genetika vita

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pindah silang atau crossing over merupakan suatu proses yang menyebabkan bagian dari kromosom homolog saling bertukar, menghasilkan rekombinansi baru gen-gen pada kromosom yang sama. Pindah silang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, temperatur, jarak ke sentromer, dan lain-lain. Faktor- faktor tersebut akan berpengaruh pada laju pindah silang. Pindah silang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang biasanya terjadi pada setiap proses gametogenesis pada kebanyakan mahkluk, misalnya pada tumbuhan, hewan dan manusia. Pada umumya pindah silang terjadi pada kromatid-kromatid tengah, yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid yang lain (Suryo, 2008). Praktikum kali ini akan diadakan peragaan suatu proses imitasi terjadinya pindah silang dimana strand dibentuk dengan menggunakan malam atau lilin lembek. Lilin lembek atau malam digunakan sebagai imitasi dari segmen-segmen kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog beserta sentromernya. Berdasarkan

Upload: koenzoaldyeck

Post on 03-Jul-2015

653 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Genetika Vita

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pindah silang atau crossing over merupakan suatu proses

yang menyebabkan bagian dari kromosom homolog saling

bertukar, menghasilkan rekombinansi baru gen-gen pada

kromosom yang sama. Pindah silang ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, temperatur, jarak ke

sentromer, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan

berpengaruh pada laju pindah silang. Pindah silang terjadi pada

saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah

silang biasanya terjadi pada setiap proses gametogenesis pada

kebanyakan mahkluk, misalnya pada tumbuhan, hewan dan

manusia. Pada umumya pindah silang terjadi pada kromatid-

kromatid tengah, yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad

kromatid. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pindah

silang pada kromatid yang lain (Suryo, 2008).

Praktikum kali ini akan diadakan peragaan suatu proses

imitasi terjadinya pindah silang dimana strand dibentuk dengan

menggunakan malam atau lilin lembek. Lilin lembek atau malam

digunakan sebagai imitasi dari segmen-segmen kromatid bukan

saudara dari sepasang kromosom homolog beserta

sentromernya. Berdasarkan praktikum ini kita akan dapat

mengetahui proses pindah silang atau penukaran segmen dari

kromatid-kromatid dengan cara yang sederhana, mudah

dilakukan dan mudah dipahami.

1.2 Permasalahan

Page 2: Genetika Vita

Permasalahan dalam praktikum pindah silang ini adalah

bagaimana cara menirukan imitasi tentang terjadinya pindah

silang serta bagaimana cara mengetahui persen rekombinan

yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum pindah silang ini adalah untuk

mengetahui cara menirukan secara imitasi tentang terjadinya

pindah silang dan mengetahui perhitungan persen rekombinan

yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.

Page 3: Genetika Vita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kromosom

Kromosom adalah kromatin yang merapat, memendek dan

membesar pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel

(nucleus), sehingga bagian–bagiannya dapat terlihat dengan

jelas di bawah mikroskop biasa. Kromosom berasal dari kata

chroma = berwarna, dan soma = badan. Terdapat di dalam

plasma nucleus, berupa benda–benda berbentuk lurus seperti

batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok, terdiri dari

bahan yang mudah mengikat zat warna. Kromosom terdiri dari 2

(dua) bagian, yaitu :

1. Sentromer, disebut juga kinetochore, merupakan bagian

kepala kromosom. Sentromer berfungsi sebagai tempat

berpegangan benang plasma dari gelendong inti (spindle)

pada stadium anafase. Sentromer tidak mengandung

kromonema dan gen.

2. Lengan, ialah badan kromosom sendiri. Mengandung

kromonema dan gen. Lengan kromosom memiliki 3 daerah,

yaitu :

Page 4: Genetika Vita

a. Selaput, ialah lapisan tipis yang menyelimuti badan

kromosom

b. Kandung/matrix, mengisi seluruh lengan, terdiri dari cairan

bening.

c. Kromonema, ialah benang halus berpilin–pilin yang

terendam dalam kandung, dan berasal dari kromonema

kromatin sendiri. Di dalam kromonema terdapat kromomer

(pada manusia tidak jelas) (Elvita, 2008).

Kromosom merupakan pembawa bahan keturunan. Pada

makhluk tingkat tinggi, sel somatis mengandung satu stel

kromosom yang diterimanya dari kedua induk. Kromosom-

kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa

dengan yang berasal dari induk jantan. Maka sepasang

kromosom tersebut dinamakan kromosom homolog. Karena itu

jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). Sel

kelamin (gamet) hanya mengandung separuh dari jumlah

kromosom yang terdapat didalam sel somatis, karena itu jumlah

kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n) (Suryo, 2008).

Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan

kromosom kelamin (kromosom seks). Kecuali beberapa hewan

tertentu, maka kebanyakan makhluk memiliki sepasang

kromosom kelamin dan sisanya autosom. Manusia memiliki 46

kromosom, terdiri dari 44 autosom dan 2 kromosom kelamin

(Suryo, 2008).

2.2 Gen

Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Besarnya

diperkirakan 4-50 m. Gen menumbuhkan serta mengatur

berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun psikis.

Gen sebagai faktor keturunan tersimpan di dalam kromosom,

Page 5: Genetika Vita

yaitu di dalam manik–manik yang disebut kromomer atau

nukleusom dari kromonema. Gen terdiri dari DNA yang diselaputi

dan diikat oleh protein. Jadi secara kimia dapat disebut bahwa

bahan genetis itu adalah DNA (Elvita, 2008).

2.3 ADN

Kromosom tersusun atas nucleoprotein, yaitu

persenyawaan antara asam nukleat (asam organik yang banyak

terdapat didalam inti sel) dan protein seperti histon dan atau

protamin. Yang membawa keterangan genetik hanyalah asam

nukleat saja. Asam nukleat dibedakan atas ADN dan ARN (Suryo,

2008).

Asam deoksiribonukleat atau disingkat ADN merupakan

persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup,

yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari

makhluk dalam keseluruhannya dari makhluk dalam

keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Semua makhluk hidup kecuali beberapa virus memiliki ADN. Di

dalam sel, bagian terbesar dari ADN terdapat didalam nukleus,

terutama dalam kromosom (Suryo, 2008).

DNA atau Deoxyribonucleic Acid terbentuk dari empat tipe

nukleotida, yang berikatan secara kovalen membentuk rantai

polinukleotida (rantai DNA atau benang DNA) dengan tulang

punggung gula-fosfat tempat melekatnya basa-basa. Dua rantai

polinukleotida saling berikatan melalui ikatan hydrogen antara

basa-basa nitrogen dari rantai yang berbeda. Struktur DNA terdiri

dari :

1. Gula pentosa, yang dikenal deoksiribosa

2. Asam fosfat

3. Basa nitrogen, yang dapat dibedakan atas dua tipe dasar:

Page 6: Genetika Vita

a. Pirimidin, basa ini dibedakan lagi atas Sitosin (S) dan Timin

(T)

b. Purin, basa ini dibedakan lagi atas Adenin (A) dan Guanin

(G)

Molekul ADN merupakan sebuah polimer panjang dari nukleotida,

yang dinamakan polinukleotida. Gugus fosfat yang terikat pada

5’- c dari gula berhubungan dengan 3’- c dari gula milik

nukleotida berikutnya. Begitu seterusnya, hingga terdapat seri

tulang punggung gula-fosfat yang terbentuk (Suryo, 2008).

Molekul DNA membawa informasi hereditas dari sel dan

komponen protein (molekul-molekul histon) dari kromosom

mempunyai fungsi penting dalam pengemasan dan pengontrolan

molekul DNA yang sangat panjang sehingga dapat dimuat di

dalam nucleus dan mudah diakses ketika dibutuhkan. Selama

reproduksi, jumlah kromosom yang haploid dan material genetik

DNA hanya separuh dari masing-masing parental, dan disebut

sebagai genom (Fatchiyah, 2006).

2.4 PINDAH SILANG

Yang dimaksud dengan pindah silang (bahasa Inggris:

“crossing over”) ialah proses penukaran segmen dari

kromatid-kromatid bukan kakak beradik (bahasa Inggris:

“nonsister chromatids”) dari sepasang kromosom homolog

(Gambar X- 6).

Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap

gametogenese pada kebanyakan makhluk, seperti tumbuh-

tumbuhan, hewan dan manusia. Pindah silang terjadi ketika

meiose I (akhir profase I atau permulaan metafase I), yaitu pada

saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromotid.

Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu

Page 7: Genetika Vita

pada anafase I), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat

dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat

pada kromatid sebelahnya secara timbal balik. Berhubung

dengan itu gen-gen yang terletak pada bagian yang pindah itu

akan berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelah.

Pindah silang dibedakan atas:

1. Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada

satu tempat.

Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4

macam gamet. Dua macam gamet memiliki gen-gen yang

sama dengan gen-gen yang dimiliki induk (parental), maka

dinamakan gamet-gamet tipe parental. Dua gamet lainnya

merupakan gamet-gamet baru, yang terjadi sebagai akibat

adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet-

gamet tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental

dibentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan gamet-

gamet tipe rekombinasi.

Page 8: Genetika Vita

Gambar X- 6. Terjadinya pindah silang tunggal dan gamet-gamet

yang dihasilkan.

2. Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada

dua tempat. Jika pindah silang ganda (dalam bahasa Inggris:

“double crossing over”) berlangsung diantara dua buah gen

yang terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak

akan nampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang

dibentuk hanya dari tipe parental saja atau dari tipe

rekombinasi saja atau dari tipe parental dan tipe rekombinasi

akibat pindah silang tunggal

(Gambar X- 7).

Akan tetapi andaikata diantara gen A dan B masih ada

gen ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang

ganda antara gen A dan B akan nampak (Gambar X- 8).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pindah silang

Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

1. Temperatur. Temperatur yang melebihi atau kurang dari

temperatur biasa dapat memperbesar kemungkinan terjadinya

pindah silang.

Page 9: Genetika Vita

Gambar X- 7. Akibat dari berbagai macam pindah silang ganda antara

gen A dan B.

Jika diperhatikan macam-macamnya gamet, maka terjadinya pindah

silang ganda tidak nampak.

Gambar X- 8. Pindah silang ganda yang terjadi pada 3 buah gen

yang terangkai, yaitu gen A,B dan C.

Page 10: Genetika Vita

2. Umur. Makn tua suatu individu, makin kurang mengalami

pindah silang.

3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah

silang.

4. Penyinaran dengan sinar-X dapat memperbesar

kemungkinan pindah silang.

5. Jarak antara gen-gen yang terangkai. Makin jauh letak

satu gen dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan

terjadinya pindah silang.

6. Jenis kelamin. Pada umumnya pindah silang dijumpai pada

makhluk betina maupun jantan. Namun demikian ada

perkecualian, yaitu pada ulat sutera (Bombix mori) yang

betina tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada

lalat Drosophila yang jantan. Yang terakhir ini dibuktikan oleh

T.H. Morgan dan C.B. Bridges sebagai berikut:

+ = gen dominan untuk mata merah (normal)

P = gen resesip untuk mata ungu (jenis mutan)

+ = gen dominan untuk sayap panjang (normal)

v = gen resesip untuk sayap kisut (jenis mutan)

Gen-gen tersebut terangkai pada autosom. Simbol +

merupakan pengganti dari huruf besar.

Waktu lalat jantan mata merah sayap normal homozigotik

dikawinkan dengan lalat betina mata ungu sayap kisut,

didapatkan lalat-lalat F1 yang semuanya normal (mata merah

sayap normal). Kemudian dilakukan dua macam ujisilang

(testcross) pada lalat F1 dihibrid ini (Gambar X-9), yaitu:

1. Lalat F1 betina dikawinkan dengan lalat jantan yang dobel

resesip (mata ungu sayap kisut). Ujisilang ini menghasilkan

lalat-lalat F2 sebagai berikut:

382 lalat bermata merah, sayap normal

Page 11: Genetika Vita

16 lalat bermata merah, sayap kisut

22 lalat bermata ungu, sayap normal

353 lalat bermata ungu, sayap kisut

2. Lalat F1 jantan dikhawatirkan dengan lalat betina yang dobel

resesip (mata ungu sayap kisut). Ujisilang ini ternyata hanya

menghasilkan dua macam lalat-lalat F2, yaitu:

74 lalat bermata merah, sayap normal

72 lalat bermata ungu, sayap kisut

Perbedaan pada keturunan F2 dari kedua macam uji silang

tadi menunjukkan bahwa pada lalat betina terjadi pindah silang,

sehingga didapatkan perbandingan n:1:1:n (sebab gen-gen pada

dihibrid terangkai dalam susunan sis, yaitu ++¿pv

¿), sedangkan

pada lalat jantan tidak terjadi pindah silang.

Page 12: Genetika Vita

Gambar X- 9. Percobaan Morgan dan Bridges pada lalat Drosophila

melanogaster, yang membuktikan tidak adanya pindah silang pada

lalat jantan. Jika pada ujisilang digunakan lalat dihibrid yang jantan,

hanya dihasilkan 2 macam kelas fenotip saja yang mirip lalat-lalat tipe

parental. Jika digunakan lalat dihibrid yang betina, dihasilkan lalat-lalat

tipe parental dan tipe rekombinasi.

Nilai (persentase) pindah silang

Telah diketahui bahwa dengan adanya peristiwa pindah

silang, dalam keturunan dibedakan tipe parental (tipe orang tua)

dan tipe rekombinasi (tipe kombinasi baru). Adapun yang

dimaksud dengan nilai pindah silang (nps) ialah angka yang

menunjukkan besarnya persentase kombinasi baru yang

dihasilkan akibat terjadinya pindah silang.

Nps = jumlahtipe rekombinasijumlah seluruh individu

x 100%

Nps pada contoh di muka = 16 x22773

x 100% = 4,90%

Ini berarti bahwa kekuatan pindah silang antara gen-gen

yang terangkai itu ialah 4,90%. Tipe parental banyaknya 100% -

4,90% = 95,10%.

Tentunya nilai pindah silang tidak akan melebihi 50%,

biasanya bahkan kurang dari 50%, karena:

a.) hanya dua dari empat kromatid saja ikut mengambil bagian

pada peristiwa pindah silang

b.) pindah silang ganda akan mengurangi banyaknya tipe

rekombinasi yang dihasilkan.

Page 13: Genetika Vita

PETA KROMOSOM

Yang dimaksud dengan peta kromosom ialah gambar

skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis

lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada

kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap

sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka nol). Pada lokus

setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara

gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan

yang lain (Gambar X- 10). Jarak itu diberi ukuran unit dan 1 unit

= 1% pindah silang.

Misalnya pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti

bahwa jarak antara sentromer ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus

gen q tertulis

Gambar X- 10. Contoh peta kromosom

angka 10, berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q

ialah 10 unit. Dengan sendirinya dapat diketahui jarak antara

gen p dan q, ialah 10 - 6,2 = 3,8 unit.

Jarak antara gen p dan gen q disebut jarak peta. Peta

kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta

relatip.

Gambar diatas memperlihatkan peta relatip. Jarak antara

gen r - s = 4,7 unit; s - t = 8,5 unit; r - t = 13,2 unit.

Page 14: Genetika Vita

Sekarang sudah dapat dibuat peta kromosom (walaupun

belum lengkap) dari lalat Drosophila (Gambar X- 11), tanaman

tertentu (seperti jagung), hewan ternak dan manusia.

Saat dimulainya pembuatan peta kromosom dilakukan

pada tahun 1920 oleh para ahli genetika Drosophila seperti T.H.

Morgan, C.B. Bridges dan A.H. Sturtevant.

Membuat peta kromosom dengan gen rangkap tiga

Di muka telah diketahui bahwa dengan menggunakan dua

gen yang terangkai, adanya pindah silang ganda tidak dapat

diketahui dari keturunan hasil ujisilang. Berhubung dengan itu

untuk membuat peta kromosom seyogyanya kita menggunakan

gen rangkap tiga diwaktu dilakukan ujisilang (dalam bahasa

Inggris: “Three-point cross”).

Contohnya sebagai berikut:

Mula-mula kita mengawinkan lalat Drosophila betina

homozigotik untuk gen-gen resesip cu (sayap berkeluk), sr

(tubuh bergaris) dan e (tubuh hitam) dengan lalat jantan tipe liar

(normal) homozigotik, yaitu Cu (sayap lurus), Sr (tubuh tak

bergaris) dan E (tubuh kelabu).

Gen-gen tersebut terdapat pada kromosom no.III. Lalat-

lalat betina F1 (yang berbentuk trihibrid) kemudian diujisilang

dengan lalat jantan yang sama sekali resesip, yaitu sayap

berkeluk, tubuh bergaris, tubuh hitam. Hasilnya berupa lalat-lalat

F2 yang dapat dilihat pada Gambar X- 12.

Setelah kita mendapatkan lalat-lalat F2 sebagai hasil

ujisilang itu,

Page 15: Genetika Vita

Gambar X- 11. Peta kromosom dari lalat Drosophila. Tidak semua gen

dicantumkan pada peta itu. Huruf singkatan adalah nama gen. Lokasi

gen tertera dengan angka-angka di sebelah kiri.

Page 16: Genetika Vita

kita mengambil langkah sebagai berikut:

1). Tetapkan genotip-genotip parental dengan jalan:

a). jika mungkin mengadakan rekontruksi perkawinan lalat-

lalat parental

b). memperhatikan kelas fenotip yang paling banyak dalam

keturunan itu. Akan tetapi cara ini tidak cermat untuk

Page 17: Genetika Vita

Gambar X- 12. Ujisilang pada lalat Drosophila dengan gen rangkap

tiga. Cara ini merupakan dasar untuk pembuatan peta kromosom.

Page 18: Genetika Vita

menetapkan genotip-genotip parental. Hanya berguna

apabila data tentang parentalnya tidak diketahui.

2). Tetapkanlah tipe-tipe rekombinasi yang dihasilkan oleh

adanya pindah silang ganda. Tipe- tipe ini ditandai oleh kelas-

kelas fenotip yang paling sedikit.

Kemudian kita tetapkan urutan letak gen yang sebenarnya,

dengan membandingkan genotip tipe-tipe parental dengan

genotip tipe-tipe rekombinasi hasil pindah silang ganda. Tentu

ada satu gen yang berbeda dan gen inilah yang sebenarnya

terletak di tengah. Pada contoh ini, Cu Sr E dan cu sr e

merupakan tipe-tipe parental. Tipe-tipe rekombinasi hasil pindah

silang ganda adalah Cu sr E dan cu Sr e. Disini nampak bahwa

letak gen sr pada tipe rekombinasi berbeda dengan pada tipe

parental. Berhubung dengan itu gen sr letaknya di tengah, yaitu

diantara gen cu dan e. Urutan letak gen yang benar ialah cu sr e

atau e sr cu. Pada contoh ini kebetulan urutan letak gen itu

sudah benar.

3). Setelah urutan letak gen yang sebenarnya diketahui, maka

dicari jarak peta antara gen-gen tersebut.

Pindah silang (disingkat: Ps) antara gen cu dan sr

menghasilkan kelas fenotip 3,4,7 dan 8. Jumlah tipe

rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 107 + 97 + 1 + 2 = 207.

Karena itu Ps antara cu dan sr = 207/1926 = 10,75%.

Ps antara gen sr dan e menghasilkan kelas fenotip 5,6,7

dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 86 +

94 + 1 + 2 = 183. Karena itu Ps antara sr dan e = 183/1926 =

9,50%.

Jadi : jarak antara gen cu – sr = 10,75 unit

jarak antara gen sr – e = 9,50 unit

4). Gambar peta kromosom relatip adalah sebagai berikut:

Page 19: Genetika Vita

Kita tidak melukiskan letak gen-gen itu sesungguhnya, karena

tidak disebutkan tentang letak titik 0 (sentromer), sehingga jarak

salah satu gen itu dari sentromer pun tidak diketahui. Untuk

mendapatkan letak titik 0 diperlukan percobaan dengan ribuan

macam perkawinan.

Penggunaan gen rangkap tiga ini hanya akan bermanfaat

apabila letak gen satu dengan lainnya yang terangkai tidak

terlalu dekat, sehingga masih dimungkinkan berlangsungnya

pindah silang ganda. Para ahli genetika Drosophila telah

menetapkan bahwa batas minimum itu adalah 10 unit. Jadi

apabila jarak antara satu gen dengan lainnya kurang dari 10 unit,

maka tidak akan terjadi pindah silang ganda.

Koinsidens dan interferensi

Terjadinya pindah silang antara segmen-segmen dari

kromosom tertentu kebanyakan merupakan fenomena secara

kebetulan saja, tetapi distribusinya tidak acak-acakan.

Berdasarkan hukum kemungkinan, maka terjadinya dua pindah

silang secara simultan sama dengan hasil perkalian dari

besarnya kemungkinan untuk tiap pindah silang yang

berlangsung secara terpisah di dua tempat itu. H.J. Muller dalam

tahun 1916 membuktikan bahwa pindah silang ganda yang

sebenarnya adalah kurang frekuensinya dibandingkan dengan

yang diharapkan berdasarkan perhitungan distribusi acak-

acakan. Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang

terjadi pada suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah

Page 20: Genetika Vita

silang lainnya yang berdekatan. Inilah yang dinamakan

interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi, terlebih

dahulu harus dicari koefisien koinsidens (disingkat KK), yaitu

perbandingan antara banyaknya pindah silang ganda yang

sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda yang

diharapkan.

Singkatnya:

KK = banyaknya pindahsilang ganda yang sesungguhnyabanyaknya pindah silang ganda yangdiharapkan

Koefisien interferensi (disingkat KI) = 1 – KK

Jadi apabila terdapat interferensi lengkap, tidak akan

menghasilkan pindah silang ganda, dan koinsidens dengan nol.

Sebaliknya, apabila tidak terjadi interferensi, maka KK = 1.

Pada contoh di muka (Gambar X- 12) maka:

- pindah silang ganda yang sesungguhnya = 1+21926

= 0,0016

- pindah silang ganda yang diharapkan = 0,1075 x 0,095 =

0,0102

KK = 0.00160,0102

= 0,16

KI = 1 – 0,16 = 0,84

Ini berarti bahwa pindah silang ganda yang terjadi itu

hanya 16% saja dari pindah silang ganda yang diharapkan.

Interferensi akan kecil apabila gen-gen yang bersangkutan

letaknya saling berjauhan. Apabila KK melebihi 1, maka

interferensi menjadi negatip.

Contoh lain:

Page 21: Genetika Vita

Pada tanaman jagung (Zea mays) dikenal gen-gen yang

terangkai, misalnya:

+ (atau Bm) = gen yang menyebabkan tulang daun berwarna

hijau (normal)

bm = gen yang menyebabkan tulang daun coklat (mengandung

zat antosian)

+ (atau Pr) = gen yang menyebabkan biji berwarna kuning

(normal)

pr = gen yang menyebabkan biji berwarna merah

+ (atau V) = gen yang menyebabkan daun berwarna hijau

(normal)

v = gen yang menyebabkan daun berwarna hijau pucat

Ujisilang dari tanaman trihibrid (♀+++¿bm pr v

¿ X ♂ bm pr vbm pr v

)

menghasilkan keturunan sebagai berikut:

+ pr v . . . . . . . . . 57 tanaman bm + v . . . . . . . . . 2

tanaman

bm pr v . . . . . . .434 tanaman + + v . . . . . . . . . . 1

tanaman

bm + + . . . . . . . . 60 tanaman + pr + . . . . . . . . . . 3

tanaman

+ + + . . . . . . . .441 tanaman bm pr + . . . . . . . . .2

tanaman

Catatan: Cara penulisan genotip disini telah disederhanakan,

yaitu dengan menghilangkan gen-gen yang terdapat di bawah

garis. Jadi apa yang tercantum sebagai + pr v itu seharusnya

ditulis + pr vbm pr v

. Demikianlah dengan lain-lainnya.

Pertanyaan:

Page 22: Genetika Vita

1. Gambarkan peta kromosom relatip di mana gen-gen itu

terangkai

2. Tulislah genotip dari tanaman parental

3. Berapakah interferensinya?

Jawabnya:

1. Oleh karena parentalnya tidak diketahui, maka dua individu

yang jumlahnya paling banyak, merupakan tipe parental, yaitu

(bm pr v) dan (+ + +). Tipe-tipe rekombinasi hasil adanya

pindah silang ganda (disingkat: PSG) adalah individu yang

jumlahnya paling sedikit, yaitu (+ + +) dan (bm pr +). Salah

jika yang diambil (bm + v), sebab gen v menempati tempat

yang sama dengan gen v dari (+ + v).

Jadi singkatnya:

Tipe parental Tipe rekombinasi PSG

bm pr v + + v

+ + + bm pr +

Apabila tipe-tipe rekombinasi dibandingkan dengan tipe-

tipe parental, maka nampak bahwa ada perbedaan mengenai

letak gen v. Berhubung dengan itu gen v seharusnya terletak di

tengah, sehingga urutan letak gen yang benar ialah bm v pr

atau pr v bm. Jadi tipe parental dengan memperhatikan urutan

letak gen yang benar ialah:

bmv pr¿ atau pr v bm¿

Andaikata kita menggunakan susunan tipe parental yang

pertama, maka:

- PS antara bm -v = ¿¿

= 60+57+2+11000

= 0,12 = 12%

Page 23: Genetika Vita

- PS antara v - pr = ¿¿

= 2+3+2+11000

= 0,008 = 0,8%

Jadi:- jarak gen bm – v = 12 unit

-jarak gen v – pr = 0,8 unit

Gambar peta kromosom relatip ialah sebagai berikut:

2. Genotip tanaman trihibridnya ialah +++¿bmv pr

¿. Karena itu genotip

dari tanaman parental ialah +++¿+++¿¿ ¿ dan

bmv prbmv pr

.

3. PSG yang sesungguhnya = 2+11000

= 0,003

PSG yang diharapkan = 0,12 x 0,008 = 0,00096

KK = 0,0030,00096

= 3,125

KI = 1 - 3,125 = - 2,125

BERANGKAI PADA KROMOSOM-X

Marilah kita tinjau gen-gen yang terdapat pada kromosom-

X pada lalat Drosophila, misalnya:

+ (atau Y) = gen yang menyebabkan tubuh berwarna

kelabu (normal)

y = gen yang menyebabkan tubuh berwarna kuning

+ (atau W) = gen yang menyebabkan mata berwarna

merah (normal)

w = gen yang menyebabkan mata berwarna putih

Page 24: Genetika Vita

Mula-mula kita kawinkan lalat betina normal homozigotik

(baik warna tubuh maupun warna matanya) dengan lalat jantan

tubuh kuning, mata putih. Semua lalat F1 baik yang jantan

maupun yang betina akan normal. Apabila lalat-lalat F1 ini

dibiarkan kawin sesamanya, didapatkan lalat-lalat F2 sebagai

berikut: (Gambar X- 13)

a. semua lalat betina akan normal, meskipun ada 4 macam

genotip

b. lalat-lalat jantan terbagi atas 4 kelas, yaitu:

- lalat jantan normal, baik warna tubuh maupun warna

matanya

- lalat jantan dengan warna tubuh normal, matanya

putih

- lalat jantan dengan warna tubuh kuning, matanya

merah

- lalat jantan dengan warna tubuh kuning, matanya

putih

Hasil ini merupakan petunjuk penting dalam usaha

pembuatan peta kromosom-X, yaitu bahwa lalat-lalat F2 yang

betina tidak berguna, karena semuanya normal. Lalat-lalat betina

dapat dibuang dan kita cukup perhatikan lalat-lalat jantannya

saja, karena fenotipnya memperlihatkan 4 macam variasi.

Pembuatan peta kromosom-X

Di sini pun sebaiknya kita menggunakan individu trihibrid

agar supaya akibat adanya pindah silang ganda dapat nampak

dalam keturunan.

Page 25: Genetika Vita

Berdasarkan pengetahuan di atas, maka di sini trihibrid

tidak diuji silang seperti halnya dengan pembuatan peta

autosom, melainkan dikawinkan dengan individu jantan normal.

Kecuali itu kita hanya

Page 26: Genetika Vita

Gambar X- 13. Diagram perkawinan pada lalat Drosophila dimana

gen-gennya terangkai pada kromosom-X. Semua lalat betina dalam F2

adalah normal, tetapi lalat jantannya terbagi atas 4 kelas fenotip.

Tanda ♀♀ dan ♂♂ berarti banyak lalat.

memperhatikan keturunan yang jantan saja, sedangkan

keturunan yang betina tidak perlu diikut sertakan dalam

perhitungan.

Contohnya:

Pada lalat Drosophila dikenal gen-gen yang terangkai seperti:

+ = gen yang menentukan mata berwarna merah (normal)

w = gen yang menentukan mata berwarna putih

+ = gen yang menentukan tubuh berwarna kelabu (normal)

y = gen yang menentukan tubuh berwarna kuning

Page 27: Genetika Vita

+ = gen yang menentukan bulu tak bercabang (normal)

f = gen yang menentukan bulu bercabang

Pada waktu lalat trihibrid betina dikawinkan dengan lalat

jantan normal dihasilkan keturunan misalnya sebagai berikut:

♀♀ : 310 mata merah, tubuh kelabu, bulu tak

bercabang (normal)

♂♂ : 2 mata putih, tubuh kelabu, bulu tak

bercabang

9 mata merah, tubuh kelabu, bulu

bercabang

87 mata putih, tubuh kuning, bulu bercabang

50 mata putih, tubuh kelabu, bulu bercabang

46 mata merah, tubuh kuning, bulu tak

bercabang

4 mata putih, tubuh kuning, bulu tak

bercabang

98 mata merah, tubuh kelabu, bulu tak

bercabang

4 mata merah, tubuh kuning, bulu

bercabang

Pertanyaannya:

1. Pada kromosom apakah gen-gen itu terangkai? Berikan

alasannya.

2. Gambarkan peta kromosom relatip.

3. Hitunglah koefisien interferensinya.

4. Coba buatlah diagram perkawinannya dimulai dari lalat

parentalnya.

Jawabnya:

Page 28: Genetika Vita

1. Oleh karena keturunannya dibedakan kelaminnya, maka dapat

dipastikan bahwa gen-gen tersebut terangkai pada kromosom-

X.

2. Terlebih dahulu kita tulis keturunan dari hasil perkawinan itu

dengan mengemukakan gen-gennya, yaitu sebagai berikut:

♀♀ : 310 + + +

♂♂ : 2 w + +

9 + + f

87 w y f

50 w + f

46 + y +

4 w y +

98 + + +

4 + y f

Tipe parental Tipe rekombinasi PSG

w y f¿

w++¿+ y f

Apabila tipe-tipe parental dibandingkan dengan tipe-tipe

rekombinasi, maka nampak bahwa ada perbedaan mengenai

letak gen w.

Berhubung dengan itu gen w seharusnya terletak di

tengah, sehingga urutan letak gen yang benar ialah y w f

atau f w y. Jadi tipe parental dengan memperlihatkan

urutan letak gen yang benar ialah:

y w f¿ atau f w y

¿

Andaikata kita menggunakan susunan tipe parental yang

pertama, maka:

PS antara y - w = ¿¿

= 46+50+4+2

300 =

103300

= 0,34 = 34%

PS antara w - f = ¿¿

Page 29: Genetika Vita

= 4+9+4+2300

= 0,0633 = 6,33%

Jadi: - jarak gen y - w = 34 unit

- jarak gen w - f = 6,33 unit

Gambar peta kromosom relatip ialah sebagai berikut:

3. PSG yang sesungguhnya = 4+2300

= 0,02

PSG yang diharapkan = 0,34 x 0,0633 = 0,02

KK = 0,020,02

= 1, sehingga KI = 1 – 1 = 0. Berarti tanpa

interferensi.

4. Genotip lalat trihibridnya ialah +++¿y w f

¿ . Melihat genotipnya,

maka lalat ini tentunya berasal dari lalat-lalat parental ♀

+++¿+++¿¿ ¿ dan ♂

y w f⇁

. Dengan demikian bentuk diagram

perkawinan yang dimulai dari lalat-lalat parental ialah sebagai

berikut:

P ♀ +++¿+++¿¿ ¿ X ♂

y w f⇁

normal kuning,

putih, bercabang

Page 30: Genetika Vita

Berangkai, pindah silang dan peta kromosom pada

manusia

Mudah dimengerti kiranya bahwa mempelajari berangkai

dan pindah silang serta pembuatan peta kromosom pada

manusia jauh lebih sukar daripada dengan menggunakan bahan

lalat Drosophila dan tumbuh-tumbuhan. Ini disebabkan karena

beberapa hal, antara lain:

Page 31: Genetika Vita

1. Pada manusia tidak dapat dilakukan percobaan dengan cara

mengawinkan manusia seperti kehendak kita.

2. Gen-gen yang telah diketahui menimbulkan kelainan/ penyakit

pada manusia jarang dijumpai dan biasanya pengaruh dari gen

yang merugikan itu baru akan nampak setelah beberapa

generasi.

3. Jumlah kromosom di dalam inti sel tubuh manusia terlalu besar

(yaitu 46 kromosom), sehingga kemungkinan adanya gen-gen

yang terangkai sangat kecil.

Meskipun demikian pada manusia dikenal suatu penyakit

semacam buta malam tetapi dapat berakibat buta, yaitu

penyakit retinitis pigmentosa. Penyakit ini disebabkan oleh

gen dominan R yang terangkai tak sempurna pada kromosom-X.

Seorang perempuan yang

menderita penyakit itu dan menikah

dengan laki-laki normal akan

mempunyai anak yang semuanya

menderita penyakit tersebut

(Gambar X- 14).

Sebaliknya, seorang

perempuan normal yang kawin

dengan laki-laki penderita penyakit itu, menurut perhitungan

maka semua anak perempuan akan menderita penyakit itu,

sedangkan semua anak laki-laki akan normal (Gambar X-15). Ini

terkenal sebagai cara mewaris bersilang (“crisscross

inheritance”). Akan tetapi penyelidikan membuktikan bahwa

pada perkawinan demikian ini pernah dijumpai anak perempuan

normal dan anak laki-laki penderita retinitis pigmentosa (Gambar

X- 16).

Page 32: Genetika Vita

Jelaslah bahwa individu 1112 dan 1114 pada diagram

silsilah itu

menyimpang dari yang diharapkan, karena seharusnya semua

anak perempuan menderita penyakit itu, sedangkan semua anak

laki-laki seharusnya normal.

Kejadian ini disebabkan karena kromosom-X dari ayah

membawa gen dominan R, sedangkan pada segmen dari

kromosom-Y yang homolog dengan kromosom-X itu terdapat

alelnya resesip r. Kemudian terjadilah peristiwa pindah silang

selama spermatogenese, sehingga didapatkan anak dengan

fenotip yang berbeda dari semestinya (Gambar X- 17).

Page 33: Genetika Vita

Gambar X- 17. Akibat adanya pindah silang selama

spermatogenese, maka anak-anak ada yang mempunyai fenotip

yang menyimpang dari semestinya. Genotip RR atau Rr

menyebabkan orang sakit retinitis pigmentosa, sedangkan rr

adalah normal( Suryo,2008)

Page 34: Genetika Vita

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan dan bahan yang digunakan pada praktikum

pindah silang adalah lilin lembek (malam) yang terdiri dari dua

warna.

3.2 Cara Kerja

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat empat

strand kromosom dari lilin lembek (malam). Masing-masing

dibuat dua strand dari satu warna lilin lembek. Keadaan ini

menyerupai keadaan tetrad kromatid pada kromosom homolog.

Kemudian diberi tanda dengan lilin lembek yang dibentuk

bulatan lokasi sentromer dan gen-gen. Konfigurasi pindah silang

dibuat dengan ketentuan pindah silang tunggal (2-3), pindah

Page 35: Genetika Vita

silang tunggal (1-4), pindah silang ganda (2-3 ; 2-3), pindah

silang ganda (2-3 ; 2-4), pindah silang ganda (2-3 ; 1-4) dan

pindah silang ganda (1-3 ; 2-4 ; 2-3). Kemudian dihitung

prosentase tipe rekombinan yang terjadi akibat pindah silang

yang telah dilakukan secara imitasi.

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Perlakuan Pengamatan

Page 36: Genetika Vita

1234

ABCD

ABCDabcdabcd

1234

ABCD (tipe parental)

ABcd (tipe ekombinan)

abCD (tipe rekombinan)

abcd (tipe parental)

1. Dibuat 4 strand

kromatid dari lilin

dan diberi bulatan

tempat lokus gen

2. Pindah silang

tunggal (2–3)

3. Pindah silang

tunggal (1–4)

4. Pindah silang ganda

(2–3 ; 2–3)

Terbentuk 4 strand kromatid dengan 4

titik lokus gen tiap kromatid

NPS = 2/4 x 100% = 50%

NPS = 2/4 x 100% = 50%

Page 37: Genetika Vita

4.2 Pembahasan

Praktikum pindah silang bertujuan untuk menirukan secara

imitasi tentang terjadinya pindah silang serta mengetahui persen

rekombinan yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.

Pindah silang adalah proses penukaran segmen dari kromatid-

kromatid bukan kakak beradik dari sepasang kromosom

homolog. Pindah silang terjadi ketika peristiwa meiosis I (akhir

profase I atau permulaan metaphase I), yaitu pada saat

kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pada waktu

kromosom-kromosom hendak memisah yaitu pada anaphase I,

kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan putus dibagian

kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid

sebelahnya secara timbal balik. Sehubungan dengan itu, gen-gen

yang terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula

tempatnya ke kromatid sebelah (Suryo,2008).

Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah lilin

lembek atau malam. Pemilihan lilin lembek dikarenakan bahan

ini merupakan padatan namun bersifat lembek dan lentur

sehingga mudah dibentuk sebagai imitasi strand dari sebuah

kromatid. Lilin yang digunakan terdiri dari dua warna yang

berbeda, bertujuan untuk membedakan antara kromatid yang

kakak beradik dengan kromatid yang bukan kakak beradik.

Strand kromatid 1 dan kromatid 2 diumpamakan memiliki gen

ABCD, sedangkan strand kromatid 3 dan kromatid 4

diumpamakan memiliki gen abcd.

Pada praktikum pindah silang, lilin lembek atau malam

dibentuk dengan bentukan memanjang dan membulat. Bentukan

Page 38: Genetika Vita

panjang dibuat sebanyak 4 buah, bentukan tersebut merupakan

imitasi dari strand pada tetrad kromatid. Kemudian bulatan kecil

dibentuk sebanyak 16 buah. Bentukan semacam ini merupakan

imitasi dari gen yang nantinya akan ditempelkan sebanyak 4

buah dengan warna yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa gen-

gen pada strand pertama dan kedua memiliki gen yang sama.

Sedangkan pada strand ketiga dan keempat ditempeli bulatan

kecil dengan warna yang sama, namun berbeda warna dengan

strand pertama dan kedua. Setelah semua disiapkan, selanjutnya

dibuat konfigurasi pindah silang yaitu pindah silang tunggal (1-

3), pindah silang tunggal (1-4), pindah silang ganda (2-3 ; 2-3),

pindah silang ganda (2-3 ; 1-4), dan pindah silang ganda (1-3 ; 2-

4 ; 2-3). Kemudian dilakukan perhitungan nilai persentase pindah

silang (NPS).

Pindah silang yang dipraktekkan adalah pindah silang

tunggal dan pindah silang ganda. Pindah silang tunggal adalah

pindah silang yang terjadi pada satu tempat , sedangkan pindah

silang ganda adalah pindah silang yang terjadi pada dua tempat.

Hasil perhitungan NPS pada pindah silang tunggal (2-3), pindah

silang tunggal (1-4), dan pindah silang ganda (2-3 ; 2-3)

menunjukkan angka 50%. Hasil perhitungan NPS pada pindah

silang ganda (2-3 ; 2-4) menunjukkan angka 75%, sedangkan

pada pindah silang ganda (2-3 ; 1-4) dan pindah silang ganda (1-

3 ; 2-4 ; 2-3) menunjukkan angka 100%. Nilai pindah silang tidak

akan melebihi 50%, biasanya bahkan kurang dari 50%, karena

hanya dua dari empat kromatid saja yang ikut mengambil bagian

pada peristiwa pindah silang dan pindah silang ganda akan

mengurangi tipe rekombinasi yang dihasilkan (Suryo, 2008).

Pindah silang atau crossing over adalah peristiwa

penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan kakak beradik

Page 39: Genetika Vita

(nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Pindah

silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan

metaphase I), yaitu pada saat kromosom telah mengganda

menjadi dua kromatid (bivalen). Saat kromosom-kromosom

hendak memisah (yaitu pada anaphase I), kromatid-kromatid

yang bersilang itu melekat dan putus di bagian kiasma.

Kemudian tiap potongan melekat pada kromatid sebelahnya

secara timbal balik. Berhubung dengan hal itu gen-gen yang

terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula

tempatnya ke kromatid sebelah (Sharif dkk, 2002).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pindah silang,

yaitu:

1. Temperatur; temperatur yang melebihi atau kurang dari

temperatur biasa dapat memungkinkan besarnya terjadi

pindah silang.

2. Umur; makin tua suatu individu, makin kurang mengalami

pindah silang.

3. Zat kimia; zat kimia tertentu dapat memperbesar

kemungkinan pindah silang.

4. Penyinaran dengan sinar X dapat memperbesar kemungkinan

pindah silang.

5. Jarak antara gen-gen terangkai; makin jauh letak suatu gen

dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan terjadi pindah

silang.

6. Jenis kelamin; pada umumnya pindah silang dijumpai pada

makhluk hidup betina maupun jantan. Namun, pengecualian

pada ulat betina Bombix mori dan lalat jantan Drosophila tidak

pernah terjadi pindah silang (Suryo,2008).

Page 40: Genetika Vita

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pindah silang terjadi

pada meiosis I (akhir profase I dan awal anaphase I), berikut ini

merupakan gambar ilustrasinya:

Gambar proses pindah silang pada maiosis I (Campbell, 2002).

Meiosis I, dibedakan atas beberapa fase:

a. Profase I, ini berbeda dari profase pada mitosis, yaitu bahwa

kromosom homolog membentuk pasangan yang dinamakan

bivalen. Proses berlangsungnya kromosom untuk

berpasangan dinamakan sinapsis. Kemudian anggota bivalen

memanjang sehingga terbentuk 4 kromatid. Keempat

kromatid pada satu bivalen dinamakan tetrad.

b. Metaphase I, bivalen-bivalen menempatkan diri di tengah dari

sel secara acakan (random).

Page 41: Genetika Vita

1234

ABCD (tipe parental)

ABcd (tipe ekombinan)

abCD (tipe rekombinan)

abcd (tipe parental)

c. Anaphase I, sentromer belum membelah. Kini kromosom-

kromosom homolog (masing-masing terdiri dari dua kromatid)

saling memisahkan diri dan bergerak menuju ke kutub sel

yang berlawanan. Berarti jumlah kromosom telah diparoh,

dari keadaan diploid (2n) mejadi haploid (n).

d. Telofase I, akhir dari profase I (Suryo, 2008).

Pindah silang dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Pindah silang tunggal adalah pindah silang yang terjadi

pada satu tempat. Misalnya pindah silang (2-3).

Contoh pindah silang (2-3), yaitu:

Pada contoh pindah silang tunggal (2-3) di atas didapatkan

dua macam tipe gamet, yaitu:

a) Gamet tipe parental adalah ABCD , abcd

b) Gamet tipe rekombinan adalah Abcd , abCD

Sehingga dapat dihitung nilai (prosentase) pindah silang

(NPS) dengan rumus:

NPS =

= 2/4 X 100%

NPS = 50%

Jumlah seluruh individu

Jumlah tipe rekombinasi X 100%

Page 42: Genetika Vita

b. Pindah silang ganda adalah pindah silang yang terjadi pada

dua tempat. Pada praktikum ini, terdapat tiga macam

pindah silang ganda yang dilakukan dan menghasilkan NPS

yang yang berbeda. Pada pindah silang ganda (2-3 ; 2-3)

dengan NPS 50%, pindah silang ganda (2-3 ; 2-4) dengan

NPS sebesar 75%, pada pindah silang ganda (2-3 ; 1-4)

dengan NPS sebesar 100%, serta pada pindah silang ganda

(1-3 ; 2-4 ; 2-3) dengan NPS sebesar 100%.

Salah satu manfaat dari pindah silang yaitu meski dari induk

dengan spesies yang sama, karena adanya peristiwa pindah

silang, seorang anak tidak akan mempunyai karakter sama

persis dengan induknya, baik sebagian atau seluruhnya. Jadi,

dengan adanya pindah silang maka dapat diperoleh variasi-

variasi fenotip dari spesies yang sama.

Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom

yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus dimana

diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu.

Sentromer dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal,

maka diberi tanda 0 (angka nol). Pada lokus setiap gen

dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara satu gen

dengan yang lain. Jarak itu diberi ukuran unit dan 1 unit= 1%

pindah silang. Jarak antar gen disebut jarak peta. Peta kromosom

tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta relatip

(Suryo, 2008).

Page 43: Genetika Vita

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pindah silang yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa pindah silang dapat menimbulkan

berbagai variasi susunan gen dan genotip. Selain itu, persen

rekombinan pada pindah silang tunggal (2-3), pindah silang

ganda (2-3 ; 2-3) dan pindah silang tunggal (1-4) adalah sebesar

50%. Pindah silang ganda (2-3 ; 2-4) sebesar 75%. Selanjutnya

pada pindah silang ganda (2-3 ; 2-4) dan pindah silang ganda (1-

3 ; 2-4 ; 2-3) adalah sebesar 100%.

Page 44: Genetika Vita

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. http://www.phschool.com. diakses pada tanggal 1

Mei 2010 pukul 09.00 WIB.

Anonim2. 2010. http://www.marine-genomics-europe.or. diakses

pada tanggal 1 Mei 2010 pukul 09.10 WIB.

Campbell, Reech. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Elvita, Azmi dkk. 2008. Genetika Dasar. University of Riau: Riau.

Page 45: Genetika Vita

Fatchiyah. 2006. Kromosom, Gen, DNA, sintesis Protein dan

Regulasi. Universitas Brawijaya: Malang.

Sharif, Wallace D. dkk. 2002. Distinct functions of S. pombe

Rec12 (Spo11) protein and Rec12-dependent crossover

recombination (chiasmata) in meiosis I; and a

requirement for Rec12 in meiosis II. Biomed Central :

USA.

Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

LAMPIRAN

Pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum) gen-gen berikut ini

terdapat pada kromosom no. 2:

+ = tanaman tinggi

+ = daun hijau rata

+ = buah licin

d = tanaman pendek

m = daun hijau bernoda

p = buah berbulu halus

Page 46: Genetika Vita

Uji silang pada tanaman trihibrid menghasilkan keturunan misalnya

sebagai berikut:

Tanaman tinggi, daun hijau bernoda, buah berbulu = 470

Tanaman tinggi, daun hijau rata, buah berbulu = 14

Tanaman pendek, daun hijau rata, buah berbulu = 0

Tanaman pendek, daun hijau bernoda, buah licin = 19

Tanaman tinggi, daun hijau bernoda, buah licin = 1

Tanaman tinggi, daun hijau rata, buah licin = 25

Tanaman pendek, daun hijau rata, buah licin = 441

Tanaman pendek, daun hijau bernoda, buah berbulu = 30

a) Bagaimanakah urutan letak gen yang sebenarnya

b) Buatlah gambar peta kromosom relatip dimana terdapat gen-gen

tersebut

c) Adakah interferensi

d) Tulislah genotip dari tanaman parental yang menghasilkan tanaman

trihibrid itu

JAWAB

Parentalnya tidak diketehui, maka dua individu yang jumlahnya paling

banyak merupakan tipe parental, yaitu (Tanaman tinggi, daun hijau

bernoda, buah berbulu) dan (Tanaman pendek, daun hijau rata, buah

licin). Tipe-tipe rekombinasi hasil adanya pindah silang ganda (PSG)

adalah individu yang jumlahnya paling sedikit, yaitu (Tanaman pendek,

daun hijau rata, buah berbulu) dan (Tanaman tinggi, daun hijau bernoda,

buah licin).