gangguan pengendalian impuls

Upload: rizkiaryo

Post on 06-Jul-2015

827 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Gangguan pengendalian impulsSeptember 19, 2007 Posted in Kesehatan Apakah Anda memiliki kebiasaan buruk yang sulit Anda tahan seperti dorongan merusak barang, mencuri, membakar, berjudi, mencabuti rambut dsb. ? Bila ya, berarti?Anda mengalami impulse control disorders (gangguan pengendalian impuls). Gangguan ini ini disebabkan oleh ketidak mampuan seseseorang?mengendalikan?dorongan atau godaan untuk melakukan perbuatan tertentu.? DSM-IV-TR memasukkan lima gangguan?pengendalian impuls tambahan yaitu : 1. Intermitten explosive disorder : dimana seseorang bertindak berdasarkan impuls impuls agresif yang menghasilkan tindakan tindakan penyerangan serius atau perusakan harta benda (American Psychiatric Association, 2000). Diduga,? faktor psikososial seperti stress, gaya asuh orang tua dsb. berpengaruh dalam?memicu gangguan tsb.? 2. Kleptomania : ketidak mampuan seseorang menolak dorongan berulang untuk mencuri barang barang yang seebenarnya tidak diperlukan untuk kegunaan pribadi atau yang dicuri bukan karena?nilai uangnya. Tindakannya mengikuti pola tertentu yaitu merasakan ketegangan tepat sebelum mencuri dan diikuti rasa puas atau lega saat pencurian dilakukan (Mc. Elroy dan Arnold, 2001).? 3. Piromania : gangguan pengendalian impuls yang melibatkan adanya dorongan yang tidak dapat ditolak untuk melakukan pembakaran. Polanya sama dengan kleptomania, dimana muncul perasaan puas atau lega saat api mulai membakar. 4. Judi Patologis : Adanya kebutuhan untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang?semakin banyak dari waktu ke waktu dan timbul gejala gelisah ketika berusaha berhenti (withdrawal). Saat ini perilaku tsb. diperkirakan menimpa 3%-5% orang Amerika dewasa (Slutske, Jackson dan Sher, 2003). 5. Trikotilomania : Adanya dorongan untuk mencabuti rambut sendiri dari bagian tubuh yang manapun, termasuk rambut di kulit kepala, alis dan bulu bulu tangan. Gangguan ini terlihat pada 1%-5% mahasiswa dan lebih banyak dialami oleh perempuan ketimbang laki laki (Scott dan kawan kawan, 2003). Selain kelima macam gangguan tsb. juga terdapat dorongan tidak terkendali lainnya seperti dorongan berbelanja (oniomania), mutilasi diri, kebiasaan menggigit kuku, kecanduan internet dsb. Disari dari : Psikologi Abnormal, V. Mark Durand and David H. Barlow, 2006 Opini pribadi : Pelaku gangguan pengendalian impuls harus difahami sebagai subjek yang perlu dibantu misal melalui terapi / rehabilitasi karena?mereka pada umumnya adalah korban ketidak berdayaan atau?tidak mengetahui cara untuk keluar dari?dorongan tidak terkendali tsb.http://klinikservo.com/gangguan-pengendalian-impuls/

Gangguan Pengendalian Impuls Individu dengan pengendalian implus memiliki cirri-ciri berikut: pertama, individu tidak dapat menahan suatu implus, dorongan, atau godaan untuk melakukan suatu tindakan yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Individu mungkin secara disadari atau tidak disadarimenentang implus dan mungkin merencanakan atau tidak merencanakan tindakan tersebut. kedua, sebelum melakukan tindakan, mereka merasakan ketegangan atau rangsangan yang meningkat. Ketiga, saat melakukan tindakan, individu dengan gangguan ini merasakan kesenangan, kegembiraan, atau pelepasan. Tindakan adalah ego-sintonik yaitu sejalan dengan harapan sadar pasien yang segera. Segera setelah tindakan, pasien mungkin merasakan penyesalan yang murni, mencela diri sendiri, atau rasa bersalah, atau mungkin tidak merasakanya. Enam kategori ganggua pengendalian implus yaitu gangguan eksplosif intermiten, kleptomania, berjudi patologis, trikotilomania, dan gangguan pengendalian implus yang tidak dapat ditentukan. Penyebab gangguan pengendalian implus adalah tidak diketahui, tetapi faktor psikodinamika dan psikososial tampak berinteraksi untuk menyebabkan gangguan. Gangguan mungkin memiliki mekanisme neurobiologis dasar yang sama.

FAKTOR PSIKODINAMIKA Suatu implus adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, untuk menurunkan ketegangan yang meningat yang disebabkan oleh dorongan instinktual yang telah dibangun atau oleh menurunya pertahanan ego terhadap dorongan. Gangguan pengendalian implus memiliki suatu usaha untuk melewati (by pass) pengalaman gejala yang mengganggu atau afek yang menyakitkan dengan berusaha bertindak pada lingkungan. Penelitian yang sering penulis telaah, dapat ditengarahi para peneliti menengarahi bahwa perilaku implusif adalah berhubungan dengan super ego yang lemah dan struktur ego yang lemah berhubungan dengan trauma psikis akibat kerugian di masa anak-anak (atau salah satu tugas perkmabnagn sebelumnya). Hal ini dapat dilihat dari pendapat Otto Fenichel yang menghubungkan perilaku implusif dengan usaha untuk menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek yang menyakitkan lainya melalui tindakan. Ia lebih lanjut berpendapat bahwa tindakan tersebut merupakan pertahanan terhadap bahaya internal dan tindakan tersebut dapat menghasilkan pemuasan agresif atau seksual yang menyimpang. Bagi pengamat sikap atau sosial, gangguan atau perilaku implusif mungkin tampak rakus dan ingin tahu, tetapi sebenarnya berhubungan dengan pemulihan dari rasa sakit. Banyak bentuk masalah pengendalian implus termasuk kleptomania, berjudi, dan beberapa perilaku parifiliaberhubungan dengan rasa diri yang tidak lengkap. Ini berawal dari pengamatan bahwa jika diri tidak menerima respon yang mengakui dan menegaskan dari orang lain yang mereka cari dari persahabatan bermakna dalam kehidupan mereka, diri mungkin terpecah. Sebagai cara menghadapi fragmentasi tersebut dan untuk mendapatkan kembali rasa

keutuhan atau keterpaduan diri, individu tersebut melakukan perilaku implusif yang tampak bagi orang lain sebagai merusak diri sendiri. Perilaku implusif atau menyimpang adalah suatu cara dimana anak berharap mendapakan kembali hubungan materal primitif. Perilaku implusif adalah sikap yang penuh harapan diamana anak masih mencari kasih sayang dan cinta dari ibunya, bukan sikap yang menunjukan menyerah untuk mendapatkannya. Hal ini kemudian beberapa ahli terapi menekankan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan. Individu berusaha menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek menyakitkan lainya dengan melakukan tindakan tersebut yang ditujukan untuk mendapatkan pemulihan bahkan jarang berhasil kendatipun secara sementara. FAKTOR BIOLOGIS Penemuan neurotransmitter akhir-akhir ini mengilhami ilmuwan memusatkan segala jenis gangguan dengan kemungkinan keterlibatan faktor organik dalam gangguan pengendalian implus, khususnya bagi individu dengan perilaku yang jelas kasar. Neurosains telah menunjukan bahwa daerah otak tertentu, seperti sistem limbik, adalah berhubungan dengan aktivitas implusif dan kasar, selain juag daerah otak lainya yang berhubungan dengan inhibisi perilaku tersebut. Hormon tertentu, khususnya testoteron, telah dihubungkan denagn perilaku kasar dan agresif. Gejala gangguan pengendalian implus mungkin akan terus ditemukan sampai masa dewasa individu yang diklasifikasikan sebagai penderita gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas di masa anak-anaknya. Defisiensi mental seumur hidup , epilepsi, dan bahkan sindroma otak yang reversibel telah lam dilibatkan dalam hilangnya pengendalian implus. Pada beberapa gangguan pengendalian implus, pertahanan ego terlampaui tanpa patologi sistem saraf yang aktual. Kelelahan, stimulasi yang tidak henti-henti, dan trauma psikis dapat menurunkan daya tahan dan secara sementara menghentikan kontrol ego. Maaf dari pendapat ini, sholat lima waktu sangat rasional sekali kan??? FAKTOR PSIKOSOSIAL Beberapa ilmuwan telah menekankan pentingnya aspek psikososial dari gangguan, seperti pperistiwa kehidupan awal. Model yang tidak tepat untuk identifikasi dan tokoh orang tua yang sendirinya sulit untuk mengendalikan implus juga semestinya dilibatkan. Di samping itu, faktor parental tertentu seperti kekerasan di rumah, penyalahhgunaan alkohol, promiskuitas, dan kecenderungan anti sosial diperkirakan penting. Kilasan secara khusus tentang gangguan yang termasuk dari gangguan Pengendalian Implus adalah sebagai berikut: 1. Gangguan Eksplosif Intermiten Gangguan eksplosif intermiten ditemukan pada individu yang memiliki episode kehilangan kendali implus agresif, yang menyebabkan penyerangan yang serius atau merusak

barang-barang. Derajat agresivitas yang diekspresikan adalah jelas di luar proporsi terhadap tiap stresor yang mungkin membantu mendatangkan episode. Gejala yang dapat digambarkan adalah individu melakukan serangan atau serbuan, tampak dalam beberapa menit atau jam, dan terlepas dari durasinya, menghilang spontan dan cepat. Masing-masing episode biasanya diikuti oleh penyesalan atau pencelaan diri yang murni. Disiplin keilmuan psikologi biasa mendiagnosis Gangguan eksplosif intermiten harus didapatkan dari penggalian riwayat penyakit yang mengungkapkan beberapa episode kehilangan kendali yang disertai oleh serangan agresif, karena ditengarahi episode tunggal yang tersendiri tidak membenarkan diagnosis. Riwayat penyakit biasanya masa kanak-kanak dengan ketergantungan alkohol, kekerasan, dan ketidakstabilan emosional. Pekerjaan klien adalah buruk, klien melaporkan kehilangan pekerjaan, kesulitan perkawinan, dan masalah dengan hukum. Sebagian besar telah mencari bantuan psikiatrik di masa sebelumnya, namun tidak bermanfaat. Tingkat kecemasan, rasa bersalah, dan depresi berat biasanya ditemukan setelah suatu episode. Diagnosis Gangguan eksplosif intermiten dapat dibuat hanya setelah menyingkirkan gangguan yang kadang-kadang berhubungan dengan kehilangan kendali, seperti gangguan psikotik, perubahan kepribadian karena kondisi medis umum, gangguan kepribadian antisosial atau ambang, gangguan konduksi, dan intosikasi dengan zat psikoaktif. Hal ini dapat dibedakan antara Gangguan eksplosif intermiten dan gangguan kepribadian anti sosial dan ambang, karena pada gangguan kepribadian, agresivitas dan implusivitas adalah bagian dari karakter individu dan ditemukan di antara episode serangan. Sedangkan skizofrenia paranoid dan katatonik, individu mungkin menunjukan perilaku kasar sebagai respon terhadap waham dan halusinasi, dan individu memiliki gangguan yang jelas dalam tes relitas. Individu manik yang bersikap bermusuhan mungkin agresif secara implusif, tetapi diagnosis dasar biasanya jelas dari pemeriksaan status mental dan presentasi klinisnya. Dari diskusi di atas, diagnosa Gangguan eksplosif intermiten, gangguan epilepsi, tumor otak, penyakit degeneratif, dan gangguan endokrin harus dipertimbangkan dan disingkirkan, demikian juga intoksikasi akut dengan zat tertentu seperti alkohol, halusinogen, dan amfetamin. Kriteria diagnosis Gangguan eksplosif intermiten dalam DSM-IV adalah sebagai berikut: yBeberapa episode terpisah kegagalan untuk menahan implus agresif yang menyebabkan penyerangan yang serius atau menghancurkan barang-barang. yDerajat agesivitas yang diekspresikan selama episode adalah jelas diluar proporsi stresor psikososial yang mencetuskanya. yEpisode agresif tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan kepribadian anti sosial, gangguan kepribadian ambang, gangguan psikotik, episode manik, gangguan konduksi, atau gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas (ADD/ADHD), dan bukan afek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan), atau kondisi medis umum (misalnya, trauma kepala, penyakit Alzheimer)

Terapi menggunakan kombinasi pendekatan psikoterapi dan farmakologi memiliki kesempatan berhasil yang terbaik. Psikoterapi pada klien adalah sulit, berbahaya, dan seringkali tidak ada ganjaranya, karena ahli terapi psikis lebih banyak mengalami kesukaran dengan trsferensi-balik dan batas-batas lingkungan. Psikoterapi kelompok mungkin memberikan suatu bantuan, demikian juga terapi keluarganya, khususnya jika individu eksplosif adalah seorang remaja atau dewasa awal.http://www.dispendikkabprob.org/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=121

Intermittent Explosive DisorderGangguan Eksplosif Intermiten

Intermittent explosive disorder (IED; gangguan eksplosif intermiten) merupakan gangguan dalam mengontrol impuls seperti adiktif alkohol, gangguan makan, berjudi, parafilia, kebiasaan menarik rambut, mencuri dan gangguan eksplosif intermiten. Gangguan eksplosif intermiten merupakan salah satu dari klasifikasi gangguan kontrol impuls lainnya (Impulse Control Disorders) bersama dalam kelompok itu adalah Kleptomania, Piromania, Berjudi patologis, Trikotilomania, dan Gangguan pengendalian impuls yang tidak terdefinisi. Individu dengan gangguan kontrol impuls tidak dapat menahan dorongan-dorongan dalam dirinya untuk melakukan sesuatu sebagai pemenuhan keinginannya. Gangguan eksplosif intermiten adalah bentuk dari episode amarah atau agresifitas untuk melakukan penghancurkan terhadap barang-barang atau bahkan pembunuhan. IED ini sangat dekat dengan beberapa istilah kekerasan domestik (kekerasan dalam rumah tangga) atau kekerasan di tempat bekerja. Ketika individu dengan gangguan IED terprovokasi, ia akan eksplosif dan bereaksi secara berlebihan dalam beberapa menit bahkan dalam hitungan jam. Setelah terjadi ledakan amarah selesai, biasanya individu akan merasa bersalah, malu, meminta maaf atau menyesal. Tenaga kesehatan profesional dalam mendiagnosa dasar gangguan eksplosif intermiten akan memperhatikan pola dan kebiasaan individu apakah dipengaruhi oleh kondisi dibawah kesadaran atau pengaruh dari alkohol, kokain atau ganja. Kondisi tersebut sering sekali sebagai penyebab timbulnya kekerasan. Individu yang didiagnosa gangguan eksplosif intermiten juga memiliki kaitan dengan beberapa gangguan lainnya seperti; gangguan depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan dan gangguan obsessive-compulsive. Akan tetapi diagnosa dikatakan mengalami gangguan IED, bila kekerasan yang muncul bukan disebabkan oleh gangguan mental lainnya atau kondisi mental lainnya. Berdasarkan DSM IV untuk definisi EID pada poin ketiga ini masih dalam perdebatan dan dianggap kontroversi bagi beberapa ahli dalam memahami kriteria tersebut.

KRITERIA DSM Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) kriteria gangguan EID adalah; 1) Kegagalan dalam menahan dorongan agresi yang mengakibatkan aksi kekerasan serius atau penghancuran benda-benda 2) Ekspresi agresifitas selama episode berlangsung adalah disebabkan oleh adanya sebab-sebab pemicu stres psikososial 3) Episode agresifitas bukan disebabkan oleh ganguan mental lainnya (seperti gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian borderline, gangguan psikotik, episode mania, conduct disorder, atau ADHD) dan bukan disebabkan langsung oleh efek dari kondisi psikologis ( seperti penyalahgunaan obat, medikasi) atau disebabkan oleh kondisi medis secara umum ( seperti trauma kepala, penyakit Alzheimer)

SIMTOM Simtom utama EID adalah terjadinya erupsi kemarahan dan agresifitas yang berlangsung selama 10-20 menit yang mengakibatkan luka atau cidera atau penghancuran benda-benda. Episode ini diperikirakan sudah muncul sebelumnya selama 1 minggu atau bulan tanpa adanya tanda-tanda gejala kekerasan. Ketika episode agresi berlangsung individu; - badan bergetar - palpitasi - ribut - kepala seperti tertekan - telinga memanas dan seperti mendengar bayangan suara - dada terasa sesak

PENYEBAB Penyebab utama kemunculan EID secara pasti tidak diketahui dengan pasti, para ahli berpendapat banyak faktor yang dapat memunculkan EID salah satunya adalah gangguan emosi dan fisik pada masa perkembangan anak. 1) Faktor biologi Teori biologis menduga kemunculan IED disebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter atau kimiawi otak, seperti hormon serotonin (testeron) yang berhubungan dengan sistem limbik (emosi dan memori ). Faktor lainnya adalah adanya gangguan lobus frontal yang berfungsi untuk mengontrol impuls.

Lihat ilustrasi : Fungsi Otak Pada Manusia

Gangguan fisik atau biologi pada masa perkembangan juga diduga sebagai penyebab IED yang mempengaruhi gangguan ringan neurologik tidak normal. Penggunaan alkohol pada masa remaja, trauma kepala, kelainan bentuk otak, infeksi kepala juga sebagai pemicu kemunculan EID. 2) Faktor psikologis Beberapa studi menunjukkan gangguan impuls berhubungan erat dengan riwayat keluarga yang memiliki adiktif dan gangguan mood. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa individu dengan EID berkembang dari keluarga yang berhubungan erat dengan frustrasi, kekerasan fisik dan emosi, orangtua yang menggunakan alkohol, perlakuan (pendidikan) sehari-hari. Individu EID tidak pernah diajarkan untuk mengontrol impuls dan emosinya secara benar. Individu dengan EID memiliki self esteem yang rendah, mereka memiliki cara tersendiri kompensasi terhadap emosinya, sehingga mereka mudah sekali eksplosif dalam menghadapi situasi stress atau frustrasi baik disadari atau tidak disadari.

FAKTOR RESIKO Beberapa resiko gangguan EID; - Terlibat kekerasan - Gangguan kecemasan - Pembunuhan - Gangguan mood - Gangguan makan - Gangguan kepribadian seperti antisosial, paranoid atau narsisistik - Pada anak dapat terlibat perilaku kriminal seperti mencuri atau membakar (piromania) - Bunuh diri - Perceraian - Kehilangan pekerjaan - Dikeluarkan dari sekolah

TEST DAN DIAGNOSIS Beberapa kondisi simtom yang harus dipisahkan (klinis banding) untuk diagnosa gangguan

eksplosif intermiten ini adalah delirium, demensia, oppositional defiant disorder (ODD), gangguan kepribadian antisosial, skizofrenia, serangan panik atau pengasingan diri dan keracunan (intoksikasi). Electroencephalograms (EEGs) dapat digunakan untuk mencheck tanda-tanda neurologis dan keseimbangan serotonin dan testeron

Identifikasi sendiri Apakah Anda mempunyai permasalahan dalam mengendalikan temperamen? Apakah Anda pernah berlaku kasar atau menyerang orang lain? Apakah ttindakan Anda berlebihan ketika marah atau terprovokasi oleh situasi atau orang lain? Apakah Anda pernah memukul atau memecahkan barang-barang ketika marah? Apakah Anda menggunakan alkohol atau obat-obatan? Apakah Anda memiliki riwayat keluarga yang sama, misalnya ayah seorang pemarah? Apakah Anda pernah memiliki riwayat kecelakaan seperti luka kepala? Apakah Anda pernah mengidap epilepsy? Apakah anggota keluarga Anda memiliki riwayat depresi atau gangguan kecemasan?

Jika jawaban Anda YA untuk pertanyaan nomor 1 dan 2, setidaknya 5 kali pernah terjadi, maka dianjurkan Anda untuk melakukan konseling kepada tenaga ahli.

TREATMENT Medikasi Obat-obatan yang digunakan dalam treatmen EID: Anticonvulsants, seperti carbamazepine (Tegretol), phenytoin (Dilantin), gabapentin (Neurontin) dan lamotrigine (Lamictal) Anti cemas, golongan benzodiazepine, seperti diazepam (Valium), lorazepam (Ativan) dan alprazolam (Xanax) Pengatur mood, seperti lithium dan propranolol (Inderal) Antidepressants, seperti fluoxetine (Prozac) dan paroxetine (Paxil)

Psikoterapi Terapi dalam treatment EID digunakan adalah terapi psikodinamika, terapi ini dianggap lebih baik dalam mengontrol perilaku dan pikiran-pikiran yang muncul dalam diri individu. Terapi ini juga melatih individu dalam mengenal perasaan-perasaannya, motivasi, termasuk dalam pikiran sadar dan bawah sadar. Cognitive-behavioral therapy (CBT) bertujuan untuk membantu indivdu lebih fokus dalam pikiran kesadaran dan pola-pola perilaku yang lebih positif dalam mengendalikan dorongandorongan impuls untuk menghindari terjadinya ledakan amarah. Grup terapi dan terapi keluarga dan support group (seperti Alcoholics Anonymous ) kadang juga dibutuhkan untuk menolong individu agar tidak terjebak dalam penyalahgunaan alkohol. [PD]

http://www.pikirdong.org/psikologi/psi62ied.php

GANGGUAN PENGENDALIAN IMPULS YANG TIDAK DIKLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN 1. Gangguan Eksplosif Intermiten 2. Kleptomania 3. Piromania 4. Judi Patologis 5. Trikotilomania