geodas

9
160 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo) Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168 * Corresponding Author Diterima / Received : 04-05-2004 c Ilmu Kelautan, UNDIP Disetujui / Accepted : 19-07-2004 Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168 ISSN 0853 - 7291 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang d Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang d Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang d Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang d Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang dengan Foto Udara engan Foto Udara engan Foto Udara engan Foto Udara engan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih Pankromatik Hitam Putih Pankromatik Hitam Putih Pankromatik Hitam Putih Pankromatik Hitam Putih Sardiyatmo Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Abstrak Untuk mengetahui perubahan garis pantai Kota Semarang dilakukan dengan teknik penginderaan jauh, yaitu Identifikasi Foto Udara tahun 1942 dan Foto Udara tahun 1992. Identifikasi ini dilakukan dengan cara mengenali kenampakan karakteristik mengenai bentuk lahan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, tingkat erosi dan deposisi pantai. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa daerah pantai Semarang yang mengalami perubahan dapat di identifikasi pada foto udara atau peta topografi I rupabumi dan secara keseluruhan dalam kurun waktu tahun 1942 - 1992 perubahan pantai seluas 11 3,75 Ha. Kata kunci : penggunaan lahan, erosi dan deposisi pantai. Abstract Investigation on the changes of Semarang coastal line was done by using remote sensing technique approach. The map use in this investigations were identify the arieal photograph of 1942 year and the arieal photograph in 1992. The identification is dane by knowing the characteristic of landform, slope gradient, land use, lever of erotions and deposition of shore. The researah resulte obtained that the Semarang shoreline was changed could be identified in the aerial photographs or tophography earthface map and in a totality since 1942 until 1992 the shoreline change of 113,75 hectares. Key words : land use, lever of erotions and deposition of shore. Pendahuluan Kota Semarang terletak pada kedudukan 109° 50' BT hingga 110° 35' BT dan antara 6° 50' LS hingga 7° 10' LS di bagian utara berbatasan dengan laut Jawa serta bagian selatan volkan gunung Ungaran. Aktivitas laut Jawa dan volkan Gunung Ungaran tersebut banyak berpengaruh pada wilayah Pantai Semarang. Perubahan garis Pantai Semarang dapat juga disebabkan oleh proses deposisi yang mengakibatkan terjadinya perkembangan pantai di daerah muara maupun sepanjang pantai yang mempunyai daya dukung fisik terhadap proses deposisi seperti daerah teluk dan pantai - pantai terlindung. Material yang mengendap di daerah ini biasanya berasal dari hasil erosi di daerah hulu yang dibawa oleh aliran Sungai Kaligarang, Sungai Banjir Kanal Barat, Kali Kreo, dan Sungai Banjir Kanal Timur ke muara - muara dan material marin yang terbawa oleh tenaga gelombang dan arus sepanjang pantai. Perubahan pantai secara rinci dan semi rinci dari masa ke masa dapat diketahui bila tersedia peta dan data yang lengkap secara periodik. Oleh karena itu foto udara sangat membantu dalam mengidentifikasi faktor - faktor yang berpengaruh terhadap perubahan garis pantai, dengan cara mengenali kenampakan bentuk lahan pantai yang dapat di identifikasi dan di interpretasi dari foto udara tersebut, antara lain mengenai bentuk lahan pantai dan deposisi pantai. Interpretasi foto udara multi temporal untuk identifikasi perubahan garis pantai dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. (Sutanto, 1986) Materi dan Metode Penelitian ini menggunakan foto udara sebagai bahan kajian dan peta - peta penunjang sebagai bahan acuan penelitian, serta data sekunder lainnya yang berkaitan dengan evaluasi perubahan garis pantai Semarang dengan foto udara. Foto udara yang digunakan pada daerah penelitian ini, adalah foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 50.000 tahun pemotretan 1942 dan skala 1 : 20.000 tahun pemotretan 1992, sebanyak 10 lembar yang dimiliki oleh Bappeda Kota Semarang.

Upload: friescha-septiyani

Post on 31-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

geologi dasar

TRANSCRIPT

Page 1: GEODAS

160 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo)

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

* Corresponding Author Diterima / Received : 04-05-2004

c Ilmu Kelautan, UNDIP Disetujui / Accepted : 19-07-2004

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168 ISSN 0853 - 7291

Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang dKajian Perubahan Garis Pantai Semarang dKajian Perubahan Garis Pantai Semarang dKajian Perubahan Garis Pantai Semarang dKajian Perubahan Garis Pantai Semarang dengan Foto Udaraengan Foto Udaraengan Foto Udaraengan Foto Udaraengan Foto Udara

Pankromatik Hitam PutihPankromatik Hitam PutihPankromatik Hitam PutihPankromatik Hitam PutihPankromatik Hitam Putih

Sardiyatmo

Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Abstrak

Untuk mengetahui perubahan garis pantai Kota Semarang dilakukan dengan teknik penginderaan jauh, yaitu

Identifikasi Foto Udara tahun 1942 dan Foto Udara tahun 1992. Identifikasi ini dilakukan dengan cara mengenali

kenampakan karakteristik mengenai bentuk lahan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, tingkat erosi dan

deposisi pantai. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa daerah pantai Semarang yang mengalami perubahan

dapat di identifikasi pada foto udara atau peta topografi I rupabumi dan secara keseluruhan dalam kurun

waktu tahun 1942 - 1992 perubahan pantai seluas 11 3,75 Ha.

Kata kunci : penggunaan lahan, erosi dan deposisi pantai.

Abstract

Investigation on the changes of Semarang coastal line was done by using remote sensing technique approach.

The map use in this investigations were identify the arieal photograph of 1942 year and the arieal photograph

in 1992. The identification is dane by knowing the characteristic of landform, slope gradient, land use, lever

of erotions and deposition of shore. The researah resulte obtained that the Semarang shoreline was changed

could be identified in the aerial photographs or tophography earthface map and in a totality since 1942 until

1992 the shoreline change of 113,75 hectares.

Key words : land use, lever of erotions and deposition of shore.

Pendahuluan

Kota Semarang terletak pada kedudukan 109°

50' BT hingga 110° 35' BT dan antara 6° 50' LS

hingga 7° 10' LS di bagian utara berbatasan dengan

laut Jawa serta bagian selatan volkan gunung Ungaran.

Aktivitas laut Jawa dan volkan Gunung Ungaran

tersebut banyak berpengaruh pada wilayah Pantai

Semarang.

Perubahan garis Pantai Semarang dapat juga

disebabkan oleh proses deposisi yang mengakibatkan

terjadinya perkembangan pantai di daerah muara

maupun sepanjang pantai yang mempunyai daya

dukung fisik terhadap proses deposisi seperti daerah

teluk dan pantai - pantai terlindung. Material yang

mengendap di daerah ini biasanya berasal dari hasil

erosi di daerah hulu yang dibawa oleh aliran Sungai

Kaligarang, Sungai Banjir Kanal Barat, Kali Kreo, dan

Sungai Banjir Kanal Timur ke muara - muara dan

material marin yang terbawa oleh tenaga gelombang

dan arus sepanjang pantai.

Perubahan pantai secara rinci dan semi rinci dari

masa ke masa dapat diketahui bila tersedia peta dan

data yang lengkap secara periodik. Oleh karena itu

foto udara sangat membantu dalam mengidentifikasi

faktor - faktor yang berpengaruh terhadap perubahan

garis pantai, dengan cara mengenali kenampakan

bentuk lahan pantai yang dapat di identifikasi dan di

interpretasi dari foto udara tersebut, antara lain

mengenai bentuk lahan pantai dan deposisi pantai.

Interpretasi foto udara multi temporal untuk identifikasi

perubahan garis pantai dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya. (Sutanto, 1986)

Materi dan Metode

Penelitian ini menggunakan foto udara sebagai

bahan kajian dan peta - peta penunjang sebagai bahan

acuan penelitian, serta data sekunder lainnya yang

berkaitan dengan evaluasi perubahan garis pantai

Semarang dengan foto udara.

Foto udara yang digunakan pada daerah

penelitian ini, adalah foto udara pankromatik hitam

putih skala 1 : 50.000 tahun pemotretan 1942 dan

skala 1 : 20.000 tahun pemotretan 1992, sebanyak

10 lembar yang dimiliki oleh Bappeda Kota Semarang.

Page 2: GEODAS

Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo) 161

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

Peta dan data yang dipergunakan untuk

penunjang sebagai bahan acuan penelitian ini adalah:

1. Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 lembar

1409 - 222 Semarang Utara edisi II tahun 1992,

dicetak oleh Bakosurtanal (Badan Koordinasi

Survey dan Pemetaan Nasional).

2. Peta tanah tingkat tinjau Kota Semarang skala

1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh Direktorat

Agraria Propinsi Jawa Tengah tahun 1967.

3. Peta geologi bersistem Jawa lembar Magelang -

Semarang (11 fXJVB11/ XIII -E) skala 1: 100.000

tahun 1975 buatan Direktorat Geologi

Departemen Pertambangan Republik Indonesia.

Untuk mencapai hasil penelitian sesuai dengan

cara penelitian yang diharapkan maka pelaksanaan

penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Mengumpulkan dan menyiapkan bahan

kepustakaan dan peta serta alat yang diperlukan

untuk menyusun mosaik sementara dari daerah

penelitian sebagai usaha untuk melihat

kenampakan gambaran keseluruhan dari daerah

penelitian.

2. Tahap interpretasi foto udara

Interpretasi foto udara meliputi identifikasi,

analisis, klasifikasi dan delineasi. Pengenalan dari

masing-masing obyek pada foto udara, didasarkan

pada unsur-unsur interpretasi foto udara yaitu rona

/ warna, bentuk, ukuran, tekstur dan pola.

Interpretasi foto udara yang dilakukan bertujuan

untuk pengumpulan data mengenai evaluasi

perubahan garis pantai Kotamadia Dati II

Semarang.

3. Tahap kerja lapangan

Pekerjaan lapangan dilakukan untuk melengkapi

dan membetulkan dengan keadaan sesungguhnya

terhadap hasil interpretasi foto udara yang berupa

perubahan garis pantai sementara. Kegiatan yang

dilakukan yaitu :

Pengamatan topografi, proses tingkat pengikisan

(tingkat erosi dan abrasi), dan pengamatan

material penyusun pada peta perubahan garis

pantai sementara dihubungkan dengan kerapatan

pola aliran.

4. Tahap interpretasi ulang

Setelah kerja lapangan dan pengumpulan data

pada sampel selesai, dilakukan interpretasi ulang

pada keseluruhan daerah penelitian untuk merevisi

peta-peta sementara atas kesalahan identifikasi

obyek, serta melengkapi data hasil interpretasi

yang belum di dapat pada waktu interpretasi awal.

Pengamatan sampel di lapangan sebagai acuan

dalam pelaksanaan interpretasi ulang. Selanjutnya

dilakukan tabulasi data dengan tujuan

memudahkan dalam analisis data.

5. Tahap penyelesaian

Penulisan laporan dilakukan setelah pekerjaan

analisis data dan pembetulan-pembetulan pada

peta perubahan garis pantai.

Hasil dan Pembahasan

Kondisi Geografi

Letak geografi Kota Semarang, sebelah utara (6°

50' LS) dibatasi laut Jawa, sebelah selatan (7° 10' LS)

dibatasi Kabupaten Semarang, sebelah barat

(109°50' BT) dibatasi Kabupaten Kendal, sebelah timur

(110° 35' BT) dibatasi Kabupaten Demak Grobogon

dengan wilayah administrasinya kurang lebih

36.426,268 Ha (±364,263 km2) meliputi 16 (enam

belas) wilayah Kecamatan.

Topografi daerah penelitian berdasarkan Peta

Rupabumi Indonesia edisi II tahun 1992 skala 1 : 25.000

Dihitung dari peta Rupabumi 1992

No. Simpul Bentuk penggunaan lahan Luas (Ha) % 1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

P Si St Kb H Se Tg Tb M

Pemukiman / perkantoran / pergudangan Sawah irigasi Sawah tadah hujan Kebun / perkebunan Hutan Semak / belukar Tegalan / ladang / sawah kosong Tambak Rataan pasang surut / marine

15.235,968 3.318,650 713,431

2.220,725 133,393 701,838

12.362,045 1.740,208

113,75

41,83 9,11 1,95 6,10 0,37 1,93

33,94 4,76

Jumlah 36.426,268 100

Tabel 1. Agihan dan Bentuk penggunaan lahan di daerah penelitian

Page 3: GEODAS

162 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo)

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

merupakan daerah yang secara berangsur - angsur

naik dari utara ke selatan, yaitu dari garis pantai Laut

Jawa sampai batas administrasi Kota Semarang dan

Kabupaten Semarang dengan elevasi 0 (nol) sampai

dengan 348 meter dari permukaan air laut (DPAL).

Daerah penelitian antara lain kali Plumbon, kali

Beringin, kali Karangannyar, kali Joho, kali Kreo, kali

Gripik, kali Lonceng, kali Gede, kali Garang, kali Kanal

Barat, kali Poncol, kali Semarang, kali Babo, kali

Penggung, kali Siringin dan kali Kanal Timur.

No. Simbol Bentuk lahan Material Konstruksi Permukaan (%) 1. M

Mg Marine Rataan pasang surut bervegetasi

Pasir (39,91) Lanau (31,21) Lempung (27,50) Kerikil (1,38)

2. M10 Rataan pasang surut tak bervegetasi Pasir (31,21) Lanau (18,99) Lempung (7,00) Kerikil (0,17)

3. M1 Dataran aluvial pantai (payau/ tergenang) Pasir (29,08) Lanau (42,42) Lempung (28,50)

4. M22 Delta Area Pasir (14,04) Lanau (38,81) Lempung (46,89) Pasir kasar ( (0,26)

5. F F1

Fluvial Daratan aluvial tua

Pasir (7,50) Lanau (1,35) Lempung (73,50)

6. F4 Rawa Pasir (7,50) Lanau (17,50) Lempung (75,00)

7. F6 Sungai Mati Pasir (19,81) Lanau (40,50) Lempung (39,50) Pasir Kasar ( 0,19)

8. F13 Gosong sungai Pasir (40,00) Lanau (28,50) Lempung (30,00) Pasir kasar (1,50)

9. F14 Endapan aluvial Pasir (40,93) Lanau (34,45) Lempung (30,00) Kerikil (0,12)

10. F20 Pantai delta Pasir (16,83) Lanau (53,17) Lempung (30,00)

11. F23 Dataran banjir (payau) Pasir (28,90) Lanau (10,28) Lempung (60,82)

Tabel 2. Kontruksi Material Permukaan Daerah Penelitian

Iklim

Untuk mengetahui kondisi iklim daerah penelitian,

meliputi : curah hujan, temperatur dan angin.

1. Curah Hujan

Banyaknya bulan basah dan bulan kering

ditentukan dengan menggunakan klasifikasi sistem

Mohr (Schmidt dan Fergusson, 1951). yaitu : bulan

basah, yakni suatu bulan yang curah hujannya

lebih besar dari 100mm (P > 100mm), bulan

kering, yakni suatu bulan dengan curah hujan

lebih kecil dari 60mm (P < 60mm) dan bulan

lembab, yakni suatu bulan yang curah hujannya

lebih besar dari 60mm, tetapi lebih kecil dari

100mm (60mm < P < 100mm).

Kalau dilihat besarnya curah hujan rata - rata

bulanan diperoleh informasi : besarnya curah

hujan rata - rata tahunan 2.290mm, curah hujan

terendah 67mm jatuh pada bulan Juli, curah hujan

tertinggi 378mm jatuh pada bulan Januari, Jumlah

rata-rata bulan basah 9 bulan, lembab 3 bulan

dan kering kosong.

Page 4: GEODAS

Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo) 163

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

2. Temperatur Udara

Besarnya temperatur udara rata - rata tahunan

daerah penelitian tahun 1984 - 1994 sebesar

328,5°C, temperatur udara terdingin terjadi pada

bulan Februari 26,50°C, dan temperatur udara

terpanas terjadi pada bulan Oktober 28,36°C.

3. Kecepatan dan Arah Angin

Data kecepatan dan arah angin daerah penelitian

diperoleh dari stasiun klimatologi klas I Semarang,

seperti disajikan pada tabel 3.

Angin yang dominan berhembus di daerah ini

adalah angin musim barat laut (Nort West) dan

angin musim tenggara (South East) serta kadang

- kadang terjadi dari arah timur murni (East).

Angin musim barat laut bertiup dari bulan

September - April dengan kecepatan antara 4,2

- 8,9 km / jam, sedang angin musim tenggara /

timur bertiup dari bulan Mei - bulan Agustus

dengan kecepatan antara 3,3 - 8,2 km / jam.

Angin musim barat laut memiliki kelembaban

udara yang tinggi dan banyak membawa curah

hujan bagi kota Semarang, sehingga arah dan

kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan

laut akan berpengaruh terhadap arah, kecepatan,

tinggi dan panjang gelombang dan sekaligus

mempengaruhi kondisi lahan daerah penelitian.

Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 Bulan ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd

Januari Februari Maret Apri Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

7.4 6.8 5.3 5.3 6.3 5.9 5.5 5.8 6.5 5.1 4.8 35.6

NW NW NW SE SE NE NE NE NW NW NW NW

6.8 7.7 4.5 4.9 5.7 6.5 8.9 7.6 8.6 8.2 7.1 6.9

NW NW NE SE SE SE SE NE NW NW N NW

6.6 5.3 5.5 6.1 5.7 6.3 5.5 6.3 5.9 6

4.7 6.4

W N NW SE SE SE E E NW NW N NW

5.5 6.9 5.1 4.8 5.8 4.7 5.7 6.4 6.2 5.6 5.4 5.4

N W N N NW N SE SE E N NW NW

7 5.4 5.9 5.1 4.2 5.5 5.6 5.9 6.3 6.1 5.3 4.6

NW NW NW NW SE SE E NW W SE NW NW

5.6 8.1 5.4 4.4 5.9 5.8 6.3 5.9 5.9 6.8 5.1 4.3

NW NW NW NW E SE E NW NW NW NW NW

5.1 5.6 4.7 4.2 4.8 6.1 7.4 6.9 6 5.7 5.2 4.4

NW NW N SE N SE E NW NW NW NW NW

4.8 5.1 3.7 3.9 6.4 6.8 6.2 7 6.4 6 5.2 5.5

NW N NW NW SE E SE SE NW NW NW NW

6.3 6.5 4.8 5.5 5.8 5.7 6.2 7.4 6.6 6.7 5.7 3.3

NW NW NW NW E SE NE SE NW NW NW NW

Tabel 3. Kecepatan Angin dan Arah Angin (10 meter)

Keterangan :

ff :Rata-rata kecepatan angin dalam km / jam

dd :Arah angin 10 meter terbagi atas 8 arah

mata angin

N :North (utara)

Geologi

Kondisi geologi ditekankan pada struktur geologi

dan litologi. Struktur geologi berpengaruh terhadap

relief permukaan bumi, sedangkan litologi berkaitan

dengan daya tumpu tanah, resistensi batuan terhadap

erosi, pelapukan dan gerak massa batuan.

Berdasarkan peta geologi Magelang dan

Semarang (Van Bemmelen, 1941), struktur geologi

daerah penelitian berupa daratan yang memanjang

dari barat ke timur dan berada di pantai utara pulau

Jawa, sedangkan litologinya terdiri dari endapan aluvial

(surfical deposits / endapan permukaan), dan dengan

material penyusun aluvium.

Tanah

Data tanah dalam penelitian skala 1 : 20.000 tahun

1992, ada dua jenis tanah, yaitu : Aluvial Hidromorf,

serta Aluvial Kelabu dan Coklat Kekelabuan. Persebaran

jenis tanah tersebut disajikan pada gambar 2.

Aluvial Hidromorf terdapat di sepanjang pantai

utara yang lebarnya antara 3 - 5 km dengan ketinggian

antara 0 - 2 m dari muka air laut. Tanah ini berasal

dari endapan lempung liat bercampur dengan bahan

volkanik andesitis yang bersifat pasiran dan banyak

mengandung cangkang - cangkang moluska laut.

Tekstur tanah lempung hingga geluh berlempung,

struktur gumpal, konsistensi gembur hingga teguh.

W :West (barat)

E :East (timur)

SE :South East (timur selatan / tenggara)

NE :North East (timur laut)

N W:North West (barat laut)

Page 5: GEODAS

164 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo)

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

Daya dukung tanah hingga kedalaman -3 m £ 0,15

kg/cm2 (Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Non

Gelar Teknologi UNDIP). Penggunaan lahan pada jenis

tanah ini meliputi permukiman, persawahan dan

pertambakan.

Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan,

terdapat di wilayah dataran rendah pesisir mulai dari

batas selatan tanah Aluvial hidromorf sampai ke

perbatasan daerah penelitian, dengan ketinggian

antara 2 - 4 m di atas permukaan laut. Tanah ini berasal

dan bahan induk aluvial. Tekstur tanah geluh

berlempung hingga geluh berpasir, struktur pejal dan

kosistensi teguh. Daya tumpu tanah sampai kedalaman

-5 m berkisar antara 0,16 kg/cm2 - 4,5 kg/cm2

(Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Non Gelar

Teknologi UNDIP). Penggunaan lahan pada jenis tanah

ini meliputi permukiman, perkantoran dan stasiun

kereta api.

Hidrologi

Di daerah penelitian terdapat 10 kali utama

bermata air di volkan Gunung Ungaran mengalir ke

arah utara bermuara di Laut Jawa, mengangkut material

hasil erosi di bagian hulu dan mengendapkan di bagian

hilir (muara). Ditandai oleh kenampakan endapan

eluvial di muara yang membentuk delta. Sehingga

mengakibatkan terbentuknya delta area baru (daerah

terbentuknya delta muda). yang berarti bertambahnya

dataran masuk ke laut (akresi) dan pola aliran sungainya

sejajar / pararel.

Data Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan (Land use) daerah

penelitian di peroleh melalui interpretasi foto udara

pankromatik hitam putih skala 1 : 20.000 tahun 1992

(gambar 2) ; secara sistem blok didapat 9 (sembilan)

bentuk penggunaan lahan yaitu pemukiman,

perkantoran / pergudangan, sawah irigasi, sawah tadah

hujan, kebun / perkebunan, hutan, semak / belukar,

tegalan / Iadang / tanah kosong, tambak, rataan

pasang surut. Masing-masing agihan dan bentuk

penggunaan lahan didaerah penelitian dapat diuraikan

seperti tabel 1 dan luas 36.426.268 Ha tidak termasuk

luas rataan pasang surut / marine yaitu 113,75 Ha.

Kontruksi Material Permukaan

Bentuk lahan daerah penelitian berdasarkan

interpretasi foto udara dan uji lapangan diperoleh dua

jenis bentuk lahan asal yaitu marine dan fluvial.

Konstruksi material permukaan untuk masing - masing

bentuk lahan dapat diperhatikan pada tabel 2 dan

sebaran letak titik sampel seperti gambar 1.

Gambar 1. Garis Pantai Hasil Analisa Foto Udara Tahun 1942.

U

Page 6: GEODAS

Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo) 165

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

Gambar 2. Garis Pantai Hasil Analisa Foto Udara Tahun 1992.

Data Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai di Kota Semarang, tahun

1942 dan 1992 dapat diperhatikan pada peta

perubahan garis pantai hasil analisis foto udara.

Dalam kurun waktu tersebut luas area yang

terbentuk akibat penambahan dan pengurangan yaitu

± 113,75 Ha dan bila di hitung rata-rata tiap tahun

lahan pantai Kota Semarang mengalami perubahan ±

2,275 Ha.

Pembahasan

Perubahan Garis Pantai

Dari peta perubahan garis pantai, pantai yang

menjadi sasaran proses deposisi dapat dikenali yaitu

disepanjang pantai Kota Semarang yang membujur

dari barat ke timur. Perubahan yang menonjol di muara

sungai Karang, muara sungai Semarang, muara sungai

Kanal Timur, muara sungai Tapak dan muara sungai

Babo yang kesemuanya membentuk bentuk delta.

Sedangkan untuk muara - muara sungai Siringin

Penggung, Banteng, Siangker, Tambak Ombo,

Karanganyar dan saluran - saluran pengaturan juga

mengalami perubahan tingkat walaupun sedang

hingga lambat. Hal ini dikarenakan hulu sungai - sungai

ini dekat dengan muaranya. Daerah pantai yang

menjadi sasaran deposisi yang menonjol ini adalah

teluk Semarang, teluk Paluh dan pantai Genuk.

Proses Perubahan Garis Pantai

1. Proses Pasang Surut Dan Arus

Pasang surut di daerah pantai, mempengaruhi

perubahan garis pantai, pada saat pasang naik

garis pantai bergerak ke arah darat dan pada saat

pasang surut garis pantai bergerak ke laut.

Akibat pasang naik dan pasang surut kemungkinan

muatan air akan sedimen diendapkan di tepi

pantai, ada kalanya materi yang telah

diendapakan lebih dahulu akan terkikis oleh erosi

pantai (abrasi). Hal ini seperti yang terjadi di

pantai sekitar Pulau Tirang bagian utara.

Hasil analisa dan pencatatan pasang surut rata-

rata tersebut adalah pasang tertinggi 11 dm dan

pasang terendah sampai 3 dm.

Arus laut dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu

arah dan kecepatan arus berubah-ubah sesuai

dengan perpindahan iklim. Arah arus di pantai

Semarang dari barat daya dan utara menuju lahan

pantai Semarang dengan kecepatan rata - rata

Page 7: GEODAS

166 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo)

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

0,4 m / detik. Dengan kecepatan ini partikel

sedimen yang terbawa adalah partikel dengan

diameter 0,01 – 0,1 mm.

2. Proses Geomorfologi

Proses pelapukan yang terjadi adalah pelapukan

fisik, khemik dan organik. Proses pelapukan

tersebut didukung oleh faktor curah hujan dan

suhu. Curah hujan rata - rata tahuan 2,290 mm,

suhu udara rata-rata 25,50°C dan 28,38°C. hasil

pelapukan tersebut akan memberi kemudahan

terhadap erosi permukaan.

Diantara faktor yang mendukung aktivitas erosi

permukaan adalah curah hujan, lereng, material

penyusun dan penggunaan lahan. Curah hujan

yang relatif tinggi dan kemiringan lereng yang

terjal sampai landai di daerah Semarang daerah

selatan memberikan andil terhadap proses erosi

di daerah penelitian melalui sungai.

Proses perubahan lahan pantai baik pengaruh

sedimentasi (deposisi) maupun arus air laut (abrasi)

dapat diuraikan sebagai berikut :

Perubahan lahan pantai Kota Semarang selama

kurun waktu 50 tahun yang dipengaruhi proses

sedimentasi dapat dibedakan dalam 3 (tiga)

klasifikasi yaitu tingkat cepat, sedang dan lambat.

• Tingkat cepat, perluasan lahan pantai proses

deposisi pada tingkat cepat pola perubahan

garis pantai (tabel 4). Jenis batuan adalah

aluvium dengan meterial penyusun pasir

kasar 0,26%, pasir 14,04%, lanau 38,81% dan

lempung 46,89% dari persentase ini lanau

dan lempung yang dominan sehingga

menguatkan pada proses sedimentasi proses

cepat.

• Tingkat sedang, perubahan penambahan

lahan pantai yang tergolong tingkat sedang

terjadi di Pantai Kecamatan Genuk dan

sungai yang bermuara yaitu Babo, Siringin

dan Sungai Penggung. Jenis batuan yang

terdapat adalah aluvium dengan material

penyusun pasir 19,81%, pasir kasar 0,19%,

lanau 40,50% dan lempung 39,50%.

• Tingkat lambat, perubahan penambahan

lahan pantai yang tergolong tingkat lambat

terjadi di pantai sekitar PRPP, sungai yang

bermuara adalah Sungai Banteng, Sungai

Siangker dan saluran - saluran pengalus.

Karena sungai yang bermuara kecil maka

perkembangan perluasan pantai lambat

sedangkan jenis batuan yang terdapat adalah

aluvium dengan material penyusun pasir

28,90%, lanau 10,28% dan lempung

60,82%.

Gambar 3. Perubahan Garis Pantai Hasil Overlay Analisa Foto Udara Tahun 1942 dan 1992.

Page 8: GEODAS

Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo) 167

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

Konstruksi Material Permukaan

Konstruksi / penyusun material permukaan untuk

masing-masing bentuk lahan pada gambar 1. sebagai

berikut :

Bentuk lahan asal bentukan marine ; dataran

pasang surut bervegetasi (M9) dengan lanau 31,21%,

lempung 27,0% dan dataran aluvial pantai (payau /

tergenang M11) dengan lanau 42,42%, lempung

28,50% pada kategori lebih dominan lanau. Dataran

pasang surut tak bervegetasi (M10) dengan lanau

18,99%, pasir 73,84% dan lempuang 7,00% pada

kategori lebih dominan pasir, dan untuk delta area

(M22) dengan lanau 38,81% serta lempung 64,89%

pada kategori lebih dominan lempung. Bentukan asal

bentukan fluvial, aluvial tua (F1) dengan lanau 11,35%,

lempung 73,50%, rawa (F4) dengan lanau 17,50%,

lempung 75,00%, gosong sungai (F13) dengan lanau

28,50%, lempung 30,00%, lendapan aluvial (F14)

dengan lanau 34,45%), lempung 24,50%, dataran

banjir payau (F23) dengan lanau 10,18%, lempung

60,82% pada kategori lebih dominan lempung dataran

banjir (payau F23) dengan lanau 28,30%, lempung

19,05% dan untuk pantai delta (F20) dengan lanau

53,17%, lempung 30,00%, sungai mati (F8) dengan

lanau 40,5%, lempung 39,5% pada kategori lanau dan

lempung domian. Bila penilian tersebut masing-

masing diberi nilai harkat untuk proses terjadinya

pembentukan bentuk lahan yaitu untuk cepat dengan

nilai 3 (tiga), sedang dengan nilai 2 (dua) dan lambat

dengan nilai 1 (satu), maka proses perubahan pantai

di Kota Semarang akan lebih jelas.

Tabel 4. Karakteristik Fisik dan Kimia Sedimen Dasar Perairan Pantai Semarang, 1 Juni 1988

Partikel Size (%) Station

Pasir kasar Pasir Lanau Lempung pH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

0,00 0,46 0,07 0,34 0,19 0,00 0,87 0,04 0,08 0,19 0,02 0,64 0,00

8,00 6,54 2,43 19,66 19,81 16,00 32,10 19,66 16,42 13,31 8,48 11,36 8,70

40,00 38,21 43,5 43,15 40,50 29,00 25,00 31,80 41,65 45,45 41,50 46,50 38,80

52,00 54,79 54,00 36,85 39,50 55,00 42,03 48,50 41,85 41,05 50,00 41,50 52,50

8,74 7,84 8,54 8,15 8,12 8,37 8,37 8,21 8,29 7,77 8,55 8,11 8,41

Sumber : Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) Pengembangan Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang, Lembaga

Penelitian Universitas Diponegoro Kerja Sama Perum Pelabuhan III Cabang Tanjung Emas Semarang,

1989. 1 - 13 : Sampling Perairan

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang evaluasi

perubahan garis pantai Kota Semarang dengan

pendekatan teknik penginderaan jarak jauh dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik pantai yang mengalami pengurangan

oleh proses erosi pantai (abrasi) dapat di

identifikasi melalui bentuk garis pantai yang

semakin mencekung dan ukuran daratan yang

semakin kecil. Karakteristik. pantai yang

berkembang oleh proses deposisi (sedimentasi)

dapat di identifikasi melalui bentuk garis pantai

yang semakin mencembung dan ukuran daratan

pantai yang semakin besar atau melebar. Jadi

teknik penginderaan jauh dapat digunakan

sebagai cara pendekatan untuk evaluasi

mengetahui perubahan luas pantai.

2. Luas lahan pantai Semarang dari tahun 1942 dan

1992 berubah seluas 113,75Ha dan proses

deposisi (sedimentasi) lebih dominan dari pada

proses abrasi. Proses deposisi terjadi di muara-

muara Sungai Babo, Sungai Kanal Timur, Sungai

Semarang, Sungai Garang, Sungai Banteng,

Sungai Tapak dan sungai-sungai lainnya yang

kesemuanya bermuara ke Pantai Semarang.

Page 9: GEODAS

168 Kajian Perubahan Garis Pantai Semarang Dengan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih (Sardiyatmo)

Ilmu Kelautan. September 2004. Vol. 9 (3) : 160 - 168

Proses ini juga telah dikuatkan dengan persentase

jenis material penyusun tanah permukaan yaitu

lanau dan lempung dengan persentase besar,

seperti lahan delta Garang lanau 38,81 % dan

lempung 46,89 %.

3. Daerah pantai yang menjadi sasaran erosi pantai

(abrasi) adalah pantai di Pulau Tirang yang agak

tegak lurus terhadap arah datangnya gelombang

yang mengakibatkan terjadinya arus sepanjang

pantai (Longshore current). Arus ini akan

menyebabkan erosi pantai (abrasi) di satu tempat

dan deposisi di tempat lainnya.

Daftar Pustaka

Bayong, Tj. H.K., 1987. Iklim dan Lingkungan, PT.

Cendekia Jaya, Bandung.

Bemmelen, Van, R.W., 1941, The Geology of

Indonesia, Vol IA, Martinus Nijhoff, The Hagu,

Netherland.

Ernawati. 1994. Penggunaan Foto Udara Untuk

Evaluasi Perubahan Garis Pantai Padang di Padang

Sumatera Barat, Tesis Program Pascasarjana UGM,

Yogyakarta.

Lillesand, Th. M and KIefer, R.W., diteremahkan

Dulbahri, Suharsono, P., Hartono. Suharyadi, 1990,

Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Schmidt, F.H. and ferguson. 1951. Rainfall types based

on wet and dry period ratos for Indonesia with

Western New Guinee. Venhandelingen No.42.

Kementrian Perhubungan Djawatan Meteorologi

dan Geofisik.

Sunarto, 1986, Abrasi dan Akresi Pantai Jepara Ditinjau

Secara Morgenik, Fakultas Geografi, UGM.,

Yogyakarta.

Sutanto. 1986, Penginderaan Jauh, Jilid I dan Jilid II,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.