gel sukun

Upload: andi-ade-nurqalbi

Post on 15-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

terbesar (20 %)- : tidak terjadi iritasi+ : timbul panas++ : timbul eritema+++ : timbul gatal-gatal++++ : timbul perihHal ini terjadi baik padasukarelawan yang diberi sediaan geltanpa ekstrak daun sukun ( FD )maupun gel dengan ekstrak daunsukun terbesar yaitu 20% ( FD4 ). Gejalairitasi yang diamati meliputi rasa panas,eritema, gatal-gatal, ataupun perih.Dengan analogi semakin besar zataktif/ekstrak daun sukun yangditambahkan akan semakin besar pulakemungkinan terjadinya iritasi, makadapat dibuat suatu asumsi mengenai ujikeamanan diatas bahwa gelantiinflamasi dengan konsentrasi lebihkecil aman untuk digunakan. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa gelantiinflamasi dengan ekstrak daunsukun 5 %, 10 %, 15 %, dan 20 %aman untuk digunakan.KESIMPULAN DAN SARANDari hasil pengujian aktivitasantiinflamasi sediaan gel ekstrak daunsukun dapat disimpulkan bahwasediaan gel dengan ekstrak daunsukun 20% memiliki aktivitasantiinflamasi yang paling baik denganpersentase inhibisi radang sebesar6,98 %. Sedangkan untuk konsentrasi5 %, 10 %, dan 15 % berturut-turutmemiliki persentase inhibisi radang3,03 %, 4,04 %, dan 6,57 %. Hasil ujiNewmn-Keuls disimpulkan pula bahwasediaan gel ekstrak daun sukunkonsentrasi 15 % dan 20 % memilikiperbedaan yang signifikanterhadap kontrol negatif. Hasil evaluasisediaan antiinflamasi menunjukkansemua formula mengalami perubahanviskositas dan pH selamapenyimpanan. Namun secaraorganoleptis tidak tejadi perubahankestabilan fisik.Berdasarkan uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa sediaan gelantiinflamasi yang mengandung ekstrakdaun sukun merupakan sediaan yangmemiliki aktivitas antiinflamasi, relatifstabil serta aman untuk digunakan.Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi(Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)209Dari penelitian yang telah dilakukandapat disarankan agar dilakukanpenelitian lebih lanjut mengenai caraisolasi yang lebih baik sehinggadiperoleh ekstrak daun sukun(Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg)dengan rendemen yang lebih besar,dan fraksinasi dari ekstrak daun sukunterhadap aktivitas antiinflamasi untukmenelusuri senyawa aktif yangberkhasiat antiinflamasi, sehinggadiharapkan dapat meningkatkanaktivitas antiinflamasi.Untuk meningkatkan penampilanfisik perlu dipikirkan penambahanpewarna dan pewangi yang sesuai,serta cara pengemasan danpenyimpanan yang baik untukmengurangi efek oksidasi yang dapatmenurunkan aktivitas antiinflam

TRANSCRIPT

  • Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi

    (Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)

    199

    FORMULASI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) DENGAN BASIS GEL

    SEBAGAI ANTIINFLAMASI

    Marline Abdassah, Sri Adi Sumiwi, Jemmy Hendrayana Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

    Korespondensi: Dr. Marline Abdassah Apt. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

    [email protected]

    ABSTRACT

    Formulation anti-inflammatory gel from sukun leaves extract (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) by various sukun leaves extract concentrate 4%, 8%, 12%, and 16% has been carried out. The purpose is to find a stable formula of extract, efective and safe as gel anti-inflammatory. The evaluation included stability, organoleptic, pH , viscosity, consistency, safety test after 56 days storage, and anti-inflammatory activity has been investigated on male white rats of Wistar strain. The activity test using the carrageenan inducement method of the right paw of the rats and the materials test were given topically. The result showed after physical and chemical stability observation , no changes occurred. In safety test, every forms has been guaranteedly safety since no skin irritation occur. Effectivity test showed that every formula can produces anti-inflammatory activity. The best formula was given anti-inflamatory, is gel with concentrate sukun leaves extract (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg)of 16%, inflammation inhibition of 6.96%.

    Keywords: Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg), Gel, anti-inflammatory

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi gel antiinflamasi dari ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) dengan menggunakan variasi konsentrasi ekstrak 4%, 8%, 12%, dan 16%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula gel yang stabil, efektif dan aman dalam penggunaannya sebagai sediaan gel antiinflamasi. Pengujian meliputi uji stabilitas, yaitu pemeriksaan secara organoleptis, perubahan pH, viskositas, konsistensi, uji keamanan selama 56 hari penyimpanan, dan uji aktivitas antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur Wistar. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan metode penginduksian karagenan pada telapak kaki kanan tikus dan bahan uji diberikan secara topikal. Hasil pengamatan stabilitas fisik dan kimia sediaan meliputi konsistensi, warna, dan bau menunjukkan bahwa selama 56 hari penyimpanan tidak terjadi perubahan. Sedangkan untuk nilai viskositas dan pH mengalami penurunan. Berdasarkan uji keamanan, setiap formula dinyatakan aman untuk digunakan karena tidak mengiritasi kulit. Hasil pengujian efektivitas menunjukkan bahwa semua formula dapat memberikan aktivitas antiinflamasi. Formula yang memberikan aktivitas antiinflamasi paling baik adalah formula dengan konsentrasi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) 16%, dengan memberikan efek inhibisi radang 6,96%.

    Kata kunci : sukun, Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg, gel, antiinflamasi

  • Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 199 -209

    200

    PENDAHULUAN

    Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Untuk menjaganya seringkali digunakan obat-obatan modern ataupun tradisional. Oleh karena itu dilakukan penelitian guna menggali potensi dari obat-obatan tradisional pada tanaman obat yang berkualitas baik.

    Salah satu tanaman obat yang memiliki potensi bagi kesehatan yaitu Artocarpus altilis atau lebih dikenal dengan sukun yang sudah banyak digunakan dan dilaporkan memiliki banyak kegunaan karena kandungan senyawa-senyawa berkhasiat dalam tanaman tersebut seperti saponin, polifenol, tanin, asam hidrosianat, asetilkolin, riboflavin dan flavonoid (1, 2). Khasiat yang bisa diambil dari tanaman ini antara lain untuk mengobati penyakit liver, hepatitis, sakit gigi, pembesaran limpa, jantung, ginjal, dan sebagai obat penyembuh penyakit kulit, seperti gatal-gatal, bengkak, borok, dan infeksi kulit lainnya. Bagian bunga dapat digunakan sebagai obat sakit gigi. Bahkan, masyarakat Ambon memanfaatkan kulit batangnya untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang baru 8-10 hari melahirkan. Di Trinidad dan Bahama, dekokta dari daun sukun dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan menghilangkan asma. Kunyahan daun sukun muda dikatakan dapat menetralkan racun dalam makanan (2, 3). Khasiat lain yang bisa diambil dari tanaman ini adalah untuk mengurangi udema karena dalam tanaman ini mengandung flavonoid yang sangat efektif sebagai antiinflamasi. Hal ini didukung dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya bahwa aktivitas antiinflamasi dari flavonoid yang berhasil diisolasi dari Artocarpus communis dan Artocarpus Heterophyllus, secara invitro dapat menghambat pelepasan mediator-mediator kimia dari sel mast, neutrofil

    dan makrofag (4). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian terhadap aktivitas antiinflamasi dari gel dengan ekstrak daun sukun.

    Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cedera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringan tubuh. Tanda-tanda inflamasi meliputi sakit (dolor), panas (calor), merah (rubor), bengkak (tumor) dan hilangnya fungsi (functio laesa). Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe (5).

    Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya (6).

    Ekstrak maupun dekokta dari daun sukun mempunyai rasa yang tidak enak sehingga akan sulit dalam penggunaannya secara per oral. Oleh karena itu akan dibuat suatu formulasi sediaan transdermal berbentuk gel, sehingga akan lebih aman dan nyaman dalam penggunaanya.

    Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (7). Gel memiliki sifat-sifat antara lain bersifat lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit. Formula umum sediaan gel, terdiri dari bahan dasar gel yang merupakan makromolekul organik

    dhe-dheHighlight

    dhe-dheHighlight

    dhe-dheHighlight

    dhe-dheHighlight

    dhe-dheHighlight

  • Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi

    (Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)

    201

    bersifat hidrokoloid atau bahan anorganik submikroskopik yang bersifat hidrofil (8).

    METODE PENELITIAN Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserator, Rotary evaporator, timbangan analitis, pHmeter Metrohm 744, Viscotester Rion (VT-04 F), pletismometer, alat suntik dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Non-steril

    Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg, Aqupec HV-505, triethanolamin, gliserin, etanol 70%, metilparaben, propilparaben, aquadest, -karagenan, larutan NaCl 1%, PGA, luminal/fenobarbital.

    Pengumpulan bahan dan determinasi tumbuhan

    Daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) yang digunakan diperoleh dari salah satu pasar di kota Bandung, Jawa Barat. Tanaman kemudian dideterminasi di Herbarium Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran. Pengolahan dan ekstraksi bahan

    Daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) yang akan digunakan dikeringkan dan dihaluskan dengan alat penggiling hingga menjadi serbuk halus. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Penggantian pelarut dalam suhu kamar dilakukan setiap 24 jam sebanyak tiga kali. Serbuk simplisia daun sukun

    dimasukkan ke dalam maserator kemudian ditambah pelarut etanol 70% sampai seluruh serbuk terendam dan didiamkan selama 24 jam sambil terus diaduk-aduk. Setelah 24 jam maserat ditampung dan dilakukan maserasi ulang. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada tekanan rendah dan suhu 40 sampai terbentuk ekstrak kental. Ekstrak tersebut kemudian dituangkan ke dalam cawan penguap yang telah ditara, lalu diuapkan di atas waterbath dan hasilnya ditimbang. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Sukun

    Skrining fitokimia dilakukan terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tannin, kuinon, polifenol, steroid dan triterpenoid, saponin, monoterpen dan seskuiterpen. Formulasi dan Pembuatan Sediaan Gel dari Ekstrak Daun Sukun

    Formula basis sediaan gel yang dibuat disajikan dalam tabel 1, sedangkan formulasi gel antiinflamasi dengan variasi Konsentrasi ekstrak daun sukun 5%, 10%, 15% dan 20% untuk formula basis yang terpilih dari variasi konsentrasi aqupec, tertera pada Tabel 2.

    Gel dibuat dengan cara Aqupec dikembangkan dalam aquadest sampai mengembang, kemudian digerus sambil ditambahkan triethanolamin sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa gel. Lalu ditambahkan gliserin. Metil paraben dan propil paraben yang sudah dilarutkan, ditambah etanol sedikit demi sedikit hingga tercampur. Sedikit demi sedikit ekstrak daun sukun yang telah diencerkan dengan alkohol ditambahkan ke dalam basis gel, digerus sampai homogen.

    dhe-dheHighlight

  • Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 199 -209

    202

    Tabel 1. Formulasi basis gel dengan variasi Aqupec HV-505 1,25%, 1,5%, 1,75%, dan 2%

    Bahan Formula

    FA FB FC FD

    Aqupec HV-505 (%) Triethanolamin (%)

    Gliserin (%) Metil paraben (%) Propil paraben (%) Etanol 70% (%) Aquadest (ml) ad

    1,25 4 10 0,2 0,05 25 100

    1,5 4 10 0,2 0,05 25 100

    1,75 4 10 0,2 0,05 25 100

    2 4 10 0,2 0,05 25 100

    Tabel 2. Formulasi sediaan gel antiinflamasi dengan variasi konsentrasi ekstrak daun sukun

    Bahan Formula

    FD FD1 FD2 FD3 FD4 Aqupec HV-505 (%) Triethanolamin (%)

    Gliserin (%) Metil paraben (%) Propil paraben (%) Etanol 70% (%) Ekstrak daun sukun(%)

    Aquadest (ml) ad

    x 4 10 0,2 0,05 25 0

    100

    x 4 10 0,2 0,05 25 5

    100

    x 4 10 0,2 0,05 25 10 100

    x 4 10 0,2 0,05 25 15 100

    X 4 10 0,2 0,05 25 20 100

    Pengujian Farmakologi Sediaan Gel Ekstrak Daun Sukun

    Pembuatan suspensi karagenan 1%: Ditimbang 100 mg -karagenan untuk 1 ml NaCl 0,9 %. Kemudian -karagenan dimasukkan ke dalam mortir dan digerus sambil ditambahkan NaCl 0,9 % sedikit demi sedikit hingga diperoleh suspensi yang homogen. Susupensi didiamkan di dalam lemari pendingin selama 24 jam agar mengembang sempurna.

    Pembuatan larutan anastesi (luminal) dosis 80 mg/kg bb: Ditimbang 160 mg luminal untuk 1 ml suspensi dan zat pensuspensi pulvis gummi acaciae (PGA) sebanyak 200 mg. Luminal dimasukan ke dalam mortir, digerus dengan PGA sampai homogen. Tambahkan air suling sedikit demi

    sedikit sambil digerus hingga terbentuk suspensi yang homogen.

    Pengujian efektivitas antiinflamasi gel ekstrak daun sukun: Tahap-tahap yang dilakukan untuk menguji aktivitas antiinflamasi adalah sebagai berikut: a) Tikus dipuasakan selama + 18 jam

    sebelum pengujian, air minum tetap diberikan.

    b) Pada hari pengujian tikus dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, lalu setiap kelompok ditimbang bobotnya dan volume kakinya diukur dan dinyatakan sebagai volume awal (Vo).

    c) Semua tikus diberi anestesi luminal secara intra peritonial dengan dosis 80 mg/kg bb.

    d) Satu jam kemudian, kaki kiri semua tikus disuntik 0,05 ml suspensi

  • Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi

    (Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)

    203

    -karagenan-NaCl 1% secara subkutan .

    e) Satu jam setelah penyuntikan suspensi karagenan, setiap kelompok diberi perlakuan secara topikal sebagai berikut: - Kelompok kontrol negatif (-) diberi

    sediaan gel tanpa ekstrak daun sukun.

    - Empat kelompok uji masing- masing diberi sediaan gel dengan ekstrak daun sukun dengan konsentrasi 4%, 8%, 12%, dan 16%.

    f) 15 menit setelah pemberian gel antiinflamasi, volume kaki kiri semua tikus diukur dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam alat pletismometer dan dinyatakan sebagai Vt. Pengukuran dilakukan selama 3 jam.

    g) Persentase radang untuk masing-masing tikus dihitung.

    % radang = Vt Vo x 100 % Vo

    h) Persentase inhibisi radang untuk masing-masing tikus dihitung.

    Pengujian Stabilitas Sediaan

    Pengujian secara Organoleptik: Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan dengan ekstrak daun sukun dan sediaan standar selama waktu penyimpanan, yang dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, dan selanjutnya setiap minggu hingga 56 hari penyimpanan. Pengujian Konsistensi dan bleeding: Dilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat apakah terjadi pemisahan atau bleeding antara bahan pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air.

    Pengujian pH: Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam sediaan gel dengan ekstrak daun sukun dan sediaan

    standar, dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, dan selanjutnya setiap minggu hingga hari 56 penyimpanan.

    Pengujian Viskositas: Sediaan dengan ekstrak daun sukun dan sediaan standar diukur viskositasnya dengan menggunakan viskotester. Pengukuran dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, dan selanjutnya setiap minggu hingga 56 hari penyimpanan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi

    Dari 1 kg serbuk daun sukun diperoleh ekstrak kental sebanyak 80,25 g. Ekstrak berwarna hijau pekat dengan bau khas daun sukun, dan diperoleh rendemen sebesar 12,46%.

    Hasil Skrining Fitokimia

    Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) mengandung senyawa metabolit sekunder golongan Flavonoid, polifenol, kuinon, steroid, saponin, monoterpen dan seskuiterpen. Hasil Pengamatan Basis Gel Secara Organoleptis

    Dari data pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa semua formula (FA FD) stabil selama penyimpanan. Karena tidak mengalami perubahan tekstur, bentuk (konsistensi), warna dan bau. Sehingga dapat disimpulkan semua basis gel bersifat stabil.

    Kemudian dilakukan pengujian lebih lanjut dengan cara menambahkan ekstrak daun sukun dengan konsentrasi terbesar yaitu 20% terhadap semua basis gel. Dengan analogi semakin besar ekstrak daun sukun yang ditambahkan akan semakin besar pula kemungkinan gel tidak stabil, maka dapat dibuat suatu asumsi mengenai uji stabilitas diatas bahwa gel antiinflamasi dengan konsentrasi lebih kecil akan stabil selama penyimpanan.

  • Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 199-209

    204

    Hasil Pengamatan Basis Gel dengan Ekstrak Daun Sukun 20% Secara Organoleptis

    Dari data pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa formula D (FD) stabil selama penyimpanan. Karena tidak mengalami perubahan tekstur, bentuk (konsistensi), warna dan bau. Sedangkan formula A (FA), Formula B (FB), dan Formula C (FC) tidak stabil, karena mengalami perubahan bentuk fisik (warna) selama 28 hari penyimpanan.

    Berdasarkan parameter-parameter diatas, maka basis yang paling baik dan paling stabil untuk sediaan gel antiinflamasi dengan ekstrak daun sukun adalah Aqupec HV-505 dengan konsentrasi 2% (FD).

    Hasil Pengujian Efektivitas Antiinflamasi dalam Sediaan Gel Ekstrak Daun Sukun

    Pada tabel 5 dan gambar 1, secara umum masing-masing formula memiliki persentase radang yang tidak jauh berbeda, hal ini terlihat dari bentuk kurva yang saling berhimpit antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok uji. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak daun sukun memiliki aktivitas inhibisi radang yang kecil dan hanya terjadi pada waktu yang relatif singkat. Kecilnya aktivitas antiinflamasi sediaan disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya absorpsi yang terjadi melalui kulit sangat kecil.

    Persentase radang terkecil terjadi pada kelompok Formula D4 (FD4) yaitu sebesar 57,70%, selanjutnya untuk formula D3 (FD3), formula D2 (FD2), dan formula D1 (FD1) berturut-turut sebesar 57,94%, 59,51%, dan 60,14%. Kelompok kontrol negatif (-) memberikan nilai persentase radang sebesar 62,02%.

    Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pertambahan konsentrasi ekstrak daun

    sukun pada formula mengakibatkan kenaikan inhibisi radang. Formula D1 (FD1) mempunyai persentase inhibisi radang sebesar 3,03 %, pada formula D2 (FD2) persentase inhibisi radang naik menjadi 4,04 %, pada formula D3 (FD3) persentase inhibisi radang naik menjadi 6,57 %, dan pada formula D4 (FD4) persentase inhibisi radang naik menjadi 6,96 %. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun sukun maka semakin besar pula efek antiinflamasi yang ditimbulkan. Hasil Pengujian Stabilitas Sediaan Gel Antiinflamasi dengan Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Sukun

    Hasil pengamatan organoleptis terhadap sediaan gel dapat dilihat pada tabel 6. Dari data pada tabel 6 dapat disimpulkan bahwa semua formula (FD dan FD1 FD4) stabil selama penyimpanan, karena tidak mengalami perubahan tekstur, bentuk (konsistensi), dan warna. Namun formula mengalami perubahan bau, tapi perubahan bau ini tidak menyebabkan perubahan bentuk fisik gel.

    Hasil Pengukuran pH

    Secara keseluruhan hasil dari pengukuran pH menunjukkan bahwa masing-masing formula gel mengalami penurunan nilai pH selama masa penyimpanan. Setelah dilakukan perhitungan secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kestabilan pH selama masa penyimpanan. Perbedaan konsentrasi ekstrak daun sukun diduga sebagai penyebab terjadinya perbedaan nilai pH gel yang nyata selama waktu penyimpanan, bertambahnya konsentrasi ekstrak daun sukun dalam basis gel menyebabkan penurunan pH yang cukup signifikan.

  • Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi

    (Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)

    205

    Tabel 3. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Sediaan Basis Gel SelamaPenyimpanan

    Hari ke-

    Tekstur Konsistensi Warna Bau

    FA FB FC FD FA FB FC FD FA FB FC FD FA FB FC FD 1 3 7 14 21 28

    Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    B B B B B B

    B B B B B B

    B B B B B B

    B B B B B B

    E E E- E- E-- E--

    E E E- E- E-- E--

    E E E- E- E-- E--

    E E E- E- E-- E--

    Keterangan: FA : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 1,25% FB : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 1,5% FC : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 1,75% FD : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 2% Th : Tekstur Halus H: Homogen GK : Gel kental B: Bening E : Etanol E: Etanol berkurang

    Tabel 4. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Sediaan Basis Gel

    dengan Ekstrak Daun Sukun 20% Selama Penyimpanan

    Hari Ke-

    Tekstur Konsistensi Warna Bau

    FA FB FC FD FA FB FC FD FA FB FC FD FA FB FC FD 1 3 7 14 21 28

    Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th

    GC/H GC/H GC/H GC/H GC/H GC/H

    GC/H GC/H GC/H GC/H GC/H GC/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    HC HC HC HC HT HT

    HC HC HC HC HT HT

    HC HC HC HC HC HT

    HC HC HC HC HC HC

    E E E- E- E- KH

    E E E- E- E- KH

    E E E- E- E- KH

    E E E- E- E- KH

    Keterangan: FA : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 1,25% FB : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 1,5% FC : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 1,75% FD : Formulasi basis gel konsentrasi Aqupec HV-505 2% Th : Tekstur Halus H : Homogen GK : Gel kental HC : Hijau kecoklatan HT : Hitam E : Etanol E- : Etanol berkurang

    Hal ini disebabkan karena ekstrak daun sukun dengan pelarut etanol memiliki pH yang sedikit asam yaitu 5,5. Selain itu penurunan nilai pH juga terjadi pada formula blangko sehingga diduga dari basis gel sendiri mengalami penguraian bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya oleh

    pengaruh cahaya, udara, mikroorganisme, dan sebagainya. Walaupun demikian nilai pH yang diperoleh, yaitu antara 7,47 5,87, masih bisa dikatakan baik dan aman untuk digunakan karena masih berada dalam rentang persyaratan pH gel untuk kulit yaitu berkisar antara 6,0 - 8,0.

  • Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 199-209

    206

    Tabel 5. Persentase Rata-Rata Radang Telapak Kaki Tikus

    Formula Waktu Pengamatan ( selang 15 menit)

    T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12

    Kontrol Negatif

    17,56 32,70 44,75 55,47 54,50 60,50 71,53 77,84 76,96 84,68 81,50 83,48

    Formula D1

    17,59 27,48 37,17 47,74 48,81 53,06 63,07 83,43 83,89 87,99 87,79 85,64

    Formula D2

    15,90 27,14 38,52 44,38 49,76 50,95 64,05 79,62 82,95 86,52 84,86 89,43

    Formula D3

    15,96 27,07 37,56 47,25 48,48 51,78 62,97 73,34 80,36 83,53 86,00 80,97

    Formula D4

    16,88 23,01 36,39 47,77 46,66 51,91 65,86 73,82 79,71 80,82 82,98 86,55

    PERSENTASE PERADANGAN

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    WAKTU (selang 15 menit)

    VOLUME KAKI Kontrol (-)

    Formula D1

    Formula D2

    Formula D3

    Formula D4

    Gambar 1. Kurva Waktu Terhadap Persentase Radang

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Rata-rata

    total % inhibisi

    FD1 FD2 FD3 FD4

    FORMULA

    PERSENTASE INHIBISI RADANG

    FD1 = Formula D1

    FD2 = Formula D2

    FD3 = Formula D3

    FD4 = Formula D4

    3,03

    4,04

    6,57 6,96

    Gambar 2. Persentase inhibisi radang

    Hasil Pengukuran Viskositas

    Hasil pengukuran viskositas dari sediaan gel antiinflamasi dengan ekstrak daun sukun selama 56 hari penyimpanan dapat dilihat pada tabel 7. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa secara umum nilai viskositas sediaan mengalami penurunan selama masa penyimpanan tetapi cenderung stabil. Setelah dilakukan perhitungan secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kestabilan viskositas selama masa penyimpanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai viskositas sediaan dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun sukun mengalami perubahan selama masa penyimpanan. Perubahan nilai viskositas pada sediaan diduga karena

    adanya pengaruh dari penambahan ekstrak daun sukun. Sebab lain yaitu kelembapan udara diruang penyimpanan dan kemasan yang kurang kedap, yang dapat menyebabkan gel menyerap air dari luar, sehingga menambah volume air dari formula. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan nilai viskositas dari sediaan.

    Hasil Uji Keamanan

    Hasil uji keamanan dari sediaan gel antiinflamasi dengan ekstrak daun sukun selama 56 hari penyimpanan dapat dilihat pada tabel 8. Dari tabel 8 tersebut tampak bahwa 10 orang sukarelawan yang diberi sediaan gel antiinflamasi tidak mengalami iritasi.

  • Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi

    (Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)

    207

    Tabel 6. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Sediaan Gel dengan Variasi konsentrasi Ekstrak Daun Sukun Selama Penyimpanan

    Hari ke-

    Tekstur Konsistensi Warna Bau

    FD1 FD2 FD3 FD4 FD1 FD2 FD3 FD4 FD1 FD2 FD3 FD4 FD1 FD2 FD3 FD4 1 3 7 14 21 28 35 42 49 56

    Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th

    Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H GK/H

    HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM

    H H H H H H H H H H

    HT HT HT HT HT HT HT HT HT HT

    HC HC HC HC HC HC HC HC HC HC

    E E E- E- E-- KH KH KH KH KH

    E E E- E- E-- KH KH KH KH KH

    E E E- E- E-- KH KH KH KH KH

    E E E- E- E-- KH KH KH KH KH

    Keterangan: FD1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 5% FD2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 10% FD3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 15% FD4 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 20% Th : Tekstur Halus GK : Gel kental H : Homogen B : Bening HM : Hijau Muda H : Hijau HT : Hijau Tua HC : Hijau Coklat E : Etanol E- : Etanol berkurang KH : Khas

    Tabel 7. Viskositas Gel Antiinflamasi dengan Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun

    Formu la

    Perlakuan ( hari penyimpanan)

    1 3 7 14 21 28 35 41 49 56

    FD 350 350 350

    350 350 350

    335 340 345

    350 345 345

    340 340 340

    340 335 335

    340 340 330

    330 340 330

    330 330 330

    335 335 340

    FD1 370 375 375

    370 370 375

    375 375 375

    370 365 375

    355 360 350

    355 360 360

    360 360 360

    355 350 355

    360 355 355

    350 350 355

    FD2 365 360 360

    365 365 360

    345 355 345

    340 340 345

    345 350 345

    345 345 350

    345 345 345

    340 345 340

    340 340 345

    340 335 340

    FD3 360 350 350

    350 350 355

    350 350 350

    340 340 335

    340 340 340

    345 340 340

    340 335 335

    335 330 345

    335 335 335

    335 330 335

    FD4 365 370 370

    365 365 365

    355 360 365

    365 360 360

    365 370 365

    365 365 365

    360 355 360

    350 360 355

    350 355 350

    345 345 345

    Keterangan: FD : Formulasi gel tanpa ekstrak daun sukun FD1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 5% FD2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 10% FD3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 15% FD4 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun 20%

  • Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 199-209

    208

    Tabel 8. Hasil Ujian Keamanan Gel antiinflamasi dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Sukun Terbesar (9 %) Selama Penyimpanan

    Sukarelawan ke

    FD FD4

    Reaksi pada kulit setelah hari ke

    1 2 3 56 1 2 3 56

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    - - - - - - - - - -

    Keterangan : FD : Formulasi gel tanpa ekstrak daun sukun FD4 : Formulasi gel dengan ekstrak daun sukun terbesar (20 %) - : tidak terjadi iritasi + : timbul panas ++ : timbul eritema +++ : timbul gatal-gatal ++++ : timbul perih

    Hal ini terjadi baik pada sukarelawan yang diberi sediaan gel tanpa ekstrak daun sukun ( FD ) maupun gel dengan ekstrak daun sukun terbesar yaitu 20% ( FD4 ). Gejala iritasi yang diamati meliputi rasa panas, eritema, gatal-gatal, ataupun perih. Dengan analogi semakin besar zat aktif/ekstrak daun sukun yang ditambahkan akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya iritasi, maka dapat dibuat suatu asumsi mengenai uji keamanan diatas bahwa gel antiinflamasi dengan konsentrasi lebih kecil aman untuk digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gel antiinflamasi dengan ekstrak daun sukun 5 %, 10 %, 15 %, dan 20 % aman untuk digunakan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil pengujian aktivitas antiinflamasi sediaan gel ekstrak daun sukun dapat disimpulkan bahwa

    sediaan gel dengan ekstrak daun sukun 20% memiliki aktivitas antiinflamasi yang paling baik dengan persentase inhibisi radang sebesar 6,98 %. Sedangkan untuk konsentrasi 5 %, 10 %, dan 15 % berturut-turut memiliki persentase inhibisi radang 3,03 %, 4,04 %, dan 6,57 %. Hasil uji Newmn-Keuls disimpulkan pula bahwa sediaan gel ekstrak daun sukun konsentrasi 15 % dan 20 % memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kontrol negatif. Hasil evaluasi sediaan antiinflamasi menunjukkan semua formula mengalami perubahan viskositas dan pH selama penyimpanan. Namun secara organoleptis tidak tejadi perubahan kestabilan fisik.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sediaan gel antiinflamasi yang mengandung ekstrak daun sukun merupakan sediaan yang memiliki aktivitas antiinflamasi, relatif stabil serta aman untuk digunakan.

  • Formulasi ekstrak daun sukun dengan basis gel sebagai antiinflamasi

    (Marline Abdassah, Sri A. Sumiwi, Jemmy Hendrayana)

    209

    Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara isolasi yang lebih baik sehingga diperoleh ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) dengan rendemen yang lebih besar, dan fraksinasi dari ekstrak daun sukun terhadap aktivitas antiinflamasi untuk menelusuri senyawa aktif yang berkhasiat antiinflamasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas antiinflamasi. Untuk meningkatkan penampilan fisik perlu dipikirkan penambahan pewarna dan pewangi yang sesuai, serta cara pengemasan dan penyimpanan yang baik untuk mengurangi efek oksidasi yang dapat menurunkan aktivitas antiinflamasi ekstrak daun sukun.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Verheij EWM, Coronel RE. Plant Resources of South-East Asia. Third Edition. Bogor: Prosea; 1999.

    2. Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya; 1987. hal. 669.

    3. Wei L. Antiinflammatory Flavonoids from Artocarpus heterophyllus and Artocarpus communis. In: Journal of Agricultural and Food Chemistry (American Chemistry Society) 2005; 53(10): 3867-3871.

    4. Paren P. Pengontrolan Infeksi. http://elearning.unej.ac.id/courses/IKU13236c49/ document/2003, diakses pada tanggal 13 Agustus 2007.

    5. Kelompok Kerja Phytomedica. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Yayasan Phytomedica; 1993.

    6. Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (diterjemahkan oleh Farida Ibrahim). Edisi keempat. UI Press: Jakarta; 1989. hal. 390-395.

    7. Carter S. Dispensing For Farmaceutical Student. 12

    th edition. Pitman Medical

    Publishing Co: London; 1975. hal.10-110.