gerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan …
TRANSCRIPT
GERAKAN BURUH DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
(Studi Kasus Serikat Buruh Konstruksi Indonesia, Playen,
Gunung kidul, Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Oleh :
Muhammad Husain Maulana
NIM. 13250073
Pembimbing :
Asep Jahidin, S.Ag., M.Si
NIP. 197508302006041002
PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini tiada lain tiada bukan dipersembahkan kepada:
Cakrawala yang selalu memberikan teduh, sejuk, dan pendar cahayanya ketika
aku berpulang ke sana,
Abah dan Ibukku, Suwanto dan Mufid Datul Ummah
v
MOTTO
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
WS Rendra
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul gerakan buruh dalam peningkatan
kesejahteraan pada buruh bangunan di SBKI (Serikat Buruh Konstruksi
Indonesia) Playen, Gunung kidul, Yogyakarta. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Atas bantuan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Phil Sahiron, M.A. selaku Plt. Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Hj. Nurjannah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Ibu Andayani, SIP, MSW, selaku ketua prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Bapak Asep Jahidin, S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus pembimbing skripsi yang gaul tak terkira.
5. Seluruh dosen dan karyawan prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bantuan dan pelayanan administrasi.
6. Serikat Buruh Konstruksi Indoensia (SBKI) yang tiada kata udzur dalam
berjuang.
7. Federasi Serikat Buruh Kerakyatan Indonesia, KPBI, BWI, dan seluruh tenaga
penggerak sejarah buruh di manapun berada.
8. Keluarga-keluarga terbaik di Yogyakarta, Organisasi yang kita saling
membesarkan di dalamnya. Sebutlah komunitas NAMA, Paguyuban Pengajar
Pinggir Sungai, Jaring Laba-laba, kelompok belajar musik Anak-anak Zaman,
dan Kanal Muda, dan lain sebagainya
9. Yeni Mutiara, Calon Istri. Amiin. Hahaa.
Semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu-persatu. Tentunya
semua kebaikan yang diberikan kepada peneliti sangat membantu peneliti dalam
usaha untuk terus senantiasa belajar, termasuk pada tahap menyelesaikan skripsi
ini. Semoga segala dukungan yang selama ini diberikan menjadi baiknya
pembalasan. Terimakasih senantiasa terhaturkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 20 Juni 2020
Peneliti
M. Husain Maulana
vii
ABSTRAK
M. HUSAIN MAULANA, “Gerakan Buruh Dalam Peningkatan
Kesejahteraan (Studi Kasus Serikat Buruh Konstruksi Indonesia, Playen, Gunung
kidul, Yogyakarta)”, Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020
Gerakan buruh mampu ditinjau dari motif ketidakpastian dan mobilisasi
sumber daya yang mendasari rangkaian kegiatannya. Ketidakpastian karena
situasi serba tidak menguntungkan yang menimpanya sehingga membuatnya
bergerak. Lalu mobilisasi sumber daya karena menyadari potensi yang dimiliki
untuk mengoptimalkan pergerakannya tersebut. Gerakan buruh tersebut ditujukan
untuk peningkatan kesejahteraan dari sekian persoalan yang dihadapi. Dalam hal
ini, peneliti menemukan temuan yang menarik pada studi kasus pergerakan yang
dilakukan oleh Serikat Buruh Konstruksi Indonesia (SBKI) Gunung Kidul
Yogyakarta. SBKI merupakan organisasi serikat buruh pekerja bangunan atau kuli
yang melakukan rangkaian gerakan aksi atau demonstrasi, gerakan pendidikan,
dan gerakan jejaring untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu seperti peningkatan
kesejahteraan dari kondisi sebelum berorganisasi dan sebelum melakukan
pergerakan yang cenderung memiliki banyak persoalannya. Peneliti tertarik untuk
meninjau bagaimana peningkatan kesejahteraan dari pergerakan yang dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gerakan buruh SBKI dalam
usaha peningkatan kesejahteraannya tersebut. Responden dalam penelitian ini
adalah pengurus dan anggota SBKI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknis purpossive sampling, metode yang memilih sampel berdasarkan
fungsi dan tujuan tertentu. Sampel yang dipilih tersebut adalah Tujuh orang
pengurus SBKI dan Tiga Anggotanya yang terdaftar aktif dan telah tergabung
selama minimal 2 tahun. Analisis data yang dilakukan adalah pendekatan
kualitatif dengan analisi deskriptif. Hal ini dilakukan dengan wawancara untuk
mengumpulkan informasi dan menghubungkannya dengan teori kesejahteraan
menurut James Midgley yang peneliti gunakan.
Hasil dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan kesejahteraan dalam hal
mengelola masalah sosial, pemenuhan kebutuhan hidup, dan peluang sosial yang
terbuka luas oleh SBKI daripada kondisinya sebelum berorganisasi dan
melakukan pergerakan. Hal tersebut dapat dilihat pada pengaturan masalah sosial
yang mampu dihadapi dengan lebih baik karena peran organisasi dan
pergerakannya, kemudian pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih terjamin
karena nilai tawar organisasi dan pergerakannya, dan peluang sosial yang semakin
terbuka luas karena organisasi dan gerakannya terbekali dengan aksi-aksi,
pendidikan, dan jejaringnya.
Kata Kunci: Gerakan Buruh, Kesejahteraan, SBKI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
SURAT PENGESAHAN……………………………………………………… ii
SURAT KEASLIAN SKRIPSI……………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Kajian Pustaka ........................................................................................ 7
F. Landasan Teori ....................................................................................... 11
G. Metodologi Penelitian ............................................................................ 15
BAB II: PROFIL SBKI DAN PERJUANGANNYA ......................................... 20
A. Sejarah SBKI .......................................................................................... 20
B. Struktur Kepengurusan ........................................................................... 23
C. Tujuan ..................................................................................................... 24
D. Pokok-pokok Perjuangan SBKI .............................................................. 24
E. Hak Anggota .......................................................................................... 25
F. Kewajiban ............................................................................................... 25
ix
G. Logo SBKI .............................................................................................27
H. Perjuangan SBKI .................................................................................... 28
BAB III: GERAKAN ORGANISASI BURUH SBKI DALAM PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN ...........................................................................................35
A. Gerakan Organisasi Buruh SBKI ............................................................35
B. Dampak Pergerakan Organisasi Buruh SBKI dalam Peningkatan
Kesejahteraan ......................................................................................... 66
C. Hambatan Peningkatan Kesejahteraan yang Dilakukan oleh Gerakan
Buruh SBKI ............................................................................................ 85
BAB V: PENUTUP ........................................................................................... 88
A. Kesimpulan ............................................................................................. 88
B. Saran ....................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 91
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Panduan Wawancara ............................................................................... 93
2. Foto dan Gambar ..................................................................................... 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi Pergerakan boleh dibilang sebagai sesuatu yang terus hadir dari
masa ke masa. Pergerakan tersebut identik dilakukan oleh sekelompok tertentu
dari lingkungan sosial, atau seringkali disebut sebagai gerakan sosial. Secara
umum, gerakan sosial dimaknai sebagai sebuah gerakan yang lahir dari
sekelompok individu untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi atau menuntut
perubahan yang ditujukan untuk kelompok tertentu.1 Tak terkecuali gerakan itu
terjadi juga pada kelompok buruh. Pergerakan buruh di Indonesia memang sudah
terjadi sejak lama. Kita dapat melihat sendiri bahwa dari mulai masa pra-
imperialisme/kolonialisme pun sudah ada pergerakan buruh walaupun dalam
skala/intensitas yang kecil dan masih digolongkan dalam gerakan yang bersifat
lokal.
Gerakan buruh abad 19 awal banyak berfokus pada protes dari kalangan
petani (buruh tani) terhadap pemerintahan raja/sultan yang merasa ditindas dan
dieksploitasi.2 Dalam perkembangannya, kondisi ketertindasan tersebut kemudian
membuat buruh melakukan serangkaian pergerakan. Kondisi kerja yang demikian
buruk memicu munculnya bentuk perlawanan yang khas sebuah gerakan buruh:
pemogokan. Salah satu pemogokan pertama dalam sejarah Indonesia tercatat di
1 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2016), hlm. 392. 2Suhari MT, Buruh Indonesia Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Tri Warna Media
Publishing, 2016), hlm. 4.
2
tahun 1882 di Yogyakarta, di mana pada puncak gelombang pemogokan yang
disebabkan karena upah rendah dan jam kerja yang tinggi ini 21 pabrik gula
terpaksa menghentikan produksinya karena pemogokan.3 Meskipun tidak dengan
cara-cara modern yang terorganisir, tetapi lebih pada aksi spontanitas
menghentikan kegiatan produksi saja, pergerakan buruh tersebut berhasil
memenangkan tuntutan pada masa awalnya. Baru kemudian pada awal 1900-an
muncul Serikat buruh pertama di Jawa yang didirikan pada tahun 1905 oleh buruh-
buruh kereta api dengan nama SS Bond (Staatspoorwegen Bond). Kepengurusan
organisasi ini sepenuhnya dipegang oleh orang-orang Belanda dan tidak banyak
mewakili kepentingan buruh pribumi. Tujuan SS Bond tersebut adalah mengatur
kerja sama kerja yang lebih baik antara pekerja dan pemberi kerja dari orang-orang
Belanda.
Meskipun demikian, SS Bond ini tercatat sebagai organisasi pertama di
negeri ini dan menjadi cikal bakal perkembangan organisasi-organisasi
selanjutnya. Berlanjut Pada tahun 1908 muncul serikat buruh kereta api yang lain,
dengan naman Vereeniging van Spooor-en Tramweg Personeel in Nederlandsch
Indie (VSTP). Serikat ini memiliki basis yang lebih luas ketimbang SS Bond,
Karena melibatkan semua buruh tanpa membedakan ras, jenis pekerjaan, dan
pangkat dalam perusahaan. Organisasi ini berkembang menjadi militan terutama
sejak 1913, ketika berada di bawah pimpinan Semaun dan Sneevliet. Pada zaman
ini, VSTP tetap menjadi serikat buruh yang memiliki anggota paling banyak, dan
terhitung penting serta militan. Di bawah pimpinan Semaun, serikat buruh ini terus
3Ibid., hlm. 11.
3
memperjuangkan kepentingan kaum buruh, seperti pembelaan hak-hak buruh,
memperbaiki kondisi kerja dan sebagainya.4 Pada masa pergerakan buruh oleh
VSTP tersebut, buruh-buruh yang menjadi anggotanya mendapatkan pembelaan,
pelatihan serta pendidikan untuk menguatkan organisasi dan pergerakannya.
Serangkaian pergerakan buruh tersebut tidak lain adalah usaha perjuangan
atas pemenuhan kesejahteraannya. Pada perkembangan yang lebih lanjut, dengan
bekal organisasi, tercatat perjuangan buruh mengalami peningkatan. Selama tahun
2000 misalnya, menurut catatan Depnaker saja terdapat 173 kali aksi buruh.
Sedangkan tahun 2001 terdapat 261 kali aksi buruh. Aksi-aksi tersebut umumnya
dilakukan untuk menuntut kenaikan upah, menolak PHK, dan
kejelasan/pengangkatan status kerja.5 Aksi-aksi tersebut tidak hanya dilakukan
oleh buruh pabrik (manufaktur) saja, tetapi juga dilakukan buruh dari sektor lain.
seperti guru, buruh perusahaan BUMN, dan sektor informal yang lain. Tuntutan
dari gerakan aksi tersebut sekali lagi adalah tuntutan kesejahteraan. Sebagaimana
dalam UU tentang kesejahteraan sosial dikatakan bahwa kesejahteraan sosial
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.6
Selanjutnya, dalam ayat 2 pada UU yang sama juga dijelaskan bahwa
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
4Ibid., hlm. 22-23.
5Ibid., hlm. 130. 6UU No.11 tahun 2009tentang kesejahteraan sosial (diunduh melalui
https://peraturan.bpk.go.id/home/detail/38601/uu-no-11-tahun-2009, pada 8 April 2019, pukul
00.14)
4
berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial. Terdapatnya aksi-aksi buruh dalam tuntutan atas upah layak,
menolak PHK, kepastian status kerja dan tuntutan yang lain ini menunjukkan tidak
terpenuhinya kebutuhan material yang tepat kepada buruh sehingga kebutuhan
dasar atas pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial menjadi tidak bisa
berjalan dengan baik. Hal tersebut lalu menjadikan dasar buruh melakukan
gerakan dengan kekuatannya sendiri sebagaimana disebutkan juga oleh Giddens,
konsep gerakannya adalah sebagai suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu
kepentingan bersama, atau gerakan yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama
melalui tindakan kolektif di luar lingkup lembaga-lembaga yang sudah ada.7
Dalam gerakan aksi buruh tersebut, terdapat sektor yang lebih rentan dan
lemah dalam relasi hubungan kerja. Sektor tersebut adalah sektor buruh informal.
khususnya, buruh konstruksi informal atau orang biasa menyebutnya buruh
bangunan. Mengenai penjelasannya, Paling tidak ada tiga pendapat mengenai
sektor informal tersebut. Pertama, Sektor informal ada karena industri formal yang
ada terbatas dalam menyerap tenaga kerja, hingga munculnya cenderung di
pinggiran kota besar. Kedua, sektor informal sudah lama ada. ia model ekonomi
tradisional, sedangkan sektor formal merupakan model ekonomi modern. Ketiga,
sektor informal dan sektor formal sesungguhnya suatu kesatuan yang terpadu,
7Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, hlm. 392.
5
dikarenakan saling terhubung dan terkaitnya dalam rantai pasok kerja.8 Padahal
kalau dilihat dalam pengertian undang-undangnya, buruh atau tenaga kerja secara
umum adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.9 Dari pengertiannya, hampir tidak ada perbedaan berarti untuk buruh
dalam sektor formal dan informal. Namun dalam praktiknya, buruh sektor
informal atau dalam hal ini buruh bangunan tersebut seringkali mengalami
kerentanan dalam aspek upah, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta status
hubungan kerja.
Sepanjang 2018 BPJS mencatat terdapat 157.313 kasus kecelakaan kerja
yang telah terjadidanmenurut penuturan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja Irjen Sugeng Priyanto,
kecelakaan kerja banyak terjadi di bidang konstruksi.10 Mayoritasnya terjadi di
sektor informal. Ia berdalih bahwa hal tersebut terjadi karena banyaknya
pembangunan yang sedang gencar-gencarnya di Indonesia.11Tidak hanya
persoalan keselamatan dan kesehatan kerja, buruh bangunan juga rentan
mengalami pemberian upah yang tidak sesuai, baik dalam dimensi waktu atau
nominal, serta beban kerja yang berlebih. Hal ini disebabkan karena seringkali
8Uli Parulian Sihombing, dkk, Pekerja Sektor Informal; Berjuang untuk hidup (Jakarta:
LBH Jakarta, 2011), hlm. 3. 9UU No.13 tahun 2003 tentang tenaga kerj, (diunduh melalui
https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/13146/undangundang-nomor-13-tahun-2003 pada 8
April 2019, pukul 00.12) 10Imam sholehudin (ed), Sepanjang 2018, BPJS Cata Ada 157.313 Kasus Kecelakaan
Kerja, https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/15/01/2019/sepanjang-2018-bpjs-catat-ada-
157313-kasus-kecelakaan-kerja/ (diakses pada tanggal 8 April 2019 pukul 00.40) 11Ratna puspitah (red), Menaker: 2018 Terjadi 157.313 Kecelakaan Kerja,
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/15/plcuoz428-menaker-2018-terjadi-
157313-kecelakaan-kerja/ (diakses pada tanggal 8 April 2019 pukul 00.42)
6
tidak adanya perjanjian tertulis antar pemberi kerja dan buruhnya. hal tersebut
masih ditambah persoalan domestik yang dialami buruh bangunan di rumah,
seperti jeratan hutang dan pemenuhan ekonomi serta kesehatan keluarga yang
membutuhkan dana tambahan.
Salah satu contoh kelompok buruh bangunan tersebut ada di kabupaten
gunung kidul, tepatnya di kecamatan Playen. Kelompok buruh bangunan tersebut
tergabung dalam sebuah wadah organisasi bernama SBKI (Serikat Buruh
Konstruksi Indonesia). SBKI dibentuk pada tahun 2017 oleh sekitar 25 orang.
SBKI adalah organisasi kuli bangunan yang dibentuk berdasarkan kegelisahan
anggotanya atas masalah-masalah yang sering dialami buruh bangunan dalam
bekerja, seperti upah terlambat, keberlangsungan kerja yang tidak pasti, kasus
mandor membawa lari uang jatah upah, dan lain sebagainya. SBKI secara formal
tercatat sebagai salah satu serikat di Dinas Tenaga Kerja Gunung Kidul dan
berafiliasi dengan Serikat buruh kerakyatan Indonesia. Dalam praktiknya, SBKI
melakukan gerakan demonstrasi, pendidikan dan pelatihan, usaha ekonomi kreatif,
serta serangkaian aksi lainnya untuk menguatkan organisasi dalam mencapai
tujuannya. SBKI bisa dikatakan sebagai representasi kelompok buruh bangunan
yang melakukan pergerakan untuk kesejahteraannya. Baik kesejahteraan yang
bersifat material dan sosial.
Hal mengenai kerentanan kesejahteraan buruh bangunan sebagai sektor
informal dan adanya gerakan organisasi buruh bangunan bernama SBKI ini
kemudian membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana aspek gerakan
buruh tersebut dalam peningkatan kesejahteraannya. Harapannya, penulis mampu
7
memetakan rangkaian pergerakan yang dilakukan dan menghubungkannya pada
indikator kesejahteraan sosial. SBKI, dalam pengamatan peneliti adalah satu-
satunya organisasi buruh bangunan dalam bentuk serikat pekerja yang berjuang
untuk hak-haknya. Sehingga penting untuk meninjau gerakan yang telah dilakukan
SBKI ini dalam usahanya untuk peningkatan kesejahteraan. Selanjutnya,
penelitian atas gerakan buruh tersebut bisa menjadi semacam acuan dan evaluasi
dari serangkaian gerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan yang ada di
negeri ini.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan (Studi kasus Serikat
Buruh Konstruksi Indonesia) Playen, Gunung kidul, Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gerakan buruh dalam
peningkatan kesejahteraan (Studi kasus Serikat Buruh Konstruksi Indonesia)
Playen, Gunung kidul, Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan atau pengetahuan untuk akademisi, aktivis dan masyarakat
umum terkait gerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan buruh di SBKI
(Serikat Buruh Konstruksi Indonesia) Playen, Gunung kidul, Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi banyak pihak diantaranya:
a. Manfaat bagi pemerintah
8
Memberikan sumbangsih kritik dan saran terkait situasi keadaan buruh konstruksi
di Indonesia, yaitu dalam studi kasus di Serikat Buruh Konstruksi Indonesia, di
Yogyakarta. Terutama dalam kondisi kesejahteraannya yang ternyata perjuangan
buruh-buruh tersebut muancul karena pemeerintah kurang menjalankan fungsinya
dengan tepat
b. Manfaat bagi serikat buruh
Memberikan gambaran kerangka konsep dan teknis terkait pergerakan yang
dilakukan Serikat Buruh Konstruksi Indonesia yang terdokumentasikan serta bisa
memberi pertimbangan terhadap strategi dan taktik yang akan dilakukan serikat
buruh selanjutnya.
9
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka berkaitan dengan penelitian lain yang relevan dengan kajian
dalam penelitian ini, sehingga peneliti dapat menemukan gambaran penelitian
dengan topik yang sama, dan kemudian akan dijadikan sebagai bahan rujukan. Di
sisi lain kajian pustaka juga digunakan untuk menghindari terjadinya plagiasi.
Banyak penelitian yang mengkaji tentang gerakan buruh dalam
peningkatan kesejahteraan dengan variabel yang berbeda-beda. Namun
berdasarkan eksplorasi peneliti terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, diantaranya:
Penelitian pertama, yakni penelitian yang dilakukan oleh Nining Sumarsih
dengan judul “Strategi SurviveBuruh Bangunan (Studi Kasus Buruh Bangunan di
Masyarakat Pegunungan Prambanan, Dusun Mlakan, Desa Sambirejo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta)”. Pada penelitian tersebut dipaparkan
tentangcara buruh bangunan di dusun Mlakan bertahan hidup di tengah kondisi
keterbatasan pendapatan dan sumber daya di daerahnya, serta faktor-faktor yang
membuat buruh bangunan tersebut bisa bertahan sekaligus dinamikanya.
Partisipan dalam penelitian ini adalah Empat orang yang mewakili
beberapa RW di dusun Mlakan dan berprofesi sebagai buruh bangunan. Penelitian
yang menggunakan metode kualitatif ini menghasilkan beberapa penemuan
diantaranya: buruh bangunan di dusun Mlakan harus menghemat pengeluarannya
dan membatasi kebutuhannya pada kebutuhan yang bersifat primer saja, serta tidak
mempersiapkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan yang tinggi. Penelitian ini
10
banyak berfokus pada strategi bertahan hidup yang dilakukan buruh bangunan
dengan sekian masalah-masalah harian yang sering dihadapi oleh buruh bangunan
tersebut.12
Kemudian juga terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Arief
Nurrahman Sejati, mahasiswa Program Studi Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik, Universitas Sebelas Maret, yang berjudul “Peran Buruh dalam
Kesejahteraan Sosial Perusahaan PT. Senang Kharisma Textile (Studi Kasus
Kewajiban, Upah, Jaminan Sosial, dan Fasilitas Kesejahteraan Buruh di PT.
Senang Kharisma Textile, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Solo)”.
Subyek dalam penelitian ini adalah pemimpin perusahaan, buruh/karyawan
tetap (6 orang), dan 6 orang karyawan tidak tetap. Desain penelitian ini
menggunakan deskripsi kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa kesejahteraan buruh
merupakan hal yang sangat penting bagi buruh. Dan dalam penelitian ini
disebutkan bahwa PT. Senang Kharisma Textile dapat mewujudkannya dalam
bentuk jaminan sosial, pemberian upah, serta fasilitas kesejahteraan yang baik.
Penelitian ini lebih banyak menekankan persoalan normatif buruh hanya dalam
pemberian pemenuhan upah minimum dan beberarapa jaminan sosial serta fasilitas
yang ada di dalam pabrik13
12Nining Sumarsih, “Strategi Survive Buruh Bangunan”, Skripsi, Program Studi
Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. 13Arief Nurrahman Sejati, “Peran Buruh dalam Kesejahteraan Sosial Perusahaan PT.
Senang Kharisma Textile (Studi Kasus Kewajiban, Upah, Jaminan Sosial, Dan Fasilitas
Kesejahteraan Buruh Di PT. Senang Kharisma Textile, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar,
Solo)”, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No.1, 2015.
11
Selanjutnya adalah sebuah Jurnal yang ditulis oleh Sri Ndaru Arthawati.
Sri Ndaru meneliti tentang “Peran Serikat Pekerja dalam Mendorong Produktivitas
danPeningkatan Kesejahteraan Para Pekerja Pada PT. Nippon Shokubai Indonesia-
Cilegon”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran serikat pekerja
dalam mendorong produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Selain itu penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi peran pimpinan perusahaan dalam menentukan
kebijakan dan pemegang kendali yang tidak lepas dari peran para pekerja.
Metode penelitian yang digunakan yakni dengan metode studi literatur dan
survey. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel peran serikat pekerja pada PT. Nippon Shokubai
Indonesia dengan peningkatan kesejahteraan.14
Penelitian berikutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ade Setiawan
Seorang mahasiswa jurusan ilmu Politik FISIP UNAIR mengkaji tentang
“Gerakan Serikat Buruh: Gerakan Penolakan/Penuntutan Revisi Ranperda
Ketenagakerjaan 2011 oleh Serikat Buruh di Kabupaten Gresik”. Penelitian ini
dikaji dengan pendekatan kualitatif yang banyak membahas strategi mobilisasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada 2 tokoh sentral yang
menggerakkan mobilisasi dan memberi inspirasi untuh buruh-buruh bergerak
melakukan demonstrasi menolak Ranpeda ketenagakerjaan 2011.15
14Sri Ndaru Arthawati, “Peran Serikat Pekerja dalam Mendorong Produktivitas
danPeningkatan Kesejahteraan Para Pekerja Pada PT. Nippon Shokubai Indonesia-Cilegon”,
Jurnal Tirtayasa Ekonomika, Vol. 13, No. 1, April, 2018. 15Ade Setiawan, Gerakan serikat buruh gerakan penolakan penuntutan revisi ranperda
ketenagakerjaan 2011 oleh serikat buruh di kabupaten gresik, Jurnal Politik Muda, Vol.1, No.1
Oktober-Desember, 2012.
12
Dan terakhir terdapat sebuah jurnal yang disusun oleh Muhammad zuhdan
dengan judul “Perjuangan Gerakan Buruh Tidak Sekedar Upah, Melacak
Perkembangan Isu Gerakan Buruh di Indonesia Pasca Reformasi”.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melacak isu-isu yang diperjuangkan oleh gerakan
buruh pasca reformasi. Muhammad Zuhdan menggunakan pendekatan kualitatif
pada penelitian ini. Sedangkan Sampel penelitiannya adalah gerakan buruh yang
berdomisili di Jabodetabek dan Surabaya.
Penelitian ini menunjukkanbahwa isu gerakan buruh pasca reformasi di
Indonesia tidak hanya berkutat pada isu kenaikan upah saja. Tetapi juga ada
perkembangan progresif yang mengarah pada isu-isu politis yang berhubungan
dengan gerakan kiri baru, seperti isu buruh Go Politk, anti neoliberalisme, gender,
HAM, demokrasi, kewarganegaraan, kebijakan publik, dan sebagainya.16
Meskipun penelitian tersebut dijadikan rujukan bagi berlangsungnya
penelitian ini, namun sudah tentu dalam kesemuanya itu terdapat perbedaan dan
persamaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah semua
sepakat bahwa buruh adalah kolektifitas yang tinggi dalam kelompoknya untuk
berjuang dan melakukan perjuangan, pergerakan, dan usaha dalam meningkatkan
kesejahterannya. Sedangkan perbedaannya yakni terletak pada variabel, metode
penelitian, serta objek penelitiannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian
ini adalah orisinil karena belum ada penelitian yang mengkaji tentang perjuangan
buruh bangunan untuk pergerakan organisasinya dalam mengatasi beberapa
persoalan. Judul yang penulis gunakan dengan nama Gerakan Buruh dalam
16Muhammad Zuhdan, “Perjuangan Gerakan Buruh Tidak Sekedar Upah, Melacak
Perkembangan Isu Gerakan Buruh di Indonesia Pasca Reformasi”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, vol. 17, No. 3, Maret, 2014.
13
Peningkatan Kesejahteraan (Studi Kasus Pergerakan Buruh di Serikat Buruh
Konstruksi Indonesia, Playen, Gunung kidul, Yogyakarta), belum ada yang pernah
meneliti. Baik penelitian yang dilakukan di kampus UIN Sunan Kalijaga sendiri
maupun kampus-kampus lainnya di Indonesia.
F. Landasan Teori
1. Buruh Sektor Informal
sektor buruh informal. khususnya, buruh konstruksi informal atau
orang biasa menyebutnya buruh bangunan. Mengenai penjelasannya, Paling
tidak ada tiga pendapat mengenai sektor informal tersebut. Pertama, Sektor
informal ada karena industri formal yang ada terbatas dalam menyerap tenaga
kerja, hingga munculnya cenderung di pinggiran kota besar. Kedua, sektor
informal sudah lama ada. ia model ekonomi tradisional, sedangkan sektor
formal merupakan model ekonomi modern. Ketiga, sektor informal dan sektor
formal sesungguhnya suatu kesatuan yang terpadu, dikarenakan saling
terhubung dan terkaitnya dalam rantai pasok kerja.17
2. Gerakan Buruh
Gerakan Buruh dalam aspek pergerakan sosialnya terbentuk melalui
serangkaian proses.18 Proses-proses tersebut ditempatkan dalam beberapa
tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu: pertama, tahap ketidaktentraman,
ketidakpastian, dan ketidakpuasan yang semakin meningkat. Kedua, tahap
perangsangan, yaitu sebuah tahap yang terjadi ketika perasaan ketidakpuasan
sudah semakin besar, penyebab-penyebabnya sudah teridentifikasi dan saran-
17Uli Parulian Sihombing, dkk, Pekerja Sektor Informal; Berjuang untuk hidup (Jakarta:
LBH Jakarta, 2011), hlm. 3. 18Nanang Martono, Sosiologi perubahan sosial, hlm. 395.
14
saran tindak lanjut sudah diperdebatkan. Ketiga, tahap formalisasi, yaitu
sebuah tahap ketika sosok pemimpin telah muncul, rencana telah disusun, para
pendukung telah ditempa, dan organisasi serta taktik telah dimatangkan.19
Dalam praktiknya, buruh mengalami ketidaktentraman dan ketidakpastian
karena keberlangsungan kerja dan pemenuhan hak normatifnya tidak selalu
memberi kepastian, itu juga masih seringkali ditambah dengan masalah-
masalah di tempat kerja, terlebih ditambah dengan problem domestik di rumah
yang seringkali menambah ketidaktentraman.
Kemudian, buruh yang dalam pekerjaannya memang dibentuk dalam
suasana yang kolektif saling mendiskusikan hasil identifikasi masalah yang
dihadapi dan menyepakati langkah bersama yang akan diambil dari situasi
ketidakpuasan yang semakin besar. Lalu, buruh menemukan pemimpin dalam
kelompoknya dan membentuk organisasi yang sekaligus juga menyusun
rencana, strategi, dan taktik dalam menghadapi atau meminimalisir situasi
ketidaknyamanan, ketidakpuasan, dan ketidaktentaman. Secara teoritik, dua
teori berikut bisa menjelaskan terbentuknya gerakan buruh:
a. Teori Ketidakpuasan
Teori ini menyatakan bahwa akar munculnya gerakan buruh secara
sosialnya terletak pada perasaan ketidakpuasan. Orang yang merasa
hidupnya nyaman dan puas cenderung kurang menaruh perhatian pada
gerakan sosial. Ada berbagai ragam ketidakpuasan, mulai dari luapan
kemarahan orang-orang yang merasa dikorbankaan oleh ketidakadilan
19Ibid., hlm. 395.
15
yang kejam sampai dengan kadar kejengkelan terendah dari orang-orang
yang tidak menyukai perubahan sosial tertentu. Pada semua masyarakat
modern selalu saja terdapat kadar ketidakpuasan yang cukup untuk
mendorong terciptanya gerakan sosial.20 Buruh mengalami ketidakpuasan
ini, baik didasari oleh kondisi upah, status kerja, dan ketidakpastian
keberlangsungan kerja yang terjamin sehingga kondisi perubahan yang
lebih baik menjadi suatu kebutuhan yang berusaha diwujudkan.
b. Teori Mobilisasi Sumber Daya
Teori ini menekankan pada faktor teknis bukan penyebab
munculnya gerakan sosial. Teori ini menjelaskan mengenai pentingnya
pendayagunaan sumber daya secara efektif dalam menunjang gerakan
sosial karena gerakan sosial yang berhasil memerlukan organisasi dan
taktik yang efektif. Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan,
organisasi, dan taktik merupakan faktor utama yang menentukan sukses
atau gagalnya suatu gerakan sosial.21 Buruh membentuk organisasinya
yang diatur dengan mekanisme dan perencanaan yang tepat untuk
mewujudkan tuntutannya dalam skala pendek dan skala panjang secara
kolektif.
3. Kesejahteraan Sosial
Penting untuk mendefinisikan kesejahteraan, tentu saja dalam aspek
yang luas dan secara sosial sebagaimana kesejahteraan pada buruh. James
Midgley (1997:5) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi
20Ibid., hlm. 396. 21Ibid., hlm. 397.
16
yang harus memenuhi tiga syarat utama: (1). Ketika masalah sosial dapat
dimenej dengan baik; (2) ketika kebutuhan terpenuhi; dan (3) ketika peluang-
peluang sosial terbuka secara maksimal.22
Dalam konteks di Indonesia, pengertian kesejahteraan sosial termaktub
dalam pasal 1 ayat 1 UU kesejahahteraan sosial tahun 2008, ayat tersebut
berbunyi: “kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksananakan fungsi sosialnya.”
Pengertian lain mengenai kesejahteraan juga dapat dikembangkan dari
hasil pre-confrence working for the 15th international conference of social
worker yakni : kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang
terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur
kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai
kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan,
perumahan, pendidikan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya.23 Buruh
mengupayakan kondisi kesejahteraannya dengan kepastian pendapaan yang
baik dan tepat. Begitu juga mengenai jaminan sosial dari negara yang menjadi
kondisi ketentraman tersendiri bagi buruh yang mendapatkannya. Termasuk
juga akses pada kesehatan, pendidikan, dan pengembangan diri yang bisa
dijangkau. Ketidaksesuaian harapan kesejahteraan tersebut pada buruh
22Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009) , hlm.72. 23Ibid., hlm.73.
17
seringkali berakibat buruh melakukan pergerakannya untuk mencapai dan
meningkatkan kesejahterannya.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenisdan Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan survei langsung ke lokasi
penelitian di Serikat buruh Konstruksi Indonesia untuk mencari informasi yang
terkait dengan gerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan. Jenis
penelitiannya merupakan jenis penelitian lapangan (Field Research), artinya
data yang menjadi rujukan merupakan fakta-fakta yang didapati dari
lapangan.24 Sifat penelitiannya sendiri merupakan penelitian yang bersifat
deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis ini adalah penuelitian yang
menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi data secara kualitatif.25
2. Subjek dan Objekpenelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah buruh/pekerja bangunandalam
serikat buruh konstruksi Indonesia (SBKI)yang dapat memberikan informasi
mengenai gerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan. Peneliti
menggunakan sempel data dengan data yang didapatkan oleh wawancara pada
pengurus SBKI dan perwakilan anggotanya yang punya keterlibatan aktif dalam
aktifitas pergerakan organisasinya. Objek penelitiannya sendiri adalah
bagaimana pergerakan buruh yang dilakukan dalam peningkatan
kesejahteraannya.
24Conny R. Semiawan, Metode Penelitian kualitatif jenis, karakteristik, dan
keunggulannya, (Jakarta: PT Gramedia, 2010), hlm. 2. 25Saefudin Anwar, Metode penelitian bidang sosial, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1990),
hlm. 63.
18
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode yang sering dikenal dengan metode
non-probabilitas sampling. Gall dan Borg mengatakan bahwa sampel yang
didapat dalam non probabilitas sampling dipilih berdasarkan tujuan dan
kebutuhan dari peneliti. Pengambilan sampling non-probabilitas ini sendiri
memiliki dua kriteria sebagaimana berikut; 1) Setiap individu dalam populasi
tidak memiliki peluang yang sama dengan individu lainnya untuk dijadikan
sampel, 2) Pemilihan sampel berdasarkan tujuan penelitian dan subjektifikasi
penelitian. Gall dan Borg melanjutkan penjelasannya bahwa setidaknya ada
beberapa cara untuk menentukan teknik sampling non-probabilitas diantaranya;
convenience, purposive, opurtunic, snowball, combination, volunteer.26
Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitiannya ini adalah teknik
purposive sampling. Penjelasan purposive sampling ini adalah teknik
pengambilan sampel untuk menentukan sampel berdasarkan pertimbangan atau
tujuan atau nilai guna individu pada penelitian yang dilakukan. Individu
tersebut digunakan sebagai sampel karena memiliki banyak informasi yang
dibutuhkan peneliti.27 Pada teknik ini, peneliti akan memilih sampel sesuai
dengan kriteria yang diinginkan dan yang dibutuhkan sehingga mempermudah
dan memperjelas penelitian.
Kriteria yang peneliti tetapkan sebagai acuannya adalah sebagai berikut :
a. Anggota SBKI yang aktif lebih dari 2 tahun
b. Pengurus dan Anggota SBKI yang terlibat aktif dalam kegiatan
26Febri Endra, Pedoman Metodologi Penelitian Statistika Praktis, (Sidoarjo: Zifatama
Jawara, 2017), hlm. 45. 27Ibid., hlm. 46.
19
pergerakan, rapat rutin, dan kegiatan yang telah diprogramkan lainnya
c. Pengurus dan Anggota SBKI yang pernah mengikuti aksi tuntutan
pembayaran upah tepat waktu, aksi seragam, aksi sosial, aksi jejaring, dan
aksi May Day.
d. Pengurus dan Anggota SBKI yang namanya terdaftar dalam SK pencatatan
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gunung Kidul
Peneliti hanya akan mengambil sampel dengan kriteria di atas, hal ini
dimaksudkan peneliti agar penelitiannya tidak melebar atau keluar konteks,
serta mudah mendapatkan data yang sesuai. Beberapa kriteria yang telah
disebutkan tersebut tidak semua Pengurus dan Anggota SBKI memiliki itu,
terutama pengurus dan anggota yang terbilang baru bergabung.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. MetodeWawancara
Metode wawancara tersebut merupakan wawancara yang terkait
dengan kesejahteraan buruh bangunan.Wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan panduan berupa pertanyaan-pertanyaan yang sudah
disiapkan sebelumnya olehpenulis.Wawancara ini ditujukan kepada
Anggota dan Pengurus SBKI yang terdiri dari 10 orang yang memenuhii
kriteria yang peneliti tetapkan di Purposive Sampling.
b. MetodeObservasi
Selain metode wawancara, peneliti juga menggunakan metode
observasi non partisipatif. Metode ini dilakukan dengan peneliti yang
melibatkan pelaku yang bersangkutan dengan kesejahteraan buruh
20
bangunan.Metode ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan dan
melihat lokasi kerja pelaku. Metode ini juga digunakan sebagai verifikasi
data dengan melibatkan narasumber lain.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan sebagai penguat data yang
diperoleh peneliti saat melakukan observasi dilapangan. Baik berupa foto
maupun data wawancara yang diperoleh terkait buruh gerakan buruh di
SBKI dalam peningkatan kesejahteraan.
5. AnalisisData
a. ReduksiData
Dalam metode ini peneliti mendeskripsikan hasil wawancara dalam
bentuk transkip yang terpisah. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah
peneliti dalam menyajikan data.
b. Penyajian Data
Dalam metode ini peneliti mengurangi data yang tidak sesuai dengan
tema penelitian sehingga mempermuda proses penarikan kesimpulan dan
data yang disajikan mudah dipahami dengan jelas.
c. PenarikanKesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data tersusun, namun
dalam menverifikasi data guna penarikan kesimpulan perlu adanya uji
kebenaran dan kesesuaian data lapangan sehingga validitas terjamin. Uji
validitas data menggunakan metode keabsahan data/Triangulasi. Dalam
metode ini peneliti melakukan pembandingan dari hasil wawancara dan
21
observasi yang diperoleh antara narasumber satu dengan yang lain,
kemudian menggunakan data dokumentasi untuk pelengkap keabsahaan data
yang didapat. Sehingga dengan adanya pembanding data satu dengan data
lain yang diperoleh penyimpulan data dengan tepat.
H. SistematikaPembahasan
Sistematika pembahasan ini disusun untuk mempermudah pemahaman
dalam pembahasan isi skripsi. Maka sistematika ini disusun secara utuh dan
sistematis sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
sistematika pembahasan.
Bab II, dalam bab ini menguraikan secara umum tentang profil SBKI dan
aktifitas pergerakan buruh yang dilakukan dengan memperdalam pembahasan
mengenai judul tersebut yang dimaksudkan untuk pengantar di bab-bab
berikutnya.
Bab III, dalam bab ini merupakan bagian terpenting yang membahas
tentang bagaimana pergerakan buruh dalam peningkatan kesejahteraan di SBKI.
Bab IV, bab ini adalah bagian akhir dari penelitiaan yang berisi mengenai
kesimpulan dan saran terkait penelitian.
89
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan buruh organisasi dalam peningkatan kesejahteraan mengalami
peningkatan-peningkatan tertentu dari pada kondisi sebelum SBKI membentuk
organisasi dan melakukan pergerakan. Motif pergerakan yang dilakukan didasari
dari ketidakpuasan dan mobilisasi sumber daya yang dilakukan. Gerakan tersebut
berwujud pada gerakan aksi dan demonstrasi, gerakan pendidikan dan pelatihan,
serta gerakan jejaring.
Gerakan buruh organisasi SBKI mengalami peningkatan kesejahteraannya
berdasarkan kondisi sejahtera menurut James Midgley. Dalam praktik gerakan
SBKI, Anggota mengalami peningkatan atas usaha memenej masalah sosial
dengan baik berkat peranan organisasi dan gerakan yang dilakukan. Lalu dalam
pemenuhan kebutuhan hidup, gerakan SBKI mampu untuk meningkatkan kondisi
aman atas terancamnya potensi pelanggaran hak dari mandor atau pemberi kerja
yang dilakukan. Kemudian dalam potensi sosial yang terbuka secara maksimal,
gerakan yang dilakukan SBKI mampu meningkatkan kapasitas individu dan sosial
dalam organisasi dalam pemanfaatan peluang-peluang sosial yang ada, seperti
kegiatan bakti sosial dan usaha ekonomi kreatif organisasi yang dilakukan.
Hambatan organisasi dalam pergerakannya terbagi secara internal dan
eksternal. Secara internal, gerakan SBKI dibatasi oleh perbedaan latar belakang
beserta waktu dan tempat kerja dari anggota yang menyebabkan gerakan SBKI
belum bisa maksimal. sedangkan secara eksternal, kebijakan negara dan
90
masyarakat secara umum belum menaruh perhatian besarnya pada perjuangan dari
serikat yang dibentuk oleh buruh bangunan yang dilakukan oleh SBKI.
B. Saran
Gerakan SBKI dalam peningkatan kesejahteraan perlu untuk terus dilanjutkan. Tak
terkecuali juga mengevaluasi hambatan-hambatan yang selama ini dihadapi.
Terutama penting sekali gerakan SBKI ini untuk semakin meluas dan menguatkan
nilai tawarnya. Gerakan SBKI ini menarik karena organisasi buruh bangunan yang
dalam ikatan informalnya ini ternyata memiliki legalitas dari Dinas Tenaga Kerja
Daerah dan memiliki program-program dan mekanisme tertentu yang detail dalam
usaha mewujudkan tujuannya. Semakin membesarnya gerakan ini dengan tepat
maka akan semakin mewujudkan perjuangan yang semakin luas dari buruh-buruh
bangunan untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan dari negara untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Termasuk juga pengembangan cara atau metode
tertentu yang selama ini digunakan oleh SBKI dalam mengatur organisasi dan
melakukan pergerakannya perlu untuk dikabarkan, dipraktekkan, dan dilanjutkan
oleh siapa saja yang mengaku dirinya terpanggil oleh giat kemanusiaan dan
perjuangan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saefudin, Metode penelitian bidang sosial, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1990).
Arthawait, Sri Ndaru, “Peran Serikat Pekerja dalam Mendorong Produktivitas dan
Peningkatan Kesejahteraan Para Pekerja Pada PT. Nippon Shokubai Indonesia-
Cilegon”, Jurnal Tirtayasa Ekonomika, Vol. 13, No. 1, April, 2018.
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian kualitatif jenis, karakteristik, dan
keunggulannya, (Jakarta: PT Gramedia, 2010).
Febri Endra, Pedoman Metodologi Penelitian Statistika Praktis, (Sidoarjo: Zifatama
Jawara, 2017).
Huda, Miftachul, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009).
Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2016).
MT, Suhari, Buruh Indonesia Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: Tri Warna Media
Publishing, 2016).
Puspitah, Ratna (red), Menaker: 2018 Terjadi 157.313 Kecelakaan Kerja,
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/15/plcuoz428-menaker-
2018-terjadi-157313-kecelakaan-kerja/ (diakses pada tanggal 8 April 2019 pukul
00.42).
Sejati, Arief Nurrahman, “Peran Buruh dalam Kesejahteraan Sosial Perusahaan PT.
Senang Kharisma Textile (Studi Kasus Kewajiban, Upah, Jaminan Sosial, Dan
Fasilitas Kesejahteraan Buruh Di PT. Senang Kharisma Textile, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar, Solo)”, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No.1, 2015.
Setiawan, Ade, “Gerakan Serikat Buruh Gerakan Penolakan Penuntutan Revisi Ranperda
Ketenagakerjaan 2011 Oleh Serikat Buruh Di Kabupaten Gresik”, Jurnal Politik
Muda, Vol.1, No.1 Oktober-Desember, 2012.
Sholehudin, Imam (ed), Sepanjang 2018, BPJS Catat Ada 157.313 Kasus Kecelakaan
Kerja, https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/15/01/2019/sepanjang2018-
bpjs-catat-ada-157313-kasus-kecelakaan-kerja/(diakses pada tanggal 8 April 2019
pukul 00.40).
Sihombing, Uli Parulian, dkk, Pekerja Sektor Informal; Berjuang untuk hidup (Jakarta:
LBH Jakarta, 2011).
92
Sumarsih, Nining, “Strategi Survive Buruh Bangunan”, Skripsi (Yogyakarta: Program
Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan
Kalijaga, 2009).
UU No.11 tahun 2009, tentang kesejahteraan sosial, diunduh melalui
https://peraturan.bpk.go.id/home/detail/38601/uu-no-11-tahun-2009, pada 8 April
2019, pukul 00.14).
UU No.12 tahun 2003 tentang tenaga kerja (diunduh melalui
https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/13146/undangundang-nomor-13-
tahun-2003 pada 8 April 2019, pukul 00.12).
Zuhdan,Muhammad, “Perjuangan Gerakan Buruh Tidak Sekedar Upah, Melacak
Perkembangan Isu Gerakan Buruh di Indonesia Pasca Reformasi”, Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, vol. 17, No. 3, Maret, 2014.