gerontik

162
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak mampu bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadi proses penuaan pada dirinya. Lansia juga mengalami perubahan psikologis yang meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan (Maryam, 2008). Perkembangan lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cendrung meningkat. Indonesia termasuk Negara yang memasuki area penduduk yang berstruktur lanjut usia (aging structured population). Karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke 1

Upload: shella-mentari

Post on 12-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

keperawatan gerontik

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1Latar BelakangProses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak mampu bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadi proses penuaan pada dirinya. Lansia juga mengalami perubahan psikologis yang meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan (Maryam, 2008).Perkembangan lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cendrung meningkat. Indonesia termasuk Negara yang memasuki area penduduk yang berstruktur lanjut usia (aging structured population). Karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 7,29%. Pulau yang mempunyai jumlah lansia terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah lansia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang semakin meningkat. Kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan dan tingkat pengetahuan yang meningkat. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 kurang lebih 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Efendi dan Makhfudli, 2009).Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati, (3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari (Maryam, 2008).

1.2 Metode penulisanDari hasil penulisan laporan profesi ners dimana penulis menggunakan metoden deskriptif dimana dalam metode ini pengumpulan data berdasarkan masalah-masalah yang sedang terjadi pada saat waktu melaksakan perawatan dan teknik pengumpulan datanya dengan beberapa cara yaitu :1. WawancaraPengumpulan data dengan bertanya secara langsung pada klien, keluarga klien, tim kesehatan lain yang ikut merawat klien selama melakukan asuhan keperawatan.2. ObservasiMetode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap pasien serta ikut dalam membina asuhan keperawatan.3. Studi dokumentasiYaitu dengan cara menggunakan atau melihat catatan medis dan laporan keperawatan.4. Studi kepustakaanDengan mempelajari buku buku atau literatur ynag berkaitan dengan kasus pembuatan laporan komprehensif

1.3 Sistematika penulisanBAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, metode penulisan, sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penulisan.BAB II : Tinjauan teori yang meliputi, Definisi, Etiologi, Klasifikasi, Kriteria Klinis, Patway, Diagnosa, dan Intervensi keperawatan.BAB III : Tinjuan kasus yang meliputi pengkajian data pasien, data laboratorium, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.BAB IV : PembahasanBAB V : Penutup

1.4 Tujuan Penulisan1.4.1 Tujuan UmumUntuk menggambarkan asuhan keperawatan pada lansia khususnya bagi lansia dengan osteoatrhitis di desa Rawa Kalong.1.4.2 Tujuan Khususa. Melaksanakan pengkajian keperawatan dengan kasus osteoatrhhitis pada Oma S di desa Rawa kalong dan oma I dengan post stroke di PSTW Bhina Bakhti tahun 2015.b. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan dengan kasus osteoatrhhitis pada Oma S di desa Rawa kalong dan oma I di PSTW Bhina Bakhti tahun 2015.c. Merencanakan intervensi keperawatan dengan kasus osteoatrhhitis pada Oma S di desa Rawa kalong dan oma I dengan post stroke di PSTW Bhina Bakhti tahun 2015.d. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan kasus osteoatrhhitis pada Oma S di desa Rawa kalong dan oma I dengan post stroke di PSTW Bhina Bakhti tahun 2015.e. Mendokumentasikan evaluasi keperawatan dengan kasus osteoatrhhitis pada Oma S di desa Rawa kalong dan oma I dengan post stroke di PSTW Bhina Bakhti tahun 2015.

1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi Ilmu PengetahuanLaporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan bacaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan kasus osteoarthritis dan post stroke.1.5.2 Bagi PerawatBagi perawat atau sebagai tenaga kesehatan (keperawatan) diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada lansia dengan kasus osteoarthritis dan post stroke sehingga dapat mengurangi atau meminimalisir masalah keperawatan yang mungkin terjadi1.5.3 Bagi Institusi PendidikanKepada institusi pendidikan diharapkan laporan ini dapat memberi manfaat dibidang kepustakaan agar dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memperoleh gambaran tentang aplikasi asuhan keperawatan sesungguhnya pada lansia dengan kasus osteoarthritis dan post stroke.1.5.4 Bagi Lahan Praktek atau PantiLaporan ini dapat dijadikan pedoman bagi pemberi pelayanan khususnya panti. Demi kelancaran proses asuhan keperawatan pada klien khususnya perawatan pada lansia dengan kasus osteoarthritis dan post stroke.

BAB 2TINJAUAN TEORITIS

2.1Pengertian LansiaPenuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, dkk; 2008).Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasa 1: Lansia adalah orang jompo atau lanjut usia setelah menginjak umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

2.2 Klasifikasi LansiaMenurut World Health Organization (WHO, (1999) dalam Nurgoho, ( 2008) membagi lanjut usia menjadi sebagai berikut:a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.b. Usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun.c. Usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun.d. Usia sangat tua (very old) di atas usia 90 tahun

2.3 Teori Proses PenuaanMenurut Mubarak (2006) terdapat 6 teori dalam proses penuaan diantaranya adalah sebagai berikut :1. Teori Biologisa. Teori Genetic Clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu.

b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik) Menua disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolisme yang salah sehingga mengurangi fungsional sel.c. Teori Auto ImmuneDi dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakitd. Teori Radikal BebasRadikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat beregenerasi.e. Teori Pemakaian dan RusakKelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).f. Teori Immunology Slow VirusSistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.g. Teori StresMenua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.h. Teori Rantai SilangSel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekakuan dan hilangnya fungsi.

i. Teori ProgramKemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.2. Teori Kejiwaan Sosiala. Aktivitas atau KegiatanSangat penting bagi individu usia lanjut untuk tetap aktifitas dan mencapai kepuasan hidup. Usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. b. Kepribadian BerlanjutDasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjur usia. Perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.c. Teori PembebasanDengan bertambahnya usai, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Hal ini mengakibatkan kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.3. Teori PsikologiPenerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan income, penerimaan adanya kematian dan pasangannya atau orang-orang yang berarti bagi dirinya, mempertahankan hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan adaptasi dengan peran sosial secara fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.4. Teori Kesalahan GenetikProses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel) sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula dengan terhambatnya pembentukan sel berikutnya sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua.

5. Rusaknya Sistem Imun TubuhMutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang mengakibatkan kelainan pada sel, dianggap sel asing sehingga dihancurkan.

2.4 Perubahan Terjadi Pada LansiaPerubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Maryam, (2008) yaitu sebagai berikut :1. Perubahan fisika. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indra,sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membrantimpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.b. Sistem penglihatan : sfinkter pupil timbul sklerosisdan hilangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk sferis, lensa keruh, meningkatnyaambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.c. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat, systole I 170 mmhg, diastole I 95 mmhg, curah jantung menurun.d. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meningkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.e. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebabkan gizi buruk, indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin.f. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lansia vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urin meningkat. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria di atas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurangdan menjadi alkali.g. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.h. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilanganjaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.i. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine, vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut otot , sehingga lansia menjadi lambanbergerak, otot kram dan tremor.

2. Perubahan Kondisi MentalDari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri

3. Perubahan PsikososialPensiun menjadikan lansia terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sadar akan kematian, perubahan cara hidup: memasuki rumah perawatan, penghasilan menurun: biaya hidup meningkat dan tambahan biaya pengobatan, penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup.

4. Perubahan KognitifTerjadi kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.

5. Perubahan SpiritualAgama/spiritual makin terintegrasi dalam kehidupannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

2.5Asuhan Keperawatan Pada Lansiaa. Pengkajian umum1) Identitas klien2) Status kesehatan saat inia) Riwayat kesehatan dahulub) Riwayat kesehatan keluarga3) Pemeriksaan fisik berdasarkan tinjaunan system :a) Sistem persyarafan : kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran, mata ; pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak, pupil ; kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan dan pendengaran, gangguan sensori, adanya rasa sakit/nyeri, pusing b) Sistem kardiovaskular : sirkulasi perifer, warna dan kehangatan, auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugualaris, sakit/nyeri dada, edemac) Sistem respirasi : respirasi rate, apakah ada sesak, adakah retraksi interkostad) Sistem gastrointestinal : status gizi, asupan diet, anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah, mengunyah, menelan, keadaan gigi, rahang, mulut, auskultasi bising usus, palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi, diaree) Sistem reproduksi : seksualitas, apakah sudah menoupausef) Sistem perkemihan : warna dan bau urine, distensi kandung kemih, inkontinensia, disuriag) Sistem integument : temperatur dan tingkat kelembapan kulit, keutuhan kulit, turgor kulit, perubahan pigmen, adanya jaringan paruth) Sistem musculoskeletal : kontraktur, tingkat mobilisasi, gerakan sendi, paralysis, kifosisi) Sistem endokrin : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid

2.6 Pengkajian Status Fungsional, Kognitif Dan Afektif, Emosional1. Identifikasi Masalah Emosional :PERTANYAAN TAHAP 1a. Apakah klien mengalami sukar tidur ?b. Apakah klien sering merasa gelisah ?c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?d. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? Lanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ya

PERTANYAAN TAHAP 2a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?b. Ada masalah atau banyak pikiran ?c. Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?d. Menggunakan obat tidur /penenang atas anjuran dokter?e. Cenderung mengurung diri ?

Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban ya Masalah emosional positif (+)

2. Pengkajian status fungsionala. Kart indeks Kart indeks adalah pengkajian aktivitas sehari-hari meliputi enam fungsi yaitu : mandi, berpakaian, toilet, berpindah, kontinensi dan makan dan tingkat fungsional secara mandiri atau ketergantungan.SkorKriteria

AKemandirian dalam semua hal makan, kontinensia, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi

BKemandirian dalam semua ADL, kecuali salah satu dari fungsi tersebut

CKemandirian dalam semua ADL, kecuali mandi dan fungsi tambahan

DKemandirian dalam semua ADL, kecuali mandi, berpakaian, dan fungsi tambahan

EKemandirian dalam semua ADL, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan fungsi tambahan

FKemandirian dalam semua ADL, kecuali mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan

GKetergantungan semua ADL

b. Barthel IndexKriteriaDengan BantuanMandiri

Makan510

Minum510

Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur5-1015

Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)05

Keluar masuk toilet510

Mandi515

Jalan dipermukaan datar05

Naik turun tangga510

Mengenakan pakaian510

Kontrol BAB510

Kontrol BAK510

Olahraga / latihan510

Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang510

Ket : 130 : Mandiri, 65 125 : Sebagaian 60 : Ketergantungan total

3. Pengkajian Status Kognitif a. Pengkajian SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)NoPertanyaanJawaban

1Tanggal berapa sekarang ?

2Hari apa sekarang ?

3Apa nama tempat ini ?

4Berapa alamat anda ?

5Berapa umur anda ?

6Kapan anda lahir ?

7Siapa presiden sekarang ?

8Siapa presiden sebelumnya ?

9Siapa nama kecil ibu anda ?

10Kurangi 3 dari 20dan kurangi

Keterangan :1. Kesalahan 0 2 : intelektual utuh2. Kesalahan 3 4 : ringan3. Kesalahan 5 7 : sedang4. Kesalahan 8 10 : berat

b. MMSE (Mini Mental State Exame / Kognitif)NoAspek KognitifNilaiMaksimalNilaiKlienKriteria

1Orientasi5Menyebutkan dengan benar :Tahun, Musim, Tanggal , Hari, Bulan

Orientasi5Dimana sekarang kita berada :Negara, Provinsi, Kota, Tempat tinggal, Wilayah

2Registrasi 3Sebutkan nama objek yang ditentukan oleh perawat selama 1 detik :(Pulpen, buku dan jam tangan)

3Perhatian dan kalkulasi 5Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali tingkat :1. 100 7 = 932. 93 7 = 86

4 Mengingat 3Minta klien untuk mengulangi ke 3 objek pada tahap registrasi, bila benar 1 point :(Pulpen, buku, dan jam tangan)

5Bahasa9a. Menyebutkan nama benda yang ditunjuk minimal 2 : Pulpen dan bukub. Kemampuan mengulang kata Tanpa, jika, dan, atau tetapic. Kemampuan melakukan perintah Mengambil : Pulpen Melakukan sesuatu terhadap benda yang diambil : Menulis nama Menaruh : meletakan pulpend. Kemampuan menutup mata e. Kemampuan menulis 1 kalimat :Saya senang makan nasi dan tahuf. Kemampuan menyalin gambar

Keterangan :> 23: Aspek kognitif dari fungsi mental baik18 22: Kerusakan aspek fungsi mental ringan 17: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

4. Pengkajian mobilitas fungsional/ keseimbanganNoa. Perubahan posisi01

1Bangun dari kursi01

2Duduk ke kursi01

3Menahan dorongan sternum01

4Mata tertutup01

5Perputaran leher01

6Gerakan menggapai sesuatu01

7Membungkuk 01

Nob. Komponen gaya berjalan01

8Berjalan sesuai perintah01

9Kemampuan mengangkat kaki saat berjaln01

10Kontinuitas langkah kaki saat berjalan01

11Kesimetrisan langkah 01

12Penyimpangan jalur pada saat berjalan01

13Berbalik 01

Penilaian :0-5: Resiko jatuh ringan6-10: Resiko jatuh sedang11-12 : Resiko jatuh berat

2.7 Osteoarthritis2.7.1 Pengertian OsteoarthritisOsteoarthritis menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilgo, dan perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas sendi.Osteoarthritis atau rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah polyarthritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut.

2.7.2 KlasifikasiOsteoartritis diklasifikasikan menjadi :a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritisb. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal 336)

2.7.3 PenyebabBeberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:1. UmurPerubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.2. Pengausan (wear and tear)Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.3. KegemukanFaktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. 4. TraumaKegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.5. KeturunanHeberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 6. Akibat penyakit radang sendi lainInfeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.7. Joint Mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.8. Penyakit endokrinPada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. 9. Deposit pada rawan sendiHemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.7.4 PatofisiologiPenyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

2.7.5 Pathway

Proses PenuaanPemecahan kondrosit Perubahan Komponen sendiKolagenProgteogtikasiJaringan sub kondrialProses penyakit degeneratif yang panjangPengeluaran enzim lisosomMK:Kerusakan Penatalaksanaan lingkunganKerusakan matrik kartilagoPenebalan tulang sendiPenyempitan rongga sendiPenurunan KekuatannyeriMK: Kurang perawatan diriTraumaIntrinsikEkstrinsik Perubahan metabolisme sendiKurang kemampuan mengingatKesalahan interpretasiMK: Kurang pengetahuan Perubahan fungsi sendiDeformitas sendiMK: Kerusakan mobilitas fisikKontrakturMK: Gangguan Citra tubuhHipertrofiDistensi CairanMK: Nyeri akut

Gambar 1. Pathway osteoathitisResiko jatuh

2.7.6 Gambaran Klinis1. Rasa nyeri pada sendiMerupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik. 2. Kekakuan dan keterbatasan gerakBiasanya akan berlangsung 15 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.3. PeradanganSinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. 4. Mekanik Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.5. Pembengkakan SendiPembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.6. DeformitasDisebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.7. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

2.7.7 Pemeriksaan Penunjanga. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendib. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

2.7.8 Penatalaksanaana. Tindakan preventif Penurunan berat badan Pencegahan cedera Screening sendi paha Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerjab. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri munculc. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasid. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik, e. Pembedahan; artroplasti2.7.9 Pengkajian1. Aktivitas/Istirahat Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.2. Kardiovaskuler Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3. Integritas Ego Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.4. Makanan / Cairan Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.5. Hygiene Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.6. Neurosensori Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi7. Nyeri/kenyamanan Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).8. Keamanan Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus Lesi kulit, ulkas kaki Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa9. Interaksi Sosial Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi. 10. Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat rematik pada keluarga Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.11. Pemeriksaan Diagnostik Reaksi aglutinasi: positif LED meningkat pesat protein C reaktif : positif pada masa inkubasi. SDP: meningkat pada proses inflamasi JDL: Menunjukkan ancaman sedang Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi. 2.7.10 Diagnosa Yang Mungkin Timbul Dan Intervensinyaa. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. Mengikuti program terapi. Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.Intervensi: Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi. Pantau penggunaan bantal. Dorong klien untuk sering mengubah posisi. Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur. Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu kompres. Berikan masase yang lembut. Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. Bantu klien dengan terapi fisik.

b. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan : Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan Penurunan kekuatan ototHasil yang diharapkan/kriteria evaluasi Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.Intervensi: Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak terganggu. Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika memungkinkan Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

c. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan: Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi: Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan. Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.Intervensi: Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan. Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien. Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

d. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi: Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.Intervensi: Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk memodifikasi lingkungan. Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

e. Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan : Proses penyakit degeneratif jangka panjang. Sistem pendukung tidak adekuat.Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi : Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan. Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.Intervensi: Kaji tingkat fungsi fisik Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi. f. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan: Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi: Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.Intervensi : Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi. Identifikasi efek samping obat. Diskusikan teknik menghemat energi. Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang keamanan. Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas. Diskusikan pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT. Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.

2.8 Stroke2.8.1 DefinisiStroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). CVA (cedera serebrovaskular) atau stroke terjadi akibat iskemia / perdarahan. Sering berhubungan dengan hipertensi dan aterosklerosis (Tambayong, 2000).2.8.2 Etiologi1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)2. Embolisme serebral (bekuan darah, lemak dan udara)3. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)4. Hemoragi dan hipoksia (Smeltzer & Bare, 2002 dan Muttaqin, 2008).

2.8.3 KlasifikasiMenurut Muttaqin (2008) stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya.1. Stroke HemoragiTerjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya saat melakukan aktifitas, namun juga pada saat istirahat. Kesadaran menurun dan penyebab paling banyak akibat hipertensi yang tidak terkontrol.2. Stroke Non HemoragiDapat berupa iskemia, emboli dan trombus pada pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

2.8.4 Manifestasi Klinis1. Kelumpuhan wajah / anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.2. Gangguan sensitivitas pada satu / lebih anggota badan.3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor/koma)4. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan).5. Disartria (bicara pelo / cadel).6. Gangguan penglihatan (Mansjoer, 2007).

2.8.5 PathwaysHipertensi, iskemia, trombus atau emboli

Pecahnya PD otak Suplai O2 ke otak

Stroke hemoragi Hipoksia serebral

Perembesan darah Stroke non hemoragike parenkim otak Gangguan neuromuskulerTIK me Kehilangan kontrolHilangnya tonus Gangguan perfusi volunter otot wajahJaringan serebralHemiplegia & hemiparesisDisfungsi bahasa SSP& komunikasiKerusakan mobilitas KesadaranfisikDisartria / afasia

Kelemahan fisikGangguan komunikasiVerbalDefisit perawatan diri

Gambar 2. Pathway stroke2.8.6 Pemeriksaan Penunjang1. CT-Scan: memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.2. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan abnormal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan.4. MRI: Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik.5. USG Dopler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.6. Sinar X tengkorak: menggambar perubahan kelenjar lempeng pineal (Doenges, 2000).

2.8.7 Penatalaksanaan Medis1. Menstabilkan tanda-tanda vital dengan:a. Mempertahankan saluran nafas yang paten: pengisapan lendir, oksigenasi.b. Mengontrol tekanan darah.2. Menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin tidak memakai kateter.4. Ubah posisi tiap 2 jam dan latihan gerak pasif.

2.8.8 Diagnosa Keperawatan (Doenges, 2000)1. Gangguan perfusi jaringan otak b.d. oklusi otak, perdarahan, vasospasme dan edema otakTujuan Mempertahankan/ meningkatkan tingkat kesadaran, kognitif dan fungsi motorik sensorik Menunjukkan kestabilan TTV dan tidak adanya peningkatan TIK Menunjukkan berkuragnya kerusakan/defisit

Intervensi1. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total.2. Observasi dan catat TTV dan kelainan intrakranial tiap 2 jam.3. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung.4. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektorRasional :1. Mencegah perdarahan ulang.2. Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat.3. Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainase vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.4. Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.5. Rangsangan aktifitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.6. Memperbaiki sel otak yang masih viabel

2. Gangguan mobilitas fisik b.d. keadaan neurologi muskuler, kelemahan, paralisisTujuan Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop. Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit. Menunjukkan perilaku aktivitas yang lebih baik. Mempertahankan integritas kulitIntervensi 1. Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal.2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (mika / miki).3. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua sendi.4. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang sehat untuk menyokong anggota tubuh yang mengalami kelemahan.5. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi, latihan resistif dan ambulasi pasien.Rasional 1. Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai perubahan.2. Menurunkan risiko terjadinya trauma jaringan (dekubitus).3. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontrkaktur4. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang terganggu.5. Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti.

3. Gangguan komunikasi verbal b.d. gangguan sirkulasi serebral neuromuskuler, kehilangan kontrol tonus otot fasialTujuan Mampu mengekspresikan perasaannya Mampu menggunakan metode alternatif dalam komunikasiIntervensi Kaji tipe / derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata / mengalami kesulitan berbicara. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana sambil ulangi dengan kata / kalimat yang sederhana. Tunjukkan objek dan minta klien untuk menyebutkan nama objek tersebut. Berikan metode alternatif, seperti menulis / menggambar. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara.Rasional 1. Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa / seluruh tahap proses komunikasi.2. Klien mungkin kehilangan kemampuan memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata3. Penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik).4. Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik (afasia motorik).5. Memberikan komunikasi sesuai kebutuhan berdasarkan keadaan.Mengidentifikasi defisit dan kebutuhan terapi.

4. Defisit perawatan diri b.d. kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol / koordinasiTujuan : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.Intervensi1. Kaji sejauh mana kemampuan klien untuk melakukan aktivitas personal hygiene.2. Hindari melakukan sesuatu yang dapat dilakukan pasien sendiri.3. Berikan umpan balik positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.4. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas ringan seperti minum, makan atau menyisir.

Rasional 1. Mengetahui kemampuan klien beraktivitas.2. Mempertahankan kemandirian dalam perawatan diri.3. Meningkatkan perasaan makna diri.4. Agar klien dapat mandiri dalam melakukan aktivitas ringan.

BAB 3LAPORAN KASUS3.1 Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Osteoathritis3.1.1 PengkajianTanggal Pengkajian: 28 Juli 2015Jam: 17.30 WIBOleh: Sella MentariA. Identitas KlienNama: Oma SJenis kelamin: Perempuan Umur: 55 TahunAlamat: Pondok Miri Rawa Kalong Suku: BetawiAgama: IslamPendidikan: Tidak sekolahStatus perkawinan: Menikah

B. Status Kesehatan Saat Ini.Keluhan utama (sekarang) : Klien mengatakan nyeri pada daerah sendi dan pinggangnya .C. Riwayat kesehatan sekarang dan dahuluKlien mengatakan nyeri pada daerah pinggangnya. Nyeri timbul saat beraktivktas. nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk. skala nyeri yang dirasakan 5 dari 10, klien mengatakan terasa kaku pada daerah pinggangnya. Klien tampak meringis saat melakukan aktivitas dan tampak berhati hati dalam bergerak. D. Riwayat Kesehatan KeluargaKlien menyangkal tidak memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, stroke dan jantung.

E. Pemeriksaan Fisik per SistemKeadaan Umum : BaikTanda Tanda Vital : TD : 130/100 mmhg, FN : 87 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu : 36,8CStatus Gizi: BB : 62 kg, TB : 1480 cm Pemeriksaan Fisik per sistem1. IntegumenKulit lembab, tampak keriput, pada daerah punggung terdapat benjolan dan berwarna kemerahan, akral teraba hangat2. Kepala dan wajahSimetris, tidak ada massa dan lesi, rambut tidak berketombe dan bersih, distribusi rambut merata tampak sudah beruban, wajah tampak meringis kesakitan karena menahan nyeri pada daerah punggung3. Mata Simetris, penglihatan kabur, reflek cahaya mata kiri (+) mata kanan (+), konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan palpebra, isokor.klien mengatakan jarak penglihatan berkurang.4. TelingaSimetris, tampak bersih, tidak ada nyeri tekan traus, tidak ada bengkak, tidak ada lateralisasi pada test webber.5. Mulut dan tenggorokanM2P2CI2I2CP2M2

M2P2CI2I2CP2M2

Simetris, lembab, gigi berlubang (+) pada graham bagian depan (P) bawah kanan kiri 2 gigi, jumlah gigi tidak lengkap untuk gigi graham belakang atas kanan dan kiri. nafas tidak berbau, tidak ada pembesaran amandel, fungsi menelan baik dan tidak ada nyeri tekan, klien mengatakan biasa menggosok giginya 2 kali sehari.6. LeherSimetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada pembesaran kelenjar, fungsi menelan baik.

7. PayudaraSimetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan.8. Sistem pernafasanPengembangan dada simetris, ronchi (-), perkusi resonan, tidak ada masa, tidak ada otot bantu pernafasan, taktil vremitus (+) ada getaran dan simetris, suara pernafasan vesikuler +/+9. Sistem kardiovaskuler Jantung : Bunyi jantung 1 : lup, bunyi jantung 2 dup, tidak ada suara jantung tambahan, nadi teraba cepat dan kuat, perkusi dullness10. Sistem gastrointestinalAbdomen supel, tidak teraba masa, BU (+) : 8 x/menit, hepar dan lien tidak teraba, perkusi tympan, BAB 1x/hri11. Sistem perkemihanKontrol bladder baik, tidak mengompol, tidak ada keluhan, frekuensi BAK tidak menentu.12. Sistem genitoreproduksiKlien mengatakan menarche pada usia 13 tahun, klien mengatakan sudah tidak haid lagi selama 3 tahun ini. klien mengatakan sehari mengganti pakaian dalam sebanyak 2 kali dalam sehari. Klien mengatakan selama ini klien belum pernah melakukan pap smear. Klien mengatakan dulu pernah mengalami keputihan, keputihan berwarna putih tidak berbau. 13. Sistem muskulskeletal

5/54/4klien mengatakan kesulitan berjalan karena rasa nyeri yang dirasakan. Simetris tangan dan kaki kanan maupun kiri, jari tangan dan kaki lengkap, klien dapat melakukan aktivitas dengan sendiri tanpa bantuan orang lain, kekuatan otot Klien tampak berhati-hati saat berjalan.14. Sistem saraf pusatTidak ada tanda-tanda laetralisasi, kesadaran komposmetis, GCS E4M6E5, reaksi pupil + terhadap cahaya, orentasi baik tidak mengalami kesulitan dalam berbicara.15. Sistem endokrinTidak ada pembesaran kelenjar tiroidF. Pengkajian psikososial1. Psikososial :a. Kemampuan sosialisasi : Baik, selalu mengikuti kegiatan dirumahnya seperti pengajian rutin. klien dapat berkomunikasi dengan keluarga dengan baik.b. Sikap klien pada orang lain : Terbuka dan seringkali bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumahnya dan anggota keluarganya yang lain.c. Harapan harapan klien dalam melakukan sosialisasi :klien mengatakan dengan bersosialisasi dengan tetangganya berharap menjadi lebih dekat lagi dan dapat saling membantu saat dibutuhkan.d. Kepuasan klien dalam sosialisasi: Merasa senang jika bisa mengobrol dengan semua yang datang kepadanya dan bersikap ramah dan baik.2. Identifikasi Masalah Emosional Pertanyaan Tahap 1a. Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidakb. Apakah klien sering merasa gelisah ? Tidakc. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? Tidakd. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? TidakLanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ya Pertanyaan Tahap 2a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?b. Ada masalah atau banyak pikiran ?c. Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?d. Menggunakan obat tidur /penenang atas anjuran dokter?e. Cenderung mengurung diri ?Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban yaMasalah emosional negatif

3. Spiritual :Kegiatan keagamaan : Pengajian seminggu sekali di dalam lingkungan rumahnya.Konsep/keyakinan klien tentang kematian : Hidup dan mati diserahkan kepada Allah (Pasrah)Harapanharapan klien :Ingin hidup tentram dan damai serta sehat walafiat untuk menjalani hidup dan dapat menjalankan ibadah dengan baik.4. Pengkajian Fungsional kliena. KATZ Indek :Termasuk / Kategori manakah klien ?1) A : Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi2) B : Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas3) C : Mandiri kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain 4) D : Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain5) E : Mandiri kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain6) F : Mandiri kecuali mandi, berpakaian ke toilet berpindah dan satu fungsi yang lain7) G : Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.8) Lain lain (tidak termasuk kategori di atas)Keterangan : Opa S termasuk dalam kategori A

b. Modifikasi dari bathel indekNoKriteriaDengan BantuanMandiriKeterangan

1.Makan510Frekuensi: 3x/ hariJumlah: menghabiskan 1 prsiJenis: Nasi, sayur, lauk, buah

2.Minum510Frekuensi:8x/hariJumlah: 800 mlJenis: Air putih dan teh

3.Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebalik-nya5-1015Klien dapat berpindak dari kursi ke tempat tidur dengan secara mandiri tanpa bantuan

4.Personal toilet ( cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi )55Frekuensi mandi: 2x/hari

5.Keluar masuk toilet (men cuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram )510

6.Mandi515Frekuensi: 2x/hari

7.Jalan dipermukaan datar015Klien dapat berjalan di permukaan datar

8.Naik turun tangga510

9.Mengenakan pakaian510

10Kontrol bowel ( BAB)510Frekuensi: 2 hari sekaliKonsistensi: lunak

11Kontrol bladder (BAK)510Frekuensi: 4x/hariWarna: Kuning jernih

12Olah raga/ latihan510Frekuensi: 2x/mingguJenis: senam lansia

13Rekreasi / pemanfaatan waktu luang510Frekuensi: 1x/hariJenis: menonton tv

Tabel 1. Pengkajian bathel indekKeterangan130: Mandiri65-125: Ketergantungan sebagian60: Ketergantungan totalTotal score 132 , klien masuk dalam katagori mandiri

5. Pengkajian Status Mental Gerontika. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)Instruksi :Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban dan catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.BenarSalahNoPertanyaan

01Tanggal berapa hari ini?

02Hari apa sekarang ini ?

03Apa nama tempat ini?

04Dimana alamat anda?

05Berapa umur anda?

06Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)

07Siapa presiden Indonesia sekarang ?

08Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

09Siapa nama ibu anda

10Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun

=9 = 0

Tabel 2. Pengkajian Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)

Salah 0Score total =

Interpretasi hasil :Salah 0 3: Fungsi intelektual utuhSalah 4 5: Kerusakan intelektual ringan Salah 6 8: Kerusakan intelektual sedang Salah 7 10: Kerusakan intelektual beratOma S mendapat score salah 0 yang berarti masuk dalam katagori fungsi intelektual utuh.b. MMSE (Mini Mental Status Exam)Tabel 3. Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam)NoAspek KognitifNilai MaksNilai KlienKRITERIA

1. Orintasi55Menyebutkan dengan benar Tahun Musim Tanggal Hari Bulan

Orientasi55Dimana kita sekarang berada? Negara Indonesia Propinsi Jawa Barat Kota ........... PSTW ......... Wisma

2. Registrasi33Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing - masing obyek. Kemudian tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi (untuk disebutkan) Obyek minyak kayu putih Obyek pulpen Obyek gelas

3.Perhatian dan kalkulasi55Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat. 93 86 79 72 65

4.Mengingat33Minta klien untuk megulangi ketiga obyek pada No.2 (registrasi) tadi. Bila benar. 1 point untuk masing-masing obyek.

5.Bahasa99Tunjukkan pada klien auatu benda dan tanyakan namanya pada klien (misal jam tangan) (misal pensil)Minta klien untuk mengulangi kata berikut : tak ada jika, dan atau, tetapi. Bila benar, nilai satu point. Pertanyaan benar 2 buah : tak ada, tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah :ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan taruh di lantai Ambil kertas di tangan anda Lipat dua Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai point 1) Tutup mata anda

Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar Tulis satu kalimat Menyalin gambar

Total Nilai28

Interpretasi hasil > 23: Aspek kognitif dari fungsi mental baik18 22: Kerusakan aspek fungsi mental ringan 17: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental beratTotal score pada Opa S adalah 27 dimana klien masuk dalam katagori aspek kognitif dari fungsi mental baik.

6. Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lansia (TINNETI ,ME, DAN GINTER,SF,1998 )Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah:a. Perubahan posisi atau keseimbanganBeri nilai 0 jika klien tidak menunjukan komponen di bawah ini,atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini:1) Bangun dari kursi ( dimasukan dalam analisis )*score 1Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu ,tidak stabil pada saat pertama kali berdiri.2) Duduk ke kursi (dimasukan ke dalam analisis ) score 1Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi. Keterangan : (*) Kursi yang keras tanpa lengan 3) Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum perlahan lahan sebanyak 3 kali ) score 0Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya.4) Mata Tertutup score 0Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh menutup mata (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk keseimbangannya)5) Perputaran leher score 0Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sinya, kelelahan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil.6) Gerakan menggapai sesuatu score 1Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memgang sesuatu untuk dukungan7) Membungkuk score 1Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misal pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multipel untuk bangunb. Komponen gaya berjalan atau gerakanBeri nilai 0 jika klien menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :1) Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan score 0Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah) score 1Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)3) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien) score 0Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai4) Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari dari samping klien) score 1Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi ke sisi5) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang klien) score 1Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi ke sisi6) Berbalik score 0Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang obyek untuk dukungan Intervensi hasil : Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :0 5 : Risiko jatuh rendah6 10: Risiko jatuh sedang11 15: Risko jatuh tinggiOma S mendapat score 7 yang berarti masuk dalam katagori Risiko jatuh sedang

3.1.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan PrioritasA. Analisa DataTabel 4. Analisa Data Padaoma SNo.DataEtiologiMasalah

1

DS : a. Klien mengatakan nyeri pada daerah pinggangnya.b. Klien mengatakan nyeri timbul saat beraktivitas.c. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk. d. Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 5 dari 10, e. klien mengatakan terasa kaku pada daerah pinggangnya.

DO :a. Klien tampak meringis saat melakukan aktivitasb. Klien tampak berhati hati dalam bergerak.Perubahan fungsi sendi

Hipertrofi

Distensi Cairan

Nyeri akut

Nyeri akut

2DS : a. klien mengatakan kesulitan berjalan Simetris karena rasa nyeri yang dirasakan. b. klien mengatakan jarak pandang klien berkurang.c. Penglihatan kabur

DO :a. 5/54/4kekuatan otot

b. Klien tampak berhati-hati saat berjalan.c. Hasil pengkajian katz indeks A : Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandid. Hasil dari pengkajian bathel indek Total score 132 , klien masuk dalam katagori mandire. Dari hasil pengkajian keseimbangan Oma S mendapat score 7 yang berarti masuk dalam katagori Risiko jatuh sedangPerubahan fungsi sendi

Deformitas sendi

MK: Kerusakan mobilitas fisik

Resiko jatuh

Resiko tinggi jatuh/ cedera

3DS : a. Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakitnya,b. Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatai penyakitnyac. Klien mengatakan tidak mengetahui proses penyakitnyaDO : a. Klien banyakbertanya tentang proses penyakitnyab. Klien tidak dapat mengatasi nyerinyac. Klien tidak mengetahui proses penyakitnyaProses Penuaan

Proses penyakit degeneratif yang panjang

Kurang kemampuan mengingat Kesalahan interpretasi

MK: Kurang pengetahuan

MK: Kurang pengetahuan

3.1.3 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.2. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang3. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

3.1.4 Intervensi KeperawatanTabel 5. Intervensi Keperawatan Paa Oma SNoDiagnosaTujuanIntervensiRasional

1.Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi, ditandai dengan:DS : a. Klien mengatakan nyeri pada daerah pinggangnya.b. Klien mengatakan nyeri timbul saat beraktivitas.c. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk. d. Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 5 dari 10, e. klien mengatakan terasa kaku pada daerah pinggangnya. DO :a. Klien tampak meringis saat melakukan aktivitasb. Klien tampak berhati hati dalam bergerak.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam masalah keperawatan teratasi sebagian dengan KH: Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. Mengikuti program terapi. Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

1. Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal2. Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.3. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi. 4. Pantau penggunaan bantal.5. Dorong klien untuk sering mengubah posisi.6. Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.7. Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.8. Pantau suhu kompres.9. Berikan masase yang lembut.10. Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.11. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.12. Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.13. Bantu klien dengan terapi fisik.1. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri3. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.4. Penggunaan bantal yang tidak tepat dapat menimbulkan posisi tulang yang memburuk5. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.6. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan7. Suhu kompres yang terlalu tinggi akan menimbulkan luka bakar drajad 18. peningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot.9. Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.10. Memberikan pengalihan rasa nyeri11. Mengatasi pengalihan rasa nyeri yan g dirasakan12. Mengurangi rasa nyeri secara konservatif13. Memberikan latihan yang sesuai dengan kebutuhan klien dapat meringankan rasa nyeri

2.Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang, ditandai dengan:DS : DS : d. klien mengatakan kesulitan berjalan Simetris karena rasa nyeri yang dirasakan. e. klien mengatakan jarak pandang klien berkurang.f. Penglihatan kabur

DO :a. 5/54/4kekuatan otot

b. Klien tampak berhati-hati saat berjalan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan resiko cidera dapat berkurang atau tidak terjadi dengan KH:a. Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.

1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil 2. Memantau regimen medikasi.3. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkanny1. Lingkungan yang aman untuk klien dapat menghindari atau mengurangi klien dari resiko jatuh2. Dengan memantau regimen medikasi dapat mempercepat penyembuhan.3. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas.

3.Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi. ditandai dengan : DS : a. Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakitnya,b. Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengatai penyakitnyac. Klien mengatakan tidak mengetahui proses penyakitnyaDO : a. Klien banyakbertanya tentang proses penyakitnyab. Klien tidak dapat mengatasi nyerinyaa. Klien tidak mengetahui proses penyakitnyaSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 pengetahuan klien meningkat dengan KH:1. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.2. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

1. Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat. 3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress. 4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi. 5. Identifikasi efek samping obat.6. Diskusikan teknik menghemat energi.7. Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang keamanan. 8. Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas. 9. Diskusikan pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT. 10. Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien

1. Mengetahui harapan klien 2. Mengetahui kebiasaan yang dilakukan oleh klien saat mengalami penyakitnya3. Membantu klien untuk menjadwalkan aktivitas klien guna membatasi aktivitas yang berlebih4. Memberikan atau mengingatkan pentingnya terapi exercise untuk kesembuhannya5. Mengetahui efek obat yang dikonsumsinya6. Menghemat energy yang dilakukan oleh klien dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh klien7. Memeberikan pengetahuan tentang alat bantu yang digunakan8. Posisi yang tubuh yang tidak benear dalam aktivitas dapat memperburuk keadaan klien9. Dengan mengetahui kandungan hasil pemeriksaan klien dapat mencegah terjadinya keadaan yang memburuk pada klien10. Memaparkan prosos penyakit

3.1.5 Implementasi KeperawatanTabel 6. Implementasi Keperawatan Pada Oma SNoDxWaktuImplementasiTTDNers

1Nyeri akut/kronis b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi29-07-201517.00

17.10

17.15

17.30

17.35

17.40

17.45

1. Mengkaji tanda-tanda vitalEf: TD : 120/100 mmHg N: 82 x/menit RR: 22 x/menit, 2. mengkaji keluhan nyeri; mencatat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). mencatat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbalEf: klien mengatakan skala nyeri 6, nyeri pada daerah pinggang nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri timbul saat beraktivitas, lamanya nyeri bisa dirasakan selama 10 menit. Klien tampak meringis dan melindungi daerah nyerinya.3. Menganjurkan klien untuk istirahat pada matras/kasur keras, bantal kecil dan meninggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.Ef: klien mau melakukan yang disarankn oleh perawat4. Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu duduk di kursi. Ef: klien tampak nyaman5. memantau penggunaan bantal pada klien.Ef: klien mengatakan hanya menggunakan satu bantal saat tidur.6. menganjurkan klien untuk sering mengubah posisi saat beristirahat.Ef: klien mengatakan mau mengubah posisi saat beristirahat7. menganjurkan klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.Ef: klien mampu dan mau melakukan hal yang dianjurkan oleh perawat.Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

1Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi30-07-201517.05

17.15

17.20

17.23

17.55

18.10

1. mengkaji tanda-tanda vitalef: TD : 130/100 mmHg N: 83x/menit RR: 20x/menit2. mengkaji keluhan nyeri; mencatat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). mencatat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbalEf: klien mengatakan skala nyeri 4, nyeri pada daerah pinggang nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri timbul saat beraktivitas, lamanya nyeri bisa dirasakan selama 10 menit.3. Membantu klien untuk mengompres hangat padadaerah pinggangnya.Ef: klien mengatakan terasa lebih nyaman4. Memantau suhu kompres.Ef : suhu air 40c 5. Memberikan masase yang lembut pada klien di daerah pingganya.Ef: klien menyatakan terasa nyaman dan lebih rileks. Klien tampak rileks.6. menganjurkan penggunaan teknik manajemen stress dengan cara tekhnik rileksasi nafas dalam.Ef: klien mampu dan mau melakukan tekhnik rileksasi nafas dalam.7. Melibatkan klien dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.Ef: klien mengatakan jika tidak merasa nyeri, klien selalu mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya.Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

2Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang30-07-2015

1. Membantu klien untuk mengendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur dengan posisi tempat tidur rendah, dan menyarankan untuk menggunakan pencahayaan yang optimal.Ef: klien dan keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan yang aman untuk klien2. Menganjurkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman,Ef: klien mampu melakukan aktivitas secara mandiriSella

Sella

3.Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.1-07-201508.42

08.45

09.05

09.07

10.05

12.30

1. meninjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan pada klienef: klien mengatakan sudah mengalami penyakit ini sejak lama. Klien mengatakan ingin segera pulih dan tidak merasakan nyeri lagi. Klien mengatakan bosan dengan penyakitnya.2. mendiskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat. Ef: klien mengatakan tidak mengetahui makanan apa saja yang diperbolehkan dan yang diperbolehkan.3. membantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress pada klien.Ef: klien mau menjadwalkan aktivitas 4. mendiskusikan tentang penyakit osteoatrithis, penyebab dari osteoatrhitis, dan diit untuk osteoatrithis, ef : klien paham tentang proses penyakit klien, klien mengetahui tentang diit untuk penyakit osteoatrithis, klienmengetahu cara pencegahan dan cara mengatasi nyeri akibat osteoatrithis..5. mendiskusikan teknik menghemat energi.Ef: klien mengatakan mau melakukan penghematan energy dalam sehari-hari6. meberikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang keamanan. Ef : klien mengetahui tentang alat bantu yang dibutuhkan.Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

3.1.6 Evaluasi KeperawatanTabel 7. evaluasi Keperawatan Pada Oma SNoDxHari /TanggalEvaluasiTTDNers

129-07- 201513.00

S : klien mengatakan skala nyeri 5, nyeri pada daerah pinggang nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri timbul saat beraktivitas, lamanya nyeri bisa dirasakan selama 10 menit, O : TD : 120/100 mmHg N: 82 x/menit RR: 22 x/menit, Klien tampak meringis dan melindungi daerah nyerinya.A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi1. Kaji tanda-tanda vital2. Kaji keluhan nyeri; mencatat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Mencatat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal8. Bantu klien untuk mengompres hangat pada daerah pinggangnya9. Pantau suhu kompres10. Berikan masase yang lembut pada klien di daerah pingganya.11. Anjurkan penggunaan teknik rileksasi nafas dalam12. Lakukan manajemen stress dengan cara tekhnik rileksasi nafas dalam.13. Libatkan klien dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

Sella

130-07- 201513.05

S :Klien mengatakan nyeri klien berkurang setelah dilakukan kompres pada daerah pinggangnya, klien mengatakan skala nyeri 3 dari 10. O : TD : 130/100 mmHg N: 83x/menit RR: 20x/menit, klien tampak lebih rileksA : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi1. Kaji tanda-tanda vital2. Kaji keluhan nyeri; mencatat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Mencatat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal8. Bantu klien untuk mengompres hangat pada daerah pinggangnya10. Berikan masase yang lembut pada klien di daerah pingganya11. Anjurkan penggunaan teknik tarik nafas dalam

Sella

230-07-2015S : Klien dan keluarga mengatakan mau melakukan modifikasi lingkungan,O : klien dan keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan yang aman untuk klien. klien mampu melakukan aktivitas secara mandiriA : Masalah teratasi P : Stop intervensi

303-05-201513.10

S : Klien mngatakan tahu tentang penyakitnya, klien mengatkan mengetahui tanda dan gejala dari penyakitnya. Klien mengatakan sekarang tahu apa yang harus di hindari dan apa yang baik untuk penyakitnya yang dialamiO : Klien tampang lebih paham dari sebelumnya Klien tampak menyimak saat diberikan promkes A : Masalah teratasi P : stop intervensiSella

3.1.7 Catatan PerkembanganCatatan Perkembangan 1Tabel 8. Catatan perkembangan 1 Pada Oma SNoDxHari /TanggalCatatan PerkembanganTTDNers

14-08-2015

13.00

13.05

13.10

13.15

13.30

18.05

S : Klien mengatakan nyeri mulai berkurangO : TD 120/90 mmHg N 82x/menit RR 20x/menit, klien tampak rileksA : Masalah teratasiP : stop intervensiI :1. mengkaji tanda-tanda vitalef: TD: 120/90 mmHg, N: 82x/menit RR 20x/menit 2. menkaji keluhan nyeri; mencatat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Mencatat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbalef:, klien mengatakan saat ini klien tidak merasakan nyeri lagi3. membantu klien untuk mengompres hangat pada daerah pinggangnyaef: klien mengatakan nyeri mulaiberkurang saat dilakukan kompres hangat4. memberikan masase yang lembut pada klien di daerah pingganyaef: klien mengatakan lebih terasa nyaman5. menganjurkan penggunaan teknik tarik nafas dalamef: klienmengatakan selalu melakukan tekhnik nafas dalam saat mulai terasa sakit sebelum melakukan kompres hangatE : klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi, TD 120/90 mmHg, N 80x/menit RR 20x/menit. Klien mau melakukan kompes hangat.Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

Sella

3.2 Data Klien di Panti Bina Bakti 3.2.1 Pengkajian Pada Oma I Dengan Post Stroke Nama: Oma IUmur: 56 TahunJenis kelamin: Perempuan Agama: KatolikTanggal pengkajian: 7 Juli 2015Alamat : Mexicano C 6 No. 18Pendidikan terakir: SDPekerjaan: tidak bekerjaPenangung Jawab:Nama: Ny. SUmur: 53 tahunJenis kelamin: PerempuanStatus perkawinan : tidak menikahAgama: KatolikHubungan dengan klien : kakakAlamat: Green Garden Y2 no. 2Aa. Status Kesehatan1. Keluhan utama :klien mengatakan klien tidak dapat bergerak banyak. Klien mengatakan tangan kanannya tidak dapat digerakan. Klien mengatakan jika tangan kanannyan digerakan terasa nyeri.2. Riwayat penyakit1. Riwayat penyakit sekarang: klien mengatakan ia kesulitan dalam beraktivitas akibat stroke yang ia alami sekitar 3 tahun yang lalu dan disertai kelemahan pada anggota gerak bagian kiri.2. Riwayat penyakit dahulu:klien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi, Stroke, Kolesterol.3. Riwayat penyakit Keluarga:Dalam keluarga ada penyakit keturunan yaitu Hipertensi yang diderita ayah klien.

b. Pengkajian Fisik Persistem1. Keadaan Umum: baik, kesadaran CM, menggunakan kursi roda.2. Tanda-tanda vital: TD 140/90 mmHg, nadi 80x/mnt, suhu 36,8C, RR 20x/mnt.3. IntegumenKulit lembab, tampak keriput, pada daerah punggung terdapat benjolan dan berwarna kemerahan, akral teraba hangat4. Kepala dan wajahSimetris, tidak ada massa dan lesi, rambut tidak berketombe dan bersih, distribusi rambut merata tampak sudah beruban. Wajah tampak rileks5. Mata Simetris, penglihatan kabur, reflek cahaya mata kiri (+) mata kanan (+), konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan palpebra, isokor.6. TelingaSimetris, tampak bersih, tidak ada nyeri tekan traus, tidak ada bengkak, tidak ada lateralisasi pada test webber.7. Mulut dan tenggorokan

M3P1CI2I2CP2M3

M3P2CI2I2CP1M2

Mulut Simetris, lembab, gigi berlubang (+) pada grahang (M) bawah kanan kiri 2 gigi, gigi tidak lengkap pada daerah gigi graham depan kanan bawah dan gigi graham kiri atas. nafas tidak berbau, tidak ada pembesaran amandel, fungsi menelan baik dan tidak ada nyeri tekan.rongga mulut bersih, mukosa mulut lembab, gigi. perut tidak buncit.8. LeherSimetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada pembesaran kelenjar, fungsi menelan baik.9. PayudaraSimetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan.10. Sistem pernafasanPengembangan dada simetris, ronchi (-), perkusi resonan, tidak ada masa, tidak ada otot bantu pernafasan, taktil vremitus (+) ada getaran dan simetris, suara pernafasan vesikuler +/+11. KardiovaskulerInspeksi: keadaan umum terlihat baik.Palpasi: tidak terdapat pelebaran pembuluh darah, nadi teraba 80x/mnt regular, CRT< 2 detik.Perkusi: tidak terdapat kelainanAuskultasi: reguler, S1 dan S2, tidak terdapat bunyi tambahan, TD 140/90 mmHg12. RespirasiInspeksi: teratur, tidak sesak, respirasi 20x/mnt, tidak terdapat penggunaan otot bantu pernafasan.Palpasi: perkembangan dada kiri dan kanan simetris, terdapat vokal fremitus.Perkusi: suara paru resonan antara kiri dan kananAuskultasi: vesikuler pada kedua lapang paru.13. PencernaanPalpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan lepas pada daerah abdomen.Perkusi: suara perut tympani, Auskultasi: bising usus 10x/menit.Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari panti dengan frekuensi 3 kali sehari, habis 1 porsi setiap makan, tidak terdapat kesulitan mengunyah dan menelan. Jumlah cairan yang diminum kurang lebih 1,5 liter/hari yaitu air putih. BAB 1 x/hari, tidak terdapat keluhan.14. PerkemihanTidak terdapat inkontinensia urine, frekuensi BAK tidak menentu tergantung jumlah cairan yang diminum.

15. Endokrin dan metabolicPenyebaran rambut merata dan lebat, warna rambut hitam, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak terdapat penyakit diabetes.16. Integument Inspeksi: warna kulit kuning langsat, terdapat hiperpigmentasi, tidak ada edema pada kulit, terdapat dekubitus pada daerah bokongnya.Palpasi: Turgor kulit baik, kulit kering.17. Muskuloskletal.Kekuatan otot 41

41

Klien mengatakan kesulitan dalam menggerakan anggota ekstremitasnya. Klien mengatakan tidak bisa berjalan dengan baik. Klien hanya mampu berdiri beberapa detik dengan bantuan. Klien mengatakan takut jika harus berjalan. klien menggunakan kursi roda.18. Neurologiklien kesulitan dalam komunikasi verbal, kalimat yang diucapkan kadang-kadang kurang jelas, respon terhadap pembicaraan baik, interpretasi terhadap lawan bicara baik.

c. Pengkajian psikososial1. Psikososial :a) Kemampuan sosialisasi : Baik, selalu mengikuti kegiatan dipanti serta klien dapat berkomunikasi dengan oma atau opa yang lainnya.b) Sikap klien pada orang lain : Terbuka dan seringkali berbincang dengan perawat, mahasiswa dan petugas yang ada dipanti.c) Harapan harapan klien dalam melakukan sosialisasi :d) Hubungan antara oma dan opa atau teman-teman yang lainnya berjalan dengan baik dan banyak teman.e) Kepuasan klien dalam sosialisasi: Merasa senang jika bisa mengobrol dengan semua yang datang kepadanya dan bersikap ramah dan baik.

2. Identifikasi Masalah Emosional Pertanyaan Tahap 1a) Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidakb) Apakah klien sering merasa gelisah ? Tidakc) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? Tidakd) Apakah klien sering was-was atau kuatir ? TidakLanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ya Pertanyaan Tahap 2a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?b) Ada masalah atau banyak pikiran ?c) Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?d) Menggunakan obat tidur /penenang atas anjuran dokter?e) Cenderung mengurung diri ?Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban yaMasalah emosional negatif 3. Spiritual :Kegiatan keagamaan : Pengajian seminggu 2 kali dimusola dan 3 kali seminggu diruanganKonsep/keyakinan klien tentang kematian : Hidup dan mati diserahkan kepada Allah (Pasrah)Harapanharapan klien :Ingin hidup tentram dan damai serta sehat walafiat untuk menjalani hidup dipanti dan dapat menjalankan ibadah dengan baik.

4. Pengkajian Katz indeksTabel 9. Pengkajian Katz indeks Pada Oma ISKORKRITERIA

AMandiri dalam makan, kontinensia, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah tempat dan mandi.

BMandiri semua kecuali salah satu dari fungsi di atas.

CMandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain.

DMandiri, kecuali berpakaian, mandi dan satu fungsi lain.

EMandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain.

F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah tempat dan satu fungsi yang lain.

GKetergantungan untuk semua fungsi.

Keterangan :-Mandiri : Berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain-Ketergantungan: Apabila klien menolak melakukan fungsi tersebut /tidak mampu melakukan fungsi tersebutPada klien dalam kategori F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah tempat dan satu fungsi yang lain.

5. Pengkajian Barthel IndeksTabel 10. Pengkajian Barthel Indeks Pada Oma INOKRITERIADENGAN BANTUANMANDIRIKETERANGAN

1Makan5

10

Frekuensi: 3x/hariJumlah:1 porsi habis tiap 1 kali makan.Jenis: nasi, sop, sayur, lauk.

2Minum5

10

Frekuensi :tidak tentuJumlah : 1,5 literJenis : air putih.

3Berpindah dari kursi ke tempat tidur, sebaliknya5 10

15

4Personal toilet (Cuci muka, menyisir rambut, menggosok gigi)0

5Frekuensi : 2 x/sehari

5Keluar masuk toilet (Mencuci pakaian, menyeka tubuh)5

10

6Mandi5

15Frekuensi : 2x/hari

7Jalan dipermukaan datar015

8Naik turun tangga510

9Mengenakan pakaian510

10Kontrol bowel (BAB)510Frekuensi :1x/hariKonsistensi :

11Kontrol bladder (BAK)5

10Frekuensi : tidak menentuJumlah : tidak terkajiWarna : kekuningan

12Olah raga /latihan510Frekuensi :tidak terkajiJenis : senam dan latihan jalan

13Rekreasi / pemanfaatan waktu luang510Frekuensi :-Jenis : diam di kamar / tidur

Total score70

Jumlah skoring :a. 130: Mandirib. 65 125: Ketergantungan sebagianc. 60: Ketergantungan totalPada klien termasuk Ketergantungan sebagian dengan jumlah scoring70.6. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)Tabel 11. Pengkajian SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner) Pada Oma INOPERTANYAANBENARSALAH

1Tanggal berapa hari ini ?

2Hari apa sekarang ini ?

3Apa nama tempat ini ?

4Dimana alamat anda ?

5Berapa umur anda ?

6Kapan anda lahir (Min tahun lahir) ?

7Siapa presiden Indonesia sekarang ?

8Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

9Siapa nama ibu anda

10Kurani 3 dari 20 dan tetap lakukan pengurangan 3 dari setiap angka baru (20 3,17 3, 14 3,11 3, 8-3)

Total score 46

Interpretasi hasil :a.Salah 0 2 Fungsi intelektual utuhb.Salah 3 4 Kerusakan intelektual ringanc.Salah 5 7 Kerusakan intelektual sedang d.Salah 8 10 Kerusakan intelektual beratPada klien termaksuk kerusakan intelektual ringan dengan jumlah skor benar 6 dan skor salah 4.

7. MMSE (Mini Mental Status Exam)Tabel 12. Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam) Pada Oma IASPEK KOGNITIFNILAI MAKSIMALNILAI KLIENKRITERIA

Orientasi waktu51Menyebut dengan benar : Tahun Musim Tanggal Hari Bulan

Orientasi ruang54Dimana sekarang kita berada : Negara Indonesia Propinsi banten Kota tangsel Kelurahan Panti Bina Bakti

Registrasi33Sebutkan nama objek yang telah disebut oleh pemeriksa :Arloji, pena, dan sepatu

Perhatian dan kalkulasi52Minta klien meyebutkan angka 100 7 sampai 5 kali :o 93, 86, 79, 72, 65

Mengingat kembali33Minta klien untuk mengulangi 3 obyek pada no. 2 (Pada registrasi diatas):Arloji, pena dan sepatu

Bahasa98Tunjukan klien benda, tanyakan apa namanya : Arloji PenaMinta klien untuk mengulangi kata kata tidak ada, jika dan atau tetapi.Bila benar, 1 pointMinta klien untuk mengikuti perintah berikut terdiri dari 3 langkah : Ambil kertas ditangan anda Lipat dua Taruh di kasurPerintahkan klien melakukan hal berikut: Tutup mata anda.Bila benar, 1 pointPerintahkan pada klien : Menulis 1 kalimat-Menyalin 1 gambarBila benar masing-masing 1 point

Skor3020

Interprestasi nilai :>23: Tidak ada gangguan kognitif18 23: Gangguan kognitif ringan0 17: Gangguan kognitif beratPada klien termaksuk Gangguan kognitif ringan dengan skore 20

8. Pengkajian Mobilitas FungsionalTabel 13. Pengkajian Pengkajian Mobilitas Fungsional Pada Oma IKegiatanNilai

1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangana. Bangun dari kursi b.Duduk ke kursi c.Menahan dorongan pada sternum d.Mata tertutup e.Perputaran leher f.Gerakan menggapai sesuatug.Membungkuk 2. Komponen berjalan /gerakanh.Berjalan sesuai perintahi. Kemampuan mengangkat kaki saat kaki berjalanj.Kesimetrisan langkahk.Penyimpangan jalur pada saat berjalanl.Berbalik 1111111

11111

Score12

Bisa melakukan nilai = 0Tidak bisa nilainya = 1Interpretasi hasil0-5: resiko jatuh rendah6-10: resiko jatuh sedang11-15 : resiko jatuh tinggiklien termaksuk resiko jatuh tinggi dengan interpretasi hasil 12

3.2.2 Analisa DataTabel 14. Analisa Data Pada Oma INoAnalisaEtiologiMasalah

1DS Klien mengatakan kesulitan dalam menggerakan anggota ekstremitasnya. Klien mengatakan tidak bisa berjalan dengan baik Klien mengatakan takut jika harus berjalan.

DO Kekuatan otot41

41

Klien hanya mampu berdiri beberapa detik dengan bantuan. klien menggunakan kursi roda.

Hipertensi

Pecahnya PD otak

Stroke hemoragi

Gangguan neuromuskular

Kehilangan kontrol otot volunteer

Hemiplegia

Kerusakan mobilitas fisikKerusakan mobilitas fisik

3DS: klien mengatakan menggunakan alat bantu jalan untuk berpindahDO: Tampak menggunakan alat kursi roda. Hasil skore pengkajian katz indeks kategori F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah tempat dan satu fungsi yang lain. Hasil skore bartel indeks klien termasuk Ketergantungan sebagian dengan jumlah scoring70 Hasil pengkajian mobilitas fungsional klien termaksuk resiko jatuh tinggi dengan interpretasi hasil 12Menggunakan alat bantu jalan

Risiko jatuh.

Risiko jatuh

4DS: -DO: Turgor kulit baik Kulit tidak kering Terdapat dekubitus di daerah bokongnyaProses degeneratif

Menurunnya cairan dan jaringan lemak

Kulit kering

Risiko gangguan integritas kulitRisiko gangguan integritas kulit

3.2.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kelemahan anggota gerak2. Risiko jatuh b.d. kelemahan anggota gerak3. Risiko gangguan integritas kulit b.d. penurunan kelembaban kulit.

3.2.4 Intervensi KeperawatanTabel 15. Intervensi Pada Oma INo.Diagnosa TujuanIntervensiRasional

1.Kerusakan mobilitas fisik b.d. kelemahan anggota gerak, ditandai dengan:DS Klien mengatakan kesulitan dalam menggerakan anggota ekstremitasnya. Klien mengatakan tidak bisa berjalan dengan baik Klien mengatakan takut jika harus berjalan.

DO Kekuatan otot41

41

Klien hanya mampu berdiri beberapa detik dengan bantuan. klien menggunakan kursi roda.

Setelah dilakukan tindakan askep 5x24 jam masalah keperawatan teratasi sebagian dengan KH: Mempertahankan kekuatan dan fungsi ekstremitas yang mengalami kelemahan Mempertahankan fungsi optimal tanpa kontraktur 1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.2. Ubah posisi minimal 2 jam.

3. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua sendi.

4. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong daerah yang mengalami kelemahan. 5. Konsultasi dengan ahli fisioterapi, latihan resistif, ambulasi pasien.

1. Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.2. Menurunkan risiko terjadinya trauma jaringan.3. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, mencegah kon