gejala serangan hama pada tanaman oleh sang aji wirojati

35
PENGENALAN GEJALA SERANGAN HAMA PADA TANAMAN (Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman) Oleh Sang Aji Wirojati 1314121164 Kelompok 6

Upload: sang-aji-wirojati

Post on 17-Jan-2016

147 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Gejala Serangan Hama Pada tanaman Laporan Pengendalian Hama Tanaman, Universitas Lampung

TRANSCRIPT

Page 1: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

PENGENALAN GEJALA SERANGAN HAMA PADA TANAMAN

(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)

Oleh

Sang Aji Wirojati

1314121164

Kelompok 6

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

Page 2: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara berkembang dengan

mengutamakan sektor pertanian bagi mayoritas masyarakatnya sebagai mata

pencaharian. Artinya, mayoritas penduduk di Indonesia merupakan petani. Hal

tersebut tidak sebanding dengan tersedianya lahan yang diperuntukkan sebagai

lahan pertanian. Hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan

nasibnya sebagai petani di Indonesia. Kenyataan yang telah disebutkan tadi

mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan di sektor pertanian yang

disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan agar bisa

mengatasi problema yang terjadi di mayoritas masyarakat petani Indonesia

(Borror, 1979).

Hama dapat berkembang menjadikan tanaman yang kita tanaman sebagai

inangnya. Oleh karena itu, harus dilakukan pengendalian terhadap hama yang

menyerang tanaman. Langkah pertama yang dilakukan untuk mengendalikan

hama yaitu kita terlebih dahulu harus mengenal hama yang menyerang tanaman

kemudian mencari cara untuk mengendalikannya. Hal itu perlu dilakukan agar

pada periode tanaman berikutnya hama tersebut tidak lagi menyerang dan

setidaknya mengurangi intensitas serangan hama yang sama. Hama adalah

organisme yang dianggapmerugikan dan kehadirannya tidak diinginkan pada

tanaman. Penggunaan kata hama dalam arti secara makna sebenarnya bisa

digunakan untuk semua organisme yang mengganggu tanaman, tetapi penggunaan

kata hama dalam praktek di lapangan hanya dikhususkan untuk hewan saja. Suatu

Page 3: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem

alami atau menjadi agen penyebaran dalam habitat manusia (Jumar, 1997).

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui berbagai jenis hama penting pada tanaman yang diserang

2. Mengetahui ciri-ciri hama penting pada tanaman yang diserang

3. Mengetahui gejala, bioekologi, dan cara pengendalian hama pada tanaman

inang

Page 4: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

II. METODOLOGI

II.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas A4 dan pulpen.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah bagian tubuh tanaman yang terserang

hama

II.2 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai disiapkan alat dan bahan

yang akan digunakan, dilakukan pengamatan pada masing-masing spesimen tubuh

tanaman yang terserang hama, digambar tiap-tiap spesimen pada kertas A4 dan

didengarkan penjelasan dari asisten dosen tentang hama yang menyerang

spesimen dan dicatat poin-poin penting pada kertas A4 yang digunakan untuk

gambar yang nantinya akan digunakan sebagai lampiran ACC

Page 5: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut ini :

No Gambar Keterangan

1 a. Nama Tanaman : Padi (Oryza

sativa)

b. Hama Penggulung daun padi

Cnaphalocrosis medinalis

(Hama putih palsu)

c. Gejala: Menyerang jaringan

epidermis dan daun menjadi

berwarna putih

2 a. Nama Tanaman : Pisang

(Musa paradisiaca)

b. Hama penggulung daun

pisang (Erionota thrax)

c. Gejala:Daun menjadi

menggulung

Page 6: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

3 a. Nama Tanaman : Kopi

(Coffea Arabica )

b. (Hama penggerek buah kopi

(PBKO) (Hipotenemus

hampaii)

c. Gejala: Terdapat bintik hitam

dari ujung bawah dan buah

menjadi kropos bahkan busuk

4 a. Nama tanaman : Kubis

(Brassica oleracea)

b. Hama : Riptortus linearis

c. Gejala : Daun kropos dan

hanya tersisa tulang daun

5 a. Nama tanaman : Mangga

(Mangifera Indica)

b. Hama: Lalat puru

(Cecidochares connexa)

c. Gejala : Terdapat bisul pada

daun

6 a. Nama tanaman: Daun

Angsana (Pterocarpus

indicus)

b. Hama : Penggorok Daun

(Liriomyza huidobrensis)

c. Gejala : Daun menjadi bercak

cokelat dan menyerang

jaringan epidermis

Page 7: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

7 a. Nama tanaman : Pepaya

b. Hama: Kutu Paracoccus

c. Gejala: Daun dipenuhi

benang-benang berwarna

putih yang disebut kutu

8 a. Nama tanaman: Cabai Jawa

b. Hama : Thrips

c. Gejala: Daun menjadi keriting

9 a. Nama Tanaman : Kacang

Panjang (Vigna sinensis)

b. Hama: Riptortus Linearis

c. Gejala : Terdapat bintik-bintik

bekas hama menghisap

polong kacang panjang

III.2 Pembahasan

a. Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis)

Kingdom : Animalia

Filum : Animalia

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Crambidae

Genus : Cnaphalocrocis

Spesies : C. Medinalis

Page 8: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Cnaphalocrosis medinalis mempunyai bioekologi antara lain, serangga dewasa

(ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap. Panjang rentang sayap

13–15 mm sedangkan panjang badan 10–12 mm. Aktif pada malam hari dan

tertarik pada sinar lampu. Ngengat meletakkan telur secara berkelompok

sepanjang tulang daun, terdiri 10–12 butir per kelompok. Satu ekor ngengat dapat

menghasilkan telur sampai 300 butir. Lama periode telur 4–6 hari. Larva yang

baru menetas berwarna putih kehijauan dengan panjang 1,5–2 mm dan lebar 0,2–

0,3 mm. Lama periode larva sekitar 15–16 hari, selama stadia larva terjadi lima

kali pergantian kulit sebelum menjadi pupa. Panjang larva instar ke enam 20–25

mm dengan lebar 1,5–2 mm. Pupa terdapat didalam gulungan daun padi yang

dilipat oleh larva. Lama periode pupa 4–8 hari (Nurzaizi,1986)

Tanamana inang hama ini adalah: jagung, sorgum, tebu, dan beberapa gulma dari

golongan rumput-rumputan, antara lain: Paspalum spp., Rotboillia spp., Imperata

spp., Echinocloa colonum, Eleusine spp., Leersia spp., Panicum spp., Pennisetum

spp., Isocline spp., Brachimeria spp dan satu gulma dari golongan berdaun lebar

Stylosanthus (Jumar, 1997).

Pengendalian dapat dilakukan dengan: a) Kultur teknik, yaitu tanam serempak,

perbedaan waktu tanam tidak lebih dari satu bulan. Padi yang lebih dahulu

ditanam, satu bulan lebih awal, sering terserang hama putih palsu lebih parah.

Pemupukan N yang tinggi meningkatkan serangan hama putih palsu. b)

Pengendalian secara hayati memanfaatkan banyaknya musuh alami yang

menyerang hama ini dan cukup berhasil menekan populasi hama putih palsu. c)

Pengendalian secara kimiawi, aplikasi insektisida dilakukan saat tanaman berumur

30–40 hari setelah tanam . Penggunaan insektisida secara terus-menerus akan

menyebabkan larva Cnaphalocrosis menjadi resisten. Pengujian yang telah

dilakukan di Tamil Nadu, India, larva Cnahalocrosis menjadi resisten pada LD50

terhadap insektisida monocrotophos 0,35 μg, quinalphos 0,50 μg, chlorpyriphos

1,0 μg and phosphamidon 5,5 μg. Pengendalian dengan pemakaian insektisida

Page 9: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

kurang dianjurkan kecuali jika serangan hama putih palsu melebihi 14%

(Nurzaizi,1986)

b. Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Hesperiidae

Genus : Erionota

Spesies : E. Thrax

Hama penggulung daun pisang (Erionota thrax) tergolong ke dalam metamorfosis

sempurna (paurometabola). Larva E. thrax ditemukan di dalam gulungan daun

baik yang berukuran besar maupun kecil. Gulungan yang berisi larva rekatannya

kurang kencang dan daunnya masih berwarna hijau. Larva yang ditemukan

biasanya masih hidup dan tubuhnya berwarna hijau dan ditutupi tepung berwarna

putih (Gambar a). Larva yang berukuran kecil (< 3 cm) tubuhnya belum ditutupi

oleh tepung berwarna putih. Di lapangan, ditemukan larva yang telah terparasit.

Hal ini dapat diketahui dengan terdapatnya kokon parasitoid di dekat bangkai

larva. Larva yang ditemukan terparasit tersebut berukuran kurang dari 3 cm

(Gambar b). Mortalitas larva biasanya cukup tinggi pada larva yang masih muda

karena permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan gulungan masih terbuka

(Nurzaizi, 1986).

Bioekologi dari serangga ini dimulai dari fase telur yang menetas menetas antara

3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai

memakannya. Setelah menetas larva akan mencari makan. Sebagian larva

mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Jumlah

pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara

Page 10: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika larva mencapai pertumbuhan

maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung

terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva

telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk

pupa. Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di

dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa

pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada

umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya.

(berkamuflase) . Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung

selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya. Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu

akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah

dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah

sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan

menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah

fase dewasa (Nurzaizi, 1986).

Tanaman inang hama ini adalah bambu dan pisang. Cara pengendalian hama ini

menggunakan dua cara yaitu cara mekanis dan cara biologi. Cara mekanis

dilakukan dengan cara daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang

ada di dalamnya dimusnahkan. Cara biologi dilakukan dengan cara pemanfaatan

predator seperti burung gagak dan kutilang, pemanfaatan parasitoid telur

(tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles)

erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhanXanthopimpla gampsara Kr.).

Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp.,

dan Pediobius erionatae ( Jumar, 1997)

c. Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Kingdom :           Animalia

Filum :           Arthropoda

Kelas :           Insecta

Page 11: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Urutan :           Coleoptera

Keluarga :           Curculionidae

Genus :           Hypothenemus

Spesies :           H. hampei ( Ferrari , 1867)

Para larva berwarna putih, dengan kepala coklat dan panjang 0,7-2,2 mm dan

lebar 0,2-0,6 mm. Wanita memiliki tahap larva dua dan laki-laki hanya satu.

Mereka memiliki yang kuat rahang , dan fase larva mereka berlangsung 10 sampai

26 hari. Para kepompong yang kekuningan, dengan panjang 0,5-1,9 mm. Para

orang dewasa adalah kumbang hitam kecil. Betina 1,4-1,8 mm. Laki-laki yang

lebih kecil, 1,2-1,6 mm. Kumbang betina dapat terbang jarak pendek, pria yang

tidak memiliki sayap. Wanita memiliki 4-6 gigi di margin frontal pronotum . H.

hampei bingung kadang-kadang dengan penggerek palsu ( H. obscurus atau H.

seriatus ) dan Xylosandrus (Scolytidae), tetapi spesies ini tidak memasukkan biji

kopi endosperma . Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei ) merupakan

anggota dari ordo coleopteran yang memiliki tipe mulut mandibulata dan

bermetamorfosis sempurna. Kumbang  betina menggerek ke dalam biji kopi dan

bertelur sekitar 30-50 butir.( Jumar, 1997)

Tanaman inang hama ini adalah kopi. Telur menetas menjadi larva yang

menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang)

keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian

sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak

bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup

(Pracaya,1991)

Cara pengendalian hama ini bisa dilakukan denagn tiga cara yaiut dengan cara

mekasnis, kultur teknis, cara biologis, cara hayati dan dengan cara racutan. Cara

mekanis dengan cara membersihkan buah-buah yang jatuh di bawah pohon dan

memanen buah yang sudah terserang untuk meniadakan/memutus siklus hidup

hama.Cara kultur teknis dilakukan dengan menanam pohon pelindung. Cara

Page 12: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

biologis dilakukan dengan penyemprotan jamur Beauvaria bassiana. Cara hayati

dilakukan dengan menggunakan sebagian besar jenis serangga dan semua jenis

laba-laba adalah karena merupakan musuh alami PBKo. Beuvaria bassiana

bersifat patogen terhadap PBKo. Dilakukan pada akhir masa panen. Racutan,

yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Buah kopi yang

terkumpul direndam di dalam air panas selama + 5 menit (Pracaya,2007)

d. Pengorok Daun Kubis (Crocidolomia binotalis)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Pyralidae

Genus : Crocidolomia

Spesies : Crocidolomia binotalis

Bioekologi hama ini dimulai dari telur diletakkan di balik daun dalam dan

berkelompok yang terdiri dari 30-80 butir. Luas tiap kelompok kira-kira 3 x 5

mm. Saat menetas larva memiliki ciri-ciri berwarna hijau, punggungnya ada garis

yang warnanya hijau muda, pada sisi kiri dan kanan warnanya lebih tua dan ada

rambut dari chitine yang warnanya hitam. Bagian sisi perut berwarna kuning. Ada

juga yang warnanya kuning disertai rambut hijau (Jumar 1997)

Panjang ulat ± 18 mm. Setelah menetas ulat segera makan daun dengan lahapnya,

terutama daun bagian dalam yang tertutup oleh daun luar karena mereka takut

sinar matahari. Apabila serangan menghebat ulat akan mencapai titik

tumbuh.Pada fase ulat berkepompong di dalam tanah dengan kokon yang

diselimuti butiran tanah.Saat dewasa ngengat ini termasuk binatang malam tetapi

tak mau mendatangi cahaya. Bertelur di balik daun. Ngengat betina bisa hidup

sampai ± 24 hari dan dapat menghasilkan telur sampai 18 kelompok. Jadi selama

hidupnya ngengat bisa bertelur sampai 1.460 butir (Pracaya,2007)

Page 13: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Gejala serangan hama ini pada stadia yang aktif menyerang adalah stadia larva.

Ulat ini menyerang tanaman keluarga Brassicaceae (Cruciferae), seperti kol, sawi,

lobak, dan radish. Yang diserangnya terutama bagian dalam yang terlindung daun

hingga mencapai titik tumbuh. Kalau serangan ini ditambah lagi dengan serangan

penyakit, tanaman bisa mati karena bagian dalamnya menjadi busuk. Meskipun

dari luar kelihatannya masih baik. Larva memakan daun sehingga berlubang

(lubang-lubang kecil) (Prayogo,2005)

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain Secara biologis, yaitu dengan

menggunakan musuh alami dari hama ini, sepertiTabuhan Trichograma sp. Lalat

sturmiopsis inferens Townsend, Secara kimia, yaitu dengan penggunaan

Insektisida alami, Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di

musnahkan (Jumar 1997)

e. Hama Kepik Coklat (Riptortus linearis)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Alydidae

Genus : Riptortus

Spesies : Riptortus linearis

Ciri khas serangga ini terdapat pada stadia imago, yaitu adanya garis putih

kekuningan pada sepanjang sisi badannya. Imago Riptortus linearis bertubuh

memanjang dan berwarna kuning coklat. Jumlah imago yang hidup sebanyak 50

ekor. Imago memiliki sayap sehingga bisa terbang. Perbedaan antara imago jantan

dan betina dapat terlihat pada bagian abdomen. Pada abdomen betina terdapat

garis segitiga berwarna putih, sedangkan pada jantan hanya ada garis memanjang

berwarna putih. Jika sudah berisi telur, serangga betina memiliki abdomen yang

Page 14: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

membesar dan menggembung pada bagian tengah, sedangkan abdomen jantan

lurus ke belakang. Rata-rata lama stadium imago adalah 29,3 ± 13,75 hari. Lama

perkembangan Riptortus linearis dari telur hingga imago membutuhkan waktu

64,48 hari (Purseglove,1987)

Gejala yang terlihat pada polong tua yang diserang kepik ini menyebabkan biji

keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan

membusuk. Kepik menyerang dengan cara menghisap polong sehingga menjadi

kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur

(Pracaya,2007)

Prinsip pengendalian hama secara terpadu atau PHT merupakan suatu cara

pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi

ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang

berkelanjutan masih menjadi alternative utama dalam pengendalian hama kepik

penghisap polong. Penggunaan pestisida merupakan alternative terakhir yang

apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas ambang kendali yaitu

bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau terdapat sepasang kepik

dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih dari 45 hari setelah

tanam. Adapun komponen pengendalian hama pengisap polong kedelai adalah

dengan cara tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari, pergiliran tanaman

bukan inang, Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan,

menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma, menggunakan

pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali

(Purseglove,1987)

f. Lalat Puru Pada Buah Mangga (Procontarinia matteiana)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Page 15: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Famili : Cecidomyiidae

Genus : Procontarinia

Spesies : Procontarinia matteiana

Gejala serangan hama ini adalah daun menjadi berbisul dan daun menjadi

berwarna coklat, hijau dan kemerahan. dapat dilakukan pencegahan dengan

menjaga kebersihan tanah di bawah tajuk mangga yang merupakan tempat

kepompong lalat Procontarinia matteiana ditemukan (Triharso,1996)

Cara pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan buah dan daun dengan

Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu. Pemberian insektisida

sistemik juga dapat dilakukan seperti FURADAN 3G, Curater 3G, dan Temik 10

G, di berikan di sekitar perakaran tanaman. Baik FURADAN 3G, Curater 3G,

maupun Temik 10 G adalah insektisida yang bersifat sistemik, pengendalian lain

yang dapat dilakukan adalah dengan membakar daun yang terserang,

menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dari tanah dan untuk

memperbaiki aerasi. Berbeda dengan insektisida kontak yang akan membunuh

serangga ketika terkena langsung, Insektisida sistemik ini akan bekerja setelah

racun insektisida diserap oleh akar dan diedarkan ke seluruh bagian tanaman

termasuk kedaun tanaman tempat bermukimnya larva Procontarinia matteiana

yang akan mati ketika menghisap cairan tanaman yang telah mengandung

insektisida. Melihat cara kerja insektisida sistemik ini, walaupun dosis yang dapat

ditemui pada organ tanaman sangatlah kecil, namun sangat dianjurkan untuk tidak

mengaplikasikannya pada tanaman mangga yang sedang berbuah. Pemberian

insektisida sistemik dapat diberikan setelah tanaman mangga berbuah atau jika

pada umumnya tanaman mangga di Indonesia berbuah pada bulan november

sampat februari, maka insektisida sistemik dapat diberikan pada bulan Maret

sampai bulan Juni saat tanaman memasuki fase pertumbuhan (fase vegetatif).

(Pracaya,1991)

g. Hama Putih (Paracoccus marginatus)

Kerajaan : Animalia

Page 16: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Pseudococcidae

Genus : Paracoccus

Spesies : Paracoccus marginatus

Dua karakteristik penting yang membedakan betina dewasa P. marginatus dengan

spesies Paracoccus lainnya yaitu, (1.) terdapat oral-rim tubular duct bagian dorsal

yang terbatas pada tepi tubuh, dan (2.) tidak terdapatnya porus tranlusen pada tibia

tungkai belakang. Jantan dewasa dapat dibedakan dengan spesies lain dengan

melihat adanya seta yang kokoh dan tebal pada antena dan tidak terdapatnya seta

yang kokoh pada tungkai. Spesimen kutu putih pepaya akan berubah menjadi

berwarna hitam kebiruan saat dilakukan penyimpanan pada alkohol. Kutu putih

memiliki tipe mulut menusuk menghisap dan memasukkan bagian mulut ke dalam

jaringan tanaman dan menghisap cairan tumbuhan. Kutu putih dapat

mengeluarkan embun madu melalui cincin anal, sehingga kutu putih sering

berasosiasi dengan organisme lain seperti serangga semut dan cendawan jelaga.

Pada permukaan tubuh terdapat lubang ostiol yang dapat mengeluarkan cairan

defensif apabila merasa terganggu. Kutu putih sangat aktif pada cuaca hangat dan

kering. Siklus hidup kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan

perkembangan hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami

metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari stadium

telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan stadium

imago yang tidak memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

satu generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada temperatur. Kutu

putih pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis

sempurna), yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar

pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat

berupa pupa, dan stadium imago yang memiliki sepasang sayap. Individu betina

melalui tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa dan imago. Stadium imago betina

Page 17: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

tidak memiliki sayap, dan bergerak dengan perlahan dalam jarak yang dekat, atau

dapat diterbang oleh angin. Betina biasanya meletakkan telur 100 hingga 600 butir

dalam sebuah kantung telur yang diletakkan dalam waktu satu hingga dua

minggu. Kantung telur terbuat dari benang-benang lilin yang sangat lengket,

mudah melekat pada permukaan daun dan dapat diterbangkan angin. Stadium

nimfa instar pertama disebut crawler, aktif bergerak mencari tempat makan

disekitar tulang daun. Individu jantan melalui empat stadia hidup yaitu telur,

nimfa, pupa dan imago. Stadium imago jantan memiliki satu pasang sayap, aktif

terbang mendekati betina dewasa (Triharso,1996)

Tanaman inang yang penting secara ekonomi antara lain pepaya, kembang sepatu,

alpukat, jeruk, kapas, tomat, terung, lada, buncis dan kacang hijau, ubi jalar,

mangga, cherry, dan delima. Di Indonesia, kutu putih pepaya ditemukan

menyerang 20 jenis tanaman lain selain pada tanaman pepaya. Selain menyerang

tanaman pertanian, kutu putih pepaya juga menyerang gulma, yaitu Abutilon

indicum, Achyranthus aspera, Cleome viscosa, Commelina benghalensis,

Convolvulus arvensis, Euphorbia hirta, Phyllanthus niruri, Leucas aspera,

Ocimum sanctum, Parthenium hysterophorus, Tridax procumbens, Trianthema

portulacastrum, dan Canthium inerme (Untung,2003)

Gejala serangan hampir sama dengan hama putih palsu, yaitu adanya bagian daun

yang berwarna putih memanjang sejajar dengan tulang daun. Bedanya hama putih

akan memotong daun sepanjang 2–4 cm kemudian menggulungnya dan larva

sembunyi dalam gulungan tersebut. Gulungan daun yang berisi larva dapat

menempel pada daun padi atau mengapung diatas permukaan air. Larva makan

dari dalam gulungan daun setelah gulungan yang berisi larva itu menempel pada

daun dan larva mengeluarkan kepala dan thorak untuk makan. Perpindahan larva

sangat dibantu adanya genangan air pada petakan sawah. Hama putih ditemui di

areal berbagai pertanaman padi di Indonesia: Jawa, Sumatra, Sulawesi, Nusa

Tenggara dan Irian. Pada pertanaman padi di Sidomulyo, Oransbari Kabupaten

Page 18: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Manokwari, Nympula depuntalis termasuk hama yang populasinya tinggi

(Rubatzky,1997)

Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami berupa musuh alami untuk kutu

putih pepaya di daerah asalnya di Meksiko adalah Acerophagus papayae,

Anagyrus loecki, Pseudoleptomastix mexicana. Coccinellid predator yang

digunakan untuk mengendalikan kutu putih adalah Cryptolaemus montrouzieri

(Coleoptera: Coccinellidae). Musuh alami untuk kutu putih pepaya yang

ditemukan di wilayah Bogor untuk golongan predator terdiri dari Ordo Diptera

dari Famili Syrphidae; Ordo Coleoptera dari Famili Coccinellidae; dan Ordo

Neuroptera dari Famili Chrysopidae. Dari golongan parasitoid yang ditemukan

adalah Ordo Hymenoptera dari Famili Encyrtidae, Braconidae, Scelionidae, dan

Eulophidae. Predator yang ditemukan dari wilayah Bogor sama dengan yang

ditemukan di Sukabumi yaitu Scymnus sp., Curinus coeruleus, Chilocorus sp. Dan

Cryptolaemus montrouzieri. Selain parasitoid dan predator, ditemukan juga

cendawan yang menyerang kutu putih pepaya. Cendawan yang ditemukan

menginfeksi kutu putih pepaya merupakan cendawan Ordo Entomophthorales.

Pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida berbahan aktif

imidakloprid secara tunggal dapat menurunkan populasi hama hingga 40% setelah

empat kali aplikasi, sedangkan aplikasi yang dikombinasikan dengan air sabun

mampu menekan populasi hama hingga 60. Meskipun demikian, selain tidak

efisien karena berbiaya tinggi, pengendalian dengan pestisida, sebagaimana

dipraktekkan sebagian petani pepaya di Indonesia, tidak dapat menekan populasi

kutu putih di lapangan. Bahkan dalam waktu singkat, serangan hama meluas lintas

pulau. Lapisan lilin di permukaan tubuh kutu putih merupakan perisai yang

mampu melindungi kutu putih dari zat toksik insektisida.

h. Hama Thrips

Kingdom : Animalia

Divisi : Anthropoda

Kelas : Insecta

Page 19: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Ordo : Tysanoptera

Famili : Tripidae

Genus : Thrips

Spesies : Thrips parvispinus

Panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak

merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak bersayap

dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan berambut

berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti ginjal atau oval (Pracaya,2007)

Thrips mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap

menjadi berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila

terjadi serangan hebat, daun menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang

terserang akan layu dan mati (Pracaya,2007)

Pengendalian: (1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang thrips.

Untuk itu, tanaman tomat harus disiram dengan air yang cukup; (2) gulma di areal

tanaman tomat harus dibersihkan agar tidak menjadi tempat berlindung thrips; (3)

disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon, Malathion dan Monocrotophos

(Pracaya,2007)

i. Pengerek Daun Angsana (Liriomyza huidobrensis)

Kingdom         : Animalia

Divisi               : Anthropoda

Kelas               : Insecta

Ordo                : Diptera

Famili              : Trypetidae

Genus              : Liriomyza

Spesies            : Liriomyza huidobrensis

Page 20: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

Ciri-cirinya mempunyai sayap transparan sepanjang 5-7 mm, panjang badan 6-8

mm. Perut berwarna coklat muda dengan garis melintang berwarna coklat tua,

dada berwarna coklat tua dengan bercak kuning atau putih. Belatung muda

berwarna putih, tetapi bila dewasa berwarna kekuning-kuningan. Panjang

belatung ± 1 cm. Belatung ini terletak di dalam daging buah. Telur lalat berukuran

kecil-kecil, panjangnya ± 1,2 mm, kedua ujungnya runcing, dan berwarna putih

(Pracaya,2007)

Tanaman inang bisa berada di daun angsana dan tanaman tomat. Gejala yang

ditimbulkan pada buah tomat menjadi busuk karena terserang cendawan atau

bakteri. Bila buah dibuka akan kelihatan ada belatung berwarna putih. Belatung

dewasa berwarna kekuning-kuningan dan bila disentuh akan melenting sejauh ±

30 cm untuk menyelamatkan diri (Pracaya,2007)

Pengendalian: (1) pada waktu mencangkul, tanah harus dibalik dan dibiarkan

beberapa hari sampai beberapa minggu agar terkena sinar matahari sehingga pupa

lalat mati; (2) ditangkap dengan menggunakan umpan yang dapat memikat lalat

jantan; (3) buah yang terserang segera dipetik dan dibakar; (4) gulma di daerah

pertanaman tomat harus selalu dibersihkan (Pracaya,2007)

Page 21: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat pada prkatikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian beberapa terdiri dari berbagai teknik seperti teknis, hayati,

biologi, kimia, mekanis dan racutan

2. Riptortus linearis disebut dengan kepik penghisap polong kedelai karena hama

ini menyerang polong kedelai, dan sering juga disamakan dengan walang

sangit.

3. Racutan adalah memetik seluruh buah yang ada di pohon kopi pada akhir

panen.

4. Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida kurang dianjurkan karena

bisa merusak ekologi dan bisa menyebabkan ledakan hama lain.

Page 22: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

DAFTAR PUSTAKA

Bassiana Untuk Pengendalian Hayati Hama Penggerek Buah Kopi,

Hypothenemus Hampei. Pelita Perkebunan10(3): 92-99.

Borror. 1979. An Introduction To the Study Of Insect Fifth edition. College

Publish. New york

Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Nurzaizi H. 1986. Pengamatan Hama Nacoleia Octasema Meyrick (Lepidoptera:

Pyralidae) Dan Erionota Thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperidae)

Pada    Tanaman Pisang Di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa

Barat     [Laporan Praktek Lapang]. IPB Press. Bogor

Pracaya. 1991. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pracaya. 2007. Hama Dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta

Prayogo, Yusmani dan Suharsono. 2005. Optimalisasi Pengendalian Hama

Pengisap Polong Kedelai (Riptortus Linearis) Dengan Cendawan

Entomopatogen Verticillium Lecanii. Jurnal Litbang Pertanian 24 (4),

2005. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Malang.

Purseglove, J W. 1987. Tropical Crops Dicotyledons. Copublished in the United

States. New York

Rubatzky, dkk. 1997. Sayuran Dunia. ITB Press. Bandung

Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta

Untung. 2003. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta

Page 23: Gejala Serangan Hama Pada Tanaman oleh Sang Aji Wirojati

LAMPIRAN