gejala gangguan jiwa

8
A. GEJALA GANGGUAN JIWA Gejala – gejala gangguan jiwa ialah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala – gejala inilah sebenarnya memadakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku. Terdapat dua gejala yaitu gejala primer dan gejala sekunder. Gejala primer itu sendiri dapat berupa ambivalensi, otisme, asosiasi longgar dan efek yang tak tepat. Sedangkan gejala sekunder dapat berupa halusinasi dan wahana. Selain gejala primer dan sekunder, masih terdapat gejala pokok dan gejala tambahan. Pada seorang yabg terkena depresi, maka gejala pokok tersebut dapat berupa kesedihan dan kekurangan nafsu maka, sedangkan gejala tambahannya dapat berupa neropati, karena kekurangan makanan. Ada pula jegala positif (gejala pelepasan atau rangsangan) dan juga gejala negatif (gejala defisit atau hambatan). 1. Normal dan Abnormal Abnormal artinya “menyimpang dari yang normal” jadi harus ada sesuatu normal yang jelas dahulu, sebelum kita dapat mengatakan bahwa sesuatu ialah abnormal ataupun masih termasuk di dalam batas – batas norma tersebut. Tentang unsur somatik, maka norma ini lebih mudah ditentukan, yaitu kesatuan struktural dan fungsional tubuh kita. Akan tetapi tentang unsur psikologik, maka penentuannya sangat sukar, karena kita belum mempunyai “model ideal” tentang seorang manusia untuk dipakai sebagai bahan perbandingan. Kita juga masih belum mempunyai gambaran yang jelas tentang normal dan abnormal, namun demikian telah ada beberapa patokan, yaitu sebagai berikut : Patokan statistik mudah saja dipakai, yaitu tiap penyimpangan dari mayoritas menjadi abnormal. Dengan demikian maka seorang yang cerdas luar biasa sama abnormal dengan orang yang dungu; seorang yang jujur bisa menjadi abnormal di tengah – tengah orang yang tak jujur. Sudah jelas bahwa patokan statistik saja biarpun sangat teliti, tidak dapat dipakai untuk menentukan normal tidaknya suatu perilaku. Patokan penyesuaian pribadi dapat dipakai pada unsur somatik maupun psikologik. Bila seorang menangani masalahnya dengan

Upload: azis

Post on 16-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bk

TRANSCRIPT

Page 1: gejala gangguan jiwa

A.    GEJALA GANGGUAN JIWAGejala – gejala gangguan jiwa ialah hasil interaksi yang kompleks antara unsur

somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala – gejala inilah sebenarnya memadakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku. Terdapat dua gejala yaitu gejala primer dan gejala sekunder. Gejala primer itu sendiri dapat berupa ambivalensi, otisme, asosiasi longgar dan efek yang tak tepat. Sedangkan gejala sekunder dapat berupa halusinasi dan wahana.

Selain gejala primer dan sekunder, masih terdapat gejala pokok dan gejala tambahan. Pada seorang yabg terkena depresi, maka gejala pokok tersebut dapat berupa kesedihan dan kekurangan nafsu maka, sedangkan gejala tambahannya dapat berupa neropati, karena kekurangan makanan. Ada pula jegala positif (gejala pelepasan atau rangsangan) dan juga gejala negatif (gejala defisit atau hambatan).1.      Normal dan Abnormal

Abnormal artinya “menyimpang dari yang normal” jadi harus ada sesuatu normal yang jelas dahulu, sebelum kita dapat mengatakan bahwa sesuatu ialah abnormal ataupun masih termasuk di dalam batas – batas norma tersebut. Tentang unsur somatik, maka norma ini lebih mudah ditentukan, yaitu kesatuan struktural dan fungsional tubuh kita. Akan tetapi tentang unsur psikologik, maka penentuannya sangat sukar, karena kita belum mempunyai “model ideal” tentang seorang manusia untuk dipakai sebagai bahan perbandingan. Kita juga masih belum mempunyai gambaran yang jelas tentang normal dan abnormal, namun demikian telah ada beberapa patokan, yaitu sebagai berikut :Patokan statistik mudah saja dipakai, yaitu tiap penyimpangan dari mayoritas menjadi abnormal. Dengan demikian maka seorang yang cerdas luar biasa sama abnormal dengan orang yang dungu; seorang yang jujur bisa menjadi abnormal di tengah – tengah orang yang tak jujur. Sudah jelas bahwa patokan statistik saja biarpun sangat teliti, tidak dapat dipakai untuk menentukan normal tidaknya suatu perilaku.

Patokan penyesuaian pribadi dapat dipakai pada unsur somatik maupun psikologik. Bila seorang menangani masalahnya dengan memuaskan, maka orang mengatakan bahwa penyesuaiannya adalah baik. Tetapi, apabila ia menunjukan kecemasan, kesedihan dan ketidak bahagiaan ataupun gejala yang lebih menguatirkan, maka dikatakan bawha ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Patokan integrasi kepribadian menunjuk pada keseluruhan manusia, yaitu kepasa kerjasama yang serasi antara semua komponen manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Di dalam unsur psikologik, integrasi ini berhubungan dengan koordinasi pikiran, perasaan dan tindakan, bebas dari semua konflik yang merusak dan berbagai mekanisme pembelaan yang kaku, dengan keterbukaan terhadap pengalaman baru dan penyesuaian yang memadai terhadap lingkungannya.

Patokan kematangan pribadi, patokan ini sudah sering dikemukakan. Yaitu sebuah perilaku yang dianggap bila sesuai dengan umur, masalah dan sumber daya penyesuaian individu itu dan jika menyokong perkembangan serta perwujudannya dalam jangka panjang. Jadi, kematangan pribadi itu merupakan ukuran seberapa dewasa seorang individu dan seberapa luas diwujudkannya dirinya sebagai manusia.

Patokan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat dipakai untuk sebagian besar prilaku manusia untuk menilai peranannya sebagai anggota masyarakat besar yang ia menjadi anggotanya. Perilaku seorang penjahat ulung akan dianggap abnormal oleh masyarakat besar karena telah menyimpang dari norma yang ada, akan tetapi akan

Page 2: gejala gangguan jiwa

dianggap normal ketika ia berada dalam sesama penjahat yang memiliki norma yang sama.

1.      Gangguan KesadaranKesadaran itu sendiri merupakan kemampuan seorang individu untuk mengadakan

hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri, bila kesadaran itu baik adanya, maka akan terjadi orientasi dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk secara efektif.

Kesadaran itu dapat berupa kesadaran yang normal, kesadaran yang meninggi, kesadaran waktu tidur, kesadaran waktu mimpi, kesadaran sewaktu disosiasi, kesadaran pada psikosa fungsional dan juga kesadaran pengalaman di luar tubuh.

Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secra keseluruhan. Kemudian muncullah amnesia yang sebagian atau total.

Kita mengenal beberapa tingkat dalam menurunnya kesadaran itu, yaitu :1.      Apati : si individu mulai mengantuk dan acuh tak acuh terhadap rangsang yang masuk.2.      Somnolensi : jelas sudah mengantuk dan rangsang yang lebih keras lagi diperlukan untuk menarik perhatiannya.3.      Sopor : hanya berespon dengan rangsang yang keras (ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang.4.      Subkoma dan koma : tidak ada lagi respons terhadap rangsang yang keras.Kesadaran yang tingi adalah keadaan dengan respons yang meninggi terhadap rangsang (suara-suara terdengar lebih keras warna-warni terlihat lebih terang) yang disebabkan oleh berbagai zat yang merangsang otak atau oleh faktor psikologi.Tidur dapat ditandai oleh menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai posisi berbaring dan tak bergerak. Aserinsky dan Kleitmen (1953) di University of Chicago menemukan bahwa biasanya bahwa biasanya pada orang yang sedang tidur bola matanya bergerak perlahan-lahan, tetapi kadang-kadang bola matanya bergerak dengan cepat pula. Keadaan ini berturut-turut dinamakan “tidur tanpa gerak mata cepat” (NREM sleep atau non-rapid eye movement sleep) dan “tidur dengan gerak mata cepat” (REM sleep atau rapir eye movement sleep).Gangguan tidur dapat berupa : insomnia (sukar tidur, biasanya karena sebab psikologik); berjalan sewaktu tidur (somnambulisme); mimpi buruk (nightmare); dan narkolespi (serangan tidur bersamaan dengan kataplexi, kelumpuhan tidur atau halusinasi hipnagogik).Hipnosa : ialah kesadaran yang sengaja diubah (menurun dan menyempit, artinya menerima rangsang hanya dari sumber tertentu saja) melalui sugesti; mirip tidur dan ditandai oleh mudahnya disugesti; setelah itu timbul amnesia.Disosiasi : sebagian tingkah laku atau kejadian memisahkan dirinya secara psikologik dari kesadaran. Kemudian terjadi amnesia sebagian atau total.Disosiasi itu dapat berupa :

Page 3: gejala gangguan jiwa

1.      Trans (trance) : keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap lingkungannya yang biasanya mulai dengan mendadak; mungkin terjadi imobilitas dan roman mukanya kelihatan seperti bengong atau melamun; dapat ditimbulkna oleh hipnosa atau upacara kepercayaan. (misal : kuda lumping, dsb)2.      Senjakala bisterik (bysterical twilight state) : kehilangan ingatan atas dasar psikologik, disosiasi itu terjadi tentang suatu waktu tertentu dan biasanya selektif. Ini dibedakan dari gangguan ingatan secara umum.3.      Fugue : suatu periode penurunan kesadaran dengan pelarian secara fisik dari suatu keadaan yang menimbulkan banyak stres, tetapi dengan mempertahankan kebiasaan dan ketrampilan.4.      Seragan bisterik : suatu penampilan emosional yang jelas dengan unsur menarik perhatian dan kelihatannya tidak ada kontak dengan lingkungan.5.      Lain-lain : misalnya somnambulisme, sindroma Ganser, menulis otomatis atau otomatisme yang lain.Kesadaran yang berubah : tidak normal, tidak menurun, tidak meninggi, bukan disosiasi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan terhadap dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan, seperti pada psikosa fungsional. Kesadaran yang terganggu mempunya pengertian yang luas atau umum, sama dengan kesadaran yang abnormal dan sama juga dengan semua gangguan kesadaran.Gangguan perhatian : tidak mampu memusatkan perhatian hanya pada satu hal / keadaan, atau lamanya memusatkan perhatian itu berkurang atau daya konsentrasi terganggu. Gangguan ini dapat diamati oleh si pemeriksa atau hanya dikeluarkan oleh pasien saja.2.      Gangguan IngatanAdapun ingatan itu berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau registrasi; penahanan atau retensi; dan pemanggilan kembali atau recall.Gangguan ingatan terjadi bila terdapat ganggun pada salah satu atau lebih dari unsur yang tiga itu.Gangguan ingatan umum tidak terbatas pada suatu waktu tertentu saja , dan dapat meliputi :1.      yang baru saja terjadi : kejadian pada beberapa jam atau beberapa hari yang lampau.2.      yang sudah lama berselang terjadi : kejadian beberapa tahun yang lalu.Amnesia ialah ke tidak mampuan mengingat kembali pengalaman, mungkin bersifat sebagian atau total, secara retrograd (meliputi pengalaman sebelum gangguan itu terjadi) atau anterograd (meliputi pengalaman sesudah gangguan yang menyebabkan amnesia itu terjadi).Amnesia mungkin terjadi karena rudapaksa kepala, gangguan emosi (misalnya amnesia histerik) ataupun sesudah hipnosa dan trans.Paranemsia : ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali, misalnya :1.      “deja vu” : seperti sudah melihat sesuatu, tetapi sebelumnya belum pernah.2.      “jamais vu” : seperti belum pernah melihat sesuatu, tetapi sebernarnya sudah pernah.3.      “fausse reconnaissance” : pengenalan kembali yang keliru; merasa pasti bahwa pengenalannya itu benar, tetapi sesungguhnya tidak benar sama sekali.

Page 4: gejala gangguan jiwa

4.      Konfabulasi : secara tidak sadar mengisi lubang-lubang dalam ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, akan tetapi si pasien percaya akan kebenarannya.Hipermnesia : penahanan dalam ingatan (retensi) dan pemanggilan kembali (recall) yang berlebihan baiknya.3.      Gangguan Orientasiorientasi ialah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga hubungan dirinya sendiri dengan orang lain.Disorientasi atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadaran dan dapat menyangkut waktu (tidak tahu menahu tentang jam, hari, pekan, bulan, tahun dan musim), tempat (tidak tahu menahu dimanakah ia berada), atau orang (tentang diri sendiri atau orang lain); hal ini perlu dibedakan dari “ilusi” dan “dipersonalisasi”.

4.      Gangguan Afek dan EmosiAfek ialah “nada” perasaan, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik. Emosi ialah maninfestasi afek keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik,.Bilamana afek dan emosi itu sudah begitu keras, sehingga fungsi individu itu terganggu, maka dikatakan telah terjadi gangguan afek atau emosi yang dapat berupa :

Depresi : dengan komonen psikologik, misalnya : rasa sedih, susah, dsb; serta komponen somatik, misalnya : anorexia, konstipasi, dsb. Ada jenis depresi dengan penarikan diri dan ada pula dengan kegelisahan atau agitasi.

Kecemasan (anxiety) : dapat dibedakan kecemasan (tidak jelas cemas terhadap apa) dari ketakutan atau “fear” (jelas atau takut terhadap apa).

Eforia : rasa riang, gembira, senang, bahagia yang berlebihan; bila tidak sesuai dengan keadaan maka ini menunjukan adanya ganggun jiwa; jika lebih keras lagi dinamakan “elasi” dan jika keras sekali dinamakan “exaltasi”.

Anbedonia : ke tidak mampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan baginya.

Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan.

Kedangkalan : kemiskinan afek dan emosi secara umum (berkurang secara kwantitatif); dapat digambarkan juga sebagai “datar”, “tumpul”, atau “dingin” yang sama artinya, istilah – istilah ini tidak menunjukan gradasi.

Afek dan emosi yang tak wajar : tak patut atau tak wajar dalam situasi tertentu, umpamanya tertawa terkikih-kikih sewaktu wawancara.

Afek dan emosi yang labil : berubah-ubah secara cepat tanpa pengawasan yang baik, misalnya tiba-tiba marah atau menangis.

Page 5: gejala gangguan jiwa

Variasi afek dan emosi sepanjang hari : perubahan afek dan emosi mulai sejak pagi sampai malam hari.

Ambivalensi : emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap seorang, suatu objek atau suatu hal.

Apati : berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli.

Amarah, kemurkaan atau permusuhan sering dinyatakan dalam sifat agresi. Bila ditunjukan pada pemecahan masalah dan dipakai sebagai pembelaan terhadap suatu serangan yang nyata, maka agresi itu konstruktif sifatnya.

http://asribahari.blogspot.com/2013/05/gejala-gangguan-jiwa.html

DELIRIUM 

Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Gangguan ini berlangsung pendek dan ber-jam hingga berhari, taraf hebatnya berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat halusinasi visual & gangguan perilaku meningkat. Biasanya reversibel. Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis biasanya klinis, dengan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk menemukan penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan suportif. Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.

DEMENSIA 

 

 

Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Diagnosis dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis, laboratorlum dan pemeriksaan pencitraan (imaging), dimaksudkan untuk mencari penyebab yang bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya suportif. Zat penghambat kolines terasa (Cholinesterase inhibitors) bisa memperbaiki fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat antipsikotika lebih efektif daripada hanya dengan satu macam obat saja. Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5% untuk

Page 6: gejala gangguan jiwa

rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.