geomorf

31
GEOLOGI REGIONAL DAERAH KUDUS Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Kudus 1409-3, Skala 1 : 100.000 OLEH: KELOMPOK TUJUH Ivan Ryan Waromi D1H043605 Sussana Selvia Y D1H043601 Reza Amir D1H040020 Dody Bertinus Olua D1H043604 La Ode Ahdyar D1H040019 Daniel G Sidebang D1H040005 MB Febrianus D1H040049 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 1

Upload: eska-putra-dwitama

Post on 27-Jun-2015

453 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geomorf

GEOLOGI REGIONAL DAERAH KUDUS

Peta Geologi Bersistem Indonesia

Lembar Kudus 1409-3, Skala 1 : 100.000

OLEH:

KELOMPOK TUJUH

Ivan Ryan Waromi D1H043605

Sussana Selvia Y D1H043601

Reza Amir D1H040020

Dody Bertinus Olua D1H043604

La Ode Ahdyar D1H040019

Daniel G Sidebang D1H040005

MB Febrianus D1H040049

J U R U S A N T E K N I K G E O L O G I

F A K U L T A S M A T E M A T I K A D A N I L M U P E N G E T A H U A N A L A M

U N I V E R S I T A S P A D J A D J A R A N

J a t i n a n g o r ,

2 0 0 4

1

Page 2: Geomorf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Ilmu Geologi secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bumi beserta proses-proses yang berlangsung di dalamnya, materi-

materi yang terkandung di dalamnya, dan bentuk kehidupan yang ada.Dalam

pemahaman ilmu Geologi, kita harus dapat meneliti keadaan sebenarnya dari

teori-teori yang dipelajari di lapangannya. Salah satu cara agar kita dapat melihat

keadaan sebenarnya dari teori-teori yang kita pelajari adalah dengan mengadakan

kegiatan Kuliah Lapangan, kita dapat memahami dan melihat secara langsung

bentuk atau kenampakan permukaan bumi serta struktur-struktur yang terdapat

pada bumi itu.

Geomorfologi yang mempelajari kenampakan permukaan bumi dari

permukaannya sampai dalam bumi merupakan suatu kajian ilmu geologi yang

harus diikuti dalam teori serta harus dibuktikan kebenarannya dilapangan, dengan

kegiatan kuliah lapangan kita dapat melihat kenampakan dan bentuk asli dari

fenomena dan proses-proses yang membentuk bumi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Kegiatan Kuliah Lapangan Geomorfologi ini adalah untuk

menunjang dan membuktikan berbagai teori yang telah didapat selama masa

perkuliahan.

Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah:

1. Membuktikan teori-teori dan konsep gomorfologi yang telah dipelajari.

2. Mengamati secara langsung kenampakan permukaan bumi dan struktur

geologi yang ada di daerah Lembang.

3. Menambah wawasan mengenai pergerakan dan proses-proses yang terjadi

di permukaan bumi.

2

Page 3: Geomorf

1.3 Waktu Penelitian dan Kelancaran Kerja

Kegiatan Kuliah Lapangan ini dilaksanakan selama 1 hari pada tanggal 3

Oktober 2004, dimulai dari pukul 07.00 – 15.00 WIB.

Kelancaran kegiatan ini didukung oleh seluruh pihak baik dari Dosen, asisten

Dosen dan mahasiswa. Kegiatan ini dapat dikatakan berlangsung dengan

lancar,hal ini ditandai dengan kegiatan yang padat dan ilmu yang didapat pada

waktu yang singkat serta efisiennya waktu yang digunakan

1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi dimana Kuliah Lapangan ini dilaksanakan adalah di daerah Gunung

Tangkuban Perahu dan di daerah Lembang.

Keberangkatan dimulai dari Jatinangor, Universitas Padjadjaran Bandung

pada pukul 07.00 WIB. Rute perjalanan yaitu Jatinangor – Bandung – Lembang.

Perjalanan menuju daerah kegiatan menyita waktu sekitar 2 - 3 jam , dengan

menggunakan 2 bus dan angkutan lainnya.

3

Page 4: Geomorf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiografi Daerah Kegiatan

Tangkubanparahu dan gunung-gunung lainnya di sekitar Bandung terletak

di Zona Bandung (Van Bemmelen, 1934). Zona Bandung adalah sebuah busur

memanjang dari depresi antar pegunungan. Busur tersebut secara umum

mempunyai lebar antara 25-50 km, sedikit cembung ke utara, terletak antara Zona

Bogor dan Pegunungan Selatan. Zona depresi ini dinamakan setelah adanya kota

utama di dalamnya yaitu Bandung. Secara struktur ini terletak di puncak

geantiklin Pulau Jawa, yang terpatahkan (tersesarkan) setelah atau sewaktu

pembusuran (pelengkungan) pada akhir Tersier, sumbu sabuknya (busurnya)

adalah tempatnya Vulkanisma Kuarter. Sabuk ini membentang dari Teluk

Pelabuhan Ratu di barat, melewati Lembah Cimandiri dengan Sukabumi (600 m),

dataran Cianjur (495 m) dan Garut (711 m) ke Lembah Citanduy dengan

Tasikmalaya (351 m) di timur, berakhir di Segara Anakan di pesisir selatan P.

Jawa. Bagian tengah zona ini ditempati oleh dataran tinggi Bandung dan Garut.

Secara fisiografi Zona Bandung, Jawa Barat adalah sama dengan Zona Solo di

Jawa Timur, hubungan antara keduanya adalah bagian dari pada Jawa Tengah

rangkaian Serayu dan Pegunungan Progo Barat.

2.2. Morfologi Daerah Kegiatan

Morfologi gunungapi ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi utama

yaitu : kerucut strato aktif, lereng tengah dan kaki. Kerucut strato aktif menempati

bagian tengah kaldera Sunda. Kawah- kawah gunungapi ini membentang dengan

arah barat-timur. Beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa lainnya

terletak di lereng timur. Kerucut strato aktif ini tersusun dari selang-seling lava

dan piroklastik dan di bagian puncak endapan freatik.

 

4

Page 5: Geomorf

Pola radier dengan bentuk lembah V, beberapa air terjun yang sangat umum

ditemukan pada satuan morfologi ini. Morfologi lereng tengah meliputi lereng

timurlaut, selatan dan tenggara gunungapi ini. Batuannya terdiri atas endapan

piroklastik yang sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-lembah

sungai yang dalam dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar (semi

radier). Lereng selatan dan tenggara terpotong oleh sesar Lembang, yang berarah

timur-barat. Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan selatan, yang

terletak pada ketinggian antara 1200 m hingga 800 m dan antara 1000 hingga 600

m di atas permukaan laut. Lereng timurlaut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit

seperti Gunung Malang, Gunung Cinta dan Gunung Palasari. Aliran-aliran lava

dan skoria berwarna kemerahan yang menempati sebagian besar daerah kaki ini

adalah berasal dari pusat-pusat erupsi ini. Pola aliran sungai yang berkembang di

daerah ini adalah paralel dengan bentuk lembah U yang melewati batuan keras.

Lereng selatan terletak antara sesar Lembang dan dataran tinggi Bandung di

selatan. Bagian terbesar daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan

lahar, sedangkan lava ditemukan di dasar sungai. Pola aliran sungai yang

berkembang di dalam satuan morfologi ini adalah paralel.

Van Bemmelen (1949) membagi bentangalam daerah ini menjadi beberapa

kesatuan morfologi, yaitu:

1. Jalur sebelah utara yang terdiri dari daerah perbukitan sekitar Subang

yang diberi nama Punggung Tambakan.

2. Sebuah depresi sebelah dalam dari punggung ini.

3. Pegunungan sentral terdiri dari kompleks gunungapi.

4. Dataran tinggi Bandung sebelah selatan dari pegunungan vulkanik.

5. Daerah perbukitan sekitar Cimahi.

2.3. Sejarah Geologi

Sejarah Gunung Tangkubanparahu dimulai dengan adanya komplek

gunungapi tua yang disebut komplek Gunung Sunda. Dalam sejarah geologi

Gunung Sunda berumur relatif muda. Beberapa dari dari peristiwa-peristiwa yang

terjadi di daerah ini dapat diukur dalam ribuan tahun. Komplek Gunung Sunda

5

Page 6: Geomorf

adalah sebuah gunungapi majemuk yang terdiri atas tiga buah tubuh, dua

diantaranya telah padam dan yang ketiga yaitu Tangkubanparahu masih aktif.

Gunungapi ini dibangun di atas batuan dasar sedimen berumur Neogen.

Gunungapi tertua yang telah padam yang disebut Gunung Sunda mempunyai

sebuah kaldera besar. Hanya sebagian dari pada kaldera ini yang masih tersisa

antara Gunung Burangrang dan Gunung Tangkubanparahu. Danau (situ) Lembang

adalah bagian dari pada dasar kaldera ini. Menurut van Bemmelen (1934), pada

tahap pasca pembentukan kaldera sesar Lembang ini terbentuk. Kejadian tersebut

diikuti oleh lahirnya Gunung Burangrang, sekarang gunungapi tersebut telah

padam, dan terakhir Gunung Tangkubanparahu terbentuk.

2.4. Stratigrafi

Lapisan tertua di daerah ini terdiri atas lempung napalan berselingan dengan

perlapisan tufa dan terumbu koral berumur Miosen. Batuan tersebut tersingkap di

Sungai Citarum di sebelah baratdaya Tangkubanparahu dan di dataran rendah

Purwakarta dan Subang. Di beberapa daerah terumbu koral ini sebagian

termalihkan menjadi marmer karena kontak dengan lava. Lapisan ini kemudian

diintrusi (diterobos) oleh batuan vulkanik berumur Pliosen terdiri atas andesit

hornblende dan dasit. Batuan tersebut tertindih oleh andesit hornblende, breksi

kasar dan konglomerat. Suatu periode kegiatan vulkanik (gunungapi) baru dimulai

di sebuah komplek sebelah utara Bandung dalam kurun waktu Kuarter. Di sebelah

barat sebuah gunungapi besar (Gunung Sunda) terbentuk, sedangkan di sebelah

timur kegiatan vulkanik terletak di daerah Bukit Tunggul, Pulusari, dan Gunung

Cangak. Adapun umur periode gunungapi ini ditentukan oleh tulang-tulang

mamalia besar seperti badak, spesies hipopotamus, kerbau, antelop dan kijang

yang terjebak dalam lahar. Dari fosil-fosil ini diketahui bahwa vulkanisme

berlangsung dalam kurun waktu Plistosen Tua. Produk-produk Gunung Sunda

terdiri atas lava, jatuhan piroklastik, aliran piroklastik, lahar dan endapan freatik.

Ada dua macam endapan lain yang tidak termasuk dalam hasil langsung dari

kegiatan vulkanik seperti endapan danau Bandung yang secara stratigrafi

menumpang di atas endapan aliran piroklastik dari erupsi pembentukan kaldera

6

Page 7: Geomorf

Sunda, dan endapan fluviatil yang terdiri atas bahan-bahan vulkanik sebagai hasil

dari proses sekunder.

2.5 Petrografi

Endapan aliran piroklastik di sekitar G. Tangkubanparahu adalah alkali

kapur (calk - alkaline) berasosiasi dengan rangkaian toleitik, yang termasuk dalam

seri andesit basalt sampai andesit. Pengelompokan tipe magma dalam seri ini

adalah berdasarkan kandungan silika seperti diklasifikasikan oleh Taylor (1969)

yaitu terdiri atas andesit bersilika rendah (53-57%SiO2) dan andesit (57-63 %

SiO2) (R. Dalimin, 1987).

2.6. Sejarah dan Perkembangan Patahan Lembang

Pada Zaman Kuater telah terjadi pembentukan dataran tinggi Bandung.

Sejarah daerah gunungapi ini dapat dibagi dalam dua periode, yaitu Zaman

Kuarter Tua dan Kuarter Muda.

Kira-kira pada permulaan Zaman Kuarter Tua, aktivitas vulkanik telah

berpindah ke sebelah utara, tempat Gunung Tangkuban perahu kini berada. Pada

zaman tersebut Gunung Tangkuban Perahu belum lahir tetapi yang ada hanya

berupa induk dari gunungapi yaitu gunungapi Sunda.

Gunungapi Sunda yang baru muncul sangatlah besar dan menurut

rekonstruksi mempunyai diameter 20 km dengan tinggi sekitar 2000-3000 m. kini,

hanya ditemukan jejak-jejaknya saja yang masih tertinggal. Gunungapi raksasa

ini mempunyai titik-titik parasit seperti Gunung Burangrang yaitu gunungapi yang

lebih tua dari Tangkuban Perahu yang terletak di sebelah barat dari Gunung

Tangkuban Perahu. Gunung Burangrang lebih tua dari Tangkuban Perahu, hal ini

dapat kita pahami jika dibandingkan morfologi dari kedua gunung tersebut.

Gunungapi Tangkuban Perahu masih memiliki lereng yang licin dengan kata lain

erosi belum lama bekerja sedangkan gunung Burangrang telah memiliki banyak

sekali lembah (baranco) hasil proses erosi. Gunungapi parasit lainnya yang

terdapat pada gunungapi Sunda adalah Gunung Palasari, Bukit Tunggul, Gunung

7

Page 8: Geomorf

Canggak. Semua bahan-bahan dari gunungapi-gunungapi ini menuju ke berbagai

jurusan ke utara menuju Subang dan ke selatan menuju Bandung. Setelah

beberapa waktu bekerja, gunungapi raksasa ini meledak dengan hebat. Pada

peristiwa peledakan tersebut terbentuk kawah yang ukurannya beberapa kali dari

kawah biasa, diameternya ± 8 km kawah ini biasa disebut kaldera. Sebagian besar

dari gunungapi Sunda ini runtuh. Sector utara dari dinding kaldera ini masih dapat

kita lihat karena terhindar dari pengerjaan erosi, yaitu dinding Danau Situlembang

yang terletak pada ketinggian 1568 m. Tinggi dinding ini diperkirakan 200-300 m

dari permukaan danau dan merupakan dinding kaldera Sunda yang sebagian telah

hilang. Usia erupsi dari Gunung Sunda ini diketahui dari sisa-sisa binatang

vertebrata seperti antilope, rhinoceros, dsb. Yang ditemukan di dalam lahar

Gunungapi Sunda yang ditemukan di sebelah barat Cimahi pada penyayatan

Sungai Citarum.

Jika kita tinjau depresi Lembang, maka di sebelah selatan akan terlihat suatu

pegunungan panjang yang lurus memanjang dari timur ke barat. Pada salah satu

bukit dari pegunungan ini akan kita lihat bangunan teropong bintang Bosscha.

Van Bemmelen, seorang ahli geologi yang banyak menulis tentang geologi

Indonesia,menganggap bahwa gerak yang terjadi itu bukan satu gerak vertical

akan tetapi satu gerak lengser yang mengakibatkan pengerutan sedimen-sedimen

sebelah utara sehingga membentuk apa yang disebut punggung Tambakan.

Berdasarkan hasil analisis para pakar geologi, sesudah erupsi Gunungapi

Sunda ini, maka terjadilah gerak turun naik dalam kerak bumi, akibatnya

terjadilah pegunungan tersebut. Bagian utara relatif lebih turun dibanding bagian

selatan. Fenomena ini dikenal sebagai Patahan Lembang. Bagian sebelah utara

turun kira-kira 450 m dibandingkan dengan sebelah selatan. Contoh yang cukup

jelas dari pemotongan kerak bumi ini dapat kita lihat pada Bukit Batu dan Bukit

Gantung. Bukit-bukit ini yang sebelumnya merupakan satu arus lava menjadi

terpotong dan seakan-akan tergantung.

Patahan lembang memiliki morfologi yang curam dan tidak rata. Hal ini

disebabkan strukturnya termasuk dalam factor genetic yaitu merupakan daerah

tektonik yang dimana perubahan yang terjadi pada batuan disebabkan oleh adanya

8

Page 9: Geomorf

gaya batuan itu sendiri akan tetapi terjadinya perubahan pada batuan itu secara

tidak langsung juga disebabkan oleh adanya pengaruh vulkanisme. Sehingga

karena adanya pengaruh tektonik, mengakibatkan Patahan Lembang memiliki

bentuk yang curam dan batuannya tidak rata. Jenis batuan daripada Patahan

Lembang adalah batuan beku dan ini menunjukkan bahwa batuannya lebih keras

karena berdasarkan ciri-cirinya batuan beku merupakan intrusi (batuan beku yang

terdapat didalam bumi) dan pembekuannya lebih lambat sehingga bentuk

kristalnya euhedral karena mineral-mineralnya terbentuk dengan teratur dengan

demikian batuannya menjadi keras.

Pada Patahan Lembang, usianya dapat ditentukan dengan melihat top and

bottomnya yang dimana dibagian topnya (atas) berarti menunjukkan umurnya

lebih tua sedangkan dibagian bottomnya(bawah) umurnya lebih muda.

2.7 Sejarah dan Perkembangan Gunung Tangkuban Perahu

Setelah terjadinya Patahan Lembang, Gunungapi Tangkuban Perahu mulai

beraktivitas yaitu pada zaman Kuarter Muda. Gunungapi Tangkuban Perahu ini

terbentuk di sebelah timur di dalam kaldera Sunda. Fenomena yang mirip terjadi

di Kompleks Bromo di dalam Kaldera Tengger.

Erupsi pertama dari Gunung Tangkuban Perahu ini memang sangat hebat,

materialnya sangat banyak sehingga mengakibatkan terbentuknya dataran tinggi

Bandung. Erupsi dari Gunung Tangkuban Perahu dapat dibagi dalam beberapa

fasa yaitu erupsi I (A), erupsi II (B), erupsi III (C).

Sesudah pembentukan Patahan Lembang maka terjadi erupsi yang hebat

dari Gunung Tangkuban Perahu dalam bentuk tufa-slak. Hasil pertama dari

Gunung Tangkuban Perahu ini merupakan efflata (bahan-bahan lepas). Sebelah

utara arus slak ini menuju Segalaherang dan sebelah selatan menuju Bandung.

Material-material yang keluar ini mengisi depresi Lembang dan terbentur pada

dinding Patahan Lembang. Arus slak tersebut mencari jalan ke arah selatan

melalui celah-celah dalam dinding patahan dengan cara penyayatan Sungai

Cikapundung dan Sungai Cipaganti. Arus lahar yang mengalir di sebelah Barat

tidak menemui rintangan karena dinding patahan tidak tinggi, sehinga mulailah

9

Page 10: Geomorf

bagian ini dibanjiri oleh bahan-bahan Tangkuban Perahu ke arah Cimahi dan

Padalarang.

Alur Sungai Citarum pada waktu tersebut berlainan dengan sekarang.

Sungai ini mengalir diperkirakan di sebelah utara Cimahi dan berbelok ke arah

Padalarang melalui lembah yang kini terdapat Sungai Cimeta. Lembah purba

Sungai Citarum masih dapat dikenal dari dalam dan lebarnya lembah yang

dipergunakan oleh Sungai Cimeta sedangkan Sungai Cimeta itu sendiri lebih kecil

dibandingkan dengan lembahnya.

Arus lahar yang mengalir di sebelah barat dari Gunung Tangkuban Perahu

membendung sungai Citarum sehingga terjadilah apa yang dikenal dengan Danau

Bandung. Selama erupsi besar dari Gunung Tangkuban Perahu daerah ini telah

dihuni oleh manusia. Oleh karena itu, pembendungn Sungai Citarum ini sangatlah

terkenal dalam dongeng-dongeng Sunda lama (Dongeng Sankuriang).

Di sekitar Palasari ditemukan perkakas dari batuan yang ditaksir berasal dari

Zaman Neolitikum. Perkakas batuan obsidian ditemukan juga di sekitar Gunung

Mlabar dan Dago yang ditaksir berumur 3000-6000 tahun. Peralatan tersebut tidak

ditemukan di tempat lain yang dimungkinkan akibat penimbunandebu dan bahan-

bahanGunung Tangkuban Perahu di daerah-daerah tersebut.

Sungai Citarum selanjutnya mendapat tempat penyayatan baru yaitu pada

batugamping di barat daya Padalarang. Dengan demikian keringlah Danau

Bandung Endapan danau ini merupakan tanah yang subur yang termasuk gudang

makanan dari sebagian daerah Priangan

Sesudah peristiwa erupsi tersebut maka terjadilah gerak-gerak dalam bumi

yang membentuk patahan-patahan berbentuk corot. Akibat pembentukan retakan

dalam gunungapi ini maka keluarlah bahan-bahan dalam bentuk cair, yaitu lava.

Lava tersebut juga menggunakan penyayatan sungai-sungai sebagai jalan. Lava

tersebut kini dapat dilihat di Curug dago. Erupsi yang menghasilkan lava ini

disebut erupsi B. Disebelah utara aktivitas lava ini cukup besar yang keluar

sewaktu erupsi Gunung cinta, Gunung Malang, dsb. Ditinjau dari pergantian

bahan-bahan lepas efflata dan lava maka Gunung Tangkuban Perahu merupakan

tipe gunungapi strato (berlapis). Lava erupsi B ini bersusunan basal berlainan

10

Page 11: Geomorf

dengan material Gunungapi Sunda dan Burangrang yang bersusunan andesit

(augit-hypersteen andesit).

Lava yang mengalir sewaktu erupsi B itu telah menyebabkan pembentukan

Curug Dago yang merupakan sumber air di Ciliang. Hasil-hasil erupsi yang telah

lapuk ini juga menyuburkan tanah di sekitar Tangkuban Perahu seperti

perkebunan Kasomalang yang mempunyai produksi t e h terbesar sebelum perang,

1000 kg/ha. Setelah itu terjadi kembali erupsi yang menghasilkan rempah-rempah

lepas yang di sebut erupsi C tetpi tak sehebat erupsi A. Erupsi berganti-ganti

keluar dari 12 kepundan yang menyebabkan bentuk mendatar dari puncak

Tangkuban Perahu. Di Tangkuban Perahu terjadi perpindahan aktivitas pipa

kepundan dari arah barat ke timur.

Diperkirakan ketinggian Gunung Tangkuban Perahu yaitu 2048 m. pada

tahun 1952, Gunung Tangkuban Perahu meletus. Pada tahun tersebut termasuk

letusan terakhir Gunung Tangkuban Perahu yang dimana letusannya berkisar

setinggi 50 m berupa abu. Di sekitar Gunung Tangkuban Perahu terdapat sesar

radial yang mengalir. Gunung Tangkuban Perahu memiliki dua kawah yaitu

kawah Ratu dan Kawah Lipas. Kawah adalah induksi dari gunungapi. Kawah

merupakan pusat erupsi (magma planproclastic, bekas debu vulkanik, breksi

sedimen).

Di sekitar kawah Gunung Tangkuban Perahu terdapat tumbuhan yang

dkenal nama cantigi. Tumbuhan ini banyak terdapat disekitar gunung berapi.

Berdasarkan pengamatan para pengawas Gunung Tangkuban Perahu

melalui seismograf , magma masih beraktivitas di bawah Gunung Tangkuban

Perahu. Hal ini dapat dilihat dengan keluarnya gas belerang dari kawah tepatnya

di sulfater. Sulfater yaitu tempat keluarnya belerang. Sedangkan movet adalah

tempat keluarnya gas yng beracun (gas campuran seperti CO2, CO,S).

2.8 Penggunaan Seismograf

Gunung Tangkuban Perahu ditinjau sebanyak satu atau dua kali dalam

sebulan oleh para pengawas Gunung Tangkuban Perahu. Hal ini disebabkan di

Gunung Tangkuban Perahu sering terjadi gempa kecil dan selalu mengeluarkan

11

Page 12: Geomorf

gas belerang. Untuk mengetahui apakah gunung tersebut akan meletus maka

digunakan seismograf.

Jika terjadi gempa maka pada seismograf akan terdapat garis –garis (grafik)

Jarak antara garis satu dengan yang lain minimal 120 mm/menit. Sedangkan jarak

antar spasi 5 menit.

 

12

Page 13: Geomorf

BAB III

HASIL PENELITIAN

Foto 1. Kawah Ratu

Foto 2. Kawah Ratu

13

Page 14: Geomorf

Penjelasan : Seperti yang telah dijelaskan bahwa Gunung Tangkuban Perahu

memiliki beberapa kawah, diantaranya adalah Kawah Ratu (Foto 1

dan 2). Kawah Ratu merupakan kawah terbesar di Gunung

Tangkuban Perahu. Tanaman yang dapat hidup di daerah

sekeliling kawah (Foto 1) bernama Cantigi dan merupakan

tanaman khas daerah tersebut. Pada bagian dinding atas kawah

terdapat struktur dari batuan beku. Perbedaan suhu terdapat pula

pada lava dalam kawah tersebut. Hal ini disebabkan karena

perbedaan tempat dan aktivitas dari dalam Gunung Tangkuban

Perahu. Lava ini, mengeluarkan bau sulfur yang sangat

menyengat.

Foto 3. Kawah Domas

14

Page 15: Geomorf

Foto 4. Kawah Domas

Penjelasan : Kawah Domas merupakan kawah lainnya yang terdapat di Gunung

Tangkuban Perahu. Kawah ini lokasinya berada lebih bawah dari

Kawah Ratu. Penelitian dilakukan di atas kawah yang telah

membeku namun pada sebagian permukaannya masih

mengeluarkan cairan dan gas. Bagi pengunjung, fenomena kawah

ini dapat dimanfaatkan dengan cara memasak telur di atas kawah.

Kawah inipun mengeluarkan bau yang sangat menyengat. Struktur

batuan di daerah ini masih berupa batuan beku vulkanik.

15

Page 16: Geomorf

Foto 5. Seismograf

Penjelasan : Seismograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

aktivitas dari dalam permukaan bumi. Suatu alat dimasukkan ke

dalam perut bumi dan dihubungkan dengan kabel pada seismograf

tersebut, dimana stiap pergerakan yang terjadi, sekecil apapun,

akan terdeteksi. Setiap pergerakan akan membuat jarum pada

seismograf bergerak. Jarum yang diberi warna dan dialasi kertas

memberikan keterangan pergerakan bumi tersebut. Tinggi

rendahnya garis yang dibuat dan kerapatan antar kurva garis yang

16

Page 17: Geomorf

dibuat menunjukkan besar kecilnya dan frekuensi pergerakan

bumi tersebut.

17

Page 18: Geomorf

Foto 6. Patahan Lembang

Foto 7. Slickenside dari Patahan Lembang

Penjelasan : Patahan lembang merupakan patahan normal akibat deformasi.

Blok yang turun adalah dataran yang ditempati warga sekitar. Pada

bidang sesarnya terdapat slickenside.

18

Page 19: Geomorf

BAB VI

KESIMPULAN

Setelah kita menjalani kuliah lapangan ke daerah Tangkuban Perahu dan

Patahan Lembang maka didapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil sesuai

dengan keadaan di lapangan dan tinjauan pustaka yang dipelajari,diantaranya:

Gunung Tangkuban Perahu terakhir meletus pada tahun 1952 yang

dimana letusannya setinggi 50 m berupa abu. Diperkirakan ketinggian

Gunung Tangkuban Perahu adalah 2084 m.

Pada Gunung Tangkuban Perahu terdapat 2 kawah yaitu kawah Ratu

dan Kawah Domas yang mengeluarkan bau busuk yang menyengat.

Tangkubanparahu dan gunung-gunung lainnya di sekitar Bandung

terletak di Zona Bandung (Van Bemmelen, 1934). Zona Bandung

adalah sebuah busur memanjang dari depresi antar pegunungan. Busur

tersebut secara umum mempunyai lebar antara 25-50 km, sedikit

cembung ke utara, terletak antara Zona Bogor dan Pegunungan Selatan.

Zona depresi ini dinamakan setelah adanya kota utama di dalamnya

yaitu Bandung.

Morfologi gunung Tangkuban Parahu ini dapat dibagi menjadi tiga

satuan morfologi utama yaitu : kerucut strato aktif, lereng tengah dan

kaki.

Sejarah Gunung Tangkubanparahu dimulai dengan adanya komplek

gunungapi tua yang disebut komplek Gunung Sunda. Komplek Gunung

Sunda adalah sebuah gunungapi majemuk yang terdiri atas tiga buah

tubuh, dua diantaranya telah padam dan yang ketiga yaitu

Tangkubanparahu masih aktif

Kawah merupakan pusat erupsi (magma planproclastic, bekas debu

vulkanik, breksi sedimen).

19

Page 20: Geomorf

Ditemukan tumbuhan yang hidup di sekitar gunung berapi yang bernam

Cantigi.

Kaldera adalah bentuk kawah yang lebih besar yang ukuran

diameternya ± 8 km.

20

Page 21: Geomorf

DAFTAR PUSTAKA

Sumber:

Geologi

Oleh: Dr. J.A. Katili

Dr. P. Marks

Dep. Urusan Research Nasional, Djakarta,

Hal 213, 214-219.

21

Page 22: Geomorf

LAMPIRAN – LAMPIRAN

22