gastroentritis yudi pratama

17
GASTROENTRITIS Nama : Yudi Pratama NIM : 0907101010065 A. DEFINISI Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan usus halus ditandai dengan gejala diare, muntah dan demam ringan disertai hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut (WHO, 2002) . Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces cair/encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005) Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari) ( Depkes RI, 2005). Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh infeksi usus (Diskin, 2006). B. ETIOLOGI a. Pejamu (Host)

Upload: ardhuha

Post on 27-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tulisan

TRANSCRIPT

Page 1: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

GASTROENTRITIS

Nama : Yudi Pratama

NIM : 0907101010065

A. DEFINISI

Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan usus

halus ditandai dengan gejala diare, muntah dan demam ringan disertai hilangnya nafsu

makan dan rasa tidak enak di perut (WHO, 2002) .

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali

pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces cair/encer, dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005)

Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk

dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari) ( Depkes RI, 2005).

Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa berlangsung terus sampai

beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh infeksi usus

(Diskin, 2006).

B. ETIOLOGI

a. Pejamu (Host)

Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan

pejamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain (Depkes, RI 2003) :

1. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat

melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis.

2. Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

3. Beratnya penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis

meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.

4. Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh)

5. Campak. Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau anak-anak yang

sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat penurunan

kekebalan tubuh penderita.

Page 2: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

b. Agen (Agent)

Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor infeksi

Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis) meliputi (Depkes, RI

2003):

1. Bakteri : Escherchia coli, Salmonella Typhi, Salmonella paratyphi, Shigella

dysentrie, Shigella Flexneri, Vibrio Cholera, Vibrio Eltor, Vibrio

Parahemolyticus, Clostridium Perfringens, Campilobacter, Staphylococcus sp,

Coccidiosis.

2. Parasit dan protozoa : Entamuba Histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas

Hominis, Isospora sp, Ascaris Lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma

Duodenale, Trichuris Trichuria, Taenia Solium, Taenia Saginata, Oxylorus

Vermicularis, S.Srercoralis.

3. Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus yang yang lebih

dikenal dengan Sapporo virus yag merupakan famili dari Calicifiridiae virus.

2. Faktor Malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ;

monosakarid ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak

adalah intoleransi laktosa.

2. Malabsorbsi lemak

3. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan, seperti makanan yang tercemar, makanan laut yang terkontaminasi

dengan racun kimia, makanan beracun, dan alergi makanan.

4. Efek samping penggunaan obat, misalnya obat antasid yang mengandung

magnesium dalam jumlah besar, antibiotik, obat-obat anti kanker, dan obat

pencahar.

c. Lingkungan (Environment)

Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Lingkungan

memiliki pengaruh besar tehadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang dominan

terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja.

Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.

Page 3: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi penyebab

gastroenteritis antara lain (Suharyono, 2001):

1. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dn memenuhi syarat kesehatan.

2. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.

3. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.

4. Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.

5. Belum ditanganinya higene dan sanitasi industri secara intensif.

6. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan.

7. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.

C. EPIDEMIOLOGI

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi diseluruh

dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan perempuan.

Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia dikarenakan daya tahan

tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi (Suharyono, 2003).

Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan rendah dan

berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku

terhadap kesehatan yang kurang (Irwanto, 2002).

Di Amerika, infeksi rotavirus dan astrovirus terjadi selama musim dingin setiap

tahun (Oktober – April), sedangkan infeksi norovirus muncul sepanjang tahun. Di

negara-negara yang beriklim empat musim, diare yang disebabkan oleh bakteri sering

terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim

dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang

tahun, dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus),

sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan musim hujan

(Januari-Februari) (Sunoto, 2004).

Di Amerika tiap tahun terjadi sebanyak 90 juta kasus dari beberapa juta

kunjungan berobat dan kunjungan rumah sakit. Berdasarkan data Pusat Pengawasan dan

Pencegahan Penyakit, 3,5 juta kasus gastroenteritis berasal dari rotavirus dan sedikitnya

90.000 kasus keracunan makanan terjadi tiap tahunnya. Sejak tahun 1981 sampai tahun

1994 dilaporkan terjadi 333 kasus infeksi Vibrio vulnificus di Florida. Dua diantaranya

meninggal dunia karena gastroenteritis.

Page 4: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

Pada tahun 2002, Norovirus ditandai sebagai penyebab 9 dari 21 KLB

gastroenteritis akut yang dilaporkan oleh Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit.

Norovirus menyebabkan sebanyak 23 juta kasus gastroenteritis akut tiap tahunnya dan

merupakan penyebab utama KLB gastroenteritis.

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:

1. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan

akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul

gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula

gasteoenteritis. Berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:

1) Dehidrasi ringan, jika kekurangan cairan 5% atau 25 ml/kg/bb.

2) Dehidrasi sedang, jika kekurangan cairan 5-10% atau 75 ml/kg/bb.

3) Dehidrasi berat, jika kekurangan cairan 10-15% atau 125 ml/kg/bb.

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara langsung

atau oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi oleh bakteria. Infeksi ini menimbulkan

peningkatan produksi air dan garam ke dalam lumen usus dan juga peningkatan

motilitas, yang menyebabkan sejumlah besar makanan yang tidak dicerna dan cairan

dikeluarkan. Dengan gastroenteritis yang hebat, sejumlah besar cairan dan elektrolit

dapat hilang, menimbulkan dehidrasi, hyponatremi dan hipokalemia (Long, 1996).

Selain itu juga gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat meyebabkan

gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah),

hipoglikamik, dan gangguan sirkulasi darah.

Page 5: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala gastroenteritis pada balita secara umum antara lain : anak

menjadi cengeng, sering menagis dan gelisah, kadang – kadang demam, mengalami

gangguan minum, dan nafsu makan berkurang, Gejala muntah dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Pada bayi penderita gastroenteritis biasanya

warna muntah seperti warna susu. Tinja cair dan dapat disertai lendir. Warna tinja

makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu

(Schwartz, 2004).

Bila penderita telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi

mulai tampak. Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain :

mengantuk, tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva

menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor

kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, gelisah, kadang-

kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan Kuszmaull (pernapasan yang

cepat dan dalam), pada keadaan yang luar biasa anak terlihat kurang meresponi keadaan

sekitarnya (apatik) (Schwartz, 2004).

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:

1. Dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-<5%) dengan gejala

berupa: keadaan umum baik dan sadar, mata normal dan air mata tidak ada, mulut

dan lidah basah, tidak merasa haus dan bisa minum, turgor normal (cubitan kulit

cepat kembali).

2. Dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dengan gejala berupa:

kencing sedikit, nafsu makan berkurang, gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun,

mata dan ubun – ubun cekung, mulut dan lidah kering, nadi lebih cepat dari normal,

turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali).

3. Dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%) dengan gejala fisik

berupa: tidak kencing dan tidak ada nafsu makan, sangat lemah hingga kesadaran

menurun, mata dan ubun – ubun sangat cekung, bibir dan lidah sangat kering, nadi

sangat cepat, turgor jelek (cubitan kulit sangat lambat kembali).

Berat ringannya dehidrasi akan menentukan jenis terapi dan mati hidupnya anak serta

pertumbuhannya dikemudian hari.

Page 6: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

F. DIAGNOSIS

Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan diagnostik pada klien

gastroenteritis adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis.

2) Biarkan kumanuntuk mencari kuman penyebab.

3) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).

4) PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar Intolerance).

b. Pemeriksaan darah

1) Darah perifer lengkap.

2) Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K, Ca dan P serum pada diare

yang disertai kejang).

3) PH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam

basa.

4) Kadar uream dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

c. Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada

diare kronik.

G. PENATALAKSANAAN

Menurut Mansjoer Arief (2000), penatalaksanaan gastroenteritis adalah terdiri

dari:

a. Simtomatis

1. Terapi rehidrasi. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan

elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya

berhenti dengan cara memberikan oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, Dekstrose

5%. Dekstrosa dalam salin, dll.

2. Antispasmodik, Antikolinergik (Antagonis stimulus kolinergik pada reseptor

muskarinik), contoh obat: Papaperin, obat anti diare: obat anti motilitas dan sekresi

usus (Loperamid), oktreotid (Sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan

pada diare sklerotik,bat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik

Page 7: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

yaitu: Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.

3. Antiemetik (metoclopramid).

4. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam folat.

5. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan

efek buruk pada status gizi.

b. Kausal

Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi, pada kasus

kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.

Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, maka penatalaksanaan gastroenteritis

dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi ringan

Pada keadaan ini dapat ditangani oleh ibu atau kader kesehatan dengan cara

memberikan oralit dan makanan cair seperti air tajin, sup dan kuah sayur.

Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan sebanyak 180ml/kg.

b. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi sedang

Pada keadaan ini perawatan dan pengobatan penderita sebaiknya didampingi oleh

petugas kesehatan. Berikan oralit sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Kebutuhan

cairan dan elektrolit pada dehidrasi sedang sebanyak 220ml/kg.

c. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi berat

Pada keadaan ini penderita harus segera di infus karena sudah mengalami banyak

kekurangan cairan sementara kesadarannya sudah menurun Cairan yang diberikan

adalah Ringer Laktat melalui intravena. Bila kesadaran penderita mulai membaik

maka segera berikan oralit. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi berat

sebesar 260ml/kg.

Pemberian obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru

akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan

akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan kuman.

Page 8: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

F. KOMPLIKASI

Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti (Suharyono, 2003):

a. Gangguan keseimbangan asam basa

b. Hipokalemia (keadaan kadar kalium yang rendah)

c. Hypoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah).

Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg% pada

bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang

sampai koma. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup/baik, hipoglikemia

jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya sudah

menederita KKP (Kekurangan Kalori Protein), hal ini terjadi karena :

d. Persediaan glikogen dalam hati terganggu

e. Adanya gangguan absorbsi glukosa Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat

defisiensi laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.

f. Gangguan gizi, sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan

akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini

disebabkan karena: makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan

memberikan air teh saja, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan

pengenceran, dan diberikan dalam jangka waktu yang lama, makanan yang

diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya

hiperperistaltik usus.

g. Terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik yang

selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, dan kesadaran menurun.

G. PENCEGAHAN

1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-patogenesis dengan

tujuan menghilangkan faktor resiko terhadap gastroenteritis. Sasaran pada pencegahan

ini adalah orang sehat sehingga diharapkan tidak menderita sakit.

Page 9: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini antara lain :

a. Health Promotion

Kegiatan health promotion (promosi kesehatan) dalam upaya mencegah terjadinya

gastreoenteritis dapat berupa :

1. Pemberian ASI

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang

hidup dengan kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungnan

baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI memberikan zat-zat

kekebalan yang belum di buat oleh bayi tersebut. Sehingga bayi yang minum ASI lebih

jarang sakit , terutama pada awal dari kehidupannya (Soetjiningsih, 2007).

Dengan adanya komponen- komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam

ASI, maka bayi yang minum ASI akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik

yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan antigen lainnya. ASI merupakan faktor

penting dalam mencegah terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan pertama

kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu

tahun (Soetjiningsih, 2007).

2. Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI diberikan setelah anak berusia diatas 6 bulan.

Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dikhawatirkan dapat

mengganggu sistem pencernaan bayi, karena pembentukan organ tubuh bayi belum

sempurna. Pada tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.

3. Penggunaan Air Bersih

Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara penularannya melalui

air, jadi untuk mencegah terjadinya gastroenteritis adalah dengan penggunaan air yang

bersih. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga mendidih.

4. Membuang Tinja Bayi Secara Benar

Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya. Hal ini tidak

benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang

tuanya. Yang harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila tidak ada

jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun.

Page 10: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

5. Mencuci Tangan

Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah terjadinya gastroenteritis.

Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun segera setelah membersihkan anak ketika buang

air besar, dan mencuci tangan baik dilakukan sebelum makan dan sesudah buang air

besar.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua diberikan pada masa patogenesis dengan tujuan

mencegah kehilangan banyak cairan. Sasaran pada pencegahan ini adalah penderita

gastroenteritis yang diharapkan agar tidak terjadi dehidrasi yang berkelanjutan.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini berupa Early Diagnosis and

Prompt Treatment yaitu diagnosa dan pengobatan secepatnya.

Pengobatan pertama yang dapat dilakukan pada penderita gastroenteritis adalah

memberikan cairan oralit secepatnya untuk mencegah kehilangan banyak cairan.

Sementara pemberian obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat

justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di

usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan kuman.

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi

dan kematian akibat dehidrasi. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan tingkat

ketiga ini berupa Limitation of Ability (pembatasan kecacatan) dan Rehabilitation

(rehabilitasi). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah tetap memberikan nutrisi

pada anak agar daya tahan tubuh anak tidak berkurang guna mencegah munculnya

penyakit lain.

Page 11: GASTROENTRITIS Yudi Pratama

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI 2003. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi 3. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP,

Ditjen PPM dan PLP. Depkes RI, 2005. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Dalam Repelita VI. Jakarta: Depkes RI

Diskin, Arthur. 2006. Gastroenteritis. http://www.medicinet.com/gastroenteritis/ [diakses 13 April 2013]

Irwanto, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta. Ed.Ke-3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Schwartz, William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suharyono. 2001. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta

Suharyono. 2003. Gastroenterologi Anak Praktis Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sunoto. 2004. Diare Masalah dan Penatalaksanaannya. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia

Soetjiningsih. 2007. ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

WHO, 2002. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut : Petunjuk Praktis edisi 2. Jakarta: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC