ggk edit
DESCRIPTION
fgcfbhgnTRANSCRIPT
Sri Hastuti A, dr, Sp. A, MKesIlmu Kesehatan Anak
FK Universitas YARSI Jakarta
PENDAHULUAN
Gagal Ginjal Kronik
menurunnya fungsi ginjal irreversibel
laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun
gagal ginjal terminal (GGT).
Salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak
GGK terutama GGT telah meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1989
Indonesia (1984-1988) di 7 RS pendidikan GGK 2% dari 2889 anak dengan penyakit ginjal
Di RSCM GGK 4,9% 1991-1995 13,3% 1996-2000
Bagian Anak RSHS 1994-1998 GGK 55 kasus 2000-2003 : 20 kasus.
PENDAHULUAN
Penurunan fungsi ginjal:
Ringan Berat
Faktor ~progresifitas
identifikasiPengelolaan
GGK
mahal
Tidak GGK GGK tidak memburuk
Tidak berhasil
Transplantasi atau dialisis
Permasalahan
BATASAN DAN KLASIFIKASI
Anochie I, dkk (2003) : Penurunan LFG < 30 ml/menit/1,73m2 atau peningkatan serum kreatinin diatas 120 umol/l dalam waktu sedikitnya 6 bulan, dan ditandai dengan gangguan homeostasis tubuhVerelli M (2004): Ditandai dengan kerusakan progresif dari massa ginjal dengan adanya sklerosis dan hilangnya nefron yang irreversibel yang terjadi dalam periode berbulan-bulan sampai menahun tergantung etiologi yang mendasarinyaLagomarsimo E (1999) : Peningkatan serum kreatinin 2 kali atau lebih dari normal sesuai usia dan jenis kelamin, atau penurunan laju filtrasi glomerulus < 30 ml/menit/1,73m2 dalam waktu sedikitnya 3 bulan
GGK : Penurunan fungsi ginjal yang irreversibel yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus < 30ml/menit/1,73m2 dalam waktu sedikitnya 3 bulan sampai menahun
Tabel 1. Tingkatan Gagal Ginjal
Residual
fungtional
renal
mass (%)
LFG
(ml/m/
1,73m2)
Insufisiensi ginjal
ringan
Insufisiensi ginjal
sedang
Insufisiensi ginjal
berat
Gagal Ginjal terminal
50-25
25-15
15-5
< 5
80-50
50-30
30-10
<10
Asimptomatik
Kelainan metabolik,
gangguan pertumbuhan,
gagal ginjal progresif
Perlu terapi pengganti
ginjal (RRT)
Dikutip dari: Rigden SPA, The Management of Chronic and end stage renal failure in children. Clinical Paediatric Nephrology, 2003
Batasan dan Klasifikasi
EPIDEMIOLOGI
Survey the Nephrology Branch dari Chilean Pediatric Society (1989) insidens : 5,7 per satu juta penduduk ,
prevalens nasional : 42,5 per satu juta penduduk
50,7% laki-laki, 58,6% usia > 10 tahun, 15% terjadi pada anak usia < 5 tahun
Anochie I dkk (2003) : di Nigeria : 3 per satu juta anak
Prevalens meningkat dari 12,5 di tahun 1985-1990 menjadi 15 per satu juta anak setelah tahun 1995.
Rasio penderita GGK laki-laki : perempuan = 1,6 : 1.2
Di Amerika Serikat:
insidens ( 0-19 tahun) : 10-12 per satu juta penduduk pertahun
Di Eropa : 9,7 per satu juta penduduk pertahun
Rasio penderita gagal ginjal laki-laki : perempuan adalah 2 : 1.
ETIOLOGI
< 5 tahun : kelainan anatomis
GGK
> 5 tahun: di dapat atau herediter
Tabel 3. Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Inggris (%)
NAPRTCS(%) Swedia
n = 683 n = 6878 GGK(%)n = 118
GGT(%)n = 97
Anomali Kongenital-Aplasia/hipoplasia.dysplasia-Obstructive uropathy-Reflux nephropathy-Prune belly syndromeKondisi herediter-Juvenille nephronophthisis/medullary cystic disease-Polycistic kidney disease-autosomal resessive-Hereditary nephritis with or without nerve deafness-Cystinosis-Primary oxalosis-Congenital nephritic syndr.-Other hereditary conditionsGlomerulonephritis-FSGS-Other glomerulonephritisPenyakit multisistem-Lupus erithematosus-HSP-HUS-Other multysistem diseasesLain-lain-Renal vascular disease-Kidney tumor-Drash syndrome-OthersTidak diketahui
55,122,520,27,22,2
17,65,31,81,22
0,46,9
10,36,43,95,61,63,20,8
94,51,6
2,92
4015,816,15,42,7
13,32,82,82,42,10,62,6
2211,610,46,81,71,42,71
12,61,70,60,69,75,4
40,717,819,5
03,4
26,36,8
5,1
5,19,3
14,42,5
11,93,4
3,4
15,26,8
2,55,9
34,115,515,5
03,135
10,3
7,2
7,210,314,43,1
11,34,1
4,1
12,44,1
3,15,2
Dikutip dari: Rigden SPA, The Management of Chronic and end stage renal failure in children. Clinical Paediatric Nephrology,2003.NAPRTCS : The North American Pediatric Transplant Cooperative Study
Di Nigeria (Anochie I dkk tahun 2003) : kelainan didapat
penyebab utama GGK (glomerulopati terutama
glomerulonefritis (56,5%) dan sindroma nefrotik (30,4%)).
Kelainan kongenital hanya 28,9% dari seluruh kasus GGK
Faktor yang ikut berperan dalam progresivitas gagal ginjal
kronik menjadi gagal ginjal terminal :
usia 6-12 tahun, resiko relatif 2-3 X dibandingkan usia 0-5 tahun
Pertama kali didiagnosis : FSGS, risiko relatif 2,5 x dibandingkan
uropati obstruktif atau renal aplasia/hipoplasia/displasia.
Hipoalbumin berisiko 1,5x menjadi progresif dibandingkan tidak
Hiperfosfatemia dan hematokrit < 34%, risiko relatif 1,6 x
dibandingkan yang tidak
PATOFISIOLOGI
semua unit nefron telah diserang penyakit namun dalam stadium berbeda-beda & bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat benar-benar rusak atau berubah strukturnya
bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Teori adaptasi sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya melaksanakan seluruh beban kerja ginjal
Hipotesis Bricer
(hipotesis nefron utuh)
Tradisional
Mekanisme Progresivitas
Protein Preload
Keadaan hipoksia
Stres mekanik
Entrance of rightlymphatic duct Entrance of left
lymphatic duct
Lymph gland
Lymphatics
LYMPHATIC SYSTEM
Gangguan Pertumbuhan
Gangguan Metabolisme
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Asidosis metabolik
Osteodistrofi ginjal
Gagal jantung kongestif
Hipertensi
Ensefalopati Hipertensi
Anemia
GAMBARAN KLINIS
Penurunan kemampuan untuk memaksimalkan konsentrasi urin
LFG < 10-15 ml/m/1,73m2 retensi cairan dan natrium oliguria
Retensi natrium edema
Hiperkalemia gangguan irama jantung
Gangguan mengeksresikan H+
Penurunan pH dan kadar HCO3-
Defisiensi NH4+
Peningkatan senjang anion
Nafas Kussmaul (cepat dan dalam)
Defisiensi hormon eritropoietin
Eritropoietin diproduksi oleh sel kortikal interstitial di
sekitar tubulus proksimal
Dapat juga disebabkan oleh:
Def Fe
Masa hidup sel eritrosit pendek
Blood loss
lemah, lesu, konjungtiva anemis, spoon nail,
palmar pucat
Gagal Ginjal Kronik
Penurunan 1,25(OH)2D3 Retensi fosfat
Penurunan resorpsi tulang Peningkatan fosfor serum
Penurunan kadar kalsium serum
Peningkatan sekresi hormon paratiroid
Peningkatan resorpsi tulang
Osteitis fibrosa (hiperparatiroid sekunder)
Gangguan fungsi kalsifikasi osteoid
RIKETS
Manifestasi KlinisManifestasi Klinis
Manifestasi klinisManifestasi klinis
Gangguan metabolisme karbohidrat
Gangguan metabolisme lemak
Manifestasi klinisManifestasi klinis
PEMERIKSAAN PADA GGK
Laboratorium- Ureum dan kreatinin serum - K , P , Na (pada penderita GGT dengan kelebihan cairan), bikarbonat serum , Ca - Hipoalbumin pada pasien nefrotik dan atau malnutrisi- Anemia normokrom normositer- Urinalisis proteinuria kecurigaan pada masalah glomerular atau tubulointerstitial- Hematuria mengarah pada golerulonefritis proliferatif. - Pyuria dan kast lekosit mengarah pada nefritis interstitial atau infeksi traktus urinarius
Dikutip dari Verelli M. Chronic Renal Failure. eMedicine, 2004. www.eMedicine.com4
PEMERIKSAAN PADA GGK
Laboratorium-Tampungan urin untuk rasio total protein terhadap kreatinin memberikan perkiraan yang dapat dipercaya dari ekskresi urin selama 24 jam. > 2 gram masalah pada glomerulus > 3,0-3,5 gram masalah nefrotik < 2 gram karekteristik masalah tubulointerstitial-Tampungan urin selama 24 jam untuk menilai protein total dan klirens kreatinin- Elektroforesis protein serum dan protein urin untuk menyaring kemungkinan protein monoknonal yang merepresentasikan suatu multipel mieloma- ANA, DNA double-stranded untuk menyaring kemungkinan adanya SLE
Dikutip dari Verelli M. Chronic Renal Failure. eMedicine, 2004. www.eMedicine.com4
PEMERIKSAAN PADA GGK
Radiologis
- Foto polos abdomen terutama untuk melihat adanya batu radioopak - USG Ginjal - Skanning radionukleoid ginjal (untuk melihat stenosis arteri renalis)- CT scan- MRI- VCUG (Voiding Cystourethrogram) – Kriteria standar untuk diagnosis VUR.
Dikutip dari Verelli M. Chronic Renal Failure. eMedicine, 2004. www.eMedicine.com4
Kidney's
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sebelum terjadi gagal ginjal
terminal
Penatalaksanaan gagal ginjal terminal
Tabel Kebutuhan Kalori, Protein, Natrium, Kalsium dan Fosfor yang direkomendasikan pada Anak dengan Insufisiensi Ginjal Kronik
Umur
(Tahun)
Energi (kkal/kg)
Protein
(g/kg)
Natrium
(mg)
Kalium
(mg)
Kalsium
(mg)
Fosfor
(mg)
0-0.5 115 2,2 230 650 360 240
0.5-1 105 2,0 500 850 540 360
1-3 100 1,8 650 1100 800 800
3-6 85 1,5 900 1550 800 800
6-10 85 1,5 1200 2000 800 800
10-14
Laki-laki 60 1,0 1800 3025 1200 1200
Perempuan 48 1,0 1800 3025 1200 1200
14-18
Laki-laki 42 0,85 1800 3025 1200 1200
Perempuan 38 0,85 1800 3025 1200 1200
Prinsipnya : kebutuhan karbohidrat dan lemak tidak dibatasi tetapi protein perlu dibatasi
Restriksi protein diberikan dengan kadar 0,8-2,2 g/kg/hari tergantung usia, berat badan dan jenis kelamin
70 % asupan protein: protein nilai biologis tinggi (telur, susu, daging, ikan dan unggas)
LFG < 30 ml/menit/1,73m2 : monitoring setiap 1-3
bulan LFG 60-30 ml/menit/1,73m2 : monitoring
setiap 6-12 bulan
Ada 3 tipe diet :
mengandung protein dengan nilai biologis tinggi yang
mengandung protein 0.6-0.8 g/kg/hari,
diet yang mengandung kadar protein sangat rendah
(protein hanya 50% dari RDA) disertai asam amino
esensial (EAAs = Essential amino acids)
diet serupa yang ditambahkan alpha
hydroxyketoanalogues, asam keton (KAs = Ketoacids).
Prinsip : volume cairan tubuh tetap normal.
Mencegah hipervolemia: IWL (400 ml/m2/hari + diuresis/muntah
Hiponatremia & dehidrasi berat minum yang cukup & suplementasi natrium (4-10 mEq/kgBB/hari) dalam makanannya Hipertensi, edema / gagal jantung dgn edema paru (+): Pembatasan natrium Diuretik seperti furosemid (1-4 mg/kgBB / hari)Diet rendah garam 2 g/hari (80 mEq/kgbb/ hari)Edema (+) : asupan garam 1 mEq/kgbb/hariOliguria atau anuria (+) diperketat menjadi 0,2 mEq/kgBB/hari
Membatasi makanan yang mengandung kalium tinggi seperti jeruk, pisang, tomat, kentang, coklat
Kalium > 6 mEq/l tanpa disertai gejala klinis:polysturene sulfonate (kayexalate 1 g/kgBB) sampai kadar kalium < 6 mEq/l
Kalium > 7 mEq/l dan disertai kelainan EKG (gelombang T meninggi dan QRS kompleks melebar) :
kalsium glukonas 10% sebanyak 0,2-0,5 ml/kgBB diberikan secara intravena perlahan-lahan selama 10-15 menit, selama pemberian kalsium glukonas jantung harus dimonitorPenderita juga dapat diberikan natrium bikarbonas 7,5% sebanyak 3 mEq/KgBB secara intravenaBila cara ini tidak efektif, diberikan insulin dan larutan glukosa.
Berikan tablet bikarbonat (NaHCO3) dengan dosis antara 1-5 mEq/kgBB/hari disesuaikan dengan beratnya asidosis tablet NaHCO3 500 mg = 6 mEq HCO3-
Pada asidosis berat dengan HCO3- < 8 mEq/l
dapat dikoreksi dengan bikarbonat dosis 0,3 xkgBB x (12 - HCO3
- serum) mEq/l intravena
Terapi non-farmakologi :restriksi garam (diet rendah garam), menurunkan berat badan dan olahragaPengobatan farmakologis bila timbul gejalaObat obatan yang sering dipakai : diuretika, beta-blockers, vasodilator, simpatolitik sentral, ACE Inhibitor, calcium channel blockerPada awalnya diberikan diuretika Hipertensi yang tidak berhubungan dengan peningkatan volume intravaskular pemberian ACE inhibitor (Captopril, enalapril) merupakan pilihan utama berfungsi menurunkan tekanan darah
mencegah kelainan kardiovaskular menurunkan proteinuria mengendalikan penurunan LFG
Kadar Hb < 6 mg/dl transfusi PRC 10 ml/kgBB Pemberian Recombinant human erythropoietin (rhuEPO) iv selama 8 minggu atau sampai anemianya terkoreksi (35-40%)Penelitian : 87% pada penderita yang menerima 150 U/kg, 64% pada yang menerima 100 U/kg dan 46% pada yang menerima 50 U/kg (Dikutip Kausz AT, 2000)Hb > 10 gr/dl atau Ht > 30% pada pasien hemodialisis diberikan terapi eritropoietin 2000-4000 IU (50-150 IU/kgBB) subkutan 2-3 kali seminggu selama 4 mingguDalam waktu 2-4 minggu diharapkan Hb naik 1-2 gr/dl atau Ht naik 2-4%
Masukan fosfor dibatasi Pemberian fosfat binder : kalsium karbonat oral dengan dosis 50 mg/kg BB/hari diminum bersama makananVitamin D : 1 kapsul (0,25μ) perhari dalam bentuk dihidroksi vitamin D aktif (Rocaltrol) atau dihydrotachysterol (Roxane) 0,05-0,20mg/hariBila dipakai vitamin D3 dosis yang digunakan adalah 5000-10.000 i.u/hariParatiroidektomi
Human recombinant growth hormone (rhGH) memberikan hasil yang efektif untuk mempercepat pertumbuhan anak GGK
Dosis : 0,35 mg/kg atau 30 U/m2 perminggu
Warady, dkk mengutip sebuah penelitian tahun 1989 :
0,25 mg/kg BB 3 kali seminggu selama satu tahun, kecepatan pertumbuhan meningkat dari 4,9 + 1,4 cm pertahun menjadi 8,9 + 1,2 cm/tahun
Vimalachandra dkk, tahun 2001 (meta-analisis):
rhGH dengan dosis 28 IU/m2/minggu pada anak dengan GGK peningkatan percepatan pertumbuhan 4 cm per tahun dibandingkan subyek kontrol
PENATALAKSANAAN GGT
Prinsip : terapi pengganti ginjal dialisis atau transplantasi ginjal
DIALISISDIALISIS
Dasar fisiologis :pemisahan zat-zat terlarut yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi..
DIALISIS PERITONEAL AKUT
dilakukan pada acute on chronic renal failurePasien gagal ginjal terminal dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama dengan satu atau dua kali dialisis peritoneal tiap minggu. Menunggu transplantasi ginjal
Indikasi dialisis peritoneal :Indikasi klinis
Sindroma uremia yang mencolok , yaitu muntah-muntah, kejang, penurunan kesadaran sampai komaKelebihan cairan (fluid overload) yang menimbulkan gagal jantung, edema paru dan hipertensiAsidosis yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian bikarbonat intravena
Indikasi biokimiawiUreum darah > 200-300 mg/dl atau kreatinin 15 mg/dlHiperkalemia > 7 mEq/LBikarbonas plasma < 12 mEq/l
Peritoneal Dialisis AkutPeritoneal Dialisis Akut
Kejadian obstruksi kateter meningkat pada keadaan peritonitis yang merupakan komplikasi dialisis peritonealBerdasarkan penelitian de Boer AW, dkk tahun 1999 didapatkan hasil yang signifikan adanya hiperkoagulasi dan hipofibrinolisis pada keadaan peritonitis
Peritoneal Dialisis AkutPeritoneal Dialisis Akut
Chronic Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Salah satu terapi pengganti ginjalMemakai peritoneum selama 24 jam seharipenggantian dialisat 4-5x perhari dilakukan oleh orang tua atau keluarga pasien atau pasien itu sendiri bila sudah bisa melakukannya. Alternatif pengobatan berdasarkan 3 alasan, yaitu :
Tempat tinggal jauh dari unit ginjal Anak perlu hemodialsis masalah akses vaskular dan terganggunya studi anak dan menunggu untuk dilakukan transplantasiTeknik hemodialisis pada bayi dan anak sukar
HEMODIALISIS
Shroff R, dkk, tahun 2003
hemodialisis kronik pada 18 anak usia < dari 2 tahun cukup efektif dan aman sebagai terapi ginjal pengganti, namun akses vaksular merupakan keterbatasan untuk dilakukan dalam jangka waktu lama.
TRANSPLANTASI GINJAL
Pilihan ideal Di Eropa (1984-1993), hampir 21% penanaman I pada usia < 21 tahun berasal dari donor hidup Di Amerika Utara (1987-2000) sekitar 50% penanaman pada usia < 21 tahunGulati S, dkk, tahun 2004 : hasil jangka panjang (ginjal keluarga) di India masih suboptimal Dari 39 anak yang mendapat transplantasi :
2 pasien meninggal karena septikemia, 40% terbukti mengalami infeksi 45,8% mengalami rejeksi akut 12 anak penghentian obat imunosupresif setelah
1 tahun post- transplant.
Usia optimal masih menjadi perdebatanHumar dkk, 2001 : tidak ada usia minimum keberhasilan ditentukan faktor-faktor :
usia, ukuran ginjal donor, asal ginjal donor & fungsi ginjal serta follow up selanjutnya dengan imunosupresif
Obat-obat imunosupresif harus diberikan (Azatioprin, metil prednisolon, dan cyclosporin A)
TransplantasiTransplantasi
PENCEGAHAN
Deteksi dini & pengobatan segera penyakit yang mendasari secara adekuat Hiraoka M,dkk, tahun 2003,
Pada penderita infeksi saluran kemih, bahwa terapi segera dalam 24 jam onset demam pada penderita infeksi saluran kemih dapat menghindari kerusakan ginjal.
Pemakaian obat-obat analgesik secara tepat dan hati-hati
PROGNOSIS
Kelangsungan hidup penderita GGT semakin meningkat setelah menjalani transplantasiSusan PA di tahun 2003:
1070 anak berusia < 18 tahun di Inggris & Irlandia (1986-1995) transplantasi dari ginjal kadaver, hanya 9 % yang meninggal saat dianalis Amerika Utara : 5 year survival rete ps transplantasi ginjal dari donor hidup : 80,8% pada anak usia < 1 th
97,4% pada anak usia 6-10 thRehabilitasi setelah transplantasi baik
RINGKASAN
GGK penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak
Tidak terjadi GGK deteksi dan intervensi dini menghindari obat-obatan
nefrotoksik melakukan pola hidup yang baik
GGK (+) memperlambat fungsi ginjal selama mungkin (pengaturan nutrisi, mengendalikan hipertensi
kontrol secara teratur ) recombinant human erytropoietin,
human growth hormon
GGT (+) Dialisis atau transplanstasi
AnemiaHipoksia jaringan ERITROPOETIN
GGKAsidosisKeganasanInflamasiStarvasiACE inhibitor
Sumsum TulangBerikatan dengan reseptor pada sel progenitor eritroid
Erotropoeisis
Defisiensi Fe/Folat/Vit.B12 Sitokin inflamasi
(+))Θ
(-)
Manifestasi KlinisManifestasi Klinis
Renal Injury
Peningkatan filtrasi
Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap makromolekul
Penurunan jumlah nefron
Hipertensi kapiler glomerulus
Transformasi sel tubular menjadi fibroblas
Pelepasan vasoaktif dan substan inflamatori ke dalam intestisial
Reabsorbsi protein oleh tubular yang berlebihan
Proliferasi fibroblas
Akumulasi protein yang abnormal di endolisosom dan retikulum endoplsma
Nuclear signal untuk NK-KB dependent dan NF-KB independent vasoaktif dan gen inflamasi
Peningkatan sintesis dari kolagen tipe IV
fibrogenesis
Inflamasi Interstisial
Renal scarring
Peningkatan sintesis kolagen tiper IV
Up-regulation TGF-β1 gene
Hipertrofi sel tubulus
Proteinuria
Gambar1. Pengaruh Hiperfiltrasi dan proteinuria terhadap progresivitas kerusakan ginjal
PatofisiologiPatofisiologi
Renal Injury
Kehilangan nefron (Nephron Loss)
Glomerular/tubular pressure/flow
Permeabilitas Glomerulus thd makromolekul
Oxygen Dellivery Oxygen consumption
Hipoksia Renal Strech-stress ; Shear-stress Tubular protein overload
Growth factor overexpression
Sklerosis glomerulus
Proliferasi fibroblasMatrix expansionInfiltrasi sel radang
Hiperplasia ; HipertrofiVasokonstriksi
Dilatasi tubulus Fibrosis interstitialAtrofi tubular
Obliterasi vaskular
Gambar 8. Peran faktor-faktor yang menimbulkan kerusakan ginjalDikutip dari : Markum MS, Ardaya. Progresivitas Penyakit Ginjal Kronik. Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 99, 1999
PatofisiologiPatofisiologi
Manifestasi KlinisManifestasi Klinis