik pada pembuluh darah. Semua anestesi lokal memiliki derajar vasoaktivitas, kebanyakan menghasilkan dilatasi pembuluh kapiler di tempat larutan diinjeksikan dan beberapa dapat menyebabkan vasokonstriksi.Anestesi lokal jenis ester merupakan obat vasodilatasi yang poten. Prokain, vasodilator paling poten digunakan secara klinis ketika aliran darah perifer terganggu karena injeksi intraarterial tidak sengaja (misalnya tiopental). Tetrakain, klorprokain dan propoksikain juga mempunyai sifat vasodilator yang bervariasi meski tidak sepoten prokain. Kokain adalah satu-satunya anestesi lokal yang mempunyai sidaf vasokonstriksi. Aksi inisiasi kokain tetapi dimulai dengan vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi yang memanjang.Efek klinis vasodilatasi adalah meningkatkan kecepatan absorpsi ke dalam darah yang kemudian dapat meningkatkan potensi overdosis atau toksisitas. Kecepatan anestesi lokal diabsorpsi ke peredaran darah sistemik dan mencapak level puncak bervariasi tergantung cara pemberian obatnya.

Absorbsi Anastesi LokalOralSemua anestesi lokal tidak baik diabsorpsi di saluran cerna setelah pemakaian secara oral, kecuali untuk kokain. Hampir semua anestesi lokal mengalami first-pass effect di hepar sehingga obat dimetabolisme menjadi metabolit inaktif. Pada tahun 1984, dibuatlah analogi lidokain yaitu focainidin hidroklorid yang efektif secara oral.TopikalAnestesi lokal diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda pada membran mukosa yang berbeda. Pada mukosa trakea, absorpsi yang terjadi hampir sama dengan pada pemberian secara intravena. Pada mukosa faring, absorpsi lebih lambat dan pada mukosa esofagus dan kandung kemih, absorpsi lebih lambat dari aplikasi topikal di faring.

InjeksiKecepatan absorpsi anestesi lokal pada pemberian secara parenteral (subkutan, intramuskuler atau intravena) tergantung pada vaskularisasi tempat injeksi dan vasoaktivitas obat. Pemberian anestesi lokal secara intravena merupakan cara pemberian yang memungkinkan kadar obat dalam darah mempunyai level yang paling tinggi dalam waktu yang cepat. Cara ini digunakan secara klinis untuk menajemen disritmia ventrikel. Cara pemberian IV dapat mengakibatkan reaksi toksisitas yang serius.

Distribusi Anastesi dalam TubuhKetika anestesi lokal masuk ke peredaran darah, mereka didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.Organ yang highly perfused: otak, kepala, hepar, ginjal, paru-paru, limpa.Otot rangka meski tidak terlalu highly perfused mempunyai konsentrasi terbesar karena jumlahnya paling banyak.Persentase cardiac output pada beberapa sistem organ :Ginjal 22 % GIT, limpa 21 % Otak 14 %Otot rangka 15 % Kulit 6 % Hepar 6 %Tulang 5 % Otot jantung 3 % Lain-lain 8 %.6

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar anestesi lokal dalam darah:- Kecepatan absorpsi- Kecepatan distribusi obat (lebih cepat pada orang sehat daripada pada pasien medically compromised)- Eliminasi obat melalui proses metabolisme dan ekskresi.5

Metabolisme tubuh terhadap Anastesi Lokal- Toksisitas tergantung pada keseimbangan absorpsi dengan metabolisme- Ester: hidrolisis di plasma dengan bantuan enzim pseudokolinesterase- Sebagai contoh klorprokain, prokain dan tetrakain berturut-turut mempunyai kecepatan hidrolisis 4,7; 1,1 dan 0,3 (hmol/ ml/ hr)- Makin cepat kecepatan hidrolisis, makin kecil potensi toksisitas anestesi lokal- Biotransformasi anestesi lokal amida lebih kompleks daripada golongan ester- Organ metabolisme lidokain, mepivakain, artikain, etidokain, bupivakain: hepar sedangkan prilokain dimetabolisme di hepar dan paru-paru- Fungsi hati yang normal merupakan faktor penting pada proses metabolisme

Hubungan Proses Eksresi dengan Anastesi LokalOrgan utama proses ekskresi adalah ginjal- Ester --> sejumlah besar dimatebolisme sehingga hanya sejumlah kecil yang tidak mengalami perubahan- Amida --> karena lebih kompleks maka bentuk asalnya dapat ditemukan lebih besar di urin- Fungsi ginjal yang sehat juga faktor yang berperan penting pada proses ekskresi.6

Nama - Nama Obat dalam Anastesi 1. Prokaina. Farmakodinamik Dosis 100-800 mg : analgesik ringan , efek maks 10-20 , hilang stlh 60 Dhidrolisis mjd PABA (para amino benzoic acid) dapat hambat kerja sulfonamidb. Farmakokinetik Esterase Absorpsi cepat PABA + dietilaminoetanolHidrolisis PABA diekskresi dlm urin (btk utuh & terkonjugasi)c. Indikasi Anestesi infiltrasi, blokade saraf, epidural, kaudal & spinal Geriatri : perbaiki aktivitas seksual & fgs kel endokrin (conflicted)d. Sediaane. Prokain HCl 1-2 %adalah anestesi infiltrat, 5-20% ; anestesi spinal2. Lidokaina. Farmakodinamik Anestesi lokal kuat . Tjd lebih cepat, lbh kuat, lbh lama & lbh ekstensif dp prokain Lar lidokain 0,5% adalah anestesi infiltrat, 1-2% ; anestesi blok & topikal Efektif bila tanpa vasokonstriktor, kec absorpsi & tox , masa kerja lbh pendekb. Farmakokinetik Mudah diserap dr tmpt injeksi Dapat tembus sawar darah otak Metab : hati; eks : urinc. Indikasi Injeksi : anestesi infiltrasi, blokade saraf, anest epidural, anest kaudal, anest mukosa Anest infiltrat : lar 0,25-0,50% dg atau tanpa adrenalin Kedok gigi : lar 1-2% lido dg adrenalin Anest permukaan , anest kornea mata (lidokain 2% + adrenalin) Turunkan iritabilitas jantung.1

Anastesi Blok Mandibula

Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik Gow-Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan Teknik Fisher saraf yang dituju adalah :N. Alveolaris inferior dan N. Lingualis Dengan teknik Gow- Gates daerah yang teranestesi adalah : Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian posterior pipi dan region temporal. Sedangkan daerah yang teranestesi pada teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak teranestesi maka apabila diperlukan , harus dilakukan penyuntikan tambahan sehingga pasen menerima beban rasa sakit. Pada Teknik modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi lagi sebelum jarum dicabut sehingga tidak diperlukan penusukan ulang yang menambah beban sakit pada pasen.

Anestesi blok teknik Gow-Gates :Prosedur :1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher3. Posisi operator :a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap pasien.b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudut mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan .7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila .10. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.11. Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.12. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8 2 ml perlahan-lahan.13. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 2 menit .14. Setelah 3 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.

Anestesi blok teknik Akinosi :Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.Prosedur :1. Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang2. Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan dengan pasien.3. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan mengurangi trauma selama injeksi jarum.4. Gambaran anatomi :- Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila- Tuberositas maksila5. Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.6. Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.7. Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila.8. Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.9. Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.10. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 1,8 ml secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali.Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya untuk membuka mulut.

Teknik Fisher :Prosedur :Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah.Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar.Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali.

Teknik modifikasi Fisher :Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral (ke daerah trigonum retromolar ), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Bukalis. Kemudian Spuit ditarik keluar.2,3

Anestesi Blok Pada MaksilaBlok Nervus Alveolaris Superrior AnteriorTitik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut.Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum. Blok Nervus Alveolaris Superrior PosteriorBlok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal molar terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke permukaan disto bukkal maxilla. Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan. Gigi-gigi molar kecuali akar molar satuProcessus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.Jaringan ikat dan membran mukosaAnatomi landmarks : Lipatan zygomatikus pada maxillaProcessus zygomatikus pada maxillaTuberositas maxillaBagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.Tekniknya : Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexterOperator berdiri sebelah kanan depan.Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua sampai teraba proccesus zygomaticus. Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90 terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45 bidang sagital penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik kelateral posterior. Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarum ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu. Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam - inch. Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak 1,5 cc.

Blok Nervus Intra OrbitalBlok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapatdiraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia yang memadai. Saraf yang teranestesi : Nervus alveolaris superior, anterior dan mediumNervus infra orbitalNervus palpebra inferiorNervus nasalis lateralisNervus labialis superiorDaerah yang teranestesi : Gigi incisivus sampai premolarAkar mesio bukkal dari molar satuJaringan pendukung dari gigi tersebutBibir atas dan kelopak atasSebagian hidung pada sisi yang samaAnatomi Landmark : Infra orbital ridgeSupra orbital notchGigi anterior dan pupil mataTekniknya : A. Intra oral approachDudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas membentuk 45 dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan Kita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas. Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi, kita gerakkan ke bawah kira-kira cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan dimana letaknya foramen infra orbital. Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata. Bibir atas diangkat dengan ibu jari Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua rahang atas Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch. Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan secara perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada foramen tersebut. Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1 cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari kebutuhan) B. Extra oral approach Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.Tekniknya : Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk mata. Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum dengan membuat sudut 45, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.Blok Nervus Naso PalatinusNervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.Anatomi Landmark : Incisivus papillaIncisivus centralisTekniknya : Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median. Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc. Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek. Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari foramen palatina besar. Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.Blok Nervus Palatinus AnteriorSyaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolarAnatomi Landmark : Molar dua dan tiga maxillaTepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxillaGaris khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah garis tengah palatum.Indikasi : Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tigaUntuk operasi daerah posterior dari palatum durum.

Tekniknya : Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median. Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan). Sehingga membentuk sudut 90 dengan curve tulang palatinal. Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.