gejolak timur tengah dalam prespektif penguasaan sumber energy
DESCRIPTION
Gejolak Timur Tengah Dalam Prespektif Penguasaan Sumber EnergyTRANSCRIPT
BAB I
PENELAHAAN REFERENSI – BERITA
Memahami Neokonservatif Amerika Serikat
Perspektif Neokonservatif adalah sebuah perspektif yang sangat
menggambarkan Amerika Serikat. Perspektif ini mendorong Amerika untuk
menjadi Negara Hegemon, layaknya Amerika Serikat dewasa ini. Dalang dibalik
mencuatnya gerakan neokonservatif adalah Irving Kristol, seorang Yahudi
berprofesi jurnalis yang mengutarakan idenya lewat artikel berjudulConfessions of
a True, Self-Confessed ‘Neoconservative’, meskipun istilah neokonservatif
digunakan Michael Harrington dahulu (Mubah 2007, 8). Tak lama setelah
kemunculannya tahun 1965 dengan berbagai majalah terbitannya pribadi, Kristol
pun mendapat julukan The Godfather of Neoconservative karena pemikiran yang
dituangkan dalam artikelnya menjadi gerakan baru untuk menentukan kebijakan
dalam maupun luar negeri Amerika Serikat. Tidak hanya Kristol, Jeane
Kirkpatrick, Norman Podhoretz, Rostow, hingga Dick Cheney selaku wakil
presiden Amerika Serikat selama masa jabatan Bush Junior menjadi presiden tahun
2001-2009, adalah orang Yahudi yang kental ikatan kekerabatannya sehingga
dapat masuk ke lini pemerintahan Gedung Putih. Perspektif Neokonservatif
mendorong Amerika menjadi Negara hegemon, Negara yang berkuasa di sistem
dunia global. Perspektif ini akan membawa berbagai macam dampak, salah
satunya adalah dengan mulai bermunculannya kasus-kasus yang dilatarbelakangi
oleh tindakan-tindakan dan keputusan Amerika Serikat, yang didasari oleh nilai-
nilai yang diusung perspektif Neokonservatif.
Perspektif Neokonservatif dituding sebagai pihak utama pendorong
agresivitas Amerika Serikat di dunia global. Salah satu kasus terkenal
pengaplikasian perspektif Neokonservatif adalah penyerangan Amerika serikat
terhadap Negara Irak. Alasan Amerika Serikat menyerang Irak pada tahun 2003,
jelas sekali bahwa dorongan kepentingan nasional, sebagaimana yang
dipersepsikan golongan yang sedang berkuasa, yaitu kaum neokonservatif yang
menjadi pemicu penyerangan. Golongan neokons sangat mendambakan mutlaknya
kekuasaan AS atas dunia, sedangkan kekuasaan mutlak atas dunia tidak dapat lepas
dari penguasaan sumber energi utama. Sumber energi utama ini merupakan minyak
dan gas bumi dan masih akan tetap demikian sampai sekurang-kurangnya
pertengahan abad-21. Barang siapa menguasai produksi dan suplai bahan energi
akan menguasai umat manusia. Sehigga sangat masuk akal kaum neokons yang
mendambakan kekuasaan mutlak atas dunia menganggap perlu menguasai minyak
dan gas bumi seluas-luasnya (Suryohadiprojo 2005). Selain itu, penghadangan
Amerika terhadap Iran dengan klaim bahwa Iran telah mengembangkan nuklirnya
disinyalir merupakan kambing hitam atas kekhawatiran ladang minyak yang
dimiliki Iran, di mana terlihat Iran, Rusia, dan China bekerja sama dengan sangat
mesra. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mencegah atau memperlambat
kebangkitan China sebagai kekuatan militer dan ekonomi dengan mengendalikan
akses independen energi China. China memiliki investasi yang signifikan di Iran
sehingga persentasi terbesar impor minyak China berasal dari Iran.
Kekhawatiran AS terhadap kebangkitan China ini pun dipertegas oleh
Dewan Intelijen Nasional sebuah lembaga pemerintah yang mengulas strategi
jangka pendek dan jangka panjang bagi komunitas intelijen AS, melalui laporan
setebal 140 halaman dengan judul “Tren Global pada Tahun 2030”menyatakan
bahwa penurunan relatif dari hegemoni AS merupakan suatu yang tak terelakkan,
namun menambahkan peran masa depan dalam sistem internasional adalah jauh
lebih sulit. Laporan tersebut menambahkan bahwa China akan menjadi negara
dengan perekonomian terbesar melampaui AS beberapa tahun sebelum 2030. Era
unipolar disebut-sebut telah usai dan Pax-Americana-era kekuasaan pada tahun
1945 dengan cepat akan meredup. Kendatipun demikian, mereka optimis, bahwa
AS kemungkinan akan tetap menjadi pertama di antara kekuatan-kekuatan yang
setara. Penelitian ini sangat menarik karena secara penuh menolak Proyek Abad
Baru Amerika, sebuah cetak biru neokonservatisme untuk hegemoni jangka
panjang AS. Proyek Abad Baru Amerika ini juga menyerukan Paman Sam untuk
membangun dominasi global yang tak tertandingi dan melakukan apapun yang
diperlukan dalam mencegah bangsa lain melawan dominasi mereka. Ini juga
merupakan filosofi yang mendasari kebijakan domestik dan luar negeri
pemerintahan Bush-Cheney.
BAB II
HASIL BACAAN
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Menurut pendapat saya Amerika Serikat sebagai Negara hegemoni
akan semakin kuat suatu negara memperluas hegemoninya di dunia, maka semakin
cepat pula keruntuhan negara tersebut. Lihat saja keruntuhan Era kerajaan romawi
yang mengekspansi besar-besaran ke seluruh dunia namun pada akhirnya ia hanya
menjadi bagian dalam sejarah karena runtuh dengan sendirinya.
Keinginan golongan neokons sangat mendambakan mutlaknya kekuasaan
AS atas dunia, sedangkan kekuasaan mutlak atas dunia tidak dapat lepas dari
penguasaan sumber energi utama. Contohnya saja sistem pengisian bahan bakar di
udara bukan hanya di AS kok! sudah sangat banyak negara memiliki pesawat
tanker sebagai moda pengisian bahan bakar. bahkan TNI AU pun punya berupa
pesawat KC-130 yaitu pesawat hercules versi tanker. namun memang punya
amerika itu merupakan sistem paling maju dan paling banyak armada tankernya.
hanya saja mereke pintar menempatkan sistem pengisian di udara itu pada
pesawat2 strategisnya, seperti pada air force one, strategic bomber macem B-2 dan
B-1, serta pesawat2 transport strategis agar bisa mencapai seluruh belahan dunia
tanpa henti.
Menguasai ladang minyak berarti pula sama halnya menguasai sebuah
Negara. Karena minyak merupakan sumbangan terbesar bagi anggaran pendapatan
Negara. Menguasai sumber minyak sama juga menguasai Negara. Tanpa minyak
dan gas alam ekonomi akan runtuh. Untuk saat ini, minyak: energi yang berasal
dari endapan fosil-fosil jutaan tahun lamanya masih menjadi daya pikat rebutan
bagi seluruh Negara di dunia.
REFERENSI
http://triscamiaa-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-82522 Sistem%20Politik
%20Amerika%20Serikat-Memahami%20Neokonservatif%20Amerika
%20Serikat.html
TUGAS TEKNOLOGI MANEJEMEN KEWIRAUSAHAAN
Gejolak Timur Tengah dalam prespektif penguasaan sumber energy
Disusun oleh :
M. HAIKAL 270110120080
Geologi A
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2013
BAB I
PENELAHAAN REFERENSI – BERITA
Chevron:neo-kolonialis
Masa kontrak Blok Siak yang dikelola PT Chevron Pasifik Indonesia (CPI)
akan berakhir 27 November 2013. Produksinya saat ini berkisar antara 1.600-2.000
barel per hari. Berakhirnya kontrak Blok Siak merupakan angin segar, peluang
untuk perusahaan pengelola minyak milik Negara dan daerah. Betapa tidak,
menguasai ladang minyak berarti pula sama halnya menguasai sebuah Negara.
Karena minyak merupakan sumbangan terbesar bagi anggaran pendapatan Negara.
Menguasai sumber minyak sama juga menguasai Negara. Tanpa minyak dan gas
alam ekonomi akan runtuh. Untuk saat ini, minyak: energi yang berasal dari
endapan fosil-fosil jutaan tahun lamanya masih menjadi daya pikat rebutan bagi
seluruh Negara di dunia. Salah satunya Negara adidaya: Amerika.
Riau, salah satu Provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi cadangan
minyak terbesar di Asia Tenggara. Pertanyaanya, Negara mana yang tidak
berminat mencicipi minyak Riau? Apalagi, Duri salah satu wilayah Provinsi Riau
merupakan penghasil minyak dengan kualitas minyak tebaik dunia (Duri crude). Di
bawah nama besar Chevron, pada bulan November 2006, ladang minyak Duri,
telah mencapai rekor produksi 2 Miliar barrel sejak pertama kali dipompa pada
tahun 1958 (dalam buku, Duri: tanah air baru Amerika).
Bahwa kekayaan sumber daya alam salah satunya sektor migas. Merupakan
kekayaan alam yang harus dinikmati oleh rakyat secara keseluruhan.
Beroperasinya korporasi asing PT CPI di Provinsi Riau selama 88 tahun tidak
memberikan efek positif bagi kesejahteraan masyarakat Riau. Justru, masih banyak
terdapat masyarakat dengan tingkat garis kemiskinan yang semakin meningkat.
Kontribusi untuk pembangunan daerah masih tergolong minim. Ironisnya lagi,
terdapat 4.085 bangunan kelas rusak berat dan 2.830 anak usia SMP putus sekolah
(Data Dinas Pendidikan Provinsi Riau tahun 2012). Hal ini patut dipertanyakan
dimana komitmen perusahaan dalam andilnya memberikan sumbangsih bagi
pembangunan daerah?
Dapat dibayangkan bila produksi minyak mentah Duri mencapai 200.000
barrel per hari, dengan harga minyak mentah di pasaran dunia mencapai 100 dollar
AS per barrel, dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS maka dari perut bumi
Mandau mengucur 180 Miliar rupiah per hari. Data dari sumber (in the record)
yang penulis wawancara menyebutkan: produksi Blok kilang minyak yang ada di
seluruh Provinsi Riau apabila di rupiahkan hasilnya mencapai 400 Miliar per hari.
Maka apabila di jumlahkan, total pendapatan produksi minyak Riau mencapai 140
triliun per tahun.
Chevron tak ubahnya penjajah baru di negeri Bumi melayu ini. Publik harus
tahu, kemanakah berkah minyak Riau mengalir? Padahal secara komposisi APBN,
Riau telah menyumbangkan 35%. Khusus migas Riau telah menyumbangkan 40%
devisa minyak mentah nasional. Namun, lagi-lagi masyarakat Riau hanya bisa
menjadi penonton di negeri Petrodolar ini. Walaupun selama ini mayoritas
produksi PT CPI merupakan Production Sharing Contract. Dengan mekanisme
pendapatan yang diserahkan ke Negara 88% dan Chevron sendiri mendapatkan
keuntungan 12% dari hasil produksi minyak. Tetapi perlu di kritisi: pembebanan
cost recovery yang dilakukan oleh Chevron juga luput dari pantauan masyarakat
khususnya SKK Migas (dulu BP Migas). Permainan kotor berkaitan dengan cost
recovery adalah pembebanan overhead cost dalam cost recovery, yang dipandang
sebagai penggelembungan biaya karena tidak berhubungan dengan kegiatan
produksi. Misalnya biaya-biaya yang berkenaan dengan perkantoran, jasa dan
administrasi umum, biaya community development, biaya CSR dll. Semua ini
dimasukkan dalam cost recovery yang dilakukan oleh Chevron. Tentu Negara rugi
besar terkait dana siluman ini. Pemerintah melalui SKK Migas harus berani
menyetop cost recovery untuk perusahaan minyak asing. Data yang penulis
dapatkan, berdasarkan temuan BPK 2004-2005: Pelaksanaan Authorization For
Expenditure (AFE) No.oo-2112 untuk proyek Polytechnic Caltex Riau (PCR)
membebani cost recovery sebesar US$6,563.16 ribu. Chevron melakukan mark up
terkait cost recovery.
Atas minyak bawah minyak, itulah sebutan untuk Riau dulu dan kini.
Namun apa boleh buat, perusahaan asing telah lama mencekram di Bumi Melayu
ini. Sehingga wajar apabila keterbelakangan juga kemiskinan masih mengintari
masyarakat Riau. Prof. Mubyarto, Direktur Pusat Penelitian Pembangunan
Pedesaan dan Kawasan (P3PK-UGM), berdasarkan hasil penelitianya di Sumatera.
Menurutnya, kaya minyak bumi dan gas alam belum tentu membuat rakyat
desanya makmur. Buktinya Riau, Aceh, Sumatera Selatan. Ternyata penghasilan
per kapita desa-desa di daerah itu jauh di bawah desa-desa di Yogyakarta dan
Sumatera Barat. Provinsi Riau dengan kekayaan minyak bumi itu memang mampu
memacu pertumbuhan ekonominya melalui kilang minyak, tetapi berkahnya tidak
menetes sampai penduduk pedesaan.
Mengkritisi persoalan migas, pemerintah melalui Pertamina yang
mengekspor minyak mentah ke Negara Singapura perlu dipertanyakan. Lucunya
Pertamina melalui anak perusahaanya Petral juga melakukan impor minyak
mencapai Rp. 275 Triliun (data tahun 2011) untuk memenuhi kebutuhan BBM
dalam negeri. Ada aroma asing yang mencampuri kebijakan ini. Sama halnya
dengan menaikkan harga BBM. Wacana pemerintah SBY yang akan menikkan
harga BBM di akhir kekuasaanya merupakan nuansa kebijakan asing. Hal ini
timbul karena aset migas Indonesia masih dikuasai oleh asing. Sekitar 85% lebih
aset migas dikuasai asing (dalam buku Indonesiaku tergadai). Maka dengan
kondisi bangsa yang carut marut dalam mengelola migas, dengan kondisi
pemerintah SBY yang kurang memperhatikan kesejahteraan bagi rakyatnya,
dengan kondisi terjajahnya wilayah kekayaan sumber daya alam Riau oleh
Amerika. Sebagai solusi pemerintah harus berani mengambil kebijakan yang
serius, nasionalisasi aset migas merupakan jawabanya. Tidak ada yang tidak
mungkin, bangsa kita pasti bisa. Blok Siak harus dikelola Negara.
BAB II
HASIL BACAAN
Berakhirnya kontrak Blok Siak merupakan angin segar, peluang untuk
perusahaan pengelola minyak milik Negara dan daerah. Menguasai sumber minyak
sama juga menguasai Negara. Tanpa minyak dan gas alam ekonomi akan runtuh.
Untuk saat ini, minyak adalah energi yang berasal dari endapan fosil-fosil jutaan
tahun lamanya masih menjadi daya pikat rebutan bagi seluruh Negara di dunia.
Salah satunya Negara adidaya Amerika.
Duri salah satu wilayah Provinsi Riau merupakan penghasil minyak dengan
kualitas minyak tebaik dunia (Duri crude). Beroperasinya korporasi asing PT CPI
di Provinsi Riau selama 88 tahun tidak memberikan efek positif bagi kesejahteraan
masyarakat Riau. Justru, masih banyak terdapat masyarakat dengan tingkat garis
kemiskinan yang semakin meningkat. Kontribusi untuk pembangunan daerah
masih tergolong minim. Namun apa boleh buat, perusahaan asing telah lama
mencekram di Bumi Melayu ini. Sehingga wajar apabila keterbelakangan juga
kemiskinan masih mengintari masyarakat Riau.
Berdasarkan hasil penelitianya di Sumatera. Kaya akan minyak bumi dan
gas alam belum tentu membuat rakyat desanya makmur. Buktinya Riau, Aceh,
Sumatera Selatan. Ternyata penghasilan per kapita desa-desa di daerah itu jauh di
bawah desa-desa di Yogyakarta dan Sumatera Barat. Provinsi Riau dengan
kekayaan minyak bumi itu memang mampu memacu pertumbuhan ekonominya
melalui kilang minyak, tetapi berkahnya tidak menetes sampai penduduk pedesaan.
BBM yang akan naik di akhir tahun pengurusan SBY timbul karena aset
migas Indonesia masih dikuasai oleh asing. Sekitar 85% lebih aset migas dikuasai
asing (dalam buku Indonesiaku tergadai). Walaupun migas di indonesia sejak
merdeka sudah dikuasai oleh perusahaan2 asing sampai hari ini, sedangkan
negara2 berkembang lain, pada awalnya eksplorasi migas memang di kerjakan oleh
asing, akan tetapi kemudian kepemilikannya mereka ambil alih kembali.
UUD45 telah mengamanatkan kekayaan negara “dikuasai” sepenuhnya oleh
negara dan politik migas nasional (dan sda lainnya) bertujuan untuk kepentingan
pertahanan dan politik luar negeri kita. Kalau semua perusahaa sda di indonesia
mayoritas sahamnya dikuasai asing, itu artinya sudah menyalahi konstitusi. Dan
perusahaan negara pertamina tdk akan pernah menjadi pemain bertaraf
internasional, dan jangan lupa sumbangan deviden nya sangatlah besar bagi
pendapatan negara (apbn). Poin pentingnya adalah apabila pertamina ingin
menguasai 85% seluruh kegiatan migas, maka pemerintah (pemilik) akan lebih
gampang mengatur semua permasalahan menyangkut migas dan tdk akan ada
celah intervensi politik kepentingan asing.
Eksplorasi minyak bumi dan gas, butuh biaya besar dan teknologi, serta
resiko besar juga. Tidak semua negara memiliki modal yang cukup serta
mempunyai teknologi. Jadi diadakan kontrak bagi hasil produksi, dimana
Indonesia sebagai tuan tanah yang dulu diwakili oleh Pertamina,kemudian BP
Migas, setelah BP Migas dibubarkan, kita tidak tahu lembaga apa lagi yang
mewakili. Jika eksplorasi berhasil, semua biaya yang dikeluarkan kontraktor akan
di-reimburse dan hasil produksi dibagi berdasarkan PSC yang disetujui, umumnya
85% untuk Indonesia, 15% untuk kontraktor.
Tapi dengan kondisi bangsa yang carut marut dalam mengelola migas,
dengan kondisi pemerintah SBY yang kurang memperhatikan kesejahteraan bagi
rakyatnya, dengan kondisi terjajahnya wilayah kekayaan sumber daya alam Riau
oleh Amerika. Sebagai solusi pemerintah harus berani mengambil kebijakan yang
serius, nasionalisasi aset migas merupakan jawabanya. Tidak ada yang tidak
mungkin, bangsa kita pasti bisa. Blok Siak harus dikelola Negara.
REFERENSI
http://unik.kompasiana.com/2013/05/12/chevronneo-kolonialis-555312.html