gerimis, hujan, badai v-3

77
Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 1 *Gtak-gtak-gtak-gtak* Bunyi suara gantungan jemuran yang menabrak-nabrak tembok di luar beranda kamar. Terpaan angin yang kencang membuat tiang gantungan itu berayun-ayun tak terkendali. Suara itu cukup mengganggu terdengar dari dalam kamar. “Kakak, bunyi gantungan jemuran di luar itu berisik sekali yah.” “Iya, kau benar.” Di dalam kamar, Shuichi dan adiknya sedang bersantai menghangatkan diri di dalam meja penghangat kotatsu. Mereka melihat siaran TV sambil mengemil snack kue senbei. Shuichi adalah kelas 5 SD sedangkan adiknya duduk di kelas 2 SD. Saat ini jarum pendek sedang menunjuk ke atas menunjukkan waktu tengah siang hari. Akan tetapi mereka berdua tidak pergi ke sekolah, karena hari ini sekolah diliburkan. Bagi sistem sekolah di daerah mereka, meliburkan sekolah karena alasan badai bukanlah hal yang aneh. Dengan keputusan

Upload: fatra-maulana-fanfir

Post on 20-Nov-2015

87 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kumpulan Cerpen

TRANSCRIPT

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 1

    *Gtak-gtak-gtak-gtak*

    Bunyi suara gantungan jemuran yang menabrak-nabrak tembok

    di luar beranda kamar. Terpaan angin yang kencang membuat tiang

    gantungan itu berayun-ayun tak terkendali. Suara itu cukup

    mengganggu terdengar dari dalam kamar.

    Kakak, bunyi gantungan jemuran di luar itu berisik sekali yah.

    Iya, kau benar.

    Di dalam kamar, Shuichi dan adiknya sedang bersantai

    menghangatkan diri di dalam meja penghangat kotatsu. Mereka

    melihat siaran TV sambil mengemil snack kue senbei. Shuichi adalah

    kelas 5 SD sedangkan adiknya duduk di kelas 2 SD. Saat ini jarum

    pendek sedang menunjuk ke atas menunjukkan waktu tengah siang

    hari. Akan tetapi mereka berdua tidak pergi ke sekolah, karena hari ini

    sekolah diliburkan.

    Bagi sistem sekolah di daerah mereka, meliburkan sekolah

    karena alasan badai bukanlah hal yang aneh. Dengan keputusan

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 2

    singkat rapat guru. Para guru wali kelas menelpon orang tua murid

    satu-persatu untuk memberitahukannya. Dan terciptalah satu hari

    libur begitu saja.

    Dalam satu kali musim panas, setidaknya ada satu atau dua hari

    libur mendadak, terutama pada daerah pesisir tenggara yang

    berbatasan langsung dengan samudera dan paling rawan badai taifun.

    *Gtak-gtak-gtak-gtak*

    Suara itu terus membunyi diiringi suara kencangnya angin

    seperti peluit. Bahkan suara TV pun menjadi sulit didengarkan

    karenanya.

    Apa aku ikat saja gantungan jemuran di luar yah?

    Jangan kak. Sedang ada badai.

    Shuichi melihat keluar beranda. Awan-awan menutup langit

    sehingga siang hari tidak terasa seerti sedang siang. Sebenarnya dia

    gemas dengan suara yang tidak berhenti itu. Tetapi hujan angin

    dengan kemiringan yang melebihi 45 derajat itu mengurungkan

    niatnya.

    Hari libur bonus yang datang cuma-cuma. Shuichi biasanya

    senang dengan hari libur, tetapi hari ini ia merasa bosan. Sebabnya

    adalah karena dia tidak bisa bermain keluar dari rumahnya. Bersantai

    menonton TV adalah satu-satunya hal yang terbayang untuk dilakukan.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 3

    *Cklek* Ayah pulang!

    Suara yang familiar dari arah pintu.

    Oh! Ayah sudah pulang? Hwaah, basah kuyup., kata Shuichi

    yang mengintip ayahnya yang baru pulang.

    Iya nih. Rasanya ayah ingin cepat berendam air hangat. Haha..

    Ayah lalu melepas mantelnya dan berjalan memasuki kamar

    mandi.

    Ayah pulang cepat dari kantor pasti karena akibat dari badai ini.

    Begitulah pikir Shuichi sambil mengganti-ganti channel TV. Berita,

    acara reality show, drama, komedi lawak, tidak ada satupun acara TV

    yang membuatnya tertarik.

    Lama-kelamaan Shuichi merasa mengantuk. Suara bising badai

    di luar jendela mulai membuatnya nyaman untuk terlelap. Ah, aku

    tidak bisa apa-apa kalau badai ini belum berhenti. Begitulah dia bepikir

    sebelum akhirnya dia tidur siang.

    Tidak terpikirkan olehnya untuk keluar di saat badai taifun

    sedang kuat-kuatnya di luar.

    Keesokan harinya..

    Badai masih bertiup kencang diluar jendela. Berita cuaca di TV

    mengatakan bahwa badai tidak akan reda sampai tengah malam. Satu

    hari lagi untuk libur dan tidak melakukan apapun di rumah. Siang hari

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 4

    saat adik shuichi sedang tidur siang, telepon berdering. Tidak ada

    orang di rumah selain mereka berdua.

    Shuichi mengangkat telepon.

    Halo?

    Halo, dengan Shuichi?

    Iya, saya Shuichi.

    Ini ibunya Kotaro. Apa Kotaro sedang ada di rumahmu?

    Eh? Tidak ada kok.

    Oh begitu. Kira-kira ada di mana ya dia sekarang? Tante sangat

    khawatir karena dia mendadak tidak ada di rumah. Kalau ada kabar

    tentangnya hubungi tente ya.

    Ah iya.

    Kotaro adalah teman sekelasnya. Setelah menutup telepon,

    Shuichi berpikir. Tempat yang mungkin Kotaro datangi di tengah badai

    begini. Shuichi teringat kalau hari ini adalah piket Kotaro untuk

    menyiram tanaman di belakang sekolah.

    Hahaha. Mustahil.

    Shuichi berpikir dan tertawa dalam hati.

    Hahaa... Masa sih?

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 5

    Semakin dipikir dia semakin khawatir. Shuichi tidak mengerti

    jalan pikiran Kotaro, juga tidak tahu ke mana kira-kira Kotaro pergi.

    Tapi satu hal yang dia tahu, Kotaro itu bodoh.

    Satu kali nafas panjang dia helakan. Semangat maju dia

    bangkitkan dalam hati. Shuichi memutuskan untuk pergi memeriksa

    tempat satu-satunya yang terbayang baginya. Taman belakang sekolah.

    Shuichi mengenakan jas hujan hijau muda untuk pelindung

    badan. Meng-equip sepatu boots kuning miliknya agar dapat

    menempuh terrain dengan maksimal. Lalu di tangan kanannya Ia

    menggenggam sebuah senjata dari besi, yang orang-orang

    menyebutnya dengan sebutan payung. Kini Shuichi siap bertempur.

    Sebelum pergi, tidak lupa dia meninggalkan sebuah memo di

    atas meja agar adiknya tidak khawatir saat ia terbangun. Secarik kertas

    yang bertuliskan, Jangan cari aku. Aku pergi berperang. - Shu-

    Dengan begitu Shuichi melangkah keluar dari pintu. Dia turun

    ke lantai satu menuju pintu keluar apartemen. Tanpa ragu dia langsung

    menerjang keluar.

    *Byruuuuu---!*

    Hujan angin bertiup dengan kencang membuat tubuh Shuichi

    terdorong. Dia sempat kehilangan keseimbangan, namun dia segera

    mengembalikannya. Dalam sekejap bajunya langsung basah kuyup,

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 6

    sepatu boots yang dia pakai langsung basah luar dan dalam dan mulai

    terasa berat.

    Shuichi memantapkan posisinya dan mulai berjalan lambat.

    Tubuhnya terasa berdiri miring karena kenyataannya dia memang

    berdiri miring. Dorongan hembusan angin yang kuat membuat posisi

    berdiri yang stabil bukanlah yang tegak namun yang miring.

    Memertahankan kemiringan tubuh saja sudah butuh dorongan kaki

    yang berat, apalagi ditambah energi untuk mendorong maju.

    Karena semangatnya, Shuichi sampai lupa untuk membuka

    payung yang dia pegang saat menerjang barusan. Tudung jas hujan

    terhembus kebelakang. Suara gemuruh angin terasa menderu di dalam

    kuping. Rambut tidak lagi dalam kelas basah. Cucuran air menerpa

    wajahnya lebih deras daripada guyuran air shower. Hujan tidak lagi

    terasa hujan karena air mengalir dari atas kepala, alis hidung, pipi..

    Shuichi menyipitkan matanya agar air tidak mengalir masuk ke dalam

    mata.

    Harus cepat berlindung! Dengan kedua tangannya Shuichiro

    menghunuskan payungnya ke depan. Dia membuka payung dengan

    satu tombol otomatis yang dilengkapi dengan sebuh per.

    *Baths!!*

    Payung terbuka dengan cepat. Dan dengan cepat pula payung

    itu terdorong kebelakang. Parabola payung yang seharusnya

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 7

    menghadap ke bawah jadi terbalik cekung ke atas. Tidak berhenti di

    sana, luas penampang payung yang kira-kira seluas x 40cm ^2

    mengakibatkan gaya dorong yang tidak terkirakan oleh Shuichi

    sebelumnya. Shuichi setubuh-tubuhnya terseret ke belakang.

    Angin agak berturbulensi ke atas, Shuichi terasa melayang dan

    tidak dapat berpijak dengan semestinya. Tubuhnya mulai terasa

    terangkat dan tanpa pikir panjang Shuichi melepaskan genggamannya.

    Tidak peduli dengan payung yang langsung terbang menabrak sesuatu

    dan menghilang atau dengan harga payung itu sendiri, dia tidak mau

    terbang bersama payung tersebut.

    Shuichiro terjatuh ke aspal jalan dan berguling arah

    menyamping. Dia menepi menuju tembok dinding terdekat. Di

    samping tembok rumah itu akhirnya Shuichi dapat berdiri kembali. Dia

    belajar sesuatu, bahwa merapat ke dinding dapat mengurangi

    dorongan angin hingga berkali-kali lipat.

    Pada saat itulah, untuk pertama kalinya Shuichi mempunyai

    kesempatan untuk berpikir dengan tenang semenjak saat dia mulai

    menerjang tidak beberapa lama yang lalu.

    Jas hujan yang sudah kotor karena berguling sama sekali tidak

    masuk pikirannya. Dalam hati Shuichi berteriak sekeras-kerasnya:

    HWOOOOO---!!. Adrenalin memuncak. Sebuah pengalaman

    menerjang badai Taifun yang tidak semua orang pernah mengalaminya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 8

    Inilah pertempuran nyata!!

    Suara teriakannya tidak seberapa dibandingkan dengan suara

    badai saat itu.

    Shuichi fokus melihat ke depan. Dengan tangannya

    menerawang agar air tidak masuk ke dalam matanya sekalipun, dia

    tidak dapat melihat ke depan lebih dari 3 meter di depannya. Deras

    butiran air menghalangi pandangan seperti kabut putih yang sangat

    tebal.

    Meyakinkan dirinya kembali untuk mencapai garis finish.

    Dengan semangat membara dan taktik-strategi matang di dalam

    kepalanya, Shuichi melangkah maju.

    Sekian lamanya perjuangan

    Rintangan terberat adalah saat Shuichi harus menyebrangi jalan.

    Karena di sana angin merajalela menerpa dengan kekuatan maksimum

    dan tanpa perlindungan tembok. Berkali-kali dengan modal semangat,

    Shuichi melewati itu semua.

    Deras hujan dan kecepatan angin naik turun secara fluktuatif

    tidak menentu. Kadang mereda dan bisa juga tiba-tiba menerpa

    seperti serangan hujan batu. Lalu berlalu, hujan badai pun memasuki

    fasa tenang dimana hanya terasa seperti hujan deras biasa.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 9

    Agaknya Shuichi merasa lebih tenang. Dia memercepat

    langkahnya sebari tetap siaga. Sepanjang perjalanannya, Shuichi tidak

    melihat satu orangpun berjalan di luar rumah. Lalu, beberapa blok lagi

    sampai SD tempat seklolahnya. Shuichi melihat seseorang berdiri di

    tengah lapangan taman bermain.

    Seseorang yang Shuichi kenal sedang berdiri sambil memikul

    tongkat pemukul baseball di pundaknya.

    Kotaro!!, teriak Shuichi dari jauh.

    Kotaro pun melihat ke arahnya dan mengayun-ayunkan tongkat

    pemukulnya.

    Yo! Shu! Ayo kemari!

    Shuichi mendekati Kotaro di tengah lapangan. Di sana Kotaro

    memakai T-shirt dan celana jeans pendek, sangat kontras dengan

    pakaian full armor yang dikenakan oleh Shuichi.

    Apa yang kau lakukan di sini!, tanya Shuichi.

    Baseball!, Kotaro menjawab dengan suara keras karena

    mereka mengobrol di tengah hujan yang deras.

    Apa!?, Shuichi kaget.

    Baseball!, Kotaro mengulangi. Yang jelas bukan itu maksud

    Shu mengeluarkan kata tanya itu.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 10

    Kau gila! Di tengah hujan badai begini kamu mau main

    baseball sendirian!?

    Justru di saat seperti inilah yang paling cocok kan!?

    Hah!?

    Bukankan ada banyak lemparan pamungkas yang hanya bisa

    dilakukan di saat angin kencang begini? Sesuai dengan arah anginnya

    kita bisa melakukan lemparan super curved smasher dan super straight

    turbo! Hebat kan! Makanya kita harus melatihnya selagi ada

    kesempatan!

    Bodoh! Sekalipun kamu bisa melakukannya sekarang tapi di

    saat pertandingan asli nanti tidak mungkin ada badai kan!? Jadi tidak

    ada gunanya kau latiha sekarang! Lagi pula kalau kamu mau latihan

    lemparan, terus buat apa tongkat pemukul yang kamu bawa?

    Huh! Kalau baseball bukan baseball namanya kalau tanpa

    tongkat pemukul baseball! Iya kan?, kata Kotaro dengan nada bangga

    sambil mengacungkan jempolnya.

    Saat itu Shuichi semakin yakin kalau pendapatnya tentang level

    kebodohan Kotaro itu tidak salah.

    Aku bercanda! Haha..!, terus Kotaro. Bukankah menurut TV

    saat badai taifun begini ada banyak barang-barang random yang

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 11

    berterbangan! Kebetulan sekali! Inilah saat yang tepat untuk latihan

    batting!!

    Kamu kenapa Shu!?, tanya heran Kotaro melihat wajah

    Shuichi.

    AYO KITA PULANG!!, bentak Shuichi yang agaknya merasa

    menyesal mengkhawatirkan orang macam Kotaro.

    Hah? Oke!

    Huh! Aku tidak menyangka ada orang bodoh yang mau keluar

    dalam badai begini untuk bermain baseball..., gerutu Shuichi.

    Dan saat dia mengatakan hal itu, Kotaro mengeluarkan ekspresi

    orang kaget campur heran. Shuichi bingung sendiri melihat wajah

    Kotaro yang seperti itu. Yang ternyata Kotaro tidak sedang melihat

    Shuichi, namun melihat seorang perempuan yang sedang susah payah

    menerjang badai berjalan ke arah sekolah.

    Shuichi tidak kalah kagetnya ketika dia melihat bahwa

    perempuan itu adalah Fumika. Teman sekelas mereka juga.

    Apa yang terjadi setelah itu, tanpa sepatah kata sekalipun

    Shuichi dan Kotaro langsung sepakat memikirkan hal yang sama.

    Sekitar sejam setelahnya...

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 12

    Shuichi, Kotaro, dan Fumika dimarahi habis-habisan oleh wali

    kelas mereka di dalam ruang guru. Mereka bertiga tertangkap

    berkeliaran di tengah badai taifun oleh guru yang berpatroli mencari

    mereka. Yang jelas-jelas hal itu sangat berbahaya untuk anak SD.

    Ternyata alasan Fumika keluar di tengah badai adalah karena

    mengkhawatirkan kondisi tanaman belakang sekolah di tengah badai

    begini. Sebuah alasan yang tak Shuichi kira, ada juga orang seperti itu.

    Jadi apa yang dilakukan ketiga bocah ini di hari badai ini?

    Akhirnya pada sisa hari itu mereka bertiga berteduh di ruang

    guru. Mengenakan baju olah raga mereka karena baju sebelumnya

    basah kuyup. Dengan masing-masing menggantungkan handuk di leher

    mereka. Menyeruput teh hangat yang disuguhkan oleh bu guru

    Nishihara. Dan mereka mendengarkan cerita kisah panjang kepala

    sekolah, sampai orang tua mereka datang menjemput.

    ***

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 13

    Seorang wanita sedang berjalan ditengah hujan, matanya sendu,

    seakan gelapnya awan ikut menutupi hatinya. Wajahnya bagai

    menceritakan berbaris-baris puisi sedih yang dikarang oleh seorang

    pujangga yang sedang patah hati. Ia kosong, ia merasa kosong, air

    hujan yang mengalir melalui rambut berwarna coklat almond dan

    melewati sela kelopak matanya menutupi air mata yang mungkin ia

    teteskan. Ia berjalan, berjalan pada trotoar tengah kota dengan

    menundukkan kepalanya, entah apa yang sebenarnya ia lihat di sana.

    Ada yang salah dengannya, mungkin bukan, mungkin baginya tiada

    salah dengannya, tapi ada yang salah dengan dunia ini.

    Nak, apakah kau tersesat?

    Seorang pria setengah baya yang menggunakan coat dan topi

    berwarna coklat. Wajahnya yang terlihat ramah mencoba untuk

    mengajak bicara anak wanita bertubuh mungil yang baginya seperti

    anak yang sedang tersesat.

    Tapi anak itu tak menjawab, pria itu terus bertanya kepadanya

    dan anak wanita itu tetap tak menjawab. Matanya yang gelap bahkan

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 14

    tak sama sekali melihat kearahnya, kepalanya tetap menunduk, dan

    matanya kosong seperti melihat sesuatu yang tak terlihat.

    Akhirnya pria itupun menyerah dan meninggalkan wanita itu,

    sementara wanita itu terus dan terus berjalan tanpa arah.

    Wanita itu memakai gaun berwarna putih agak kumal dan lepek

    karena tersiram hujan yang sedaritadi terus menghantam tanah.

    Semua ini karena dia

    Wanita itu berbisik dalam hujan, bibirnya hanya bergerak sedikit

    sambil seperti menahan tangisan.

    Semua ini takkan terjadi kalau tak ada dia

    Ia terus menggerutu tanpa jelas apa yang telah terjadi padanya.

    Akhirnya, setelah berjalan lama, ia berhenti, ia berhenti ditengah

    hujan, berhenti di tengah warna-warni payung pejalan kaki yang

    melintasinya.

    Setelah ia berhenti cukup lama dan tetap menggerutu, seorang

    pria berseragam SMA berhenti di depannya.

    Pria tersebut berhenti di depannya dengan memegang sebuah

    payung hitam besar yang ikut melindunginya dari hujan. Punggung pria

    itu agak sedikit basah karena ia mendorong sedikit payungnya untuk

    menutupi seluruh tubuh wanita itu dari hujan.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 15

    Pria itu, tidak seperti orang-orang sebelumnya yang mencoba

    perduli kepada wanita itu, hanya terdiam, tak mengatakan sepatah

    katapun.

    Lima menit berlalu, sepuluh, lima belas, setengah jam berlalu

    pria itu masih tak bergerak dari posisinya dan masih terdiam.

    Di hati wanita itu sedikit demi sedikit bayangan dunia nyata

    mulai muncul dan tanpa disadarinya, ia telah berhenti menggerutu

    beberapa menit yang lalu.

    Ia mulai menyadari keberadaan pria di hadapannya, redup

    cahaya mulai muncul di matanya yang tadinya gelap sama sekali,

    namun ia masih menunduk, kepalanya masih terlalu berat untuk

    diangkatnya.

    Warna-warni payung masih melewati mereka berdua yang

    berhenti di tengah trotoar, mata-mata tertuju pada dua orang ini,

    tetapi mereka tak bergeming, mereka seakan tak perduli.

    Sampai kapan kau akan berdiri di situ?

    Pria itu akhirnya berbicara pelan seakan berbisik kepada wanita

    itu, wanita itu dapat mendengar kata-katanya dengan jelas.

    Tapi ia tak punya jawaban, ia tak ingin atau malah tak bisa

    menjawabnya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 16

    Aku akan tetap berdiri di sini, sampai kau mengangkat kepalamu

    dan berbicara kepadaku.

    Wanita itu masih diam, tapi hatinya merasakan sesuatu yang lain,

    ia seperti merasakan ketulusan dari kata-kata pria di depannya ini.

    Kau tidak akan bisa mendekatimu, tidak ada yang pernah bisa.

    Bibir wanita itu bergerak pelan-pelan seperti mengeja kata demi

    kata yang keluar dari mulutnya, kata demi kata yang perlahan datang

    secara misterius dan dengan sangat pelan.

    Pria itu tidak sedikitpun kaget mendengarnya dan mencoba

    mencerna pelan-pelan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh

    wanita murung ini.

    Aku tak mengerti apa yang kau katakan.

    Kau bahkan takkan sempat untuk mengerti.

    Aku tak mengerti apa yang ingin kau sampaikan.

    Kau hanya perlu menjauh dariku.

    Aku menolak.

    Mereka berdua berbicara ditengah hujan yang masih mengguyur

    deras sehingga pembicaraan mereka tak terdengar sama sekali oleh

    orang lain selain mereka, sementara wanita itu belum sama sekali

    mengangkat kepalanya, ia masih menunduk.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 17

    Wanita itu mengerenyitkan dahinya, ia seakan mengkhawatirkan

    sesuatu.

    Takdir pahit dapat menimpamu.

    Aku tidak percaya sesuatu yang tak terbukti seperti takdir.

    Aku sudah memperingatkanmu.

    Wanita itu kemudian mengangkat kepalanya sedikit demi sedikit

    dan matanya melihat langsung kearah mata pria tersebut.

    Sensasi aneh dirasakan oleh pria itu, semacam potongan-

    potongan film tertampil di depan matanya.

    Ini Kali ini ia benar terkejut, kali ini pria itu terkejut.

    Di sana semacam terjadi transfer sesuatu antara mereka berdua,

    ya, potongan-potongan film yang tertampil itu adalah potongan

    ingatan dari wanita itu.

    Potongan ingatan itu berisi kematian, kematian, dan kematian.

    Bunuh diri, terbakar, tertusuk, tertabrak, gedung hancur, rumah

    yang tiba-tiba tersambar petir, puluhan, atau bahkan ratusan kematian

    tertampil di hadapannya.

    Aku sudah bilang. Wanita itu berbicara dengan nada yang

    kelam.

    Apa ini?

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 18

    Aku yang menyebabkan semua ini, kematian-kematian itu,

    kehancuran itu semua, adalah aku penyebabnya.

    Tapi mengapa?

    Aku dikutuk, dikutuk untuk menyebarkan kesialan kepada

    siapapun orang yang berinteraksi denganku, semua orang disekitarku

    akan mendapatkan kesialan, mereka akan bangkrut, keluarganya

    hancur, bahkan mati. Telah berkali-kali aku mencoba bunuh diri, tapi

    aku selalu selamat, bahkan di kehancuran yang sangat besar di mana

    ratusan orang meninggal, hanya aku yang selamat. Itulah kutukanku.

    Kutukan?

    Iya, kutukan, kau tak percaya kutukan?

    Takdir saja aku tak percaya, apalagi kutukan.

    Sudah kuduga.

    Mereka berdua masih berlindung di bawah payung dari hujan

    yang mengguyur tanpa bergerak sedikitpun dari titik tadi.

    Sekarang akan kubuktikan bahwa kutukan itu tidak ada.

    Bagaimana caranya?

    Ikutlah kerumahku, aku tinggal hanya bersama ibuku, ayahku

    telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.

    Lalu kemudian? Wanita itu masih tak yakin dengannya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 19

    Ya, aku takkan mati, aku akan tunjukkan bahwa itu semua

    bukan karena kutukan.

    Apa kau gila? Kau tidak lihat apa yang terjadi pada orang-orang

    yang dekat denganku tadi.

    Ya, aku gila, tapi aku akan lebih gila lagi kalau meninggalkan

    seorang wanita sepertimu merunduk murung di tengah hujan tanpa

    sedikitpun rasa perduli.

    Kau mau mati?

    Semua manusia akan mati pada akhirnya bukan?

    Kau terlalu optimis, aku benci orang sepertimu.

    Banyak orang yang berkata seperti itu tentangku. Jawab pria

    itu dengan wajah yang tersenyum.

    Senyum tipis muncul dibibir wanita itu setelah mendengar hal

    tersebut, iapun kemudian menunduk seakan memberikan tanda

    bahwa ia mengaku kalah dan akan mengikuti apa yang dikatakan si pria.

    Baiklah.

    Kemudian pria itu menggenggam tangan si wanita bertubuh kecil

    itu dan menuntunnya untuk berjalan berdua berlindung di bawah

    payung hitam tersebut.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 20

    Seiring mereka berjalan lewat trotoar kota, hujan perlahan

    menjadi semakin pelan, dan akhirnya awan gelap yang menutupi langit

    sepenuhnya hilang.

    Lihat, bahkan langit takkan selamanya gelap bukan? Pria itu

    berbicara sambil tersenyum kepadanya.

    Kemudian, hal tersebut terjadi lagi.

    Angin berhembus kencang, meniup payung hitam yang

    digenggam oleh si pria ini, yang tak sempat wanita itu tanya namanya.

    Payung itu belum ditutupnya dan terhempas oleh angin besar

    membawa badan si pria ini agak menjadi miring ke jalan.

    Saat itu terasa seperti slow-motion bagi wanita dengan rambut

    berwarna almond ini, ia telah sering merasakan hal seperti ini, berkali-

    kali.

    Saat-saat di mana, hal yang ia sayangi, orang yang ia sayangi,

    direnggut secara paksa darinya.

    Air mata wanita itu berlinang, ia tahu apa yang akan terjadi,

    namun pria itu, pria itu masih tersenyum saat memandang ke arah

    wanita pada waktu tubuhnya melayang di udara.

    Pria itu kemudian terjatuh di tengah jalan bersama payung

    hitamnya, tangan wanita kecil itu telah dilepaskannya sejak tadi.

    Kemudian sebuah mobil yang melaju cepat, menabraknya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 21

    Matahari bersinar cerah, namun hati wanita itu, kembali ditutupi

    awan hitam.

    ***

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 22

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 23

    *zrrrrsssssssssssh*

    Suara hujan menjadi terdengar makin keras. Agavi yang ada di

    dalam toserba merasa makin kedinginan.

    Brrrrmmmm pyur eh...

    Fiuuuh makin dingin aja gara-gara hujan ini

    Lebih buruan pulang"

    Agavi segera mengambil mie instant dan aqua botol 1,5 L 2 botol

    beserta sebuah roti dari rak dan segera membawanya ke counter

    swalayan.

    *Piiiip*

    *Piiiip* *Cetek cetek cetek* *Prek*

    *Piiiip*

    Semuanya Rp13.000,00 mas

    Ini pak

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 24

    Agavi memberikan 1 lembar uang 10.000 dan 1 lembar uang

    5.000.

    Makasih mas. Ini kembaliannya Rp.3.000,00

    Sang kasir memberikan kembaliannya kepada Agavi.

    Agavi mengambil kembalian tersebut dan memasukkan ke

    kantong celananya. Lalu ia mengambil barang-barang yang dibelinya

    tadi.

    Agavi meninggalkan counter dan berjalan menuju pintu. Dia

    memegang gagang pintu. Di gagang tersebut tertulish PUSH. Lalu di

    dalam pikiran Agavi terbersit kepikiran untuk iseng. Lalu dia menarik

    pintu itu untuk membukanya.

    Agavi mengambil payungnya yang ia letakkan di dekat pintu.

    Untung tadi udah siap-siap bawa payung gara-gara udah

    keliatan mau ujan tadi

    Agavi membuka payung tersebut

    *Jbreeet*

    Lalu Agavi berjalan pergi dari swalayan. Namun, setelah itu dia

    berhenti sejenak. Dia mengulurkan tangannya ke arah luar payung dan

    merasakan rintik-rintik air yang jatuh di atas tangannya.

    Keliatannya hujan ini tidak akan berhenti sampai keesokan hari.

    Semoga besok cerah soalnya saatnya untuk menjemur cucian

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 25

    Agavi melanjutkan kembali perjalanannya kembali ke kamarnya.

    Agavi tinggal di sebuah kostan yang ada di dekat toserba tersebut.

    *Oeeeeeek oeeeeek oeeeeek*

    Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi. Agavi yang penasaran

    mencari sumber asal suara tersebut.

    Dia melihat sebuah keranjang yang ada di bawah sebuah pohon

    dan di atas sebuah kursi. di dalam keranjang tersebut dia melihat

    sebuah bayi yang sedang menangis.

    Agavi menoleh ke kiri dan kanan, lalu mendekati keranjang

    tersebut. Dia melihat bayi tersebut mengenakan sebuah piyama lucu

    berwarna merah muda dengan polkadot di sekitarnya. Di dekat bayi

    tersebut terdapat sebuah surat.

    Agavi membuka surat tersebut dan membacanya. Di dalam surat

    tersebut terdapat sebuah tulisan 'Stela'

    Bayi siapa ini???

    Ngapain bayi gini sendirian di sini malam-malam begini di luar

    hujan lagi.

    Karena merasa kasihan dengan bayi tersebut mengangkat

    keranjang tersebut. Dia menggendongnya dengan hati-hati dan

    menaruh bayi tersebut di bawah payungnya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 26

    Agavi berusaha untuk menenangkan bayi tersebut terlebih

    dahulu, karena bayi tersebut menangis terus daritadi.

    Setelah beberapa saat akhirnya bayi tersebut tenang kembali.

    Agavi menggendong dan menimang bayi tersebut dengan perlahan-

    lahan berusaha membuat bayi tersebut menjadi nyaman dalam

    tangannya.

    Agavi segera pergi ke kamarnya. Dia berjalan dengan cepat

    namun dia tetap menjaga agar bayi tersebut tidak menangis.

    *Ceklek ceklek* *Jbraaak*

    Agavi segera membuka pintu kamarnya dan meletakkan bayi

    tersebut di atas tempat tidurnya.

    *Drap drap drap*

    Agavi langsung berlari ke dapur

    *Cuuuuurrrr*

    *Ctaakk*

    Agavi langsung memasak air panas

    *Drap drap drap*

    *Jbraakk ceklek ceklek*

    Setelah itu dengan terburu-buru lari kembali ke toserba.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 27

    Dia segera mengambil susu dan popok serta botol untuk bayi dan

    segera ke kasir untuk membayar barang-barang tersebut.

    Selamat malam

    Agavi menyerahkan barang-barang tersebut ke kasir untuk

    membayar barang-barang tersebut.

    Semuanya...

    Agavi langsung menyodorkan uang ke penjaga kasir. Penjaga

    kasir yang menerima uang tersebut langsung mengambil kembalian

    dan memberikannya kepada Agavi.

    Terima kasih

    Agavi langsung berlari keluar untuk kembali lagi ke kamarnya

    *Ceklek ceklek jbraakk*

    Begitu Agavi datang, air yang dimasak olehnya tadi telah matang.

    Agavi langsung menyeduh susu tersebut ke dalam botol untuk sang

    bayi. Agavi tidak lupa mendinginkan sedikit susu tersebut untuk sang

    bayi.

    *Oeeeeeek oeeeeek oeeeeeek*

    Agavi langsung kaget mendengar suara tangisan bayi tersebut.

    Dia langsung menghampiri bayi tersebut dan menggendongnya.

    Cup cup cup Stela cup cup cup

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 28

    Bayi tersebut masih menangis. Lalu Agavi teringat akan susu yang

    dibuatnya tadi.

    Agavi segera memberikan susu tersebut ke Stela.

    Stela yang melihat susu tersebut segera mengambil botol dari

    Agavi dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Akhirnya setelah

    menjadi tenang kembali.

    Lalu Stela pun meminumnya dengan tenang dan menikmti

    susunya yang rasa susu dan tertidur.

    Agavi yang melihat Stela tertidur merasa lega. Diapun duduk di

    atas kursi yang ada di sekitar situ.

    *Krieeek krieeek krieeek*

    Agavi terkejut dan melompat. Dia tiba-tiba merasa merinding

    karena suara kursi tadi di ketenangan yang hanya dihiasi oleh suara

    hujan lebat yang sedang turun dengan lebatnya setelah dia kembali

    dari toserba beberapa saat tadi. Hujan mendadak menjadi lebat dan

    suaranya sampai masuk di hati sanubari Agavi. Dinginnya temperatur

    udara yang diakibatkan oleh air hujan sampai menusuk tulang Agavi,

    bahkan bisa menembus Keagavian Agavi*.

    Agavi mengambil selimut yang ada di dalam lemari bajunya.

    Selimut itu bergelombang-gelombang indah seperti gelombang hujan

    yang di luar.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 29

    Agavi memakai selimut itu untuk menutupi sekujur tubuhnya.

    namun, dia sadar ternyata dia masih kedinginan. Hujan yang dingin

    tersebut bertambah dingin dan dingin lama-lama makin dingin.

    Agavi melihat sang bayi masih tertidur dengan pulasnya. Dia

    berpikir kenapa sang bayi tidak merasa kedinginan, sedangkan dia

    menggigil kedinginan seperti ini.

    Agavi lalu pergi ke dapur dan memasak air hangat. Lalu dia

    menyeduh sebuah susu panas agar dia tidak kedinginan.

    Setelah susu telah jadi, Agavi meminum susu tersebut. Namun,

    tidak terjadi apapun Agavi masih kedinginan. Pada awal meminum saja

    Agavi merasa hangat, lalu dia kedinginan lagi.

    Agavi lalu mengintip sang bayi lagi. Dia merasa iri dengan bayi

    tersebut yang tidak kedinginan dan dapat tidur dengan pulasnya.

    Agavi lalu duduk di kursi. Dia menyelimutkan selimutnya yang

    bergelombang lalu berusaha untuk tidur.

    Beberapa waktupu berlalu. Lalu Agavi terbangun, Dia melihat

    sekitarnya. Namun, Agavi menyadari sesuatu bahwa dia sedang

    terduduk di kursi. Lalu, dia berusaha menggerakkan tubuhnya, tetapi

    tidak bisa. Lalu, Agavi melihat ke arah kasur.

    *Jdaaaaaaarrrrr*

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 30

    Agavi merasa makin merinding dengan tubuhnya yang tidak bisa

    bergerak. Dia melihat sesuatu yang tidak terduga-duga. Dia melihat

    tempat tidurnya yang tadi ditiduri oleh stela tadi.

    *Jduaaaarrrrrr*

    *Zrrrrrssssshhhhhhh*

    *Jdaaaaar*

    Dia melihat Stela yang tidur di atas kasurnya telah menghilang

    dari atas kasur dia.

    *Daaaarrrrrr*

    ***

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 31

    Selangkah demi selangkah Andrew berjalan menyusuri hutan.

    Hutan yang cukup lebat, sehingga dia berusaha untuk memilih jalan

    yang tidak begitu banyak tumbuhan. Cuaca yang mendung membuat

    kondisi sekitar menjadi sedikit gelap. Meskipun begitu dia harus

    mencari desa atau kota terdekat.

    Sebelumnya dia sudah menemukan sebuah rumah kecil yang

    kosong di tengah hutan, dari situ dia menarik kesimpulan bahwa pasti

    ada suatu desa atau kota kecil di sekitar. Namun dia sudah mencari

    beberapa lama namun belum menemukan jalan ke kota terdekat.

    Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh, diikuti oleh suara

    perempuan yang meringis. Andrew mendekati asal suara tersebut.

    Kemudian dia melihat seorang perempuan yang tertunduk menghadap

    tanah. Perempuan tersebut mengenakan sepotong pakaian kumuh

    yang basah karena hujan dan kotor karena lumpur.

    Menyadari bahwa ada seseorang di belakangnya perempuan

    tersebut langsung berbalik melihat ke belakang dengan pandangan

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 32

    yang ketakutan. Dengan masih tertunduk dia merangkak terburu-buru

    hingga bersandar kepada sebuah batang pohon.

    A-a-pa kamu suruhan mereka!? Tanya perempuan tersebut

    dengan suara yang bergetar dan penuh kesan ketakutan.

    Mata Andrew membesar ketika mendengar pertanyaan tersebut.

    Kemudian dia menjawab

    Bukan aku hanya seseorang yang lewat dari sini

    Sorot tidak percaya terlihat dari mata perempuan tersebut.

    Tenang saja

    Andrew melanjutkan kata-katanya

    Aku tidak tahu apa yang kamu maksudkan, tapi aku bisa

    menjamin kalau aku bukanlah salah satu dari mereka yang kau

    maksudkan...

    Tegasnya ramah, meyakinkan perempuan tersebut.

    Perkataan Andrew diikuti oleh rintik hujan yang mulai

    membasahi pepohonan. Menyadari hal tersebut Andrew mengajak

    perempuan tersebut ke rumah yang awalnya dia temukan.

    Perempuan tersebut masih tetap memandangnya dengan kedua

    tangan yang bersentuhan di depan dadanya. Dia masih ragu dengan

    apa yang dikatakan Andrew. Namun dia tetap berjalan mengikutinya

    sambil menjaga jarak.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 33

    Mereka sampai di sebuah rumah kecil. Rumah tua yang memiliki

    pintu dan jendela yang sudah rusak. Didalamnya terdapat 2 ruangan,

    terdapat sebuah tempat duduk panjang dari kayu dan sebuah meja

    yang tua.

    Andrew duduk di atas meja dan perempuan tersebut duduk di

    kursi panjang.

    Mereka berdua hanya duduk dan diam, tanpa berkata apa-apa.

    Andrew hanya melihat keluar, menunggu hujan reda. Sedangkan

    perempuan tersebut awalnya terus memandangi Andrew, sepertinya

    rasa waspada masih ada dalam dirinya.

    Namun setelah beberapa saat dia tidak lagi memandanginya

    namun hanya melihat ke tanah dengan tatapan kosong.

    Tidak beberapa lama kemudian hujan mulai berhenti. Melihat hal

    tersebut Andrew bertanya kepada perempuan tersebut.

    Sepertinya hujan sudah berhenti

    Aku harus pergi ke kota Apa kamu tahu jalan ke sana?

    Bahu perempuan itu naik sesaat, dia melihat Andrew, kemudian

    berkata dengan pelan.

    Lurus saja kearah sana... Kamu akan menemukan sebuah jalan

    setapak, ikuti saja

    Kata perempuan tersebut sambil menunjuk ke suatu arah.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 34

    Terima kasih

    Andrew kemudian bergegas ke sana, tapi ketika dia hendak

    keluar perempuan tersebut berkata.

    A-a-pa... Aku Boleh di sini sebentar?

    Andrew diam sejenak memandang perempuan tersebut. Dia

    heran kenapa anak perempuan tersebut mesti menanyakan hal

    tersebut.

    Aku rasa tidak apa-apa

    Jawabnya sambil tersenyum.

    Andrew kemudian berlari kecil menuju arah yang ditunjukkan

    wanita tersebut. Beberapa saat kemudian dia sudah sampai ke kota

    kecil.

    Andrew berkeliling sambil melihat-lihat sekitar. Terlihat

    beberapa orang yang berjalan melewati Andrew. Kota kecil yang cukup

    besar, terdapat toko-toko, dan bar serta beberapa ladang yang tertata

    dengan rapi.

    Setelah berkeliling beberapa lama, Andrew merasa lelah.

    Meskipun dia sudah berkeliling dan mencoba mencari perhatian, tidak

    ada orang yang sedikitpun menyapa atau memperhatikan dia.

    Apa memang dia ya!?

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 35

    Andrew sekarang berada di dalam sebuah dunia lain yang berada

    di dalam sebuah lukisan. Sekarang dia sedang berusaha mencari cara

    keluar dari dunia ini.

    Cara keluarnya yaitu dengan menyelesaikan sebuah Permainan.

    Umumnya, sama seperti permainan yang sudah diselesaikan

    sebelumnya, dia hanya harus mencari sebuah benda khusus yang

    nantinya akan menarik perhatiannya dan membawanya ke tempat

    awal dimana dia masuk ke lukisan. Benda tersebut biasanya di pegang,

    atau berada di sekitar orang yang memperhatikan Andrew.

    Di dalam dunia lukisan ini, orang-orang tidak memperhatikan

    Andrew, hanya orang-orang yang memegang atau berhubungan

    dengan benda khusus yang menyadari keberadaannya.

    Namun dia melihat perempuan sebelumnya tidak membawa

    apa-apa sehingga Andrew menyimpulkan pasti ada orang lain yang

    akan menyadari nya dan memulai pembicaraan dengan dia.

    Karena dia tidak menemukan siapa pun yang memulai

    pembicaraan dengan dia, Andrew memutuskan untuk kembali ke

    rumah di tengah hutan tersebut dengan harapan perempuan tersebut

    masih ada di sana tapi sebelumya dia pergi membeli roti untuk mengisi

    perutnya.

    Andrew akhirnya sampai ke rumah tua tersebut. Dia melihat

    perempuan tersebut tertidur meringkuk di kursi panjang tersebut.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 36

    Tubuhnya sedikit bergetar, tanda kedinginan. Udara sekitar memang

    cukup dingin karena baru selesai hujan, ditambah lagi hari sudah mulai

    sore.

    Andrew menghela nafasnya, kemudian membuka jaketnya dan

    menyelimuti perempuan tersebut. Kemudian dia duduk diatas meja

    dan memakan roti yang dibelinya sambil memandangi perempuan

    tersebut.

    Hari sudah mulai malam, suasana gelap mulai menyelimuti

    sekitar. Langit yang mendung sekarang mulai merintikkan hujannya

    kembali. Perempuan tersebut kemudian terbangun dan melihat sekitar.

    Dia terkejut melihat Andrew di depanya, dan jaketnya di tubuhnya.

    Seketika itu juga Andrew menyapanya.

    Sudah bangun..!?

    Andrew menyodorkan sepotong roti kepadanya.

    Nah kamu lapar kan!?

    Perempuan tersebut memandanginya sejenak, kemudian dia

    menerima roti tersebut.

    Te-terima kasih

    Ucapnya nada sidikit tersipu.

    Dia memakan roti tersebut dengan perlahan, seperti sangat

    menghargai roti tersebut. Andrew tetap memandanginya, dia tetap

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 37

    berpikir apakah perempuan tersebut memiliki benda yang dia

    maksudkan.

    Nama ku Andrew Kamu!?

    Perempuan tersebut diam sejenak.

    Li-Lisa

    Mereka berdua kembali hening. Hanya suara rintik hujan yang

    terdengar.

    Aku kabur dari rumah

    Lisa memecah keheningan. Andrew sebenarnya sudah

    mengetahui hal tersebut, dilihat dari penampilannya, pasti dia

    mendapat perlakuan yang buruk di sana. Sehingga dia memutuskan

    untuk kabur. kemudian Lisa mulai menceritakan mengenai apa yang

    sudah dilaluinya.

    Dugaan Andrew benar, dia adalah seorang pekerja kasar di

    sebuah mansion tepat di kota yang dia datangi sebelumnya. Dia dan

    beberapa perempuan lainnya dijual kepada seorang saudagar kaya.

    Kemudian mereka bekerja sebagai pelayan dan pembantu. Mereka

    mendapatkan perlakuan yang kasar dan bahkan sampai tidak

    bermartabat.

    Kemudian suatu hari Lisa, memutuskan untuk kabur. Ketika dia

    mendapat kesempatan untuk kabur, ketika dia di suruh untuk

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 38

    membersihkan taman. Dia melompati pagar dan berlari masuk ke

    dalam hutan

    Aku Tidak mau kembali ke sana

    Lisa memeluk lututnya dengan erat.

    Andrew hanya diam dan mendengarkan. Dia mengerti perasaan

    perempuan tersebut, namun apa yang dapat di diperbuatnya. Dia

    hanya orang yang berusaha keluar dari Permainan ini.

    Ah... Maaf Aku hanya bercerita sendiri

    Kata Lisa dengan nada sedikit malu.

    Tidak masalah

    . Terima kasih.

    Lisa tersenyum, suaranya sangat lembut, menyiratkan rasa

    sangat bersyukur seperti baru pertama kali ini ada orang yang mau

    mendengarkan dia.

    Hey Di sana ada rumah!

    Tiba-tiba terdengar suara orang dewasa yang berteriak dari arah

    luar. Seketika itu juga wajah Lisa menjadi pucat. Dia langsung berdiri

    dan berlari keluar dari rumah. Namun langkahnya terhenti. Di depan

    nya berdiri 3 orang dewasa.

    Ternyata di sini kau

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 39

    Kata salah satu yang berada di tengah sambil menyodorkan

    tangan kanannya ke depan, tanda mengajak Lisa untuk ikut bersama

    mereka.

    Lisa berdiri diam, tidak bergerak ditengah gerimis. Tangan

    kanannya tergenggam dengan erat di depan dadanya. Dia mau kabur

    dari situasi ini tapi tidak tahu harus berlari ke mana.

    Kemudian pria tersebut berjalan mendekati Lisa. Saat pria

    tersebut mau memegang Lisa, Andrew langsung menghadang dengan

    berdiri tepat di depan Lisa.

    Andrew merasa bahwa kalau Lisa ikut dengan mereka maka dia

    tidak akan bisa keluar dari lukisan. Kakeknya pasti sudah menunggunya

    di dunia luar. Oleh karena itu dia harus mencegah hal tersebut.

    Pria tersebut memandang Andrew dengan tajam dan berkata

    Ada apa, Bocah Aku tidak punya urusan denganmu...

    Andrew hanya bergerak dengan insting, dia tidak tahu apa yang

    akan dikatakan di situasi seperti ini.

    Ku- kurasa tidak Karena Wanita ini adalah temanku, kamu

    pasti salah orang

    Ucapnya dengan sedikit terbata. Dia sadar bahwa dia

    mengatakan sesuatu yang bodoh.

    Hahaha!! Kalau begitu Terima ini

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 40

    Pria tersebut mengarahkan sebuah pukulan ke wajahnya.

    Andrew menghindarinya dengan menunduk ke bawah.

    Kemudian dia melompat dan melakukan tendangan half-turn kick

    tepat ke kepala pria tersebut. Sayangnya tendangan tersebut di tahan

    dengan mengunakan tangan kirinya. Pria tersebut terdorong beberapa

    langkah. Kemudian bediri tegak sembari menyeimbangkan tubuhnya.

    Hmph Lumayan juga kau bocah

    Kemudian dia melayangkan pukulan berkali-kali. Andrew

    berusaha menghindarinya sembari perlahan mundur ke belakang.

    Pria tersebut melakukan tendangan dengan memutar tubuhnya,

    tendangan tepat ke arah dada Andrew. Andrew menahannya dengan

    kedua tangannya, namun karena tenaga yang begitu kuat, Andrew

    terpental ke belakang hingga menabrak dinding rumah.

    Perlahan pria tersebut melangkah mendekati Andrew yang

    terduduk bersandar di dinding. Baru beberapa langkah berjalan, Lisa

    langsung berjalan di tengah-tengah mereka.

    Cu Cukup

    Ucapnya dengan suara tergetar.

    A... Aku... Akan ikut Tapi jangan sakiti dia

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 41

    Andrew langsung memandang tubuh Lisa yang membelakangi

    nya sembari menahan rasa sakit. Perlahan Lisa berjalan mendekati pria

    tersebut.

    Hey Hey kenapa kau tidak lari saja?

    Pikir Andrew sembari berusaha untuk berdiri. Dia heran kenapa

    Lisa tidak lari ketika dia mengalihkan perhatian mereka. Kenapa Lisa

    masih mau kembali padahal dia tahu akan apa yang akan terjadi

    padanya nanti.

    Terima kasih

    Bisikan lirih keluar dari bibir Lisa, bisikan yang tidak terdengar

    oleh pria yang menghadang mereka. Namun terdengar di telinga

    Andrew. Nada bisikan yang menyiratkan kepasrahan terhadap apa

    yang sudah terjadi, dan menyampaikan pesan bahwa dia tidak mau

    menyusahkan orang lain dalam masalah dia.

    Di tengah gerimis tersebut Andrew dapat melihat tetesan air

    mata Lisa yang keluar sembari dia berjalan mendekati pria tersebut.

    Andrew ingin menolong Lisa. Dia tidak mau Lisa mengalami hal buruk,

    dia mulai berpikir bahwa Lisa harus bersamanya.

    Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menarik nafas

    panjang.

    Aku... hanya ingin pulang!!!

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 42

    Teriaknya dalam hati, kemudian berdiri dan menarik tangan Lisa,

    kemudian menariknya dan berlari ke dalam hutan.

    Andrew terus berlari sambil memegang tangan Lisa,

    menggenggamnya dengan erat seperti tidak akan lepas. Lisa yang

    berusaha berlari mengikuti langkahnya heran dan bertanya kenapa dia

    melakukan hal ini.

    Tanpa menjawab apa-apa , Andrew terus menarik Lisa berlari,

    semakin masuk ke dalam hutan. Dia tahu dengan pasti bahwa di

    belakang dan siap menangkap bila mereka berhenti.

    Lisa terus mendesak Andrew untuk menjawabnya, dia tidak mau

    membuat Andrew terjebak bersamanya dan akan mengalami

    kesusahan, padahal dia adalah orang yang pertama kali bersikap baik

    kepadanya.

    Aku

    Andrew menghentikan kata-katanya sejenak, Dia bingung harus

    mengatakan apa. Kenapa dia mau menolongnya? Apakah demi Lisa !?

    Ataukah agar dia bisa kembali ke dunianya?.

    Aku hanya merasa harus menolong mu

    Mendengar hal tersebut Lisa terdiam. Kemudian membalas

    genggaman erat tangan Andrew. Terlihat senyuman tipis di wajahnya

    diikuti dengan air mata yang perlahan mengalir turun di pipinya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 43

    Mereka berdua terus berlari di tengah hutan. Menyibak semak

    yang menghalangi dan berusaha menghindari pepohonan yang ada.

    Andrew melihat bahwa mereka masih di ikuti, dan salah satu dari

    pria yang sebelumnya berada sekitar 4 m di belakang mereka.

    Mereka akan tertangkap jika seperti ini terus. Lisa tidak akan

    sanggup terus berlari seperti ini. Perlahan langkah lari mereka sedikit

    melambat dan jarak mereka dengan pengejar hanya tinggal 2 m lagi.

    Ketika tangan pengejar akan menggapai bahu Lisa Tiba-tiba

    pandangan Andrew berubah, menjadi kabur. Pemandangan

    didepannya mulai berputar memasuki satu titik.

    Tidak mungkin Kami akan terta...

    Ucapnya sembari kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke

    tanah.

    Brukkkkk

    Terdengar suara terjatuh, bunyi benda yang terjatuh di lantai

    kayu, dan bukan di tanah. Andrew membuka mata nya. Terlihat langit-

    langit dihiasi dengan lampu antik yang sangat dia kenali.

    Sekarang dia berada di gudang penyimpanan, tepat di rumah

    kakeknya. Sepertinya dia sudah keluar dari dalam lukisan.

    Kenapa aku bisa keluar!?

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 44

    Saat Andrew masih bingung kenapa dia sudah berada di luar

    lukisan, dia merasa bahwa tangannya sedang memegang sesuatu.

    Kemudian dia bangun dan melihat sekitar.

    Di sebelah kirinya terdapat sebuah lukisan pemandangan hutan

    yang sama persis seperti yang dilewatinya barusan, dan terlihat Lisa

    yang sedang terbaring di sebelah kanannya tidak sadarkan diri dengan

    masih tetap menggenggam tangannya.

    Ini

    Andrew terkejut dengan apa yang sedang dilihatnya. Lisa yang

    harusnya manusia yang berada didalam lukisan sekarang ikut bersama.

    Akhirnya Andrew menyadari bahwa sesuatu yang dapat

    membuatnya keluar dari dunia lukisan adalah Lisa, Andrew tidak

    sengaja berlari ke lokasi yang sama persis dengan lukisan yang ada di

    sebelahnya sehingga dia bisa keluar.

    Kemudian pintu ruangan tersebut terbuka. Terlihat seorang pria

    tua yang berjalan masuk kedalam.

    Akhirnya kau kembali

    Ucap pria tersebut yang adalah Kakek Andrew dengan nada

    senang, Tapi seketika itu juga terdiam ketika melihat Lisa.

    Wah-wah... kali ini kamu membawa hal yang diluar dugaan

    Kata kakek dengan nada terkejut tapi terkesan puas.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 45

    Maaf kek tapi kita masih punya satu ruangan kosong kan?

    Ucap Andrew sambil tersenyum kecut dengan tangan mereka

    yang masih saling berpegangan. Kemudian Andrew menggendongnya

    untuk mengantarnya ke dalam kamar.

    Keesokan harinya ketika Lisa sadar, Kakek Andrew menceritakan

    kepadanya apa yang sudah terjadi, Lisa awalnya terkejut dengan apa

    yang di dengarnya. Namun tidak beberapa lama, dia mengerti dan

    malah merasa senang.

    Lisa meminta pada Andrew dan kakeknya agar dia dapat

    diizinkan tinggal di rumah mereka. Dia berkata bahwa dia akan bekerja

    sekalipun agar dia bisa tinggal di sini.

    Andrew hanya tersenyum dan berkata.

    Tidak masalah, kami sudah siapkan ruangan untuk mu.

    ***

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 46

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 47

    Seorang wanita, mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kain,

    panjang sampai mata kaki, menutupi seluruh tubuhnya, dan hanya

    menyisakan wajah dan pergelangan tangan-sampai-jari nya sebagai

    bagian dari tubuhnya yang masih terlihat oleh mata, sedang berjalan

    perlahan. Raut matanya terlihat tak bernyawa, seakan-akan api

    kehidupan telah sirna dari raganya. Setiap kali ia melangkah, ujung

    kakinya yang tak beralas dan penuh bekas luka dapat terlihat dari balik

    jubahnya yang tergerai.

    Rintik-rintik air mulai berjatuhan dari atas langit. Sebuah

    fenomena yang biasa dikenal sebagai gerimis, pertanda awal dari suatu

    kejadian mengenai terjadi turunnya hujan. Anugerah dari Tuhan

    kepada para manusia, dan makhluk hidup lainnya yang ada dan merasa

    ada. Salah satu proses yang menyokong keberlangsungan dunia ini,

    baik secara hidup para makhluknya, maupun secara sistematika

    sistemnya. Kejadian yang menjadi permulaan dari suatu kesatuan yang

    menyokong kehidupan, itulah gerimis.

    oeee...

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 48

    oeeeeeee...

    Terdengar suara tangisan bayi dari arah tujuan wanita tersebut.

    Suara nyaring yang seharusnya seakan mampu mencapai otak manusia

    dalam kondisi seribut apapun, selama tidak ada kerusakan atau

    kelainan pada sistem pendengaran sang penerima suara. Suara yang

    menjadi pertanda bahwa bayi tersebut memiliki kehidupan, meskipun

    terlahir di dunia yang fana ini. Teriakan yang ditunggu oleh mereka

    yang menantikan, dan menyambutnya dengan bahagia, tanpa pernah

    berfikir, bahwa mungkin bayi itu menangis karena dilahirkan di

    semesta yang penuh dengan orang-orang kotor, yang egois, oportunis,

    defensif, pesimis, munafik, serta bermacam sifat buruk lainnya yang

    membuat ia berharap bahwa seharusnya ia tidak pernah dilahirkan.

    Akan tetapi, meskipun bayi yang sedang bersama ibunya ini

    menangis, suaranya sangat kecil, seakan teredam oleh sesuatu. Bahkan

    suara gerimis dengan intensitas sedang pun seakan sanggup

    mengaburkan suara sang makhluk kecil yang masih berusaha

    beradaptasi dengan lingkungan yang baru ia temui.

    Dari tatapan matanya yang berkaca-kaca, ibu yang terlihat

    berumur belasan tahunan itu seakan telah tahu, bahwa anak

    tercintanya yang baru ia lahirkan memiliki kelainan akibat terlahir

    secara prematur. Raut mukanya kini memancarkan perasaan sedih dan

    bersalah, entah karena ia simpati tehadap sang bayi, atau karena

    seharusnya ia tidak membiarkan sang bayi mencapai dunia yang penuh

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 49

    dengan derita dan rintangan yang melintang di setiap persimpangan

    hidup yang penuh dengan cabang.

    Air mata pun jatuh perlahan dari bola mata sang ibu. Sambil

    berlinang air mata, ia menyenandungkan sebuah lagu, dengan nada

    yang sama sekali tidak familiar, seakan itu adalah lagu yang tak pernah

    terkenal. Namun apa daya, suaranya tertahankan oleh isak tangisnya

    sendiri, menyebabkan lagu yang ia lantunkan hanya terdengar

    sepotong-sepotong.

    ... ...

    Aku bertanya

    Kemana engkau melangkah

    ... ...

    Akan ku lakukan apapun agar kau tetap hidup, gadis kecil ku...

    Wanita berjubah hitam itu menatap sang ibu dengan tatapan

    sinis, kemudian melanjutkan perjalanannya sembari melewati orang-

    orang yang tidak ia kenal dan tidak perlu ia pedulikan.

    Brak!

    Seseorang menabrak bahu wanita itu, yang membuat wanita itu

    berhenti dan mengalihkan konsetrasi pandangannya kepada orang

    yang baru saja menabraknya. Sekilas terlihat, orang yang menabrak

    wanita berjubah hitam itu juga adalah seorang wanita, dan ia berlari

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 50

    sambil menangis, bukan karena kesakitan akibat tabrakan, melainkan

    karena ia menyesalkan suatu hal.

    Tidak jauh dari tempat wanita yang baru saja ditabrak tersebut

    berdiri, terdapat sebuah kotak kecil yang terbuat dari kardus, dan

    berbentuk persegi. Dari dalam kotak tersebut terdengar tangisan

    seorang bayi yang lebih keras dari suara bayi yang sebelumnya dilewati

    oleh wanita itu. Di luar kotak tersebut tertempel sebuah kertas

    berwarna putih yang didalamnya tercantum sebuah tulisan yang bisa

    dilihat dari tempat wanita tersebut berdiri yang berbunyi :

    Tolong jaga Sarah

    Wanita berjubah hitam itu terus berjalan, menuju kotak yang

    baru saja ia lihat. Hanya saja, kali ini langkahnya sedikit lebih cepat dari

    sebelumnya. Ia pun berhenti tak jauh dari kotak tersebut, hanya untuk

    menemukan seorang bayi yang sedang menangis dari dalam kotak

    tersebut.

    Ia menatap bayi tersebut dari tempatnya berada, dengan

    tatapan yang menunjukkan rasa simpati dan iba terhadap makhluk

    lemah yang sekarang hanya bisa menangis tersebut. Tatapannya

    berbentuk pandangan yang menunjukkan rasa sedih, terhadap

    manusia yang tidak bisa apa-apa dan membutuhkan perhatian, dimana

    ia kedinginan, tanpa kehangatan dan kasih sayang, namun tiada

    seorang pun berada disana untuk memberikannya keperluan yang ia

    butuhkan. Raut wajah sang wanita seketika berubah menjadi tatapan

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 51

    yang seakan menunjukkan rasa benci terhadap manusia yang

    membuang sang anak, entah karena ia tidak menginginkan kelahiran

    bayi tersebut, atau karena ia tidak sanggup menghidupi bayi tersebut

    dan merasa bayi tersebut hanya akan tersiksa dan hidup menyedihkan

    jika ada bersama dengannya. Apapun alasannya, tindakan sang orang

    tua untuk membuang anak yang merupakan darah dagingnya sendiri

    tetap tidak bisa dimaafkan, meski sang anak mungkin akan

    memaafkannya, karena bagaimanapun, orang tua kandung tetaplah

    orang tua kandung, bukan sekedar ikatan yang bisa diputus

    sembarangan hanya karena suatu kesalahan yang dilakukan baik oleh

    sang orang tua ataupun sang anak sendiri.

    Tanpa disadari oleh sang wanita, tiba-tiba seorang lelaki telah

    berada di sampingnya, persis didekat kotak dimana bayi tersebut

    berada, seakan mereka berdua tidak saling mengetahui keberadaan

    masing-masing. Lelaki itu lalu berlutut seraya mengeluarkan sang bayi

    dari dalam kotak, kemudian memeluk bayi tersebut, sambil menangis,

    seakan-akan ia ikut merasakan penderitaan makhluk mungil tersebut.

    Lelaki berusia 30 tahunan tersebut kemudian berdiri, kemudian

    membawa bayi tersebut masuk ke bangunan tua di disekitar tempat

    tersebut. Bangunan yang dari luar kelihatan tua tersebut terlihat lebih

    besar dibandingkan dengan rumah lain pada umumnya. Di gerbang

    depan bangunan itu terdapat tulisan :

    PANTI ASUHAN

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 52

    Ternyata tempat bayi yang ditinggalkan hampir tanpa identitas

    kecuali nama yang diberikan oleh orang tuanya tersebut berdekatan

    dengan panti asuhan, tempat para anak-anak yang tidak memiliki

    keluarga atau relasi yang jelas bermukim. Meskipun mereka yang

    tinggal di sini tidak memiliki orang tua, mereka tetap bisa tersenyum,

    karena mereka tidak sendirian, dan punya keluarga yang memiliki

    perasaan nasib yang sama.

    Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri yang terlihat

    cukup berada, datang dan memasuki panti asuhan tersebut. Jelas,

    urusan mereka datang ketempat adalah mencari anak untuk diadopsi.

    Panti asuhan adalah tempat di mana mereka yang dibesarkan di sana

    hanya akan keluar dari tempat itu apa bila ada keluarga yang ingin

    mengangkat mereka sebagai anaknya, atau mereka sudah cukup umur

    dan dianggap mandiri untuk mengurus diri mereka sendiri.

    Anak-anak dari panti asuhan tersebut berlarian dengan riang di

    sekitar si wanita berjubah hitam, seakan ingin mengajaknya bermain.

    Sang wanita hanya tersenyum, kemudian beranjak meninggalkan

    termpat tersebut. Ia kembali melanjutkan perjalanannya dibawah

    langit berawan hujan tak bermentari yang semakin mendung, pertanda

    gerimis akan berubah menjadi hujan.

    Wanita itu berjalan terus sambil menyelusuri keramaian yang

    terlihat. Semua terlihat sibuk, entah karena gerimis mulai menderas,

    dan mulai bertansformasi menjadi hujan, atau karena mereka memang

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 53

    punya urusan tertentu yang dianggap sebagai kesibukan oleh mereka

    sendiri.

    ... ...

    Aku bertanya

    kemana engkau melangkah

    ... ...

    Sesaat langkah kaki si wanita terhenti. Senandung yang baru saja

    terdengar terasa cukup familiar. Tepat beberapa langkah didekat ia

    berdiri, seorang gadis kecil berumur belasan tahun juga berdiri dengan

    mata yang berkaca-kaca. Mereka berdua sedang menghadap ke arah

    yang sama, sumber suara dimana senandung tersebut terdengar.

    Di hadapan mereka, terdapat seorang wanita kurus yang terlihat

    terlantarkan, layaknya orang yang telah lama hidup tanpa asupan gizi

    yang layak. Wanita kurus itu mengulang-ulang lagu yang ia nyanyikan,

    dengan tersendat-sendat layaknya kaset yang sudah rusak, bahkan

    mungkin ia sendiri telah rusak dan tidak lagi memiliki kesadaran

    tentang apa yang sedang ia lakukan.

    Gadis kecil berambut merah tersebut berlutut dan memeluk

    wanita kurus yang rapuh itu dengan bercucuran air mata, diiringin

    tangisan nyaring yang mengisyaratkan rasa haru, seakan baru

    menemukan harta berharganya yang telah lama hilang.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 54

    Ibu...

    Wajah wanita lusuh itu terlihat kaget seperti orang yang terkena

    serangan jantung, hanya saja mukanya tidak pucat. Tak berapa lama,

    wajah wanita itu menunjukkan ekspresi lega, yang di ikuti dengan

    senyuman bahagia, dan air mata pun turun membasahi wajahnya.

    Wanita tua itu kemudian mulai bernyanyi, lagu yang sama

    dengan lagu yang tadi ia nyanyikan, di bawah derasnya gerimis yang

    telah menjelma menjadi hujan. Namun, kali ini lagu yang ia lantunkan

    tidak lagi terdengar seperti suara kaset rusak. Vokal yang ia keluarkan

    sungguh merdu. Sebuah suara yang mampu menembus kalbu seketika,

    dalam nuansa penuh hayat, meskipun sedikit banyak tersamarkan oleh

    hujan. Kali ini, lagu yang disenandungkan oleh wanita tersebut sedikit

    lebih panjang, dan tidak terkesan diulang-ulang, seakan kumpulan

    kata-kata yang dinyanyikan kali ini adalah seluruh liriknya yang lengkap

    tanpa ada cacat sedikitpun.

    Terima kasih telah memanggil ku ibu, Sarah...

    Sang penyanyi kemudian menutup matanya, sambil tersenyum

    puas, dengan muka penuh rasa bahagia, dan air mata meleleh di pipi

    nya. Mulutnya tidak bergerak lagi, begitu pula dengan anggota

    tubuhnya yang lain, layaknya orang yang akan tidur panjang, pertanda

    jiwanya telah meninggalkan raganya.

    Ibu, Ibu!?

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 55

    Tangisan si gadis kecil berubah menjadi tangisan memilukan yang

    diselimuti dengan perasaan duka, diiringi dengan tarian hujan yang kini

    telah cukup deras, sehingga mampu membasahi mereka semua, dan

    menyamarkan air mata mereka yang meratap, serta meredam suara ia

    yang menangis. Rambut merahnya basah oleh air hujan yang semakin

    menderas seakan-akan langit pun ikut menangis.

    Kini, dalam gelora hujan, sang wanita berjubah hitam kembali

    melanjutkan langkah nya. Tanpa memperdulikan tubuh nya yang basah

    oleh air hujan, ia terus berjalan maju ke depan, tanpa ada sedikitpun

    rasa ragu di hati nya.

    Hujan merupakan fenomena alam yang menyokong segala

    kehidupan di dunia ini. Kejadian yang memberikan para tumbuhan

    tenaga baru untuk meneruskan hidup, dimana setiap tetes air hujan

    akan tersimpan di dalam tanah dan terdistribusi secara sistematis oleh

    para tumbuhan yang notabene sebagian besar spesies nya berdaun

    hijau.

    Suasana mendadak sepi. Kerumunan orang yang tadi ada, tiba-

    tiba menghilang tanpa bekas, seperti tenggelam ditelan kesunyian

    yang terisi oleh derai hujan yang bertaburan dari langit yang telah

    menghitam.

    Wanita berjubah hitam kemudian berpapasan dengan sepasang

    lelaki dan perempuan yang berada di bawah sebuah payung dan saling

    bergandengan tangan. Dari gerak geriknya, dapat disimpulkan mereka

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 56

    adalah sepasang kekasih. Wajah sang perempuan memang tidak

    terlihat karena tertutup payung, namun senyuman di wajah nya masih

    dapat terlihat dan terasa memancarkan aura bahagia yang tak dapat

    digantikan dengan kebahagiaan materi seperti apa pun. Mereka

    terlihat tenggelam namun bukan oleh hujan, melainkan oleh

    keindahan dunia yang terciptakan oleh kolaborasi dan interaksi mereka

    berdua, satu sama lain.

    ... ...

    Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa

    hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi

    meski diterpakan badai, aku kan terus mencari

    makna hidup atas mereka yang tak kan kembali

    ... ...

    Sejenak setelah senandung yang indah itu terdengar, perempuan

    yang baru saja berpapasan dengan wanita berjubah hitam segera

    berlari menuju arah dari mana lagu tersebut bergaung, tanpa

    memperdulikan derasnya hujan yang sedang turun, menyebabkan

    rambut panjang nya yang indah basah oleh air hujan.

    Ia berhenti di sebuah toko, dengan dinding kaca didepannya.

    Perempuan itu menatap suatu benda dari luar toko, sebuah kotak yang

    memiliki kaca cembung di salah satu sisinya, dan dari kaca tersebut

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 57

    terlihat gambar-gambar yang berbentuk seperti manusia, dan

    bergerak layaknya makhluk hidup yang memiliki nyawa.

    Wajah perempuan itu terlihat kaget. Ia seakan baru saja

    menemukan sesuatu hal yang seharusnya tidak pernah ia temui lagi.

    Gadis itu terpaku selama sang wanita didalam kotak menyanyikan lagu

    tersebut sampai akhir dengan syahdu. Wajah perempuan itu sesaat

    berubah menjadi lebih tersentak, ketika pada saat sang penyanyi

    diwawancarai setelah bernyanyi, ia mengatakan bahwa lagu itu ia

    pelajari ketika sedang belajar gitar kepada kenalannya, seseorang lelaki

    sekarang mengembara. Lelaki itu mengatakan padanya, bahwa lagu itu

    ia ciptakan dulu, untuk kekasihnya yang terpaksa ia tinggalkan karena

    ia ingin mengejar karir nya.

    Setelah acara TV tersebut berakhir, Perempuan yang dari tadi

    terpaku di depan toko elektronik itu kemudian berbalik. Dengan wajah

    berseri yang penuh dengan harapan baru, ia melangkah pergi bersama

    kekasihnya yang telah sejak tadi memayunginya dengan payung

    berwarna abu-abu, agar ia tidak lebih basah akibat hujan.

    Wanita berbaju hitam mempercepat langkahnya, seakan ia

    sedang di buru oleh waktu, di mana waktu itu sendiri bukanlah

    makhluk hidup nyata yang memiliki kesadaran. Seiring dengan

    berjalannya sang waktu, hujan yang turun semakin deras, sampai

    kepada tahap dimana angin bertiup agak kencang. Badai akan terjadi.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 58

    Badai terjadi akibat terciptanya suatu atmosfer bertekanan

    rendah yang dikelilingi oleh sistem atmosfer bertekanan tinggi. Kondisi

    yang sama sekali tidak stabil ini merusak sistem, dan menciptakan

    kekacauan angin, dan terjadilah badai, atau kurang lebih begitulah

    teknis nya berdasarkan pengetahuan yang beredar di khalayak umum.

    Wanita berbaju hitam mulai melewati segerombolan orang, yang

    mana mereka semua mengenakan baju dengan warna hitam yang

    mirip dengan warna jubah yang sedang ia kenakan. Wajah mereka

    memancarkan aura yang bermacam-macam, mulai dari muka yang

    biasa saja, sampai ke ekspresi yang terlihat sedih. Namun tidak ada

    satupun dari mereka yang memiliki aura bahagia.

    Hujan yang deras ini semakin menambah aura buruk yang

    terpancarkan dari segerombolan tersebut. Tetap bukan aura jahat

    yang terpancarkan, melainkan perasaan duka, rasa sedih kehilangan

    seseorang yang dekat.

    Di kejauhan, terlihat seorang wanita sedang menangis, didalam

    pelukan seorang lelaki yang berusaha menenangkannya. Tangisannya

    yang memilukan menambah kelamnya hujan yang sedang bergolak.

    Sang wanita seakan tidak bisa menerima, kematian keluarga yang telah

    membesarkannya sejak ia kecil, ketika ia masih merupakan makhluk

    kecil rapuh yang tidak bisa apa-apa.

    Wanita berjubah hitam itu kemudian bergegas berlari, tanpa

    melihat kebelakang, dan tak memperhatikan keadaan sekitarnya. Ia

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 59

    terus berlari, tanpa memperdulikan orang-orang yang ia lewati, dan

    tak pernah sekali pun ia menurunkan kecepatannya. Hujan kini telah

    berubah menjadi badai yang seakan mampu memporak-porandakan

    segala sesuatu yang ia temui.

    Ckiiiiit

    Sebuah mobil tergelincir dihadapan wanita berbaju hitam, dan

    hampir menabraknya. Tanpa memperdulikan kejadian barusan, wanita

    yang tidak mengenakan alas kaki itu terus berlari, seakan waktunya

    tinggal sedikit lagi.

    Dari pintu tempat kursi penumpang mobil yang hampir

    menabrak wanita berjubah hitam barusan, seorang wanita berambut

    merah keluar sambil memegang kepalanya, seakan jidatnya habis

    terbentur oleh sesuatu yang berada di dalam mobil, akibar

    pengereman mendadak yang membuat mobil tersebut tergelincir.

    Braaaak

    Sesaat tetap setelah wanita tersebut keluar dari mobil, sebuah

    truk besar menghantam mobil yang baru saja ia tinggalkan, dan

    menghancurkan kendaraan yang bisa dibilang mungil apa bila

    dibandingkan dengan kendaraan yang menghancurkannya.

    Wanita berambut merah itu terlutut, wajahnya terlihat tersentak,

    dan kemudian ia menangis meraung-raung, seakan-akan hidupnya

    telah berakhir. Ratapan yang ia lakukan bukan karena mobil yang ia

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 60

    naiki hancur, melainkan karena di dalam mobil itu, ada sesuatu yang

    jauh lebih berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan materi apa

    pun yang telah ia temui di dunia yang fana ini, kekasih yang ia cintai.

    Akan tetapi, sekeras apapun ia meraung, suaranya tertelan oleh deras

    nya badai dasyat yang sedang terjadi.

    Nun jauh dari tempat kecelakaan, wanita berjubah hitam masih

    terus berlari. Di hadapan nya, ia dapat melihat seseorang yang

    mengenakan pakaian yang serupa namun berwarna putih. Pakaian

    yang dikenakan oleh orang tersebut tidak menutupi kepalanya,

    sehingga dapat diketahui bahwa dia adalah seorang wanita, dan

    memiliki rambut panjang tergerai yang berwarna merah.

    Setelah agak dekat, dapat terlihat dari kejauhan, sebuah bis

    dengan kecepatan tinggi sedang meluncur kearah wanita berambut

    merah yang berdiri menghadap kendaran tersebut, seakan ia

    menantangnya untuk bertarung.

    Wanita berjubah hitam tersebut berlari sekuat tenaga ke arah

    wanita itu. Kecepatannya yang cukup tinggi membuat bagian pakaian

    yang menutupi kepalanya tersingkap, menunjukkan bahwa ia memiliki

    wajah yang sama dengan wanita yang ada didepannya, dan mereka

    memiliki rambut merah dengan panjang yang sama.

    Sebelum bis itu sempat menabrak wanita berjubah putih, wanita

    berjubah hitam telah terlebih dahulu menabrakkan dirinya ke wanita

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 61

    berjubah putih, mendorongnya menjauh dari jalur perjalanan bis dan

    menyelamatkannya dari kematian.

    Wanita berjubah hitam kemudian bergegas bangkit setelah dia

    menyadari bahwa tubuhnya menimpa wanita yang baru saja ia

    selamatkan. Wanita berjubah putih itu pun berusahan mengangkat

    bagian atas tubuhnya.

    Wanita berjubah putih : Kenapa? Kenapa kamu selamatkan

    aku!? Bukankah kamu yang paling mengetahui, seperti apa

    penderitaan yang aku rasakan selama ini? Bukankah kamu yang paling

    menginginkan semua penderitaan ini berakhir!? Kenapa kamu malah

    memilih untuk menyelamatkan aku!?

    Wanita berjubah hitam : Karena kita adalah satu kesatuan. Aku

    tidak bisa hidup sendiri tanpa dirimu, layaknya bulan yang tak bisa

    bersinar sendiri apabila kehilangan sang matahari. Aku tidak ingin

    kehilangan dirimu, sama seperti aku yang takut terhadap kematian.

    Wanita berjubah putih : Biarkan aku memilih kematian! Karena

    kematian telah memisahkan aku dengan semua orang yang kucintai!

    Kehidupan selalu memberiku sesal! Aku juga ingin bahagia layaknya

    mereka yang lain!

    Wanita berjubah hitam : Apakah dengan kematianmu, kau akan

    bahagia? Apakah mereka yang telah meninggalkan kita menginginkan

    kematianmu? Mungkin dengan mati, kamu bisa kabur dari segala

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 62

    kepahitan kehidupan, tapi, apakah setelah itu kamu bahagia? Tidak

    wahai saudariku, tidak ada yang akan bahagia akibat kematian, baik

    dirimu sendiri, ataupun mereka yang telah pergi mendahului kita!

    Mata wanita yang baru saja diselamatkan dari kematian tersebut

    mulai tampak berkaca-kaca, penuh dengan kesedihan dan penyesalan

    yang tampak sangat menyiksa batinnya.

    Wanita berjubah putih : Masihkah aku bisa terus bertahan

    hidup, tanpa adanya harapan yang tersisa di jiwa ini? Tanpa adanya

    kasih sayang dari orang yang dicintai? Tanpa ada tempat berpegang

    ketika badai menerpa? Tanpa adanya tujuan untuk terus hidup?!

    Wanita berjubah hitam : Hiduplah demi impian mu wahai

    belahan jiwaku. Tetaplah berpegang pada keyakinanmu ketika badai

    menerjang! Karena setelah sang badai reda, kau akan menemukan

    pelangi, sebuah keindahan yang hanya bisa ditemukan oleh mereka

    yang berjuang sampai akhir, tanpa pernah menyerah kepada

    kehidupan!

    Air mata jatuh bercucuran dari bola mata wanita berjubah putih,

    bukan karena sedih, tetapi karena rasa penyesalan yang semula

    menumpuk didalam dirinya, sirna begitu saja, seakan ia baru saja

    dibebaskan dari segala penderitaan yang selama ini bersemayam di

    dalam jiwanya.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 63

    Wanita berjubah putih : Akankah kamu menemaniku, sampai

    kematian memisahkan kita?

    Wanita berjubah hitam : Kita tidak akan pernah berpisah, wahai

    saudariku. Karena begitu kematian membawamu pergi, aku pun akan

    ikut bersamamu, karena aku adalah dirimu, yang saling berbagi hidup

    di saat suka dan duka.

    Wanita berjubah putih kemudian menangis dengan penuh rasa

    haru, memecah kesunyian yang ada. Tangisan yang seakan melepaskan

    segala beban yang tersisa, untuk menyongsong hidup yang baru.

    Wanita berjubah hitam kemudian memeluk tubuh wanita berjubah

    putih, sambil ikut meneteskan air mata, air mata bahagia yang penuh

    dengan harapan, terhadap perubahan yang akan mereka jalani.

    Piiip..., Piiip..., Piiip...

    Sebuah osiloskop mengeluarkan bunyi dengan perbedaan waktu

    yang cukup konstan, menandakan manusia yang denyut nadinya

    sedang dipantau masih memiliki nyawa, meskipun kondisinya tidak

    dalam kondisi dimana ia bisa bebas beraktifitas layak manusia lain

    yang sedang berada dalam kondisi prima.

    Wanita berambut merah yang sedang tertidur di sebuah ranjang

    tepat di sebelah osiloskop tersebut berada kemudian membuka

    matanya, dan terdiam untuk beberapa saat, seakan ia baru saja

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 64

    beristirahat untuk waktu yang cukup lama. Ia kemudian bangun dari

    tempat tidurnya, dan duduk di sisi tempat tidur, seraya merenung.

    Sarah kemudian menangis tersedu-sedu, entah karena bahagia

    bahwa ia masih hidup, dan bisa melanjutkan hidup yang tidak pernah

    ada duanya ini, atau menyesal karena ia masih harus bergelut dengan

    kemelut hidup yang sangat sulit dan penuh dengan ketidakpastian.

    Sambil menangis, ia menyenandungkan sebuah lagu, lagu tua

    yang pernah menemaninya ketika ia kecil, remaja, dan dewasa. Lagu

    yang diciptakan dan dinyanyikan oleh mereka yang ia sayangi.

    Terus terdiam

    Meratapi kehidupan

    Aku bertanya

    Kapankah ku akan mati

    Meniti hujan

    Di bawah terik mentari

    Aku bertanya

    Kemana engkau melangkah

    Ku percaya suatu hari nanti

    Kegelapan mu akan sirna

    Diselimuti sang mentari

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 65

    Di dunia yang sepi ini

    Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa

    Hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi

    Meski diterpakan badai, aku kan terus mencari

    Makna hidup atas mereka yang tak kan kembali

    Ku yakini suatu saat nanti

    Kita pasti akan bertemu

    Meskipun terpisahkan jarak

    Di dunia yang sepi ini

    Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa

    Hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi

    Meski diterpakan badai, aku kan terus mencari

    Makna hidup atas mereka yang tak kan kembali

    Kau yang telah terdiam

    Membisu tak bernama

    Akan slalu abadi

    Hidup dalam hatiku

    Aku tak ingin bersedih, tak ingin merasa hampa

    Hanya inginkan sayang, dan kasih yang telah pergi

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 66

    Meski diterpakan badai, aku kan terus mencari

    Makna hidup atas mereka yang tak kan kembali

    Wanita itu berdiri dari tempat tidurnya, membuka pintu ruangan

    tempat ia berada. Tanpa ada rasa beban, dengan wajah penuh

    semangat serta tatapan yang penuh dengan nyala api yang seakan

    mampu membakar dan menghancurkan segala rintangan yang berani

    menghadang, Sarah keluar dari ruangan tersebut sambil berkata :

    Demi harapan semua orang yang berharga bagiku,

    Dan demi mereka yang selalu menyemangatiku,

    Aku tidak akan menyerah kepada hidup,

    Sampai semua impianku menjadi kenyataan...

    ***

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 67

    Siang itu sangat panas. Terlalu panas sehingga banyak orang yang

    memutuskan untuk tidak keluar rumah dan hanya bermalas malasan

    sepanjang hari. Hawa yang panas tersebut dirasakan juga oleh seorang

    alien perempuan yang bernama Sour Yoghurt. Ia adalah seorang alien

    baik hati yang mempunyai rambut warna pink dan memakai baju

    berlengan putung berwarna ungu dengan sepatu boots tinggi

    berwarna perak. Terlihat seperti gadis modis pada umumnya, minus

    tanduk alien pink di atas kepalanya.

    Seperti biasa, Sour berjalan jalan mengelilingi dunia menaiki

    UFOnya yang berwarna hijau dengan damai. Namun, hari ini panasnya

    sudah keterlaluan sehingga membuat perjalanannya tidak sedamai

    biasanya. Setelah cuaca yang panas sudah cukup untuk membakar

    kesabarannya, ia pun bergegas pergi menuju polisi pengatur cuaca

    yang berada di atas langit untuk melakukan protes.

    Cuaca diseluruh dunia diatur didalam suatu ruangan berteknologi

    modern yang dikendalikan oleh seorang polisi. Di sana, terdapat

    tombol berwarna warni dan tuas beraneka rupa yang dapat mengubah

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 68

    cuaca diseluruh dunia. Saat Sour tiba disana, ternyata ruangan itu

    kosong! Kecewa tidak bisa melakukan protes, Sour pun bersuka cita

    untuk menyambut mainan baru di hadapannya.

    Ia duduk dikursi pengendali cuaca dan menekan semua tombol

    berwarna hijau. Terlihat di monitor besar didepannya, seluruh dunia

    sedang dilanda badai kue. Sour pun menjadi terkagum akan prestasi

    yang barusan ia lakukan, dan akan kecanggihan alat ini.

    Dengan segera, ia bereksperimen untuk menekan beberapa

    tombol warna pink, kuning dan coklat, serta beberapa tuas bergerigi.

    Lalu, seluruh dunia pun dilanda hujan uang dan semua orang terlihat

    bahagia. Sour jadi semakin menyukai alat pengendali cuaca ini. Ia pun

    melanjutkan eksperimennya dengan berbagai macam kombinasi

    sehingga terciptalah gerimis coklat, angin telur puyuh, dan tornado

    badak bercula tiga. Semua terjadi dalam selang waktu beberapa menit

    diseluruh dunia.

    Namun, polisi pengatur cuaca tiba tiba saja kembali dari istirahat

    makan siangnya dan langsung meneriaki Sour.

    NYOOO!! APA YANG KAMU LAKUKAN!! Sour yang tersentak

    kaget langsung memutar kursinya menghadap sang polisi.

    Aku sedang mengendalikan cuaca, tehe~ Dengan polos, Sour

    menjawab pertanyaan polisi tersebut.

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 69

    Tidak boleh! Turun dari kursi itu dan kembalikan dunia seperti

    semula! Polisi tersebut menjadi marah mendengar jawaban Sour.

    Eh, tapi kan kalau aku turun dari kursi, bagaimana aku bisa

    mengembalikan dunia seperti semula? Sour masih menjawab dengan

    nada polosnya.

    Benar juga ya.. nyooo tapi pokoknya, kamu harus turun dari

    kursi itu sekarang juga!! Polisi itu menyadari kekeliruannya dan terus

    menyuruh Sour pergi.

    Tidak mau! Aku tidak akan membiarkan dunia diselimuti panas

    lagi seperti yang kau lakukan! Merasa mainan barunya akan direbut,

    Sour pun menolaknya dengan alasan yang dibuat-buatnya. Namun ia

    mengakui bahwa sedikit banyak, ia merasa menjadi seperti pahlawan

    bagi para manusia di dunia.

    Nyoo!! Aku membuat dunia panas bukan tanpa alasan nyoo!!

    Sudah terlalu banyak kejahatan yang manusia lakukan, dan saatnya

    mereka mendinginkan kepala di dalam rumah untuk sementara, nyoo!!

    Polisi itu pun berdebat dengan alasannya. Memang semenjak cuaca

    menjadi panas, tingkat kejahatan berkurang karena para penjahat

    menjadi malas melakukan kejahatan.

    Kau membuat manusia menjadi tidak produktif, dan itu

    faktanya! Lihat, aku bisa membuat mereka semakin sehat karena badai

    kue, aku bisa membuat mereka semakin kaya dengan hujan uang!

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 70

    Seharusnya aku yang menjadi pengendali cuaca di sini, bukan kamu!

    Sour tetap akan pendiriannya mempertahankan posisinya di kursi

    tersebut.

    ITU BAHKAN APA YANG KAMU LAKUKAN, NYOO!! Cepat turun

    dari kursi itu! Polisi itu kaget akan apa yang telah Sour lakukan, dan

    semakin bersikeras menyuruh Sour pergi. Namun Sour yang keras

    kepala malah meronta ronta.

    Tidak mauuuuuuuuuuu!! Sour menggerakan tangannya

    menyentuh tombol tombol yang ada di sekitarnya. Polisi itu kontan

    saja kaget dan panik karena di sekitar Sour ada satu tombol berwarna

    merah dengan lambang tengkorak yang tidak boleh ditekan. Jika

    ditekan, maka dunia akan hancur.

    Nyoo nyoo nyoo, baiklah baiklah, kamu boleh duduk dikursi itu,

    tapi tenang dulu, tenang nyoo Sang polisi memutuskan untuk

    menuruti keinginan egois Sour untuk keselamatan dunia, sambil

    mencari cara agar Sour bisa lengah dan menjauh dari kursi itu.

    Benarkah? Asik~ Sour kembali bermain dengan alat itu kembali.

    Polisi pengatur cuaca hanya bisa menghela nafas dan memikirkan

    taktik selanjutnya.

    Nyoo, kamu bingung akan fungsi tombol itu kan? Mari aku

    bantu

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 71

    Tidak usah! Aku lebih suka melakukannya sendiri Sour dengan

    mentah mentah menolak tawaran polisi itu. Dan tiba tiba dari layar

    monitor muncullah gerimis tiang listrik diseluruh dunia. Sang polisi

    semakin bertambah khawatir.

    Ta-tapi aku bisa mengajarkan kombinasi cuaca rahasia nyoo..

    Seperti? Mata Sour sedikit berbinar mendengar kata rahasia

    Se-seperti, gerimis sakura? Polisi itu mencoba menawarkan

    cuaca yang sekiranya aman untuk dunia dan membuat Sour tertarik.

    Ah, terlalu biasa

    Hu-hujan pelangi! Sour menjadi sedikit tertarik ketika

    membayangkan pelangi di mana-mana. Namun membandingkannya

    dengan mainan di hadapanya, ia berpikir bahwa itu tidak sepadan.

    Tidak mau! Sour membalikkan badannya dan mulai menekan

    tombol tombol cuaca lagi. Di monitor terlihat angin kacamata melanda

    dunia. Polisi yang sudah lemas dan pasrah akhirnya mengeluarkan

    jurus terakhirnya.

    . Badai cheesecake

    Dengan serta merta, mata Sour bersinar. Ia turun menuju polisi

    dan mengangkatnya ke atas kursi pengendali cuaca. Sour memang

    sangat menyukai cheesecake buatan manusia. Membayangkan ia bisa

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 72

    memakan cheesecake sepuasnya, merupakan tawaran yang sangat

    indah untuk ditukar dengan pengendalian cuaca.

    Silahkan tuan polisi.. Sour tersenyum manis kepada sang polisi.

    Namun polisi itu hanya bisa memasang wajah kemenangan.

    Tapi aku bohong, nyoo! Sekarang kamu tidak bisa

    mengendalikan cuaca lagi, nyohahahaha..

    Apa?! Merasa kesal sudah dibohongi, Sour pun mengamuk. Ia

    menekan semua tombol yang dapat diraihnya. Polisi itu menjadi panik

    kembali karena Sour cukup dekat dengan tombol terlarang.

    Tunggu tunggu!! Jangan sentuh tombol merah dengan lambang

    tengkorak itu!!

    Eh? Yang ini? Sour menunjuk ke tombol yang dimaksud oleh

    polisi.

    Iya jangan!! Polisi semakin panik dan berusaha menghalangi

    tangan Sour yang mendekati tombol tersebut.

    Baiklah, memang apa yang akan terjadi jika aku menekannya?

    Dunia akan hancur nyoo..

    Seperti?

    Seperti ini Polisi itu dengan polosnya menekan tombol

    terlarang. Dan bum! Dengan seketika dunia menjadi hancur.

    ***

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 73

    BADAI TAIFUN

    Yeaha, salam kenal Nectarpilair-. Saya menulis cerpen ini

    tenggat deadline dan memaksa memasukkannya karena saking

    inginnya menulis di afterwords. Haha...

    Ok. Kesampingkan hal itu, di dalam cerpen ini saya memasukkan

    penuh-penuh rasa nostalgia saya pernah tinggal di Jepang. Tidak

    semua orang pernah merasakan suasana seperti ini, karena itu saya

    ingin berbagi nuansa-nya. Beranda apartemen, payung melengkung

    terbalik, taman bermain, baseball, piket urus tanaman, dan ceramah

    guru, banyak-banyak hal yang membuatku teriangat akan masa kecilku

    dulu. Bisa di bilang setting dan kejadian di dalam cerpen ini

    kebanyakan berbagi pengalaman nyata.

    Selain itu, saya mencoba menyiratkan kehangatan, kasih sayang

    seorang guru terhadap muridnya di sini. Dan seperti biasa saya

    mengambil tema yang ringan untuk diikuti. Semoga cerpen ini bisa

    dinikmati.

    -Nectarpilair

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 74

    EVENTFUL RAIN

    Kamu tidak pernah tahu seberapa beruntung kamu ketimbang

    orang di sekitarmu. Saya menulis ini dengan membayangkan apa yang

    terjadi ketika saya memiliki nasib yang sama dengan wanita di tengah

    hujan ini, ketika seluruh dunia memusuhi mu dan kau hanya sendirian.

    -Alvin

    THE TALES OF AGAVI

    Ceritanya pada awalnya terjadi karena saya tertidur dan disuruh

    oleh penyihir hitam dari gua hitam untuk membuat sebuah after kata.

    Terus jadilah sebuah cerpen ini.

    Hati-hatilah pada Agavi.

    -Teguh

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 75

    NEW RAIN

    Aku bingung buat after word mau diapain. Tapi ya sudah lah.,

    yang penting ceritanya selesai meskipun sepertinya masih kurang jelas.

    Sebenarnya cerita ini merupakan sambungan dari cerpen yang

    sebelumnya. Entah kenapa aku jadi memikirkan konsep yang besar dan

    sayang untuk tidak di tulis. Jadi buat aja jadi cerita yang terpisah-pisah.

    Jadinya seperti itu deh.

    Wkowkowkwokwokwokow

    Terima kasih buat yang sudah membaca.

    Itu saja

    Afterword begini kan!?

    -Agavi

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 76

    WANITA BERJUBAH HITAM

    Ah, ada afterwordnya. Pada awalnya aku ingin membuat cerita

    yang masih memiliki hubungan dengan cerpen terdahulu, dan karena

    karakter utama cerita terdahulu adalah laki-laki, maka aku ingin

    karakter utama cerpen ini perempuan. Lalu, aku berusaha membuat

    cerita romance, namun pada prosesnya, aku tidak suka dengan cerita

    yang ku buat. Lalu aku mencoba merubah ceritanya, dan jadilah begini.

    Aku mencoba menyampaikan kisah hidup seorang wanita yang

    penuh dengan cobaan, sampai akhirnya ia merasa sangat tertekan dan

    mencoba untuk bunuh diri, namun ternyata ia masih selamat, dan ia

    menemukan harapan baru untuk hidup.

    Terima kasih buat yang telah berkenan membaca. Semoga

    setelah membaca cerpen ini, kalian semakin bersemangat untuk terus

    hidup, karena setelah mati, tidak ada lagi hal yang bisa kalian lakukan.

    -Black Mage

  • Kumpulan Cerpen Gerimis, Hujan, Badai | 77

    SOUR WEATHER

    Awalnya pas pertama kali nulis, saya nggak nyangka ceritanya

    bisa jadi kayak gini. But lawak never betrays me. Saya puas dengan

    keseluruhan cerita, dan sempat bingung juga mau buat cuaca apa

    (hujan bingkai foto, angin kelabu membakar jiwa, dan cuaca absurb

    lain). And Anyway, seri Sour Yoghurt kali ini menginspirasi saya untuk

    membuat seri lainnya yang penuh lawak, as always. Semoga kalian

    terhibur!~

    Alien dan Cheesecake, unseparated!

    -Chiro