gangguan kecemasan (fobia) masa kanak
DESCRIPTION
isi makalah ilmu kejiwaanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fobia adalah gangguan kecemasan yang paling umum. Fobia yang spesifik
dicirikan oleh ketakutan obyek yang spesifik atau situasi yang sedikit ekstrim dan
terus-menerus atau tanpa adanya ancaman nyata. Fobia spesifik memiliki perilaku,
kognitif, dan fisiologis manifestasi. Fobia tertentu dapat berhubungan dengan
masalah dengan teman sebaya, keluarga, dan sekolah. Masalah-masalah ini dapat
berdampak negatif pada harga diri. Tidak seperti orang dewasa, anak-anak mungkin
tidak mengakui ketakutan mereka berlebihan atau tidak masuk akal.1
Ketakutan dan fobia sering terjadi pada anak-anak; demikian juga, anak-anak
pra-sekolah yang jarang disebut dan didiagnosis sebagai fobia. Ketakutan umum
masa kanak-kanak harus dibedakan dari fobia spesifik, seperti yang belakangan ini
yang tidak masuk akal seperti, mengganggu lebih pada rutinitas sehari-hari, dan
mengarah ke perilaku maladaptive. Dalam beberapa kasus, kemungkinan lingkungan
alam dapat memadamkan rasa takut, sedangkan, di kasus lain, takut dapat menetap
pada kehidupan seseorang. Fobia spesifik pada anak-anak umumnya berkurang dari
waktu ke waktu, meskipun mereka dapat bertahan sampai dewasa. Sebaliknya, fobia
spesifik yang muncul di remaja dan orang dewasa cenderung untuk bertahan, dengan
hanya sekitar 20% penyelesaian tanpa intervensi.1
1
National Institute of Mental Health (NIMH) memperkirakan bahwa 5-12%
dari orang Amerika memiliki fobia, fobia spesifik mempengaruhi sekitar 6 juta orang.
Sekitar 7-9% anak-anak telah diperkirakan memiliki fobia spesifik. Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara orang kulit putih dan keturunan Afrika. Tidak ada
bukti yang terkait status sosial ekonomi dengan fobia spesifik.1
Onset usia rata-rata tergantung pada jenis fobia. Fobia Hewan, darah, badai
dan air yang spesifik biasanya berkembang pada anak usia dini. Fobia pada
ketinggian biasanya berkembang pada remaja. Fobia situasional yang spesifik
(misalnya, claustrophobia) biasanya berkembang selama masa remaja akhir tahun dan
awal dekade ketiga kehidupan.1
Ketakutan dan fobia sering terjadi pada anak-anak. Cenderung meningkat
pada pertengahan sampai akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Usia
puncak untuk rujukan anak-anak yang didiagnosis dengan fobia spesifik adalah 10-13
tahun, dengan gejala onset usia rata-rata kira-kira 8 tahun.1
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan harapan, setiap pembaca khususnya kalangan medis,
lebih mengetahui bagaimana ciri-ciri gangguan kecemasan fobia masa kanak, yang
nantinya akan mudah untuk mendiagnosa secara pasti gangguan ini, sehingga
pengobatan pun dapat diberikan secara maksimal dan tepat, dan juga untuk
memberikan informasi tentang bagaimana cara penanganan dari gangguan kecemasan
fobia masa kanak ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Kecemasan merupakan gejala extrim yang umum pada psikiatri, juga disebut
sebagai emosi yang normal. Cemas menjadi patologis ketika terangkai dengan
gangguan lain seperti depresi, atau cemas yang berat dan sering yang dapat
mengganggu kerja dan hubungan seseorang dengan orang lain. Yang termasuk dalam
gangguan kecemasan antara lain gangguan panik, fobia sosial, generalized anxiety
disorder, gangguan obsesif kompulsif, dan fobia yang spesifik.2
Kecemasan adalah perasaan subjektif seperti khawatir, ketakutan dan
kesedihan. Seringkali normal memiliki sensasi ini, jadi penting untuk membedakan
antara tingkat kecemasan normal dan tidak normal atau patologis pada tingkat
kecemasan. Kecemasan biasanya memiliki dua komponen: sensasi fisik (misalnya,
sakit kepala, mual, berkeringat) dan emosi kegelisahan dan ketakutan. Gangguan
kecemasan yang parah, dapat mempengaruhi daya berpikir anak, kemampuan
pengambilan keputusan, persepsi tentang lingkungan hidup, belajar dan konsentrasi.
Dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, dan dapat menyebabkan tubuh
banyak keluhan, seperti mual, muntah, sakit perut, borok, diare, kesemutan, lemah,
dan sesak napas.3
Orangtua anak-anak dengan gangguan kecemasan biasanya memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk gangguan kecemasan.1
3
2.2 Klasifikasi 2
Diagnosis kecemasan antara yang normal dan abnormal sangat tergantung pada
tingkat kesulitan dan dampaknya pada fungsi anak dalam hidup. Tingkat kelainan
harus diukur dalam konteks usia anak dan tingkat perkembangannya. Gangguan
kecemasan spesifik didiagnosa dengan pola dan kualitas gejala sebagai berikut:
1 Generalized Anxiety Disorder : Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus
rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada
keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak
enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering,
tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik.
2 Gangguan panik : gangguan yang ditandai adanya sekonyong-sekonyong\sesak
nafas, detak jantung keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh,
bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman.
3 Gangguan obsesif kompulsif : obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-
menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut.
Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut. dengan
mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat
4 Gangguan stress post trauma (PTSD) : merupakan kecemasan akibat peristiwa
traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang
mengalami bencana alam. PTSD biasnya muncul beberapa tahun setelah
kejadian, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan
PTSD.
4
5 Fobia sosial : Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan
ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat
ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan
umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
6 Fobia spesifik : Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa
traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan
terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia),
fobia terhadap kancing baju, dsb.
Dalam makalah ini hanya akan dibahas tentang Fobia sosial dan spesifik.
2.2.1 Fobia Sosial
Fobia sosial ini di karakteristikan dengan adanya gangguan kecemasan yang
mirip dengan gangguan panik. Dibedakan dengan gangguan panik, karena serangan
cemas terjadi secara spontan atau saat berhubungan dengan sosial. Fobia sosial ini
dapat juga terjadi jika seseorang diperhatikan terus oleh orang lain. Akibat yang
ditimbulkan sesuai dengan situasi sosial yang spesifik, bisa berupa keterbatasan
dalam berbicara, makan, atau melakukan sesuatu didepan orang lain.2
Pada anak dengan fobia sosial sering didapati penolakan untuk ke sekolah
dengan sering memberi alasan yang bersifat somatik seperti sakit perut, sakit
kepala,dan lain-lain. Anak-anak yang mengalami fobia sosial akan mempermalukan
diri sendiri di depan teman-teman mereka dengan memberikan jawaban yang salah,
mengatakan sesuatu yang tidak pantas, menjadi malu, atau bahkan muntah-muntah.
Dalam beberapa kasus, fobia sosial muncul setelah kejadian malang dan memalukan.
5
Pada kasus yang berat, anak-anak tidak mau untuk berbicara di telepon atau bahkan
menolak untuk meninggalkan rumah.4
Etiologi2
Faktor biologis
Serangan cemas yang berhubungan dengan fobia sosial diperkirakan akibat
dari gangguan keseimbangan neurokimia pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan individu tersebut mudah cemas dan takut. Pasien dengan fobia sosial
lebih cenderung memiliki sejarah keluarga dengan gangguan mood atau kecemasan.
Faktor psikologis
Fobia sosial lebih mungkin terjadi pada usia dewasa yang sering takut,
pemalu. Emosional, fisik, atau pelecehan seksual, trauma, dan deformitas fisik yang
dapat menurunkan harga diri bisa membuat fobia sosial lebih sering terjadi pada masa
dewasa.
Diagnosa5
Untuk dapat mendiagnosa gangguan fobia sosial, seseorang harus memenuhi
kriteria yang dijabarkan dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders
(DSM). Manual ini diterbitkan oleh American Psychiatric Association dan digunakan
oleh penyedia layanan kesehatan mental untuk mendiagnosa kondisi mental.
Kriteria tersebut meliputi :
Sebuah ketakutan terus-menerus dari situasi sosial di mana sesorang percaya
bahwa dia mungkin diteliti atau dianggap dengan cara yang memalukan.
Situasi sosial ini menyebabkan seseorang sering mengalami kecemasan
6
Seseorang mengakui bahwa tingkat kecemasannya berlebihan atau di luar
proporsi.
Seseorang menghindari kecemasan-menghasilkan situasi sosial
Kecemasan atau tekanan hati seseorang hingga mengganggu kehidupan
sehari-harinya.
Terapi6
Perubahan Gaya hidup, bisa berupa:
Kurangi konsumsi kafein
Kurangi konsumsi alkohol
Berhenti merokok
Waktu tidur yang cukup
Obat kadang-kadang digunakan untuk meredakan gejala fobia sosial, tapi
bukan untuk mengatasi fobia sosial. Jika seseorang berhenti minum obat, gejala-
gejala tersebut mungkin akan kembali. Obat dianggap paling membantu ketika
digunakan sebagai tambahan terapi dan teknik lain yang mengatasi akar penyebab
gangguan fobia sosial.
Golongan obat yang bisa diberikan berupa :
Beta bloker
Antidepresan
Benzodiazepin
Dari semua perawatan yang tersedia, terapi perilaku-kognitif telah terbukti
bekerja yang terbaik untuk mengobati gangguan kecemasan sosial, atau fobia sosial.
7
Terapi perilaku-kognitif didasarkan pada premis bahwa apa yang seseorang pikirkan
mempengaruhi perasaannya, dan perasaannya mempengaruhi perilaku orang tersebut.
Jadi, jika orang tersebut mengubah cara berpikirnya tentang situasi sosial yang
memberikan kecemasan, orang tersebut akan merasakan dan berfungsi lebih baik.
Terapi perilaku-kognitif fobia sosial berupa:
Belajar bagaimana mengontrol gejala-gejala kecemasan fisik melalui teknik
relaksasi dan latihan pernapasan.
Menantang pikiran negatif, pikiran-pikiran yang tidak membantu dan pikiran
pemicu kecemasan sosial, menggantinya dengan pandangan yang lebih seimbang.
Menghadapi situasi sosial yang ditakuti secara bertahap, sistematis, daripada
menghindarinya.
2.2.1 Fobia Spesifik
Fobia spesifik terdiri dari rasa takut yang spesifik terhadap situasi, stressor.
Serangga, hewan kecil, ketinggian, terbang, darah, dan jarum suntik merupakan
stressor yang umum membangkitkan rasa takut dan terror yang jauh dari yang
diharapkan.2
Fobia ini dipicu oleh kehadiran atau persepsi terhadap situasi atau objek
tertentu; pajanan terhadap situasi atau objek ini segera menimbulkan reaksi
kegelisahan. Kesedihan, penghindaran, dan sikap antisipasi dari situasi atau objek ini
secara signifikan mengganggu seseorang berfungsi normal.3
Etiologi
8
Aktifasi yang berlebihan dari susunan sarah di otak yang sesuai dengan
emosional dan komponen kognitif dari kecemasan dipercaya sebagai faktor
predisposisi secara biologis penyebab umum gangguan kecemasan. Dalam teori
menjelaskan mengapa pasien menolak stimulus provokasi kecemasan, dan mengapa
ketakutan mereka tidak teratasi dengan pemaparan yang berulang. Apa yang kurang
jelas adalah mengapa pasien menjadi takut terhadap situasi dan objek tertentu. Faktor
budaya mungkin ikut berperan seperti halnya ketakutan terhadap serangga. Pada
kebanyakan pasien, psikoterapi membantu untuk mengatasi kecemasan yang bersifat
simbolis dimana dapat dihubungkan dengan konflik sadar maupun tak sadar tentang
seksual atau pikiran dan perasaan yang agresif.2
Diagnosa1
Ringkasan kriteria diagnostik untuk fobia spesifik, berdasarkan DSM IV meliputi :
A. Pasien memiliki ketakutan tidak rasional secara terus menerus yang tidak masuk
akal atau berlebihan dan dipicu oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau
situasi tertentu.
B. Terjadinya ketakutan yang dijelaskan pada kriteria A selalu segera menghasilkan
respon cemas
C. Pasien bahkan menolak suatu situasi atau objek lain dengan kecemasan yang
intensif atau tertekan
D. Respon penghindaran dan kesedihan secara signifikan mengganggu aktifitas
fungsional sehariannya.
E. Durasi minimal 6 bulan untuk individu yang lebih muda dari 18 tahun.
9
F. Kecemasan, respon sedih, atau penghindaran, tidak disebabkan oleh gangguan
mental lainnya.
Pasien harus memiliki salah satu dari 5 berikut ini yang paling menggambarkan
subtipe fobia:
1. Hewan
2. Lingkungan alami
3. Darah pada cedera injeksi
4. Situasional
5. Lain-lain ( harus dibedakan dari ketakutan dan kecemasan yang normal)
Fobia tertentu dapat berhubungan dengan masalah dengan teman sebaya,
keluarga, dan sekolah. Masalah-masalah ini dapat berdampak negatif pada harga diri.
Tidak seperti orang dewasa, anak-anak mungkin tidak mengakui ketakutan mereka
berlebihan atau tidak masuk akal.
Terapi1
1. Terapi Perilaku : merupakan pengobatan lini pertama.
Terapi paparan
Terapi perilaku kognitif
2. Psikoterapi
3. Psikofarmakologi
4. Teknologi komputer.
10
BAB III
KESIMPULAN
Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh.
Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini
terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan
kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan
kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak
terikat pada suatu yang spesifik.
Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain:
Ciri Fisik :
1. Gelisah
2. Berkeringat
3. Jantung berdegup kencang
4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala
5. Gemetar
6. Sering buang air kecil
Ciri Perilaku :
1. Perilaku menghindar
2. Perilaku dependen
Ciri Kognitif
1. Merasa tidak bisa mengendalikan semua
2. Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut
11
3. Serasa ingin mati
Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat
beberapa terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-
konflik tak sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan.
Pendekatan-pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan
relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk
mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih
berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati
dan bukan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-
kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan.
Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan obat benzodiazepin
dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada hanya sebagai
antidepresan).
Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan
melibatkan berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk
terapi pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta
pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi
tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk
mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksi-
reaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik,
melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif
terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedman SL, Munir KM. Anxiety Disorder, Specific Phobia. Last updated Dec
5, 2008. Available from http://emedicine.medscape.com/article/917056-overview
2. Elkin D, Carter CS. Anxiety disorders in Introduction to Clinical Psyciatry. USA;
Prentice-Hall International. 1999(1).p87-100
3. Goldman WT. Childhood and Adolescent Anxiety Disorders. last updated June
28, 2001. Available from :
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/conditions/Anxiety_Disorders.html
4. Johnston HF. Anxiety Disorders in Children and Adolescents. Last Updated April
2009. Available from : http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch300/ch300b.html
5. Social Anxiety Disorder : test and diagnosis. Last updated August 28, 2009.
Available from http://www.mayoclinic.com/health/social-anxiety
disorder/DS00595/DSECTION=tests-and-diagnosis
6. Smith M, Gill EJ, Segal J. Social Anxiety Disorder and Social Phobia symptoms,
self-help, and treatment. last updated October 2008. Available from :
http://helpguide.org/mental/social_anxiety_support_symptom_causes_treatment.h
tm
13