gel

21
I.DEFINISI Gel adalah salah satu sistem semipadat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu matriks polimer berdimensi tiga (terdiri dari gom alam atau gom sintesis) yang tingkat ikatannya yang tinggi( terkadang kimia). Menurut bahasa, Gel (dari bahasa Latin gelu — membeku, dingin, es atau gelatus — membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair. Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7) Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315) I.2 Penggolongan Gel I.2.1. Berdasarkan Fasa Koloid Gel Organik; merupakan gel sistem dua fase. Gel sistem dua fase terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yg terpisah dalam sistem. Jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, maka partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu. Contoh: gel aluminium hidroksida dan magma bentonit. Gel Anorganik; merupakan gel sistem satu fase. Ia terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan 1

Upload: delvina-ginting

Post on 29-Sep-2015

49 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

gel

TRANSCRIPT

I. DEFINISI Gel adalah salah satu sistem semipadat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu matriks polimer berdimensi tiga (terdiri dari gom alam atau gom sintesis) yang tingkat ikatannya yang tinggi( terkadang kimia). Menurut bahasa, Gel (dari bahasa Latin gelu membeku, dingin, es atau gelatus membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair. Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7) Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)I.2 Penggolongan Gel I.2.1. Berdasarkan Fasa Koloid Gel Organik; merupakan gel sistem dua fase. Gel sistem dua fase terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yg terpisah dalam sistem. Jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, maka partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu. Contoh: gel aluminium hidroksida dan magma bentonit. Gel Anorganik; merupakan gel sistem satu fase. Ia terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian sehingga tidak terlihat adanya ikatan molekul makro yang terdispersi dalam cairan.Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer)atau dari gom logam. Contoh: tragakan dan karbopol.

I.2.2 Berdasarkan Sifat Pelarut Hidrogel (pelarut air)Gel golongan ini menggunakan pelarut air. Pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung melalui ikatan kimia atau kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel punya biokompatibilitas yg tinggi karena tegangan permukaan yg rendah dengan cairan biologi jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adesi sel. Kekuatan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yg rendah. OrganogelPelarutnya bukan lah air/pelarut organik. Contoh gel golongan ini adalah: plastibase(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral), dispersi logam stearat dalam minyak dan cocoa butter. XerogelGel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah. Xerogel sering dihasilkan dari evaporasi pelarut,sehingga sisa-sisa kerangka gel yang tertinggal.

II. SIFAT / KARAKTERISTIK GEL

Sifat / Karakteristik Gel (lachman, 496 499)

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan). Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation

Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):1. Swelling Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2. Sineresis. Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

6. Rheologi Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.III. KELEBIHAN DAN KEKURANGANIII.1 Kelebihan Efek pendingin pada kulit saat digunakan, Penampilan jernih dan elegan Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang Elastis Daya lekat tinggi Pelepasan obatnya baik Kemampuaan penyebaran pada kulit baikIII.2 Kekurangan Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi Harga lebih mahal. Gel dengan kandunga alkohol tinggi membuat pedih pada wajah dan mata Penampilan buruk saat pemaparan sinar matahari Lebih cepat menguap dan meninggalkan film berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

IV. TIPE GELTipe gel tergantung pada jenis gelling agentnya. Jenis-jenis gel terdiri dari Hidrogel dan Organogel. Hidrogel (aqueous gel) adalah jaringan rantai polimer yang hidrofilik, kadang-kadang ditemukan sebagai koloid gel dimana air adalah medium dispersi. Basis yang biasa digunakan pada jenis Gel ini adalah Karbomer, Derivate cellulose, dan gom alam. Organogel (Non-aqueous gel) merupakan bentuk non-kristalin, non-kaca thermoreversible (termoplastik). Basis yang sering digunakan untuk organogel adalah Basis Lechitin, Basis Gelatin, Sorbitan Eter. Berikut ini sebagian contohnya. Karbomer (karbopol)Karbomer merupakan polimer sintetik dengan berat molekul yang tinggi dari asam akrilat yang disambung silang dengan alil sukrosa atau alil eter dari pentaeritriol. Untuk mencapai kinerja yang maksimal molekul harus benar-benar terurai sempurna dengan terdispersinya dalam air. Karbomer merupakan suatu gelling agent yag dapat meningkatkan viskositas dari gel. Konsentrasi gelling agent adalah 0,5%-2,0%

Derivate celluloseBasis ini larut dalam air membentuk larutan koloidal, dapat berfungsi sebagai antibakteri alami biasanya digunakan untuk tipe formulasi aqueous atau alkoholik.

Gom alamUmumnya bersifat anionik (bermuatan negative dalam larutan/dispersi dalam air). Gum alam mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Basis ini bersistem cair sehingga harus menggunakan pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Contoh: Natrium Alginat, Karagenan, Tragakan, Pektin.1. KaragenanEkstrak hidrokoloid dari rumput laut merah. Mengandung campuran natrium, kalium, ammonium, kalsium dan magnesium sulfat, ester dari polimer galaktosa, serta 3,6-anhidrogalaktosa 2. Pektin Ekstrak polisakarida yang diambil dari kulit bagian dalam buah jeruk atau, dapat digunakan untuk membuat jelly dalam sediaan farmasi maupun dalam industri makanan . Kekuatan gel bergantung pada faktor-faktor seperti konsentrasi zat tambahan dan pH, serta karakteristik dari bahan baku itu sendiri.3. TragakanSerbuk putih hingga putih kekuningan. Konsentrasi: antara 2%-5%. Sebagai basis gel yang stabil: pada pH 4-8. Pengawet yang biasa digunakan adalah; 1 % asam benzoate atau sodium benzoate, kombinasi dari 0.17 % metil paraben dan 0.03 % propil paraben.4. TEA (Trietanolamira)Sebagai agen pengemulsi, dimana adanya gliserin akan bereaksi dengan membentuk sabun anionik. 5. GliserinSebagai humektan dan emollient. Konsentrasi gliserin yang digunakan berkisar kurang dari 30%. Gliserin bersifat higroskopik, dan banyak ditemukan dalam pembuatan sabun dan asam lemak.6. Propilen glikol Sebagai humektan dan pelarut. Propilen glikol bersifat larut dalam air.7. Metal parabenSebagai pengawet antimikroba. Efektifikas dari metal paraben sebagai bahan pengawet semakin meningkat dengan adanya propilen glikol. 8. EtanolSebagai bahan pengawet antimikroba, disinfektan, pelarut. Etanol bersifat larut dalam air dan gliserin9. Aquadest Sebagai fase luar atau medium dispers. Alginat

Menurut Winarno (2008), alginat merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, alginat merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang. Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen, serta amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Oleh karena alginat merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi, maka mudah sekali menyerap air.

BentonitBeberapa gel bentonit (bentuk Ca) bersifat tiksotrop, srtinys mereka menunjukan trasformasi gel-sol-gel isoterm yang nyata. Gel bentonit stabil pada PH 4,5-10,5.Kemampuan mengembang bentonit berbeda-beda tergantung dari asal dan cara daricara pengolahan produknya.

PVADiperoleh melalui hidrolisis polivinilasetat.PVA digunakan untuk membuat gel yang mudah kering.Pada konsentrasi 12-15% dapat dihasilkan gel yang dapat disebarkan dan secara fisiologis tak tersatukan yang digunakan khusus untuk preparat kosmetik.

PVPPolivinilpirolidin (PVP) diperoleh melalui polimerisasi N-ninilpirolidin. PVP merupakan serbuk yang sangat higroskopik, berwarna putih, mudah larut dalam air, alkohol, metilenklorida, dan kloroform. Selulosa dan derivatnya

MetilencellulosaMetilencellulosa yang sangat kental digunakan sebagai zat penegntal dalam sediaan topikal seperti krim dan gel, stabil pada PH 3-11 dan temperatur kamar. Pada pemanasan, viskositas berkurang.

CarboxymethylcellulosasodiumDigunakan pada formulasi farmasetik oral dan topikal terutama untuk viscosity increasing agent. Konsentrasi tinggi (4-6%) bisa digunakan untuk produksi gel sebagai basis.

Hydroxypropyl methylcelluloseDigunakan sebagai suspending agent, Emulsifier, dan stabilizing agent pada gel dan salep. Stabil pada PH 5,5-8

HydroxyethylcelluloseStabil pada PH 5,5-8,5. Pada PH dibawah 5 dapat terjadi hidrolisis dan pada PH yang tinggi dapat terjadi oksidasi.stabil walau bersifat higroskopik.Kenaikan temperatur dapat mengurangi viskositas darilarutan encer hydroxyethylcellulose.

Microcrystalline celluloseKelarutannya Larut dalam 5% w/v larutan NaoH, praktis tidak larut dalam air, larut asam, dan pelarut organik lainnya.

Polietilendigunakan untuk cairan gel hirofobik, untuk membentuk gel, perlu untuk mendispersikan polimer dalam minyak dalm temperatur yang naik(diatas 80 C) Lalu dinginkan mendadak untuk menghasilkan kristal-kristal halus yang membentuk matriks.

V. KOMPONEN SEDIAAN GEL1. Zat aktif2. Gelling Agent

3. Bahan tambahana. PengawetMeskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent : Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.

Pemilihan penggunaan pengawet dalam pembuatan gel

PengawetGelling agent

Benzalkonium chloride (0.01% w/v)HipromelosaMetilselulosa

Asam benzoat (0.2%)AlginatPektin

Klorheksidin asetat (0.02%)Polivinil alkohol

Klorokresol (0.1-0.2%)AlginatPektin

Metil/propel hidroksibenzoat (0.02-0.3%)KarbomerKarmelosa sodiumHipromelosaPektinSodium alginatTragakan

Penilmerkuri nitrat (0.001%)metilselulosa

b. Penambahan Bahan higroskopisBertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %c. Chelating agentBertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA

VI. PERBEDAAN GEL DENGAN SEDIAAN LAINPerbedaan gel dengan sediaan pasta, krim dan salep berdasarkan komposisinya Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadang-kadang disebut jeli. Gel mengandung air lebih banyak. Cream adalah sediaan semi padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut/ terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (Mengandung tidak kurang dari 60% air). Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (kandungan zat padat (serbuk) lebih banyak salep (ointment) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. kandungan minyak lebih banyak, 80% minyak dan 20% air

Berdasarkan daya absorbsinya Daya adsorbs pasta lebih besar Salep karena merupakan lemak, maka dapat menyumbat saluran berkeringat dan menghalangi penguapan dan pernafasan kulit. Gel memiliki daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori-pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu Cream absorpsi lebih cepat. Berdasarkan tekstur dan penampilannya Gel penampilannya jernih dan Elastis Cream Umumnya kental dan berwarna putih Salep kental dan berminyak. Tampak mengkilap bila dioleskan ke kulit. Pasta lebih kenyal dan tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum. Berdasarkan pengggunaannya Gel lebih baik dipakai untuk kulit berminyak dan lebih mudah dicuci dengan air Cream lebih baik dipakai untuk kulit berminyak, lebih mudah dicuci dengan air Salep lebih baik dipakai untuk kulit kering dan sulit dicuci dengan air Pasta lebih baik dipakai untuk kulit berminyak pasta, pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu dan cocok dgiunakan untuk luka akut.

VII. CARA PEMBUATANHal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi 1. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel)8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

1. Contoh formula gel tipe tragakan Formula :Tragakan BP3% w/wGliserol BP20% w/wAlkohol2,5% w/wMetilparahidroksibenzoat0,2% w/wAquadesad 100%

Cara Pembuatan :

1. Campur tragakan BP dan metilparahidroksibenzoat BP (pengawet) ke dalam mortar hingga homogen.2. Masukkan alcohol dan sedikit gliserol ke dalam becker glass.3. Tambahkan campuran serbuk tragakan BP dan metilparahidroksibenzoat BP sedikit demi sedikit ke dalam becker glass berisi alkohol dan gliserol.4. Aduk hingga membentuk cairan lembut.5. Tambahkan sisa gliserol.6. Tambahkan aquades hingga volume sediaan yang diinginkan dan aduk hingga homogen (jangan terlalu cepat untuk menghindari terbentuknya gelembung udara).

Sesuai dengan peraturan umum, sedikitpun komposisi serbuk yang akan ditambahkan ke dalam gel seperti kristal metilparahidroksibenzoat BP terlebih dahulu harus dicampur dengan serbuk tragakan dalam pembuatannya.

2. Contoh formula gel tipe alginate

Formula :

Sodium Alginat BP7% w/wGliserol7% w/wMetilparahidroksibenzoat0.2% w/wAquades ad 100%

Cara pembuatan :

1. Campur sodium alginat BP dan metilparahidroksibenzoat BP (pengawet) ke dalam mortar.2. Masukkan gliserol ke dalam becker glass.3. Tambahkan campuran serbuk alginat dan metilparahidroksibenzoat sedikit demi sedikit ke dalam becker glass yang berisi gliserol.4. Aduk hingga membentuk cairan lembut.5. Tambahkan semua air dalam sekali penambahan dan aduk hingga homogen.

Cara pembuatan gel secara umum dalam manufaktur :

1. Panaskan semua komponen gel (kecuali air) hingga suhu kurang lebih 900C.2. Panaskan air hingga suhu kurang lebih 900C.Tambahkan air ke dalam minyak lalu aduk secara kontinyu dan hindari pengadukan yang kuat karena akan menimbulkan gelembung. Metode Skala IndustriProses pencampuran (mixing) yang dilakukan pada skala industri ini mengguanakan alat yang disebut mixer. Ada banyak jenis mixer yang digunakan, tergantung kebutuhan industri itu sendiri. Contoh: Double planetary mixer dugunakan untuk mencampur makanan dengan variasi kecepatan campuran yang beragam.

VIII. EVALUASI SEDIAANDalam pembuatan sediaan terdapat evaluasi sediaan. Berikut tahap-tahap pada evaluasi sediaan gel:1. OrganoleptisEvaluasi ini mengguunkan panca indra, melalui bau, warna, tekstur sediaan, konsistensi pelaksana mengguunakan sunyek responden ( dengan criteria tertentu ) dengan menetapkan kriteriannya pengujiannya (macam dan item), menghitungprosentase masing-masiing kriteria yang diperoleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistic.2. Evaluasi PhMenggunakan PH meter, dengan cara perbandingan 60 g: 200 ml air yang digunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogeny, dan diamkan agar mengenddap, dan airnya yang di ukur dengna ph meter, catat hasilyang tertera pada alat ph meter.

3. Evaluasi daya sebarDengan cara sejumlah zat atertentu di letakan di atas kaca yang bersekala. Kemudian bagian atasnya diberi rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran di ukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar( dengan waktu tertentu secara teratur).4. Evaluasi penentuan ukuran dropletUntuk mementukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikrosskop sediaan diletakkan pada glass, kemudian di perriksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.5. Uji aseptabilis sediaanDilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suati quisioner di buat suatu kriteria, kemudian di oleskan, kelembutan, sensai yang ditimbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat scoring untuk masing-masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.

Daftar PustakaLiebermann.1996. Pharmaceutical Dosage Forms : Disper Syastemd Volume 2. 415-425. Machel Dekker, New York

Martin, Alfred, 1993. Physical Pharmacy. 566-572. Lea & Febiger. Philladephia Katdare Ashok, Mahesh V Chaubal. 2006. Exipient Development for Pharmaceutical and Drug Delivery System. Informa Healthcare : New York, London.

Nicole Krilla, Debanjan Das, Jhon G Augustine. Semisolid Formulation Development : the CRO Approach.(in e-book)

Piyush Grupta and Sanjai Garg. Recent Advances in Semisolid Dasage Forms For Dermatological Applicatio. (in e-book)

Anief, Moh. 1988. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

R. Voiggh. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM PRESS : Yogyakarta

Farmakope IVFarmakope IIIwww.farmasi unpad / formulasi gel

16