gaya pemanggungan teater mikro di smk negeri 1 tuban

43
ABSTRAK GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN Nama : Moch. Mabruri No. Reg : 092134034 Jurusan : Sendratasik Fakultas : Bahasa Dan Seni Nama Lembaga : Universutas Negeri Surabaya Seni teater merupakan sebuah miniatur kehidupan yang terdiri dari simbol- simbol yang menyusun pencapaian dalam kehidupan manusia, membentuk nilai moral, etika dan religi manusia. Teater Mikro termasuk salah satu kelompok teater sekolah di Tuban yang mampu bertahan dan mewadahi kreatifitas sebuah pertunjukan teater dengan penyatuan dua idiom berbeda hingga mempunyai keunikan sebagai identitas mereka. Gaya pemanggungan yang menyatukan idiom teater Barat dan Timur (teater rakyat) ini yang menjadikan Mikro sebagai sebuah bentuk pertunjukan baru yang dirasa perlu adanya perhatian lebih mendalam. Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yakni; 1) bagaimana gaya pemanggungan teater Mikro di SMK Negeri 1 Tuban?, 2) bagaimana konsistensi penggunaan gaya pemanggungan pada teater Mikro?, 3) apa kontribusi gaya pemanggungan teater mikro pada teater sekolah di daerah Tuban. Penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif ini mengguakan metode observasi, wawancara, dan pendokumentasian dengan teknik open coding, axial coding, dan selective coding. Metode tersebut merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendiskripsikan gaya pemanggungan teater Mikro yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini.

Upload: alim-sumarno

Post on 03-Jan-2016

168 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MOCH MABRURI, AUTAR ABDILLAH, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

ABSTRAK

GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

Nama : Moch. Mabruri

No. Reg : 092134034

Jurusan : Sendratasik

Fakultas : Bahasa Dan Seni

Nama Lembaga : Universutas Negeri Surabaya

Seni teater merupakan sebuah miniatur kehidupan yang terdiri dari simbol- simbol yang menyusun pencapaian dalam kehidupan manusia, membentuk nilai moral, etika dan religi manusia. Teater Mikro termasuk salah satu kelompok teater sekolah di Tuban yang mampu bertahan dan mewadahi kreatifitas sebuah pertunjukan teater dengan penyatuan dua idiom berbeda hingga mempunyai keunikan sebagai identitas mereka. Gaya pemanggungan yang menyatukan idiom teater Barat dan Timur (teater rakyat) ini yang menjadikan Mikro sebagai sebuah bentuk pertunjukan baru yang dirasa perlu adanya perhatian lebih mendalam.

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yakni; 1) bagaimana gaya pemanggungan teater Mikro di SMK Negeri 1 Tuban?, 2) bagaimana konsistensi penggunaan gaya pemanggungan pada teater Mikro?, 3) apa kontribusi gaya pemanggungan teater mikro pada teater sekolah di daerah Tuban.

Penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif ini mengguakan metode observasi, wawancara, dan pendokumentasian dengan teknik open coding, axial coding, dan selective coding. Metode tersebut merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendiskripsikan gaya pemanggungan teater Mikro yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini.

Hasil analisis dalam penelitian ini meliputi; 1) Gaya pemanggungan teater Mikro dapat disimpulkan sebagai gaya pemanggungan teater rakyat kota yang memadukan teknik pemanggungan teater barat dengan pola permainan, kostum, musik, serta material cerita teater rakyat; 2) Eksistensi gaya pemanggungan teater Mikro terdapat pada ketahanan dalam penggunaan metode teater rakyat kota yang dikembangkan dari proses endapan emosional anggota dan pelatih hingga di- buktikan dengan program kerja yang nyata; 3) kontribusi gaya pemanggungan teater rakyat kota ini berperan dalam memperkaya warna dan bentuk karya seni teater sekolah serta menghapus paradikma masyarakat khususnya pelajar bahwa teater rakyat telah usang di makan zaman.

Kata kunci : Gaya pemanggungan, Teater Mikro Tuban.

Page 2: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seni Teater merupakan salah satu bentuk seni yang memiliki potensi tinggi

untuk mendorong aspek-aspek kemanusiaan atau dapat dikatakan juga teater

merupakan sarana memanusiakan manusia. Hal tersebut membantu seseorang

untuk memahami aspirasi serta motivasi kehidupan dari seni teater yang

sebenarnya. Dengan demikian teater merupakan tiruan kehidupan manusia yang

diproyeksikan di atas pentas dengan realitas pertunjukan yang diperindah.

Keberadaan seni teater sendiri sebagai salah satu bentuk pertunjukan

bergantung pada masyarakat dan kebudayaan masa itu dengan penopangnya ialah

kelompok-kelompok teater, baik di sanggar-sanggar umum maupun di bawah

naungan lembaga pendidikan atau sekolah. Salah satu kelompok teater teater

sekolah yang sedang giat-giatnya mendalami kegiatan berteater adalah teater

Mikro Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Tuban.

Teater Mikro adalah sebuah nama teater sekolah di Kota Tuban yang

dibina oleh R. W. Adhyaksa dan berdiri pada tanngal 31 Agustus 2004, hingga

saat ini usia teater Mikro kurang lebih sudah 9 tahun. R. W. Adhyaksa

mengatakan bahwa untuk tetap bisa bertahan menjadi sebuah organisasi yang

bernaung di bawah lembaga pendidikan, maka teater Mikro harus memiliki

progam kerja yang nyata dan terus berusaha mendapatkan prestasi dengan cara

mengikuti event-event lomba baik tingkat daerah ataupun provinsi1. Biarpun

demikian, dalam penggarapan sebuah karya seni teater, teater Mikro selalu

1 Wawancara terbuka di Diknas Pendidikan pada rabu, 2 Januari 2013 pukul 19.15 Wib.

Page 3: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

mengekspresikan dan mempertahankan karakteristik berteaternya dengan

kreativitas serta problematika yang ada di lingkungan pelajar adalah tujuan utama

dari organisasi ini.

Dalam penggarapan sebuah karya seni teater, teater Mikro selalu

menggunakan sebuah naskah sebagai acuan dasar penggarapannya. Meski teater

Mikro selalu menggunakan naskah sebagai acuan proses, namun dalam

penggarapan sebuah karya teater dapat dikatakan teater Mikro memiliki gaya

pemanggungan yang unik. Pembuktian itu nampak pada formula bentuk setting

multi fungsi yang dihadirkan, seperti adanya sebuah trap kayu (kayu berbentuk

persegi empat) yang digunakan sebagai pengganti setting yang sesungguhnya,

seperti kursi, meja, tempat tidur, batu, maupun tangga.

Gaya pemanggungan yang teater Mikro lakukan ini sudah dimulai dari

awal teater Mikro berdiri dan tetap bertahan hingga saat ini. Sebuah pertanyaan

yang menarik adalah bagaimana kelompok ini menjadikan sebuah karya teater,

menjadi media kreativitas serta alat untuk mengkritisi suatu masalah yang terjadi

di sekitarnya dengan lawakan-lawakan dalam setiap pemangungannya, serta

dengan musik yang mengiringi permainan teater Mikro yang selalu menjadi ciri

khas teater Mikro. Gaya pemanggungan teater Mikro bisa dikatakan kombinasi

antara gaya pemanggungan Teater Barat (konvensi realis) dengan Teater Rakyat

(tradisional).

Gaya pemanggungan teater Mikro yang memadukan antara gaya Teater

Barat dan Teater Rakyat memiliki keistimewaan sesuai takaran yang tepat dengan

semua elemen di dalamnya. Unsur tarian, semangat permainan teater rakyat, serta

Page 4: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

lawakan yang disisipkan di setiap pemanggungannya tak pernah ditinggalkan

dengan sesekali menggunakan bahasa asli daerah Tuban. Begitu pula dengan

ilustrasi musik yang menyatu dengan seimbang dalam penyajian diatas pentas

yang selalu menghadirkan warna yang lain, hingga menjadi suatu gaya

pemanggungan yang dinantikan masyarakat Tuban.

Page 5: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teoritis

1.1. Konvesi Pemanggungan Teater

Konvensi pemanggungan adalah sebuah kesepakatan bersama yang

mempermudah seseorang untuk mendefinisikan sebuah bentuk pemanggungan

yang sedang disaksikan. Menurut Yudiaryani (2002: 356) pendekatan

konvensi pemanggungan pertunjukan teater ada empat macam yakni:

1. Kesepakatan tentang aturan permainan yang di tentukan melalui hubungan

penonton dan panggung. Beberapa konvensi dapat diterjemahkan dengan

mendefinisikan tekstur, serta pemilihan materi dan teknik permainan.

Misalnya konvensi empat dinding menyebabkan konvensi panggung

disusun bedasarkan tiga dinding seperti halnya untuk empat dinding.

2. Kesepakatan yang berdasarkan pada konvensi diawali dari norma-norma

yang disetujui dari mereka yang terlibat didalamnya. Naik turun dan tutup

bukanya layar adalah standar konvensi mulai dan diakhiri adegan, bahkan

pemanggungan. Lampu padam terkadang menjadi pengganti layar.

3. Kesepakatan baik yang tertulis maupun tidak, menjadi bukti hilangnya

kesadaran intensional individu. Intensi individu terlebur dalam

kemasyarakatan beserta konvensi yang ada didalamnya. Sepanjang

konvensi itu menghadirkan makna, maka konvensi tersebut akan menemui

kemapanannya.

4. Sebenarnya tidak ada kesepakatan yang terselisir didalamnya. Cukuplah

dikatakan bahwa kesepakatan hadir berkat adanya pengalaman serta ob-

Page 6: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

servasi yang perlahan membentuk ‘kordinasi keseimbangan’. Kesepakatan

hadir berkat kebiasaan yang selalu muncul berulang-ulang. Kebiasaan

inilah yang mendorong munculnya konvensi.

1.2. Gaya Pemanggungan Teater

Menurut Abdillah (2008: 108), “konvensi panggung memengaruhi

seluruh aspek yang ada di atas panggung. Sedangkan gaya pemanggungan

sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya karya drama, gagasan

sutradara, kecenderungan penonton, dan situasi yang muncul dari

keinginan para pelaku teater untuk membangun teater sesuai dengan warna

kultural dan ciri suatu pertunjukan”.

Gaya merupakan ungkapan pandangan dunia, filosofi sebuah sudut

pandang. Ketika beberapa seniman memiliki kesamaan dalam pemikiran

dan sosial politik tertentu, atau kebiasaan berpikir secara filosofi yang

sama, maka mereka memiliki gaya yang sama untuk mengekspresikan diri

mereka. Gaya dalam produksi panggung biasanya merupakan penyesuaian

antara visi penulis, harapan penonton, dan selera yang di inginkan oleh

sutradara, aktor, dan penata artistik.2

Menurut pandangan Awuy (1999: 214), “Teater rakyat kota adalah

eskapisme, yang diartikan melarikan diri dari kehidupan keras di kota-kota

yang sedang tumbuh. Estetika teater ini menggunakan idiom teater Barat

dengan teater Tradisional. Teater Barat diwujudkan dengan panggung

proscenium, berlatar layar, adekan atau babak dibuka dan ditutup dengan

layar, alur lakon berdasarkan karya sastra tertulis. Sedangkan ciri

2 Yudiaryani dalam buku Panggung Teater Dunia halaman 361 tahun 2002.

Page 7: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

tradisionalnya nampak dalam gado-gado suasana sedih dan gembira dalam

satu lakon”.

Menurut Kernoddle, sepeti dikutip Yudiaryani (2002: 359)

“terdapat dua macam gaya yaitu: gaya presentasi dan gaya representasi.

Gaya presentasi adalah gaya yang berusaha menghadirkan seluruh

kenyataan keseharian di atas panggung apa adanya. Sedangkan gaya

representasi merupakan keinginan seniman untuk menghadirkan panggung

sebagai interpretasi seluruh formula dan unsur-unsur pemanggungan yang

secara kesejarahan telah hadir”.

Gaya dalam kamus sendiri mempunyai arti kata kekuatan yang di

interpretasikan sebagai sebuah ciri yang melekat pada karya suatu

kelompok kesenian. Sedangkan pemanggungan sendiri mempunyai arti

perbuatan yang di interpretasikan sebagai sebuah satu kesatuan tindakan

atau yang dihadirkan oleh sebuah pertunjukan. Baik gaya presentasi

maupun gaya representasi keduanya mencoba untuk menemukan metode

gaya pemangguang masing-masing untuk menyampaikan sebuah visi dari

segala eleman pertunjukan dengan penikmatnya.

1.3. Teater

Menurut pengertiannya, Teater berasal dari bahasa Yunani dari

kata Theatron yang mempunyai arti Seeing Place atau lebih dikenal

dengan tempat tontonan. Theatron pada zaman Yunani digunakan untuk

menggambarkan bangku-bangku yang berputar setengah lingkaran dan

Page 8: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

mendaki kearah bukit yang berfungsi sebagai tempat duduk penonton

ketika drama Yunani klasik berlangsung (Yudiaryani. 2002: 1).

RMA. Harymawan (1988: 2) menyebutkan pengertian teater dibagi

menjadi dua yakni:

1. Dalam arti luas: teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di

depan orang banyak. Misalnya wayang wong, ketoprak, ludrug,

srandul, membai randai, makyong, arja, rangda, reog, lenong, topeng,

dagelan, sulapan, akrobatik dan sebagainya.

2. Dalam arti sempit: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang

diceritakan di atas pentas dengan media; percakapan, gerak dan laku

didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor (layar dan

sebagainya), didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra)

dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

Sebenarnya letak perbedaan antara drama dan teater adalah pada

makna dan fungsinya. Drama lebih kepada bentuk sastranya atau tekstual

sedangkan teater lebih kepada pertunjukannya. Akan tetapi karena yang

ditampilkan dalam drama adalah dialog, maka bahasa drama tidak sebaku

bahasa puisi, dan lebih cair dari pada bahasa prosa. Sebagai potret atau

tiruan kehidupan, dialog drama banyak berorientasi pada dialog yang

hidup dalam masyarakat.

Menurut Professor Alvin B. yang dikutip oleh Abdillah (2008: 1),

”kata “drama” berasal dari kata draomai (kata kerja: dran) dalam bahasa

Yunani, karenan berasal dari kata kerja dran yang berarti berbuat (“to do”)

Page 9: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

atau bertindak (“to act”). Di samping itu, drama juga selalu dikaitkan

dengan istilah play (permainan), naskah, lakon, cerita, tonil, sandiwara,

hingga teater. Drama juga terkait dengan disiplin ilmu lainnya yang

serumpun seperti sastra, serta berdampak pula dengan tari, musik, dan seni

rupa, serta beberapa ilmu sosial lainnya”.

1.4. Konvensi Pemanggungan Teater Tradisional

Menurut Awuy (1999: 214), Teater Tradisional merupakan suatu

bentuk seni teater yang dihasilkan oleh kreatifitas kebersamaan

masyarakat suku bangsa Indonesia dari daerah etnis tertentu dan bertolak

dari sastra lisan yang berakar dan bersumber dari budaya masyarakat etnis

lingkungannya”. Beberapa seni teater tradisional yang kebanyakan

disajikan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan sang pencipta serta

tidak adanya aturan-aturan yang umumnya terjadi pada teater moderen.

Unsur religi tersebut yang membentuk teater tradisional memiliki

fungsi yang lebih digunakan sebagai sarana ritual dan tidak dapat

sembarangan waktu dilakukan. Sebuah teater tradisional harus dilakukan

dengan adanya suatu alasan, suatu maksud yang berhubungan dengan

spiritual dan kepercayaan mereka.

1.5. Konvensi Pemanggungan Teater Rakyat

Menurut pandangan Sumardjo (2004: 18), “teater rakyat lahir di

tengah-tengah masyarakat dan masih menunjukkan kaitan dengan upacara

adat dan keagamaan. Meskipun demikian fungsi pokoknya sudah

Page 10: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

merupakan hiburan yang ditonton secara gratis oleh masyarakat dan para

undangan. Sedang yang menyelenggarakan menanggung semua

pembiayaan.”

Menurut pandangan Sumardjo (2004: 18), “unsur teater rakyat

yang pokok adalah cerita, pelaku, dan penonton. Unsur cerita dapat

diperpanjang ataupun diperpendek menurut respon dan suasana

penontonnya. Cerita dibawakan dengan akting (pemeranan) atau dengan

menari dan menyanyi. Para pelaku berkostum sesuai dengan refrensi

budaya masyarakatnya, meskipun tetap ada acuan terhadap tradisi lama.”

Tradisi lama yang dimaksudkan disini adalah sebuah kebiasaan

masyarakat yang melekat dan diakui sebagai milik masyarakat itu sendiri.

Hal itu menciptakan sebuah warna hiburan yang melebur dengan penikmat

atau penontonnya sebagai teater rakyat.

1.6. Folklor

 Menurut Alan yang dikutip Danandjaja (2007: 1) “folk adalah

sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenalan fisik, sosial, dan

kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya”.

Sedangakan lor sendiri disini disebutkan sebagai tradisi dari folk itu

sendiri. Hal itu menujukan bahwa folklore berkembang dan menjadi

sebuah kebuyaan baru di masyarakat pribumi.

Arti folklor secara keseluruhan menurut pendapat Danandjaja

(2007: 2) sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan

diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara

Page 11: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun

contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat

(mnemonic devices).

Page 12: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

PEMBAHASAN

1. Konvensi Pemanggungan Teater Mikro

Konvensi pemanggungan adalah salah satu unsur teater yang sangat

penting dari sebuah pertunjukan. Dari konvensi itulah dapat diketahui secara

mudah bentuk teater apa yang disajian. Konvensi sendiri dapat diartikan sebagai

sebuah kesepakatan yang tercipta dari perjalanan suatu bentuk yang terus menerus

dan dapat diterima oleh masyarakatnya. Dalam hal ini konvensi pertunjukan teater

mengacu pada empat pengertian yakni:

1.1. Sutradara

Sutradara adalah pemimpin kelompok yang dianggap mampu

untuk menafsirkan sebuah naskah sera mengkordinasikan kelompok itu

hingga sampai pada harapan penonton. Dalam teater Mikro sutradara

sangatlah berperan penting sebagai jembatan yang mewadai semua unsur

pertunjukan serta eksistensinya. R. W. Adhyaksa mengatakan, bahwa apa

yang telah diperoleh teater Mikro saat ini tak dapat dipungkiri dari

kegigihan dari sutradara yang mengolah mereka. menurut R. W. Adhyaksa

, teater Mikro adalah sebuah sistem regenerasi yang diturunkan dari

generasi sebelumnya kepada kenerasi saat ini. Hal itu dibuktikan dari

alumnus teater Mikro yang tetap merelakan waktu untuk membimbing

generasi dibawah mereka.

Page 13: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

1.2. Aktor

Aktor merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah

pertunjukan teater. Seperti apapun keinginan penulis maupun sutradara

tanpa adanya kesepakatan dengan seorang aktor pertunjukan itu tidak-lah

mungkin mencapai suatu kesempurnaan yang di inginkan. Dalam pola

pertunjukan yang di dimiliki oleh teater Mikro, seorang aktor berperan

sebagai jembatan yang menjembatani antara keinginan penulis sutrada

serta harapan penonton itu sendiri. Melihat dari pola latihan yang diamati

penulis selama melakuakan proses penelitian. Teater Mikro memberikan

kebebasan kepada para aktor dalam mengekspresikan diri mereka. hal itu

dilakukan dengan tetap menanamkan kontroling yang dilakukan oleh

sutradara dengan cara mengevaluaisi setiap aktor di setiap penghujung

rutinitas latian. Masukan terhadap evaluasi yang dilakukan itulah yang

memberikan arahan tentang ke-mana mereka membawa sebuah karya

teater yang akan disajikan dalam satu kesatuan pertunjukan. Hal itu

menumbuhkan sebuah kontiunitas pola permainan yang memiliki warna

yang mendasar pada setiap pementasannya.

1.3. Penata artistik

Penata Artistik adalah seorang yang memimpin dan

mempertimbangkan semua saran yang diberikan oleh para kordinator

penata elemen artistik. Dalam hal ini elemen artistik dapat dibagai menjadi

lima unsur yakni:

Page 14: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

1.3.1. Setting

Sebuah ciri yang melekat dalam penciptaan setting yang

dilakukan oleh teater Mikro selain setingg milti fungsi ialah sebuah

dekor tiang yang ditasnya di hias oleh kain yang disusun dari

berbagai macam warna dari kain perca yang mengingatkan

penonton kepada sebuah budaya tradisi daerah yang ada di Kota

Tuban saat melaksanakan arakan kitanan seorang anak laki-laki di

masa lalu.

1.3.2. Lighting

Dalam sebuah pertunjukan teater Mikro, hampir tak bisa

lepas dari unsur pencahayaan. Karena selain sebagai penerangan

lighting disini juga digunakan sebagai pengganti layar sebagai

penanda dimulai dan diahirinya sebuah pementasan. Lighting juga

salah satu pendukung dari pembentuk suasana, serta pemunculan

nlai estetik dimana latar waktu cerita dapat di tunjukan dari

penerangan ini.

1.3.3. Kostum

Kostum yang sering digunakan teater Mikro lebih banya

pada bentuk kostum tradisi daerah setempat dengan naskah yang

banyak mereka adaptasi dengan cerita masa ke-kinian. Adapun

kostum realis yang mereka hadirkan saat tidak melakukan adaptasi

naskah juga lebih banyak menggunakan kostum sehari-hari, yang

banyak mereka dapatkan dari meminjam ataupun milik pribadi

Page 15: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

anggota teater Mikro. Hal ini menjadi pembuktian dari royallitas

yang teater Mikro miliki.

1.3.4. Make-up

Make-up adalah salah satu elemen pendukung yang

membantu untuk menghadirkan sebuah tokoh baru yang di

visualisasikan diatas pentas. Dalam sebuah pementasan naskah

yang berjudul “asylum” karya R.W. Adiaksa yang dipentaskan

tahun 2007. Dari pementasan tersebut sangat terlihat bahwa make

up yang dihadirkan tidak mampu untuk menjadi sarana

pembentukan tokoh baru yang diinginkan. Seperti petani yang

hanya menggunakan bedak padat dan tabur tanpa adanya dimensi

ruang dan waktu pada tokoh tersebut. Begitu pula dengan

pertunjukan dengan naskah “bratayuda” karya Ir. R. W. Adhyaksa

VIII yang mengangkat cerita Ramayana yang diadaptasi pada

cerita zaman kekinian. Tokoh-tokoh yang dihadirkan dengan

kemasan make-up pewayangan tersebut tidak memiliki banyak

pertimbangan ruang dan waktu. Hal itu menjadikan aktor yang

memainkan peran seorang tokoh cerita nampak dibuat-buat dan

terlihat tidak seperti yang seharusnya.

1.3.5. Musik

Pementasan teater Mikro, musik menjadi sebuah unsur

majib yang tidak boleh ditinggalkan. Teater Mikro selalu

menggunakan unsur musik sebagai pembangun suasana awal dan

Page 16: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

langkah permainan selanjutnya. Musik yang digunakan teater

Mikro lebih cenderung meng-kombinasikan anatara isntrumen

musik modern dengan tradisi kedaerahan. Dalam hal ini musik

yang digunakan adalah musik perkusi.

2. Gaya Pemanggungan Teater Mikro di SMK Negeri 1 Tuban

Jika konvensi mengontrol hubungan antara teknik penciptaan artistik

panggung dengan horizon harapan penonton, maka gaya menentukan secara tepat

bagaimana menggunakan teknik, kualitas, serta materi konvensi sebagai sebuah

metode atau cara untuk menghardirkan sebuah pertunjukan melalui penyesuaian

visi penulis, keinginan sutradara, akting aktor, penata artistik, dan irama

permainan hingga tidak membosankan dengan harapan penonton.

Gaya pemangguangan dalam teater Mikro dapat diklarifikasikan sebagai

gaya representasi. Gaya representasi merupakan keinginan kreator untuk

menghadirkan panggung sebagai interpretasi seluruh formula dan unsur-unsur

pemanggungan yang secara keseluruhan telah hadir. Aktor dengan pola

permainannya, artistik dengan komposisinya, serta semua unsur yang ada didalam

pertunjukan yang disajikan dalam audio visual tersebut. Setiap unsur yang

digunakan dapat dikatakan indah apabila unsur itu mampu menghidupkan setiap

bagian pertunjukan dengan perananya masing-masing. Dalam gaya

pemanggungan teater Mikro dapat ditemukan beberapa hal yang menjadi identitas

serta ketertarikan penonton yakni:

Page 17: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

2.1. Teater Rakyat Kota

Teater rakyat kota yang dimaksudkan adalah perpaduan idiom

antara teater Barat dengan teater Rakyat daerah setempat yang

dikombinasikan menjadi suatu komposisi pertunjukan yang seutuhnya.

Teater ini berkembang atas dasar kesepakatan antara penonton dengan

tontonan.

Teater rakyat kota dalam teater Mikro sangat jelas dapat dirasakan

dari berbagai unsur yang terdapat didalam-nya. Unsur-unsur tersebut

menyatu dengan semua dimensi dalam pertunjukan, hingga membuat

pertunjukan teater Mikro dapat dinikmati oleh semua penonton yang ada

di lingkup pertunjukan tersebut. Beberapa pepaduan unsur teater barat dan

teater tradisioanal rakyat yang menjadikan teater Mikro sebagai teater

eskapisme yakni:

1. Penggunaan panggung proscenium dengan layar hitam di kedua sisi

panggung yang menjadi pembatas antara penonton dengan tontonan.

2. Penggunaan lampu dengan berbagai alat bantu dengan warna-warna

yang dihadirkan untuk menunjang suasana pertunjukan dan sebagai

gambaran keadaan serta sebagai penanda dimulai maupun diahirinya

pertunjukan.

3. Penggunaan naskah sebagai acuan cerita dalam pertunjukan.

4. Penggunaan make-up dan kostum kedaerahan (daerah setempat) yang

digunakan dalam setiap pertunjukannya.

Page 18: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

5. Penggunaan instrumen musik tradisional rakyat setempat berupa musik

tabuh atau pukul yang selalu digunakan dalam unsur musikalitas

permainan hingga menjadikan pertunjukan sangat meriah dengan

iringan musiknya seperti; 1.) kentongan (musik patrol dari akar dan

batang bambu); 2.) syaron dan peking atau balungan yang digunakan

untuk iringan melodinya; 3.) Gong (gamelan jawa) yang digunakan

untuk penanda awal musik dimulai dan sebagai instrument bas dalam

permainan music; 4.) senar dram; 5.) flour atau jidor; 6.) 3 gallon yang

disusun dengan kerangka kayu dan karet ban bekas sebagi instrument

pukul penyerupai kuarto; 7.) simbal; 8.) bonang jawa; 9.) marsingbell

seperti kulintang yang terbuat dari logam; 10.) jimbe; 11.) dan sesekali

menggunakan instrumen musik digital sebagai penunjang suasananya.

6. Penggunaan bahasa daerah setempat yang sering digunakan terutama

saat dimasukannya juke pada saat lawakan atau humoris.

7. Pemilihan cerita dari folklore atau sastra lisan daerah yang sering di

mainkan diatas pentas.

8. Penggunaan tarian dengan kreasi baru maupun pemasukan tarian

tradisi daerah setempat yang dipadukan dengan tarian modern yang

selalu digunakan.

9. Penggunaan setting yang mempunyai sifat multi fungsi seperti trap

(level kayu) yang digunakan sebagai simbolkan, sebuah penggambaran

tempat tidur, batu besar, jalan raya dan banyak yang lainnya.

Page 19: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

10. Pola permainan teater rakyat dengan sesekali berdialog langsung

dengan audiens sehingga menghapuskan dimensi tontonan dengan

penonton atau bisa juga dikatakan penonton di ikutsertakan dengan

pertunjukan yang sedang berlangsung.

Seperti apa yang terlihat dalam pertunjukan yang dilakukan oleh

teater Mikro, dapat dikatakan bahwa teater Mikro adalah salah satu bentuk

teater rakyat kota. Hal itu sesuai dengan takaran yang telah dijelaskan

sebelumnya. Menurut informan, keberanian teater Mikro yang selalu

menggunakan sebuah folklore dalam sebuah karya seni teater adalah poin

sendiri yang membuat Mikro dapat selalu diterima di hati penikmatnya.3

Penggarapan dengan menyatukan elemen tradisional dengan pola

panggung teater barat di teater Mikro inilah yang sangat mnguntungkan

teater Mikro di event perlombaan yang ada di daerah tuban yang sesuai

dengan kreteria perlombaan pada teater sekolah saat ini4.

2.2. Tarian Dalam Teater Mikro

Tari adalah sebuah bentuk karya seni yang menggunakan media

gerak dan ekspresi yang melalui sterelisasi untuk menyampaikan pesan

dan kesannya. Dalam sebuah pertunjukan teater tradisional rakyat yang

didasari dari sebuah ritual atau sebuah media kepercayaan/religi, sangatlah

3 Fahmi selaku pengamat seni teater di tuban mengatakan bahwa dari dasar itulah teater Mikro dapat dikatakan sebagai endapan atau revolusi dari perkembangan teater tradisonal di dalam era moderenisasi ini. Fahmi menyebutkan bahwa hal itu sangatlah baik karena selain dapat melestarikan budaya daerah khususnya di daerah tuban, hal itu juga dapat menjadikan sebuah teater menjadi hal yang positif di mata mayarakat yang tealah banyak memandang seni teater sebagai sebuah hal yang mempunyai dampak negative dari para pelakunya. Wawancara dengan fahmi pada sabtu, tanggal 27 April 2013 jam 22.00 Wib di Gedung Budaya Loka Tuban.4 Wawancara dengan Djoko Sutopo pelaku seni teater di daerah tuban pada jumat, 3 Mei 2013 jam 10.00 Wib di kediamannya, Perum. Permata Bonang desa Perbon Tuban.

Page 20: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

kental dengan unsur tarian di dalamnya. Tarian yang digunakan teater

Mikro lebih kepada fungsi sebagai hiburan yang mengutamakan keindahan

dalam setiap geraknya.

Setiap pertunjukan teater Mikro selalu menggunakan sebuah tarian

sejak 2007 hingga sekarang5. Hal ini membuktikan bahwa gaya

pemanggungan teater Mikro adalah sebuah bentuk pemanggungan teater

rakyat kota yang menggabungkan antara idiom teater Rakyat dengan teater

Barat.

2.3. Bentuk Permainan Musik Teater Mikro

Musik dalam teatar Mikro sangat identik dengan instrument musik

tradisional daerah setempat seperti; gamelan jawa, jimbe, kentongan (musik patrol

dari akar dan batang bambu), saron dan peking atau balungan yang digunakan

untuk iringan melodinya, Gong (gamelan jawa) digunakan untuk penanda awal

musik dimulai dan sebagai instrument bas dalam permainan musik, senar dram,

flour atau jidor, 3 gallon yang disusun sebagi instrument pukul. Simbal atau ceng-

ceng, bonang jawa, marsingbell seperti kulintan yang terbuat dari logam, dan

sesekali menggunakan instrumen musik digital sebagai penunjang suasananya.

Semua instrumen pukul tersebut dimainkan dengan sangat rapi sehingga

menghasilkan sebuah irama musik yang mempunyai pola tradisional dengan

kemeriahan-nya serta dengan sepirit tradisional yang dihasilkan. Hal itu menjadi

5 Tarian yang digunakan sangat beragam, mulai dari tarian-tarian yang popular di kalangan remaja saat ini ampai dengan tarian tradisional yang telah di kresai kembali oleh sutradara saat melakukan proses latian rutin di setiap harinya. Hal ini dikatakan oleh angga saat wawancara pada selasa, 16 April 2013 jam 17.00 Wib di SMK Negeri 1 Tuban.

Page 21: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

sebuah pembuktian teater rakyat yang dimasukan dalam pola permainan teater

Mikro di setiap pertunjukannya.

2.4. Kostum

Dalam sebuah penggarapan seni teater yang di lakukan oleh teater Mikro,

kostum menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi pula. Berdasarkan apa yang

telah dijelaskan terdahulu bahwa bentuk pertunjukan teater Mikro mempunyai

pendekatan terhadap teater rakyat kota yang menggambungkan idiom teater

Rakyat dengan teater Barat yang menghasilkan sebuah visual kostum tradisi

daerah setempat dengan pendekatan pada zaman kerajaan dengan acuan naskah

ataupun sastra lisan atau folklore.

Kostum yang digunakan teater Mikro tidak harus mengacu pada bentuk-

bentuk yang diharuskan oleh naskah yang digarap. Tetapi lebih pada kemana

naskah itu oleh pertunjukan yang dimainkannya6. Hal itu menjadikan pola

permainan teater Mikro sangat fleksibel dan mudah untuk dibawa kemanapun

guna kepentingan pementasan.

2.5. Material Cerita Dalam Teater Mikro

Material cerita yang digunakan teater Mikro banyak di ambil dari sastra

lisan daerah ditulis oleh RW.A. Dyaksa selaku Pembina teater Mikro seperti

Ningrat, Jonggrang Menyikap Malam, Bratayuda dan lain-lain. Selain naskah

yang digarap dari karya RW. A. Dyaksa, banyak juga naskah lain yang digunakan

teater Mikro dalam acuan pertunjukannya. Naskah-naskah tersebut dimainkan

6 Wawancara dengan angga selaku sutradara pada selasa, 16 April 2013 jam 17.00 Wib di SMK Negeri 1 Tuban .

Page 22: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

dengan penuh perhitungan yang dikemas secara harmonis dalam bentuk teater

rakyat kota yang tak jarang naskah yang digarap melalui proses adaptasi dari

anggota teater Mikro sendiri.

3. Konsistensi Gaya Pemanggungan Teater Mikro

Konsistentensi gaya pemanggungan teater Mikro terletak pada semua

usaha yang dilakukan untuk menjaga sebuah ketetapan dalam menggunakan

sebuah bentuk pemanggungan yang dihadirkan melalui elemen yang terdapat

dalam sebuah pertunjukan. Menurut R.W.A. Dyaksa, kratifitas itu muncul bukan

hanya dari proses berfikir yang tidak di ikuti oleh sebuah bentuk usaha yang

nyata, tetapi proses kreatifitas itu dapat hadir dan di peroleh dari semua hal yang

dilakukan untuk menciptakan sebuah trobosan baru yang pada ahirnya dapat di

nikmati bersama7. Hal itulah yang menjadikan teater Mikro dapat menyesuaikan

sebuah penggarapan teater tanpa harus menghilangkan identitasnya dalam pola

penyajian teater eksapisme selalu menjadi hal yang menarik dalam penyajiannya.

Pembuktian yang sangat jelas bahwa pola pertunjukan teater Mikro

mempunyai pondasi dari serapan-serapan yang di dapat melalui pencarian panjang

dengan munculnya ide dan gagasan baru yang muncul dari melihat, berlatih, serta

berfikir untuk tetap dalam jalur yang dapat di nikmati oleh masyarakt di

sekitarnya. Beberapa proses pencarian itu dilakukan dengan berlatih di pesisir

pantai, serta dilakukannya proses pencarian musikalitas yang terjadwal dalam

skedul latian rutinitas setiap hari tanpa mengenal rasa lelah. Pencarian bentuk

7 Wawancara pada R.W.A. Dyaksa senin, 9 April 2013 di perumahan Gedong Ombo Tuban.

Page 23: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

gerak pemain serta penaripun juga di jadwalkan pada hari jumat dan sabtu yang

dilakukan selesai jam sekolah.

Bukan hanya berhenti di situ, pembuatan sebuah skedul progam kerja juga

tatap dilakukan setiap tahunnya untuk tetap menghidupkan teater khususnya di

daerah Tuban. Progam tersebut seperti kegitan rutinitas setiap tahun untuk

memperingati hari ulang tahun teater Mikro. Hal itu juga menjadi salah satu

bentuk eksistensi yang paling nyata dalam progam kerja teater Mikro. Tentu saja

program tersebut di iringi dengan prestasi yang terus diraih teater Mikro yang

menjadi sebuah point pokok akan keberlangsungan teater Mikro.

Menurut informan, tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah organisasi teater

yang ber-naung dibawah lembaga Sekolah haruslah tetap bisa menghasilkan

sebuah prestasi dan progam yang nyata bagi lembaga dan anggota organisasi

tersebut. Beberapa prestasi yang pernah di peroleh teater Mikro seperti juara

umum di tingkat Kabupaten Tuban yang telah dipertahankan sejak tahun 2007

hingga saat ini. Bukan hanya itu, tetapi prestasi tingkat Regional Jawa Timurpun

tak jarang teater Mikro dapatkan.8.

4.4. Kontribusi Gaya Pemanggungan Teater Mikro

Kontribusi gaya pemanggungan teater Mikro ialah dimana masyarakat

yang khususnya teater sekolah di Kabupaten Tuban mendapatkan serapan dari apa

yang telah dilakukan teater Mikro dengan metode atau pola gaya

pemanggunganya. Hal itu dapat berupa sebuah pola penggarapan, teknis

8 Wawancara dengan RW. A. Dyaksa pada sabtu, 9 Maret 2013 jam 18.30 Wib di kediaman beliau.

Page 24: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

permainan, bentuk pertunjukan, warna penyajian teater sekola, serta kontribusi

bagi sekolah dan masyarakat disekitarnya.

Menurut informan, banyak yang mengatakan bahwa pola penggarapan

teater Mikro yang paling menarik adalah dimana teater Mikro dalam mewadahi

bentuk kreatifitas dengan memadukan antara teater Rakyat dengan teater Barat9.

Beberap juga mengatakan bahwa tarian serta keaktoran pada teater Mikro-lah

yang sangat baik10. Hal itu menunjukan bahwa konsistensi gaya pemanggungan

teater Mikro telah memberikan dampak yang positif kepada para pelaku seni

teater di Kabupaten Tuban, khususnya pada kalangan teater Sekolah.

Sebuah kontribusi yang nyata bagi teater sekolah di Kabupaten Tuban

yang dihasilkan oleh teater Mikro adalah bertambah kaya serta dinamisnya

hubungan antar teater sekolah yang menghasilkan warna berbeda pada masing-

masing kelompok sehingga penikmat seni tidak mendapatkan sebuah suguhan

pertunjukan yang baku dan terasa monoton.

Menurut Jai, Pembina salah satu kelompok teater sekolah, mengatakan

bahwa sedikit banyak pola permainan yang dimiliki oleh teater Mata memiliki

kesamaan yang cukup banyak dengan teater Mikro. Hal itu mungkin menjadi

suatu kewajaran karena teater Mata masihlah tergolong kelompok teater sekolah

yang masih sangat muda di bandingkan teater Mikro. Selain itu teater Mikro

9 Wawancara dengan Djoko Sutopo pada jumat, 3 mei 2013 jam 10.Wib di kediamannya Perum. Permata bonang10 Wawancara dengan beberpa anggota teater sekolah pada acara pentas bareng di Dinas Pendidikan Kabupaten tupan pada 2 januari 2013 dan pada kegiatan pentas teater oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten tuaban pada tanggal 27 April 2013 di Gedung Budaya Loka Tuban.

Page 25: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

adalah salah satu kelompok teater yang membantu berdirinya teater Mata di SMK

TJP Tuban dan mulai tahun 2009 teater Mata bekerja sama dengan teater Mikro

yang ahirnya meminta bantuan untuk bisa latihan bersama pada jadwal yang telah

ditentukan tersebut11.

Bukan hanya dalam pengadobsian pola gaya pemanggunagan pada bentuk

pertunjukan saja, tetapi dari gaya pemanggungan yang dilakukan oleh teater

Mikro, dapat menghapuskan pola berfikir siswa dan pelaku seni teater bahwa

kesenian daerah juga patut untuk diperhatikan dan bahkan dikombinasikan dengan

konsep modernitas dalam ber-teater.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, teater Mikro juga cukup berperan

aktif memberikan kontribusi pencitraan bagi Kabupaten Tuban. Hal itu dibuktikan

dengan berbagai prestasi yang didapatkan dari event daerah maupun tingkat

Regional. Seperti halnya yang dikatakan oleh Fahmi selaku pengamat seni teater

di daerah Tuban, bahwa teater Mikro adalah salah satu teater sekolah yang

menjadi panutan dari beberapa kelompok teater di Tuban. bukan karena mereka

yang terbaik tetapi lebih karena seringnya teater Mikro mendapatkan nominasi

juara dalam setiap event yang diadakan. Hal itu diperoleh karena keberanian teater

Mikro yang mengkombinasikan antara unsur folklore dengan pertujukan masa

kini dalam setiap pertunjukannya, yang pada akhirnya menghasilkan sebuah

bentuk pementasan teater baru dengan gayanya sendiri12.

11 Wawancara dengan Jai di SMA Negeri 2 Tuban pada sabtu, 27 April 201312 Wawancara dengan Fahmi pada sabtu, 27 April 2013 jam 22.00 Wib di Gedung Budaya Loka.

Page 26: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

SIMPULAN DAN SARAN

1 Simpulan

Bentuk pemanggungan teater rakyat kota yang menggunakan pola

representatif, nampak jelas pada bentuk permainan serta unsur atistik yang

selalu mempunyai fungsi lebih dari bentuk yang dihadirkan. Terlihat

dengan kemeriahan penyajian yang mengambil suatu spririt pertunjukan

teater Rakyat yang menyatu dalam sebuah sajian antara penonton dengan

tontonan. Tarian yang kaya bentuk gerak serta musik yang meriah melebur

menjadi satu kesatuan pertunjukan. Hal itu menjadikan penonton merasa

dekat dan pertunjukan sangat hangat saat dinikmati dalam kebersamaan

yang diciptakan dari dialog pemain dengan penonton di dalam satu

pertunjukan tersebut.

2. Saran

Gaya pemanggungan teater Mikro sebagai teater rakyat kota

sangatlah menarik apa bila diakukan dengan bimbingan serta arahan yang

tepat. Hal itu Nampak pada setiap sajian yang di gelar oleh teater Mikro,

tetapi akan lebih baik lagi dalam penyajian teater Mikro juga

memperhatikan pola warna suara dan make-up yang sekiranya masih perlu

didalami guna mennyempurnakan sebuah hasil yang memuaskan.

Page 27: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya: UNESA Press

Awuy, Tommy F., 1999. Teater Indonesia: Konsep, Sejarah, Problema. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group

Danandjaja, James, 2007. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press

Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Komunikasi, Kantor Informasi. 2005. Selayang Padang Tuban. Tuban: Pemerintah Kabupaten Tuban.

Padmodarmaya, Pramana. 1988. Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Balai Pustaka

Rendra. 2007. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta: Burungmerak Press

Sumardjo, Jakob. 2006. Estetika Paradok. STSI Bandung: Sunan Ambu press

. 2004. Perkembangan Teater dan Drama Indonesia. Bandung: STSI Press

. 1986. Ikhtisar Sejarah Teater Barat. Bandung: ANGKASA

Waluyo, Herman J, Prof. Dr. 2001. Drama: Teaori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia

Yudiaryani. 1999. Panggung Teater Dunia. Jogjakarta: Pustaka Gondo Suli

Page 28: GAYA PEMANGGUNGAN TEATER MIKRO DI SMK NEGERI 1 TUBAN

http//teater.cv.Tuban.co.id, diakses pada 22 Desember 2012

http://Mikro.taroomedia.com/ , diakses pada 22 Desember 2012

http://smkn1tuban.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=12&profil=Sejarah%20Singkat, diakses pada tgl 17 april 2013