aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu...

118
AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU INDONESIA JAKARTA (GERKATIN JAKARTA) TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS RUNGU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : SITI SARAH AGUSTI NIM. 11140541000042 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H / 2019M

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU

INDONESIA JAKARTA (GERKATIN JAKARTA) TERHADAP

PENYANDANG DISABILITAS RUNGU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

SITI SARAH AGUSTI

NIM. 11140541000042

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1440H / 2019M

Page 2: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin
Page 3: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin
Page 4: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin
Page 5: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

i

ABSTRAK

Siti Sarah Agusti, NIM: 11140541000042, Aksi Sosial Gerakan untuk

Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta)

Terhadap Penyandang Disabilitas Rungu, di bawah bimbingan

Muhtadi, M.Si.

Penyandang disabilitas sering kali dipandang sebelah mata karena

memiliki kekurangan baik fisik maupun mental. Kekurangan tersebut

sering kali penyandang disabilitas mendapat tindak diskriminasi. Mereka

juga menghadapi kendala dalam mengakses fasilitas publik khususnya

aksesibilitas dan bahasa isyarat indonesia (BISINDO) untuk menunjang

aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Aksesibilitas merupakan bagian

dari kehidupan manusia dalam kehidupannya, sehingga aksesibilitas

sangat penting karena untuk memadai aktivitas manusia begitupula

aksesibilitas sangat penting untuk penyandang disabilitas rungu.

Sedangkan BISINDO sangat penting bagi disabilitas rungu untuk

memberikan akses informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

studi kasus (case study). Teknik pengumpulan data menggunakan

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek dan objek dalam

penelitian ini adalah terfokus pada pengurus Gerakan untuk Kesejahteraan

Tuna Rungu Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta) yang melakukan aksi

sosial mengenai aksesibilitas dan BISINDO untuk mendapatkan hak yang

setara. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksi sosial Gerkatin dapat

membantu disabilitas rungu untuk mencapai kesetaraan. Gerkatin

membantu disabilitas rungu agar mereka bisa mengembangkan bakat, hak

yang sama dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat dengar. Dengan

melakukan aksi sosial yang dilakukan Gerkatin untuk mencapai kesetaraan

hak disabilitas rungu, Gerkatin ingin memberikan informasi dan edukasi

masyarakat tentang disabilitas Tuli. Selain itu, pemerintah dapat

memahami kebutuhan disabilitas rungu di bidang informasi dan

pendidikan, sehingga tidak ada lagi diskriminasi tentang bahasa isyarat

Indonesia (BISINDO). Bahasa ini harus berkembang seperti bahasa

Indonesia. Sama halnya, dengan BISINDO, Gerkatin juga melakukan aksi

sosial terkait aksesibilitas yang masih belum terpenuhi seperti belum

tersedia akses visual di rumah sakit, bank, dan sekolah.

Kata kunci: Aksi sosial, Kesetaraan Hak Disabilitas Rungu,

Disabilitas rungu.

Page 6: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat serta hidayah-Nya dan shalawat serta salam tak lupa

peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Peneliti

bersyukur atas terselesaikannya skripsi ini setelah peneliti mengenyam

pendidikan selama lima tahun di Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini peneliti mengalami berbagai kendala dan

kejenuhan. Tidak lupa peneliti menyampaikan ungkapan terima kasih

kepada pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, motivasi, dan

arahan-arahan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti Napsiyah MSW

sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Sihabudin Noor, MA

sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Drs. Cecep

Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama.

2. Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Kesejahteraan

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Hj. Nunung Khoiriyah,

MA., sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Muhtadi, M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan

motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah

memberikan wawasan dan keillmuan serta membimbing peneliti dalam

mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

iii

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh

Civitas Akademika yang telah memberikan peneliti wawasan dan keilmuan,

serta membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada Ketua Umum GERKATIN, Pak Bambang Prasetyo yang tela

mengizinkan peneliti melakukan penelitian di GERKATIN Jakarta.

7. Kepada seluruh informan yang tergabung dalam GERKATIN Jakarta yang

telah bersedia untuk memberikan peneliti data dan informasi sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Kepada kedua orang tua peneliti tersayang dan tercinta, yang selalu menebut

nama peneliti dalam setiap doa mereka. Peneliti mohon maaf apabila terlalu

lama dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tetapi peneliti yakin

skripsi ini selesai di waktu yang tepat dan atas Ridho Allah SWT.

9. Kepada teman dekat peneliti semasa MTsN 3 Jakarta hingga saat ini, Fitri

Nuraini, Rafidha Rahma, Devani Ameliza, Tasya Monica, dan Vrilisya

Widya Sarah, yang telah memberikan peneliti dukungan dan motivasi, serta

telah bersedia senantiasa mendengarkan curahan hati peneliti.

10. Kepada teman dekat peneliti semasa MAN 13 Jakarta hingga saat ini, Rizkia

Afidah, Salsabil Sausan dan Desi Khairani yang telah memotivasi peneliti

untuk segera menyelesaikan skripsi, serta senantiasa menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitia mengenai penulisan skripsi.

11. Kepada teman dekat peneliti semasa perkuliahan hingga saat ini, Sinta

Saraswati, terima kasih telah memberikan peneliti motivasi sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta selalu mendengarkan curahan

hati peneliti.

12. Kepada Rayi Fahmi, terima kasih telah memberikan dukungan, motivasi,

dan mendampingi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2014 yang selalu

menemani dan memberikan dukungan kepada peneliti selama masa

perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14. Semua pihak yang tela memberikan dukungan motivasi, bantuan baik moril

maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

iv

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik

dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun peneliti tela berusaha

melakukan yang terbaik. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bertujuan

untuk membangun dari berbagai pihak akan peneliti terima dengan tangan

terbuka serta sangat diharapkan.

Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan, peneliti berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan semua pembaca

pada umumnya.

Jakarta, November 2019

Siti Sarah Agusti

Page 9: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii

DAFTAR BAGAN .................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................................................................... 7

E. Metode Penelitian ....................................................................................................... 9

F. Keabsahan Data ........................................................................................................ 15

G. Landasan Teori .......................................................................................................... 17

H. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aksi Sosial ................................................................................................................ 19

1. Pengertian Aksi Sosial ........................................................................................ 19

2. Tujuan dan Sasaran Aksi Sosial .......................................................................... 21

3. Proses Aksi Sosial ............................................................................................... 21

4. Model Aksi Sosial ............................................................................................... 22

5. Aksi Sosial : Sebuah Metode Kerja Sosial .......................................................... 23

B. Disabilitas ................................................................................................................. 26

1. Pengertian Disabilitas ......................................................................................... 26

2. Pengertian Tunarungu ......................................................................................... 27

C. Kesetaraan ................................................................................................................. 29

Page 10: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

vi

1. Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas ....................................................... 29

D. Kerangka Berpikir ..................................................................................................... 42

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA .......................................................................... 45

A. Profil Umum GERKATIN .......................................................................................... 45

B. Sejarah berdirinya GERKATIN .................................................................................. 46

C. Struktur Organisasi GERKATIN .............................................................................. 48

D. Visi dan Misi GERKATIN ........................................................................................ 49

E. Kegiatan dan Program Kerja GERKATIN ................................................................ 50

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Aksesibilitas .............................................................................................................. 54

1. Fasilitas Publik Ramah Disabilitas ........................................................................ 54

2. RPP Penyandang Disabilitas ................................................................................. 60

B. BISINDO .................................................................................................................... 63

1. Juru Bahasa Isyarat................................................................................................ 69

2. BISINDO menjadi kurikulum di Universitas Indonesia ....................................... 73

BAB V PEMBAHASAN

A. Aksesibilitas .............................................................................................................. 78

1. Fasilitas Publik Ramah Disabilitas ........................................................................ 78

2. RPP Penyandang Disabilitas ............................................................................... 81

B. BISINDO ................................................................................................................... 83

1. Juru Bahasa Isyarat .............................................................................................. 86

2. BISINDO menjadi kurikulum di Universitas Indonesia ..................................... 89

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 91

B. Saran .......................................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 0.1 Theoritical Sampling

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo GERKATIN

Gambar 3.2 Denah Lokasi GERKATIN

Page 12: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Bimbingan skripsi

Lampiran 3 Tabel Hasil Dokumentasi

Lampiran 4 Tabel Hasil Observasi

Lampiran 5 Pedoman Wawancara

Lampiran 6 Biodata Narasumber

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Page 13: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyandang disabilitas meliputi setiap orang yang memiliki

perbedaan kemampuan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik yang

mengalami berbagai hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dan

efektif dalam berinteraksi di lingkungan sosialnya berdasarkan kesetaraan

dengan yang lainnya (Bahrul Fuad 2015,11). Ketidaksempurnaan mereka

bukan berarti mereka tidak mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Mereka berhak atas perlindungan, kesejahteraan, kenyamanan serta

keadilan. Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas CRPD

(Convention on the Rights of Person with Disabilities) sebagaimana telah

diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang nomor 19

Tahun 2011 pada Pasal 5 menerangkan bahwa negara menjamin

kesetaraan perlindungan hukum bagi setiap orang dan melarang segala

bentuk diskriminasi atas dasar disabilitas (Purwanta 2012,284).

Kelompok minoritas dimanapun berada sangat dekat dengan

perlakuan diskriminatif. Tindakan diskrimintif berupa perkataan maupun

perbuatan. Salah satu bagian dari kelompok minoritas yang ada adalah

kelompok penyandang disabilitas. Penggunaan kata “disabilitas”

sebelumnya lebih kita kenal dengan penyandang “cacat”. Penyandang

disabilitas memiliki hak yang sama. Hak meliputi hak hidup, hak atas

pendidikan, kesehatan, pekerjaan, hak berumah tangga, hak politik, serta

hak pembangunan (Pawestri, Jurnal Era Hukum, 2, Juni 2017:164).

Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas Pasal 1 menyebutkan bahwa Penyandang Disabilitas adalah

setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,

dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi

dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk

Page 14: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

2

berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya

berdasarkan kesamaan hak.

Berkaitan dengan disabilitas, Allah SWT juga menyebutnya dalam

salah satu ayat Al-Qur‟an yakni pada surat al-Fath ayat 17 yang berbunyi:

يس لى ل ى ع م ع ج ال ز ل ح لى و ج ع ز ع ج ال ز ل ح لى و يض ع ز مل ا

ج ز ح ن م ع و ط ي للا ه ىل س ر و ه ل خ د ات ي ن ي ج ز ج ن ت ا م ه ت ح ار ت ه ن ال ن م و

ل ى ت ي ه ب ذ ع ا ي اب ذ ا ع يم ل أ

“Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang

pincang dan atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). dan

Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan

memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan

azab yang pedih”. (Q.S Al-Fath:17)

Dalam penelitian berjudul Disabilitas dalam Al-Qur‟an yang

diteliti oleh (Rofi‟atul Khoiriyah 2015,6) menjelaskan asbabun nuzul ayat

ini adalah adanya keresahan orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik,

baik karena cacat fisik ataupn karena sakit, akan perintah berjihad yang

sesungguhnya diarahkan kepada kelompok munafik yang enggan berjuang

meskipun kondisi fisik mereka sangat memungkinkan. Karena adanya

ancaman al-Qur‟an terhadap sekelompok orang yang secara fisik memiliki

keterbatasan resah dan mengadu kepada Rasulullah, langkah terbaik apa

yang semestinya mereka ambil.

Data menunjukan bahwa jumlah disabilitas di Indonesia saat ini

mencapai angka 12 persen sebagaimana survey yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS). Sampai dengan tahun 2016, jumlah

penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 12,7 persen dimana yang

termasuk di dalam kategori sedang sebanyak 10,29 persen dan kategori

berat sebanyak 1,87 persen. Sementara untuk prevalensi disabilitas

provinsi di Indonesia antara 6,41 persen sampai 18,75 persen. Tiga

provinsi dengan tingkat prevalensi tertinggi adalah Sumatra Barat, Nusa

Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Dari angka 12,15 persen

penyandang disabilitas 45,74 persen tingkat pendidikan penyandang

Page 15: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

3

disabilitas tidak pernah atau tidak lulus SD, jauh dibandingkan non-

penyandang disabilitas yang sebanyak 87,31 persen berpendidikan SD

keatas. Dengan jumlah penyandang disabilitas perempuan yaitu 53,37

persen. Sedangkan sisanya 46,63 persen adalah laki-laki.

Mengutip dalam laman internet dari Diamma.com

(http://diamma.com/2018/04/09/surya-sahetapy-kami-memilih-disebut-

tuli/) diakses pada 10 April 2018 pukul 22.00 WIB Penggunaan kata

tunarungu dan Tuli untuk penderita keterbatasan pendengaran masih

menjadi polemik dikalangan banyak pihak. Pasalnya kebanyakan orang

lebih memilih menggunakan kata tunarungu dibandingkan Tuli, karena

menganggap tuna rungu lebih sopan dibandingkan dengan Tuli. Namun,

aktivis Tuli dan teman-teman Tuli lebih senang dengan penggunaan kata

Tuli dibandingkan tunarungu. Tuli adalah kelompok bahasa isyarat yang

memiliki identitas, budaya, dan komunitas tuli. Dalam masyarakat ternyata

istilah inklusi belum dapat dikatakan familiar. Inklusi sendiri memiliki arti

pendekatan dan melibatkan semua orang dengan berbagai latar belakang

yang berbeda, juga karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik,

budaya dan lainnya.

Berbagai upaya perlu dilakukan untuk menyetarakan penyandang

disabilitas sehingga mereka mendapatkan hak-hak yang seharusnya

mereka dapatkan. Kendala serta halangan terhadap penyandang disabilitas

rungu meliputi banyak hal diantaranya: Identitas tuli, hak sejak lahir,

partisipasi setara, bahasa yang setara, kesetaraan kesempatan kerja,

aksesibilitas. Hal ini mengakibatkan Tuli mengalami hambatan

komunikasi, ketinggalan informasi dan keterbelakangan sosial. Belum lagi

stigma atau pandangan negatif masyarakat yang sebagian mengganggap

Tuli adalah aib, mereka malu dan mengisolasi anggota keluarganya yang

mengalami Tuli dari pergaulan sosial. Beberapa kendala serta halangan

terhadap penyandang disabilitas rungu di atas, peneliti akan membahas

lebih dalam tentang aksesibilitas dan bahasa yang setara. Convention on

the Right of Person with Disabilities (CRPD) Pasal 9 menjelaskan bahwa

pemerintah menjamin langkah yang tepat untuk menjamin akses bagi

Page 16: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

4

penyandang disabilitas, atas dasar kesamaan dengan warga lainnya,

terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi,

termasuk sistem serta teknologi dan komuikasi, serta akses terhadap

fasilitas dan jasa pelayanan lain yang terbuka atau tersedia untuk publik.

Sedangkan bahasa yang setara dalam Convention on the Right of Person

with Disabilities (CRPD) Pasal 2 menjelaskan bahasa mencakup bahasa

lisan dan bahasa isyarat serta bentuk-bentuk bahasa non-lisan yang lain

dan komunikasi mencakup bahasa, tayangan teks, Braille, komunikasi

tanda timbul, cetak besar, multimedia yang dapat diakses seperti juga

maupun bentuk-bentuk tertulis, audio, plain-language, pembaca-manusia

dan bentuk-bentuk, sarana dan format komunikasi tambahan maupun

alternatif lainnya, sarana, termasuk informasi dan teknologi komunikasi

yang dapat diakses. Permasalahan yang paling endasar dihadapi kaum Tuli

adalah penggunaan bahasa isyarat yang belum menjadi bahasa ibu untuk

mereka. Akseibilitas komuntas Tuli terhadap fasilitas publik masih jauh

dari harapan. Tidak adanya running text di layanan publik‚ pegawai

penyedia layanan publik kurang sensitif membuat Tuli kesulitan dala

mengakes fasilitas‚ mereka juga mempunyai peluang yang kecil untuk bisa

mengakses pekerjaan.

Sebelum adanya ratifikasi atas CRPD banyak instrument-

instrument berkaitan dengan penyandang disabilitas. Dari Undang-

Undang, Peraturan Menteri terkait hingga Peraturan Daerah. Undang-

Undang yang didalamnya juga menyinggung tentang penyandang

disabilitas antara lain ketenagakerjaan, pendidikan nasional, kesehatan,

kesejahteraan sosial, lalu lintas dan angkutan jalan, perkeretaapian,

pelayaran, penerbangan, dan kepabeanan. Kondisi ini membuktikan bahwa

sesungguhnya Indonesia memiliki cukup instrument perlindungan dan

pemenuhan hak penyandang disabilitas namun terhambat pada taraf

implementasinya. Indonesia juga memiliki organisasi penyandang

disabilitas salah satunya adalah Persatuan Penyandang Disabilitas

Indonesia, yang memiliki kantor perwakilan di berbagai daerah, salah satu

yang dilakukannya adalah advokasi terhadap penyandang disabilitas agar

Page 17: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

5

hak-haknya dapat dipenuhi oleh pemerintah, serta melakukan

penggalangan dana serta kegiatan-kegiatan yang melibatkan penyandang

disabilitas (Pawestri, Jurnal Era Hukum, 2, Juni 2017: 164).

Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk

menyuarakan hak-hak disabilitas agar tidak ada lagi diskriminasi terhadap

penyandang disabilitas. Selain itu, masyarakat juga harus ikut serta dalam

menyuarakan hak-hak disabilitas. Di Jakarta terdapat sebuah organisasi

yang bernama Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN). GERKATIN memiliki fungsi untuk mengayomi dan

melindungi hak-hak seluruh disabilitas rungu di Indonesia. GERKATIN

memiliki 29 Dewan Pengurus Daerah tingkat Provinsi dan 66 Dewan

Pengurus Cabang tingkat Kota atau Kabupaten. Seluruh dewan pengurus

GERKATIN memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperjuangkan

kesamaan kesempatan penyandang disabilitas rungu dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan dan mengupayakan pemenuhan hak

penyandang disabilitas rungu (Bapak Bambang Prasetyo, 2017).

Mengutip laman internet dari Kementrian Sosial

(https://www.kemsos.go.id/content/aksi-sosial) diakses pada 15 April 2018

pukul 23.10 WIB Aksi sosial merupakan usaha-usaha untuk mengadakan

perubahan atau pencegahan terhadap praktek dalam situasi sosial yang

telah ada didalam masyarakat melalui pendidikan, persuasi atau pertukaran

melalui tujuan yang dianggap baik oleh perencana aksi sosial. Aksi sosial

merupakan suatu gerakan atau tindakan terorganisasi yang dilakukan

sekelompok orang untuk melakukan perubahan sosial.

Dari uraian di atas sangat jelas bahwa aksi sosial dilakukan untuk

menyampaikan aspirasi tentang hak-hak Tuli yang sudah dijelaskan dalam

UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Gerakan untuk

Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta)

melakukan aksi sosial agar teman-teman Tuli mendapatkan hak yang

setara sebagai manusia Bahwa orang Tuli memiliki kesempatan partisipasi

yang setara, orang Tuli harus memiliki akses yang setara untuk

berpartisipasi dalam hubungan antar individu, umum, dan bidang politik

Page 18: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

6

seperti orang lain. Yang lebih penting, perlu untuk dipastikan bahwa orang

Tuli memiliki kesempatan untuk berperan sebagai pemimpin, sehingga

mereka sendiri dapat melakukan aksi sosial dan menyampaikan suara atas

hak-hak mereka secara tepat dan terlibat dalam semua proses pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Pengakuan atas

bahasa isyarat juga sebagai sarana komunikasi yang valid untuk

menyampaikan pemikiran, gagasan, dan emosi sangat diperlukan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam

mengenai “Aksi Sosial Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu

Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta) Terhadap Penyandang

Disabilitas Rungu”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Oleh karena keterbatasan penulis baik dalam segi waktu, biaya,

dan tenaga penulis. Penulis batasi pada hal Aksi Sosial Gerakan Untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta)

Terhadap Penyandang Disabilitas Rungu mengenai aksesibilitas dan

bahasa yang setara (BISINDO).

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah Aksi Sosial Gerakan Untuk Kesejahteraan

Tunarungu Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta) Terhadap

Penyandang Disabilitas Rungu mengenai aksesibilitas dan

bahasa yang setara (BISINDO) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Aksi Sosial Gerakan Untuk Kesejahteraan

Tunarungu Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta) Terhadap

Penyandang Disabilitas Rungu mengenai aksesibilitas dan bahasa

yang setara (BISINDO).

Page 19: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

7

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis penyandang

disabilitas rungu khususnya di bidang Kesejahteraan Sosial.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi

bahan masukan bagi masyarakat secara umum dan tentunya dapat

menambah wawasan bagi penulis.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Setelah penulis melakukan tinjauan kajian terdahulu, penulis

mendapatkan beberapa buku, jurnal, dan artikel dari internet yang

berhubungan dengan penyandang disabilitas rungu, melalui pendekatan

komprehensif.

Penulis juga melakukan tinajaun kajian terdahulu dari beberapa

skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang telah

diuraikan pada latar belakang masalah, khususnya mengenai pemenuhan

hak-hak penyandang disabilitas.

1. Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas Bidang

Ketenagakerjaan Di Kota Semarang (Implementasi Perda Jawa

Tengah No. 11 Tahun 2014 Tentang Pemenuhan Hak

Penyandang Disabilitas). Oleh Dessy Grestika Ratna. Jurusan

Departemen Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Lulusan 2018. Skripsi ini

berlatar belakang mengenai implementasi pemenuhan hak

penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan di Kota

Semarang. Dimana kesempatan kerja bagi penyandang

disabilitas di Kota Semarang masih minim. Penyandang

disabilitas di Kota Semarang masih merasa „dianaktirikan‟ dan

Page 20: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

8

belum bisa menikmati hak-hak sebagaimana mestinya. Mereka

menganggap masih ada diskriminasi, khususnya saat harus

bersaing untuk memperoleh pekerjaan. Dalam skripsi ini,

peneliti lebih fokus kepada implementasi kebijakan pemenuhan

hak penyandang disabilitas pada bidang ketenagakerjaan.

Berbeda dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis,

penulis akan meneliti tentang Aksi Sosial Gerkatin untuk

Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas Rungu.

2. Kinerja Pekerja Sosial Dalam Advokasi Anak Yang

Berhadapan Dengan Hukum di Yayasan Lembaga

Perlindungan Anak (YLPA) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Oleh Muhammad Iqbal Hendrawan. Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Sosial. Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lulusan 2014. Skripsi ini

berlatar belakang seorang anak memerlukan pembinaan dan

perlindungan yang khusus dalam rangka menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara

seimbang. Anak berhak mendapatkan pemenuhan haknya,

tanpa terkecuali anak yang sedang berhadapan dengan hukum

yang juga harus mendapatkan haknya sebagai anak. Disamping

itu peran lembaga sosial dan pekerja sosial merupakan ujung

tombak dalam pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial.

Dalam skripsi ini peneliti lebih fokus kepada kinerja pekerja

sosial dalam advokasi anak, berbeda dengan penelitian yang

akan diteliti oleh penulis, penulis akan meneliti tentang Aksi

Sosial Gerkatin untuk kesetaraan hak disabilitas rungu.

3. Akses Infromasi Perempuan Penyandang Disabilitas Rungu

Mengenai Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriptif pada

anggota Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

GERKATIN). Oleh Desrellita Amantha Putri. Jurusan

Kesejahteraan Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Indonesia. Lulusan 2014. Skripsi ini membahas

Page 21: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

9

akses infromasi perempuan penyandang disabilitas rungu

mengenai kesehatan reproduksi yang dilakukan oleh

GERKATIN. Akses informasi yang dibahas dalam penelitian

ini mengenai komponen akases informasi dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat penyampaian informasi. Dalam

penelitian ini penulis lebih fokus kepada akses informasi

kesehatan reproduksi untuk perempuan penyandang disabilitas

rungu. Berbeda dengan penulis, penulis akan meneliti tentang

Aksi Sosial untuk kesetaraan hak penyandang disabilitas rungu.

Persamaannya terletak pada tempat penelitian.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai pada penelitian ini yaitu studi

kasus. Menurut Taylor dalam (Moleong 2005,4) penelitian kualitatif

adalah sebagai prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data

deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang

diamati. Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah

kebiasaan tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia serta berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam

peristilahannya.

Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk

membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-

fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Pendekatan ini juga

bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersifat umum yang

diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang

menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa

pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut (Moleong

2002,157).

Page 22: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

10

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian studi kasus. Studi kasus adalah

salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Studi kasus sebagai

salah satu jenis pendekatan deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu individu atau

suatu lembaga tertentu. Secara umum, studi kasus merupakan strategi

yang lebih cocok bila pokok pertanyaan berkenaan dengan bagaimana

dan mengapa, metode penelitian studi kasus secara khusus menyelidik

fenomena kontemporer (sedang berlangsung atau telah berlangsung)

yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata (Robert K Yin 2004,1)

Kasus sebagai objek penelitian studi kasus digunakan untuk

memberikan contoh pelajaran dari adanya sutau perlakuan dalam

konteks tertentu. Kasus yang dipilih dalam penelitian studi kasus harus

dapat menunjukkan terjadinya perubahan atau perbedaan yang

diakibatkan oleh adanya perilaku terhadap konteks yang diteliti. Dalam

penelitian studi kasus sumber data yang lengkap menjadi hal penting

untuk mengungkapkan fakta dibalik kasus yang diteliti. Sehingga

dalam pelaksanaan penelitian, peneliti tidak hanya menggunakan

sumber data dari subjek penelitian saja tetapi juga menggali data dari

sumber-sumber yang mengetahui permasalahan kasus (Imam Gunawan

2013,116). Penelitian kualitatif tidak dibatasi pada kategori-kategori

tertentu, sehingga memungkinkan peneliti untuk mempelajari dan

menemukan isu-isu tertentu secara mendalam terkait dengan masalah

yang diteliti. Penelitian ini tidak berusaha untuk memanipulasi setting

penelitian. Data dikumpulkan dari latar yang alami (natural setting)

sebagai sumber data langsung. Selain itu, permasalahan yang akan

dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka seperti pada penelitian

eksperimen maupun kuantitatif, melainkan study secara mendalam

terhadap suatu fenomena dengan mendeskripsikan masalah secara

terperinci dan jelas berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan

fokus penelitian. Adapun masalah yang diambil dalam penelitian ini

adalah bagaimana aksi sosial yang dilakukan GERKATIN Jakarta

Page 23: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

11

untuk kesetaraan hak penyandang disabilitas rungu dan tantangan

GERKATIN Jakarta dalam menjalankan aksi sosial untuk kesetaraan

hak penyandang disabilitas rungu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tinjauan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data (Sugiyono 2009,62). Berhubungan dengan

penelitian studi kasus yang dipakai peneliti, maka peneliti

menggunakan empat sumber bukti yang dapat dijadikan fokus

penelitian yaitu wawancara mendalam, observasi langsung,

dokumentasi dan rekaman arsip (Robert K Yin 2004, 103-118) :

a. Wawancara mendalam atau wawancara intensif kebanyakan

tidak terstruktur. Dengan tujuan untuk mendapatkan data yang

mendalam. Wawancara merupakan salah satu sumber informasi

terpenting dalam studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara studi kasus bertipe open-ended yang

berarti peneliti dapat bertanya kunci fakta-fakta atau peristiwa

disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Peneliti

akan mewawancarai lima narasumber yang berhubungan

dengan penelitian, diantaranya sumber utama adalah Bapak

Bambang Prasetyo Ketua Umum GERKATIN Jakarta, Ibu

Juniati Effendi Wakil Ketua Umum GERKATIN Jakarta,

Wilma Redjeki Wakil Sekretaris Umum GERKATIN Jakarta,

Siti Rodiah Wakil GERKATIN Kepemudaan, Laura Lesmana

Ketua PUSBISINDO. Pada tahapan ini dalam menghimpun

data ialah melakukan wawancara mengenai aksi sosial

GERKATIN Jakarta untuk kesetaraan hak penyandang

disabilitas rungu. Peneliti melakukan wawancara terkait aksi

sosial GERKATIN mengenai aksesibilitas dan BISINDO.

Tabel.01 Theoritical Sampling

No Informan Jenis Data Jumlah Metode

1 Bambang Profil

Page 24: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

12

Prasetyo GERKATIN,

Sejarah

GERKATIN,

Visi Misi

GERKATIN,

Aksi sosial

GERKATIN

tentang RPP

Disabilitas,

Aksesibilitas,

dan BISINDO.

1

Wawancara,

Studi

Dokumentasi

No Informan Jenis Data Jumlah Metode

2 Juniati

Effendi

Aksi sosial

GERATIN

mengenai

perekrutan Juru

Bahasa Isyarat.

1

Wawancara,

Studi

Dokumentasi

3 Wilma

Redjeki

Struktur

organisasi

GERKATIN

Jakarta.

Penjelasan

tentang

BISINDO.

1

Wawancara,

Studi

Dokumentasi

4 Siti Rodiah Aksi sosial

GERKATIN

terkait

aksesibilitas

(fasilitas

publik), dan

BISINDO.

1

Wawancara,

Studi

Dokumentasi,

Rekaman

Page 25: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

13

Tentang RPP

Disabilitas dan

Faktor

penghambat dan

pendukung aksi

sosial

GERKATIN

untuk

kesetaraan hak

disabilitas

rungu.

arsip

5 Laura

Lesmana

Aksi sosial

GERKATIN

tentang

BISINDO,

BISINDO

sebagai mata

kuliah

Universitas

Indonesia.

1

Wawancara,

Studi

Dokumentasi

b. Observasi Langsung yaitu melakukan pengamatan langsung

untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang diperlukan

tersebut terkait dengan persoalan yang diangkat oleh peneliti.

Observasi juga merupakan teknik pengumpulan data yang

sering digunakan untuk jenis penelitian kualitatif. Bukti

observasi seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi

tambahan tentang topik yang akan diteliti. Melalui metode ini

peneliti mengamati langung, merekam hasil wawancara,

berfoto dengan narasumber yaitu Bambang Prasetyo Ketua

Umum GERKATIN, Ibu Juniati Effendi Wakil Ketua Umum

GERKATIN Jakarta, Ibu Wilma Redjeki Wakil Sekretaris

Page 26: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

14

GERKATIN Jakarta, Siti Rodiah Wakil GERKATIN

Kepemudaan, Laura Lesmana Ketua PUSBISINDO mencatat

hal-hal yang berkaitan dengan aksi sosial GERKATIN untuk

kesetaraan hak penyandang disabilitas rungu. Dengan adanya

observasi membuat peneliti lebih mengetahui objek, kondisi

dan bagaimana terjadinya aksi sosial GERKATIN untuk

kesetaraan hak disabilitas rungu. Sesuai observasi yang

dilakukan peneliti mengenai GERKATIN, semua pengurus

GERKATIN adalah Tuli. Selain itu, untuk aksesibilitas bagi

orang Tuli juga belum sepenuhnya terpenuhi terutama dalam

fasilitas umum. Dalam observasi yang peneliti lakukan untuk

mewujudkan BISINDO sebagai bahasa yang setara,

GERKATIN membuka kelas isyarat di beberapa tempat antara

lain: Balai kota Jakarta, ACE PPKM, Kopi Tuli, dan

Universitas Indonesia.

c. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui

foto bersama informan. Dokumentasi sendiri berperan sebagai

penguat informasi dari hasil wawancara ataupun dari observasi

yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian berlangsung dari

awal hingga akhir penelitian. Informasi yang peneliti peroleh

dari dokumentasi merupakan penggambaran dari apa yang

peneliti amati, telusuri, dan didapatkan secara sengaja guna

mendokumentasikan perjalanan seperti foto lokasi penelitian,

foto bersama informan, foto kegiatan-kegiatan aksi sosial

GERKATIN tentang aksesibilitas dan BISINDO. Dalam studi

kasus, penggunaan dokumen penting untuk mendukung dan

menambah bukti dari sumber-sumber lain.

d. Rekaman arsip yaitu peneliti merekam aspek-aspek yang

berkenaan dengan penelitian seperti gambar-gambar yang dapat

dijadikan informasi atau data, merekam setting fisik atau

tempat, peristiwa khusus dan kegiatan-kegiatan terkait dengan

penelitian ini.

Page 27: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

15

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Kantor Sekretariat GERKATIN

Jakarta yang beralamatkan di Jl. Ranco Indah Dalam No. BC Tanjung

Barat – Jakarta Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari

Maret 2108 sampai November 2019.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Gerakan untuk Kesejahteraan

Tuna Rungu (GERKATIN) Jakarta. Sedangkan objek penelitiannya

terfokus kepada pengurus Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu

(GERKATIN) Jakarta.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih

penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

dapat dengan mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain

(Sugiyono 2010,244).

Setelah data yang diperlukan terkumpul, tahapan selanjutnya

adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan masalah. Analisa yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah analisis deskriptif dimana peneliti lebih dahulu memaparkan

semua data yang diperoleh dari berbagai sumber data yang peneliti

dapat. Sesuai dengan metodologi studi kasus yang dipakai peneliti,

dalam menganalisis data studi kasus peneliti juga memaparkan hasil

data yang didapat sesuai dengan empati point yaitu wawancara

mendalam, observasi, dokumentasi, dan rekaman arsip.

F. Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya selain

digunakan untuk menanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian

Page 28: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

16

kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur

yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif

(Moleong 2007,320) .

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian

yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk

menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan

confirmability (Sugiyono 2010,270).

Teknik triangulasi yang digunakan dalam pengambilan data dengan

wawancara menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Proses

ini dilakukan guna menghasilkan informasi yang memiliki tingkat

kredibilitas yang tinggi dan dapat menggambarkan informasi yang

sesungguhnya terjadi di dalam ruang interaksi.

1. Triangulasi sumber dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Triangulasi sumber, yaitu untuk menguji data yang

ada. Maka dilakukan pada Ketua Umum GERKATIN, Wakil Umum

GERKATIN, Sekretaris GERKATIN, dan dua orang pengurus

GERKATIN. Dari lima sumber data tersebut kemudian dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan yang

spesifik. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan

kesimpulan kemudian diminta kesepakatan (member check) dengan

kelima sumber data tersebut.

2. Triangulasi teknik dalam pengujian kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan wawancara akan dicek

dengan teknik observasi, dan dokumentasi. Bila dengan berbagai

pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-

beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut keada sumber data

yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan yang dianggap

benar.

Page 29: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

17

G. Landasan Teori

Aksi sosial merupakan upaya untuk menggerakan warga masyarakat

untuk mendapatkan atau penciptakan sumber-sumber dalam memenuhi

kebutuhan. Menurut (Abu Ahmad 1990,256) dalam kamus sosiologi

menjelaskan bahwa aksi sosial (social action) adalah aksi yang dilakukan

oleh pribadi dalam situasi sosial dan tertuju pada suatu kelompok sebagai

tindakan yang terorganisasi dengan tujuan untuk mengadakan reformasi

dengan aspek perilaku manusia yang dapat diperhitungkan dari sudut

kebudayaan.

Wickendon, E (1956) menjelaskan aski sosial dibidang pekerjaan

sosial adalah proses usaha individu, kelompok, ataau antar kelompok,

dalam konteks filosofi, pengetahuan, dan keterampilan pekerjaan sosial.

Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah

sistem klien yang sering kali menjadi “korban” ketidakadilan struktur.

Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat

diorganisir melalui penyadaran, pemberdyaan dan tindakan aktual untuk

mengubah struktur kekuasaan agar lebih memunuhi prinsip demokrasi,

kemerataan dan keadilan.

H. Sistematika Penulisan

BAB I : Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah,

pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini terdapat landasan teori mengenai pokok

pembahasan meliputi definisi aksi sosial, tujuan dan sarana

aksi sosial, jenis-jenis aksi sosial, teknik penerapan aksi

sosial, pengaruh aksi sosial terhadap masyarakat,

pengertian disabilitas, jenis-jenis disabilitas, hak-hak

disabilitas.

Page 30: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

18

BAB III : Gambaran Umum Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna

Rungu Indonesia GERKATIN Jakarta, Sejarah Singkat,

Visi, Misi, Fungsi, Kegiatan, dan Struktur Organisasi.

BAB IV : Menjelaskan data dan temuan penelitian bagaiamana Aksi

Sosial Gerkatin untuk Kesetaraan Hak Penyandang

Disabilitas Rungu dan hambatan-hambatan Aksi Sosial

GERKATIN untuk kesetaraan hak disabilitas rungu

(pemaparan hasil pengamatan dan wawancara dengan

sumber primer pendukung, gambaran aksi sosial yang

dilakukan GERKATIN).

BAB V : Dalam bab ini terdapat uraian mengenai latar belakang

masalah penelitian, teori, dan rumusan teori baru dari

penelitian.

BAB VI : Penutup.

Kesimpulan, Implikasi dan Saran.

Page 31: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aksi Sosial

1. Pengertian Aksi Sosial

Aksi Sosial merupakan upaya untuk menggerakkan warga

masyarakat untuk mendapatkan atau menciptakan sumber-sumber

dalam memenuhi kebutuhan. Pekerja sosial berupaya membimbing

agar warga masyarakat menyadari akan kekurangan, memahami

potensi-potensi atau sumber-sumber yang dimilikinya dan berupaya

mengatasi masalah secara bersama.

Aksi sosial adalah suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk

mencapai tujuan perubahan kelembagaan dalam rangka memenuhi

kebutuhan, memecahkan masalah, mengoreksi ketidakadilan atau

meningkatkan kualitas hidup manusia. Terjadi atas inisiatif dari tenaga

profesional di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, politik, agama,

militer, orang-orang yang secara langsung terkena masalah. Aksi sosial

adalah usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau pencegahan

terhadap praktek dalam situasi sosial yang telah ada didalam

masyarakat melalui pendidikan, propaganda, persuasi atau pertukaran

melalui tujuan yang dianggap baik oleh perencana aksi sosial. Tujuan

dan sasaran aksi sosial adalah perubahan fundamental kelembagaan

dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan,

sumber dan pengambilan keputusan. (Drs. Hudri : Ensiklopedia Mini

Pekerjaan Sosial).

Menurut pandangan para ahli, Aksi Sosial juga dapat didefinisikan

melalui dua cara antara lain:

a. Aksi sosial secara etimologi

Aksi adalah kegiatan, tindakan, perilaku, perbuatan yang

mempunyai tujuan atau maksud tertentu. Sedangkan sosial adalah

segala sesuatu mengenai masyarakat yang peduli terhadap kepentingan

Page 32: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

20

umum berkenaan dengan perilau interpersonal atau yang berkaitan

dengan proses sosial (J.P. Chaplin 1981,112).

b. Aksi sosial secara terminologi

Aksi sosial adalah usaha untuk mengadakan perubahan atau

mencegah terjadinyna perubahan “terhadap praktek” atau situasi sosial

yang telah ada dalam masyarakat melalui pendidikan, propaganda,

persuasi atau tekanan untuk mencapai tujuan yang dianggap baik oleh

perencanaan sosial. Menurut Abu Ahmad (1990) dalam kamus

sosiologi menjelaskan bahwa aksi sosial (social action) adalah aksi

yang dilakukan oleh pribadi dalam situasi sosial dan tertuju pada suatu

kelompok sebagai tindakan yang terorganisasi dengan tujuan untuk

mengadakan reformasi dengan aspek perilaku manusia yang dapat

diperhitungkan dari sudut kebudayaan.

Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat

adalah sistem klien yang sering kali menjadi “korban” ketidakadilan

struktur. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil.

Masyarakat diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan dan

tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih

memunuhi prinsi demokrasi, kemerataan dan keadilan. Sedangkan aksi

sosial menurut Lee, Porter (1937,118) dalam Paper Social Work

Methods By Renuka Kumar adalah menyarankan upaya yang diarahkan

pada perubahan hukum atau struktur aksi sosial atau ke arah inisiasi

gerakan baru untuk modifiasi praktik sosial saat ini.

Wickendon, E (1956,119) dalam Paper Social Work Methods By

Renuka Kumar menjelaskan aksi sosial di bidang pekerjaan sosial

adalah proses usaha individu, kelompok, atau antar kelompok, dalam

konteks filosofi, pengetahuan, dan keterampilan pekerjaan sosial.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui modifikasi kebijakan sosial dan berfungsinya struktur sosial

yang berfungsi untuk memperoleh kemajuan dan layanan baru.

Page 33: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

21

2. Tujuan dan Sasaran Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran aksi sosial adalah perubahan fundamental

dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses

pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan.

Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat

adalah sistem klien yang sering kali menjadi “korban” ketidakadilan

struktur. Aksi sosial berorientasi pada proses dan tujuan hasil.

Masyarakat diorgasnisir melalui penyadaran, pemberdayaan dan

tindakan aktual untuk mengubah strukutr kekuasaan agar lebih

memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.

3. Proses Aksi Sosial

Lees mengatakan langkah pertama dalam proses aksi sosial adalah

membuat orang sadar tentang masalah sosial dan situasi-situasi yang

bertanggung jawab atas masalah ini. Langkah selanjutnya adalah

mengembangkan agen yang akan menangani situasi. Ini akan

mempersiapkan strategi untuk menyelesaikan masalah dan kemudian

mengusahakan partisipasi orang untuk mencapai tujuan.

Lees telah mengkategorikan tiga jenis strategi untuk aksi sosial:

a. Kolaborasi pekerja sosial atau pekerja agen bekerja sama dengan

para pemimpin lokal untuk fokus pada kebijakan sosial yang ada

dan mencari cara untuk memperbaikinya. Asumsi dasar dari

pendekatan ini adalah homogenitas nilai dan kepentingan, dimana

persetujuan substantif terhadap proposal dapat diperoleh.

b. Persaingan dalam strategi ini pihak yang bertikai menggunakan

taktik kampanye yang diterima secara umum untuk membujuk,

untuk bernegosiasi dan untuk tawar menawar, dengan keinginan

untuk mencapai kesepakatan kerja.

c. Gangguan strategi ini menandakan pendekatan yang lebih militan

dan mungkin termasuk pemogokan, boikot, puasa, penolakan

pajak, aksi damai dll. Richard Brynt dalam Lees mengatakan dua

strategi tawar menawar dan konfrontasi. Tawar menawar berarti

Page 34: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

22

melobi, mengajukan petisi, kampanye informasi dan publisitas, dll.

Sedangkan konfrontasi mencakup pemogokan, demonstrasi, dan

aksi damai.

4. Model Aksi Sosial

Britto telah mengidentifikasi dua jenis aksi sosial:

1. Tindakan diprakarsai dan dilakukan oleh klien untuk kepentingan

massa.

2. Aksi Sosial populer. Britto mengidentifikasi tiga sub-model dari

setiap jenis aksi sosial. Dalam model pertama ia menyebutkan

jenis-jenis berikut:

a. Model tindakan legislatif: dalam model ini klien mencoba

memodifikasi kebijakan sosial yang membuat publik menentang

masalah.

b. Model sanksi: klien dengan mendapatkan kontrol atas beberapa

senjata ekonomi, sosial, politik, atau agama mencoba untuk

mendapatkan manfaat bagi masyarakat.

c. Model fisik langsung: mengambil tindakan dan menghukum

mereka yang bertanggung jawab atas penyebab ketidakadilan.

Tipe sosial kedua memiliki tiga sub-model berikut:

b. Model penyadaran berdasarkan konsep Paulo Friere tentang

menciptakan kesadaran di antara massa melalui pendidikan.

c. Model dialektika mempromosikan konflik untuk

mengeksploitasi kontradiksi dalam suatu sistem dengan

keyakinan bahwa sistem yang lebih baik akan muncul sebagai

hasilnya.

d. Mobilisasi langsung dimana isu-isu spesifik diambil oleh para

aktivis dan massa dimobilisasi untuk menggunakan protes dan

pemogokan unntuk mencapai tujuan.

Page 35: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

23

5. Aksi Sosial : Sebuah Metode Kerja Sosial

Setiap profesi memiliki pengetahuan yang teruji, yang meliputi

prinsip, teknik, metode, prosedur, alat, dan terminologi sendiri. Hal

yang sama berlaku dengan pekerjaan sosial profesional. Pekerjaan

sosial memiliki enam metode bekerja dengan orang-orang (kerja kasus,

kerja kelompok, organisasi komunitas, aksi sosial, administrasi

kesejahteraan sosial dan penelitian pekerjaan sosial). Metode-metode

ini adalah teknik yang memungkinkan orang-orang untuk berfungsi

sosial yang lebih baik. Tindakan sosial, sebagai metode praktik kerja

sosial profesional, adalah upaya terorganisir untuk mengubah atau

meningkatkan institusi sosial dan ekonomi melalui organisasi dan

mobilisasi masyarakat. Tidak seperti metode kerja sosial lainnya, aksi

sosial menekankan pada perubaan penting jangka panjang dalam

institusi sosial yang mapan. Aksi sosial mencakup gerakan reformasi

sosial, agama, dan politik, legislasi sosial, keadilan sosial dan rasial,

hak asasi manusia, kebebasan dan kebebasan sipil. Sebelumnya,

tindakan sosial dianggap sebagai alat dalam bidang organisasi

masyarakat, tetapi sekarang ini telah dianggap sebagai teknik kerja

sosial yang terpisah dan sebagai proses keempat (Siddiqui 1984,58).

Metode kerja sosial profesional adalah teknik atau pendekatan

yang memiliki karakteristik seperti: proses yang mapan dengan

tahapan yang mudah dikenali, berdasarkan pada filsafat kerja sosial,

memiliki prinsip atau pedoman atau teori, keterampilan bekerja dengan

orang yang dipelajri dan disempurnakan melalui profesional

bimbingan. Proses tindakan sosial, melewati tahap-tahap yang dapat

dikenali dan sistemasi. Pertama-tama, analisis ilmiah atau penelitian

tentang masalah sosial yang mempengaruhi masyarakat. Kemudian,

kesadaran dihasilkan mengenai berbagai aspek masalah dan orang-

orang didorong untuk megambil tindakan kolektif dan kolaboratif

untuk memecahkan masalah. Tahap ketiga berpusat pada

pengorganisasian orang-orang untuk intervensi terkoordinasi dan

terarah di tahap selanjutnya strategi yang cocok dikembangkan untuk

Page 36: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

24

mencapai tujuan dan tindakan terakhir yang diambil. Setiap proses aksi

sosial melewati tahap-tahap ini dan pekerja sosial atau aktivis

profesional dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan dalam berbagai tahap.

Metode dari pekerjaan sosial, tindakan sosial memang memiliki

prinsip-prinsip tertentu. Pertama, masyarakat harus memiliki

keyakinan dan keyakinan pada pekerja sosial (prinsip membangun

kredibilitas). Aksi sosial atau pekerja sosial harus membuat orang

percaya bahwa tindakan mereka untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan adalah sah. Strategi tertentu yang diadopsi sepeerti slogan,

pidato-pidato emosional yang kuat, akasi unjuk rasa menciptakan efek

dramatis dalam aksi sosial. Tindakan sosial tidak bergantun pada

strategi tunggal, melainkan mengadopsi berbagai cara dan saran untuk

mencapai tujuan. Tindakan sosial tidak terbatas pada satu aspek dari

masalah sosial. Sebaliknya, menekankan pada program yang memiliki

aspek multi-cabang seperti sosial, ekonomi, budaya, dll. Pekerja sosial

atau aktivis, selama aksi sosial memanfaatkan prinsip-prinsip ini untuk

mencapai tujuan keseluruhan keadilan sosial. Tindakan sosial memiliki

serangkaian tujuan dan sasaran yang pasti. Tujuan tindakan sosial

adalah redistribusi berkaitan dengan sumber daya dan kekuasaan untuk

memberikan keadilan sosial bagi semua. Tujuannya adalah

pembentukan dan pengembangan lingkungan sosial budaya yang tepat

dimana kehidupan yang lebih kaya dan lebih penuh dimungkinkan

bagi semua warga negara. Tindakan sosial bertujuan untuk mencegah

kebutuhan, solusi masalah massa, perbaikan dalam kondisi massa,

mempengaruhi intitusi, kebijakan dan praktik pengenalan mekanisme

atau program baru, redistribusi kekuasaan, sumber daya (manusia,

material dan moral) dan peningkatan kesehatan, pendidikan dan

kesejahteraan. Tindakan sosial menggunakan strategi dan taktik

tertentu sebagai alat untuk mencapai tujuannya yang membuat berbeda

dari metode kerja sosial lainnya. Mereka adalah negosiasi, persuasi,

kompetisi, gangguan, kolaborasi, tawa-menawar, penolakan pajak,

Page 37: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

25

tindak pencegahan, pawai, dll. Dapat ditekankan lagi bahwa kekerasan

dan penumpahan darah sama sekali tidak termasuk dalam strategi yang

digunakan untuk menghadapi pihak berwenang.

Pekerja sosial yang mempraktikkan aksi sosial sangat memahami

keterampilan tertentu yang dikembangkan melalui pengajaran dan

pelatihan. Mereka memiliki keterampilan membangun hubungan,

analisis objektif dari situasi sosial dan masalah, pengetahuan dan

kemampuan untuk menggunakan metode lain dari pekerjaan sosial

seperti kerja kasus, kerja kelompok, administrasi kesejahteraan sosial

secara memadai dan tepat. Para pekerja sosial memang memiliki

kemampuan untuk menggunakan hubungannya dengan klien dan

masyarakat secara konstruktif. Hubungan ini dicirikan oleh

objektivitas dan kerahasiaan di satu sisi dan kepekaan dan kehangatan

di sisi lain. Para pekerja sosial telah menguasai teknik perencanaan

program, organisasi, koordinasi dan keterampilan administratif dan

manajerial. Tindakan sosial adalah metode kerja sosial yang digunakan

untuk setiap unit masyarakat yang lebih besar dari komunitas yang

didefinisikan secara sosiologis, ini adalah upaya terorganisir untuk

mengubah atau meningkatkan institusi sosial dan ekonomi,

sebagaimana dibedakan dari metode-metode kerja sosial lainnya, yang

tidak secara khusus mencakup perubahan-perubahan penting dalam

lembaga-lembaga yang didirikan melalui konfrontasi dengan pihak

berwenang. Dapat digambarkan sebagai upaya kelompok yang

terorganisir untuk memecahkan masalah massa atau untuk tujuan yang

lebih diinginkan secara sosial dengan mencoba mempengaruhi atau

mengubah kondisi dan praktik sosial dan ekonomi dasar, selalu

melibatkan tekanan publik dalam satu bentuk atau yang lain. Namun,

itu tidak menyetujui pemaksaan fisik atau kekerasan fisik. Tujuan lai

dari aksi sosial adalah perumusan atau perubahan dalam undang-

undang sosial yang ada. Begitu undang-undang mulai berlaku

implementasinya ditingkat bawah adalah tugas penting dari para

aktivis sosial atau pekerja sosial. Dengan demikian kita melihat bahwa

Page 38: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

26

tindakan sosial, sebagai metode profesi pekerjaan sosial adalah alat

yang kuat untuk membawa perubahan positif dalam sistem sosial

untuk perbaikan massa (Siddiqui 1984,59).

B. Disabilitas

1. Pengertian Disabilitas

Menurut David Pfeiffer dalam Jurnal Difabel yang ditulis oleh

(Ro‟fah 2015,148) disabilitas sebagai bagian wajar dari kehidupan

manusia, bukan merupakan deviant atau penyimpangan, dan setap individu

mempunyai kesempatan yang sama untuk mengalami disabilitas baik

secara temporer ataupun permanen.

Sedangkan menurut Coleridge, Peter melalui World Health Organization

(WHO) mengemukakan definis difabel yang berbasis pada model sosial

seperti berikut:

a. Impairment (kerusakan/kelemahan) yaitu ketidaklengkapan atau

ketidaknormalan yang disertai akibatnya terhadap fungsi tertentu.

Misalnya, tidak lengkapnya salah satu bagian tubuh seperti kaki akibat

kecelakaan mengakibatkan ketidakmampuan berjalan secara normal.

b. Disability/handicap atau cacat/ketidakmampuan adalah kerugian atau

keterbatasan dalam aktivias tertentu sebagai akibat faktor-faktor sosial

yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memperhitungkan orang-

orang yang menyandang “kerusakan/kelemahan” tertentu dan

karenanya mengeluarkan prang-orang itu dari arus aktivitas sosial.

Istilah Difabel merupakan kepanjangan dari ”differently abled”

(perbedaan kemampuan). Difabel ini merupakan tema bar yang

digagas untuk menggantikan istilah “penyandang cacat” (Coleridge,

Peter 1997,132).

Definisi disabilitas menurut UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas menjelaskan bahwa penyandang disabilitas

adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,

mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

Page 39: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

27

berinteraksi dengan lingkungan dan mengalami hambatan dan

kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga

negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Adapun pengertian disabilitas yang dikemukakan oleh Disabled

People’s International (DPI) dalam Jurnal Disabilitas Sebuah

Pengantar ditulis oleh (Kusuma 2007,105) yaitu hilangnya atau

terbatasnya kesempatan untuk mengambil bagian dalam kehidupan

normal di dalam masyarakat dan tingkat yang sama dengan yang lain

dikarenakan halangan fisik dan sosial.

2. Pengertian Tunarungu

Dijelaskan dalam Panduan pelaksanaan komunikasi total bagi

orang dengan kecacatan rungu wicara (Kementrian Sosial 2010,6)

bahwa orang dengan kecacatan rungu wicara adalah seseorang yang

menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai ganguan pada fungsi

pendengaan dan bicara, sehingga tidak dapat melakukan komunikasi

secara normal.

Tunarungu diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan

pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

berbagai rangsangan, terutama mealui indera pendengarannya (T.

Sutjihati 2006,93).

1. Klasifikasi Tuna Rungu

Ada beberapa jenis gangguan pendengaran, tergantung dari suatu

pendengaran yang dijelaskan oleh (I Ketut Suaja 2003, 16-18) :

2) Berdasarkan bagian alat pendengaran yang mengalami

kerusakan, jenis gangguan pendengaran dapat dibagi

menjadi:

a) Tuna Rungu Konduksi (conduction deafness)

Telinga bagian luar dan tengah mengalami kerusakan.

Getaran-getaran udara tidak ditangkap oleh membrane

tympani dan getaran suara tidak dapat mencapai syaraf

pendengaran.

Page 40: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

28

b) Tuna Rungu Perceptif (perceptife-lose-deafness)

Yang mengalami kerusakan ialah telinga bagian dalam,

sehingga serabut-serabut tidak dapat berfungsi. Akibatnya,

getaran-getaran suara tidak dapat diteruskan atau

disampaikan ke pusat syaraf pendengaran di otak. Mungkin

organ pendengaran bagian luar dan tengah normal tetapi

rangsangan suara (impulse) yang ditangkapnya tidak dapat

diteruskan ke otak.

c) Gejala Tuli Campuran (mixed-deafness)

Seluruh organ luar rusak, baik bagian luar, tengah maupun

dalam.

3) Berdasarkan tingkat gangguan yang dialami tuna rungu

dapat dibagi atas:

a. Tuna Rungu ringan (0-25 dB)

Penderita kelihatan normal pendengarannya, dapat

mengikuti sekolah seperti biasa, dapat mengobrol,

intensi, rytme, tekanan, kecepatan suara dengan baik

dan mimik normal.

b. Tuna Rungu ringan (30-40 dB)

Lip reading dan speech reading dikerjakan dengan baik

oleh si penderita, namun ia sedikit mengalami

kesukaran dalam menangkap pembicaraan tanpa

melihat pembicara dan daya pemahaman biasa dapat

diperbaiki dengan memakai alat bantu dengan-hearing-

aid.

c. Tuna Rungu sedang (40-60 dB)

Si penderita hanya dapat menangkap pembicaraan

melalui pendengarannya, kalau suara diperkeras. Daya

tanggap dan daya perhatian terhadap bahasa akan lebih

baik lagi bila dibantu oleh penglihatan dan peranan

hearing-aid dalam lip reading dan speech reading amat

penting.

Page 41: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

29

d. Tuna Rungu berat (60-70 dB)

Kualitas suara masih dapat diperbaiki dengan latihan-

latihan dan memakai hearing-aid. Sebelum mendapat

pendidikan khusus, si penderita mengalami kesukaran

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

e. Tuli dan Tuli berat (70 dB dan lebih parah)

Si penderita tidak dapat menangkap bahasa lisan

maupun memakau hearing-aid. Pemakaian hearing-aid

tetap berguna dalam kaitan dengan efek psikologis dan

untuk pengembangan dirinya.

C. Kesetaraan

Kesetaraan berasal dari kata setara yang memiliki arti „sejajar‟,

„sederajat‟, „sama tingginya‟, „sama tingkatnya‟, „sepadan‟, atau

„seimbang‟ (Sugono et al., 2008, 1451). Kesetaraan, dengan demikian

berarti kesejajaran, kesederajatan, atau kesamaan. Kata kesetaraan secara

umum digunakan untuk menunjukkan keadaan yang sama, sejajar, atau

sebanding. Dalam kehidupan sosial yang dijelaskan oleh (Dadang

Supardan 2008,25) kesetaraan lazim digunakan untuk menggambarkan

keberadaan individu atau kelompok individu yang masing-masing

memiliki kedudukan serta hak dan kewajiban yang sama. Kehidupan sosial

yang setara adalah kehidupan yang individu dan kelompok individu di

dalamnya memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

Kesetaraan sosial adalah tata politik sosial dimana semua orang yang

berada dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status

yang sama. Setidaknya, kesetaraan sosial mencakup hak yang sama di

bawah hukum, merasakan keamanan, memperoleh hak suara, mempunyai

kebebasan untuk erbicara dan berkumpul, dan sejauh mana hak tersebut

tidak merupakan hak-hak yang bersifat atau bersangkutan secara personal.

1. Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas

Dalam konvensi hak-hak penyandang disabilitas (Convention On The

Right Of Persons With Disabilites) terdapat penjelasan mengenai hak-hak

penyandang disabilitas. Dijelaskan dalam Pasal 1 Conventon On The

Page 42: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

30

Rights Of Persons With Disabilites (CRPD), bahwa tujuan konvensi ini

adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin penikmatan secara

penuh dan setara semua hak-hak manusia dan kebebasan fundamental oleh

semua penyandang disabilitas, dan untuk meningkatkan penghormatan

atas martabat yang melekat pada mereka. Penyandang disabilitas

mencakupi mereka yang memiliki penderitaan fisik, mental, intelektual,

atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana interaksi dengan berbagai

hambatan dapat menyulitkan partisipasi penuh dan efektif dalam

masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.

a. Pasal 2

Definisi dalam tujuan konvensi ini adalah:

“Komunikasi” mencakupi bahasa, tayangan teks, Braille, komunikasi

tanda timbul, cetak besar, multimedia yang dapat diakses seperti juga

maupun bentuk-bentuk tertulis, audio, plain-language, pembaca-manusia

dan bentuk-bentuk, sarana dan format komunikasi tambahan maupun

alternatif lainnya, sarana termasuk informasi dan teknologi komunikasi

yang dapat diakses;

“Bahasa” mencakup bahasa lisan dan bahaasa isyarat serta bentuk-bentuk

bahasa non-lisan yang lain;

“Diskriminasi berdasarkan disabilitas” berarti setiap pembedaan

pengecualian, atau pembatasan atas dasar disabilitas yang bermaksud atau

berdampak pengurangan atau peniadaan pengakuan, penikmatan dan

pelaksanaan, atas dasar kesetaraan dengan manusia lainnya terhadap

semua hak-hak manusia dan kebebasan fundamental dalam bidang politik,

ekonomi, sosial, kebudayaan sipil, atau lainnya. Hal ini mencakupi semua

bentuk diskriminasi, termasuk penolakan atas pemberian akomodasi yang

patut;

“Akomodasi yang patut” berarti modifikasi dan penyesuaian yang harus

dan sesuai, dengan tidak memberikan beban tambahan yang tidak

proporsional atau tidak perlu dalam menghadapi kasus khusus, guna

menjamin penikmatan dan pelaksanaan semua hak-hak asasi manusia dan

kebebasan fundamental berdasarkan kesetaraan penyandang disabilitas.

Page 43: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

31

“Desain universal” berarti desain produk, lingkungan, program-dan

pelayanan yang dapat digunakan oleh semua orang, semaksimal mungkin,

tanpa memerlukan suatu adaptasi atau rancangan khusus. “Desain

universal” tidak dapat mengesampingkan alat bantu bagi kelompok khusus

penyandang disabilitas pada saat diperlukan.

b. Pasal 3

Prinsip Umum dalam Convention On The Right Of Persons With

Disabilities (CRPD), Prinsip-prinsip Konvensi adalah sebagai berikut:

a. Penghormatan pada martabat yang melekat, otonomi individual,

termasuk kebebasan untuk menentuan pilihan, dan kemerdekaan

perseorangan;

b. Non-diskriminasi;

c. Partisipasi penuh dan efektif dan keikutsertaan dalam

masyarakat;

d. Penghormatan atas perbedaan dan penerimaan penyandang

disabilitas sebagai bagian dari keragaman manusia dan

kemanusiaan;

e. Kesetaraan kesempatan;

f. Aksesisbilitas;

g. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan;

h. Penghormatan atas kapasitas yang terus tumbuh dari

penyandang disabilitas anak dan penghormatan hak

penyandang disabilitas anak guna mempertahankan identitas

mereka.

c. Pasal 5

Persamaan dan Non-diskriminasi

1. Negara-Negara Pihak mengakui bahwa semua manusia adalah

sama di hadapan dan di bawah hukum dan berhak, tanpa

diskriminasi, untuk mendaatkan perlindungan dan manfaat

hukum yang sama.

2. Negara-Negara Pihak wajib mencegah semua diskriminasi

yang difundamentalkan disabilitas serta menjamin

Page 44: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

32

perlindungan hukum yang sama dan efektif bagi penyandang

disabilitas terhadap diskriminasi dengan fundamental alasan

apa pun.

3. Dalam rangka memajukan persamaan dan menghapuskan

diskriminasi, Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah-

langkah yang layak untuk menjamin bahwa penyesuaian-

penyesuaian yang beralasan diberikan.

4. Langkah-langkah khusus yang diperlukan untuk mempercepat

atau mencapai persamaan bag penyandang disabilitas secara de

facto tidak boleh dianggap sebagai diskriminasi di bawah

Konvensi ini.

d. Pasal 9

Aksesibilitas

1. Agar penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan

berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan,

Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah yang tepat

untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas, atas dasar

kesamaan dengan warga lainnya, terhadap lingkungan fisik,

transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk sistem serta

teknologi informasi dan komunikasi, serta akses terhadap

fasilitas dan jasa pelayanan lain yang terbuka atau tersedia untuk

publik, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Langkah-

langkah wajib meliputi identifikasi dan penghapusan kendala

serta halangan terhadap aksesibilitas, wajib berlaku, inter alia :

a. Gedung-gedung, jalan-jalan, sarana transportasi, clan

fasilitas dalam dan luar ruang lainnya, termasuk

sekolah, perumahan, fasilitas medis, dan tempat kerja;

b. Informasi, komunikasi, dan layanan lainnya, termasuk

layanan elektronik dan layanan gawat darurat.

2. Negara-Negara Pihak wajib juga mengambil langkah-langkah

yang tepat untuk:

Page 45: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

33

a. Mengembangkan, menyebarluaskan, dan memantau

pelaksanaan standar minimum dan panduan untuk

aksesibilitas terhadap fasilitas dan layanan yang terbuka

atau tersedia untuk publik;

b. Menjamin bahwa sektor swasta yang menawarkan

fasilitas dan layanan yang terbuka atau tersedia untuk

publik mempertimbangkan seluruh aspek aksesibilitas

bagi penyandang disabilitas;

c. Menyelenggarakan pelatihan bagi pemangku

kepentingan mengenai maslaah aksesibilitas yang

dihadapkan kepada penyandang disabilitas;

d. Menyediakan di dalam bangunan dan fasilitas lain yang

terbuka untuk publik, tanda-tanda dalam huruf Braille

dalam bentuk yang mudah dibawa dan dipahami;

e. Menyediakan bentuk-bentuk bantuan dan perantara

langsung, termasuk pemandu, pembaca, dan

penterjemah bahasa isyarat profesional untuk

memfasilitasi terhadap bangunan dan fasilitas lain yang

terbuka untuk publik;

f. Meningkatkan bentuk bantuan dan dukungan lain yang

tepat bagi penyandang disabilitas untuk mejamin akses

mereka terhadap informasi;

g. Memajukan akses bagi penyandang disabilitas terhadap

sistem serta teknologi informasi dan komunikasi yang

baru, termasuk internet;

h. Memajukan desain, pengembangan, produksi, dan

distribusi sistem serta teknologi informasi dan

komunikasi yang dapat terakses sejak tahap awal,

sehingga sistem serta teknologi ini dapat terakses

dengan biaya yang minimum.

Page 46: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

34

d. Pasal 12

Pengakuan atas Persamaan di Muka Hukum

1. Negara-Negara Pihak menegaskan kembali bahwa

penyandang disabilitas memiliki hak untuk diakui

dimana pun berada sebagai seorang manusia di muka

hukum.

2. Negara-Negara Pihak wajib mengakui bahwa

penyandang disabilitas memiliki kapasitas hukum atas

dasar kesamaan dengan orang lain dalam semua aspek

kehidupan.

3. Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah yang

tepat untuk menyediakan akses bagi penyandang

disabilitas terhadap bantuan yangm ungkin mereka

perlukan dalam melaksanakan kapasitas hukum mereka.

4. Negara-Negara Pihak wajib menjamin bahwa seluru

langkah yang terkait dengan pelaksanaan kapasitas

hukum menyediakan pengamanan yang tepat dan

efektif untuk mencegah penyalahgunaan, selaras dengan

hukum hak asasi manusia international. Pengamanan

tersebut wajib menjamin bahwa langkah yang terkait

dengan pelaksanaan kapasitas hukum menghormati

hak-hak, kehendak dan pilihan penyandang disabilitas

bersangkutan, bebas dari konflik kepentingan dan

pengaruh yang tidak semestinya, proporsional dan

disesuaikan dengan keadaan penyandang disabilitas

bersangkutan, diterapkan dalam waktu sesingkat

mungkin dan dikaji secara teratur oleh otoritas atau

badan yudisial yang kompeten, mandiri dan tidak

memihak. Pengamanan wajib bersifat proporsional

hingga pada tingkat dimana ketentuan semacam ini

memberikan dampak terhadap hak dan kepentingan

penyandang disabilitas bersangkutan.

Page 47: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

35

5. Merujuk dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal ini,

Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah yang

tepat dan efektif untuk menjamin hak yang sama bagi

penyandang disabilitas dalam memiliki: atau mewarisi

properti, dalam mengendalikan masalah keuangan

mereka dan dalam memiliki persamaan akses terhadap

pinjaman bank, kredit perumahan, dan bentuk-bentuk

lain kredit keuangan, dan Negara-Negara Pihak wajib

menjamin bahwa penyandang disabilitas tidak

dikurangi kepemilikannya secara sewenang-wenang.

e. Pasal 24

Pendidikan

a) Negara-Negara Pihak mengakui hak penyandang

disabilitas atas pendidikan.

Dalam rangka memenuhi hak ini tanpa diskriminasi

dan berdasarkan kesempatan yang sama, Negara-

Negara Pihak wajib menjamin sistem pendidikan

yang bersifat inklusif pada setiap tingkatan dan

pembelajaran seumur hidup yang terarah kepada:

a. Pengembangan seutuhnya potensi diri dan

rasa martabat dan harga diri, serta penguatan

penghormatan atas hak asasi manusia,

kebebasan fundamental dan

keanekaragaman manusia;

b. Pengembangan atas kepribadian, bakat dan

kreatifitas, serta kemampuan mental dan

fisik dari penyandang disabilitas hingga

mencapai potensi sepenuhnya;

c. Memungkinkan penyandang disabilitas

untuk beradaptasi secara efektif di dalam

masyarakat umum.

Page 48: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

36

b) Dalam memenuhi hak tersebut, Negara-Negara

Pihak wajib menjamin:

a. Penyandang disabilitas tidak dikecualikan

dari sistem pendidikan umum berdasarkan

alasan disabilitas, dan bahwa penyandang

disabilitas anak tidak dikecualikan dari

pendidikan dasar wajib dan gratis atau dari

pendidikan lanjutan berdasarkan alasan

disabilitas;

b. Penyandang disabilitas dapat mengakses

pendidikan dasar dan lanjutan inklusif,

berkualitas dan gratis atas dasar kesamaan

denga orang lain di dalam masyarakat yang

mereka tinggali;

c. Penyediaan akomodasi yang beralasan bagi

kebutuhan individual tersebut;

d. Penyandang disabilitas menerima dukungan

yang dibutuhkan, di dalam sistem

pendidikan umum, guna memfasilitasi

pendidikan yang efektif;

e. Saran pendukung individu yang efektif

tersedia di lingkungan yang dapat

memaksimalkan pengembangan akademis

dan sosial, konsisten dengan tujuan untuk

penyertaan penuh.

c) Negara-Negara Pihak wajib memungkinkan

penyandang disabilitas untuk mempelajari

kehidupan dan keahlian pengembangan sosial

untuk memfasilitasi partisipasi penuh dan setara

dalam pendidikan dan sebagai anggota

masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, Negara-

Page 49: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

37

Negara Pihak wajib mengambil langkah-langkah

yang tepat, termasuk:

a. Memfasilitasi pelajaran Braille, tulisan

alternatif, bentuk, sarana, dan format

komunikasi yang bersifat augmentatif dan

alternatif serta orientasi dan keterampilan

mobilitas, serta memfasilitasi sistem

dukungan dan mentoring sesama

penyandang disabilitas;

b. Memfasilitasi pelajaran bahasa isyarat dan

pemajuan identitas linguistik dari komunitas

tunarungu;

c. Menjamin bahwa pendidikan orang-orang,

termasuk anak-anak, yang tuna netra, tuna

rungu atau tuna netra-rungu, disampaikan

dalam bahasa, bentuk dan saran komunikasi

yang paling cocok bagi individu dan di

dalam lingkungan yang memaksimalkan

pengembangan akademis dan sosial.

d. Dalam rangka menjamin pemenuhan hak

tersebut, Negara-Negara Pihak wajib

mengambil langah yang tepat untuk

memperkerjakan guru-guru, termasuk guru

dengan disabilitas, yang memiliki kualifikasi

dalam bahasa isyarat dan/atau Braille, dan

untuk melatih para profesional dan staf yang

bekerja dalam berbagai tingkatan

pendidikan. Pelatihan akan mengikut

sertakan kesadaran mengenai disabilitas dan

penggunaan bentuk sarana dan format

komunikasi serta teknik dan bahan

pendidikan yang bersifat augmentatif dan

Page 50: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

38

alternatif gun mendukung penyandang

disabilitas.

d) Negara-Negara pihak wajib menjamin bahwa

penyandang disabilitas dapat mengakses

pendidikan umum menengah, pelatihan kejuruan,

pendidikan dewasa, dan pembelajaran seumur

hidup tanpa diskriminasi dan atas dasar kesamaan

dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan ini,

negara-negara pihak wajib menjamin bahwa

akomodasi yang beralasan bagi penyandang

disabilitas.

f. Pasal 21.b

Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat, serta Akses Terhadap

Informasi.

b) Menerima dan memfasilitasi penggunaan bahasa isyarat, Braille,

komunikasi augmentatif dan alternatif, dan semua cara, bentuk dan

format komunikkasi lainnya yang dapat diakses sesuai dengan

pilihan penyandang disabilitas dalam interaksi resmi.

g. Pasal 27

Pekerjaan dan Lapangan Kerja

1. Negara-Negara Pihak mengakui hak penyandang disabilitas

untuk bekerja, atas dasar kesamaan dengan orang lain; ini

mencakup hak atas kesempatan untuk memnbiayai hidup

dengan pekerjaan yang dipilih atau diterima secara bebas di

bursa kerja dan lingkungan, kerja yang terbuka, inklusif dan

dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Negara-Negara Pihak

wajib melindungi dan memajukan pemenuhan hak untuk

bekerja, termasuk bagi mereka yang mendapatkan disabilitas

pada masa kerja, dengan mengambil langkah-langkah tertentu,

termasuk melalui legislasi, untuk, antara lain:

Page 51: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

39

(a) Melarang diskriminasi atas dasar disabilitas terhadap segala

bentuk pekerjaan, mencakup kondisi perekrutan, penerimaan

dan pemberian kerja, perpanjangan masa kerja, pengembangan

karir dan kondisi kerja yang aman dan sehat;

(b) Melindungi hak-hak penyandang disabilitas, atas dasar

kesamaan dengan orang lain, untuk mendapatkan kondisi kerja

yang adil dan menguntungkan, termasuk kesempatan dan

remunerasi atas pekerjaan dengan nilai sama, kondisi kerja yang

sehat dan aman, termasuk perlindungan dari pelecahan dan

pengurangan kesedihan;

(c) Menjamin agar penyandang disabilitas dapat melaksanakan

hak berserikat mereka atas dasar kesamaan dengan orang lain;

(d) Mmemungkinkan penyandang disabilitas untuk mempunyai

akses efektif pada program panduan keahlian teknis umum dan

keterampilan, pelayanan penempatan dan ekahlian, serta

pelatihan keterampilan dan berkelanjutan;

(e) Memajukan kesempatan kerja dan pengembangan karier bagi

penyandang disabilitas di bursa kerja, demikian juga bantuan

dalam menemukan, mendapatkan mempertahankan, dan kembali

ke pekerjaan;

(f) Memajukan kesempatan untuk memiliki pekerjaan sendiri,

wiraswasta, pengembanan koperasi, dan memulai usaha sendiri;

(g) Mempekerjakan penyandang disabilitas di sektor

pemerintah;

(h) Mmemajukan pemberian kerja bagi penyandang disabilitas

di sektor swasta melalui kebijakan dan langkah yang tepat yang

dapat mencakup program tindakan nyata, intensif dan langkah-

langkah lainnya;

(i) Bahwa agar akomodasi yang berasalan tersedia di tempat

kerja bagi penyandang disabilitas;

(j) Memajukan peningkatan pengalaman kerja para penyandang

disabilitas di bursa kerja yang terbuka;

Page 52: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

40

(k) Meningkatkan rehabilitasi keahllian dan profesional,

jaminan kerja dan program kembali kerja bagi penyandang

disabilitas.

2. Negara-Negara Pihak wajib menjamin bahwa penyandang

disabilitas tidak berada dalam kondisi perbudakan atau

pengadilan, dan dilindungi, atas dasar kesamaan dengan orang

lain, dari kerja paksa atau wajib.

h. Pasal 30

Partisipasi dalam Kebudayaan, Rekreasi, Hiburan, dan Olah

Raga

1. Negara- Negara Pihak mengakui hak-hak penyandang

disabilitas untuk berperan atas dasar kesamaan dengan orang

lain dalma kehidupan kebudayaan, dan akan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan agar

penyandan disabilitas:

(a) Menikmati akses terhadap benda-benda kebudayaan

dalam bentuk yang mudah diakses;

(b) Menikmati akses terhadap program televisi, film, teater,

dan kegiatan kebudayaan lain dalam bentuk yang mudah

diakses.

(c) Menikmati akses ke tempat-tempat pertunjukan atau

pelayanan budaya, seperti teater, museum, bioskop,

perpustakaan, dan jasa pariwisata, dan sejauh

memungkinkan, menimati akses ke monumen dan

tempat yang memiliki nilai budaya penting;

2. Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah-langkah

yang tepat guna memungkinkan penyandang disabilitas untuk

memiliki kesempatan mengembangkan dan emnggunakan

potensi kreatif, artistik, dan intelektual, tidak hanya demi

Page 53: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

41

berdasarkan kepentingan mereka sendiri tetapi juga untuk

pengayaan masyarakat.

3. Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah-langkah

yang diperlukan, berdasarkan hukum internasional, untuk

menjamin bahwa hukum yang berdasarkan hukum

internasional, unutk menjamin bahwa hukum yang

melindungi hak atas kekayaan intelektual tidak menjadi

halangan yang tidak berdasar atau diskriminatif terhadap

akses penyandang disabilitas untuk memperoleh benda-benda

kebudayaan.

4. Penyandang disabilitas memiliki hak, atas dasar kesamaan

dengan orang lain, untuk mendapatkan penakuan dan

dukungan terhadap identitas budaya dan linguistik mereka

yang khusus, termasuk bahasa isyarat dan budaya orang tuna

rungu.

5. Dalam rangka kemungkinan penyandang diabilitas untuk

berpartisipasi, atas dasar kesamaan dengan orang lain, dalam

kegiatan rekreasi, hiburan dan olah raga, Negara-Negara

Pihak wajib mengambil langkah-langkah yang tepat guna:

(a) Mendorong dan memajukan partisipasi, sejauh

memungkinkan, dari penyandang disabilitas di dalam

kegiatan olah raga arus utama pada semua tingkatan;

(b) Menjamin agar penyandang disabilitas memiliki

kesempatana untuk menyelenggarakan, mengembangkan,

dan berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan ola raga

dan rekreasi khusus penyandang disabilitas dan untuk itu

memajukan tersedianya sumber daya bimbingan dan

pelatihan yang sesuai atas dasar kesamaan dengan orang

lain;

(c) Menjamin agar penyandang disabilitas memiliki akses

pada tempat-tempat olah raga, rekreasi, dan pariwisata;

Page 54: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

42

(d) Menjamin agar anak-anak dengan disabilitas memiliki

akses yang sama dengan anak-anak lain untuk

berpartisipasi dalam bermain, rekreasi dan kegiatan-

kegiatan hiburan dan olah raga, termasuk kegiatan di

dalam sistem sekolah;

(e) Menjamin bahwa penyandang disabilitas memiliki akses

untuk memperoleh layanan dari pihak-pihak yang terlibat

di dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan rekreasi,

turisme, hiburan, dan olah raga.

D. Kerangka Berpikir

Penyandang disabilitas adalah orang yang mengalami keterbatasan

fisik dan mental sehingga mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan

lingkungannya dan mengalami kesulitan untuk menerima pelayanan

publik yang tidak accessbile. Dari hal tersebut sudah seharusnya

penyandang disabilitas mendapat hak-haknya meliputi aksesibilitas fisik,

pendidikan, kesempatan kerja, peran serta dalam pembangunan sebagai

hak dasar kesetaraan. GERKATIN mewadahi teman-teman penyandang

disabilitas rungu agar mereka dapat mengembangkan bakat, mendapatkan

hak, dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Melalui aksi

sosial, GERKATIN melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat

membantu kesetaraan penyandang disabilitas rungu.

Adapun aksi sosial yang dilakukan GERKATIN merupakan

program kerja GERKATIN yaitu tentang aksesibilitas dan BISINDO.

Aksesbilitas sangat penting untuk memadai aktivitas manusia begitupula

aksesibilitas sangat penting untuk penyandang disabilitas rungu. Tujuan

dari aksesibilitas adalah untuk memberikan kemudahan bagi penyandang

disabilitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta memiliki

kesempatan dan peluang yang sama dalam memperoleh pelayanan publik

untuk aksesibilitas fisik maupun non fisik. Dalam Konvensi Hak-Hak

Penyandang Disabilitas pasal 9 mengatur tentang aksesibilitas agar

Page 55: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

43

penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan berpartisipasi

secara penuh dalam semua aspek kehidupan.

Mengacu pada Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas dan UU

No. 8 Tahun 2016 tentang aksesbilitas. GERKATIN melakukan beberapa

aksi sosial agar bisa mendapatkan akses yang layak untuk teman-teman

disabilitas rungu salah satunya dengan ikut berperan aktif dalam

pembentukan dan sosialisasi RPP Penyandang Disabilitas. Namun untuk

implementasi tentang aksesibilitas yang ada di dalam RPP Penyandang

Disabilitas masih terhambat karena sampai saat ini belum ada RPP yang di

sahkan oleh Pemerintah. Sosialisasi RPP Penyandang Disabilitas

dilakukan dengan diskusi dalam Bahasa Isyarat.

GERKATIN juga melakukan aksi sosial agar Bahasa Isyarat

Indonesia (BISINDO) dapat diakui oleh Pemerintah dan masyarakat

sebagai akses komunikasi antara teman Tuli dan teman dengar. Dalam aksi

yang dilakukan, GERKATIN sudah mampu merekrut tenaga Juru Bahasa

Isyarat (JBI) yang bisa membantu komunikasi teman Tuli agar mereka

mendapatkan akses informasi berita, acara acara nasional, dll. Namun hal

tersebut, belum semuanya dapat di akses dengan mudah. Masih banyak

orang awam yang belum mengenal BISINDO dan tidak tahu bagaimana

berinteraksi dengan teman Tuli. GERKATIN masih tetap berupaya untuk

bisa memperjuangkan BISINDO sebagai bahasa alamiah yang harus

diakui oleh Pemerintah dan masyarakat. Aksi sosial GERKATIN dalam

memperjuangkan BISINDO sudah mendapatkan tempat di salah satu

perguruan tinggi negeri di Indonesia yaitu Universitas Indonesia, saat ini

BISINDO sudah menjadi kurikulum di Universitas Indonesia.

Page 56: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

44

Bagan.2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Hasil

RPP Penyandang

Disabilitas :

-Belum ada RPP yang

disahkan Pemerintah.

Fasilitas Publik :

-Tersedia akses visual

dalam MRT dan Busway

-Belum tersedia teks untuk

film Indonesia di Bioskop

-Belum tersedia akses

visual di rumah sakit, bank,

dan sekolah

-Tersedia JBI di stasiun TV

untuk akses informasi berita

bagi Tuli

-Membuka kelas bahasa

isyarat diakhir pekan

Hasil

Sudah merekrut tenaga Juru

Bahasa Isyarat (JBI)

Mengajar kemahiran

BISINDO yang sudah

menjadi kurikulum di

Universitas Indonesia.

Aksesibilitas BISINDO

Kesetaraan Penyandang Disabilitas

Aksi Sosial

Page 57: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

45

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Umum GERKATIN

Tunarungu atau Tuli adalah seseorang yang kehilangan daya

pendengaran kelahiran disebabkan oleh takdir dan faktor lainnya (sakit,

musibah kecelakaan, lanjut usia). Orang tunarungu/Tuli sudah jelas

banyak menerima ketertinggalan diberbagai informasi, komunikasi dari

mulut ke mulut juga terhalang, walau disisi yang sangat tidak

menguntungkan tetapi ada pepatah mengatakan “raga boleh cacat asal

jiwanya tidak cacat” inilah yang memberi kami bersemangat untuk

mengejar ketertinggalan dan kami sanggup menamai kesetaraan dengan

orang yang berpendengaran melalui pendidikan yang akses bervisualisasi

antara lain membaca bibir, menulis, membaca teks berjalan dan

berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Dampak ketunarunguan yang dialami oleh anak tunarungu secara umum

menurut (Sastrawinata 1977,16-17), yaitu pada segi:

a. Intelegensi

Pada dasarnya kemampuan intelektual anak tunarungu sama seperti

anak yang normal pendengarannya. Anak tunarungu ada yang

memiliki intelegensi tinggi, rata-rata dan rendah. Perkembangan

intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan mereka yang

mendengar. Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi yang

anormal atau rata-rata, tetapi karena perkembangan intelegensi sangat

dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tuna rungu akan

menampakkan intelegensi yang rendak karena mengalami kesulitan

memahami bahasa.

b. Segi Bahasa dan Bicara

Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan

anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat

kaitannya dengan kemampuan mendengar. Perkembangan bahasa dan

Page 58: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

46

bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami

hambatan karena meraban merupakan kegiatan alami pernafasan dan

pita suara. Setelah masa meraban, perkembangan bahasa dan bicara

anak tunarungu terhenti. Pada masa meniru, anak tunarungu terbatas

hanya pada peniruan yang sifatnya visual yaitu gerak dan isyarat.

Perkembangan bicara selanjutnya pada anak tunarungu memerlukan

pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf

ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain. Anak

tunarungu tidak mampu mendengar bahasa, maka kemampuan

berbahasanya tidak akan berkembang bila ia tidak dididik atau doilatih

secara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan

anak yang mendengar pada usia yang sama, maka dalam

perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal.

c. Segi Emosi dan Sosial

Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasingnya individu

tunarungu dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka terasing dari

pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat diman ia

hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak

kedewasaan.

B. Sejarah berdirinya GERKATIN

Gambar 3.1 Logo GERKATIN

Dikutip dari brosur GERKATIN Jakarta, GERKATIN singkatan dari

Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia. Sehubungan dengan

Page 59: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

47

banyaknya komunitas kaum tunarungu yang bersifat kedaerahan, maka

beberapa pemimpin organisasi tunarungu berkesepakatan untuk

mengadakan Kongres Nasional I pada tanggal 23 Februari 1981 di Jakarta.

Pertemuan Kongres Nasional I itu menghasilkan keputusan yang salah

satunya adalah menyempurnakan nama organisasi menjadi satu, yaitu

Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) atau

dalam bahasa Inggrisnya menjadi Indonesia Association for the Welfare of

the Deaf (IAWD). Dalam perkembangan selanjutnya, GERKATIN/IAWD

telah terdaftar sebagai anggota World Federation of the Deaf (WFD) atau

Federasi Tunarungu se-Dunia sejak tahun 1983 yang bermarkas di

Helsinki (Finlandia). Struktur Organisasi:

1. Tingkat Nasional, terdiri dari Dewan Pembina Organisasi, Dewan

Pertimbangan Organisasi, dan Dewan Pengurus Pusat.

2. Tingkat Daerah / Provinsi, terdiri dari Dewan Pembina Daerah, Dewan

Pertimbangan Organisasi, dan Dewan Pengurus Daerah dengan jumlah

30 dari 34 provinsi.

3. Tingkat Cabang, terdiri dari Dewan Pembina Cabang, Dewan

Pertimbangan Organisasi Cabang, Organisasi Cabang dan Dewan

Pengurus Cabang dengan jumlah 69 dari 276 kota / kabupaten.

Saat ini lokasi GERKATIN berada di Jl. Ranco Indah Dalam No.47

BC RT 0005/006 Tanjung Barat, Jakarta Selatan. SMS: 081807900275,

08176733250.

Gambar 3.2 Denah Lokasi GERKATIN

Page 60: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

48

C. Struktur Organisasi GERKATIN

Struktur Organisasi GERKATIN Tingkat Pusat Periode 2015 – 2020

Dewan Pembina Pusat : Direktur ODK Kemensos RI

: Ketua Umum DNKS

: Ketua Umum PPDI Pusat

Dewan Pertimbangan Organisasi Pusat

Ketua : Ir. H. Aprizat Zakaria

Sekretaris : Rama Syahti

Dewan Pengurus Pusat

Ketua Umum : Bambang Prasetyo

Wakil Ketua Umum : Dr. Juniati Effendi

Sekretaris Umum : Tori Hermawan, S. Komp

Wakil Sekretaris Umum : Wilma Redjeki

Bendahara Umum : Ditha Indriyanti

Wakil Bendahara Umum : Achmad Ridwan Rais

Koordinator Bidang-Bidang

1. Aksesibilitas : Irdanelly

2. Kesejahteraan

2.1 Tenaga Kerja dan Keterampilan : Puti Irra Puspasari

2.2 Kesenian dan Kebudayaan : Nasruddin

2.3 Kesehatan dan Pendidikan : Myrna Mustika Sari, S.

Komp

3. Kepemudaan : Phieter Angdika

4. Olahraga : Maringan Kumala

Kurniawan

5. Organisasi : Budi Heryawan

6. Humas dan Publikasi : Panji Surya Sahetapy – Non

Aktif

7. Advokasi dan HAM : Lidya Miranita

8. Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak : Revita Alvi

Page 61: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

49

9. Hubungan Internasional : Iwan Satyawan

10. Teknologi Informatika : Fedayen Alqawai

11. Pendataan Anggota : Abdul Abbas

12. Penguatan Kapasitas : Muh. Insnaini

13. Ekonomi Kreatif dan Kewirausahaan : Wilma Rejeki

14. Peduli Lanjut Usia : Hendra Pangestu

15. Dokumentasi : Dimas Hendrayanto

Koordinator Penghubung Antar Wilayah

1. Wilayah Sumatera dan Kepulauan Riau : Ferinaldi

2. Wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat : Billy Permana

3. Wilayah Jawa Tengah, D.I Yogyakarta dan Jawa Timur

: Yuyun Maskurun

4. Wilayah Bali, NTB, dan NTT : Andri Donasi

5. Wilayah Kalimantan : Yusna

6. Wilayah Sulawesi : Yassin

7. Wilayah Papua : Ibo Hem

D. Visi dan Misi GERKATIN

a. Visi GERKATIN

1) Mencapai kesetaraan kesempatan dalam semua aspek kehidupan

dan penghidupan.

2) Menciptakan organisasi tunarungu yang madani.

3) Menjadi organisasi Nasional yang bermitra dengan Pemerintah dan

non pemerintah untuk mewujudkan tercapainya kesetaraan dalam

kesempatan, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi

tunarungu dalam segala kehidupan dan penghidupan.

b. Misi GERKATIN

1) Memberdayakan tunarungu agar dapat turut berperan aktif selaku

insane pembangunan yang berintegrasi, mandiri dan produktif di

era globalisasi.

Page 62: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

50

2) Meningkatkan kepedulian dan kesadran masyarakat umum melali

media sosial dan informasi tentang kemampuan tunarungu

menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi.

3) Meningkatkan peran tunarungu dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

4) Meningkatkan fungsi Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

sebagai bahasa utama diantara para tunarungu maupun diantara

tunarungu dengan non tunarnungu dalam berkomunikasi.

c. Tujuan dari Visi dan Misi GERKATIN

1) Menggali dan meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia

(SDM) tunarungu Indonesia.

2) Berperan aktif membantu melaksanakan usaha-usaha Pemerintah

dalam program pembangunan kesejahteraan sosial bagi tunarungu

Indonesia.

3) Mengupayakan pemenuhan hak-hak tunarungu Indonesia.

4) Untuk mencapai tujuannya, GERKATIN membentuk lembaga atau

badan usaha demi menunjang kesejahteraan tunarungu Indonesia.

d. Landasan Hukum Visi dan Misi GERKATIN

1) Hasil Kongres Nasional I GERKATIN, tahun 1981;

2) Akta Notaris Anasrul Jambi Nomor 12 tertanggal 05 Maret 1985;

3) Pengesahan dari Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 192/D, III.2/VII/2009 tertanggal 30 Juli 2009;

4) Pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM RI Nomor Register

AHU-166.AH.01.06 Tahun tetanggal 20 Desember 2010; dan

5) Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Hak

Disabilitas.

E. Kegiatan dan Program Kerja GERKATIN

a. Kegiatan yang telah dilaksanakan

1) Mengadakan PORTRIN (Pekan Olahraga Tunarungu Indonesia)

tiap tiga tahun sekali.

2) Menjadi tuan rumah pertemuan Delegasi Pengurus Tunarungu se-

Asia Pasifik ke-16 di Jakarta tahun 2004.

Page 63: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

51

3) Menjadi tuan rumah Perkemahan Kepemudaan Tunarungu se-Asia

Pasifik ke-empat di Jakarta dan Sukabumi tahun 2008.

4) Menyelenggarakan RAKERNAS I GERKATIN tahun 2009 di

Jakarta dan RAKERNAS II GERKATIN tahun 2013 di Denpasar,

Bali.

5) Mengadakan Kongres Nasional GERKATIN I sampai IX setiap

empat tahun sekali.

6) Mengajar kemahiran Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yang

telah menjadi kurikulum di Universitas Indonesia.

7) Menerbitkan pertama kali buku dengan judul “Berkenalan dengan

Bahasa Isyarata Indonesia (BISINDO)” dan buku kamus bahasa

isyarat Jakarta, Yogyakarta serta yang lain menyusul.

8) Memberikan bantuan beasiswa dari KEMENDIKNAS untuk anak

Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama yang memiliki

orangtua tunarungu pada tahun 2011 sebanyak 150 sebesar

750.000 ribu rupiah dan 1.000.000 juta rupiah untuk 250 anak dari

orangtua tunarungu tahun 2013.

9) Sosialisasi CRPD / UU No, 19 Tahun 2015.

10) Workshop Pekanbaru tahun 2015.

11) Pelatihan Guru Anak Tunarungu di Jakarta tahun 2016.

b. Program Kerja GERKATIN

1) Aksesibilitas

2) Kesejahteraan, kesehatan dan tenaga kerja

3) Kewanitaan

4) Seni budaya

5) Pendidikan

6) Advokasi

7) Hubungan masyarakat

8) Kepemudaan dan olahraga

9) Organisasi

10) Hubungan internasional

11) Ekonomi kreatif

Page 64: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

52

12) Bahasa Isyarat Alamiah Indonesia (BISINDO)

Page 65: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

53

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Manusia disebut sebagai manusia normal apabila mempunyai

organ tubuh lengkap dan berfungsi dengan baik, mempunyai kepala,

kaki/tangan, dan organ layaknya seorang manusia. Sementara bagi pihak

yang tidak memenuhi ideologi kenormalan, mereka umumnya disebut

sebagai difabel atau penyandang disabilitas. Difabel atau penyandang

disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau

mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan

baginya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, yang terdiri dari:

penyandang disabilitas fisik; penyandang disabilitas mental; penyandang

disabilitas fisik dan mental. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk

menyetarakan penyandang disabilitas sehingga mereka mendapatkan hak-

hak yang seharusnya mereka dapatkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang peneliti dapatkan tidak

sedikit yayasan ataupun organisasi yang bergerak untuk kaum difabel,

salah satunya adalah GERKATIN. GERKATIN kepanjangan dari Gerakan

untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia. GERKATIN merupakan suatu

organisasi yang berazaskan Pancasila, berdasarkan UUD 1945, bersifat

kekeluargaan, serta tidak terikat organisasi politik apapun. GERKATIN

adalah penyandang disabilitas tunarungu satu-satunya di Indonesia yang

seluruhnya dikelola oleh penyandang disabilitas tunarungu. Sebagaimana

yang dikatakan oleh Bapak Bambang sebagai Ketua Umum GERKATIN

mengenai awal terbentuk GERKATIN.

”Ada beberapa komunitas organisasi tunarungu Indonesia yang

sifatnya kedaerahan yang sudah terbentuk lebih awal. Hanya saja,

komunitas tersebut sifatnya kedaerahan, seperti yang terbentuk tahun 1960

yaitu, di Bandung ada Serikat Kaum Tuli Bisu Indonesia (SEKATUBI), di

Yogyakarta namanya Perhimpunan Tunarungu Indonesia (PERTRI), dan

Page 66: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

54

di Surabaya namanya Perkumpulan Kaum Tuli Surabaya (PEKATUR).”

(Bambang Prasetyo, 2019).

Sehubungan dengan banyaknya komunitas kaum tunarungu yang

bersifat kedaerahan, maka beberapa pemimpin organisasi tunarungu

berkesepakatan untuk mengadakan Kongres Nasional I pada tanggal 23

Februari 1981 di Jakarta. Pertemuan Kongres Nasional I itu menghasilkan

keputusan yang salah satunya adalah menyempurnakan nama organisasi

menjadi satu, yaitu Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) atau dalam bahasa Inggrisnya menjadi Indonesian

Association for the Welfare of the Deaf (IAWD). Dalam perkembangan

selanjutnya, GERKATIN/IAWD telah terdaftar sebagai anggota World

Federation of the Deaf (WFD) atau Federasi Tunarungu se-Dunia sejak

tahun 1983 yang bermarkas di Helsinki (Finlandia).

A. Aksesibilitas

1. Fasilitas Publik Ramah Disabilitas

Pemenuhan kesetaraan hak penyandang disabilitas khususnya

tunarungu tidak selalu menjadi tanggung jawab pemerintah namun

pemerintah wajib memberikan kemudahan bagi masyarakatnya untuk

mencapai hal tersebut. Peran pemerintah dalam membantu warga

khususnya penyandang disabilitas merupakan hal yang harus dilakukan

karena dalam hal ini tidak bisa sejalan apabila kedua belah pihak tidak

satu tujuan yang ingin dicapai. Dari hal tersebut maka sangat

dibutuhkan tersedianya fasilitas publik yang bersifat aksibel sehingga

penyandang disabilitas nantinya akan sangat mudah untuk

mengaksesnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas menjelaskan bahwa aksesibilitas adalah

kemudahan yang disediakan untuk mewujudkan kesamaan kesempatan

dalam segala aspek kehidupan. Aksesibilitas merupakan bagian dari

kehidupan manusia dalam kehidupannya, sehingga aksesibilitas sangat

penting karena untuk memadai aktivitas manusia begitupula aksesbilitas

sangat penting untuk penyandang disabilitas. Kesamaan kesempatan

diartikan sebagai keadaan yang memberikan peluang atau menyediakan

Page 67: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

55

akses kepada difabel untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek

penyelenggaraan negara dan masyarakat. Tujuan dari aksesibilitas

adalah untuk memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas

dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta memiliki kesempatan dan

peluang yang sama dalam memperoleh pelayanan publik untuk

aksesibilitas fisik maupun non fisik.

Pemerintah Indonesia telah menandatangani Convention on the

Rights of Persons with Disabilities (CRPD) Konvensi tentang Hak-

Hak Penyandang Disabilitas pada tanggal 30 Maret 2007 di New York.

Indonesia mengirim delegasi untuk penandatanganan yang dipimpin

oleh departemen teknis yaitu Departemen Sosial Republik Indonesia.

Empat tahun kemudian Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut

melalui Undang-undang No 19 Tahun 2011 tentang pengesahan

Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas pada tanggal 18 Oktober

2011. Penandatanganan tersebut menunjukkan Negara Indonesia untuk

menghormati, melindungi, memenuhi dan memajukan hak-hak

penyandang disabilitas, yang pada akhirnya diharapkan dapat

memenuhi kesejahteraan penyandang disabilitas.

Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas pasal 9 mengatur

tentang aksesibilitas agar penyandang disabilitas mampu hidup secara

mandiri dan berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek

kehidupan, Negara-Negara Pihak wajib mengambil langkah yang tepat

untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas, atas dasar

kesamaan dengan warga lainnya, terhadap lingkungan fisik,

transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk sistem serta

teknologi informasi dan komunikasi, serta akses terhadap fasilitas dan

jasa pelayanan lain yang terbuka atau tersedia untuk publik, baik

daerah perkotaan maupun pedesaan. Singkatnya, dalam UU No. 8

Tahun 2016 menyebutkan, aksesibilitas adalah kemudahan yang

disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan

kesempatan. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

Page 68: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

56

melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, mengenai aksi

sosial yang telah dilakukan GERKATIN tentang fasilitas publik ada

beberapa akses yang sudah tersedia untuk Tuli, dan ada juga yang

belum. Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Siti Rodiah selaku

wakil GERKATIN Kepemudaan dalam wawancara yang dilakukan

oleh peneliti.

“GERKATIN sudah melakukan advokasi contohnya di kereta

mengenai informasi visual yang tadinya belum ada, karena kan Tuli

banyak sekali naik kereta dan mereka merasa akses nya tidak ada.

Nah dari situ GERKATIN melakukan advokasi terkait untuk bisa

menambahkan akses secara visual seperti arah tujuan kereta kemana,

lalu untuk yang MRT. Jadi, sebelum MRT mulai beroperasi teman-

teman Tuli terlibat untuk mengadvokasikan kebutuhan teman-teman

Tuli untuk akses visual nya, sehingga sekarang sudah tersedia akses

visualnya. Lalu di pemerintah itu kita melakukan aksi sosial

bagaimana untuk bisa menyediakan juru bahasa isyarat. Karna kalau

di rapat-rapat dan pertemuan itu, masyarakat Tuli membutuhkan juru

bahasa isyarat (JBI) sebagai akses mereka untuk mengungkapkan apa

yang ingin mereka katakan. Lalu di TV juga mengenai berita teman-

teman Tuli ingin sekali untuk memahami mengenai berita. Mereka

memiliki keingintahuan tentang informasi yang sedang terjadi di

Indonesia. Dari situ kita mengadvokasi stasiun TV bagaimana di

berita itu ada aksesnya yaitu berupa juru bahasa isyarat (JBI).

Sehingga masyarakat Tuli yang ada di rumah bisa menikmati dan

mendapatkan informasi yang sama. Seperti itu, jadi banyak sekali

sebetulnya.” (Siti Rodiah, 2019).

Pada hasil temuan penelitian yang dilakukan peneliti, melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang peneliti dapatkan

bahwa GERKATIN salah satu organisasi difabel Tuli yang berdiri

sejak tahun 1982. Aksi sosial rutin yang dilakukan oleh GERKATIN

ialah membuka kursus bahasa isyarat setiap minggu pagi yang

bertempat di Car Free Day (CFD) Senayan, kegiatan ini terbuka

untuk umum. Masyarakat luas diperbolehkan belajar bahasa isyarat

dengan gratis. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui

wawancara oleh Siti Rodiah sebagai wakil GERKATIN Kepemudaan

mengatakan tujuan diadakan kegiatan rutin seperti ini untuk

membangun jaringan organisasi Tuli untuk membangun organisasi

Page 69: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

57

yang tidak eksklusif dan terbuka untuk masyarakat, dan juga bisa

membuka kesempatan kerja sama dengan komunitas lain.

“Saat ini GERKATIN sudah melakukan kerjasama yang pertama

dengan PUSBISINDO (Pusat Bahasa Isyarat Indonesia), lalu kita ada

PLJ (Pusat Layanan Juru Bahasa isyarat), kita berkontribusi dengan

komunitas lain juga contoh seperti pamflet, indorelawan, terus sedap

film. Jadi banyak sekali sebenarnya kita sudah bekerja sama dengan

komunitas dengan tujuan bagaimana kita bisa menyebarluaskan ke

masyarakat untuk bisa bekerja sama dengan kita” (Siti Rodiah, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Permasalahan

yang paling mendasar adalah penggunaan Bahasa isyarat yang sampai

saat ini belum menjadi Bahasa Ibu untuk teman-teman disabilitas

rungu/Tuli. Berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) pun hingga hari ini

masih memakai penggunaan bahasa oral untuk para disabilitas

rungu/Tuli. Selain itu, aksesibilitas komunitas Tuli terhadap fasilitas

publik masih jauh dari harapan. Belum tersedia running text di fasilitas

publik, serta pegawai penyedia layanan publik yang kurang sensitif

membuat Tuli kesulitan dalam mengakses fasilitas. Sebagaimana

dikatakan oleh Siti Rodiah dalam wawancara yang dilakukan oleh

peneliti.

“Dari masalah belum tersedianya akses dibeberapa fasilitas

publik dan Bahasa isyarat belum diakui penuh sebagai bahasa ibu.

GERKATIN bekerja sama dengan Pamflet dan Sedap Film,

menginisiasi sebuah program yaitu Ini Cerita Kita. Ada empat

aktivitas utama, pertama workshop vlog, kedua pembuatan film,

ketiga pembuatan situs web, dan terakhir roadshow film. Program ini

bertujuan memperkuat kapasitas anak muda Tuli untuk mengadvokasi

dan mengekspresikan diri sendiri, juga mengenalkan isu anak muda

Tuli ke publik. Paling penting yang ingin ditingkatkan adalah

perspektif yang kuat mengenai hak-hak penyandang disabilitas, cara

berkampanye, menghasilkan dan mendistribusikan informasi untuk

mendukung kampanye dan advokasi penyandang disabilitas, terutama

Tuli” (Siti Rodiah, 2019).

Hasil observasi menunjukkan seperti yang sudah diatur dalam

UU No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, namun fakta di

lapangan masih banyak yang belum dilaksanakan dengan baik. Sarana

dan fasilitas publik yang aksesibilitas dan inklusif akan menjadi

Page 70: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

58

tempat yang menyenangkan bagi masyarakat. Inklusivitas tidak hanya

terkait dengan aksesibilitas tempat umum saja, tetapi berhubungan

dengan suasana yang kondusif, aman dan nyaman bagi siapapun

termasuk penyandang disabilitas. Hal tersebut juga diperkuat oleh

pernyataan yang dikatakan oleh Wakil GERKATIN Kepemudaan.

“akses untuk kesetaraan hak disabilitas Tuli belum semua

terpenuhi masih ada beberapa. Ada yang sudah terpenuhi, ada yang

belum terpenuhi. Banyak sekali masyarakat yang masih awam dengan

Tuli, contoh misalnya kita secara visual terlihat sama dengan orang

dengar tetapi disaat kita mendengar sesuatu kita tidak bisa. Sedangkan

kita Tuli mengandalkan secara visual kalau secara fisik dilihat orang

dengar dan orang Tuli itu sama. Walaupun semua fasilitas mulai dari

bank, gedung transportasi teman-teman selalu memberikan laporan

mengenai keluhan keluhan yang ada disitu. Seperti „oh ada gedung

yang kurang akses‟, Jadi GERKATIN mendapatkan laporan-laporan

dari teman-teman Tuli sehingga bisa ditindaklanjuti oleh teman-teman

yang tergabung di GERKATIN.” (Siti Rodiah, 2019).

Aksesibilitas yang ramah disabilitas sangat penting untuk

kehidupan dan kegiatan para penyandang disabilitas terutama bagi

Tuli. Jika dilihat orang dengar dan Tuli secara visual mereka terlihat

sama, yang membedakan adalah ketika Tuli berkomunikasi. Untuk

itu, sangat diperlukan akses visual pada fasilitas publik yang ada di

Jakarta karena Tuli juga memiliki hak untuk mendapatkan akses dan

menikmati fasilitas dengan nyaman dan mudah. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara, observasi, dan

studi dokumentasi. Sebagaimana dikatakan oleh Siti Rodiah sebagai

wakil GERKATIN Kepemudaan mengenai fasilitas publik untuk

akses yang sudah ada bagi Tuli. Berikut penuturannya:

“akses setara yang sudah ada contohnya di stasiun kalau misalnya

di visualnya sudah ada, mungkin kalau untuk yang malam kereta

belum memenuhi. Lalu untuk MRT sudah sangat oke sekali

visualnya, untuk bis juga sudah oke mereka sudah mempunyai

informasi visual cuma disayangkan untuk di beberapa bank, rumah

sakit, sekolah itu masih kurang sekali untuk aksesibilitas nya. Untuk

mendapatkan akses biasanya dengan nomor antri, contohnya di rumah

sakit biasanya ada nomor antri itu akses visualnya masih belum ada

untuk nomor antri biasanya dipanggil melalui suara ya, disitu

bagaimana teman-teman Tuli masih belum ter akses karena belum

adanya informasi secara visual” (Siti Rodiah, 2019).

Page 71: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

59

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi mengenai aksesibilitas,

saat ini aksesibilitas yang belum terpenuhi bagi penyandang

disabilitas lainnya adalah di Bioskop. Penyandang disabilitas

rungu/Tuli juga berhak memperoleh hiburan, salah satunya bisa

memperoleh dengan menonton film di bioskop. Hambatan yang

sering dialami teman-teman Tuli adalah tidak tersedianya teks dalam

film tersebut, khususnya film Indonesia. Sebagaimana dikatakan oleh

Siti Rodiah dalam wawancara dengan peneliti terkait jejarin yang

dilakukan GERKATIN untuk Tuli agar bisa mendapatkan akses

tersedianya teks dalam film Indonesia di Bioskop.

“GERKATIN juga bekerjasama dengan komunitas lain seperti

Typist Bergerak, kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan

aspirasi teman-teman Tuli untuk diberikan teks pada film-film yang

sebentar lagi akan tayang di bioskop. Sejauh ini sudah ada tiga film

yang memberika teks, yaitu film “Sesuai Aplikasi”, kemudian film dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudul “Bintang

Ketjil”. Terakhir film “Keluarga Cemara”. Ada juga KamiBijak,

KamiBijak kependekan dari Kami Berbahasa Isyarat Jakarta yang

memberi kemudahan akses informasi daring ramah disabilitas terutama

mereka untuk Tuli melalui media visual dalam bentuk video Bahasa

Isyarat dan Teks. Jejaring yang dilakukan GERKATIN dengan

komunitas lain hampir semua digerakan oleh teman-teman Tuli.” (Siti

Rodiah, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi mengenai aksi sosial

GERKATIN untuk mendapatkan fasilitas publik yang ramah bagi

Tuli. Pada hasil penelitian melalui wawancara diatas, permasalahan

yang dihadapi oleh GERKATIN dan teman-teman Tuli diantaranya

akses penggunaan bahasa isyarat yang belum mendapat pengakuan

sebagai bahasa alamiah/bahasa Ibu untuk teman-teman Tuli,

kemudian akses belum tersedia teks dalam film Indonesia di bioskop,

belum tersedia akses visual di rumah sakit, bank, dan sekolah. Namun

dari permasalahan tersebut, sudah ada beberapa akses yang tersedia

seperti sudah tersedia JBI (Juru Bahasa Isyarat) dibeberapa stasiun

Page 72: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

60

TV untuk akses informasi berita bagi Tuli. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti, saat ini sudah tersedia akses visual dalam MRT

dan Busway. Mengenai akses untuk mendapatkan hiburan di bioskop,

GERKATIN melakukan jejaring dengan komunitas Tuli lain untuk

mendapatkan teks dalam film Indonesia. GERKATIN masih terus

melanjutkan perjuangannya untuk Tuli agar mendapatkan akses yang

setara dalam semua fasilitas publik yang ada di Jakarta.

2. RPP Penyandang Disabilitas

UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas mengamanatkan

pemerintah untuk menerbitkan peraturan teknis. Adanya peraturan teknis

itu terdiri dari 7 Peraturan Pemerintah (PP). Koalisi organisasi penyandang

disabilitas yang tergabung dalam Pokja Implementasi UU Penyandang

Disabilitas sudah memberikan draft alternatif untuk setiap RPP kepada

pemerintah. Pertama, rancangan PP (RPP) tentang Perencanaan,

Penyelenggaraan, dan Evaluasi Penghormatan, Perlindungan dan

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Kedua, RPP tentang Akomodasi

yang layak untuk Penyandang Disabilitas dalam Proses Peradilan. Ketiga,

RPP tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang

Disabilitas. Keempat, RPP tentang Kesejahteraan Sosial, Habilitasi dan

Rehabilitasi. Kelima, RPP tentang Pemenuhan Hak Atas Pemukiman,

Pelayanan Publik. Keenam, RPP tentang Unit Layanan Disabilitas

Ketenagakerjaan. Ketujuh, RPP tentang Konsesi dan Intensif Dalam

Penghomatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

Hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang peneliti dapatkan

bahwa salah satu program kerja GERKATIN (Gerakan untuk

Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia) tentang aksesibilitas dan Bahasa

Isyarat Indonesia (BISINDO). Untuk mencapai kesetaraan kesempatan

dalam semua aspek, GERKATIN ikut berperan aktif dalam membuat RPP

Penyandang Disabilitas dan juga meningkatkan fungsi BISINDO sebagai

bahasa utama dalam berkomunikasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh

ketua umum GERKATIN mengenai RPP Penyandang Disabilitas.

Page 73: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

61

“Program aksesibilitasi tentang 7 RPP itu seharusnya tahun 2018

seluruh RPP sudah disahkan hingga sekarang belum disahkan karena

adanya faktor silang pendapat dengan Kementerian Sosial (Kemensos)

mengenai RPP tentang Rehabilitasi dan Habilitasi. Seharusnya

Kemensos menerima draft tentang Rehabilitasi dan Habilitasi yang

dibuat oleh tim Pokja (Kelompok Kerja) dari ragam disabilitas, karena

ragam disabilitas lebih tahu merasakan bagaimana kenyamanan untuk

men-golkan RPP itu” (Bambang Prasetyo, 2019).

Hal lain juga dikatakan oleh Bapak Bambang sebagai ketua umum

GERKATIN tentang RPP Penyandang Disabilitas. Beliau ikut berperan

aktif merancang RPP Penyandang Disabilitas mewakili GERKATIN untuk

Tuli bersama dengan beberapa komunitas ragam disabilitas lainnya.

“Sampai saat ini baru ada 4 Kementerian yang sudah menindaklanjuti

tugasnya sebagai inisiator pembentukan PP sesuai dengan tugas dan

fungsinya, yaitu Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Hukum dan HAM; 1

Kementerian baru menyatakan kesiapan sebagai inisiator pembentukan

PP yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

sedangkan 2 Kementerian lain belum memberikan kepastian yaitu

Kementerian Keuangan dan Kementerian Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi.”(Bambang Prasetyo, 2019).

Bapak Bambang sebagai ketua GERKATIN Pusat menambahkan

tentang progres RPP “Berdasarkan perkembangan tersebut, Pokja

menyesalkan Kementerian yang masih ragu untuk menindaklanjuti

perintah dari UU Penyandang Disabilitas, sehingga mencerminkan

komitmen yang lemah terhadap penghormatan, perlindungan, dan

pemenuhan hak penyandang disabilitas. Namun begitu, Pokja juga

mengapresiasi kepada kementerian yang sudah melakukan tindak lanjut

sebagai inisiator pembentukan PP, dan mendorong agar proses

pembahasan di internal Pemerintah dapat berjalan dengan segera, dan tetap

melibatkan masyarakat penyandang disabilitas”.

Hal yang sama dikatakan oleh wakil GERKATIN Kepemudaan

terkait RPP Penyandang Disabilitas. Pada hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti melalui wawancara dengan Siti Rodiah sebagai wakil

GERKATIN Kepemudaan. Berikut penuturannya:

Page 74: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

62

“GERKATIN Pusat, PUSBISINDO, dan teman-teman kelompok

Tuli lain nya semua terlibat untuk menyesuaikan apa saja kebutuhan-

kebutuhan Tuli. Lalu, bagaimana kita menyepakati kebutuhan kita.

Jadi nanti dari semua komunitas, dari komunitas daksa, netra,

semuanya beberapa mengirimkan orang sebagai wakil lalu akhirnya

berdiskusi dengan pemerintah saat itu barulah pemerintah bergerak

untuk membuatnya. Saat ini masih proses dan masih sangat lambat

jadi belum semua terselesaikan. Jadi prosesnya masih satu satu” (Siti

Rodiah, 2019).

Dapat dipahami 7 PP ini tidak bisa hanya dimaknai sekadar jumlah,

tetapi peluang besar mendorong pemenuhan hak penyandang disabilitas

dalam berbagai sektor. Dengan 7 PP berarti akan ada 7 Kementerian yang

menjadi inisiator pembentukan dan membahas isu disabilitas sesuai

dengan bidang kerja masing-masing secara intensif. Dalam kesempatan itu

pula dapat tercipta interaksi yang inklusif antara pembentuk kebijakan

dengan penyandang disabilitas. Keberadaan 7 PP ini juga menjadi

penegasan bahwa disabilitas terkait dengan isu seperti pendidikan,

ketenagakerjaan, infrastruktur, pelayanan publik, perencanaan

pembangunan, dan bahkan hukum dan keuangan, tidak hanya terkait

dengan bidang sosial.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara,

menurut Siti Rodiah sebagai Wakil GERKATIN Kepemudaan hambatan

belum disahkannya RPP Penyandang Disabilitas adalah kurangnya

dukungan, kita membutuhkan masyarakat dengar terlibat membantu untuk

mensosialisasikan ke pemerintah. Kita harus mengikuti proses dan step

karena harus mulai informasikan dari bawah, tengah, lalu ke level atas

baru bisa tercapai. Sedangkan yang mendukung agar RPP segera di sahkan

adalah melalui komunitas lain yang ada di masyarakat, bidang hukum,

bidang advokasi semuanya harus bisa sama-sama bergerak dengan

komunitas disabilitas untuk mendukung terciptanya RPP tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Menurut Bapak Bambang

Prasetyo sebagai ketua umum GERKATIN yang juga terlibat dalam

pembuatan RPP tersebut, bahwa saat ini sosialisasi yang dilakukan oleh

Page 75: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

63

GERKATIN dan komunitas ragam disabilitas lain. Draft untuk RPP itu,

disampaikan dan diberikan kepada beberapa kementerian diantaranya

kementerian sosial, kemendikbud, bappenas, dan kementerian hukum dan

HAM. Sampai sekarang masih melakukan diskusi mengenai RPP tersebut,

karena masih ada silang pendapat antara komunitas ragam disabilitas

dengan kemensos mengenai rehabilitasi dan habilitasi. Perjalanan yang

masih panjang, teman-teman disabilitas lain masih terus berupaya sampai

RPP Penyandang Disabilitas di sahkan, kemudian diumumkan melalui

sosial media, TV, media cetak.

B. BISINDO

BISINDO adalah sistem komunikasi yang praktis dan efektif untuk

penyandang tunarungu Indonesia yang dikembangkan oleh tunarungu sendiri.

BISINDO digunakan untuk berkomunikasi antar sesama tunarungu atau kaum

tuli dengan masyarakat luas seperti halnya berkomunikasi dengan bahasa

sehari-hari. Menggunakan BISINDO penyandang tunarungu dapat

mengungkapkan pikiran dan perasaan secara leluasa dan mengekspresikan

dirinya sebagai insan manusia dan warga negara Indonesia yang bermatabat

sesuai dengan falsafah hidup dan HAM.

BISINDO berawal dari terbentuknya Sistem Bahasa Isyarat Indonesia

(SIBI) dikarenakan pada saat itu penyandang tunarungu belum berpikiran

luas dan belum mengenal apa itu bahasa isyarat. Maka munculah kamus SIBI

yang dibuat oleh non-tunarungu yang diantaranya adalah guru bahasa isyarat,

pemerhati (mencakup budaya dan bahasa) tunarungu. Kamus SIBI berhasil

dibuat pada tahun 1995 dan segera diresmikan serta disebarluaskan di seluruh

Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat nasional. Hasil dari penelitian yang

dilakukan peneliti melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi,

sebagaimana dikatakan oleh Bapak Bambang sebagai ketua umum

GERKATIN. GERKATIN terus berupaya melakukan sosialisasi dan

mempromosikan BISINDO agar banyak masyarakat yang mau belajar dan

memahami BISINDO sebagai bahasa ibu teman Tuli. Sebagaimana dikatakan

oleh Bapak Bambang sebagai ketua umum BISINDO, yang menjelaskan

tentang BISINDO melalui wawancara dengan peneliti. Berikut penuturannya:

Page 76: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

64

“ Pada umumnya Pemerintah Kementerian sudah mengenal 2

BISINDO dan SIBI. Cuma SIBI hanya khusus pembelajaran di sekolah-

sekolah luar biasa karena ada kata imbuhan agar anak itu bisa berbahasa

Indonesia dengan baik. Diluar sekolah, kebanyakan memakai BISINDO.

TVRI saja menerima Juru Bahasa Isyarat (JBI) dari BISINDO dan SIBI

serta Kemensos tapi Kemendikbud belum mengakui BISINDO walaupun

sudah tau masyarakat tuli di Indonesia banyak menggunakan

BISINDO.”(Bambang Prasetyo, 2019)

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui

wawancara, hal lain juga disampaikan oleh Bapak Bambang sebagai ketua

umum GERKATIN. GERKATIN bukan menolak isyarat SIBI (abjadnya),

abjadnya bisa diterima tapi komunikasi singkat international isyarat SIBI

berbeda karena tungarungu dibagi bahasa isyaratnya menjadi dua. Misal

„saya mau pergi ke pasar’ ada lima suku kata dan SIBI mempergakannya

sesuai dengan jumlah suku katanya, sedangkan BISINDO isyaratnya bisa

dipersingkat menjadi tiga suka kata „saya ke pasar’ yang penting inti dari

kalimat itu sama. BISINDO berontak dengan adanya sistem SBI tetapi

pemerintah keberatan dengan hal tersebut dan tidak bisa menghapus

kamus SIBI dari peredaran. Hal ini dikarenakan sudah adanya surat

keputusan dan terlanjut sudah dibuat menjadikan kamus SIBI harus tetap

dijalankan. Sampai sekarang para tunarungu yang berusaha untuk

memperjuangkan BISINDO belum mendapat pengakuan dari pemerinta

Indonesia. BISINDO muncul tahun 2002/2003 sedangkan SIBI sudah

lebih dulu muncul tahun 1995. BISINDO ini dikembangkan dan

disebarluaskan melalui wadah organisasi GERKATIN (Gerakan untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). Pada saat ini pusat BISINDO sudah

mengeluarkan kamus BISINDO. Harapan kami kelak BISINDO dapat

dipelajari oleh masyarakat umum, diajarkan di sekolah umum, perguruan

tinggi, dan sebagai pengantar Sekolah Luar Biasa (SLB) (Bambang

Prasetyo, 2019).

Pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara

oleh Siti Rodiah sebagai wakil GERKATIN Kepemudaan, hal lain

dikatakan oleh Siti mengenai BISINDO. Berikut penuturannya:

Page 77: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

65

“BISINDO itu bahasa isyarat untuk membantu menjembatani

komunikasi antara teman Tuli dan teman dengar, kalau tanpa

adanya BISINDO nanti teman Tuli akan merasa sulit untuk

mengekspresikan apa yang ingin mereka ekspresi kan”.(Siti

Rodiah, 2019).

Di Indonesia, Tuli berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat

yang mengacu pada dua sistem yaitu BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia)

dan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). BISINDO sendiri

dikembangkan oleh teman-teman Tuli melalui GERKATIN (Gerakan

Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia). SIBI dikembangkan oleh orang

dengar. SIBI sama dengan bahasa isyarat yang digunakan di Amerika

yaitu American Sign Language (ASL). BISINDO digunakan untuk

berkomunikasi antar individu sebagaimana dengan bahasa Indonesia pada

umumnya. Melalui BISINDO teman-teman Tuli dapat mengungkapkan

pikiran dan perasaan secara leluasa dan mengekspresikan dirinya sebagai

WNI (Warga Negara Indonesia) yang bermartabat sesuai dengan falsafah

hidup dan HAM (Hak Asasi Manusia). Saat ini BISINDO masih belum

diakui sebagai akses informasi publik dalam bahasa isyarat. Hal lain

dikatakan oleh Siti Rodiah sebagai wakil GERKATIN Kepemudaan

tentang BISINDO. Berikut penuturannya:

“kita masih dalam proses, teman-teman Tuli sedang

berjuang untuk mensosialisasikan ke masyarakat Indonesia. Karena

masih ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui

bagaimana berkomunikasi dengan teman-teman Tuli. Contohnya

dengar mengajar dengar itu rentan adanya kesalahan konsep maka

dari itu harus terlibat Tuli dalam mensosialisasikan BISINDO itu

sendiri. Jadi Tuli dan dengar bisa saling membantu untuk

mensosialisasikan BISINDO untuk bisa berkomunikasi” (Siti

Rodiah, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara

menurut bapak Bambang selaku ketua umum GERKATIN, ada banyak

kesulitan-kesulitan tunarungu dalam berkomunikasi dengan orang dengar

pada umumnya, terutama pada anak-anak dan tunarugu yang tidak

memiliki kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan. Sebagaimana

dikatakan oleh Bapak Bambang dalam wawancara yang dilakukan oleh

peneliti. Berikut penuturannya:

Page 78: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

66

“Kalau anak-anak sudah biasa sejak lahir menggunakan

isyarat BISINDO, jadi mereka agak keteteran masuk ke sekolah

formal sebab berbeda sekali belajarnya. Tunarungu kurang dalam

hal pendengaran dan pencernaan pesan jadi kalau sudah ke rumah

lagi itu sudah gak dipakai soalnya sudah balik ke habitat aslinya.

Sedangkan kalau yang gak mengenyam pendidikan atau orang-

orang tua susah menerima dan mudah tersinggung. Mereka tahu itu

ya itu yg di pakai”.(Bambang Prasetyo, 2019).

Bagi Tuli, BISINDO yang terpenting adalah bahasa dapat

dipahami dan dimengerti dengan baik maknanya. Keterbelakangan dalam

perkembangan sistem teknologi dan informasi menghambat Tuli untuk

berkembang dan mendapatkan informasi serta perlakuan yang sebagai

bagian dari Negara serta kurangnya orang dengar memahami bahasa

Isyarat. Faktor krusial yang menyebabkan tunarungu dan orang dengar

sulit dalam berkomunikasi adalah masih kurang sosialisasi dari pihak

pemerintah tentang pembelajaran bahasa isyarat. Cara berkomunikasi

antara Tuli dengan Tuli dan Tuli dengan orang dengar berbeda.

Komunikasi dengan penyandang Tuli memerlukan teknik khusus yaitu

dengan menggunakan bahasa nonverbal khususnya bahasa isyarat. Pada

umumnya Tuli akan sulit untuk mencerna pesan yang disampaikan orang

lain karena minimnya bahasa yang dikuasai. Hal lain dikatakan oleh Ibu

Wilma Redjeki sebagai sekretaris GERKATIN dalam wawancara yang

dilakukan oleh peneliti. Berikut penuturannya:

“dilihat dari IQ, mereka sama dengan orang normal. Cuma

saja terbatas dalam berkomunikasi dengan orang lain karena

miskin bahasa. Maksud miskin bahasa kalau pesan yang

disampaikan kurang jelas atau pun kosakata terlalu rumit atau

terbolak balik mereka akan menjadi sulit untuk mencernanya.”

(Wilma Rejeki, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi, menurut bapak Bambang sebagai ketua

umum GERATIN menjelaskan keberadaan SIBI dan BISINDO saling

berkesinambungan dan saling membutuhan serta saling melengkapi satu

sama lain. SIBI dengan konsep struktural dan BISINDO dengan konsep

kontekstualnya. SIBI penting untuk pelajaran akademis karena tata

bahasanya teratur. Sedangkan BISINDO tidak terdapat tata bahasa di

Page 79: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

67

dalamnya karena menggunakan bahasa isyarat alamiah dan Tuli lebih

paham itu. Maka dari itu, terjadilah dualisme isyarat di Indonesia. Pada

saat ini pusat BISINDO sudah menerbitkan pertama kali buku dengan

judul “Berkenalan dengan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)” dan buku

kamus bahasa isyarat Jakarta, Yogyakarta, yang lainnya menyusul.

Harapan kami kelak BISINDO dapat dielajari oleh masyarakat umum,

diajarkan di sekolah umum, perguruan tinggi, dan sebagai pengantar

Sekolah Luar Biasa.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ketika Tuli

berinteraksi dengan orang dengar, orang dengar membutuhkan interpreter

untuk mengetahui maksud dari pesan yang disampaikan oleh Tuli. Selain

itu juga ketika Tuli sulit memahami pesan yang disampaikan orang dengar

maka orang yang memiliki panca indera sempurna seringkali

menggunakan alat tulis sebagai media komunikasi. Hal yang sering kali

terjadi ialah adanya diskriminasi oleh orang dengar terhadap Tuli. Tuli

cenderung memiliki sensitifitas atau perasaan mudah tersinggung

dibanding dengan orang dengar. Jadi, untuk terjalinnya komunikasi yang

lebih efektif maka harus ada sikap saling menghargai satu sama lain.

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui

wawancara oleh bapak Bambang sebagai ketua umum GERKATIN juga

mengatakan cara mempermudah antara Tuli dan orang dengar yaitu

dengan cara berkumpul dengan komunitas Tuli setiap hari Minggu di acara

Car Free Day, mengikuti kelas Bahasa Isyarat di PUSBISINDO, dan

acara-acara Tuli lainnya. Komunitas Tuli beserta kelompok orang-orang

yang peduli akan kesetaraan antara individu tunarungu dan individu yang

dengar mengajak orang-orang yang datang untuk bergabung dan belajar

secara gratis.

“pemasaran/pembelajaran BISINDO ada setiap hari

Minggu di CFD (Car Free Day) jam 06.00 – 07.00 WIB di depan

Hotel Mandarin. Tujuannya untuk merekrut orang-orang agar

tertarik belajar dan menjadi interpeter BISINDO secara alamiah”.

(Bambang Prasetyo, 2019).

Page 80: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

68

Tujuan diadakannya setiap minggu tidak lain untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat bahwa tunarungu atau orang-orang berkebutuhan

khusus itu ada dan untuk tidak mengabaikan eksistensi tunarungug sebagai

bagian dari masyarakat Indonesia.

Hal lain dikatakan oleh bapak Bambang sebagai ketua umum

GERKATIN bahwa BISINDO saat ini sudah mulai di terapkan di

Universitas Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya dan dimasukkan ke dalam

kurikulum belajar mahasiswa sastra mata kuliah “Kemahiran Berbahasa

Isyarat”. BISINDO juga diajarkan di UIN Jakarta Fakultas Kedokteran

sebagai pengenalan dasar tentang isyarat-isyarat pada ilmu kedokteran

yang memungkinkannya dipakai ketika menangani pasien. Semua

mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah bahasa isyarat BISINDO

berasal dari individu-individu dengar.

Kemampuan Bahasa Indonesia para Tuli masih di bawah rata-rata

dari masyarakat umum, dikarenakan oleh keterbatasan akses ke Bahasa

Isyarat Indonesia (BISINDO). Di Indonesia, Bahasa Isyarat pun belum

diakui sebagai Bahasa. GERKATIN terus memperjuangkan BISINDO

sebaga Bahasa untuk para Tuli di Indonesia bersama dengan Pusat Bahasa

Isyarat Indonesia (PUSBISINDO). PUSBISINDO ini bertujuan untuk

memperjuangkan literasi kaum Tuli dalam Bahasa Indonesia melalui

BISINDO. Sebagaimana dikatakan oleh Laura Lesmana sebagai ketua

PUSBISINDO. Berikut penuturannya:

“Sejak tahun 1960, kami mengalami kesulitan dalam menulis

Bahasa Indonesia dengan baik dan itu memimpin kami ke

kehidupan yang diskriminasi seperti tidak mendapatkan penddikan

yang setara pada umumnya, pekerjaan yang mapan, dan juga hak

lainnya yang setara. Yang jadi tantangan kami saat ini adalah

sistem pendidikan yang mayoritasnya mendukung sistem oral dan

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Dengan masalah dan tantangan

tersebut kami masih memperjuangkan untuk menunjukkan bahwa

BISINDO adalah benar Bahasa dan bisa jadi panduan kaum Tuli

dalam berbagai ranah kehidupan.” (Laura Lesmana, 2019)

“definisi Tuli jika diartikan dalam bahasa Inggris berarti Deaf,

berdasarkan persepsi budaya, berarti bahwa kata berasal dari

komunitas Tuli dan tidak sakit. Biasanya berkomunikasi dengan

Page 81: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

69

Bahasa Isyarat alamiah. Istilah tersebut juga berlaku di Indonesia

yang biasa kami sebutkan, Tuli bukan Tunarungu. Tunarungu tidak

mewakili identitas, budaya dan Bahasa Tuli tetapi berarti

pendengarannya rusak dan perlu diperbaiki secara medis. Sebagian

besar populasi Indonesia adalah masyarakat yang menggunakan

Bahasa Indonesia tentu menggunakan tunarungu bukan Tuli karena

belum adanya kesadaran dan informasi minim menganai identitas,

budaya, dan Bahasa Tuli.” (Laura Lesmana, 2019).

Dalam hasil observasi yang peneliti temukan Budaya Tuli pun

sangat berbeda karena perbedaan fungi pendengaran dan penggunaan

selama komunikasi. Tuli menggunakan mata atau visual untuk menerima

informasi sedangkan orang dengar menggunakan telinga atau audio. Untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan, Tuli menggunakan tangan dan

ekspresi melalui muka dan badan, sedangkan penutur Bahasa Indonesia

menggunakan artikulasi suara dan mulut. Dengan perbedaan cara tersebut

faktor tersebut yang menyebabkan perbedaan bahasa yaitu bahasa isyarat

dan bahasa verbal antara Tuli dan dengar. Di Indonesia pun memiliki

berbagai macam Bahasa isyarat yang lebih dari 2. Adapun lebih dari dua

Bahasa isyarat di Indonesia, yaitu Bahasa Isyarat Jakarta dan Yogyakarta.

Sebagaimana dikatakan oleh Laura Lesmana sebagai ketua PUSBISINDO.

Berikut penuturannya:

“Adanya PUSBISINDO dan GERKATIN kami ingin menunjukkan

pentingnya BISINDO di Indonesia diakui sehingga hak dan

martabat kaum Tuli disetarakan. Langkah awal menuju kesetaraan,

diperlukan penelitian Bahasa Isyarat Indonesia dimulailah pada

tahun 2007, GERKATIN bekerja sama dengan The Center for Sign

Linguistic and Deaf Studies di bawah The Chinese University of

Hong Kong. Sampai sekarang, usahak kami dapat menghasilkan

beberapa penelitian termasuk kamus dan buku peodman khusus

Jakarta dan Yogyakarta tingkat satu dan dua. Dengan adanya

kamus dan buku pedoman tersebut, situasi komunikasi Tuli di

Jakarta dan Yogyakarta sangat berkembang karena penelitian dan

pelatihan tersebut memberi kepercayaan diri dan sumber kekuatan

bagi komunitas Tuli sehingga dapat berdiri sendiri dan bangga

dengan bahasanya sendiri.” (Laura Lesmana, 2019).

1. Juru Bahasa Isyarat

Bahasa isyarat di Indonesia belum diakui atau didukung

sepenuhnya, padahal banyak komunitas Tuli menggunakan Bahasa Isyarat

Page 82: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

70

alamiah atau BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). BISINDO perlu diteliti

dengan linguistik dan sesuai budaya Tuli setempat. BISINDO seperti

Bahasa lisan yang berbeda beda sesuai budaya, Bahasa isyarat Indonesia

diteliti/ dikembangkan dibawah PUSBISINDO (Pusat Bahasa Isyarat

Indonesia). Kelambatan pengembangan maupun penelitian BISINDO juga

menghambat penyediaan fasilitas akses informasi, pendidikan, dan

pelayanan umum bagi disabilitas rungu/Tuli. Fasilitas untuk Tuli bisa

berupa tulisan, Bahasa Isyarat dan Juru Bahasa Isyarat / interpreter Bahasa

Isyarat. Pelebelan juru Bahasa Isyarat hanya bisa diberikan oleh PLJ

(Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat) dibawah organisasi Tuli bernama

GERKATIN (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).

Sejak munculnya Bahasa Isyarat sebagai Bahasa Ibu juga sebagai

Bahasa pengantar yang penting dalam komunikasi dan pendidikan anak

Tuli di dunia. Di Indonesia komunitas Tuli sudah lama memakai Bahasa

Isyarat alamiah, tetapi tidak sadar bahwa betapa pentingnya Bahasa Isyarat

sebagai media komunikasi dan informasi yang akses dan perlu

diinventariskan.

“Bahasa isyarat di beberapa daerah berbeda-beda, maka diusulkan

untuk distandarisasikan menjadi Bahasa Isyarat Nasional tetapi

keputusan berubah karena mau menghormati bahasa dan budaya

yang berbeda-beda berdasarkan penelitian linguistik, GERKATIN

bekerjasama dengan para linguistik dari Universitas Indonesia,

Chinese University of Hongkong dengan bimbingan dari Professor

Woody, membuat kamus Bahasa Isyarat Jakarta dan Yogyakarta.

Dan juga buku panduan belajar Bahasa isyarat” (Juniati Effendi

2019)

Hal lain juga dikatakan oleh ibu Juniati Effendi sebagai Wakil

GERKATIN Pusat dimana salah satu manfaat dari Bahasa isyarat adalah

penjurubahasaan. Di Indonesia sekitar tahun 2000 sudah ada

penjurubahasaan, mulai berkembang seiring dengan adanya Kesepakatan

Hak Hak Penyandang Disabilitas yang dituang dalam The Convention of

the Rights for Person with the Disabilities (CRPD), UU No. 19 tahun 2011

tentang ratifikasi CRPD, dan tahun 2016 sudah dibuat UU N0. 8 tahun

2016 dimana ditekankan tentang hak Disabilitas memakai Bahasa Isyarat,

penerjemah Bahasa isyarat sebagai fasilitas yang akses.

Page 83: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

71

“Sebenarnya istilah penerjemah kurang tepat karena disamakan

dengan translator. Translator/penerjemah adalah penerjemahan

Bahasa A ke Bahasa B berubah tulisan/lisan waktu nya tidak

langsung, serentak/stimultan. Proses penerjemahan bisa memakan

waktu dan menunda waktu. Sedangkan kata Juru Bahasa itu sama

dengan Interpreter adalah orang yanglangsung/stimultan

menerjemahkan/menjurubahasakan Bahasa A ke Bahasa B dan

sebaliknya pada saat itu secara lisan.” (Juniati Effendi 2019).

Juru Bahasa isyarat adalah orang (baik orang Dengar maupun Tuli)

yang memiliki kemampuan menjurubahasakan Bahasa isyarat secara

langsung, tepat dan akurat, yang telah mengenyam pendidikan juru Bahasa

isyarat dari organisasi Tuli yang diakui oleh komunitas Tuli setempat.

Dalam hal ini dimaksud dengan organisasi Tuli setempat adalah

GERKATIN (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).

“GERKATIN membuka kelas Bahasa isyarat Indonesia dengan

nama PUSBISINDO (Pusat Bahasa Isyarat Indonesia) dengan

harapan agar dapat merekrut volunteer Bahasa isyarat yang dapat

membantu dalam pendidikan anak Tuli dan juru Bahasa isyarat,

juga untuk membantu segi linguistik Bahasa isyarat. Kelas Bahasa

isyarat ini baru sampai ke level 3, murid murid bisa dialokasikan

ke PLJ untuk magang atau relawan juru Bahasa isyarat dan juga

mendirikan Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat (PLJ) untuk

memberikan layanan juru Bahasa isyarat.” (Juniati Effendi 2019)

Kriteria menjadi juru Bahasa isyarat menurut PBB, sebagai

berikut:

a. Memenuhi standart kompetensi Bahasa isyarat

b. Menaati kode etik

c. Memiliki sikap yang baik

Kategori juru Bahasa isyarat:

a. Juru Bahasa lisan Bahasa Indonesia

Juru Bahasa lisan Bahasa Indonesia adalah seorang yang

memiliki kemampuan menjurubahasakan dengan metode orang

untuk Tuli yang memiliki kemampuan berbicara dan membaca

gerakan bibir (lip reading).

b. Juru Bahasa isyarat bersertifikat dan terspesialisasi.

Juru Bahasa isyarat bersertifikat dan terspesialisasi adalah juru

Bahasa isyarat yang memiliki keahlian khusus misalnya bekerja

di kepolisian dan pengadilan tinggi.

c. Juru Bahasa isyarat Tuli/Tunarungu

Juru Bahasa isyarat Tuli adalah seorang Tuli/Tunarungu yang

mampu menjadi juru Bahasa isyarat bagi Tuli yang lain.

d. Juru Bahasa isyarat umum.

Page 84: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

72

Juru Bahasa isyarat umum adalah seorang yang memiliki

kemampuan dalam memahami dan bisa berkomunikasi dengan

Bahasa isyarat atau yang sedang menjalani pelatihan maupun

magang juru Bahasa isyarat dari organisasi Tuli/Tunarungu di

sekolah, rumah sakit, rapat umum dan aktivitas pelayanan publik

lainnya.

Sama halnya dengan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa

Inggris, dan bahasa lain, bahasa isyarat juga merupakan bahasa ibu dengan

fungsi yang sama pentingnya yaitu sama-sama menjadi salah satu alat

mengakses informasi. Bahasa isyarat dipengaruhi oleh penglihatan, latar

belakang budaya dan kebiasaan dimana orang tersebut tinggal dan berasal.

Penyandang disabilitas rungu/Tuli di Indonesia masih sulit mendapat

informasi karena jumlah juru bahasa isyarat masih sedikit, kurang

dikembangkan dan juga tidak ada kelas atau fakultas juru bahasa isyarat.

“Di Indonesia sendiri memang belum memiliki standar juru bahasa

isyarat. Standar juru bahasa isyarat belum ada sertifikasinya.

Biasanya seorang juru bahasa isyarat adalah ketika mereka

dianggap bisa berbahasa isyarat dengan lancar dan dapat

berkomunikasi bersama Tuli dengan baik. Secara tidak langsung

juru bahasa isyarat ini masih ilegal atau bisa dikatakan belum resmi

sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Hal itu disebabkan

kurangnya perhatian dari masyarakat maupun lembaga pemerintah

dan non pemerintah untuk Tuli. Untuk sertifikasi juru bahasa

isyarat itu yang sampai saat ini belum terpenuhi, karena disini

masih didebat ole pemerintah. Bahwa urusan sertifikasi ditangani

oleh organisasi Tuli dan kementerian apa.” (Juniati Effendi, 2019)

Bahasa isyarat masuk ke dalam kelompok komunikasi non verbal

dan non vocal dimana penyampaian pesan atau informasi tidak

memberikan suara tetapi memberikan isyarat dengan tangan, gerakan

tubuh, penampilan serta ekspresi wajah, isyarat tangan kadang

menggantikan komunikasi verbal. Bahasa isyarat alamiah yang berbeda-

beda bisa dipelajari dengan cepat, baik di Indonesia maupun di Luar

Negeri oleh penyandang disabilitas rungu/Tuli dibandingkan bahasa lisan.

Bahasa lisan harus dipelajari per bulan-bulan bahkan per tahun.

Juru bahasa isyarat sering diperlukan di acara seminar, lokakarya,

pendidikan formal maupun informal, kesehatan peradilan, pelayanan

umum, kerohanian, dan tenaga kerja. Hambatan penjurubahasaan bahasa

Page 85: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

73

isyarat adalah jumlah juru bahasa isyarat masih sedikit dibandingkan

dengan permintaan kebutuhan juru Bahasa isyarat. Jadi harus terus

direkrut. Bahasa isyarat Indonesia berbeda beda sesuai budaya dan

kebiasaan setempat, juru Bahasa isyarat harus menyesuaikan Bahasa

isyarat setempat. Bahasa isyarat di daerah Sulawesi berbeda sekali dengan

di Jawa, di Sulawesi kepala dan alis lebih banyak bergerak mirip/sealiran

dengan Budaya India, Srilanka. (Juniati Effendi, 2019)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penliti melalui

wawancara, oleh Bu Juniati mengatakan bahwa bahasa isyarat dipakai

untuk penjurubahasaan berita dalam acara TV setiap hari, hal ini

membantu Tuli yang tidak sempat mendapat pendidikan di sekolah,

kurang menguasai Bahasa Indonesia baik lisan maupun tertulis dan juga

bermanfaat untuk orang Dengar agar bisa belajar Bahasa Isyarat melalui

TV. Fasilitas komunikasi dan informasi untuk Tuli masih jauh

ketinggalan, juru Bahasa isyarat sedikit, juga subtitle, dan teks berjalan.

Bahasa isyarat Indonesia merupakan kebanggaan Orang Tuli Indonesia

karena rata-rata Bahasa isyarat di Asia memakai Bahasa isyarat Amerika

(ASL), antara lain: Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Di

Indonesia yang masih mempertahankan Bahasa isyarat Indonesia. (Juniati

Effendi, 2019).

Fasilitas komunikasi dan informasi untuk disabilitas rungu/Tuli

masih perlu dikembangkan dengan teks, tulisan berjalan, dan juru Bahasa

isyarat. Pemerintah wajib memberi akomodasi yang layak di berbagai

tempat dan pelayanan umum sesuai dengan aturan UU No. 8 Tahun 2016

dan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

2. BISINDO menjadi kurikulum di Universitas Indonesia

Universitas Indonesia adalah Universitas pertama yang membuka

kelas Bahasa Isyarat, sekaligus menjadi pusat penelitiannya. Tepat berada

di Gedung 8 Fakultas Ilmu Budaya UI. Pada awal tahun dibukanya kelas

Bahasa Isyarat tidak terlalu terdengar di dunia luar. Langkah membuka

kelas Bahasa isyarat kemudian mulai diikuti oleh Universitas lain, seperti

Page 86: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

74

UIN Jogja, Universitas Brawijaya, UNM Makassar. Laboratorium Riset

Bahasa Isyarat (LBRI) merupakan laboratorium bahasa isyarat yang

pusatnya berada di Universitas Indonesia. Lembaga riset ini terbentuk atas

dasar kepedulian dan kesadaran para akademisi linguistik yang

mengganggap bahwa bahasa isyarat merupakan bagian dari bahasa yang

harus diakui dari komponen bahasa manusia.

“LBRI sendiri sudah berdiri sejak November 2013, tetapi peresmian

tempat dan sekretariat pada bulan Juni 2014. LBRI merupakan ide dari

GERKATIN dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang

langsung diapresiasi oleh Nippon Jepang sebagai donor dan Center of

Sign Language and Difabel Study (CSLCSD) Jepang. Dulu perwakilan

GERKATIN yang mendapatkan beasiswa ke Hongkong dan dua

mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya yang juga mendapat beasiswa sama

akhirnya pulang ke Indonesia dengan membawa misi membuat

Laboratorium bahasa isyarat. Kemudian diapresiasi oleh Nippon

Jepang sebaga funding. Akhirnya, LBRI lahir. Awalnya hanya ada di

UI tapi karena di Yogyakarta juga aktif dalam menyuarakan hak-hak

Tuli dan memiliki organisasi yang cukup kuat, di Yogyakarta juga

ada.” (Laura Lesmana, 2019)

”Ada empat inti kerja LRBI dalam mengembangkan bahasa isyarat.

Pertama mengadakan pelatihan kepada Tuli, juga para pihak yang

terkait sebagai salah satu jalan sosialisasi bahwa bahasa isyarat juga

memiliki strutur linguistik yang sama dengan bahasa pada umumnya.

Selain itu, LBRI melakukan riset bahasa, hasil dari riset tersebut dibuat

menjadi buku ajar bahasa isyarat, kamus bahasa isyarat. Tidak hanya

riset, kami juga memberikan pendidikan bagi Tuli dan orang yang mau

belajar bahasa isyarat.” (Laura Lesmana, 2019)

Laura Lesmana sebagai ketua PUSBISINDO menyampaikan

bahwa kerjasama antara GERKATIN dan LBRI UI sudah berlangsung

selama 5 tahun. Pada tahun 2014 program mulai berjalan. Meskipun

berlangsung selama 5 tahun, tetapi implementasi program akan bertahap.

Nantinya buku ajar, juga kamus bahasa isyarat akan dibagikan secara

gratis keseluruh instansi terkait, seperti sekolah, kantor pemerintah,

organisasi difabel, dan diberikan kepada para aktivis peduli Tuli.

“Kami berharap bahasa isyarat bisa diakui oleh semua pihak, selama

ini belum ada riset tentang bahasa isyarat, jadi bahasa isyarat masih

dianggap angin lalu. Melalui riset yang dilakukan LBRI ini

menunjukan secara akademis bahwa bahasa isyarat merupakan penting

dan berharga bagi Tuli. Kalau di UI saja bahasa isyarat sudah dijadikan

mata kuliah, harapannya pelan-pelan Indonesua juga bisa mengakui

Page 87: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

75

sebagai bahasa yang setara dengan bahasa lainnya.” (Laura Lesman,

2019)

Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI)

sebagai sebuah unit penelitian dan pengembangan bahasa isyarat Indonesia

yang berdiri sejak 2014. Menyelenggarakan Festival Bahasa Isyarat 2018

sebagai bentuk disemnasi dan penguatan bahasa isyarat pada sivitas

akademik, pemangku kepentingan, dan masyarakat umum. Laura selaku

ketua PUSBISINDO menyampaikan Festival Bahasa Isyarat bertujuan

untuk mensosialisasikan dan mengapresiasi pegiat bahasa isyarat yang

memperjuangkan bahasa isyarat Indonesia dalam segala bidang, baik dari

segi akademis maupun praktik kebahasaan. Kegiatan ini juga berfungsi

sebagai diseminasi hasil kerja LRBI selama 5 tahun sejak didirikannya.

Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) merupakan alat komunikasi

sebagian besar warga Tuli Indonesia untuk memperoleh informasi yang

bermanfaat bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya.

BISINDO juga berperan untuk menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi, serta mengatasi keterbatasan dalam mempertahankan dan

memfasilitasi keberadaan hidup masyarakat Tuli Indonesia.

Pengembangan BISINDO sangat penting dan strategis dalam rangka

pencerdasan orang Tuli.

Meskipun mempunyai peran yang sangat penting untuk orang Tuli.

BISINDO masih sering disalahpahami oleh sebagian besar masyarakat.

Masih banyak orang yang berpandangan bahwa BISINDO bukan bahasa,

hanya merupakan isyarat, sehingga BISINDO tidak perlu dikembangkan

dan dikuasai oleh orang Tuli. Padahal, BISINDO merupakan bahasa yang

dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran, serta

memiliki fungsi yang sama dengan bahasa lisan. Penyadaran akan peran

bahasa isyarat sebagai bahasa yang dapat menyetarakan masyarakat Tuli

perlu dibangun dan dibiasakan pada masyarakat umum. Dalam observasi

yang peneliti lakukan keberadaan dan peran penting bahasa isyarat perlu

Page 88: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

76

diperjuangkan oleh berbagai pihak, termasuk pihak akademisi, yang

melalui penelitiannya dapat mendukung penyebaran bahasa isyarat.

Page 89: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

77

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan dan

dikaitkan dengan kerangka berpikir dan teori-teori yang telah dijabarkan

pada bab sebelumnya. Dalam kerangka berpikir dijelaskan bahwa

penyandang disabilitas sudah seharusnya mendapatkan hak-hak yang

meliputi aksesibilitas fisik, pendidikan, kesempatan kerja, dan peran serta

dalam pembangunan sebagai hak dasar kesetaraan. Namun, hak yang

seharusnya didapatkan oleh penyandang disabilitas rungu belum terpenuhi

sepenuhnya. Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN)

mewadahi teman-teman penyandang disabilitas rungu agar mereka dapat

mengembangkan bakat, mendapatkan hak, dan mampu bersosialisasi

dengan masyarakat lainnya. GERKATIN sendiri adalah organisasi untuk

penyandang disabilitas rungu dimana seluruhnya dikelola oleh

penyandang disabilitas rungu.

GERKATIN mempunyai beberapa program yang masih terus

diperjuangkan agar mendapatkan hak yang setara dari pemerintah dan juga

masyarakat. Adapun program GERKATIN diantaranya adalah

aksesibilitas dan BISINDO. Melalui program tersebut, GERKATIN

melalukan aksi sosial untuk bisa mendapatkan hak yang setara dari segi

aksesibilitas dan juga BISINDO sebagai bahasa alamiah. Konvensi Hak-

Hak Penyandang Disabilitas pasal 9 yang mengatur tentang aksesibilitas

agar penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan

berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan. Dimana negara

wajib mengambil langkah yang tepat untuk menjamin akses bagi

penyandang disabilitas, atas dasar kesamaan dengan warga lainnya,

terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi,

termasuk sistem serta teknologi informasi dan komunikasi, serta akses

terhadap fasilitas dan jasa pelayanan lain yang terbuka atau tersedia untuk

publik, baik daerah perkotaan maupun pedesaan. Dilihat dari Konvensi

Page 90: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

78

Hak-Hak penyandang disabilitas pasal 9, GERKATIN melakukan aksi

sosial terkait aksesibilitas dengan aktif ikut berperan dalam pembuatan

RPP Penyandang Disabilitas. Dimana saat ini implementasi konvensi hak-

hak disabilitas dan UU No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas

belum semua terpenuhi untuk teman-teman disabilitas termasuk teman

Tuli. Aksi sosial dibidang pekerjaan sosial menurut Wickendon, E (1956)

adalah proses usaha individu, kelompok, atau antar kelompok, dalam

konteks filosofi, pengetahuan, dan keterampilan pekerjaan sosial.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

modifikasi kebijakan sosial dan berfungsinya struktur sosial yang

berfungsi untuk memperoleh kemajuan dan layanan baru.

Dalam hal ini GERKATIN terus memperjuangkan hak penyandang

disabilitas rungu untuk mendapatkan kesetaraan. Usaha yang dilakukan

oleh GERKATIN dengan melakukan aksi sosial untuk aksesibilitas dan

BISINDO. Dimana aksesibilitas untuk penyandang disabilitas rungu

belum semua terpenuhi seperti yang sudah dijelaskan dalam bab 4. Begitu

juga dengan BISINDO (Bahasa Isyarat Indoensia) yang belum

mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai bahasa ibu untuk para

penyandang disabilitas rungu.

Aksi sosial GERKATIN adalah sebagai upaya dan perjuangan

untuk penyandang disabilitas rungu di Indonesia agar mendapatkan hak

yang setara, menjamin akses bagi penyandang disabilitas rungu terhadap

lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk sistem

serta teknologi informasi dan komunikasi, serta akses terhadap fasilitas

jasa pelayanan lain yang terbuka dan tersedia untuk publik.

A. Aksesibilitas

1. Fasilitas Publik Ramah Disabilitas

Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan. Penyandang disabilitas merupakan warga

negara yang berkebutuhan khusus dimana dalam setiap pembangunan

fasilitas publik harus memenuhi hak aksesibilitas dari penyandang

Page 91: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

79

disabilitas sehingga nantinya akan memudahkan penyandang disabilitas

untuk mengaksesnya.

Di Indonesia, terdapat Undang-Undang yang khusus mengatur para

penyandang disabilitas dalam UU No. 8 Tahun 2016 dan ada juga

konvensi tentang hak-hak penyandang disabilitas. Dalam UU dan

konvensi tersebut, tertulis juga bahwa penyandang disabilitas berhak

mendapatkan kesetaraan dan aksesibilitas dalam seluruh lingkup

kehidupan, termasuk komunikasi. Namun, UU dan konvensi yang

mengatur tentang hak penyandang disabilitas belum sepenuhnya

dilaksanakan oleh pemerintah.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan tiga jenis strategi aksi sosial

menurut Lees dalam menganalisa hasil temuan. Ada tiga jenis strategi

untuk aksi sosial: pertama kolaborasi pekerja sosial atau pekerja agen

bekerja sama dengan para pemimpin lokal untuk fokus pada kebijakan

sosial yang ada dan mencari cara untuk memperbaikinya. Kedua

persaingan dalam strategi ini menggunakan taktik kampanye yang

diterima secara umum untuk membujuk, untuk bernegosiasi, dan untuk

tawar menawar, dengan keinginan untuk mencapai kesepakatan kerja.

Ketiga gangguan strategi menandakan pendekatan yang lebih militan

dan mungkin termasuk pemogokan, boikot, penolakan pajak, dan aksi

damai.

Dalam hasil temuan wawancara yang sudah dijabarkan pada bab 4.

GERKATIN sudah melakukan aksi sosial untuk transportasi publik

yaitu kereta mengenai informasi visual. GERKATIN melakukan aksi

sosial ke pemerintah terkait untuk bisa menambahkan akses secara

visual agar dapat mengetahui arah tujuan kereta. Kemudian untuk

akses yang ada di MRT, sebelum MRT mulai beroperasi teman-teman

Tuli terlibat untuk mengadvokasi kebutuhan teman-teman Tuli terkait

akses visual. Saat ini akses di MRT untuk teman-teman Tuli sudah

tersedia akses visual. Selain itu, aksi sosial juga dilakukan di TV untuk

akses informasi agar tersedianya Juru Bahasa Isyarat (JBI) dan di

Page 92: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

80

beberapa bank, rumah sakit, sekolah untuk informasi visual masig

kurang sekali dalam aksesibilitasnya.

Apabila peneliti menganalisa tentang aksi sosial yang dilakukan

GERKATIN, adanya hasil yang diperoleh untuk memperjuangkan

akses setara bagi teman-teman Tuli. Ada beberapa fasilitas publik yang

belum terpenuhi dan belum aksibel untuk teman-teman Tuli. Untuk

terwujudnya akses yang setara sangat dibutuhkan upaya yang tidak

mudah dan tetap diperjuangkan oleh teman-teman Tuli untuk

mendapatkan hak yang setara. Tidak hanya teman-teman Tuli yang

berjuang untuk mendapatkan kesetaraan, tetapi pemerintah dan

masyarakat harus ikut berperan dalam membangun kesetaraan

penyandang disabilitas dengan memenuhi hak-hak mereka

sebagaimana yang sudah diatur dalam UU No. 8 tahun 2016 tentang

penyandang disabilitas dan konvensi hak-hak penyandang disabilitas.

Dapat dilihat dari tiga jenis strategi untuk aksi sosial menurut Lees,

dalam point ketiga adanya pendekatan yang lebih militan yaitu melalui

aksi damai. Hal ini, juga dilakukan oleh GERKATIN untuk bisa

mewujudkan kesetaraan hak penyandang disabilitas rungu. Sesuai

temuan wawancara yang sudah dijabarkan pada bab 4, GERKATIN

melakukan aksi rutin dengan membuka kursus Bahasa Isyarat

Indonesia (BISINDO). Masyarakat diperbolehkan belajar bahasa

isyarat dengan gratis. Aksi tersebut rutin dilakukan agar teman-teman

Tuli mempunyai kesempatan kerja sama dengan komunitas lain.

Apabila peneliti menganalisa berdasarkan hasil wawancara, sampai

saat ini penggunaan Bahasa Isyarat belum menjadi bahasa ibu untuk

teman-teman Tuli. Maka dari itu, GERKATIN terus melakukan aksi

sosial rutin guna memberikan informasi untuk masyarakat agar bisa

menerima dan memahami Bahasa Isyarat sebagai alat komunikasi

teman Tuli.

Menurut Lees dalam tiga jenis strategi aksi sosial yang kedua

adalah persaingan dalam strategi ini pihak yang bertikai menggunakan

Page 93: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

81

taktik kampanye yang diterima secara umum untuk membujuk, untuk

bernegosiasi dan untuk tawar menawar, dengan keinginan untuk

mencapai kesepakatan kerja. Hal yang sama dijelaskan oleh Richard

Brynt dalam Lees mengatakan dua strategi tawar menawar dan

konfrontasi. Tawar menawar berarti melobi, mengajukan petisi,

kampanye informasi dan publisitas. Sedangkan konfrontasi mencakup

pemogokan, demonstrasi, dan aksi damai. Hasil temuan wawancara

peneliti yang sudah dijabarkan pada bab 4, GERKATIN melakukan

beberapa aksi agar mereka bisa berjejaring dengan komunitas lain

untuk mendapatkan kesamaan kesempatan yang setara. Untuk

mempunyai kesepakatan kerja dengan komunitas lain GERKATIN

juga memberikan informasi tentang pentingnya kesetaraan hak

disabilitas tentang akses informasi dan film di Bioskop agar tersedia

teks dalam film Indonesia. Apabila peneliti menganalisa hasil temuan

wawancara, untuk memperjuangkan kesetaraan hak disabilitas Tuli,

GERKATIN sudah melakukan strategi tersebut agar dapat berjejaring

dengan komunitas lain melalui kampanye informasi. Kampanye

informasi dilakukan oleh GERKATIN melalui kerjasama dengan

beberapa komunitas, seperti yang sudah dijabarkan pada bab 4.

Namun, hal tersebut masih belum sepenuhnya tersedia bagi

penyandang disabilitas Tuli. Aksesibilitas yang belum terpenuhi bagi

teman-teman Tuli adalah di Bioskop. Penyandang disabilitas Tuli juga

mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh

hiburan salah satunya bisa menonton film di Bioskop dengan

tersedianya teks dalam film tersebut, khususnya film Indonesia. Untuk

itu, GERKATIN tetap berjejaring dengan komunitas lain guna

menyampaikan aspirasi teman-teman Tuli agar memberikan teks pada

film-film yang ada di Bioskop.

2. RPP Penyandang Disabilitas

Mengacu pada UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas mengamanatkan pemerintah untuk menerbitkan sejumlah

peraturan teknis. Koalisi organisasi penyandang disabilitas yang

Page 94: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

82

tergabung dalam Pokja Implementasi UU Penyandang Disabilitas

sudah menyodorkan draft alternatif untuk setiap RPP kepada

pemerintah.

Adapun 7 RPP rancangan tersebut tentang RPP Perencanaan,

Penyelenggaraan, Evaluasi Penghormatan, Perlindungan, dan

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, RPP tentang akomodasi yang

layak untuk Penyandang Disabilitas dalam Proses Peradilan, RPP

tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang

Disabilitas, RPP tentang Kesejahteraan Sosial, Habilitasi dan

Rehabilitasi RPP tentang Pemenuhan Hak Atas Pemukiman, Pelayanan

Publik, RPP tentang Unit Layanan Dsabilitas Ketenagakerjaan, RPP

tentang Konsensi dan Intensif Dalam Penghormatan, Perlindungan dan

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

RPP tersebut akan menjadi acuan bagi kebijakan yang menyangkut

peran serta penyandang disabilitas di dalam masyarakat. Termasuk

bagaimana negara menjamin pemenuhan hak warga negara secara

inklusif. Dalam proses aksi sosial Lees mengkategorikan tiga jenis

strategi untuk aksi sosial. Hal tersebut sudah dijelaskan pada bab ini.

Point pertama dalam strategi aksi sosial menurut Lees adalah kolaborasi

pekerja sosial atau pekerja agen bekerja sama dengan para pemimpin

lokal untuk fokus pada kebijakan sosial yang ada dan mencari cara

untuk memperbaikinya. Pada hasil wawancara peneliti yang sudah

dijabarkan pada bab 4, untuk bisa mewujudkan kesetaraan hak

penyandang disabilitas khusunya disabilitas rungu. GERKATIN ikut

berperan aktif dalam membuat RPP Penyandang Disabilitas, 7 RPP

seharusnya sudah di sahkan pada tahun 2018. Namun sampai saat ini

belum disahkan RPP tersebut karena adanya faktor silang pendapat

dengan Kementrian Sosial (Kemensos). Sesuai hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, baru ada 4 Kementerian yang sudah

menindaklanjuti tugasnya sebagai inisiator Pembentukan PP sesuai

dengan tugas dan fungsinya. Hal yang sama juga disampaikan oleh

narasumber peneliti dalam hasil wawancara pada bab 4. Bahwa

Page 95: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

83

GERKATIN dan teman-teman kelompok Tuli lain terlibat untuk

menyesuaikan apa saja kebutuan Tuli. Dari komunitas raga disabilitas

lain seperti komunitas daksa, netra, semuanya mengirimkan orang

sebagai wakil lalu berdiskusi dengan pemerintah. Sampai saat ini masih

pada tahap proses dan masih sangat lambat dalam implementasi RPP

tersebut.

Apabila peneliti menganalisa berdasarkan hasil wawancara,

GERKATIN terus melakukan diskusi terhadap pemerintah untuk

disahkannya RPP Penyandang Disabilitas. Perlu dipahami 7 RPP ini

akan menjadi peluang besar untuk mendorong pemenuhan hak

penyandang disabilitas dalam berbagai sektor. Dengan adanya 7 PP

berarti akan ada 7 Kementerian yang menjadi inisiator pembentukan

dan membahas isu disabilitas sesuai dengan bidang kerja masing-

masing secara intensif. Keberadaan 7 PP ini juga menjadi penegasan

bahwa disabilitas terkait dengan isu seperti pendidikan,

ketenagakerjaan, insfrastruktu, pelayanan publik, perencanaan

pembangunan, dan bahkan hukum dan keunagan, tidak hanya terkait

dengan bidang sosial. Namun, sampai saat ini belum ada RPP yang

disahkan oleh pemerintah. GERKATIN bersama komunitas ragam

disabilitas lain yang tergabung dalam Pokja Impementasi masih

melanjutkan diskusi dengan pemerintah agar RPP Penyandang

Disabilitas segara disahkan.

B. BISINDO

Bahasa isyarat merupakan jenis komunikasi non verbal karena

merupakan bahasa yang tidak menggunakan suara tetapi menggunakan

bentuk dan arah tangan, pergerakan tangan, bibir, badan serta ekspresi

wajah untuk menyampaikan maksud dan pikiran dari seorang penutur.

Belum ada bahasa isyarat internasional karena bahasa isyarat di tiap

negara belum tentu sama. Bahasa isyarat biasanya berkembang sesuai

dengan lingkungan dan budaya setempat. Dalam hasil wawancara peneliti

pada bab 4 dijelaskan bahwa di Indonesia terdapat dua sistem isyarat,

yakni Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa

Page 96: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

84

Indonesia (SIBI). SIBI merupakan bahasa isyarat yang dibuat oleh non-

tunarungu diantaranya adalah guru bahasa isyarat, pemerhati (mencakup

budaya dan bahasa) tunarungu. SIBI telah memiliki kamus yang

diterbitkan oleh pemerintah pada tahun 2002 dan disebarluaskan melalui

sekolah-sekolah khususnya SLB/B. Berbeda dengan SIBI, BISINDO

dikembangkan dan disebarluaskan melalui GERKATIN. BISINDO

merupakan bahasa isyarat alamiah para disabilitas Tuli. Hingga saat ini,

GERKATIN terus aktif untuk mengangkat eksistensi BISINDO sebagai

bahasa isyarat alamiah/bahasa ibu yang seharusnya diakui oleh

pemerintah. BISINDO dianggap lebih mewakili Budaya Tuli Indonesia

karena mampu merepresentasikan Budaya Tuli Indonesia. Isyarat

BISINDO sendiri muncul secara alami dari interaksi Tuli dengan

lingkungannya. BISINDO juga memiliki keunikan seperti halnya bahasa

daerah. Sampai saat ini, GERKATIN terus aktif mengangkat eksistensi

BISINDO agar diakui sebagai bahasa isyarat alamiah. Memperjuangkan

eksistensi BISINDO sebagai bahasa isyarat alamiah perlu dilakukan oleh

komunitas Tuli untuk bisa menyadari keberadaan dan hak-haknya sebagai

Tuli. Semangat untuk menyuarakan hak-hak Tuli dan untuk mendapat

pengakuan dengan mengangkat BISINDO sebagai bahasa alamiah telah

menyatu dan melekat pada seluruh anggota GERKATIN.

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-Hak Penyandang

Disabilitas, setelah konvensi tersebut disahkan maka memberikan

kewajiban-kewajiban negara untuk menjamin dan memajukan pemenuhan

hak penyandang disabilitas, khususnya disabilitas Tuli. Konvensi Hak-Hak

Penyandang Disabilitas (CRPD) pasal 2 menjelaskan tujuan Konvensi

tersebut:

”Komunikasi” mencakup bahasa, tayangan teks, Braille,

komunikasi tanda timbul, cetak cetak besar, multimedia yang dapat

diakses seperti juga maupun bentuk-bentuk tertulis, audio, plain-

language, pembaca-manusia dan bentuk-bentuk, sarana dan format

komunikasi tambahan maupun alternatif lainnya, sarana, termasuk

informasi dan teknologi komunikasi yang dapat diakses;

“Bahasa” mencakup bahasa lisan dan bahasa isyarat serta

bentuk-bentuk bahasa nonlisan yang lain.

Page 97: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

85

Oleh karena itu, pemenuhan hak penyandang disabilitas bukan lagi

sekedar belas kasihan tetapi merupakan bentuk dari pemenuhan hak asasi

manusia. Tentunya hal ini dimanfaatkan baik oleh GERKATIN untuk

melakukan desakan dan memperjuangkan pelaksanaan implementasi dari

CRPD tersebut. Bukti dari aksi sosial GERKATIN dapat dilihat dari hasil

wawancara peneliti pada bab 4. Dimana GERKATIN mengadakan

kegiatan rutin sosialisasi BISINDO setiap akhir pekan di acara Car Free

Day, masyarakat bisa belajar secara gratis dan dapat berinteraksi langsung

dengan disabilitas Tuli. Tidak hanya itu, GERKATIN juga membuka kelas

bahasa isyarat di Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (PUSBISINDO).

Kegiatan ini salah satu aksi sosial GERKATIN yang bertujuan agar

masyarakat dapat menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa utama Tuli

untuk berkomunikasi. Minimnya pengetahuan masyarakat dan masyarakat

yang dapat menggunakan bahasa isyarat merupakan alasan pelatihan

BISINDO diadakan. Apabila peneliti menganalisa menggunakan CRPD

Pasal 2. Adanya CRPD tersebut, seharusnya akses penyandang disabilitas

Tuli terkait informasi dan komunikasi dapat teralisasikan dengan baik,

agar BISINDO bisa mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai

bahasa ibu komunitas Tuli di Indonesia yang berkembang secara alami di

kalangan Tuli Indonesia. Namun, keberadaan BISINDO secara resmi

belum mendapatkan pengakuan oleh pemerintah. Pemerintah seharusnya

mendukung dan mengembangkan BISINDO sebagai satu-satunya bahasa

yang dapat dipahami oleh kaum Tuli. Dengan begitu, akan semakin

banyak orang yang mempelajari BISINDO. Sehingga komunikasi antara

kaum Tuli dan orang dengar tidak lagi menjadi hambatan. Teman-teman

disabilitas Tuli juga bisa mendapatkan akses informasi dengan mudah

seperti adanya teks dalam film Indonesia, tersedianya juru bahasa isyarat

(JBI) di TV tidak hanya dalam berita namun, acara-acara TV lain untuk

hiburan kaum Tuli, JBI juga dibutuhkan untuk acara-acara seminar

nasional. Bagi Tuli BISINDO yang terpenting adalah suatu bahasa dapat

dicerna dan dimengerti dengan baik pemaknaannya. Tidak jarang

keterbelakangan dalam perkembangan sistem teknologi dan informasi

Page 98: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

86

menghambat Tuli untuk berkembang dan mendapatkan informasi serta

perlakuan yang sebagai bagian dari Negara serta kurangnya orang dengar

memahami bahasa isyarat. Hal lain yang menyebabkan Tuli dan orang

dengar sulit dalam berkomunikasi adalah masih kurangnya sosialisasi dari

pihak pemerintah tentang pembelajaran bahasa isyarat.

Dari hasil wawancara peneliti pada bab 4. GERKATIN mendapatkan

dukungan dari Universitas Indonesia (UI). Saat ini BISINDO sudah mulai

dimasukkan ke dalam kurikulum belajar mahasiswa sastra mata kuliah

“Kemahiran Berbahasa Isyarat”. GERKATIN juga sudah diajarkan di

Fakultas Kedokteran UIN Jakarta sebagai pengenalan dasar tentang bahasa

isyarat pada ilmu kedokteran yang memungkinkan dipakai ketika

menangani pasien.

1. Juru Bahasa Isyarat

Disabilitas adalah orang yang mengalami hambatan karena

lingkungannya tidak mendukung atau tidak menyediakan akses/fasilitas.

Juru bahasa isyarat (JBI) merupakan suatu media fasilitas aksesibilitas

bagi warga Tuli/tunarungu untuk memenuhi haknya mendapatkan

informasi dan komunikasi yang setara.

Tanpa juru bahasa isyarat, warga Tuli/tunarungu tidak akan dapat

mengakses informasi dengan maksimal, yang mengakibatkan kemunduran

warga Tuli/tunarungu di semua aspek kehidupannya. Di Indonesia belum

ada JBI yang memiliki sertifikat, baru ada sukarelawan atau magang JBI

yang dilatih oleh orang Tuli/tunarungu dalam pergaulan sehari-hari.

Sukarelawan JBI dilatih dan dinilai oleh komunitas Tuli. Juru

bahasa isyarat juga wajib mematuhi aturan dan kode etik demi

kenyamanan warga Tuli. Dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang

Disabilitas yang dituangkan dalam UU No. 19 Tahun 2011, banyak

penekanan tentang hak bagi warga Tuli/tunarungu yang menyangkut

bahasa isyarat dan linguistik.

Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas Pasal 9 tentang

aksesibilitas menjelaskan:

Page 99: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

87

Agar penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri

dan berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan,

Negara-Negara pihak harus mengambil kebijakan yang sesuai

untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas berdasarkan

kesetaraan dengan yang lainnya, terhadap lingkungan fisik,

transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk teknologi dan

sistem informasi dan komunikasi, serta terhadap fasilitas dan

layanan lainnya yang terbuka atau tersedia untuk publik, baik di

daerah perkotaan maupun pedesaan, kebijakan-kebijakan terhadap

aksesbilitas harus diterapkan pada, antara lain:

1. Menyediakan bentuk-bentuk bantuan langsung dan perantara,

termasuk pemandu, pembaca dan penerjema bahasa isyarat

profesional, untuk memfasilitasi aksesbilitas terhadap gedung

dan fasilitas lain yang terbuka untuk publik.

2. Meningkatkan bentuk bantuan dan dukungan lain yang sesuai

bagi penyandang disabilitas untuk menjamin akses mereka

terhadap informasi.

Pasal 20:

Menyediakan bentuk-bentuk bantuan langsung dan perantara,

termasuk pemandu, pembaa dan penerjemah bahasa isyarat

profesional, untuk memfasilitas aksesibilitas terhadap gedung dan

fasilitas lain yang terbuka untuk publik.

Pasal 21:

Mengakui dan memajukan pemakaian bahasa isyarat.

Pasal 24:

3.B.memfasilitasi pelajaran bahasa isyarat dan pemajuan identitasi

linguistik dari komunitas tunarungu.

4.Untuk menjamin pemenuhan tersebut, Negara-Negara pihak

harus mengambil kebijakan-kebijakan yang sesuai untuk

mepekerjakan guru-guru, termasuk guru dengan disabilitas,

memiliki kualifikasi dalam bahasa isyarat dan/ata braille, dan

untuk melatih para profesional dan staf yang bekerja dalam

Page 100: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

88

berbagai tingkatan pendidikan. Pelatihan akan mengikutsertakan

kesadaran mengenai disabilitas dan pengunaan bentuk saran dan

format komunikasi serta teknik dan bahan pendidikan yang bersifat

augmentatif dan alternatif guna untuk mendukung penyandang

disabilitas.

Pasal 30:

Menikmati akses terhadap program televisi, film teater dan

kebudayaan lain yang mudah diakses.

Pada hasil wawancara peneliti sudah dijabarkan dalam bab 4.

GERKATIN membuka kelas bahasa isyarat dengan nama Pusat Bahasa

Isyarat Indonesia (PUSBISINDO) agar dapat merekrut volunteer

BISINDO yang dapat membantu dalam pendidikan Tuli dan JBI, juga

membantu segi linguistik bahasa isyarat. Kelas bahasa isyarat sendiri baru

sampai pada level 3, setelah itu murid dialokasikan ke Pusat Layanan Juru

Bahasa Isyarat (PLJBI) untuk magang dan relawan JBI. Secara tidak

langsung JBI masih ilegal atau bisa dikatakan belum resmi sesuatu dengan

aturan-aturan yang berlaku. Apabila peneliti menganalisa menggunakan

CRPD Pasal 9, 20, 21, 24, dan 30. JBI belum mendapatkan sertifikasinya

disebabkan kurangnya perhatian dari masyarakat maupun lembaga

pemerintah dan non pemerintah untuk Tuli. Sampai saat ini sertifikasi

untuk JBI belum terpenuhi. Bahwa urusan sertifikasi ditangani oleh

organisasi Tuli dan kementerian apa yang bertanggung jawab. Hal ini

sangat disayangkan, jika melihat sudah adanya CRPD yang diratifikasi

oleh pemerintah mengenai aksesbilitas penyandang disabilitas. Namun

pada tahap implementasi masih belum sesuai dalam CRPD yang sudah

tertulis. Untuk itu GERKATIN bersama dengan PUSBISINDO dan PLJ

tetap melakukan aksi sosial dilakukan dengan mensosialisasikan kepada

komunitas lain dan acara-acara seminar untuk disediakannya JBI sebagai

akses informasi dan komunikasi bagi warga Tuli/tunarungu.

Page 101: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

89

Untuk dapat mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan bagi

disabilitas Tuli menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, serta tanpa

diskriminasi maka pemerintah perlu lebih memperhatikan akses yang

belum terpenuhi bagi Tuli. Saat ini GERKATIN masih terus

mengupayakan bersama PLJ dan PUSBISINDO agar tersedianya juru

bahasa isyarat yang sering diperlukan di acara seminar, lokakarya,

pendidikan formal maupun informal, kesehatan peradilan, pelayanan

umum, kerohanian, dan tenaga kerja. JBI merupakan media atau fasilitas

aksesibilitas bagi Tuli untuk menerima atau memberi informasi. JBI ibarat

telinga bagi Tuli yang menangkap informasi dan komunikasi dari orang

dengar yang berbicara menyampaikan informasi bagi orang dengar.

Artinya keberadaan JBI sangat dibutuhkan. Sampai saat ini yang

dilapangan fasilitas komunikasi dan informasi untuk disabilitas Tuli masih

perlu dikembangkan dengan tersedianya JBI, teks, tulisan berjalan.

Pemerintah wajib memberi akomodasi yang layak diberbagai tempat

pelayanan umum sesuai yang sudah dijelaskan dalam Konvensi Hak-Hak

Penyandang Disabilitas dimana konvensi tersebut sudah diratifikasi oleh

pemerintah.

2. BISINDO menjadi kurikulum di Universitas Indonesia

Saat ini GERKATIN mendapatkan tempat di Universitas

Indonesia. Upaya yang dilakukan GERKATIN mendapatkan hasil dalam

pendidikan terutama di jenjang perguruan tinggi. Dalam hasil wawancara

peneliti yang dijarbakan pada bab 4. Universitas Indonesia (UI) adalah

Universitas pertama yang membuka kelas bahasa isyarat, sekaligus

menjadi pusat penelitian. Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LBRI)

merupakan laboratorium bahasa isyarat yang pusatnya berada di

Universitas Indonesia. LBRI sendiri terbentuk atas dasar kepedulian dan

kesadaran para akademisi linguistik yang menganggap bahwa bahasa

isyarat merupakan magian dari bahasa yang harus diakui dari komponen

bahasa manusia.

LBRI merupakan ide dari GERKATIN dan Fakultas Ilmu Budaya

Indonesia yang diapresiasi oleh Nippon Jepang sebagai donor dan Center

Page 102: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

90

of Sign Language and Difabel Study (CSLCSD). Kerjasama GERKATIN

dan LBRI UI sudah berlangsung selama 5 tahun. Hal ini dilihat bahwa

GERKATIN terus melakukan aksi dan sosialisasi bahasa isyarat agar

mendapatkan pengakuan oleh pemerintah dan seluruh masyarakat

pentingnya bahasa isyarat bagi Tuli merupakan sebuah akses yang harus

diakui. Selain itu melalui riset LBRI menunjukan secara akademis bahwa

bahasa isyarat berharga bagi Tuli.

Page 103: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

91

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

lakukan mengenai Aksi Sosial Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu

Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta) Terhadap Penyandang Disabilitas

Rungu, melalui wawancara, observasi dan dokumentasi maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Aksi sosial yang dilakukan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu

Indonesia Jakarta (GERKATIN Jakarta) untuk mendapatkan fasilitas

publik dalam aksesibilitas belum semua terpenuhi. Hal yang belum

terpenuhi sampai saat ini diantaranya akses penggunaan bahasa isyarat

yang belum dapat pengakuan sebagai bahasa Ibu/alamiah untuk Tuli.

Kemudian akses belum tersedia teks dalam film Indonesia di Bioskop,

belum terseda akses visual di rumah sakit, bank, dan sekolah. Dari hal

yang belum terpenuhi tersebut, sudah ada beberapa akses yang tersedia

seperti sudah tersedia JBI (Juru Bahasa Isyarat) dibeberapa stasiun TV

untuk akses informasi berita bagi Tuli. Untuk akses fasilitas

transportasi umum, sudah tersedia akses visual di dalam MRT dan

Busway. Dalam RPP Penyandang Disabilitas, Gerkatin melakukan

aksi sosial dengan ikut berperan aktif dalam pembuatan RPP

Penyandang Disabilitas yang tergabung dalam Pokja. Sampai saat ini,

belum ada RPP yang disahkan oleh pemerintah karena masih adanya

silang pendapat dari komunitas ragam disabilitas mengenai rehabilitas

dan habilitas. Namun, sosialisasi yang dilakukan oleh Gerkatin dan

komunitas ragam disabilitas lain. Saat ini menyampaikan dan

memberikan draft RPP tersebut kepada beberapa kementerian

diantaranya: Kementerian Sosial, Kemendikbud, Bappenas, dan

Kementerian Hukum dan HAM. Diskusi masih dilakukan mengenasi

RPP tersebut bersama komunitas ragam disabilitas lainnya dengan

Kementerian Sosial.

Page 104: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

92

Penelitian jika dilakukan tanpa adanya manfaat untuk orang lain

tentu merupakan hal yang sia-sia. Dari penelitian ini peneliti berharap,

penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis

maunpun praktis. Adapun implikasi dari penelitian ini yang dapat

bermanfaat untuk kedepannya adalah

1. Teoritis

Dari segi teoritis peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat

bermanfaat bagi para akademisi maupun penyandang disabilitas Tuli

yang membaca penelitian ini. Adapun implikasi dari segi teoritis

adalah

a. Berdasarkan definisi aksi sosial di bidang pekerjaan

sosial yang dikemukakan oleh Wickendon, E adalah

proses usaha individu, kelompok, atau antar kelompok,

dalma konteks filosofi, pengetahuan, dan keterampilan

pekerjaan sosial. Dengan tujuan meningkatkan

kesejateraan masyarakat melalui modifikasi kebijakan

sosial dan berfungsinya struktur sosial yang berfungsi

untuk memperoleh kemajuan dan layanan baru. Maka

aksi sosial Gerkatin dilakukan untuk mendapatkan

kesetaraan hak disabilitas dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan teman-teman Tuli.

b. Berdasarkan CRPD/ Konvensi Hak-Hak Penyandang

Disabilitas, maka aksesibilitas untuk kesetaraan

penyandang disabilitas dapat terlaksana dengan baik

apabila pemerintah juga mendorong tersedianya akses

fasilitas publik dan mengakui BISINDO sebagai Bahasa

Ibu/alamiah bagi Tuli.

2. Praktis

Dari segi praktis, peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat

bermanfaat bagi praktisi, aktivis Tuli, komunitas, dan lembaga yang

bergerak di bidang advokasi untuk disabilitas, khususnya disabilitas

Tuli. Adapun implikasi dari segi praktik adalah

Page 105: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

93

a. GERKATIN terus mendorong aksi sosial yang

dilakukan terkait aksesibilitas dan BISINDO untuk

mendapatkan hak setara sesuai dengan UUD dan CRPD

yang menjelaskan secara rinci hak-hak disabilitas.

b. GERKATIN dapat mendorong teman-teman Tuli lain

di Indonesia untuk lebih aktif memperjuangkan

kesetaraan hak disabilitas Tuli, agar tersedianya akses

bagi Tuli di kota-kota lain.

c. Lebih banyak aktivis Tuli maupun dengar yang peduli

terhadap hak-hak penyandang disabilitas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, untuk

lebih meningkatkan kesadaran masyarakat, lembaga dan juga instansi

terkait. Agar terciptanya ruang inklusif bagi disabilitas peneliti ingin

menyampaikan saran, yaitu:

1. Harus adanya penyebaran secara menyeluruh mengenai pelajaran

bahasa isyarat di semua universitas yang ada di Indonesia.

2. Harus diterapkan kesetaraan dalam mendapatkan pendidikan,

aksesbilitas, maupun pekerjaan yang layak antara individu Tuli dan

individu dengar.

3. Bukan hanya di dalam UU, usaha pemerintah untuk melalukan

penyetaraan serta menerapkan perlindungan untuk Tuli, melainkan

harus lebih banyak penyebaran informasi sehingga masyarakat dapat

lebih banyak tahu tentang budaya Tuli dan bisa menghargai Tuli serta

bahasa isyarat indonesia (BISINDO).

Page 106: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

94

DAFTAR PUSTAKA

A. SumberBuku

Ahmad, Abu. 1990. Kamus Lengkap Sosiologi. Solo․ CV Aneka.

Britto, G.A.A․ 1984․ Social Action and Social Work Education in the

Eighties, in Social Work and Social Action (ed) H.Y. Siddiqui,

Hanam Publications.

Chaplin, J.P. 1993. Dictionary of Psychology. Dalam Kartono Kartini

(Penyunting) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Coleridge, Peter․ 1997․ “Pembebasan dan Penyandang Cacat Di

Pembangunan, Perjuangan Negara Berkembang”. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Departemen Sosial Republik Indonesia․ 2009․ Pedoman Advokasi

Sosial Penyandang Cacat, Jakarta: Kementrian Sosial Republik

Indonesia.

Direktorat Jendral Rehabilitas Sosial Orang dengan Kecacatan․ 2010․

Panduan Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan

Kecacatan Tunarungu Wicara․ Jakarta: Kementrian Sosial

Republik Indonesia.

Friedlander, W.A․ 1964. Concepts and Methods of Social Work. Prentice

Half of India, New Delhi.

Gunawan, Imam. 2013․ Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

Jakarta: Bumi Aksara.

Irfan, Muhammad dan Abdul Wahid. 2001․ Perlindungan Terhadap

Korban Kekerasan Seksual: Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan․

Bandung: Refika Aditama․

Kusuma, dkk. 2007․ Disabilitas Sebuah Pengantar. Jakarta: PIC UIN

Jakarta․

Lees, R. 1972․ Politics and Social Work․ Routledge and Keegan Paul․

London.

Moleong, Lexy J. 2007․ Metodologi Penelitian Kualitatif․ Bandung:

Remaja Rosdakarya․

Purwanta, Satya Adi․ 2012․ Penyandang Disabilitas, Vulnarable Group:

Kajian Mekanisme Perlindungan, September.

Rakhmat, Jalaluddin. 2006․ Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:

Remaja Rosdakarya․

Page 107: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

95

Sastrawinata. 1977. Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud.

Siddiqui, H.Y. 1984․ Social Work and Social Action (ed)․ Hanam

Publications.

Suaja, I Ketut․ 2013․ Memahami Kaum Tunarungu Wicara․ Denpasar:

Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bali.

Sugiyono․ 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supardan, Dadang․ 2008․ Pengantar Ilmu Sosial: Sebua Kajian

Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yin, Robert K. 2004․ STUDI KASUS: Desain dan Metode, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada․

B. Sumber Jurnal

Ridlwan, Zulkarnain. 2013․ Perlindungn Hak-Hak Konstitusional

Penyandang Disabilitas (Rights Of Persons With Disabilites)․ Fiat

Justisia Jurnal Ilmu Hukum Universitas Lampung․ Volume 7‚ no.

2: 31-38.

Ro‟fah․ 2015․ Teori Disabilitas: Sebuah Review Literatur dalam Kamil

Alfi Arifin (ed.) Analekta Disabilitas: Sumbangsih untuk

Pengayaan Rancangan Undang-Undang Disabilitas․ Jurnal

DIFABEL․ Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB)․

Vol․ 2‚ no․ 2: 25-40․

Pawestri, Aprilina. 2017․ Hak Penyandang Disabilitas Dalam Perspektif

HAM Internasional dan HAM Nasional․ Era Hukum Universitas

Sebelas Maret․ Volume 2‚ no. 1: 4-10․

C. Sumber Website

GERKATIN Pusat․ 2016․ Hari Tuli Internasional 2016․ Di akses pada

tanggal 26 September 2017‚ dari https://kitabisa.com/harituli․

Rofiatul‚ Khoiriyah. 2015. Difabilitas dalam Al-Qur‟an․ Di akses pada

tanggal 3 Oktober 2017‚ dari

http://eprints.walisongo.ac.id/4521/1/104211073.pdf․

Desy‚ Susilawati․ 2016․ Indonesia miliki 12 persen penyandang

disabilitas․ Di akses pada tanggal 26 September 2017‚ dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/12/16/oi9ruf3

84-indonesia-miliki-12-persen-penyandang-disabilitas․

Kertaningtyas․ 2017․ Merdeka dan Setara dengan Bahasa Isyarat․ Di

akses pada tanggal 10 April 2018‚ dari

Page 108: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

96

https://www.kompasiana.com/javanology/598ef8023d5ae512bc7b0

fe2/merdeka-dan-setara-dengan-bahasa-isyarat.

Putri‚ Nurmayani․ 2018․ Surya Sahetapy: Kami Memilih Disebut Tuli․

Di akses pada tanggal 10 April 2018‚ dari

http://diamma.com/2018/04/09/surya-sahetapy-kami-memilih-

disebut-tuli/.

HukumOnline․ com․ 2016․ UU Nomor 8 Tahun 2016․ Di akses pada

tanggal 26 September 2017‚ dari https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt573571e451dfb/nod

e/534/undang-undang-nomor-8-tahun-2016.

Infocarfreeday․ net․ 2016․ Yuk Pelajari Bahasa Isyarat di Car Free

Day․ Di akses pada tanggal 10 Aoril 2018‚ dari

https://www.infocarfreeday.net/2016/09/13/yuk-pelajari-bahasa-

isyarat-di-car-free-day/.

Page 109: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Lampiran-lampiran

Page 110: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin
Page 111: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

TABEL. 02 Observasi Penelitian

No Observasi

1 Izin Penelitian

Keadaan Lingkungan :

1. Narasumber ramah, sopan dan santun.

2. Perizinan penelitian tidak dipersulit.

3. Komunikasi lisan dan tulisan karena narasumber

semuanya tunarungu.

2 Wawancara

Keadaan Lingkungan :

1. Narasumber ramah, sopan dan santun.

2. Narasumber sangat teliti dan sabar ketika menjelaskan

kepada peneliti karena pergantian komunikasi verbal

dan nonverbal.

3. Wawancara santai dan informatif

4. Komunikasi lisan dan tulisan karena narasumber

semuanya tunarungu.

Page 112: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

TABEL. 03 Dokumentasi

No Data Isi

1 Wawancara Lisan

dan Tulisan

Wawancara tentang terbentuknya

GERKATIN, Aksi Sosial yang dilakukan

GERKATIN untuk kesetaraan hak

disabilitas rungu, dan faktor penghambat

dan pendukung aksi sosial GERKATIN

untuk kesetaraan hak disabilitas rungu.

2 Brosur Profil umum, Sejarah singkat, Visi dan Misi,

Susunan Organisasi serta kegiatan dan

program kerja GERKATIN.

Page 113: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Pedoman Wawancara BISINDO

Informan :

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, Tanggal Wawancara :

3. Waktu Wawancara :

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenjang Pendidikan :

C. Isi Wawancara

1. Apa itu BISINDO ?

2. Apa BISINDO sudah diakui sebagai akses terhadap infromasi publik dalam bahasa

isyarat ?

3. Apa saja bentuk aksi sosial GERKATIN untuk mengenalkan BISINDO ke dalam

masyarakat ?

4. Apa saja faktor penghambat GERKATIN dalam mengenalkan BISINDO sebagai

akses informasi publik ?

5. Apa saja faktor pendukung GERKATIN dalam mengenalkan BISINDO sebagai akses

informasi publik ?

6. Apa hasil yang GERKATIN dapatkan dalam mengenalkan dan mempromosikan

BISINDO ?

7. Dengan siapa saja GERKATIN melakukan jejaring untuk mengenalkan BISINDO ?

8. Dimana saja sarana dan prasarana yang sudah dilengkapi dengan BISINDO ?

9. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan GERKATIN untuk mengenalkan BISINDO ?

10. Bagaimana proses BISINDO sebagai bahasa ibu ?

Page 114: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Pedoman Wawancara Aksesibilitas

Informan :

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, Tanggal Wawancara :

3. Waktu Wawancara :

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenjang Pendidikan :

C. Isi Wawancara

1. Bagaimana awal mula berdirinya GERKATIN ?

2. Berapa orang yang tergabung di dalam GERKATIN ?

3. Apa yang sudah dilakukan GERKATIN untuk mencapai kesetaraan hak penyandang

disabilitas tuna rungu ?

4. Bagaimana proses kegiatan itu berlangsung ?

5. Apa saja aksi sosial yang dilakukan GERKATIN untuk kesetaraan hak disabilitas tuna

rungu ?

6. Dengan siapa saja GERKATIN melakukan jejaring ?

7. Dimana saja GERKATIN melakukan aksi sosial ?

8. Apa aksesibilitas untuk kesetaraan hak disabilitas tuna rungu sudah terpenuhi ?

9. Apa saja bentuk akses yang setara yang sudah ada ?

10. Bagaimana dengan proses pembuatan RPP Penyandang Disabilitas ?

11. Berapa lama waktu yang digunakan dalam pembuatan RPP Penyandang Disabilitas ?

12. Siapa saja yang terlibat di GERKATIN dalam proses RPP Penyandang Disabilitas ?

13. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh GERKATIN untuk mengenalkan adanya

RPP Penyandang Disabilitas ?

14. Apa saja faktor yang menghambat belum disahkannya RPP Penyandang Disabilitas ?

15. Apa saja faktor yang mendukung agar disahkannya RPP Penyandang Disabilitas ?

16. Apa harapan GERKATIN dengan adanya RPP Penyandang Disabilitas ?

Page 115: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Biodata Narasumber

Nama : Bambang Prasetyo

Tanggal lahir : 16 Apil 1959

Alamat : Jalan Kelapa Tiga RT003/003 Jagakarsa Jakarta Selatan

Pendidikan : Strata 1

Agama : Islam

No. Telp : 0817-6733-250

Email : [email protected]

Jabatan di Gerkatin : Ketua Umum

Nama : Juniati Effendi

Tanggal lahir : 17 Januari 1960

Alamat : Taman Palem Lestari Blo B6 Nomor 17 RT005/013, Cengkareng

Pendidikan : Strata 1

Agama : Katolik

No. Telp : 0818-0790-0275

Email : [email protected]

Jabatan di Gerkatin : Wakil Ketua

Nama : Wilma Redjeki

Tanggal lahir : 01 April 1966

Alamat : Taman Minggu Indah Blok i 1 Nomor 1 RT003/003, Jurangmangu

Barat, Pondok Aren

Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Bhaktu Mulia Wonosobo

Agama : Katolik

No. Telp : 0856-8182-500

Email : [email protected]

Jabatan di Gerkatin : Wakil Sekretaris

Page 116: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Nama : Siti Rodiah

Tanggal lahir :

Alamat : -

Pendidikan :

Agama : Islam

No. Telp :

Email : -

Jabatan di Gerkatin : Wakil Gerkatin Kepemudaan

Nama : Laura Lesmana

Tanggal lahir : -

Alamat : -

Pendidikan : Strata 1

Agama : Katolik

No. Telp : -

Email : -

Jabatan di Gerkatin : Anggota Gerkatin, Ketua PUSBISINDO

Page 117: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Dokumentasi

Foto dengan Bapak Iwan Setyawan, anggota GERKATIN Foto dengan Andrew Sihombing, anggota Jakarta, di ACE PPKM Jakarta. GERKATIN Tangerang Selatan.

Foto bersama Bapak Bambang dan Ibu Wilma (Ketua dan Sekretaris Umum) dalam acara HUT Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) Bandung, Di Gedung Sate Bandung.

Foto bersama Siti Rodiah wakil GERKATIN Kepemudaan, di Sunyi Coffee Jakarta

Page 118: AKSI SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · aksi sosial gerakan untuk kesejahteraan tunarungu indonesia jakarta (gerkatin

Foto penyerahan penghargaan kepada Bapak Bambang sebagai Ketua Umum GERKATIN, dalam acara HUT GERKATIN JAWA BARAT 2019 di Gedung Sate, Bandung.

Foto dengan seluruh anggota GEKATIN Jakarta dan Jawa Barat dalam acara Halal Bi Halal di Aula Kementrian Pendidikan dan Budaya.