gelora proklamasi dan nasib indonesia -...

16
Ketua MPR Marzuki Alie melempar wacana membubarkaan KPK dan memaafkan para koruptor. Wah Pak Marzuki dapat pesanan siapa...? APBN yang sudah mencapai Rp1.300 triliun ternyata tak mensejahterakan masyarakat, dan tak mengurangi pengangguran. Ya, jelas saja, yang lebih banyak menikmati APBN itu para pejabat, rakyatkan sebagai pelengkap penderita... PATUK...! DARI LANTAI 17>>14 RUU RESI GUDANG Fraksi Gerindra Setuju, Karena Memberi Manfaat Buat Petani MARISSA HAQUE Jujurkan Keadilan www.partaigerindra.or.id FIGUR>>15 PARTAI Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menilai pemerintah buruk dalam mengelola anggaran negara mela- lui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pemerintah gagal me- ngelola APBN karena tidak memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Sebaliknya, APBN menjadi instrumen “perburuan rente” bagi para oknum. “Partai Gerindra menilai kondisi ini merupakan cermin dari salah urus nega- ra yang dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kemiskinan di Indonesia. Hal ini disebabkan penerimaan yang belum maksimal, penyerapan anggaran yang tak rasional dan belanja yang tak efektif dan boros,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dalam keter- angan pers di Restoran Pulau Dua, Se- lasa, 26 Juli 2011. Menurut Fadli Zon, APBN adalah salah satu alat negara untuk kesejahter- aan rakyat. Pasal 23 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa APBN merupakan wujud pengelolaan keu- angan negara ditetapkan setiap tahun dengan UU, serta dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. “Kenyataannya, pengelolaan APBN jauh panggang dari api. APBN tidak memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan rakyat,” ujar Fadli yang LUKISAN KASIMAN LEE Indonesia Raya GEMA juga Ketua Badan Komunikasi Partai Gerindra. Wakil Ketua Badan Komunikasi Partai Gerindra Hashim Djojohadiku- sumo menambahkan, banyak anggaran yang tidak efisien. “Anggaran vakansi, perjalanan pegawai negeri dan anggota DPR sebesar Rp21 triliun, ini angka yang sangat fantastis dan tidak efektif. Dana ini banyak dipakai untuk perjalan- an studi banding ke sejumlah negara yang tidak jelas hasilnya,” kata Hashim. Dana sebesar Rp21 triliun itu, menurut Hashim Djojohadikusumo, bisa dipangkas dan dialihkan untuk transportasi massal di DKI Jakarta yang membutuhkan dana Rp16 triliun (sela- ma dua atau tiga tahun), atau untuk pen- didikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. “Saya melihat betapa han- curnya infrastruktur pada saat ini. Di Kalimantan Barat antara Entikong dan Pontianak, dulu bisa ditempuh dengan empat jam, sekarang bisa 10 sampai 12 jam karena jalan hancur,” kata Hashim yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini. Begitu pun dana Bantuan Sosial se- besar Rp61 triliun dan dana bantuan sosial di berbagai kementerian sebesar Rp63 triliun. “Kalau dijumlah menjadi angka yang sangat luar biasa untuk be- berapa pos yang tujuannya tidak jelas,” GEMA UTAMA>>04 GERINDRA Siap Jadi Inisiator Panja Mafia Anggaran GELORA PROKLAMASI 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia adalah tonggak utama berdiri- nya Negara Republik Indonesia. Segala usaha perlawanan dan perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme dituju- kan untuk satu cita-cita itu: kemerdekaan. Proklamasi adalah tanda kemerdekaan. Tapi kemerdekaan untuk apa? Proklamasi sebagai pilar utama Republik Indonesia sering- kali dilupakan. Lihat saja, MPR RI hanya “mengakui” empat pilar: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Empat pilar ini disosialisasikan ke seluruh elemen masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan. Namun, pilar yang terpen- ting lupa disosialisasikan yakni proklamasi. Tanpa proklamasi tak ada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Proklamasi membuka lembaran baru sejarah Indonesia yang penuh penderitaan dan kemelaratan di bawah penjajahan. Kemerdekaan diharapkan menjadi pintu gerbang menuju kesejahteraan, kebahagiaan dan perdamaian. Cita-cita itu dituliskan dengan air mata, jiwa dan raga. Kali ini kita merayakan proklamasi yang ke-66. Nasib In- donesia memang lebih baik ketimbang di zaman penjajahan. Kehidupan masyarakat umumnya terlihat berjalan normal, kondisi ekonomi makro sekilas baik-baik saja. Apalagi dalam bentuk angka-angka, indikator ekonomi tampak bagus. Namun kalau kita berpijak pada realitas dan menjejakkan kaki di tanah, angka-angka itu tak mencerminkan kenyataan. Masih banyak kemiskinan dan pengangguran di sekitar kita. Tak jauh dari pusat keramaian ibukota, kantong-kantong kemiskinan menggelayut di bibir kali. Pengemis dan geland- angan menyebar di bawah gedung-gedung pencakar langit yang penuh sesak kemacetan. Kesenjangan makin menganga. Itu baru wajah Jakarta, pusatnya perputaran uang Indonesia. Semakin jauh dari ibukota, potret kesulitan hidup itu sema- kin kelihatan. Fenomena paling luar biasa tentu saja korupsi. Tiada hari tanpa korupsi. Korupsi mewabah di semua lini kehidu- pan, menyeruak di setiap celah kegiatan. Tak pandang bulu. Korupsi merasuki lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Korupsi menyebar ke partai politik, organisasi massa, organi- sasi keagamaan, hingga sekolah dan perguruan tinggi. Sampai kini belum ditemukan vaksin korupsi. Sedangkan koruptor, mereka bebas berkeliaran. Semakin hilang rasa malu. Televisi kita dihiasi berita korupsi tak henti- henti. Jumlah dana yang dicuri pun semakin fantastis. APBN menjadi sumber perburuan rente, sumber dari segala sum- ber korupsi. Padahal APBN seharusnya menjadi alat untuk kesejahteraan rakyat. Melalui politik anggaran yang berpihak pada kesejahteraan, mestinya kondisi rakyat semakin baik. Kini, koruptor mampu melintasi berbagai benua. Satu tertangkap di Cartagena, Kolombia. Yang lain tetap mera- jalela. Korupsi adalah fenomena gunung es. Ini baru pucuk- nya saja, belum sampai ke akar-akarnya. Sudah 66 tahun merdeka, nasib Indonesia masih begini- begini saja. Salah satu negara terkorup di Asia. Dirgahayu Republik Indonesia! t FADLI ZON PROKLAMASI DAN NASIB INDONESIA APBN JADI INSTRUMEN PERBURUAN RENTE TERBIT 16 HALAMAN/EDISI 05/TAHUN I/AGUSTUS 2011 kata adik Prabowo Subianto ini. Karena itu Hashim meminta perhatian terhadap APBN ini. “Kita prihatin karena banyak yang tidak efisien, bisa dihemat, atau un- tuk program atau proyek lain,” katanya. Sementara Sadar Subagyo, anggo- ta Bakom Partai Gerindra, menengarai kebocoran APBN bisa mencapai 55% yang terjadi di sektor penerimaan dan belanja. “Kebocoran di sektor belanja 30% dan di sektor penerimaan 25%. Kebocoran di sektor penerimaan karena ada Gayus besar dan Gayus kecil,” ujar Sadar Subagyo yang juga anggota Ko- misi XI DPR RI. Berbagai indikasi yang menunjuk- kan bahwa APBN sebagai cerminan negara yang salah urus ini, menurut Fadli Zon, menjadi titik awal Indone- sia menuju negara gagal. Partai Gerin- dra menilai bahwa semangat perubahan dan keberpihakan kepada rakyat harus dimulai dari postur APBN yang berpi- hak pada kesejahteraan rakyat. “APBN tak boleh menjadi sumber segala sumber korupsi. Mafia angga- ran harus diberantas. Kebocoran dan pemborosan anggaran harus dihenti- kan. Untuk itu perlu dibangun kembali komitmen bersama dari semua pihak agar APBN menjadi instrumen untuk kesejahteraan rakyat,” kata Fadli Zon. t BUDI SUCAHYO

Upload: lyphuc

Post on 10-Aug-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ketua MPR Marzuki Alie melempar wacana membubarkaan KPK dan memaafkan para koruptor.

Wah Pak Marzuki dapat pesanan siapa...?

APBN yang sudah mencapai Rp1.300 triliun ternyata tak mensejahterakan masyarakat, dan tak mengurangi pengangguran.

Ya, jelas saja, yang lebih banyak menikmati APBN itu para pejabat, rakyatkan sebagai pelengkap penderita...

patuk...!

Dari lantai 17>>14

ruu rEsi GuDanGFraksi Gerindra Setuju, Karena Memberi Manfaat Buat Petani

Marissa HaquEJujurkan Keadilan

www.partaigerindra.or.id

FiGur>>15

PARtAi Gerakan indonesia Raya (Gerindra) menilai pemerintah buruk dalam mengelola anggaran negara mela­lui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pemerintah gagal me­ngelola APBN karena tidak memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Sebaliknya, APBN menjadi instrumen “perburuan rente” bagi para oknum.

“Partai Gerindra menilai kondisi ini merupakan cermin dari salah urus nega­ra yang dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kemiskinan di indonesia. Hal ini disebabkan penerimaan yang belum maksimal, penyerapan anggaran yang tak rasional dan belanja yang tak efektif dan boros,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dalam keter­angan pers di Restoran Pulau Dua, Se­lasa, 26 Juli 2011.

Menurut Fadli Zon, APBN adalah salah satu alat negara untuk kesejahter­aan rakyat. Pasal 23 ayat 1 UUD NRi tahun 1945 menyatakan bahwa APBN merupakan wujud pengelolaan keu­angan negara ditetapkan setiap tahun dengan UU, serta dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar­besarnya kemakmuran rakyat. “Kenyataannya, pengelolaan APBN jauh panggang dari api. APBN tidak memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan rakyat,” ujar Fadli yang

Luk

isa

n k

as

ima

n Le

e

Indonesia RayaG e m a

juga Ketua Badan Komunikasi Partai Gerindra.

Wakil Ketua Badan Komunikasi Partai Gerindra Hashim Djojohadiku­sumo menambahkan, banyak anggaran yang tidak efisien. “Anggaran vakansi, perjalanan pegawai negeri dan anggota DPR sebesar Rp21 triliun, ini angka yang sangat fantastis dan tidak efektif. Dana ini banyak dipakai untuk perjalan­an studi banding ke sejumlah negara yang tidak jelas hasilnya,” kata Hashim.

Dana sebesar Rp21 triliun itu, menurut Hashim Djojohadikusumo, bisa dipangkas dan dialihkan untuk transportasi massal di DKi Jakarta yang membutuhkan dana Rp16 triliun (sela­ma dua atau tiga tahun), atau untuk pen­didikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. “Saya melihat betapa han­curnya infrastruktur pada saat ini. Di Kalimantan Barat antara Entikong dan Pontianak, dulu bisa ditempuh dengan empat jam, sekarang bisa 10 sampai 12 jam karena jalan hancur,” kata Hashim yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini.

Begitu pun dana Bantuan Sosial se­besar Rp61 triliun dan dana bantuan sosial di berbagai kementerian sebesar Rp63 triliun. “Kalau dijumlah menjadi angka yang sangat luar biasa untuk be­berapa pos yang tujuannya tidak jelas,”

GEMa utaMa>>04

GErinDraSiap Jadi Inisiator Panja Mafia Anggaran

GElora

PRoKlAMASi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa indonesia adalah tonggak utama berdiri­nya Negara Republik indonesia. Segala usaha perlawanan dan perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme dituju­kan untuk satu cita­cita itu: kemerdekaan. Proklamasi adalah tanda kemerdekaan. tapi kemerdekaan untuk apa?

Proklamasi sebagai pilar utama Republik indonesia sering­kali dilupakan. lihat saja, MPR Ri hanya “mengakui” empat pilar: Pancasila, UUD 1945, NKRi dan Bhineka tunggal ika. Empat pilar ini disosialisasikan ke seluruh elemen masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan. Namun, pilar yang terpen­ting lupa disosialisasikan yakni proklamasi.

tanpa proklamasi tak ada Pancasila, UUD 1945, NKRi dan Bhineka tunggal ika. Proklamasi membuka lembaran baru sejarah indonesia yang penuh penderitaan dan kemelaratan di bawah penjajahan. Kemerdekaan diharapkan menjadi pintu gerbang menuju kesejahteraan, kebahagiaan dan perdamaian. Cita­cita itu dituliskan dengan air mata, jiwa dan raga.

Kali ini kita merayakan proklamasi yang ke­66. Nasib in­donesia memang lebih baik ketimbang di zaman penjajahan. Kehidupan masyarakat umumnya terlihat berjalan normal, kondisi ekonomi makro sekilas baik­baik saja. Apalagi dalam bentuk angka­angka, indikator ekonomi tampak bagus.

Namun kalau kita berpijak pada realitas dan menjejakkan kaki di tanah, angka­angka itu tak mencerminkan kenyataan. Masih banyak kemiskinan dan pengangguran di sekitar kita. tak jauh dari pusat keramaian ibukota, kantong­kantong kemiskinan menggelayut di bibir kali. Pengemis dan geland­angan menyebar di bawah gedung­gedung pencakar langit yang penuh sesak kemacetan. Kesenjangan makin menganga. itu baru wajah Jakarta, pusatnya perputaran uang indonesia. Semakin jauh dari ibukota, potret kesulitan hidup itu sema­kin kelihatan.

Fenomena paling luar biasa tentu saja korupsi. tiada hari tanpa korupsi. Korupsi mewabah di semua lini kehidu­pan, menyeruak di setiap celah kegiatan. tak pandang bulu. Korupsi merasuki lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Korupsi menyebar ke partai politik, organisasi massa, organi­sasi keagamaan, hingga sekolah dan perguruan tinggi. Sampai kini belum ditemukan vaksin korupsi.

Sedangkan koruptor, mereka bebas berkeliaran. Semakin hilang rasa malu. televisi kita dihiasi berita korupsi tak henti­henti. Jumlah dana yang dicuri pun semakin fantastis. APBN menjadi sumber perburuan rente, sumber dari segala sum­ber korupsi. Padahal APBN seharusnya menjadi alat untuk kesejahteraan rakyat. Melalui politik anggaran yang berpihak pada kesejahteraan, mestinya kondisi rakyat semakin baik.

Kini, koruptor mampu melintasi berbagai benua. Satu tertangkap di Cartagena, Kolombia. Yang lain tetap mera­jalela. Korupsi adalah fenomena gunung es. ini baru pucuk­nya saja, belum sampai ke akar­akarnya.

Sudah 66 tahun merdeka, nasib indonesia masih begini­begini saja. Salah satu negara terkorup di Asia.

Dirgahayu Republik indonesia! t FadLi Zon

Proklamasi dan nasib indonesia

aPbn Jadi instrumen Perburuan rente

tErbit 16 HalaMan/EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

kata adik Prabowo Subianto ini. Karena itu Hashim meminta perhatian terhadap APBN ini. “Kita prihatin karena banyak yang tidak efisien, bisa dihemat, atau un­tuk program atau proyek lain,” katanya.

Sementara Sadar Subagyo, anggo­ta Bakom Partai Gerindra, menengarai kebocoran APBN bisa mencapai 55% yang terjadi di sektor penerimaan dan belanja. “Kebocoran di sektor belanja 30% dan di sektor penerimaan 25%. Kebocoran di sektor penerimaan karena ada Gayus besar dan Gayus kecil,” ujar Sadar Subagyo yang juga anggota Ko­misi Xi DPR Ri.

Berbagai indikasi yang menunjuk­kan bahwa APBN sebagai cerminan negara yang salah urus ini, menurut Fadli Zon, menjadi titik awal indone­sia menuju negara gagal. Partai Gerin­dra menilai bahwa semangat perubahan dan keberpihakan kepada rakyat harus dimulai dari postur APBN yang berpi­hak pada kesejahteraan rakyat.

“APBN tak boleh menjadi sumber segala sumber korupsi. Mafia angga­ran harus diberantas. Kebocoran dan pemborosan anggaran harus dihenti­kan. Untuk itu perlu dibangun kembali komitmen bersama dari semua pihak agar APBN menjadi instrumen untuk kesejahteraan rakyat,” kata Fadli Zon. t Budi sucahyo

karikatur :Yth. Redaksi Gema Indonesia Raya

Dengan ini kami informasikan bahwa sejak 1 Juni 2011 Sekretariat DPC Partai Gerindra Kota Surabaya telah menempati kantor baru di Jl. Gayungsari Barat ii/9 Surabaya 60235, telp 031­8284513; Email [email protected] dan kantor Jl. Urip Sumohardjo telah ditutup.

Demikian segala bentuk informasi, surat­menyurat dan distribusi tabloid dll., mohon dikirim ke alamat tersebut diatas.

Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

DRs. BAGIYoN Wk.sekretaris DPC Partai

Gerindra Kota surabaya

Permohonan Kiriman Gema Indonesia Raya

Dengan ini kami memberitahukan dengan hormat bahwa kepengurusan DPC Partai Gerindra Kabupaten Rembang periode 2011­2015 telah terbentuk. Dalam upaya membangkitkan semangat jiwa kejuangan dalam membesarkan Partai Gerindra di Kabupaten Rembang sampai dengan tingkat pengurus anak cabang dan ranting beserta sayap partai, maka dengan ini kami mohon dikirim tabloid Gema Indonesia Raya dengan rincian: Pengurus DPC Partai Gerindra Kabupaten Rembang (17 orang); Dewan Penasihat DPC Partai Gerindra Kabupaten Rembang (8 orang); Pengurus PAC di 14 kecamatan (42 orang); sayap partai (5 orang); Ketua dan sekretaris pengurus ranting 294 desa (294 orang).

Apabila berkenan, tabloid dapat dikirim ke alamat: DPC Partai Gerindra Jl. Yos Sudarso No. 23A, Sumberjo, Rembang, Jawa tengah.

IR. suMAtoNo, ARCh

Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten

Rembang, Jawa tengah

Tidar Jawa Tengah Siap Jadi Distributor

Saya melihat tabloid Gema Indonesia Raya bagus, cukup berarti bagi kader dan simpatisan tunas indonesia Raya (tidar). Media ini sangat bagus untuk membangun komunikasi, apalagi kalau berita­berita daerah diangkat

keras menyoroti soal korupsi di APBN. Asal jangan seperti kata pepatah: gajah di pelupuk mata tak terlihat, kuman di seberang lautan terlihat. Saya berharap Gerindra benar­benar menjadi partai bersih dan jujur. Jangan diisi maling­maling anggaran.

AzIs ChAN Jalan Veteran, Padang,

sumatera Barat

Gerindra di Papua

Kami, kader Gerindra, merasa prihatin atas kejadian di Kabupaten Puncak, Papua, yang menewaskan 19 orang. Mohon kepada DPP untuk berhati­hati mengeluarkan surat keputusan atau surat rekomendasi terutama menyangkut organisasi dan Pilkada.

Kami berharap kejadian ini tak terulang lagi. Hidup Gerindra.

M. RoBIANsYAhBanjar Baru

Kalimantan selatan

GIR harusnya jadi Tabloid Umum

Sudah tiga kali saya membaca tabloid Gema indonesia Raya (GiR). Perwajahannya bagus sekali, sudah sangat profesional. Begitu pula isinya, sangat berbobot. Sudah saatnya GiR ini menjadi tabloid umum yang bisa dijangkau

masyarakat luas. Mungkin jumlah halaman dan oplah juga harus ditambah. Apakah awak redaksi sudah punya arah ke sana? Saya yakin, setelah membaca GiR, banyak orang mau bergabung dengan Gerindra.

IlYAs RAsYID, shPare-Pare

sulawesi selatan

Redaksi:terima kasih. Redaksi menerima beberapa surat senada. sementara ini GIR sebagai tabloid internal Partai.

Selamatkan Kredibilitas KPK !

Dalam menyikapi polemik pembubaran KPK, patut diingat bahwa KPK adalah lembaga ad hoc yang dibentuk berdasarkan UU. Gagasan pembubaran KPK, selain melawan nurani publik, juga mengingkari rasionalitas law enforcement karena dibangun berdasarkan loncatan cara berpikir. Apakah jika hanya satu atau dua orang pimpinan KPK yang dianggap tidak kredibel, lantas lembaganya dibubarkan? Dengan logika berpikir yang sama, apakah DPR juga perlu dibubarkan jika beberapa anggotanya tersangkut masalah hukum? tentu tidak.

Daripada memperpanjang polemik pembubaran KPK, lebih baik kita concern pada

dalam tabloid ini. Selain itu, dalam setiap edisi ada berita­berita inovasi sehingga memberi semangat pada kami. Dengan adanya tabloid ini, maka tidar dan Partai Gerindra akan saling berlomba­lomba untuk mengadakan kegiatan.

Harapan kami agar tabloid ini terus berkembang, berita daerah terus diangkat, dan kami mengharap agar distribusi ditambah. Kami pun siap untuk menjadi distributor dan tabloid ini akan kami sebar ke anggota tidar dan berbagai perpustakaan di Jawa tengah.

ulul AufAKetua PD tidar

Jawa tengah

Perbanyak Berita Kegiatan Gerindra di Daerah

Salam hangat untuk segenap rekan di tabloid Gema Indonesia Raya. Alhamdulillah melalui tabloid ini, kami jadi tahu lebih banyak tentang informasi kegiatan/berita seputar Partai Gerindra. Melalui tabloid ini juga, kami berharap bisa memberikan sedikit sumbang saran yang mudah­mudahan bisa berguna bagi perkembangan, pertumbuhan, serta perbaikan Partai Gerindra.

Sekedar usulan dan saran, bagaimana kalau di dalam tabloid Gema Indonesia Raya ini, kegiatan DPP Gerindra dan kegiatan Gerindra di daerah diperbanyak. Karena esensi dari kegiatan kepartaian itu terletak di mesin kerja partai dari tingkat pusat sampai daerah. Semakin banyak yang dikabarkan mengenai kegiatan Gerindra di tingkat pusat sampai daerah, maka para kader dan masyarakat luas menjadi tahu bahwa Partai Gerindra memiliki mesin kerja yang bergerak terus sepanjang hari. Hal ini bisa memicu motivasi para kader untuk berbuat lebih banyak lagi terhadap Partai Gerindra. itu saja usulan dari saya, semoga bermanfaat.

YuDhIsBiak, Papua

Gerindra Jangan Korupsi

Sebagai warga masyarakat, saya senang dengan liputan Gema indonesia Raya khususnya menyikapi soal korupsi. Mungkin Gerindra satu­satunya Partai yang paling

upaya menyelamatkan dan memperkuat kredibilitas KPK yang mulai goyah. Pembentukan Komite Etik dalam mengusut dan menangani dugaan pelanggaran kode etik para pejabat KPK, patut diapresiasi sebagai manifestasi keseriusan KPK dalam merehabilitasi kredibilitasnya. Meski demikian, Komite Etik juga harus memastikan dan mengusut secara serius tudingan­tudingan M. Nazaruddin. Hasil verifikasi Komite Etik juga perlu dibeberkan secara gamblang kepada masyarakat agar kasus tersebut menjadi terang benderang. Kredibilitas KPK akan cepat terehabilitasi jika diikuti dengan tindakan konkret, yakni mengusut tuntas kasus Nazaruddin dan rekan­rekannya.

Yang paling ditunggu publik sebenarnya adalah keberanian KPK dalam memanggil dan memeriksa beberapa nama yang disebut Nazarudin, termasuk Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat. Sejauh ini, KPK masih berkelit dengan argumentasi belum adanya fakta hukum terkait keterlibatan nama­nama yang disebut Nazarudin. tampaknya, KPK cenderung berpihak pada elite­elite Demokrat yang kini menjadi lawan politik Nazarudin dengan mengamini bahwa tudingan Nazarudin tersebut tak lebih dari sekedar halusinasi an sich.

Selain memperkuat kredibilitas KPK, perlu juga dibentuk sebuah tim independen untuk mengawal seleksi calon pimpinan KPK. tim ini akan bekerja sejak proses seleksi, mengawal proses fit and proper test di DPR, dan terus mengawasi hingga para pimpinan terpilih itu bekerja. tim independen tersebut tidak perlu dilembagakan seperti Komisi Yudisial atau Kompolnas, melainkan cukup melibatkan unsur­unsur luar yang kritis dan independen seperti tokoh agama, akademisi, serta kalangan kritis dari lSM. Keanggotaan tim independen ini, bisa diisi oleh orang­orang yang berpihak pada upaya pemberantasan korupsi namun tidak bersedia masuk ke dalam sistem.

Bagaimanapun, KPK saat ini masih dibutuhkan dalam upaya pemberantasan korupsi. KPK tak perlu dibubarkan karena ekspektasi publik begitu besar dalam menunggu gebrakan­gebrakan KPK untuk memerangi praktik korupsi di indonesia, khususnya korupsi politik yang melibatkan kader maupun para politisi.

YusAK fARChANtenaga Ahli fraksi

Partai GerindraPeneliti Candidate Center, Mahasiswa Pasca sarjana

Ilmu Politikuniversitas Nasional

02 : suara rakyatEDisi 05/taHun i/aGustus 2011

iLustrasi susthanto

AlAmAt BAru dewan PimPinan Pusat Partai Gerindra

Jl. Harsono rm No.54 ragunan, Pasar minggu, Jakarta Selatan 12160telp: 62-21-789 2377, 780 1396 Fax : 62-21-781 9712 Email: [email protected]

GUBENUR DKi Jakarta merupakan ja­batan prestisius. Maka tak urung banyak mengincar jabatan itu. tengoklah, setahun menjelang Pilkada (Pilkada Gubernur DKi Jakarta, 2012) mulai bermunculan kandidat yang mensosialisasikan diri dengan berbagai cara. Demikian pula partai politik, mulai pula mengincar sosok yang paling kredibel memimpin Jakarta, dan dipastikan akan me­menangkan Pemilukada Gubernur DKi Ja­karta tersebut.

Menurut Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKi Jakarta ir. HM Sanusi syarat untuk menjadi Gubernur DKi Jakarta adalah dia harus seorang strong leadership dan bera­ni bertindak tidak populis. Nah, untuk me­ngetahui lebih jauh seputar Pemilukada Gu­bernur DKi Jakarta yang akan berlangsung 2011, berikut ini wawancara wartawan ta­bloid Gema Indonesia Raya, Ardi Wina ngun, dan fotografer Mustafa Kamal dengan Sa­nusi. Wawancara dengan alumni iStN ini berlangsung di Ruang Fraksi Partai Gerindra DPRD DKi Jakarta, Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Petikannya:

Meski Pemilukada DKI Jakarta berlang­sung 2012, namun di berbagai sudut kota sudah bermunculan kandidat ‘ber­kampanye’ atau mensosialisasikan diri. Pendapat anda?

Peraturan kampanye memang belum ada, dan KPUD belum bergerak. lalu, siapa ca­lonnya pun belum terdaftar, sehingga semua orang memungkinkan untuk melakukan so­sialisasi, termasuk incumbent. Hampir semua billboard-bilboard kosong dipakai oleh incum-bent.

Menurut saya, hal demikian itu sah­sah saja sepanjang tidak mengganggu kepenti­ngan publik, tidak mengurangi estika yang ada. Kadang baliho atau spanduk mengura­ngi estetika yang ada, di taman­taman tiba­tiba dipasang billboard yang besar­besar, itu seharusnya bisa ditertibkan. Dalam hal ini polisi pamong praja mengalama dilematis, apa berani dia menertibkan baliho dan span­duk milik incumbent, paling yang bisa dite r­

Pembina: Prabowo Subianto Pemimpin umum: Hashim Djojohadikusumo Pemimpin redaksi: Fadli Zon wakil Pemimpin redaksi: m. Asrian mirza dewan redaksi: Suhardi, Halida Hatta, Widjono Hardjanto, Ahmad muzani, martin Hutabarat, Amran Nasution, Kobalen, redaktur Pelaksana: Syahril Chilli redaktur: Budi Sucahyo, Helvi moraza, Subuh Prabowo, mustafa Kemal (Foto), Yong W Pati (Artistik) staf redaksi: Ardi Winangun, Iman Firdaus, m. Budiono, Wahyu mahardhika sekretaris redaksi: Wendra Wizar sirkulasi dan distribusi: Juanda Nurhakim Penerbit: Badan Komunikasi Partai Gerindra alamat redaksi dan usaha: Jl. Danau Jempang B II No 13, Bendungan Hilir, Jakarta 10210 telp. : 62-21 5785 3480 Fax. : 62-21 5785 2552 Email: [email protected] atau [email protected]

WaWancara : 03EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

Redaksi menerima artikel, berupa berita ataupun kolom serta foto dari anggota, pengurus pusat dan daerah serta simpatisan Partai Gerindra. Khusus untuk kalangan simpatisan diharap menyertakan identitas diri. Tulisan bisa dikirim via email ataupun pos.

Redaksi

Jakarta Butuh Gubernur Kuat dan Berani Tidak Populis

ketua Fraksi Gerindra dPrd dki Jakarta

HM. sanusi

tibkan milik non-incumbent.

Apakah DPD Partai Gerindra DKI Jakarta sudah punya calon Gubernur DKI Jakarta untuk 2012­2017?

Begini. Partai Gerindra lewat ketua DPD­nya, taufik, melakukan komunikasi dengan beberapa partai. Mereka menyebut dirinya Panbers (Panitia Bersama), beranggotakan: Partai Gerindra, Partai Golkar, PDS, dan Par­tai Hanura. Panbers akan mensimulasikan kira­kira kriteria gubernur itu seperti siapa? Meski demikian, bukan berarti Gerindra tidak memiliki calon, tetapi karena Gerindra sadar hanya memiliki 6 kursi di DPRD DKi Jakar­ta, padahal untuk bisa memiliki calon sendiri butuh 15 kursi, maka harus koalisi dengan partai lain. Panbers itu hanya menentukan seperti apa kriteria figur calon utama untuk DKi Jakarta 1. Anggota Panbers juga mungkin mencalonkan untuk nomor dua, tetapi itu pun tergantung dengan orang nomor satu. Karena, orang nomor dua harus bisa menguatkan no­mor satu. Jadi, mekanismenya seperti itu.

Apa saja kriteria Gubernur DKI Jakarta menurut Partai Gerindra?

Sebagai sebuah partai, orientasinya pasti harus menang. Kriteria untuk gubenur ada­lah: pertama, untuk membangun Jakarta tidak diperlukan seorang yang hanya bermodalkan popularitas semata. Jakarta ini kompleksi­tasnya tinggi. Semua yang ada di indonesia berkumpul di Jakarta, sehingga perlu orang yang mempunyai kapasitas yang memadai untuk bisa membangun Jakarta; dan kriteria kedua, mempunyai kemampuan managerial dan leadership yang strong, mempunyai ke­beranian melakukan kebijakan yang dikata­kan orang tidak populis.

Ketika Gerindra sudah mendukung salah satu calon, apa kiat untuk memenang­kannya?

Sudah pasti Gerindra tidak bisa memiliki calon sendiri, sehingga harus berkoalisi de ngan partai lain. Untuk memenangkan seorang ca­lon, tentu seluruh instrumen partai harus

berjalan. Buat Gerindra hal ini sudah sangat memadai, karena sampai ranting pun sudah dibentuk, dan sudah bisa digerakkan. Saya pi­kir di Jakarta, Gerindra sangat memadai kare­na tingkat floating mass­nya tinggi, dan orang banyak sudah kenal dengan Gerindra.

Di DPRD DKi Jakarta, meski Gerin­dra hanya memiliki 6 kursi namun mampu menjadi inspirator untuk berbagai kebijakan yang dilahirkan di DPRD DKi Jakarta. Dan itu harus terus dimainkan dan disosialisasi­kan agar masyarakat tahu bahwa kita berdiri untuk masyarakat. Kita masih paham betul doktrin dari Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, bahwa demo­kratisasi tidak akan berjalan kalau masyarakat tidak sejahtera.

Di lapangan seperti ada dua calon kuat yang akan bertarung, yakni incumbent Fau­zi Bowo dan Nachrowi. Betul demikian?

Kedua calon itu, Foke (Fauzi Bowo) dan Nachrowi belum jelas mereka berdua itu ca­lonnya siapa, partai mana? Karena keduanya sama­sama dari Partai Demokrat. Fauzi Bowo adalah anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, sementara Nachrowi adalah Ketua DPD Partai Demokrat DKi Jakarta. Siapa yang mau dipilih Partai Demokrat belum je­las, karena sampai sekarang Demokrat belum mengambil keputusan, memilih Pak Fauzi Bowo atau Pak Nachrowi.

Apa yang harus dilakukan gubenur ter­pilih untuk Jakarta?

Sebetulnya peta masalah Jakarta itu su­dah transparan, terbuka, dan kasat mata. Per­soalan Jakarta itu adalah kemacetan, banjir, kaum pendatang, kemiskinan, dan kesehatan. Gubernur yang akan datang berani nggak me­lakukan ketegasan politik dan ketegasan kebi­jakan. Saya ambil contoh, pertumbuhan jalan di DKi Jakarta ini hanya 0.1%. Kita sudah tidak bisa membangun jalan, dan jalan pun sekarang dibuat tempat parkir, dan tidak ada penertibannya. Seharusnya gubernur mem­berikan contoh kepada camat dan walikota bahwa siapa yang tidak bisa membereskan

masalah itu diganti, sehingga yang lain tidak ikut­ikutan. Anda bisa lihat semua motor dan mobil parkir di sekitar mal, atau di jalan­jalan milik DKi Jakarta.

Kemudian dalam masalah banjir, daerah Jakarta ini dilalui 13 sungai, yang semua ber­muara di Jakarta. tiga belas sungai itu semua­nya dibuang ke laut, nggak ada yang ditahan (dibendung). Kemudian global warming me­nyebabkan permukaan air laut tinggi sehing­ga masuk ke darat. Di sisi yang lain, kita kesu­litan bahan baku air karena selama ini hanya mengandalkan sungai Citarum dengan Wa­duk Jatiluhur­nya. Sebenarnya ke­13 sungai itu bisa difungsikan seperti Jatiluhur, selain airnya dibendung juga bisa dijadikan bahan baku untuk cadangan air bersih. ini tidak terpikirkan, atau bisa jadi terbentur birokrasi pemerintah pusat. ini harus ada keberanian.

Ada pendapat, yang pas memimpin Jakar­ta ini militer atau pernawirawan militer, seperti Ali Sadikin, Sutiyoso dan lainnya?

Persoalannya bukan background militer­nya. Persoalannya adalah strong leader­nya atau keberanian serta komitmen kepada se­buah kebijakan untuk kepentingan publik, meski tidak populis. Contohnya, Sutiyoso sukses membangun trans Jakarta. Dulu ke­tika hendak dibangun diprotes semua orang, tetapi sekarang disebut sebagai transportasi publik yang memadai.

Tawuran antarwarga dan antarpelajar ma­sih saja terjadi di Jakarta, menurut Anda bagaimana solusinya?

tawuran antarwarga adalah deviasi dari sebuah jati diri. Kita semua lari dari Pancasila. Kita sejak kecil diajarkan bagaimana bergo­tong­royong, bagaimana saling menghargai. Sekarang hal itu tidak ada lagi. Sekarang ham­pir seluruh masyarakat Jakarta dengan gaya kapitalisme berproses menghilangkan nilai­nilai tenggang rasa dan kebersamaan. Con­tohnya, ketika tetangganya sakit, tetangganya jangankan mengantar ke rumah sakit, lewat depan rumahnya saja tidak mau. Kita sudah melihat ada penurunan jati diri bangsa. t

04 : GEMa utaMa

Foto mustaFa kemaL

EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

PENYiMPANGAN Anggaran Pen­dapatan dan Belanja Negara (APBN) terjadi di semua sektor, mulai dari penerimaan hingga belanja negara. Bahkan, Sadar Subagyo, anggo­ta Komisi Xi DPR Ri dari Fraksi Partai Gerindra mengungkapkan, kebocoran APBN mencapai 55%, dengan rincian: kebocoran di sek­tor penerimaan sebesar 25%, dan di sektor belanja negara sebesar 30%.

“Kebocoran penerimaan ne­gara dari sektor pajak seperti yang dilakukan oleh Gayus tambunan dan teman­temannya,” kata Sadar Subagyo.

Maka, tak berlebihan bila Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dalam sebuah diskusi di DPR menyebut APBN sebagai sumber korupsi. “APBN ini adalah suatu instrumen untuk menyejahtera­kan rakyat. tetapi dari postur dan implementasi yang ada, kami lihat APBN ini malah menjadi sumber korupsi dan perburuan rente,” kata Fadli Zon dalam diskusi bertajuk: “Menimbang Usulan Panja Ma­fia Anggaran” pada Kamis, 27 Juli 2011.

Kebocoran dan pemborosan anggaran serta sejumlah kasus

siap Jadi inisiator Panja Mafia AnggaranPartai Gerindra mewacanakan pembentukan Panitia Kerja (Panja) Mafia Anggaran DPR sebagai upaya membongkar praktik­praktik curang terkait dengan anggaran negara. Panja ini agaknya sangat dibutuhkan guna menyelamatkan uang rakyat.

oLeh Budi sucahyo

dugaan korupsi (permainan) dana APBN telah terjadi, di antara­nya kasus suap pada proyek pem­bangunan Wisma Atlet di Palem­bang, dan proyek sarana pendidikan dan olahraga di Bukit Hambalang, Bogor, seperti diungkapkan mantan bendahara umum Partai Demokrat M. Nazaruddin melalui berbagai media dari tempat persembunyian­nya.

Berangkat dari hal itu, Partai Gerindra mewacanakan pemben­tukan Panja Mafia Anggaran DPR sebagai upaya membongkar prak­tik­praktik curang terkait de ngan anggaran negara. “ide pertama me­mang dari kami. Kalau tidak ada yang menginisiasi ya kami yang menginisiasi. Kami siap menjadi inisiator,” kata Sadar Subagyo.

“Partai Gerindra mendukung DPR jika ada usulan pemben tukan Panja Mafia Anggaran untuk me­ngusut permainan dalam proses pembahasan dana penetapan angga­ran. Karena dugaan penyelewe ngan dana APBN itu sudah menjadi domain publik,” kata Fadli Zon. Panja Mafia Anggaran ini diper­lukan karena permainan anggaran itu melibatkan anggota DPR dalam

tender­tender yang melibatkan ke­menterian.

Menurut Fadli Zon, Panja Ma­fia Anggaran ini bisa dijadikan se­bagai pintu masuk untuk menelaah bagaimana rencana dan implemen­tasi anggaran sehingga APBN bisa lebih efektif dan efisien untuk men­capai target pembangunan. Sebab, selama ini, perencanaan dan imple­mentasi APBN masih belum jelas. Panja Mafia Anggaran dibentuk untuk dapat mengevaluasi APBN dengan tujuan agar APBN ke depan lebih efektif dan efisien untuk men­danai pembangunan.

“Evaluasi ini untuk membong­kar perampokan uang rakyat mela­lui APBN,” ujarnya. Panja ini bisa menjadi pintu masuk untuk mem­benahi berbagai kebobrokan terkait penyalahgunaan keuangan negara yang ada dalam APBN.

“Kalau persoalan mendasar ini tidak dituntaskan, maka sampai kapanpun pembangunan bangsa ini tidak akan pernah berjalan baik. Mafia anggaran merupakan keja­hatan ekonomi yang luar biasa,” katanya lagi. Berbagai pernyataan M. Nazaruddin terkait kasus­kasus suap dalam berbagai proyek meru­pakan ekses atas keberadaan mafia anggaran yang mengeruk keuangan negara di ABPN.

Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, tamsil linrung mengakui bahwa mafia ang garan itu ada di DPR. Bukti adanya mafia anggaran itu dapat dilihat dari nilai APBN 2010 sebesar Rp1.320 triliun. Dari nilai itu, angka yang diajukan ke DPR sekitar Rp1.310 triliun. Selisih Rp10 triliun itu ber­

peluang menimbulkan negosiasi dan permainan anggaran.

“Sudah ada beberapa yang ke­tahuan melakukan itu. Ada yang masih dalam proses hukum dan ada pula yang ditahan. Namun mafia anggaran bukan hanya di satu tem­pat, tapi diberbagai tempat. Dan, bisa terjadi kalau ada beberapa pi­hak yang bersepakat. Kalau tidak direspons eksekutif, tidak mungkin terjadi,” kata politisi PKS itu.

Secara pribadi, tamsil mendu­kung pembentukan Panja atau Pan­sus Mafia Anggaran. Apabila Panja sudah terbentuk, menurut dia, Panja harus menjalankan tugasnya secara komprehensif. Panja dapat melihat dari berbagai sudut dan menyelidiki banyak hal. “tidak ha­nya menyelidiki apa yang terjadi di legislatif, namun juga di eksekutif. Panja ini cukup strategis,” katanya.

terkait dengan mafia anggaran, Koordinator investigasi dan Advo­kasi lSM FitRA (Forum indone­sia untuk transparansi Anggaran), Uchok Sky Khadafi mengungkap­kan telah mengantongi dua bukti tertulis yang menunjukkan adanya mafia anggaran di DPR. Mafia itu terkait dengan anggaran untuk Dana Percepatan infrastruktur Dae­rah yang dikelola Banggar DPR.

Dua bukti itu adalah perjanjian kerja sama (MoU) antara anggota DPR dengan calo dan surat tagihan seorang pengusaha kepada tenaga ahli anggota DPR yang meminta uangnya dikembalikan terkait ke­tidakjelasan sebuah proyek yang dijanjikan di daerah. “ini indikasi adanya mafia anggaran,” katanya.

Karena itu, menurut Uchok,

jika DPR betul­betul menghendaki dibentukan Panja Mafia Anggaran maka Banggar DPR harus dibidik. Sebab, di Banggar DPR ini ada per­mainan yang berpotensi mengarah pada mafia anggaran.

“Kalau mau fokus, Panja harus bidik Banggar. Kemungkinan besar mafia itu terjadi di sana. Penyele­wengan ada di situ. Komisi hanya mengusulkan anggaran, tapi Bang­gar yang memutuskan,” katanya.

Semua rapat­rapat di Banggar sifatnya tertutup. “Jangankan war­tawan, tenaga ahli anggota DPR saja tidak boleh masuk. Mereka yang menentukan atau mengekse­kusi anggaran. Di sinilah rawan ko­rupsi,” kata Uchok. Dia mendesak DPR segera membentuk panitia khusus mengusut masalah perca­loan anggaran.

Fraksi Partai Gerindra DPR siap melobi fraksi lainnya untuk meloloskan gagasan pembentukan Panja Mafia Anggaran. Bagi Gerin­dra, Panja ini penting untuk mem­bersihkan citra DPR. “Kita akan mengajak fraksi­fraksi lain demi kepentingan bangsa yang lebih luas. Momentum Nazaruddin ini harus digunakan untuk member­sihkan DPR,” kata Martin Huta­barat, anggota DPR Fraksi Partai Gerindra.

Menurut Martin, usulan ini akan disampaikan secara resmi usai masa reses DPR yang akan berakhir 15 Agustus ini. Gerindra yakin, ide ini akan diterima oleh mayoritas fraksi di DPR. Dukungan terhadap wacana pembentukan Panja Mafia Anggaran ini memang telah dilon­tarkan oleh sejumlah partai. t

Gerindra

Lainnya *) tambang, listrik, gas air, konsumsi

Jasa Kemasyarakatan

Keuangan

Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi

Perdagangan

Konstruksi

Industri

Pertanian

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

1.30%39.50% 20.63%

14.54% 14.29%2.50%

1.53%10.16% 23.81%

5.42% 4.26% 7.94%

20.68% 19.23% 1.59%

4.51%3,60%

20.63%

12.15% 15.60% 3.17%

39.87% 5.15% 7.94%

: 05EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

SEtiAP tahun Anggaran Penda­patan dan Belanja Negara (APBN) selalu meningkat. Namun, kenaikan APBN itu tidak memberikan kese­jahteraan bagi rakyat indonesia. Hal ini memperlihatkan negara telah sa­lah urus dalam soal APBN. Partai Gerindra melihat sejumlah indikasi yang mengarah pada buruknya pen­gelolaan APBN tersebut.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkap­kan ada tujuh indikator dalam pen­gelolaan APBN yang buruk itu.

Pertama, pertumbuhan ekono­mi yang tak sebanding dengan pe­ningkatan kesejahteraan rakyat. ini memunculkan fenomena paradoks pertumbuhan ekonomi. “Walaupun ekonomi tumbuh positif, namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengang­guran dan kemiskinan secara signi­fikan. Paradoks ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi tak berkua­litas,” jelas Fadli Zon.

Sudah seharusnya, lanjut Fa dli Zon, pertumbuhan diselaraskan dengan pengurangan kemiskin­an dan penciptaan lapangan kerja baru. Karena itu, Partai Gerindra mengusulkan untuk memasukkan indeks Pengentasan Kemiskinan dan indeks Penyerapan tenaga Ker­ja sebagai salah satu variabel asumsi makro dalam penyusunan APBN. “Selama ini asumsi makro hanya terdiri atas: pertumbuhan ekonomi, inflasi, kurs nilai tukar, bunga SBi,

Indikasi Postur APBN Cerminan Negara Salah UrusPartai Gerindra menyebutkan sedikitnya tujuh indikasi yang menunjukkan negara salah urus dalam hal APBN. Berbagai indikasi ini menjadi titik awal menuju negara gagal.

oLeh Budi sucahyo

lebih, yaitu sektor konsumsi (li­strik, air, dan gas) tumbuh 20,63%. “Padahal hanya menyerap 1,3% tenaga kerja,” ungkap Fadli Zon.

ironisnya, alokasi dana un­tuk pertanian dalam APBN masih sangat rendah, di bawah 2,5%. APBN tidak memberi porsi yang banyak kepada sektor pertanian. “Hal ini tak menunjukkan keber­pihakan pada sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian sebagian besar rakyat indonesia,” kata Fadli Zon.

Ketiga, penerimaan negara me­lalui pajak belum maksimal. Fadli Zon mengatakan tax ratio indonesia (12­13%) jauh tertinggal dibanding Malaysia dan Thailand, atau bah­kan Filipina. tax ratio indonesia le­bih tinggi hanya bila dibandingkan dengan Kamboja, Bangladesh, dan Pakistan.

Dengan meningkatkan tax ra-tio menjadi sekitar 16% dari PDB, Fadli Zon menilai, penerimaan ne­gara akan bertambah secara signifi­kan. Berdasarkan data yang ada, bila tax ratio tahun 2011 adalah 12,11% (setara Rp1.062 triliun) maka bila dalam 2­3 tahun naik menjadi 16% penambahan penerimaan negara mencapai Rp258 triliun. Sehingga penerimaan sektor pajak dapat me­lebihi Rp1.320 triliun.

“Partai Gerindra mengusulkan agar pemerintah fokus meningkat­kan tax ratio sehingga utang luar ne­geri dapat dilunasi dan energi untuk

hanya mencapai 62% (total rata­rata).

Dari total rata­rata tersebut, ha­nya belanja pegawai saja yang reali­sasinya lebih dari 80%. “Selebihnya masih di bawah 75%, bahkan untuk belanja modal belum me nyentuh 50% (46%). Anehnya, dalam satu bulan (Desember), persentase ter­sebut bisa digenjot naik sehingga mencapai 100% (atau kurang 1 atau 2%),” kata Fadli Zon.

Bagi Fadli, ritual “menghabis­kan anggaran” telah menjadi tradisi dalam penyerapan anggaran. Partai Gerindra menilai, penyerapan se­perti ini tak efektif dan boros.

Kelima, anggaran belanja tak efektif. Selain penyerapan belanja pusat yang rendah, ada beberapa pos anggaran belanja yang tak efek­tif. Jika dana ini dapat dialokasikan untuk kegiatan produktif dan tepat sasaran, akan meningkatkan ekono­mi rakyat.

Beberapa pos anggaran yang tak efektif antara lain: anggaran vakan­si, termasuk untuk studi banding ke luar negeri dan kunjungan kerja mencapai Rp21 triliun. Pos angga­ran sebesar itu, menurut Fadli Zon, bisa dihemat misalnya dengan ha­nya mengalokasikan sebesar Rp5 triliun untuk kunjungan ke luar ne­geri. “Sisanya sebesar Rp16 triliun misalnya bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kemacetan di DKi Jakarta,” ujarnya.

Kemudian, anggaran bantuan

sosial mencapai sekitar Rp61 tri­liun, dan anggaran bantuan sosial melalui kementerian dan lembaga sekitar Rp63 triliun. “Sayangnya penggunaan Bansos ini tidak jelas,” katanya. lalu, anggaran subsidi yang tidak efektif digunakan. “Da­lam penilaian kami, realisasi angga­ran subsidi dapat dihemat 50%,” kata Fadli Zon.

Keenam, pembangunan salah arah. Pembangunan tak memiliki prioritas yang fokus dan jelas. Ada 11 + 3 prioritas yang menjadi acuan pemerintah. “Kalau prioritas sampai 11, itu namanya bukan prioritas,” kata Fadli Zon. Seharusnya cukup 3 atau 5 bidang prioritas saja dengan ukuran dan target yang jelas.

Partai Gerindra mengusulkan

sektor pertanian menjadi prioritas, dengan menaikkan alokasi angga­ran minimal 10%. Dengan strategi pembangunan terarah dan pening­katan anggaran pertanian, nilai tu­kar petani (NtP) dapat naik secara signifikan. Artinya, kesejahteraan dapat meningkat.

Ketujuh, korupsi di indonesia semakin hari semakin merajalela. Hasil survei Political & Economic Risk Consultancy (PERC) pada 2010 menyebutkan, indonesia mencetak nilai 9,07 dari angka 10 sebagai negara paling korup yang disurvei pada 2010. Nilai tersebut naik dari tahun lalu yang poinnya 7,69. “ini menempatkan indonesia sebagai negara terkorup dari 16 negara se­Asia Pasifik,” tutur Fadli Zon. t

20.0

15.0

10.0

5.0

0.0Indonesia Filiphina Thailand India USA China (RCC) Malaysia Pakistan Bangladesh Mexico Cambodia

14.3 14.4

17.0

10.9

18.417.0

15.5

8.9 8.5 8.09.7

harga minya k dunia, dan lifting mi­nyak,” kata pria berkacamata ini.

Kedua, pertumbuhan hanya ter­jadi di sektor non-tradable. Untuk 2010, tradable sector yang notabene menyerap 55,62% tenaga kerja ha­nya tumbuh 15,7% saja. Pertum­buhan terbesar tradable sector adalah sektor pertanian yang mencapai 7,94%. Bandingkan dengan sektor non­tradable yang tumbuh 80%

menggerakkan ekonomi semakin besar,” kata Fadli Zon.

Keempat, penyerapan anggaran tak rasional. Merujuk pada belanja Kementerian dan lembaga seba­gaimana diakomodir dalam APBN melalui Daftar isian Pagu Angga­ran (DiPA K/l) terjadi anomali dalam realisasinya. Partai Gerindra mencatat, data per November 2010 menunjukkan penyerapan anggaran

Penyerapan Tenaga Kerja, Kredit, dan Tingkat Pertumbuhan Per Sektor 2010

Perbandingan Tax Ratio (Skema OECD) Indonesia Dengan Negara lain Tahun 2009

labour kredit Growth

Sumber: Heritage Foundation/IMF

Dari berbagai sumber

Realisasi Belanja Kementerian dan Lembaga(Per 30 Juni dan 30 November 2010)

realisasi Penyerapan anggaran Juni (%) november (%)

Belanja Pegawai 45 83

Belanja Barang 24 61

Belanja Modal 13 46

Belanja Sosial 17 65

Total Rata-Rata 25 62

Dari berbagai sumber

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

Kemiskinan di Jakarta

06 : inDonEsiaEDisi 05/taHun i/aGustus 2011

SAAt ini di indonesia terdapat se­banyak 88 lembaga non struktural (lNS). Jumlah itu tergolong besar dibandingkan lembaga non ke­menterian yang jumlahnya hanya 28 buah atau jumlah kementerian yang 34 kementerian. Anggaran yang terserap untuk 88 lNS itu mencapai Rp38 triliun.

Data Kementerian Pemberdaya­an Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) menunjuk­kan, anggaran untuk lembaga non kementerian setiap tahun cende­rung naik. Sebagian besar anggaran tersebut dipakai untuk membiayai belanja pegawai. Anggaran negara tidak hanya tersedot untuk lNS dan non kementerian, tapi juga un­tuk satuan tugas (Satgas) dan tim yang dibentuk di bawah Presiden atau Wakil Presiden.

Misalnya, setiap tahun Dewan Pertimbangan Presiden dibiayai se­besar Rp48,8 miliar, tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemis­kinan (Rp14,7 miliar), Satgas Refor­masi Birokrasi (Rp1,1 miliar), Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan didanai Rp479,6 miliar, serta Sat­gas Pemberantasan Mafia Hukum (Rp10,8 miliar).

Dari 88 lNS yang terbentuk hingga tahun 2011, sebanyak 41 di antaranya dibentuk berdasarkan ke­putusan presiden dan peraturan pre­siden. Delapan lNS lain dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah, dan sisanya sebanyak 39 lembaga dibentuk untuk memenuhi amanat undang­undang.

Guru Besar Hukum tata Negara Universitas indonesia Jimly Asshid­

diqie mengakui, lNS ini dibentuk atas dasar niat mulia untuk mengu­rangi beban birokrasi dan efisiensi pelayanan umum. Namun, yang terjadi justru disfungsi kelembagaan negara karena reformasi kelem­bagaan dilakukan tanpa desain dan terintegrasi sebagai satu kesatuan.

Menurut Jimly, lNS yang di­bentuk biasanya untuk kepentingan jangka pendek. Pembentukannya pun tanpa didasari pemahaman substansial dan terintegrasi. Ak­hirnya, tugas dan fungsi lembaga lama hanya dialihkan ke lembaga baru. tapi, pada kenyataannya, lembaga lama tak lagi menjalankan tugas dan fungsi yang sudah dialih­kan itu, namun lembaga baru be­lum bekerja efektif.

Jimly mencontohkan lNS seper­ti Badan Kependudukan dan Kelu­arga Berencana Nasional (BKKBN). Pasca reformasi, BKKBN dibubar­kan dan tugasnya dilimpahkan ke daerah­daerah. Namun, lima tahun kemudian, BKKBN tidak lagi men­jalankan tugas, sedangkan daerah juga tidak berbuat apa­apa.

Perampingan

Komisi ii DPR Ri telah lama menyoroti keberadaan lNS itu. Pada Desember 2009, Menteri Se­kretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi sempat menyampaikan hasil kajian sejumlah pakar terkait keberadaan lNS yang menjamur. Kajian Sesneg mengusulkan pengha­pusan 13 lembaga dan penggabu­ngan 39 lembaga lain. Keberadaan beberapa lembaga dianggap sudah tidak diperlukan lagi karena fung­

sinya tumpang tindih. Anggota Komisi ii DPR dari

Fraksi Partai Gerindra, Mestariany Habie, mendukung langkah Ses­neg untuk merampingkan bebe­rapa lNS sebagai upaya reformasi birokrasi. “Pemerintah hendaknya harus merampingkan lembaga­lem­baga yang tidak terstruktur, namun membebani APBN,” katanya.

Karena itu, Mestariany menagih janji pemerintah untuk memangkas sejumlah lNS. Sebab, banyak lNS yang keberadaannya sudah tidak lagi diperlukan, baik karena sudah tidak relevan lagi maupun tumpang tindih. Keberadaan lNS seperti itu hanya menambah beban anggaran negara.

“Saya kembali ingin mengingat­kan rencana pemerintah menghapus 13 lembaga dan melakukan peng­

Lembaga Non Struktural Membebani AnggaranKeberadaan lembaga Non Struktural (lNS) menjadi sorotan bukan hanya karena jumlahnya yang gemuk tapi juga keberadaan lembaga non struktural itu membebani anggaran.

oLeh Budi sucahyo

gabungan 39 lembaga non struktu­ral,” ujarnya. Menurut politisi dari Partai Gerindra ini, pemangkasan akan berimplikasi signifikan terha­dap penghematan anggaran negara.

Anggota Komisi ii DPR lainnya dari Fraksi Partai Gerindra, Harun Al Rasyid, juga mengkritik ke­beradaan lNS itu. Menurut Harun Al Rasyid, lembaga non struktural itu sudah terlalu banyak. Kehadi­ran lembaga non struktural karena adanya ketidakpercayaan terhadap lembaga negara konvensional.

“tapi akhirnya kehadiran lem­baga non struktural itu justru ma­lah mendelegitimasi lembaga negara yang ada. Semestinya lembaga non struktural itu bersifat ad hoc dan bubar saat lembaga negara yang ada sudah mapan menjalankan fungsi­nya,” kata Harun Al Rasyid.

Pemerintah akhirnya memang melakukan perampingan lNS. Be­lum lama ini, Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi menghapus empat lNS dan menggabungkan enam lNS lainnya. Empat lNS yang dihapus adalah Komite Antar Departemen Bidang Kehutanan,

lEMBAGA nonstruktural (di sing kat lNS) adalah lembaga ne gara di indonesia yang diben tuk untuk melaksanakan fungsi sektoral dari lembaga pemerin­ta han yang sudah ada. lNS ber tu gas memberi per­timbangan kepada presiden atau menteri, atau da­lam rangka koordinasi atau pelaksanaan kegiatan ter tentu atau membantu tugas ter tentu dari suatu kementerian.

lNS bersifat non struktural, dalam arti tidak ter­masuk dalam struktur organisasi kementerian atau pun lembaga pemerintah non kementerian. Kepala lNS umumnya ditetapkan oleh pre siden, tetapi lNS dapat juga di ke palai oleh menteri, bahkan wa kil pre­siden atau presiden sen diri. Sedangkan nomenklatur yang digunakan antara lain ada lah “dewan”, “badan”, “lem ba ga”, “tim”, dan lain­lain.

Pembentukan lNS mulai ma rak pasca reformasi. Ada yang di bentuk melalui UU, PP, Per pres, ataupun Keppres. Pening ka tan jumlah lNS setiap tahun­nya dapat menyebabkan tugas dan fungsi tumpang tindih deng an lembaga yang sudah ada, dan dapat menambah pengeluaran anggaran belanja negara, walau ada beberapa lNS yang tidak me merlukan anggaran besar.

Sepertiga dari jumlah lNS dibiayai oleh APBN. Pen danaan kegiatannya bergabung dengan penda­naan kegiatan ke menterian/lembaga, bukan se ba gai satuan kerja tersendiri. Hal ini dapat berimplikasi pada tum pang tindihnya tugas dan we wenang anta­ra kementerian/lem baga dengan lNS yang nantinya dapat menyebabkan inefisiensi anggaran. t

Dewan Buku Nasional, Badan Ke­bijakan dan Pengendalian Peruma­han dan Pemukiman Nasional, dan lembaga Koordinasi dan Pengen­dalian Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.

Sedangkan enam lNS yang di­gabung atau dilebur pada kemen­terian atau lembaga yang memiliki tugas hampir sama adalah Komite Aksi Nasional Penghapusan Ben­tuk­bentuk Pekerjaan terburuk pada Anak dialihkan ke Kemente­rian tenaga Kerja dan transmigrasi (Kemenakertrans), Komisi Hukum Nasional dialihkan ke Kementerian Hukum dan HAM, Dewan Gula indonesia dialihkan ke Kemente­rian Pertanian (Kementan), Badan Pengembangan Kawasan Ekonomi terpadu dialihkan ke Kementeri­an Pekerjaan Umum, Dewan Pe­nerbangan dan Antariksa Nasional dialihkan ke lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (lapan), Dewan Pengembangan Kawasan timur indonesia dialihkan ke Ke­menterian Pembangunan Daerah tertinggal. t

Sekilas Lembaga Non Struktural

Foto mustaFa kemaL

Dewan pimpinan pusat Partai Gerindra

Ibadah Puasa Ramadhan

Mengucapkan Selamat Menunaikan

Idul Fitri 1432 Hdan Selamat

: 07EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin

Kunjungan Bakom Gerindra ke KompasBADAN Komunikasi (Bakom) Partai Gerin­dra berkunjung ke Kantor Redaksi Kompas di Jalan Palmerah, Jakarta Barat, pada Selasa, 19 Juli 2011. Dalam kunjungan itu Bakom Partai Gerindra dipimpin Ketua Bakom Fadli Zon, didampingi sekretaris M. Asrian Mirza, dan anggota lainnya di antaranya Sadar Suba­gyo, ida Sudoyo, irawan Ronodipuro. Mereka diterima Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun, Redaktur Pelaksana Budiman tanudi­redjo, dan Pri Agung (Kepala Kompartemen Politik, Hukum, dan HAM).

Ketua Bakom Fadli Zon menjelaskan, kedatangan ke Redaksi Kompas untuk urun rembug mengenai APBN. “APBN ini men­jadi cermin negara yang salah urus. APBN kita tidak pro rakyat dan pro kesejahteraan. APBN penuh dengan pemborosan dan tidak efisien. Juga masih banyak terjadi kebocoran dari sisi penerimaan,” katanya. Dia menam­bahkan, masalah APBN adalah masalah besar

PARtAi Gerakan indonesia Raya (Gerindra) menyelenggarakan rapat koordinasi dan veri­fikasi antara DPP Partai Gerindra dengan se­luruh DPD pada hari Kamis, 28 Juli 2011, di Kantor DPP Partai Gerindra, Jalan Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan. Rapat dihadi­ri oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerin­dra Prabowo Subianto, Wakil Ketua Dewan Pembina Hashim Djojohadikusumo, Ketua Umum Partai Gerindra Prof. Dr. Suhardi, Wakil Ketua Umum Fadli Zon, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, dan pengurus DPP, anggota DPR Ri Fraksi Partai Gerindra, serta para pengurus DPD.

Rapat diawali dengan menyanyikan lagu “indonesia Raya” dan Mars “Gerindra”, ke­mudian dilanjutkan sambutan Ketua Umum Partai Gerindra Prof. Dr. Suhardi. Setelah itu masing­masing DPD menyampaikan laporan hasil verifikasi parpol, yang dimulai dari DPD

Rapat Koordinasi dan Verifikasi Partai Gerindra

Provinsi Aceh dan diakhiri laporan dari DPD Papua Barat. Dalam laporannya, sebagian be­sar DPD telah merampungkan 100% verifika­si, bahkan tak sedikit DPD yang melaporkan verifikasi sudah mencapai tingkat ranting.

Sekalipun Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengeluarkan putusan bahwa partai peserta Pemilu 2009 yang sudah memiliki badan hukum tak perlu lagi mengikuti verifi­kasi parpol untuk menjadi peserta dalam Pe­milu 2014, DPP Partai Gerindra tetap men­ganggap verifikasi parpol sebagai sesuatu hal yang penting untuk melihat kesiapan mesin partai menghadapi Pemilu 2014. Di depan peserta rapat koordinasi dan verifikasi, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan kembali tujuan berdirinya Partai Gerindra, yaitu untuk melakukan perubahan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. t Bs

KPUD Puncak Tidak TanggapBentrokan antarwarga di ilaga, Kabupaten Puncak, Prov. Papua, pada 30­31 Juli 2011 lalu, diduga melibatkan pihak lain yang sengaja mengacaukan suasana.

oLeh m. Budiono

DEWAN Pimpinan Pusat (DPP) Partai Ger­akan indonesia Raya (Gerindra), melalui Ke­tua Badan Komunikasi (Bakom) Fadli Zon, menyatakan turut berbela sungkawa atas te­wasnya 19 orang warga akibat bentrok antar­pendukung bakal calon Bupati Kabupaten Puncak, Prov. Papua, Sabtu (30/7).

“Partai Gerindra sangat prihatin atas ke­jadian tersebut. Dan, menyayangkan peristi­wa itu telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa,” ujar Fadli Zon.

Seperti diketahui, selama dua hari pada akhir Juli 2011 terjadi bentrokan antarwar­ga di ilaga, Kabupaten Puncak, Prov. Papua. Peristiwa ini disulut oleh penolakan KPUD Puncak terhadap Simon Alom, yang hendak mendaftarkan diri sebagai bakal calon (balon) bupati. Akibatnya, massa pendukung Simon marah dan menyerang kantor KPUD dan massa pendukung balon bupati lain.

Fadli menduga, adanya kemungkinan kelompok tertentu yang memang sengaja mendesain kerusuhan tersebut. Dan, patut menjadi perhatian semua pihak, kemungkin­an adanya keterlibatan pihak tertentu, teruta­ma oleh mereka yang menginginkan referen­dum atas Papua. Apalagi, di daerah tersebut ditemukan bendera organisasi Papua Merde­ka (oPM).

Faktor lain yang tak kalah besar kontri­businya dalam kerusuhan itu adalah kurang­nya komunikasi, baik antara Komisi Pemili­han Umum Daerah (KPUD) dengan partai, atau antara KPUD sendiri. Pelarangan pen­

daftaran untuk balon bupati, seperti yang terjadi di Kabupaten Puncak tidak seharus­nya terjadi. Masalah kekurangan persyaratan administrasi pada pendaftaran calon bupati jamak terjadi di Pemilukada manapun. Dan kekurangan persyaratan itu bisa dilengkapi pada kurun waktu tertentu.

Karena itu, DPP Partai Gerindra menya­yangkan terjadinya pelarangan pendaftaran terhadap salah satu bakal calon Bupati Ka­bupaten Puncak, Prov. Papua, tersebut. Dan, itu merupakan sesuatu yang tidak lazim. Menurut Fadli Zon, seharus KPUD mene­rima pendaf taran calon tersebut, dan baru kemudian melakukan verifikasi. “lazimnya memang begitu,” ujar Fadli Zon.

Jadi, merupakan sesuatu yang aneh jika KPUD langsung menolak pendaftaran ba­lon bupati Simon Alom tersebut. Kalaupun ada data yang meragukan, seperti dukungan partai politik, KPUD berhak melakukan kla­rifikasi ke DPP partai pengusung, sekaligus mendapatkan rekomendasinya. Karena itu, Fadli menyayangkan sikap KPUD yang me­nolak kedatangan Simon Alom beserta pen­dukungnya, dan menilai KPUD tidak taktis menanggapi persoalan itu.

Namun, Fadli Zon juga tidak menutup mata, bila di belakang hari ditemukan ada­nya kesalahan yang dilakukan oleh kader atau simpatisan Gerindra. Kalau itu memang ter­bukti adanya, kata Ketua Bakom, DPP tidak segan­segan mengambil langkah tegas, sesuai aturan yang berlaku di partai. t

insiden ilaGa

yang ada di depan mata. “APBN menjadi per­buruan rente,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Sadar Subagyo, anggota Komisi Xi DPR Ri yang membidangi masalah keuangan mempresentasikan kajian tentang APBN. Melalui slide tabel­tabel, Sa­dar Subagyo memaparkan kajian atas APBN. “Anggaran bukan sekadar angka agregat,” ka­tanya. Meskipun terjadi pertumbuhan, kata Sadar, pengangguran berkurang namun ke­miskinan malah bertambah. “Mengapa bisa terjadi seperti itu karena pertumbuhan dido­minasi sektor non­tradable,” ujarnya.

Rikard Bagun menanggapi positif pema­paran APBN yang disampaikan Partai Gerin­dra. “ini sangat bagus, dan akan kita pelajari,” ujarnya. Agar bisa dimengerti dan dipahami pembaca, menurut Rikard, perlu dikemas da­lam tulisan yang tidak sekadar memaparkan angka­angka. t Bs

08 : inDonEsiaEDisi 05/taHun i/aGustus 2011

PEREMPUAN indonesia Raya (PiRA) adalah organisasi sayap Partai Gerindra untuk menghim­pun dan memberdayakan perem­puan indonesia. Didirikan pada 9 oktober 2008, visi PiRA adalah meningkatkan kesejahteraan pe­rempuan indonesia dalam seluruh aspek kehidupan. Sedangkan misi­nya adalah meningkatkan ekonomi keluarga melalui pemahaman ten­tang pentingnya pendidikan, ke­sehatan, budi pekerti, sosial budaya kepada perempuan indonesia untuk kemandirian bangsa dan generasi penerus.

Saat ini PiRA dipimpin oleh Ketua Umum dr. Soemarjati Arjoso, S.Km., dengan Ketua Harian Dr. ir. Endang Setyawati Thohari, M.Sc., Duduk sebagai Dewan Pembina di antaranya Bianti Djiwandono, Maryani Djojohadikusumo, dan Halida Hatta. organisasi perempu­an sayap Partai Gerindra ini sudah ada di seluruh provinsi dan kabupa­ten sesuai dengan keberadaan DPD dan DPC Partai Gerindra.

Sejak didirikan, PiRA sudah melakukan berbagai kegiatan seperti bakti sosial menyantuni 2000 kaum wanita papa di Jawa Barat, Raker­nas Pengurus PiRA pada Juni 2009, seminar tentang kanker rahim dan pelayanan papsmear (2009), donor darah (2009), penye rahan bantu­an ke PAUD Nomensen Jakarta timur (2009), pengobatan gratis para korban banjir di Desa Ponco dan Gempol Karawang, seminar 4 Pilar (Pancasila, UUD NRi tahun 1945, NKRi, dan Bhinneka tung­gal ika), dan lokakarya kewirausa­haan.

PiRA mempunyai prinsip le­

PIRA Mengedepankan KARyA NyAtA

organisasi sayap Partai Gerindra, PiRA (Perempuan indonesia Raya) mempunyai prinsip lebih mengedepankan kerja dan karya. Delapan Program Aksi Partai Gerindra menjadi lokomotif perjuangannya.

oLeh ardi winanGun

bih mengedepankan kerja dan karya. Manifesto politik Partai Gerindra yang tertuang dalam Delapan Program Aksi untuk Ke­makmuran Rakyat menjadi loko­motif perjuangan PiRA untuk ke­menangan Partai Gerindra. Selain itu, organisasi yang bertujuan un­tuk menghimpun, menyalurkan, dan menyampaikan aspirasi ang­gota PiRA kepada Partai Gerindra ini juga disiapkan untuk memasok 30% calon legislatif perempuan untuk partai berlambang kepala burung garuda itu.

lebih jauh tentang Pira sebagai organisasi sayap Partai Gerindra, be­rikut perbincangan Gema Indonesia Raya dengan Ketua Harian PiRA, Dr. ir. Endang Setyawati Thohari, M.Sc., beberapa waktu lalu. Peti­kannya:

Sebagai sayap Partai Gerindra, apa tujuan didirikan PIRA?

Konsituen Partai Gerindra cu­kup berimbang antara laki­laki dan perempuan. Malah menurut saya, dinamika kaum perempuan sudah meluas. Hampir di semua sektor ada perempuan meski masih terbatas. Kehadiran PiRA ini ada­lah untuk lebih mendorong Partai Gerindra yaitu melalui gerakan perempuan. Jadi, tugas PiRA ada­lah melengkapi dan menyentuh aspek yang belum tersentuh dari program­program yang dicanang­kan Partai Gerindra.

tapi, bukan hanya sebagai pe­lengkap, tapi justru menjadi loko­motif. Kenapa? Karena program pemerintah tidak pernah mengop­timalkan kaum perempuan. Disini­lah titik lemah yang akan kita rebut

untuk bisa mendorong dan mem­berdayakan kaum perempuan.

Apa saja kegiatan yang dilaku­kan PIRA?

PiRA sudah banyak melakukan kegiatan baik dalam bidang pendi­dikan maupun ekonomi kerakyatan. Selama tiga tahun ini, kita sudah membina ibu­ibu yang mempunyai potensi tapi tidak memiliki dana. Kita jembatani dengan mengemas dan memberikan teknologi yang lebih aplikatif sehingga mereka bisa mendapatkan nilai tambah dan me­ningkatkan penghasilannya.

Misalnya, membina seorang ibu yang menghadapi kesulitan dana. Setelah dibina, ia sekarang selalu juara satu dalam setiap perlombaan. Padahal, ia hanya mengemas tam­pilan olahan rempeyek. Rempeyek yang biasanya dihidangkan begitu saja, setelah dikemas dengan bagus, kita kirimkan kepada para pejabat yang punya perhatian terhadap ekonomi lemah. ternyata mendapat respon.

Dalam bidang pendidikan, kita sudah membina embrio­embrio PAUD (pendidikan anak usia dini). Kita juga membekali ibu­ibu yang mengantar dan menunggui ana­knya. Sambil menunggu, mereka kita bina untuk mengolah bawang merah. Bawang merah itu diolah dengan mengupas, menggoreng, dan kulitnya dijadikan pewarna. Kegiatan ini mendapat apresiasi dari pemerintah karena bisa meningkat­kan kesejahteraan rumah tangga.

Bagaimana pertumbuhan anggo­ta PIRA?

Anggota PiRA semakin ba­

nyak. Apalagi setelah berdiri Kope­rasi Mawar Melati. Pengurus Ko­perasi Mawar Melati kebanyakan adalah pengurus PiRA. Koperasi ini kita jadikan media untuk men­sosialisasikan program organisasi dan mena rik anggota. ternyata ba­nyak yang ingin bergabung men­jadi anggota. ini menunjukkan bahwa program PiRA dan Partai Gerindra sangat menyentuh masya­rakat. Saya belum mendapat lapo­ran berapa jumlah anggota PiRA, tapi dalam setiap pertemuan selalu ada anggota baru.

Bagaimana keberadaan PIRA di daerah?

Sebenarnya PiRA sudah ada di setiap DPD dan DPC Partai Gerindra. Namun, karena ada per­ubahan di pengurus pusat maka pe­ngurus di daerah belum kita sahkan secara resmi. Perempuan itu biasa­nya berkumpul melalui arisan dan kegiatan lainnya. Jadi, meskipun belum memiliki SK dari pengurus pusat, mereka sudah melakukan kegiatan di daerah. PiRA di Jawa tengah bukan main kegiatannya. Juga di Jabodetabek, sudah banyak kegiatan yang dilakukan PiRA.

Foto

we

nd

ra

wiZa

r

Apakah masih menghadapi ken­dala?

Sebenarnya tidak ada kendala yang berat. Kita hanya memerlukan komunikasi yang berkesinambung­an. Perempuan itu lebih mudah di­koordinir dan banyak ide yang bisa dikembangkan sesuai dengan ka­rakter dan potensi masing­masing. Yang penting, kita harus bijak dalam mengelola perempuan. Jangan sam­pai karena terlalu aktif di organisasi, kemudian melupakan rumah tang­ganya. Sebab, tugas pokok wanita atau istri adalah mengelola rumah tangga. Jadi, kegiatan PiRA juga disesuaikan dengan waktu luang di rumah tangga masing­masing.

Apakah PIRA juga mengeluarkan pernyataan atau sikap politik?

Untuk pernyataan atau sikap politik, kita justru ingin mengura­ngi. Bagi kita yang terpenting ada­lah aksi. Kita tidak mau menambah polemik dengan pernyataan atau

sikap politik. Sebaliknya, kita ingin menunjukkan bahwa PiRA melaku­kan dengan kerja nyata.

Apakah terbuka pula kerjasama dengan organisasi wanita lain?

Kita terbuka. Kita pernah me­ngadakan pelatihan yang dilaku­kan secara bersama. Dengan men­dirikan Koperasi Mawar Melati, kita bersinergi dengan pemerintah dan organisasi lain. Dengan pe­merintah kita pernah melakukan tiga ke giatan. Pertama, bekerjasa­ma dengan Balitbang Kementerian Pertanian mengadakan agrowisata bertepatan dengan Hari Kartini 21 April. Sekitar 200 peserta dari Ma­jalah Kartini Club, PiRA, ikatan Alumni Perancis, Majelis taklim Masjid Raya Bogor, mengunjungi pusat penelitian perkebunan dan pascapanen di Bogor. Banyak pe­neliti wanita yang mempunyai ke­ahlian tapi tidak mendapat insentif dari pemerintah.

Kedua, kita mengadakan pame­ran pangan nusantara bekerja sama dengan Yayasan Srikandi. Yaya­san itu adalah kumpulan istri­istri orang asing. Dengan kegiatan ini, orang­orang asing yang bekerja di

indonesia bisa memahami potensi lokal makanan indonesia. Kegiatan ini didukung oleh Dirjen P2HP (Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian) Kementerian Pertanian.

Dari kedua kegiatan itu, Ke­menterian Pertanian merasa puas karena programnya secara tidak langsung disosialisasikan. Selama ini, program­program pemerintah hanya diketahui oleh aparaturnya sendiri. Dengan kegiatan itu, pro­gram bisa membumi dan dirasakan masyarakat.

Ketiga, kerjasama PiRA dengan Kementerian Koperasi dan UKM. ini bisa terjalin karena saya di De­kopin sebagai dewan pakar. Dengan kegiatan itu, Kementerian Koperasi dan UKM antusias ingin memban­tu Koperasi Mawar Melati. Kita pun diberi satu ruangan di Smesco, pusat pameran koperasi dan usaha kecil dan menengah, untuk mema­merkan hasil karya perempuan­pe­rempuan kita. t

Foto

is

tim

ew

a

Dr. Ir. Endang Setyawati Thohari, M.Sc.

oLeh hasBy muhammad Zamri

(Staf Badan Komunikasi Partai Gerindra)

Setelah AntasariMenjadi PembunuhoLeh amran nasution

(Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra, Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra)

Tidak Boleh Berpolitik?

koloM : 09EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

Bekas Ketua KPK Antasari Azhar kini di penjara. Anehnya setelah itu pejabat KPK pada merapat ke tokoh Partai Demokrat...

PENGAMAt Hukum dan pengacara Juniver Girsang menilai Komisi Pemberantasan Ko­rupsi (KPK) sepeninggal ketuanya Antasari Azhar, seperti harimau tak bertaring. Sejum­lah kasus besar mandek. Padahal ketika didi­rikan pada 2002 diharapkan KPK bisa mem­berantas korupsi yang sudah meluas.

Contohnya kasus Bank Century merugi­kan keuangan negara Rp6,7 trilyun. Sekali pun penyelewengan itu sudah jelas antara lain mela­lui pemeriksaan BPK ­­ para pejabat KPK tetap bertahan bahwa mereka belum temukan indi­kasi korupsi di sana. tentu itu memunculkan kekecewaan publik terhadap KPK pimpinan Busyro Muqoddas.

“Karena itulah KPK perlu dievaluasi, apalagi sudah banyak yang menyimpang dari kode etik,” kata Juniver Girsang dalam diskusi di sebuah restoran di Cikini, Jakarta Pusat, 30 Juli lalu.

Pasca Antasari Azhar, kalau diamati, KPK menjadi pemain politik. Mereka menjebak dan menangkap para koruptor kecil seperti bupati dan gubernur yang berada di posisi “pinggiran’’, yaitu para bupati atau gubernur yang bukan berasal dari partai penguasa.

Sekadar contoh: KPK menangkap dan memenjarakan Syamsul Arifin, Guber­nur Sumatera Utara merangkap pimpi­nan Partai Golkar daerah itu. Maka ter­kesan di mata rakyat KPK sudah berkerja menangkap para koruptor. Padahal di balik itu sesungguhnya KPK berperan melemahkan partai yang bersaingan dengan penguasa.

Setelah Antasari Azhar tersingkir para pe­jabat KPK seakan antrean menemui para to­koh penting Partai Demokrat. Sekarang KPK terpaksa membentuk Komite Etik dipim­pin Penasihat KPK dan bekas tokoh HMi, Abdullah Hehamahua, guna memeriksa pe­langgaran etik oleh sejumlah pentolan KPK. Mereka adalah Ketua KPK Busyro Muqod­das, Wakil Ketua KPK Chandra M.Hamzah, Deputi Penindakan dan Penyidikan KPK Ade Raharja, dan Juru Bicara KPK Johan Budi.

Ade Raharja, Chandra Hamzah, dan Johan Budi, dituduh menemui Ketua Umum Anas Urbaningrum akhir Juni lalu, guna “menga­tur’’ agar kasus korupsi Wisma Atlet tak mere­bak kemana­mana. Cukup hanya melibatkan Bendahara Umum Nazaruddin (kini buron) dan sejumlah staf perusahaan dan Sekretaris

ti Gubernur Bi Aulia Pohan (besan kandung Presiden SBY) dan mengusut korupsi it KPU – konon juga terkait perhitungan suara Pemilu 2009 – tampaknya membuat para pe­jabat KPK memilih berbaik­baik dengan para penguasa Partai Demokrat. t

Menpora Wafid Muharram yang memang su­dah ditangkap KPK. Sementara Busyro me­nemui Anas dan Nazaruddin, ketika ia dalam proses pencalonan menjadi anggota KPK.

Pengalaman Antasari yang “menjadi’’ pembunuh setelah menangkap bekas Depu­

iLus

tra

si yo

nG

w Pati

Pola pikir sebagian para politisi dan juga kita masyarakat pada umumnya seringkali menempatkan para agamawan, cendikiawan, intelektual, petani, buruh, serta profesi lain­nya sebagai kelompok yang sebaiknya ja­

ngan ikut di dalam dunia politik praktis, atau dengan kata lain, mereka dilarang berpolitik. Pandangan seperti ini sangat menggelikan dan perlu untuk kita kaji ulang.

Khusus terkait dengan larangan petani ber­politik, yang menggelikan adalah pernyataan tersebut pernah disampaikan langsung oleh Presiden SBY. Saya sempat tertawa terba­hak­bahak membaca berita yang memuat pernyataan presiden tersebut. Saya jadi bertanya­tanya dalam hati, presiden kita ini sebenarnya paham politik atau tidak sih ? Po­litik menurut SBY itu apa? Kok dia melarang petani untuk berpolitik? Jangan­jangan SBY beranggapan bahwa politik itu sesuatu yang kotor, sesuatu yang penuh manipulatif. Ma­kanya, dengan dalih ingin menjaga para pe­tani, beliau melarang para petani untuk ikut berpolitik ? ini sungguh naif. Presiden SBY, dalam hal ini bukanlah sedang ingin melin­dungi petani, melainkan sedang melakukan pembodohan terhadap petani, dan juga terha­dap seluruh Bangsa indonesia.

Entah dari mana dasarnya, sehingga ba­nyak sekali yang beranggapan bahwa para agamawan, cendikiawan, intelektual, bahkan petani, dan golongan lainnya diharamkan un­tuk berpolitik. Padahal, tidak ada dalam satu teori di kamus politik manapun yang tidak

memperbolehkan seseorang, entah dia seorang agamawan, cendikiawan, intelektual, petani, ataupun lainnya, ikut ambil bagian dalam per­politikan di negaranya. Bahkan, justru yang ada adalah mereka (para petani, agamawan, dll) justru wajib ikut ambil bagian. Kalau kita melarang mereka untuk berpolitik, lantas per­tanyaannya, siapa yang boleh berpolitik? Para bandit dan para maling? Mungkin karena itu­lah, tidak mengherankan jika seandainya kon­disi indonesia saat ini dipenuhi dengan politisi yang bermental bandit dan maling.

Para agamawan, cendikiawan, intelektual, petani, buruh, dan golongan lainnya, justru harus ikut terjun dalam dunia politik. Mereka tidak bisa diam saja berada di luar lingkaran politik praktis. Mereka harus terjun memper­baiki partai politik, memperbaiki kondisi po­litik indonesia yang semakin hari semakin ka­rut marut. Yang justru tidak boleh adalah para agamawan, cendikiawan, intelektual,petani, atau siapapun dia, melakukan politik gaya maling, gaya bandit, itu yang haram.

Maka saya mengharapkan, agar kalian semua, para agamawan, para akademisi, para intelektual, buruh, petani, dan segenap ele­men bangsa lainnya, mari terjun ke dalam dunia politik, tetapi jangan mainkan politik yang kotor dan menjijikan. t

KoNDiSi karut marut perpolitikan di in­donesia semakin hari tampaknya semakin tak terkendali. Dunia politik di indonesia sekarang ini adalah sebuah dimensi dimana politik diterapkan dengan praktik yang tidak

sejalan dengan teori, teori yang tidak sejalan dengan pola pikir, dan pola pikir yang tidak sejalan dengan akal sehat. Sehingga kita tidak tahu lagi mana politik yang dijalankan untuk mencerdaskan, dan mana politik yang sedang membodohkan.

Politik yang seharusnya ditempatkan un­tuk tujuan yang mulia guna mensejahterakan seluruh rakyat, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa di depan bangsa­bangsa lainnya justru ditempatkan berada di alas yang kotor dan menjijikkan. Politisi kita me­mainkan politik dengan akrobat yang meng­gelikan. Pola pikir kita terhadap politik men­jadi keliru­keliru.

Politisi kita memainkan politik dengan akrobat yang menggelikan. Pola pikir kita terhadap politik menjadi keliru­keliru...

iLu

str

as

i yo

nG

w P

ati

10 : GEMa DaEraH

Foto

do

k. d

Pd

Ge

rin

dr

a s

um

ate

ra

se

Lata

n

EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

SEHARi sebelum memasuki bulan Rama­dhan (31/8), DPD Partai Gerindra Provinsi Di Yogyakarta menggelar diskusi bulanan, yang kali ini bertajuk: focus Group Discussion (FGD). tema diskusi adalah RUU Perubahan atas Undang­undang No. 10 tahun 2008 ten­tang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan De­wan Perwakilan Rakyat Daerah.

tampil sebagai pembicara dalam diskusi yang berlangsung di Jl. tamansiswa 109, Yog­yakarta, itu adalah Ahmad Anfasul Marom dari strategic transformation Institute dengan topik: “Pola rekrutmen dan pembiayaan calon dalam mengikuti Pemilu”.

tampak hadir dalam diskusi tersebut, antara lain: unsur pimpinan DPD Partai Gerindra Provinsi Di Yogyakarta, pimpi­nan DPC Gerindra Kota Yogyakarta, Bantul,

USiANYA memang baru tiga tahun, namun kiprah Partai Gerakan indonesia Raya (Gerin­dra) tidak bisa dipandang sebelah mata. Buk­tinya, semakin hari, semakin banyak kiprah dan peran serta anggota Partai Gerindra da­lam memberdayakan masyarakat.

Salah satunya ditunjukkan oleh ir. H. Nuroji, anggota DPR Ri Fraksi Partai Gerin­dra Dapil Jawa Barat Vi. Menyadari besar­nya angka pengangguran di Kota Depok, H. Nuroji pun meluncurkan program pember­dayaan masyarakat melalui kegiatan budidaya perikanan air tawar.

Program tersebut telah dimulai di Rw 9, 10, 11, dan 12, kampung Curug, Kelurahan tanah Baru, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat. Rencananya, kegiatan budidaya peri­kanan air tawar tersebut akan dikembang­kan hingga menjangkau kelompok­kelompok

masyarakat terkecil. Syaratnya mereka harus serius dan mau menimba ilmu cara budidaya ikan yang benar.

Menurut Nuroji, budidaya ikan air ta­war, khususnya lele, ini dipilih karena usaha ini terbilang sederhana dan bisa menyedia­kan lapangan pekerjaan. Apalagi, kebutuhan pasar terhadap jenis ikan lele masih sangat besar.

Untuk mengurangi kemungkinan terjadi­nya kegagalan, kata Nuroji, ia menyediakan tempat untuk mereka yang mau belajar. Para peminat dipersilakan datang secara berkelom­pok, dan Nuroji akan memfasilitasi, baik be­nih maupun pemeliharaannya.

“Dengan cara ini diharapkan usaha budi­daya perikanan air tawar bisa menyerap tena­ga kerja, sekaligus meningkatkan gizi masya­rakat,” ujar Nuroji. t mBo

kota dePok

Gerindra Peduli Pengangguran

BanJarneGara

Calon Gerindra Menangkan Pemilukada

di yoGyakarta

Diskusi Bulanan Partai Gerindra yogyakarta

Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Sleman, serta anggota DPRD Fraksi Partai Gerindra.

Ketua DPD Partai Gerindra Di Yog­yakarta, H. Yoserizal, SH., dalam sambutannya menyatakan, FGD yang terkait dengan RUU Perubahan atas Undang­undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Anggota DPR Ri, DPD dan DPRD, akan dibahas dalam tiga kali pertemuan, dengan tiga topik berbeda. Yaitu, pola rekruitmen dan pembiaya an calon dalam Pemilu, pembagian daerah pemilihan, dan tata cara penghitungan suara, serta kom­petensi calon anggota legislatif yang ideal.

Setelah mengikuti FGD, Yoserizal ber­harap, para peserta, khususnya jajaran pe­ngurus DPD dan DPC Partai Gerindra, me­miliki bekal pemahaman tentang UU yang berkaitan dengan Pemilu DPR, DPD dan DPRD.t mBo

ESPEKtASi masyarakat terhadap Partai Gerakan indonesia Raya (Gerindra) sebagai partai yang mengusung ide perubahan makin tinggi. Buktinya, satu persatu kader partai berlambang kepala burung Garuda berhasil memenangkan Pemilukada. terakhir, kader Gerindra meraih kemenangan pada Pemilu­kada Kabupaten Banjarnegara, Jawa tengah, pada Minggu (24/7).

Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati H. Sutedjo Slamet Utomo SH. M.Hum dan Drs. H. Hadi Supeno M.Si., yang diusung Partai Gerindra bersama sembilan partai lain­nya berhasil mengalahkan tiga pasangan kan­didat lainnya, dengan meraih dukungan lebih dari 40% pemilih.

Kemenangan Sutedjo ­­ yang juga pe­ngurus Himpunan Kerukunan tani indone­sia (HKti) Banjarnegara – bersama Hadi Su­peno, menurut Ketua DPD Partai Gerindra Jawa tengah Abdul Wachid, menunjukkan

keberhasilan Gerindra dalam memobilisasi para kader dan simpatisannya. Keberhasilan ini diharapkan mampu menjadi penguatan bagi Gerindra menuju pemilu 2014.

Untuk memenangkan calonnya, ujar Wachid lebih lanjut, DPD Gerindra bekerja keras dan bahu membahu bersama DPC dan DPAC se­Kabupaten Banjarnegara. organisa­si sayap partai juga dilibatkan untuk mendu­kung pencalonan pasangan tersebut. “Kami juga mendapat dukungan moril dan material dari anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, dalam pengadaan saksi,” jelas Wachid.

Selain Partai Gerindra, sembilan partai yang ikut mendukung keberhasilan H. Sute djo Slamet Utomo SH. M.Hum dan Drs. H. Hadi Supeno M.Si menjadi Bupati dan Wakil Bu­pati Banjarnegara adalah, Partai Golkar, PDi Perjuangan, PPP, PKS, PKNU, PBR, Partai Hanura, PPRN, dan Partai Barnas. t mBo

kota PaLemBanG

Pelantikan DPAC se­Kota PalembangJUMAt (22/7), kediaman Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Propinsi Sumatera Selatan, H. Nur iswanto SH, M.M., di Kompleks Atlet Jaka Baring, Palembang, Sumatera Selatan, tampak sua­sana riuh rendah. Ada apa? Pada hari itu, di rumah milik anggota DPR Ri dari Fraksi Par­tai Gerindra itu berlangsung acara perhelatan yaitu pelantikan 17 pengurus Dewan Pimpin­an Anak Cabang (DPAC) Partai Gerindra se­Kota Palembang.

ini merupakan pelantikan pertama dari 16 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) se­Sumate­ra Selatan yang menurut rencana akan sele­sai 2012 mendatang. Pada acara pelantikan ini disaksikan oleh seluruh pimpinan DPD Partai Gerindra se­Provinsi Sumatera Selatan, para penasihat DPD Partai Gerindra Provinsi Sumatera Selatan, para pengurus DPC, dan organisasi sayap Partai Gerindra.

Menurut Ketua DPD Partai Gerindra Su­matera Selatan H. Nur iswanto, pelantikan pengurus DPAC sengaja dilaksanakan tidak

serentak, tapi bertahap (satu per satu) hingga akan selesai 2012. Alasannya, “Karena kami ingin semangat dan suhu politik di kalangan warga, simpatisan dan anggota Partai Gerindra terus terjaga. Dan, pada 2013 hingga menje­lang pemilu 2014, diharapkan Partai Gerindra benar­benar sudah memasyarakat,” katanya.

DPD Partai Gerindra Sumatera Selatan memang mematok target, perolehan suara Partai Gerindra pada 2014 bisa bertambah. Kalau saat ini jumlah keseluruhan anggota DPRD tingkat provinsi dan kabupaten­kota tercatat 39 orang maka untuk 2014, Nur is­wanto berharap, jumlah anggota dewan bisa meningkat menjadi 80 orang (provinsi dan kabupaten­ kota).

Untuk mencapat target itu, menurut Nur iswanto, semua harus bergerak. “Jangan ha­nya satu kelompok saja yang bergerak, tapi se­mua harus terus menerus bergerak. Dan, juga jangan sampai ada yang berbuat jahat, karena satu membuat ulah maka semua akan terkena imbasnya,” ujar Nur iswanto. t mBo

Foto

do

k. d

Pd

Ge

rin

dr

a d

ae

ra

h is

time

wa

yoG

yak

ar

taFo

to d

ok

. d

Pc

Ge

rin

Gr

a B

an

Jar

ne

Ga

ra

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

: 11EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

JamBi

Siapkan Amunisi Menuju 2014tERKABUlNYA permohonan uji materiil Pasal 51 ayat 1 UU No. 2 tahun 2011 terkait Perubahan atas UU No. 2 tahun 2008 tentang Ketentuan Verifikasi Partai Politik peserta Pemilu 2014, tak menyurutkan semangat Partai Gerindra melaksanakan ekspansi hingga ke tingkat masyarakat paling bawah.

Hal itu dibuktikan oleh Dewan Pimpinan Dae­rah (DPD) Partai Gerindra Provinsi Jambi. Saat ini, DPD Partai Gerindra Jambi hampir merampungkan verifikasi data atas 11 DPC Kabupaten/Kota, dan 133 DPAC, serta lebih dari 950 Pimpinan Ranting dari 1349 desa di seluruh provinsi tersebut. Seca­ra keseluruhan verifikasi ini rampung 15 Agustus 2011.

Keberhasilan DPD Partai Gerindra Jambi ini tak lepas dari adanya kesadaran bahwa sosialisasi meru­

pakan kekuatan partai yang sebelumnya tak tergarap secara maksimal. Dan itu, menurut Ketua DPD Par­tai Gerindra Jambi ir. H. A. R. Sutan Adil Hendra MM, menjadi pelajaran berharga dalam meniti per­jalanan menuju pemilu 2014.

“Kami memberlakukan persyaratan yang sangat ketat. Apabila ada DPC yang gagal merampungkan verifikasi di daerahnya, sesuai jadwal yang ditetap­kan, maka pengurus bersangkutan harus secara ikhlas mundur dari jabatan yang diembannya,” kata Sutan Adil Hendra, membuka rahasia keberhasilannya.

Selain itu, menurut Sutan, mengurus partai seca­ra baik dan benar harus didahului dengan niat yang baik pula. “Jadi, niat mengurus partai pun harus ditumbuhkan, bukan hanya dalam urusan ibadah saja,” ucapnya. t mBo

RAPAt konsultasi internal DPD Partai Gerin­dra dengan DPC dan DPAC se­Provinsi Ban­ten, Rabu (3/8), berlangsung meriah. Keru­munan massa yang berkumpul dikantor DPD Gerindra Provinsi Banten, di Jl. Raya Cilegon No. 7B Serang, Banten, membuat kemacetan di ruas jalan tersebut. Akibatnya ratusan kendara­an yang tengah ngabuburit (jalan­jalan sambil menunggu waktu berbuka) terpaksa jalan me­rambat, dan suara klakson pun bersautan.

Gubernur Banten Hj. Ratu Atut Chosiyah tampak hadir di tengah­tengah rapat konsultasi pimpinan DPC dan DPAC Gerindra se­provinsi Banten tersebut, dan sekaligus melihat langsung

Kendaraan Operasional untuk DPC Gerindra Banten

Banten

kesiapan Partai Gerindra dalam mendukung pencalonan dirinya pada Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, yang berlangsung 22 oktober nanti.

Ratu Atut dalam kesempatan itu, memin­ta jajaran pimpinan DPC dan DPAC Gerindra se­provinsi Banten untuk tetap pada komitmen mencalonkan dirinya dan H. Rano Karno seba­gai calon gubernur dan wakil gubernur Banten. ia berharap, Partai Gerindra tetap solid dan tidak terjadi perpecahan.

Menanggapi permintaan Ratu Atut itu, Sekjen DPP Partai Gerindra H. Ahmad Mu­zani yang hadir pada pertemuan itu, meminta

kader dan simpatisan Partai Gerindra turut menyukses­kan Pemilukada ini, mulai pendaftaran, pemilihan hing­ga terpilihnya pasangan calon Gubernur Banten: Ratu Atut – Rano Karno.

Jadi, menurut Muzani,

pemimpinan Ratu Atut patut dilanjutkan, agar hasil pembangunannya semakin nyata,” kata Muzani.

Sebelum acara ditutup, tepatnya sesaat men­jelang buka puasa, Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Banten H. Budi Heryadi, SE. SH., me­nyerahkan mobil operasional kepada 8 (delapan) DPC Partai Gerindra di Banten. Budi Heryadi berharap, mobil ­­ yang dihiasi lambang Gerin­dra dan foto Ketua Dewan Pembinan Prabowo Subianto ini ­­ bisa membantu pekerjaan DPC, terutama menghadapi Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur, serta pemilu 2014.

Dan, yang paling diharapkan oleh Budi, perolehan suara Gerindra di Banten meningkat. Kalau sekarang Gerindra Banten menempat­kan hanya satu wakil di DPR Ri, maka pada 2014 Fraksi Gerindra dari Banten harus mampu mendudukkan 10 orang wakilnya. Artinya, ka­lau 2009 Gerindra memiliki 5,6% suara, maka 2014 nanti, kita harus mendapatkan lebih dari 10% suara. t mBo

Foto

do

k. d

Pd

Ge

rin

dr

a Ja

mB

i

Foto mustaFa kemaL

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

Turut Berduka Cita atas wafatnya:

bP. markus toeridho (Orangtua dari Ibu Anie Hashim Djojohadikusumo/

Mertua Bp. Hashim Djojohadikusomo, Anggota Dewan Pembina, Ketua Badan Seleksi Organisasi, Wakil Ketua Badan Komunikasi Partai Gerindra)

dalam usia 85 tahun (12 Oktober 1926 - 8 Agustus 2011) Semoga Arwah Mendiang Bp. Markus Toeridho Diterima Di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin

kader Gerindra harus terdaftar dan ikut me­ngawasi proses pendaftaran hingga pelaksaan Pemilukada. “Kader Gerindra harus benar­ benar menentukan pilihannya pada Hj. Ratu Atut, agar bisa langsung menang pada putaran pertama,” tandas Muzani, “Dan, bila telah ter­pilih, kader Gerindra ikut mengawal kepemim­pinan Ratu Atut hingga 2016.”

Muzani menjelaskan alasan sehingga Gerin­dra mendukung pencalonan Ratu Atut, calon incumbent Gubernur Banten. Karena Gerindra menilai, Ratu Atut sebagai gubernur berhasil membangun Banten, sesuai dengan Delapan Program Aksi Partai Gerindra. “Karena itu, ke­

DewAN PIMPINAN PuSAt PARtAI GeRINDRA

12 : EkonoMi kErakyatanEDisi 05/taHun i/aGustus 2011

SUASANA di Mal Glodok Kema­yoran (MGK) terasa sepi, awal Agustus lalu. Padahal mal 11 lan­tai itu tak kalah dengan mal seje­nis yang ada di Jakarta. Dilengkapi dengan 10 lift dan 54 eskalator, serta serat optik yang memungkinkan pe­ngunjung menggunakan teknologi digital secara leluasa. Namun, fasili­tas serba lengkap rupanya bukan ja­minan bakal dibanjiri pengunjung. Sejak dibuka pada 2010, mal yang berada dekat dengan bekas Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat, itu lebih banyak melompong. Gerai­gerai tenant (toko) lebih banyak yang tutup. Hanya ada beberapa tenant yang buka, yakni penjual barang elektronik dan traktor tangan untuk alat pertanian. “Dari dulu sepi. Ka­lau sudah sore, toko banyak tutup,” jelas seorang penjaga toko yang menjual traktor.

Bahkan untuk membeli ma­kanan pun, cukup sulit. Pengun­jung harus mencari toko penjual mi instan yang buka di sana, yang letaknya berada di tengah pertoko­an. “Warung Mi” itu sebenarnya berupa toko, bukan berbentuk wa­rung. Namun, menurut penjual, pengelola mal memberikan tokonya secara gratis, yang penting bayar lis­trik saja. Meski sudah disewa secara cuma­cuma, toh kondisi mal tetap

Jakarta, Kota Sejuta MalMoratorium mal di Jakarta hanya basa­basi. Sebab, mal baru akan terus dibangun sampai 2013. Sementara pasar tradisional, tempat masyarakat kecil berdagang, dibiarkan sekarat.

oLeh iman Firdaus

sepi. Mudah sekali mencari parkir di sana, bahkan di setiap lantai.

Mal Glodok Kemayoran, adalah salah satu contoh yang kehabisan pe­langgan, karena menjamurnya mal di Jakarta. Selain di Jakarta Pusat, masih ada juga mal di Jakarta Barat yang kondisinya sama. tapi meski tak disesaki lagi pengunjung, pem­bangunan mal tetap saja berjalan. Di sepanjang Jl. Gatot Subroto hingga Grogol, misalnya, setidaknya ada lima mal yang cukup berdeka­tan, yakni Mal Semanggi, Slipi Jaya, Mal taman Anggrek, Central Park, dan Mal Ciputra. Bahkan, jarak an­tara Mal Slipi Jaya, taman Anggrek, Central Park dan Mal Ciputra tidak sampai lima kilometer.

tepat di bundaran Slipi, kini se­dang dibangun Gatot Subroto (SG) Mal. Mal yang berada tak jauh dari gedung DPR itu, sudah pasti akan membuat kemacetan di Jakarta ma­kin parah. Sebab kawasan Slipi me­rupakan jalur lintasan dari berbagai arah. Singkat kata, Mal di Jakarta sudah sesak. Saat ini ada 68 mal yang beroperasi, tersebar di lima wi­layah Jakarta.

Pemda DKi tampaknya cukup kewalahan dengan perkembangan mal yang tidak terkendali tesebut. Gubernur DKi Fauzi Bowo, da­lam pembukaan Musyawarah Dae­

rah Real Estate indonesia (REi) Vii DKi Jakarta di Hotel Nikko, pada Juni lalu, berencana melaku­kan moratorium alias penghentian sementara pemberian izin untuk pembangunan mal. “Akan segera di­keluarkan , namun moratorium ini hanya berlaku hingga akhir 2012,” kata Fauzi Bowo. Artinya, hingga akhir 2012 Pemda DKi Jakarta ti­dak akan mengeluarkan izin pem­bangunan mal baru.

Sedangkan mal yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan dipersilahkan untuk melanjutkan pembangunannya. Saat ini ada tiga yang sudah dapat izin, dan boleh te­rus membangun yakni Mt Haryo­no Square, Kuningan City dan Kota Casablanca.

Menurut Fauzi, ide moratorium dilontarkan karena saat ini di Jakar­ta sudah banyak mal, dan belum semua termanfaatkan dengan baik. oleh sebab itu, Fauzi Bowo mene­kankan, lebih baik memanfaatkan mal yang sudah ada daripada mem­buka mal baru.

Gagasan ini terbilang paradoks. Kalau memang banyak mal yang tidak bisa dimanfaatkan, menga­pa harus moratorium, bukan lebih banyak melakukan penghentian untuk selamanya? Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo

Subianto selaku Ketua Umum Aso­siasi Pedagang Pasar Seluruh indo­nesia (APPSi), tak bosan­bosannya mengingatkan, agar pembangunan mal jangan diteruskan, mengingat jumlah mal di Jakarta, contohnya Carrefour, sudah lebih banyak dari jumlah mal yang ada di negara asal­nya, Prancis. Apalagi, penghentian sampai 2012 jelas bukan waktu lama. lagi pula, toh masih tetap ada yang sudah mengantongi izin, dan akan terus membangun.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja indonesia, Handaka San­tosa, mendukung rencana Fauzi. ia mengatakan dengan moratorium, mal­mal yang ada akan memaksi­malkan usahanya. Menurut Han­daka, saat ini izin pembangunan mal yang dikeluar sudah banyak. “Jadi, jangan kaget jika setelah mo­ratorium berlaku, masih saja terlihat adanya pembangunan mal,” papar­nya.

Pada 2010 lalu, ada empat pusat belanja yang telah berdiri di Jakarta, yaitu Epicentrum Walk, Grand Pa­ragon Gajah Mada, Cibubur Square dan Mall Gandaria. Beberapa mal lagi direncanakan berdiri di 2012, yaitu tebet Food Center, Ciputra World, dan Kemang Village. Ke­mungkinan menyusul Galeria Glo­dok atau Citylofts. ini membuk­tikan, pertumbuhan mal ini telah menempatkan Jakarta sebagai kota dengan mal terbanyak di dunia. Betapa tidak, di indonesia pasar modern ini berada di tengah kota, berada di jalan protokol padat lalu lintas, dan saat ini jumlahnya sudah mencapai 70 buah. luar biasa.

Pada saat yang bersamaan pasar

tradisional di Jakarta, yang meru­pakan tempat berkumpulnya pe­dagang kelas bawah, justru banyak yang tidak terawat, bahkan ditutup. Data yang dihimpun dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh indonesia (APPSi), dalam kurun waktu empat tahun terakhir sedikitnya sembilan pasar tradisional tutup. Contohnya: Pasar Kebon Melati, Pasar tulo­dong, Pasar Sudi Mampir, dan Pa­sar Kampung Melayu. Bangkrutnya pasar tradisional di Jakarta tersebut, jelas karena kalah bersaing dengan mal dan pasar modern.

Maka, benar apa dikatakan Pra­bowo Subianto bahwa sistem pere­konomian indonesia tidak membela rakyatnya sendiri. Ketika berbicara di depan 1.000 pedagang pasar be­berapa waktu lampau, Prabowo me­negaskan, sistem perekomian yang dijalankan sekarang sangat tidak berpihak kepada masyarakat kecil dan ekonomi kerakyatan. Prabowo memberi contoh, pedagang kecil teramat sulit untuk mendapat kre­dit dari bank, sementara pengusaha besar dengan mudah mendapatkan kucuran dana untuk membiayai proyek­proyek mewah, seperti mal dan apartemen, yang semuanya un­tuk kalangan atas.

“Saat ini uang dipakai untuk membiayai proyek­proyek mewah,” tandas Prabowo. Maka, tak heran bila pedagang di pasar tradisional, yang kebanyakan pedagang bermo­dal kecil kalah bersaing. Padahal, pedagang kecil tradisonal membe­rikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian bangsa. Quo Vadis perekonomian indone­sia. t

Foto mustaFa kemaL

: 13EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

SEPEKAN menjelang Ramad­han tiba, di Pasar induk Beras Cipi nang, Jakarta timur, terlihat beberapa spanduk tergantung di toko­toko beras, bertuliskan: “ope­rasi Pasar Harga Beras Rp6.300/kg, Bulog dan tim oSHB (operasi Stablisasi Harga Beras)”. Spanduk itu bukan perkara aneh, sebab se­ring dipasang menjelang puasa dan lebaran. Pasalnya, harga beras menjelang hari besar keagamaan le­bih sering melonjak tak terkendali. Walau, ope rasi pasar dilakukan, tak serta merta bisa menekan harga be­ras di tingkat konsumen. Maklum, kemampuan Bulog sebagai pelaksa­na operasi pasar juga terbatas.

Menurut Sugiyanto, seorang pe­dagang beras di Cipinang, kenaikan harga beras bisa disebabkan karena kebutuhan yang meningkat, juga karena ulah spekulan, dan bisa juga karena faktor yang ada di daerah produksi beras. “Beberapa daerah di Jawa timur dan Jawa tengah ga­gal panen. Petani banyak mengeluh dikarenakan hasil panen sangat mi­

tak Ada Harga Murah Bagi Rakyat BawahPemerintah hanya bisa menanggulangi kenaikan harga kebutuhan pokok beras, sementara kebutuhan pokok lainnya, seperti cabai, telur, daging sapi dan lainnya pemerintah tak bisa berbuat apa­apa.

oLeh iman Firdaus dan ardi winanGun

nim, mereka bisa menikmati panen Cuma sekitar 30%,” ujarnya. Meski demikian, Sugiyanto yakin, stok be­ras selama bulan puasa cukup.

Nah, bila harga beras bisa dite­kan dengan operasi pasar, bagaima­na dengan komoditas lain? Untuk komoditas lain, selain beras, yang juga kalah pentingnya, seperti telur, cabai, dan daging sapi yang sering meroket selama puasa dan menje­lang lebaran, pemerintah agaknya tak bisa berbuat apa­apa. Artinya, tidak bisa diatasi dengan operasi pasar, seperti halnya beras. Mengha­dapi kenaikan harga tersebut, para konsumen, terutama dari kalangan ibu­ibu, hanya bisa menggerutu: “Sekarang apa­apa saja naik.”

Kenaikan harga menjelang dan selama bulan puasa hingga menje­lang lebaran, memang cukup terasa pengaruhnya. Contohnya, di be­berapa kota besar, seperti Jakarta dan Bandung, harga telur ayam per­kilo yang biasanya Rp14 ribu naik men­jadi Rp20 ribu. lalu, cabai merah keriting di Jakarta Pusat, yang tadi­

nya dipatok di harga Rp20 ribu/kg kini naik menjadi Rp55 ribu sampai Rp60 ribu/ kg. Sedangkan daging sapi, sebelumnya Rp50 ribu per kg melonjak hingga menembus angka Rp62 ribu dan di beberapa pasar di Jakarta dan sekitarnya Rp70 hingga Rp80.000/ kg.

Menurut anggota Komisi Vi DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Abdul Wachid, salah satu pemicu ke­naikan harga adalah permainan para spekulan, yakni dengan cara me­mainkan stok yang ada. Beras, mi­salnya, paling gampang dipermain­kan dengan cara ditimbun. Karena itu, menurut Wachid, pemerintah harus cekatan membaca manajemen stok jauh sebelum hari keagamaan tiba. Menghadapi siklus tahunan, jauh­jauh hari pemerintah semes­tinya sudah mendeteksinya, untuk pengamanan stok. “Jangan sampai siklus tahunan yang dipikirkan ha­nya menjelang ramadhan dan leba­ran, sehingga membuat masyarakat resah dan gelisah,” katanya. Dan, tak kalah pentingnya, menurut Ab­

dul Wachid, soal infrastruktur yang rusak. “infras truktur menghambat distribusi, dan berdampak langsung pada kenaikan harga,” katanya.

tapi, pemerintah menilai ke­naik an harga saat ini masih dalam batas normal, karena berlakunya hukum supply and demand. Jadi, ketika kebutuhan meningkat dan barang yang tersedia terbatas maka harga akan melonjak, begitu juga sebaliknya, barang yang tersedia banyak dan permintaan kurang, tentu harga dengan sendirinya akan turun. tapi, pemerintah lupa, menjelang hari besar keagamaan umumnya para spekulan pun ikut mempermainkan harga. Nah, ada­

lah tugas pemerintah untuk menga­tasi para spekulan yang merasahkan masyarakat tersebut.

Nah, dalam posisi harga yang melambung, tak ada pilihan bagi masyarakat kecuali merogoh uang lebih banyak. Seorang pembeli di Pasar Modern BSD, Eva Kusuman­dari, mengatakan karena merupa­kan kebutuhan pokok sehar­hari, mau tak mau ia harus membeli, berapa pun harganya. Keluhan yang sama juga datang dari Dewi Wulan­sari. “Ya, harus menghadapi pilihan yang sulit, dibeli tapi biaya belanja membengkak, tak dibeli ya itu me­rupakan kebutuhan,” keluh ibu dari seorang anak itu. t

Perajin Tahu Tempe Semakin TertindasMasa depan para perajin tahu dan tempe berada di ujung tanduk. Belum lagi persoalan kekurangan kedelai teratasi, kini muncul masalah baru seputar pemakaian formalin, yang bisa membuat para perajin tahu Cina gulung tikar.

oLeh m. Budiono

FlUKtUASi harga kedelai terus mengusik ketenangan para perajin tahu dan tempe. Pasalnya, mereka kerap dihadapkan pada harga ke­delai yang naik turun dengan ala­san yang tidak bisa dimengerti. ini menyebabkan proses produksi tahu dan tempe disejumlah perajin kecil tidak stabil.

Masalah tersebut membuktikan bahwa komunitas pengusaha kecil umumnya, pengrajin tahu tempe khususnya, memang kurang men­dapat perhatian dan pembelaan dari pemerintah. Persoalan naiknya har­ga kedelai merupakan satu dari seki­an banyaknya masalah yang dihada­pi para perajin tahu dan tempe.

Karena peduliannya ter hadap nasib para perajin tahu tempe, se­banyak 12 organisasi kemasyara­katan pada 27 Juli 2011 sepakat membentuk Forum Bersama Pem­binaan industri Kecil. Forum itu dideklarasikan bertepatan dengan berlangsungnya lokakarya Pembina­an industri Kecil di Auditorium Ke­menterian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ke­12 organisasi itu adalah: Himpunaan Kerukunan tani in­donesia (HKti), Himpunan Pera­jin tahu indonesia (Hipertindo), YlKi­tangerang, Wahana tani dan Nelayan indonesia, oisca, ikatan Pemuda Desa, Dewan tani indo­nesia, Asosiasi Agrobisnis Bebek indonesia, Perhimpunan Bakso in­donesia, dan Gerakan Muda Pem­

bangunan indonesia.Forum Bersama ini, menurut

Sekjen Hipertindo Johanda Fadil, SH., dibentuk untuk memberikan pembinaan dan bantuan advokasi kepada para perajin tahu dan tem­pe. “Pembinaan dan bantuan advo­kasi kepada para perajin tahu dan tempe sangat dibutuhkan. Apalagi sekarang, persoalan dihadapi pera­jin terus bertambah,” katanya.

Misalnya, soal pemakaian for­malin, terutama dalam proses pem­buatan tahu Cina, menurut Johanda, menimbulkan efek domino. Peristi­wa itu melahirkan premanisme di kalangan tertentu, baik kepolisian, lSM, dan pihak­pihak lain yang mencari keuntungan pribadi. Betapa tidak, dengan berkedok pemeriksa­an yang dilakukan oknum ter tentu,

ujung­ujungnya pemerasan.isu formalin ini telah me­

ngakibatkan para perajin tahu tem­pe mengalami kerugian besar. Para perajin selain mengurangi produk­si karena khawatir tidak laku, juga terancam membusuk akibat tidak menggunakan formalin. Kondisi ini membuat para perajin makin tertindas. Sementara pengusaha besar, yang bisa membayar oknum­oknum tersebut, malah makin nekat menggunakan formalin, dan jumlah produksi nya meningkat.

“ini benar­benar ironis, dan membutuhkan penanganan serius oleh semua pihak. Jangan sampai para perajin kecil itu menutup usa­hanya, karena rasa takut yang berle­bihan,” harap Johanda. t

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

Harga melonjak tak terkendali

Perajin tahu di Jakarta

14 : Dari lantai 17

SiStEM resi gudang diharapkan dapat me­ningkatkan efisiensi sektor agroindustri, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini dimungkinkan karena resi gudang merupakan instrumen yang dapat diperjualbelikan, dipertukarkan, dan dalam perdagangan derivatif dapat diterima sebagai alat penyelesaian transaksi kontrak berjangka.

Mengingat manfaat dari resi gudang itu buat kaum tani, maka Fraksi Partai Gerindra menyetujui RUU Sistem Resi Gudang disah­kan menjadi undang­undang. Sebab, kehen­dak untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan melindungi petani merupakan semangat utama dalam menyusun revisi Un­dang­undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.

Dengan kondisi dan potensi hasil perta­nian masyarakat yang cukup beragam, serta ketidakpastian harga hasil panen, keberadaan sistem resi gudang akan terasa sekali man­faatnya bagi petani. Manfaat itu, antara lain untuk memperpanjang masa penjualan petani pada waktu masa panen, sebagai agunan bank untuk pembiayaan proses produksi petani dan memberikan kepastian nilai minimum dari hasil produksi petani.

“Melalui sistem resi gudang, pemerintah dapat memantau sejumlah ketersediaan pa­ngan yang ada di masyarakat,” ujar anggota Panja RUU Sistem Resi Gudang Komisi Vi Abdul Wachid, saat membacakan pandangan mini Fraksi Partai Gerindra. Sehingga, dengan adanya informasi ketersediaan pangan ini, pe­merintah dapat menentukan kebijakan pangan secara efektif dan terencana dan dapat meng­

hindari kelangkaan beras di daerah­daerah.Bahkan sebagai negotiable document, resi

gudang bisa menjadi jaminan atas suatu pin­jaman atau diperdagangkan secara berjangka (future market). Selain itu, resi gudang juga dapat pula dimanfaatkan sebagai salah satu

ruu resi GudanG

Sadar Subagyo Ketua BAKN

ANGGotA Komisi Xi dari Fraksi Partai Gerindra Sadar Subagyo resmi mengganti­kan rekan sefraksinya Ahmad Muzani sebagai Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN). BAKN adalah salah satu alat ke­lengkapan DPR Ri. Posisi baru ini akan mulai efektif berjalan pada masa persidangan men­datang, Agustus.

Menurut Sadar, tugas baru yang diemban­nya ini bukanlah sebuah tugas mudah. Selain BAKN badan baru, yang dibentuk pada awal periode DPR 2009­2014, alat kelengkapan DPR ini memiliki tugas pengawasan yang be­kerja sama dan berkoordinasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan Ri melalui pimpinan DPR yang cakupannya luas.

Karena merupakan alat kelengkapan baru, masyarakat pun belum mengenal BAKN ini le­bih jauh. “BAKN belum familiar, tidak seperti Baleg (badan legislasi yang memiliki fungsi legislasi) dan Banggar (badan anggaran yang memiliki fungsi penganggaran),” ujarnya.

Karena itu, tugas pertama yang akan dila­kukannya adalah menyosialisasikan BAKN kepada masyarakat. Hal ini memang penting, karena alat kelengkapan yang satu ini bertu­gas menjalankan fungsi pengawasan bersama BPK. Sehingga, masyaralat bersama BAKN dapat melakukan kontrol bersama­sama ter­hadap akuntabilitas keuangan di DPR.

tugas BAKN adalah: pertama, melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemerik­saan BPK yang disampaikan kepada DPR. Kedua, menyampaikan hasil penelaahan ke­pada komisi. Ketiga, menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK atas permintaan komisi, dan keempat, memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan ta­hunan, hambatan pemeriksaan, serta penyaji­an dan kualitas laporan.

Keberadaan BAKN diatur dalam UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Banyak pihak mendesak, agar BAKN dapat bekerja maksimal dalam memberantas kecurangan atau penggelapan maka ada baiknya BAKN diberikan kewenan­gan yang luas, seperti di beberapa negara maju. Dengan koordinasi langsung, intervensi poli­tik di tingkat pimpinan tak akan terjadi. Se­lama ini, karena MD3, BAKN tidak bisa mela­kukan koordinasi langsung dengan BPK. Jika ingin BAKN maksimal kerjanya, maka revisi ter hadap ketentuan ini harus dilakukan. t iF

oLeh iman Firdaus

alat spekulatif. Namun, demi menyempurnakan sistem

resi gudang yang sudah berjalan selama ini, perlu diberikan hak dan kewajiban kepada lembaga Dana Jaminan, serta mekanisme pe­nyelesaian konflik dengan detail dan kompre­

EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

Fraksi Gerindra Setuju, Karena Memberi Manfaat Buat Petani

FRAKSi Gerindra menyetujui disahkannnya revisi UU Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Persetu­juan didasarkan pada pertimbangan bahwa undang­undang tersebut dirasakan kurang memadai dalam merespon atau menampung dinamika industri komoditi berjangka. Ka­rena itu, Fraksi Partai Gerindra menganggap penting dilakukan perubahan, karena indo­nesia merupakan produsen dan eksportir uta­ma sejumlah komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka komoditas, baik di dalam maupun di luar negeri.

“indonesia sebagai salah satu negara penghasil utama sejumlah komoditi pri­mer memiliki kepentingan besar untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembentukan harga referensi dunia bagi komoditi tertentu, “ ujar anggota Komisi Vi Abdul Wachid saat membacakan pandangan mini Fraksi Gerin­dra pada saat pembahasan tingkat i RUU Perdagangan Berjangka Komoditi.

Jadi, RUU yang akan segera ketuk palu pada sidang paripurna mendatang ini, akan menjadi sarana pengelola risiko dalam men­gatasi gejolak harga yang sering tidak menen­tu. Apalagi sebagai negara pertanian terbesar, indonesia sering dihadapkan pada kondisi di mana perdagangan berjangka tidak mengun­tungkan bagi kesejahteraan petani dan ma­syarakat pada umumnya. Yang diuntungkan

adalah pihak yang dapat mengakses bursa per­dagangan berjangka komoditi tersebut.

Memang, selama ini perdagangan berjang­ka komoditi sangat rentan terhadap para spekulan yang mengambil untung dari per­modalan dalam jangka pendek, sehingga cen­derung merusak harga komoditi pertanian nasional. Di sisi lain, seiring perkembangan ekonomi pasar, pengelola risiko secara efisi­en juga perlu diperhatikan mengingat per­dagangan berjangka komoditi dan perdagang­an derivatif termasuk industri yang memiliki risiko tinggi.

Fraksi Partai Gerindra telah memberikan masukan terhadap RUU ini, yaitu batasan (definisi) tentang komoditi, upaya mening­katkan perlindungan bagi investor atau nasa­bah, dan peningkatan persyaratan modal bagi para pelaku di industri komoditi berjangka. “Kami juga menyambut baik berbagai per­debatan isu strategis, seperti pemberlakuan sistem kliring tunggal atau jamak dan penga­turan sistem perdagangan alternatif,” lanjut Wachid.

Selain itu, RUU ini diharapkan dapat mem­berikan motivasi baru kepada pelaku industri komoditi berjangka untuk terus meningkatkan transaksi komoditi ber jangka, sehingga melin­dungi kepentingan petani penghasil komoditi dapat terus ditingkatkan. t iF

ruu PerdaGanGan berJanGka komoditiMotivasi Baru Pelaku Industri Komoditi

mutasi di bakn

hensif diatur dalam undang­undang ini.“Fraksi Partai Gerindra sangat mengha­

rapkan agar undang­undang yang direvisi ini dapat memberikan payung hukum yang lebih kuat bagi pelaksanaan sistem resi gudang di masa depan,” harap Wachid. t

Foto mustaFa kemaL

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

Sistem Resi Gudang banyak manfaatnya buat petani

FiGur : 15Fo

to is

time

wa

Foto

istim

ew

a

EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

PENDiDiKAN boleh berbeda, pengalaman juga bisa tidak sama, namun kalau nasib sudah berbicara, berbagai perbedaan itu tak berarti apa­apa. Begitulah nasib drg. Putih Sari (27), anggota DPR Ri Fraksi Partai Gerindra. Seperti kata peribahasa: buah jatuh tak jauh dari pohonnya, begitu pula dara kelahiran Jakarta 20 Juli 1984 ini mengikuti jejak sang ayahnya, Haryanto taslam (Hartas), duduk sebagai wakil rakyat di Senayan.

Sebagai anggota DPR Ri, Putih dituntut untuk selalu siap bepergian, mengunjungi daerah­daerah terpencil yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, semua tugas tersebut bisa dijalankan dengan baik, dan menganggapnya sebagai pengalaman manis yang takkan terlupakan. Karena, sejak lama atau semenjak ayahnya masih aktif sebagai anggota parlemen, Putih sudah terbiasa melihat jadwal perjalanan orangtuanya yang tak pernah sepi dari kesibukan.

Sebagai politisi muda, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Haryanto taslam dan Ani Agustina itu melihat beberapa kelemahan yang menempel pada lembaga DPR Ri. tanpa sungkan mengkritisi lembaga tempatnya mengabdi, Putih melihat terlalu banyak wacana yang berkembang di DPR, namun tidak banyak yang menjelma menjadi kenyataan.

Apalagi saat menemukan kondisi sosial yang masih jauh dari ideal, seperti masalah kemiskinan, kesehatan, dan kebersihan. Soal kesehatan misalnya, alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas trisakti ini menilai memprihatinkan. “Banyak masyarakat miskin yang sulit mendapatkan pengobatan di saat sakit, karena pelayanan kesehatan terbatas,” ujar Putih. t mBo

Ikut Jejak Ayah

lAMA berkecimpung di dunia politik, tak membuat jiwa seni artis Marissa Haque pupus. terbukti, setelah tak menjadi anggota dewan dan gagal dalam bursa calon Gubernur Banten beberapa tahun lalu, selebritis tahun 1980­an ini kembali ke jalur tarik suara. Meski tidak berdendang, bersama suami –ikang Fawzi­ icha, panggilan ibu dua anak ini, akhir Juni lalu mendatangi Mahkamah Konstitusi (MK) dan sengaja bertemu dengan Ketua MK Mahfud MD. Bukan mau berperkara, tapi memberikan kado lagu buat sang ketua, yang diberi judul “Jujurkan Keadilan”.

“Saya hanya untuk menyerahkan lagu yang sudah saya buat dengan ikang,” ungkapnya saat mengunjungi MK. lagu itu memiliki banyak makna. Awalnya lagu itu ditujukan sebagai kenang­kenangan untuk Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Kebetulan icha, panggilan perempuan yang masih terlihat cantik ini, berhasil lulus master hukum dari kampus “biru” Yogyakarta itu. Nah, saat proses perekam selesai, terkuak berita surat palsu MK yang bikin heboh. Akhirnya, lagu itu pun sekalian dipersembahkan kepada Mahfud MD. “Saya kagum kepada beliau, selain karena dosen saya di UGM, saya percaya dengan sepak terjang beliau selama di MK yang tak kenal kompromi dalam menegakkan keadilan,” ujarnya memuji.

lagu berdurasi 3 menit 50 detik itu menyampaikan pesan agar keadilan harus berjalan di atas kejujuran, agar hukum di negeri ini bisa berjalan sesuai dengan tujuan ilmu hukum, yaitu memberikan keadilan bagi rakyat. Dengan lagu bertema kejujuran itu, icha berupaya memberi dorongan kepada ketua MK, dan tentu saja kepada seluruh masyarakat indonesia yang masih jauh dari keadilan, dan langkanya kejujuran dari para pemimpin bangsa. t iF

Jujurkan Keadilan

Tidar Memang BedaPUNCAK peringatan ulang tahun ke­3 tunas indonesia Raya (tidar) dan tidar Cup iii yang berlangsung di Semarang pada Juli 2010 sangat istimewa. Pasalnya, presenter acara musik Dahsyat, Raffi Ahmad, hadir dan sekaligus menyatakan diri masuk menjadi anggota tidar. Di atas panggung dan disaksikan sekitar 3000 anak muda Semarang dan kota­kota di sekitarnya, pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1987, itu dikukuhkan oleh Pengurus Pusat tidar dengan pemberian nomor kartu anggota iDJK12440.03018 dengan nama yang tercantum di kartu itu: Raffi Farid Ahmad.

tentu pengukuhan itu suatu hal yang membanggakan bagi pacar Yuni Shara. tak heran selama acara Dies Natalis tidar iii, ia menggunakan kaos tidar. Alasan pria yang telah membintangi banyak sinetron, seperti Baim Anak sholeh, tunjuk satu Bintang, senandung Masa Puber, Aku Ingin hidup, itu mau bergabung dengan tidar karena organisasi ini berbeda dengan sayap­sayap partai politik anak muda lainnya. “tidar berbeda dengan organisasi politik anak muda lainnya,” ujarnya.

Berbeda yang dimaksud oleh anak sulung dari 3 saudara pasangan Munawar Ahmad (alm) dan Amy Qanita itu adalah, bila organisasi politik anak muda lainnya hanya berbicara soal politik, tidar tidak demikian. “tidar juga menyuguhkan

berbagai kegiatan yang menjadi minat dan hobby anak muda,” Paparnya. Diungkapkan, tidar hadir juga tidak hanya menjelang pemilu namun hadir di saat anak muda lagi membutuhkan, seperti di saat liburan sekolah.

Apa yang dikatakan pria yang telah menelorkan beberapa album, seperti Jangan Bilang tidak, 50 tahun lagi, Cinta Ini, itu benar. tidar memang sering mengadakan acara yang digemari dunia anak muda, antara lain: lomba dance, cheerleader, band, funbike, pertandingan futsal dan basket, serta bakti sosial. Bahkan untuk lebih menarik minat peserta lomba dan pertandingan, panitia memberikan hadiah Rp10 juta. Kegiatan itu sendiri dilakukan untuk menggairahkan dan mengajak anak muda untuk berkompetisi di bidang olahraga dan seni.

Hadirnya Raffi Ahmad di dalam tidar akan membesarkan organisasi yang mempunyai filosofi lima Cinta, yakni: Cinta Diri, Cinta Sesama, Cinta Belajar, Cinta Kesantunan, dan Cinta indonesia. Dan, Raffi Ahmad menyatakan, siap mengisi kegiatan­kegiatan yang akan dilakukan tidar di berbagai daerah, tanpa diminta. Pengurus tidar Jawa tengah yang diketuai Ulul Aufa pun siap mengundang aktor ngetop SCtV Award 2006 dalam Dies Natalis iV tidar mendatang. t aw

Raffi Ahmad

Putih Sari

Marissa Haque

Foto

mu

sta

Fa k

em

aL

profil16 :

EDisi 05/taHun i/aGustus 2011

RAGU, kikuk dan kaget, itulah yang di­rasakan H. Ricky Kurniawan, lc, sesaat se­telah dilantik menjadi anggota DPRD Jawa Barat dari Fraksi Partai Gerindra pada 2009. Bagaimana tidak, Ricky yang merupakan adik kandung Fadli Zon, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan dunia Pesantren, tiba­tiba mendapat salam hangat dan penghormatan dari orang­orang penting Provinsi Jawa Barat. Sebagian dari merela itu malah menunduk­kan tubuhnya saat berjabat tangan.

shock culture seperti itu sempat menghing­gapi dirinya selama beberapa hari. terlebih se­telah fasilitas dan pin tanda keanggotaannya sebagai wakil rakyat menempel di bajunya. ia merasa seolah­olah bisa terbang bebas, me­ngejar semua apa yang diinginkan.

Beruntung anak kedua dari tiga bersauda­ra pasangan Zon Harjo (alm) dan Hj. Elly­da Yatim ini tidak sampai tergelincir dengan dunia barunya yang penuh kemilau. Dia sa­dar dari mana asalnya dan ke mana arah yang hendak dituju. Dunia pesantren, termasuk pengalamannya selama 10 tahun di Mesir – sebagian dari waktunya untuk menimba ilmu di Universitas Al­Azhar ­­ telah mematang­kan pikirnya, sehingga Ricky bisa bertahan dan tidak lupa diri.

Ricky sadar, keterlibatannya dalam dunia politik adalah amanah, “Ada maksud tuhan menempatkan saya di sini” ujar Ricky de­ngan rendah hati. Karena itu, semua dilaku­kan dengan ikhlas untuk memenuhi hadis Nabi SAW. Hadis yang dimaksud punya arti kurang lebih: “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengu­bahnya dengan tangannya. Jika ia tak sang­gup, maka dengan lidahnya. Jika lidah tak sanggup juga, maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah­lemah iman”.

Melaksanakan perintah itulah yang men­jadi tekad Ricky mengarungi dunia politik saat ini. Di tingkat pusat atau di daerah buat­nya tidak menjadi persoalan. Yang penting, bisa turut berperan, memberi manfaat dan mendorong perubahan bagi masyarakat, kare­na sebaik­baik manusia adalah yang memberi

Anak Santri yang Prihatin Melihat IndonesiaDitinggal sang ayah pada usia 11 tahun, membuat H. Ricky Kurniawan lc, mudah tersengat saat mendengar kesulitan hidup orang lain. Kini, keinginannya membangun indonesia, mulai diretas dengan membangun sekolah­sekolah dan perguruan tinggi berlabel gratis.

oLeh m. Budiono

manfaat bagi manusia lain. Apalagi, kata Ricky, dalam persoalan ber­

sosialisasi dan menjalankan tugas, Anggota DPRD memiliki tingkat resistensi yang lebih tinggi dibanding DPR Ri. Belum ada anggo­ta DPR Ri yang meninggal, seperti halnya Abdul Aziz Angkat (Ketua DPRD Sumut) yang meninggal karena dipukuli demonstran. “Kami tidak bisa hidup jauh dari rakyat, hak protokoler yang kami miliki tidak seperti yang melekat pada anggota DPR Ri,” ujar Ricky.

Anggota DPR Ri, menurut Ricky, adalah Pejabat Negara dengan kewenangan anggaran, legislasi, privilege, fasilitas serta kompensasi pensiun. Sementara DPRD bukan pejabat, melainkan unsur penyelenggara pemerintah dengan kewenangan dan fasilitas serba terba­tas. “Sampai sekarang pun saya masih indekos bersama mahasiswa dan pekerja informal di Bandung” ujarnya.

Dengan tekad menjalankan perintah Nabi SAW, Ricky tidak pernah merasa pusing me­mikirkan bagaimana nasibnya nanti. teru­tama, nasibnya di dunia politik, apakah ma­sih dipercaya menggenggam amanat seperti sekarang, atau sebaliknya. Ricky punya prin­sip, kekuasaan itu sepenuhnya milik Allah. “Dia (Allah) yang memberikannya kepada siapa saja, dan bisa mengambilnya kapan saja. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalani, tidak bisa menawar dan tidak tahu kapan se­mua itu akan terjadi,” kata Ricky. Yang ter­penting, menurut Ricky, tidak lupa diri, tidak melupakan orang­orang yang telah berjasa memberikan kita peluang, akses hingga kita ada di tingkat ini. Jangan pernah lupakan rak yat dan jangan pernah lupakan sejarah.

Karena itu, dalam kesibukannya sebagai Ketua Komisi A DPRD Jawa Barat, Ricky tetap menjalin hubungan dengan dunia pe­santren khususnya dan umat islam pada umumnya. Suami dari terra Sa’adah Perdana ini masih aktif menyampaikan ceramah dan khutbah Jumat. Dia juga membentuk Forum Silaturahmi Alumni timur tengah di Jawa Barat sebagai wadah aspirasi dan kontribusi alumni timur tengah yang selama ini banyak terabaikan. Bersama Forum ini, Ricky turut

memprakarsai pembangunan SMP islam ter­padu Al Bareer di Cisarua Bogor, yang me­rupakan sekolah gratis bagi anak­anak yatim dan keluarga tak mampu.

Sebelum menjadi wakil rakyat Jawa Barat, ayah dari Muhammad Zufar al Bareer ini, ak­tif dalam lembaga iZiW (internazionale Zen­trum Fur islamische Wischenchaften), sebuah lembaga islam yang berpusat di Hamburg Jerman yang dipimpin para ulama kharisma­tik timur tengah. Melalui lembaga ini, Ricky beserta beberapa alumni timur tengah juga tengah membangun pesantren gratis untuk anak­anak petani miskin dan yatim piatu yang jauh dari akses pendidikan di pedalaman Jawa Barat. Rencananya, pesantren yang akan di­bangun sebanyak 100 buah, dan baru 5 (lima) yang sudah terealisasi di daerah Cianjur.

Selain itu Ricky juga tengah merintis berdirinya Universitas islam imam Syafi’i di Kecamatan Pacet Cianjur. Universitas ini diharapkan menjadi universitas bertaraf in­ternasional. Kuliahnya bebas biaya bahkan diberi beasiswa perbulan. Pengajarnya native langsung dari Mesir, Syiria, india dan Ku­wait. Perkuliahan sudah berjalan dengan 150 mahasiswa meski banyak aral dan rintangan, terutama masalah perizinan para dosen. Yang patut disyukuri bahwa program ini tidak me­libatkan anggaran APBN atau APBD, semua biaya didapat dari donatur muslim Kuwait dan beberapa negara Eropa.

Usaha dan kerja keras yang dilakukannya dalam membangun dunia pendidikan khu­susnya dan bangsa indonesia pada umumnya, tak lepas dari berbagai pandangan dan pen­dapatnya. Di mata Ricky, indonesia merupa­kan negara yang kaya raya. Sungai dan pulau di indonesia ribuan jumlahnya, luas wilayah dari Sabang sampai Merauke setara dari lon­don hingga teheran. tanah subur, bumi kaya minyak, uranium, dan batubara yang ada di perut bumi indonesia terbesar di dunia. tapi mengapa rakyat indonesia tetap menjadi bangsa yang miskin?

Mestinya, menurut Ricky, tanah kita yang subur ini berlimpah beras, tapi kenapa im­por beras masih saja berlangsung? tebu kita

terbesar di dunia, lalu mengapa mesti impor gula? luas lautan kita kedua terbesar di dunia setelah Kanada, namun kita mengandalkan garam impor. Karena itu, menurut Ricky, ke­miskinan manusia indonesia adalah kemiski­nan struktural. terjadi karena salah urus, dan bukan karena tidak adanya sumber dayanya. Kelaparan terjadi bukan karena tidak cukup makanan, melainkan karena orang miskin ti­dak punya hak atas makanan yang ada.

oleh karena itu, pria berkacamata kela­hiran Jakarta, 29 Mei 1975, ini tidak terla­lu percaya pada data dan angka, besaran pe­nurunan kemiskinan di indonesia. ia lebih percaya terhadap fakta dan petunjuk lang­sung dari tuhan, yaitu momen idul Fitri dan idul Adha.

Dari kacamata seorang santri, kata Ri c ky, Harun Arrasyid ­­ seorang khalifah dari Dinas ti Abbasiyah ­­ menjadikan sulitnya mencari fakir miskin sebagai mustahik (pene­rima) zakat pada masa itu sebagai indikator tingkat kesejahteraan yang dicapai periode pemerintahannya. Artinya, selama fakir dan mis kin mudah ditemukan, dengan bertelan­jang mata, seperti antrean zakat di Jawa ti­mur pada idul Fitri yang memakan korban jiwa manusia demi Rp30 ribu. Kemudian antrean panjang manusia terinjak­injak demi seonggok daging pada idul Adha, lalu Daeng Basse, istri tukang becak yang hamil 7 bulan, mati kelaparan bersama keluarga karena ti­dak makan berhari­hari. termasuk fenomena antrean ribuan masyarakat, berharap menda­pat obat dari bocah Ponari si dukun cilik di Jawa timur. Harusnya semua itu, menurut Ricky, telah membuka mata kita betapa se­sungguhnya bangsa ini masih jauh dari se­jahtera.

Wajah­wajah mereka yang kuyu, lelah, lapar, putus asa dan menemui ajal itu adalah mewakili wajah 220 juta rakyat indonesia. Wajah indonesia bukan bukan diwakili oleh mereka yang ada di mal­mal atau antre di showroom mobil, atau yang berlomba membe­li apartemen mewah di kota, dan bukan pula yang antre nonton konser artis luar negeri dengan tiket jutaan rupiah. t

Foto mustaFa kemaL

Ricky Kurniawan