gaya mengajarrrrrr

49
Dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran (termasuk pelajaran matematika) akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru juga senang karena punya siswa yang semuanya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya. (Chatib, 2009:100). Salah satu implikasi dari penerapan multiple intelligences dalam proses pembelajaran adalah terwujudnya gaya mengajar guru yang menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie (2000:85-86) menjelaskan bahwa

Upload: iwan-riezwan-coezmiaty

Post on 26-Nov-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran (termasuk pelajaran matematika) akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru juga senang karena punya siswa yang semuanya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya. (Chatib, 2009:100).Salah satu implikasi dari penerapan multiple intelligences dalam proses pembelajaran adalah terwujudnya gaya mengajar guru yang menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie (2000:85-86) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan gaya mengajar atau modalitas mengajar yang biasanya sama dengan gaya belajar masing-masing. Jika kita memiliki kecenderungan belajar secara visual, maka kita akan menjadi guru yang visual pula. Hal itu terjadi secara alamiah. Tetapi, tidak demikian dengan siswa. Sebagian mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan gurunya, tetapi mungkin banyak yang tidak. Bagi siswa yang modalitasnya tidak sama dengan modalitas mengajarnya guru, kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan lebih besar dalam mempelajari bahan. Siswa secara harfiah memproses dunia melalui bahasan yang berbeda dengan guru. Bukankah seorang guru akan senang dapat menjangkau semua siswa dengan modalitas berbeda-beda dan melakukannya secara konsisten? Meskipun cara belajar dan mengajar seseorang itu mencerminkan kecenderungan modalitas seseorang, penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak modalitas yang dilibatkan secara bersamaan, belajar akan semakin hidup, berarti, dan melekat,Rose & Nicholl (2002:131) memapaparkan hasil studi yang dilakukan lebih dari 5.000 siswa di Amerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12, menunjukkan kecenderungan belajar berikut: Visual sebanyak 29%, Auditori sebanyak 34%, dan Kinestetik sebanyak 37%. Namun, pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi, menurut Lynn OBrien, Direktur Studi Diagnostik Spesifik Rickville, Maryland, yang melakukan studi tersebut.Ada sebuah ilustrasi menarik tentang praktik pembelajaran yang diselenggarakan dengan pendekatan multiple intelligences. Ada air dalam cangkir besar yang akan dituangkan dalam 10 botol. Dan, bentuk botolnya pun berbeda-beda. Tidak sama antara satu dengan yang lain. Tetapi, air yang dituangkan ternyata dapat memenuhi bentuk botol yang bermacam-macam itu karena, salah satu sifat air adalah cair, yakni dapat menyesuaikan dengan bentuk yang dialiri. Intinya, ketika air tadi di dalam cangkir, maka bentuk air adalah seperti cangkir. Namun, ketika dituangkan dalam 10 botol yang berbeda, maka diperoleh 10 model bentuk air yang berbeda-beda.Nah, bagaimana dalam proses pembelajaran. Tantangan bagi seorang guru adalah bagaimana guru dapat membuat bentuk ilmu pengetahuan atau informasi yang mau ditransfer ke siswa itu sesuai dengan bentuk masing-masing individu siswa. Jika bentuk yang ditransfer sudah sesuai dengan bentuk masing-masing siswa, maka secara otomatis akan dapat masuk ke dalam masig-masing siswa. Dengan kata lain, gaya mengajar guru harus menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Bukan sebaliknya, gaya belajar siswa harus menyesuaikan dengan gaya mengajar guru.Memang, dengan menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences ini guru akan dibuat dalam posisi yang sulit. Artinya, tugas seorang guru menjadi berat dan berat. Dan, memang inilah keharusan yang menurut penulis merupakan suatu keniscayaan, jika kita ingin para siswa nantinya akan menjadi manusia pebelajar sejati. Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin kita dapat menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences jika dalam suatu kelas terdapat beragam model belajar yang dimiliki siswa?Untuk keefektifan dalam praktiknya di lapangan, memang pembelajaran yang diselenggarakan berbasis multiple intelligences ini lebih cocok jika diterapkan dalam sistem pembelejaran yang menggunakan sistem kelompok, bukan klasikal. Dan, akan lebih sesuai lagi jika pembelajarannya menggunakan pendekatan personal. Sehingga guru benar-benar akan dapat menggali apa saja yang menjadikeunggulan siswa. Dan, pada akhirnya sekolah akan menghargai masing-masing kelebihan dan keunggulan siswa. Artinya, sekolah tidak lagi membatasi peringkat hanya 1-3, atau hanya sepuluh besar. Tetapi, semua siswa layak menjadi juara, mereka akan mendapat peringkat sesuai dengan bidang kemampuannya masing-masing. Guru harus dapat meyakinkan kepada siswa, bahwa si A juara di bidang ini, si B juara di bidang itu, si C ahli bidang ini, si D mahir di bidang itu, dan seterusnya.

BABIPENDAHULUAN

A.Latar Belakang MasalahDalam proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah guru, isi atau materi pengajaran dan siswa.Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing siswa. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno, 2007: 15).Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku guru mengajar ini bila ditelusuri akan diperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan diistilahkan Gaya Mengajar atau teaching style (Lapp, dkk. 1975:1).Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat proses belajar mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar mengajar.Gaya mengajar seorang guru berbeda antara yang satu dengan yang lain pada saat proses belajar mengajar walaupun mempunyai tujuan sama, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan, membentuk sikap siswa, dan menjadikan siswa terampil dalam berkarya. Gaya mengajar guru juga mencerminkan kepribadian guru itu sendiri dan sulit untuk diubah karena sudah menjadi pembawaan sejak kecil atau sejak lahir. Dengan demikian, gaya mengajar guru menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan prestasi siswa.Berdasarkan hal diatas penulis menganalisa makalahdengan judul GAYA MENGAJAR GURU.

B.Rumusan Masalah1.Apa saja macam-macam gaya mengajar?2.Apakah artiberbagaigaya mengajar bagi guru?

C.Tujuan Penulisan Makalah1.Untuk mengetahui macam-macam gaya mengajar.2.Untuk mengetahui artiberbagaigaya mengajar bagi guru.

BABIIPEMBAHASANA.Macam-Macam Gaya MengajarProses interaksi dalam mengajar terjadi antara unsur guru, isi atau materi pelajaran dan siswa. Proses interaksi itu dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.Isi / materi

Proses Interaksi dalam PengajaranPola interaksi sebagaimana digambarkan oleh bagan di atas masih bersifat pola dasar. Artinya, belum dapat terlihat unsur mana dari ketiga unsur di atas mendominasi proses interaksi dalam pengajaran. Pola dasar ini dapat dijadikan dasar dalam mengkaji berbagai gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru. Disini dapat tampak, bahwa ada kalanya guru mendominasi proses interaksi (gambar A), ada kalanya isi mendominasi proses interaksi (gambar B), ada kalanya siswa mendominasi proses interaksi (gambar C), dan ada kalanya baik guru maupun siswa berinteraksi secara seimbang (gambar D).Isi / materi

A

Isi / materi

C

Isi / materi

D

Isi / materi

B

Aneka Ragam Pola Interaksi yang MenggambarkanBerbagai Gaya MengajarAtas dasar kajian di atas, gaya-gaya mengajar dapat dibedakan ke dalam empat macam, yaitu:1.Gaya mengajar klasik2.Gaya mengajar teknologis3.Gaya mengajar personalisasi4.Gaya mengajar interaksional

1)GayaMengajarKlasikGuru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya. Guru masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar klasik tidak sepenuhnya disalahkan manakala kondisi kelas yang mengharuskan seorang guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas dimana siswanya mayoritas pasif.Gaya mengajar klasik mempunyai dua macam aliran, yaitu:a.Aliran perenialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang berpusat pada kemanusiaan (humanity).b.Aliran essentialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang berkenaan dengan science.Dalamaliran perenialismispelajaran banyak mengenai dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan dunia luar.Tujuan pendidikan perenialism adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin mentalnya.Aliran essentialismlebih berisi informasi yang bersifat praktis, dengan tujuan mendidik ketrampilan yang esensil dan berguna untuk hidup produktif.Pendidikan klasik berisi mata pelajaran yang disusun dan ditentukan oleh para ahli.Pada pendidikan klasik lebih menekankan guru sebagai model dan siswa dituntut untuk meniru guru.2) Gaya Mengajar TeknologisFokus gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara individu.Bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak.Peranan isi pelajaran adalah dominan.Oleh karena itu bahan disusun oleh ahlinya masing-masing.Peranan siswa disini adalah belajar dengan menggunakan perangkat atau media.Dengan hanya merespon apa yang diajukan kepadanya melalui perangkat itu,siswa dapat mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan.Peranan guru hanya sebagai pemandu (guide),pengarah (director),atau pemberi kemudahan (facilitator) dalam belajar karena pelajaran sudah diprogram.Pendidikan teknologis memandang bahwa pendidikan merupakan cabang terpenting dari scientific technology.Perkembangan penggunaan istilah teknologi pendidikan ini melalui 3 kategori:1.Penggunaan Audio Visual Aids dikelas untuk memperjelas informasi dan merangsang berpikir2.Penggunaan bahan-bahan terprogram3.PenggunaanKomputer dalam pendidikan3)Gaya Mengajar PersonalisasiGuru yang menerapkan gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru memberikan materi pelajaran tidak hanya membuat siswa lebih pandai semata-mata, melainkan agar siswa menjadikan dirinya lebih pandai. Guru dengan gaya mengajar personalisasi ini akan selalu meningkatkan belajarnya dan juga senantiasa memandang siswa seperti dirinya sendiri. Guru tidak dapat memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan gurunya, karena siswa tersebut mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.Ada dua aliran dari personalisasi, yaknialiran progressive dan aliran romantic.Golongan progressive (TokohnyaialahJohn Dewey) memandang bahwa situasi mengajar berfungsi menentukan disiplin dan arah pengalaman belajar yang dapat menuntun atau menentukan struktur intelegensi.Golongan Romantik (Tokohnya ialahJ.J Russeau) memandang bahwa anak harus bebas.Peranan guru adalah menyiapkan lingkungan agar anak dapat memperoleh pengalaman.Tujuan utama pengajaran personalisasi mengembangakan pribadi siswa secara utuh, sehingga dia dapat menangani masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.Oleh karenanya pengembangan kemampuan berfikir sebagai suatu sarana dalam mematangkan pribadi mempunyai maksud luas, dan dilakukan melalui kegiatan yang kompleks, seperti melalui metode discovery.Masalah yang dipelajari pun menyangkut segi kehidupanreal yang dihadapi.Dengan demikian dapat terpenuhi minat dan kebutuhan psikologis siswa.4)Gaya Mengajar InteraksionalGaya mengajar interaksional lebih mengedepankan dialogis dengan siswa sebagai bentuk interaksi yang dinamis.Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subyek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap baik atau sebaliknya.Dalam hal ini guru menyodorkan masalah kepada siswa, selanjutnya dengan proses diskusi, siswa mengemukakan pendapat, menanggapi dan menyela ataumendukung pendapat lain, sehingga ditemukan kesimpulan tentang masalah yang dibahas itu.Dasar pandangan pengajaran interaksional adalah bahwa hasil belajar diperoleh melalui antara guru-siswa, dan siswa-siswa lain, juga interaksi antara siswa dengan kehidupannya.Bahan belajaran dalam pendidikan interaksional tidak disusun berdasarkan suatu subjek tertentu.Melainkandikembangkan dari masalah sosio-kultural yang bersifat kontemporer.Berdasarkan masalah itu diharapkan dapat ditemukan ide baru yang merupakan modifikasi dari berbagai ide yang muncul dan berkembang.Oleh karena itu tidak dijumpai kurikulum formula yang tersusun secara sistematis.Secara psikologis, perkembangan mental anak dipandang sejalan dengan perkembangan segi kognitifnya.Manusia tumbuh dan berkembang dengan interaksinya dengan lingkungan, dan interaksi ini dapat memungkinkan terjadinya kematangan pada diri individu itu sendiri, terutama dalam menghadapi realita kehidupan.

B.Arti Gaya Mengajar Bagi GuruModel mengajar banyak tergantung kepada falsafah yang dipegang oleh guru.Berlandaskan kepada falsafah pendidikan itu, guru dapat mencari bentuk penerapannya, baik bersifat kurikuler maupun psikologis.Bila guru ingin mencoba untuk menemukan atau gaya mengajar yang cocok baginya untuk dapat membantu siswa belajar, maka sebelumnya guru harus menentukan tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya baru dikaji penerapan kurikulum dan psikologis dalam pengajaran yang dilaksanakannya.Penerapan kurikulum berkaitan dengan bahan yang diajarkan, peranan guru, peranan siswa, sumber belajar dan proses pengajaran. Sedangkan psikologi berkenaan dengan teori belajar yang dipegang, motivasi, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.Guru yang sudah mantap dengan gaya mengajar tertentu dapat pula merubah gaya mengajarnya. Untuk ini, seorang guru perlu mempunyai pemahaman terlebih dahulu tentang berbagai gaya mengajar, sebelum ia mencobakan suatu gaya tertentu yang bukan menjadi miliknya.Keberhasilan guru dalam menampilkan suatu gaya mengajar, pada akhirnya bergantung pada sikap mental dan upaya guru itu sendiri. Disamping itu, konservatifisme guru (berpegang pada satu gaya tertentu saja) maupun kreativitas (selalu mencari cara bentuk gaya mengajar) menyebabkan guru dapat menampilkan gaya mengajar secara lebih efektif dan efesien.

Gaya mengajar dapat diartikan teknik atau strategi dalam belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Gaya mengajar pada umumnya diartikan sebagai segala sesuatu cara atau strategi dalam menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Gaya adalah segala sesuatu cara yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan informasi. Gaya juga diartikan sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar (http://www.edu-articles.com/mengenal-gaya-mengajar/2005).

Menurut Husdarta dan Saputra (2000 :3) mengajar adalah merupakan suatu proses yang ssangat kompleks, guru berperan tidak hanya sekedar menyapaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus membimbing siswa agar siswa mau belajar, karena mengajar adalah sebagai upaya yang di sengaja, maka guru terlebih dahalu harus mempersiapkan bahan yang akan di sajikan kepada siswa.

Brotosuryo (1992: 249) tujuan strategi gaya mengajar adalah untuk memberikan kontrol diri, keterlibatan, tangung jawab diri dan perhatian terhadap siswa supaya kualitas-kualitas ini akhirnya membentuk kualitas dapat berjalan terus dan bergairah di dalam kehidupan mereka baik di dalam maupun di luar dunia pelajaran penddikan jasmani.

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika siswanya secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Sorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.

Faktor faktor yang mempengaruhi belajar menurut pendapat Slameto (2003: 55) adalah sebagai berikut :

1). Faktor Intren, 2). Faktor Ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.yang terdiri dari tiga faktor yaitu : Faktor jasmaniah, Faktor psikologis, Faktor kelelahan, sedangkan Faktor Ekstern adalah faktor yang ada diluar individu yang terdiri dari tiga faktor yaitu: Faktor keluarga, Faktor sekolah, Faktor masyarakat,

Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diarikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinterakasi secara aktif dengan berbagai suber belajar yang ada.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan gaya atau model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kopetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kopetensi peserta didik bersifat memperaktekkan suatu teknik tentunya diperlukan gaya yang tepat untuk digunkan. Jika tujuan atau kopetensi yang dicapai bersifat memehami materi pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktifitas), maka metode filim dan video bisa digunakan. Disamping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti : biaya, ketepatgunaan; keadaan perserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis (http://www.edu-articles.com/mengenal-metode-pembelajaran/2005).

Fakta di lapangan membuktikan masih banyak guru-guru yang tidak menguasai ilmu keguruan. Mereka hanya mengajarkan materi yang berbasis pada peningkatan intelektual. Itupun dengan metode-metode yang klasik, sehingga murid sering kali menuai kebosanan dalam proses belajar mengajar di sekolah.Dr. Haryono, dalam seminar mencari format pendidikan berkualitas di jawa tengah mengatakan bahwa sekitar 5% peserta didik pada kelas akselerasi menghadapi kebosanan dengan pelajaran yang ada. Pendidikan yang seperti ini justru menimbulkan terror bagi siswa.Landasan filosofis dan sosial budaya Indonesia memposisikan fungsi dan peran guru sebagai pengajar dan pendidik. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pengajar yang harus mampu mengajarkan materi-materi pelajaran, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik guru sering di anggap sebagai orang tua ke dua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan.

Selain itu, dalam menghadapi masalah selama proses pembelajaran hendaknya guru mampu mengajarkan penyelesaian masalah secara interdisipliner melalui pendekatan intelegensia (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ).Guru yang mampu mengelola kelas dengan kombinasi mengajar dan mendidik akan menghasilkan generasi yang kreatif dan berbudi luhur karena mereka mampu mengenali potensi dan lingkungan mereka.

Memutuskan diri untuk menjadi seorang guru adalah panggilan hidup, sekaligus meyakinkan diri bahwa setiap tutur kata dan tindakan seorang guru adalah upaya mengantarkan sebuah peradaban menjadi lebih baik.Mereka yang siap untuk menjadi guru juga harus siap dengan 1001 permasalahan di kelas yang terkadang sangat melelahkan. Mulai dari kegaduhan siswa, ketidakpatuhan siswa, bahasa siswa yang tidak sopan, kenakalan siswa, dan berbagai persoalan lainnya yang dibuat oleh siswa-siswa anda. Oleh karena itu, dalam dalam mengerjakan pekerjaan membutuhkan kesabaran, ketulusan, dan dedikasinya dalam membimbing para siswanya untuk menjadi manusia yang cerdas, berkualitas baik pengetahuan, dan berbudi luhur.

Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan Metode CeramahPosted byHeru Setyawanon 15.06

Metode ceramahyang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode ataumodel pembelajaranbaik metode pembelajaran klasik termasukmetode ceramahmaupun metode pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang saling melengkapi satu sama lain.Metode ceramahitu sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.Metode ceramahadalah penyajian informasi secara lisan baik formal maupun informal.Metode ceramahmenurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.Metode ceramahyaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.Metode ceramahjuga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Jenis-jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi, metode ceramah campuran dan metode ceramah asli.Anggapan-anggapan negatif tentangmetode ceramahsudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantumedia pembelajaranseperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari katalego(bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadilecture methodataumetode ceramah.Definisi metodeceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh paragurutentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir setiapgurusejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.Metode ceramahdalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.Metode ceramahdalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :Kelemahan :Mudah menjadi verbalisme.Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.Cenderung membuat siswa pasifKelebihan :Gurumudah menguasai kelas.Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.Gurumudah menerangkan pelajaran dengan baik.Lebih ekonomis dalam hal waktu.Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luasMembantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lainSumber Rujukan:Subroto Suryo, Drs. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta.Popham James W, dkk. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : Rineka Cipta.Suwarna, M.Pd, dkk. 2005. Pengajaran Mikro. Yogyakarta : Tiara Wacana.Sagala Syaiful, Dr. M,Pd. 2008. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta.Djamarah Saiful Bahri, Drs. dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.Wahab Abdul Aziz, Dr. M,A,Metode dan Model Mengajar IPS,Bandung:AlfabetaA.M. Sardiman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Bandung, Rajawali Pers

Gaya Mengajar Guru ProfesionalA.PendahuluanGuru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing siswa. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno, 2007: 15).

Guru merupakan suatu profesi, yang artinya suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih banyak terdapat seorang guru yang mempunyai latar belakang di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru yang berlatar belakang kependidikan perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut :

1) Guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada materi pembelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi. 2) Guru harus dapat membangkitkan minat siswa untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan. 3) Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian materi pembelajaran dan penyesuainnya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan siswa. 4) Guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa (kegiatan apersepsi), agar siswa menjadi mudah dalam memahami materi pelajaran yang diterimanya. 5) Guru dapat menjelaskan unit materi pelajaran secara berulang-ulang sampai tanggapan siswa menjadi jelas. 6) Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara materi pelajaran dan/atau praktik nyata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 7) Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar siswa dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh sendiri. 8) Guru harus mengembangkan sikap siswa dalam membina hubungan sosial baik dalam kelas maupun di luar kelas. 9) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.

B.Konsep Gaya Mengajar Guru ProfesionalGaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat proses belajar mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar mengajar.

Gaya mengajar seorang guru berbeda antara yang satu dengan yang lain pada saat proses belajar mengajar walaupun mempunyai tujuan sama, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan, membentuk sikap siswa, dan menjadikan siswa terampil dalam berkarya. Gaya mengajar guru juga mencerminkan kepribadian guru itu sendiri dan sulit untuk diubah karena sudah menjadi pembawaan sejak kecil atau sejak lahir. Dengan demikian, gaya mengajar guru menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan prestasi siswa.

C.Macam-Macam Gaya Mengajar Guru ProfesionalGaya mengajar yang perlu diterapkan guru dalam proses belajar mengajar sebaiknya bersifat variatif, inovatif, serta mudah diterima oleh siswa dalam penyampaian materi pelajaran. Thoifuri (2007: 83), membedakan gaya mengajar guru yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran menjadi beberapa macam, yaitu gaya mengajar: klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.

1)Gaya Mengajar KlasikGuru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya. Guru masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar klasik tidak sepenuhnya disalahkan manakala kondisi kelas yang mengharuskan seorang guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas dimana siswanya mayoritas pasif.

2)Gaya Mengajar TeknologisGuru yang menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi bahan perbincangan yang tidak pernah selesai. Argumentasinya bahwa setiap guru dengan gaya mengajar tersebut mempunyai watak yang berbeda-beda, yaitu kaku, keras, moderat, dan fleksibel. Gaya mengajar teknologis ini mensyaratkan seorang guru untuk berpegang pada berbagai sumber media yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minat masing-masing, sehingga memberi banyak manfaat pada diri siswa.

3)Gaya Mengajar PersonalisasiGuru yang menerapkan gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru memberikan materi pelajaran tidak hanya membuat siswa lebih pandai semata-mata, melainkan agar siswa menjadikan dirinya lebih pandai. Guru dengan gaya mengajar personalisasi ini akan selalu meningkatkan belajarnya dan juga senantiasa memandang siswa seperti dirinya sendiri. Guru tidak dapat memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan gurunya, karena siswa tersebut mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.

4)Gaya Mengajar InteraksionalGuru profesional cenderung berpola pikir untuk menjadi guru dengan gaya mengajar interaksional. Guru dengan gaya mengajar interaksional lebih mengedepankan dialogis dengan siswa sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subyek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap paling baik atau sebaliknya paling jelek.