geologi papua_ika nourma sari_k5410025

32
GEOLOGI PAPUA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Indonesia yang Diampu Oleh Drs. Partoso Hadi, M.Si Oleh Ika Nourma Sari K5410025 Program Studi Pendidikan Geografi

Upload: ika-nourma-sari

Post on 05-Jul-2015

616 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

GEOLOGI PAPUA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Indonesia yang Diampu Oleh Drs. Partoso Hadi, M.Si

Oleh Ika Nourma Sari K5410025

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini dengan baik. Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Indonesia. Dengan selesainya penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah Geologi Indonesia yang telah banyak membimbing dalam menyelesaikan tugas ini. 2. Ibuk dan Bapak di rumah yang memberikan motivasi untuk tetap bertahan di sini menyelesaikan apa yang telah dimulai. 3. Teman-teman yang selalu memberikan semangat. 4. Kakak-kakak di Wisma Utami yang telah banyak menyemangati dan membantu sehingga tugas ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan tugas ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya penyusunan tugas ini. Akhirnya penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2011 Penulis

DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN ...... i ii iii 1 3

A. Evolusi Tektonik Pulau Papua . 3 B. Geologi Regional Papua .. 7 C. Seting Tektonik Papua . 8 D. Stratigrafi Papua .. E. Peta Geologi Papua . 10 16

BAB III PENUTUP ... 17 DAFTAR PUSTAKA 19

BAB I PE AHULUAN

A. L

Bel

Papua adalah pulau yang berada di timur wilayah kepulauan Indonesia. Bersama dengan Papua Nugini, pulau ini merupakan pulau terbesar kedua di dunia, sekaligus merupakan pulau yang mempunyai puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia, yaitu Puncak Wijaya (4.884 dpl). Papua merupakan wilayah yang sangat kaya akan sumber alam sebagai akibat kegiatan lempengnya yang terus mengalami perkembangan. Geologi Papua merupakan sesuatu yang kompleks, melibatkan kegiatan interaksi konvergen Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik serta proses pengendapan di masa lalu yang mengalami perkembangan dan pengangkatan. Kebanyakan evolusi tektonik Cenozoic kepulauan ini terbentuk sebagai akibat interaksi konvergen tersebut.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana evolusi tektonik Pulau Papua? 2. Bagaimana geologi regional Pulau Papua? 3. Bagaimana seting tektonik Pulau Papua? 4. Bagaimana stratigrafi Pulau Papua? 5. Bagaimana gambaran Peta Geologi Papua?

C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk mengetahui evolusi tektonik Pulau Papua. 2. Untuk mengetahui geologi regional Pulau Papua 3. Untuk mengetahui seting tektonik Pulau Papua 4. Untuk mengetahui stratigrafi Pulau Papua 5. Untuk mengetahui Peta Geologi Papua

D. Manfaat Penulisan Makalah a. Manfaat Teoritis 1. Makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

2. Sebagai dasar penyusunan makalah berikutnya.

b. Manfaat Praktis 1. Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan. 2. Dapat mengetahui evolusi tektonik Pulau Papua. 3. Dapat mengetahui geologi regional Papua. 4. Dapat mengetahui seting tektonik Papua. 5. Dapat mengetahui stratigrafi Pulau Papua. 6. Dapat mengetahui Peta Geologi Papua

BAB II PEMBAHASAN

A. E olusi Tektonik Pulau Papua Teori tektonik lempeng merupakan teori yang dapat menjelaskan mengenai pergerakan lempeng-lempeng di muka bumi dan telah diterima umum sebagai teori yang valid dari sebuah teori geologi. Teori ini menjelaskan bahwa di permukaan bumi ini, terdapat 7 lempeng besar dan lempeng-lempeng (lithosfer) kecil lainnya. Kesemuanya mempunyai pergerakan aktif dan dinamik sebagai akibat kegiatan energi di inti bumi. Tiap-tiap lempeng terdiri dari kerak benua (continental crust) dan kerak samudera (oceanic crust), yang kesemuanya bergerak relatif terhadap sesamanya. Bagian selatan Pulau Papua merupakan tepi utara dari benua paling kuno, yaitu Gondwanaland. Termasuk dalam bagian benua ini adalah Benua Antartika, Benua Australia, India, Amerika Selatan, Selandia baru, dan Kaledonia Baru. Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli geologi dan mendapat perhatian yang cukup besar karena geologinya yang kompleks tersebut. Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam. Awal terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya (Benua Australia) terjadi pada masa Kretasius Tengah (kurang lebih 100 juta tahun yang lalu). Lempeng Benua India-Australia (atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat. Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan

(sedimentation) dengan masa yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif dimulai pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal, sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klastik kuarsa, termasuk lapisan batuan klastik karbonat, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea berumur Miocen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai lebih dari 12.000 meter.

Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan pertumbukan yang dihasilkan dari interaksi konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, dijelaskan bahwa Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng ini berada di bawah Lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara dan rotasi dari benua super ini, seluruh Papua dan Australia bagian utara berada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada Lempeng India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 48 Lintang Selatan yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 35 Lintang Selatan, dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa subduksi antara ke lempeng -2 tersebut telah menyebabkan endapan Benua Australia terangkat sehingga memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi, kecepatannya adalah 2,5 km per juta tahun. Apabila dijabarkan berdasarkan periode-periodenya, maka aktivitas tektonik penting yang menjadi cikal bakal Papua saat ini terjadi melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Pada Kala Oligosen terjadi pergerakan tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus dan turbidit karbonat pada sisi benua sehingga membentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai Metamorf Dorewo". Akibat lebih lanjut dari aktivitas tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua. 2. Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen (CT) dan membentuk Jalur Aktif

Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang kompleks dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan. Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah. Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 12.000 meter. Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.

Gambar 1. Periode terbentuknya Pulau Papua

Proses konvergen antar lempeng juga mengakibatkan terbentuknya pegunungan di Papua. Pegunungan tersebut adalah Pegunungan Jayawijaya yang memiliki Puncak Jaya sebagai puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia dengan ketinggian 4.884 mdpl. Pada pegunungan ini ditemukan fosil hewan laut yang sekaligus merupakan bukti bahwa Papua dahulu merupakan dasar lautan yang mengalami pengangkatan. Puncak Wijaya mempunyai salju yang diyakini sebagai salju abadi.

Gambar 2. Puncak Wijaya yang memiliki salju abadi Berdasarkan proses geologi yang terjadi berpuluh-puluh juta tahun tersebut, 3 ahli Geologi yaitu Wallace, Weber dan Lydekker berusaha menarik garis batas antara Lempeng Sahul dan Lempeng Sunda seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Garis batas antara Lempeng Sunda dan Sahul

B. Geologi Regional Papua Peristiwa-peristiwa geologi di Papua telah banyak diteliti dan dipelajari oleh para ahli geologi. Pelopor penelitian adalah Visser dan Hermes (1962), sejak itu pulau ini menjadi pusat perhatian bagi para ahli geologi, geofisika, maupun ahli eksplorasi. Para ilmuwan yang meneliti pulau ini umumnya berpendapat bahwa orogenesis (pengangkatan) pada kala Oligosen adalah awal mulainya proses tektonik di Papua hingga terbentuk fisiografi yang terlihat pada masa sekarang ini dan lazim dikenal sebagai Orogen Melanesia. Orogenesis ini menghasilkan 3 mandala geologi, sehingga Dow et al. (1986) membagi geologi Papua menjadi 3 lajur berdasarkan stratigrafi, magmatik, dan tektoniknya, yaitu : 1. Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan busur vulkanik kepulauan (Oceanic Province) sebagai bagian dari Lempeng Pasifik. Batuan-batuan ofiolit pada umumnya tersingkap di sayap utara Pengunungan Tengah Papua dan Papua Nugini. 2. Kawasan Benua yang terdiri atas batuan sedimen yang menutupi batuan dasar kontinen yang relatif stabil dan tebal yang terpisah dari kraton Australia. 3. Lajur peralihan yang terdiri atas batuan termalihkan (metamorf) dan terdeformasi sangat kuat secara regional. Lajur ini terletak di tengah (central range) dan memisahkan kelompok 1 dengan kelompok 2 dengan batas-batas sesar-sesar sungkup dan geser.

Dow et al. (2005), juga menjelaskan ciri dominan dari perkembangan geologi Papua merupakan transformasi antara sejarah tektonik dari batuan mantap kraton Australia dan Lempeng Pasifik di satu sisi, dan periode tektonik yang berlanjut dari zona deformasi di sisi lainnya (New Guinea Mobile Belt). Dari paparan di sepanjang tepi Utara dan dari eksplorasi permukaan bawah (subsurface) di sebelah Selatan, serta pencatatan lengkap sejarah geologi hingga saat ini menunjukkan, bahwa batuan dari kraton Australia pada sebagian besar wilayah ini dicirikan oleh sedimentasi palung (shelf sedimentation). Hanya sebagian kecil yang dipengaruhi oleh proses tektonik dari zaman Paleozoik Awal hingga Tersier Akhir. Batuan Lempeng Pasifik yang terpaparkan di Papua berumur lebih muda.

Terlepas dari batuan mantel sesar naik yang kemungkinan berumur Mesozoik dan beberapa kerak Samudera Jurasik, Lempeng Pasifik ini terdiri atas volkanik busur kepulauan dan subordinat kerak samudera berumur Palaeogen. Sedangkan pembagian geologi Papua hanya berdasarkan tektoniknya Davies et al. (1996) dalam Evolution of the Papuan Basin dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 4. Pembagian geologi Papua menjadi 3 provinsi tektonik : SW atau southwest cratonic zone, C atau central collisional zone atau zona tubrukan tengah NE atau northeastern islands dan jajaran yang terbentuk akibat aktivitas volkanik Cainozoic

C. Seting Tektonik Papua Seting tektonik Papua telah mendapatkan banyak perhatian dari beberapa ahli geologi seperti Dow dkk (1985), Smith (1990) dan Mark Closs (1990). Ulasan dari ahli-ahli ini dapat dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan posisi dan sejarah tektonik Papua. Konfigurasi tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi berkaitan erat dengan perkembangan proses

magmatik dan pembentukan busur gunung api yang berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal.

Gambar 5. Seting tektonik Papua Keterangan : MTFB = Mamberamo Thrust and Fold Belt WO WT = Weyland Overthrust = Waipona Trough

TAFZ = Tarera-Aiduna Fault Zone RFZ LFB SFZ YFZ = Ransiki Fault Zone = Lengguru Fault Belt = Sorong Fault Zone = Yapen Fault Zone

MO

= Misool-Onin High

Tanda panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan Australia. Zona deformasi yang berada di sebelah Timur adalah bagian dari New Guinea Mobile Belt (Sabuk Mobil New Guinea) dan merupakan campuran dari batuan kraton Australia dan Lempeng Pasifik. Walaupun pencatatannya terpisahpisah, terdapat bukti bahwa batuannya berasal dari tektonik utama pada episode Paleozoik Pertengahan dan Oligosen maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik, Kretasius, dan Miosen Pertengahan. Akan tetapi, sebaran paling luas dari aktivitas tektonik dan volkanik dimulai pada Miosen Akhir dan berlanjut hingga sekarang ini yang disebut Melanesian Orogeny (Dow and Sukamto, 1984). Dari gambar di atas diketahui bahwa wilayah Papua sangat berpotensi terhadap terjadinya gempa tektonik maupun tsunami. Terdapat sejumlah lipatang (folding) maupun sesar naik sebagai akibat dari interaksi konvergen lempenglempeng bersangkutan, seperti Sesar Sorong, Sesar Ransiki, dan Sesar Lungguru. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir ini Papua kerap digoncang gempa, bahkan pada saat terjadi gempa dan tsunami yang menimpa Jepang beberapa waktu lalu, Papua juga ikut merasakan getaran gempa.

D. Stratigrafi Papua Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas : 1. Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum) Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi Awigatoh sebagai batuan tertua di Papua yang berumur pre-Kambium. Formasi ini juga disebut Formasi Nerewip oleh Parris (1994) di dalam lembar Peta Timika. Formasi ini terdiri dari batuan metabasalt, metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batuserpih dan batulempung. Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem. Formasi Kariem sendiri tersusun oleh perulangan batupasir kuarsa berbutir halus dengan batuserpih dan batulempung. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal Paleozoikum atau pre-

Kambium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di bawah Formasi Modio yang berumur ilur Devon. Didaerah Gunung Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan Formasi Kariem yang ditutupi secara disconformable oleh Formasi Tuaba. Formasi Tuaba tersusun oleh batupasir kuarsa berlapis sedang dengan sisipan konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan berumur Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium. Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah Anggota A yang didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik dolostone yang berlapis baik. Sedangkan di bagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang siur, serta laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan koral dan fission track yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan sebagai kantak disconformable (Ufford, 1996). Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan sisipan batubara, dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi ini ditindih secara selaras oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan fosil brachiopoda yaitu Perm. Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit dan kuarsit. Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982). Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen

yang taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluviodelataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).

2.

Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik a. Formasi Tipuma

Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit bercak hijau muda. Formasi ini terdiri dari batulempung dan batupasir kasar sampai halus yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal. b. Formasi Kelompok Kembelangan

Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform. Bagian atas dari kelompok ini disebut formasi Jass. Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batudebu dan batulumpur karboniferus pada lapisan bawah batupasir kuarsa glaukonitik butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini berhubungan dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan Gamping New Guinea atau New Guinea Limestone Group (NGLG). c. Formasi Batu Gamping New Guinea

Selama masa Cenozoik, kurang lebih pada batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau New Guinea dicirikan oleh pengendapan (deposisi) karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu Gamping New Guinea (NGLG). Kelompok ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas empat formasi, yaitu (1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen; (2). Formasi Fumai Eosen; (3) Formasi Sirga Eosin Awal; (3). Formasi Imskin; dan (4). Formasi Kais Miosen Perten gahan hingga Oligosen.

3.

Sedimentasi Senosoik Akhir Sedimentasi Senosoik Akhir dalam basement kontinental Australia

dicirikan oleh sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di atas strata karbonat Miosen Pertengahan. Di Papua dikenal 3 (tiga) formasi utama, dua

di antaranya dijumpai di Papua Barat, yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool berturut-turut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.

4.

Kenozoikum Grup Batugamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari

tua ke muada adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan Formasi Kais. Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarasa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500 meter. Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur Eosen. Formasi Sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Faumai, terdiri dari batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengandung fosil foraminifera, dan batuserpih yang setempat kerikilan. Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal dan berumur Oligosen Awal. Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau, batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter

5.

Miosen sampai sekarang Pada Miosen sampai sekarang, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang

dikenal sebagai Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan litologi, yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar

1000 meter. Ketiga formasi tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang dijumpai di daerah Badan Burung pada bagian bawahnya menjemari dengan Formasi Klasafat. Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool. Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir, terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari rombakan batuan yang lebih tua.

6.

Stratigrafi Lempeng Pasifik Pada umumnya batuan Lempeng Pasifik terdiri atas batuan asal penutup

(mantle derived rock), island-arc volcanis dan sedimen laut dangkal. Di Papua, batuan asal penutup banyak dijumpai luas sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen pada umumnya terbentuk oleh batuan ultramafik, plutonil basik, dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam Lempeng Pasifik dicirikan pula oleh karbonat laut-dangkal yang berasal dari pulau-arc. Satuan ini disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau Yapen dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini berkisar dari Miosen Awal hingga Pliosen.

7.

Stratigrafi Zona Transisi Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan batuan

dalam zona deformasi. Kelompok batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi atau peralihan, yang terutama terdiri atas batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk kontinyu (>1000 km) dari Papua hingga Papua New Guinea.

Gambar 6. Stratigrafi wilayah Papua

E. Peta Geologi Papua

Gambar 7. Peta Geologi Papua yang disederhanakan

Keterangan : Warna Biru = batu gamping atau dolomite

Warna Merah = Batuan beku atau malihan Warna Abu-abu = Sedimen lepas (kerikil, pasir, lanau) Warna Kuning = Sedimen Padu (tak terbedakan)

BAB III PENUTUP

Dari pembahasan-pembahasan mengenai geologi Papua, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Papua merupakan sebuah pulau yang berasal dari pengendapan materi Benua Australia selama berjuta-juta tahun, pengendapan ini

menghasilkan tumpukan material yang tebal sehingga mampu membentuk sebuah pulau seperti sekarang. Selain itu, Pulau Papua juga terbentuk karena interaksi konvergen antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik yang menyebabkan pengendapan yang terjadi sebelumnya terangkat ke permukaan dari dasar Laut Pasifik yang dalam. Bukti bahwa Papua dulunya berada di dasar laut dapat ditemukan pada sepanjang Pegunungan Jayawijaya maupun

pegunungan lain di wilayah Papua, pada pegunungan tersebut ditemukan fosil hewan laut. Bukti lain adalah batuan-batuan yang ditemukan di Papua yang mengindikasikan terjadinya pengangkatan dari dasar laut oleh tenaga endogen, dikenal sebagai Orogenesa Melanesia. 2. Pembagian geologi regional Papua berdasarkan pada tektonik, magmatic, dan stratigrafinya, maka Papua dibagi menjadi 3 kawasan atau provinsi, yaitu : a. Kawasan Samudra Utara yang dicirikan oleh adanya batuan ofiolit dan busur vulkanik kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik. b. Kawasan Benua yang dicirikan atas batuan sedimen yang menutupi batuan dasar kontinen. c. Lajur Peralihan yang terdiri atas batuan yang termalihkan dan terdeformasi sangat kuat. Lajur ini memisahkan Kawasan Benua dan Kawasan Samudra Utara. 3. Seting tektonik Papua terdiri dari patahan, lipatan, maupun sesar-sesar sehingga di wilayah Papua rentan akan terjadinya gempa bumi yang

diikuti dengan tsunami. Akibat dari tektonik yang katif, wilayah Papua kaya akan barang tambah seperti timah, emas, bijih besi, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan sebagai devisa negara. 4. Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas : a. Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum) b. Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik c. Sedimentasi Senosoik Akhir d. Kenozoikum e. Miosen sampai sekarang f. Stratigrafi Lempeng Pasifik g. Stratigrafi Zona Transisi 5. Dari Peta Geologi Papua yang disederhanakan, diketahui bahwa batuan yang terdapat di Papua terdiri dari batuan beku, sedimen, dan metamorf yang penyebarannya dapat diketahui melalui peta.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

-.

Profil

Wilayah

Provinsi

Papua

Barat,

dalam

www.rtrwpapuabarat.info%2Ffakta%2Fpdf%2Fasp-fisik.pdf, diunduh 19 Juni 2011. Anonim. 2009. The Geology of Papua, dalam http://en.wikibooks.org/wiki/ The_Geology_of_Indonesia/Papua, diunduh 19 Juni 2011. Anonim. 2011. 7 Daerah Geologi Indonesia yang Unik, dalam http://www.kaskus .us/ showthread.php?p=445844903, diunduh 19 Juni 2011. Anonim. 2011. Misteri Pulau Jutaan Tahun-Papua, dalam http://rovicky.multiply .com/journal/item/206, diunduh 19 Juni 2011. Florida Museum of Natural History. -. Papua New Guinea Geology, dalam http://www.flmnh.ufl.edu/pngsnails/geology.htm, diunduh 19 Juni 2011. West Papua Liberation Organitation. 2011. Terbentuknya Pulau Papua, dalam http://oppb.webs.com/apps/blog/, diunduh 19 Juni 2011. Widijono, B.S. dan B Setyanta. 2009. Medan Gaya Berat pada Batuan Ofiolit (Ultramafik) di Beoga Papua dan Implikasi terhadap Genesis Alih Tempatnya, dalam http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id, diunduh 19 Juni 2011.