gangguan gerak pada sendi bahu david makalah blok 5

18
Gangguan Gerak pada Sendi Bahu Oleh: David Christian RonaldTho (102012210) Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] PENDAHULUAN Latar Belakang Tulang adalah merupakan penyokong bagi tubuh manusia, pemberi bentuk tubuh, pelindung bagi organ-organ vital jika terjadi suatu benturan, dan lain sebagainya. Disamping tulang, ada pun pula bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu sendi dan otot. Dimana sendi merupakan pertemuan antara dua atau lebih tulang atau tulang rawan, sedangkan otot merupakan alat kordinator penggeraknya. 1 Tanpa otot, maka tulang tidak akan dapat bergerak dan otot pun juga demikian terhadap saraf dan rangsangan. Jika tidak ada perintah dari saraf yang menerima rangsangan, maka otot tidak akan melakukan kontraksi. Pada bahasan belajar mandiri kali ini kita membahas tentang gangguan gerak yang terjadi pada bahu. Bahu merupakan anggota tubuh yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena fungsinya sangat kompleks. Manusia umumnya banyak menggantungkan produktifitasnya pada kemampuan bahunya tersebut, sehingga tidak sedikit orang telah banyak mengalami kelainan juga gangguan pada sendi bahu akibat penggunaan yang berlebihan. Tujuan Agar dapat benar-benar memahami mengenai struktur anatomi pada daerah sekitar sendi lengan atas. Seperti tulang apa yang bertemu membentuk persendian tersebut, otot apa saja yang

Upload: david-christian

Post on 11-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Blok Muskuloskeletal

TRANSCRIPT

Gangguan Gerak pada Sendi BahuOleh:David Christian RonaldTho (102012210)Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Latar BelakangTulang adalah merupakan penyokong bagi tubuh manusia, pemberi bentuk tubuh, pelindung bagi organ-organ vital jika terjadi suatu benturan, dan lain sebagainya. Disamping tulang, ada pun pula bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu sendi dan otot. Dimana sendi merupakan pertemuan antara dua atau lebih tulang atau tulang rawan, sedangkan otot merupakan alat kordinator penggeraknya.1 Tanpa otot, maka tulang tidak akan dapat bergerak dan otot pun juga demikian terhadap saraf dan rangsangan. Jika tidak ada perintah dari saraf yang menerima rangsangan, maka otot tidak akan melakukan kontraksi. Pada bahasan belajar mandiri kali ini kita membahas tentang gangguan gerak yang terjadi pada bahu. Bahu merupakan anggota tubuh yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena fungsinya sangat kompleks. Manusia umumnya banyak menggantungkan produktifitasnya pada kemampuan bahunya tersebut, sehingga tidak sedikit orang telah banyak mengalami kelainan juga gangguan pada sendi bahu akibat penggunaan yang berlebihan.Tujuan Agar dapat benar-benar memahami mengenai struktur anatomi pada daerah sekitar sendi lengan atas. Seperti tulang apa yang bertemu membentuk persendian tersebut, otot apa saja yang bekerja menggerakkan tulang-tulang tersebut, juga mempelajari tentang bagaimana mekanisme kontraksi yang terjadi pada otot yang menerima rangsangan sehingga dapat menimbulkan suatu gerakan.ManfaatManfaat makalah ini adalah agar pembaca bisa mendapatkan informasi tambahan tentang struktur anatomi persendian pada bagian lengan atas dan mengerti tentang mekanisme kontraksi suatu otot. Pembaca dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, layaknya contoh kasus gangguan gerak bahu di atas, jika suatu saat pembaca mengalami masalah gangguan yang sama, pembaca bisa tepat mendapat gambaran apa saja kemungkinan yang terjadi dan yang harus dilakukan untuk menjadi langkah antisipasi dan pencegahan.PEMBAHASAN

SENDIGerakan yang kita lakukan tidak akan mungkin bisa terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan atau keelastisan dapat dimungkinkan oleh adanya yang disebut dengan persendian. Sendi adalah definisi dari pertemuan antara dua atau lebih tulang atau tulang rawan. Fungsi utama sendi adalah untuk memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh manusia. Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.1Menurut klasifikasinya, sendi dibedakan atas:1. Sendi Synarthrosis (sendi yang tidak dapat bergerak sama sekali). Contohnya sutura lambdoidea, sutura coronalis, sutura squamosa.1. Sendi Amfiarthrosis (Sendi yang hanya dapat bergerak secara terbatas). Contohnya sifisis dan tibia.1. Sendi Dyarthrosis/sinovial (sendi yang dapat bergerak secara bebas). Contohnya articulatio humeri, articulatio radioulnaris proximalis.Sendi sinovial dapat membuat berbagai macam gerakan, yaitu:1. Abduksi yaitu gerakan menjauhi garis tengah pada: Ektremitas superior dan inferior : menjauhi tuncus (batang badan) Jari-jari : menjauhi jari ketiga.1. Adduksi yaitu gerakan mendekati garis tengah.1. Latero fleksi yaitu istilah untuk kepala dan batang tubuh, fleksi ke lateral menjauhi garis tengah.1. Hiperabduksi yaitu gerakan pada sendi bahu (lengan atas) bila gerakan melebihi garis vertikal.1. Hiperadduksi yaitu gerakan pada sendi bahu, bila gerakan melebihi garis vertikal, harus disertai sedikit fleksi.1. Reduksi hiperabduksi yaitu gerakan kembali dari posisi hiperabduksi.1. Reduksi hiperadduksi yaitu gerakan kembali dari posisi hiperadduksi.1. Rotasi ke kanan dan ke kiri yaitu rotasi kepala atau leher, sehingga wajah menghadap ke kanan atau kekiri.1. Endorotasi yaitu rootasi pada sendi bahu (lengan atas) dan sendi panggul (paha), sehingga 1. tampak anterior menjadi menghadap ke medial.1. Exorotasi yaitu rotasi pada sendi bahu (lengan atas) dan sendi panggul (paha), sehingga tampak anterior menjadi menghadap ke lateral.1. Supinasi yaitu exorotasi pada sendi siku (lengan bawah).1. Pronasi yaitu endorotasi pada sendi siku (lengan bawah).

Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas:1. Fibrosa. Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya, sutura pada tulang tengkorak.1. Kartilago, yaitu sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak.2 Sendi ini terbagi menjadi 2, yaitu:1. Sikondrosis yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan hialin.1 contohnya sendi-sendi kostokondral.1. Simfisis yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilagi dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.1 Contohnya simfisis pubis dan sendi tulang punggung.1. Sendi sinovial yaitu sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin.1 Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang merupakan membran yang menyekresi cairan sinovial untuk lumbrikasi dan absorbsi shock.1

OTOTOtot terdiri dari jaringan. Jaringan otot adalah sekumpulan sel-sel otot yang memiliki bentuk, struktur dan fungsi yang sama.

A. Bagian-bagian otot:1. Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot.2. Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.3. Miofibril merupakan serat-serat pada otot.4. Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni : miofilamen homogen (terdapat pada otot polos) dan miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik). Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.3

B. Otot Rangka atau Otot LurikKita ketahui bersama bahwa otot terbagi atas otot rangka atau lurik, otot polos, dan otot jantung. Tapi dalam makalah ini hanya akan dibahas tentang otot rangka atau lurik atau skelet, berhubungan dengan mind mapping belajar mandiri.

Gambar 1. Otot Rangka/Otot Lurik/Otot SkeletOtot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan.4Otot skeletal secara volunter dikendalikan oleh sistem saraf pusat dan perifer. Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal sebagai motor end-plate. Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan pergerakan sebagia atau seluruh tubuh.2 Otot rangka (lurik) diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisang jaringan ikat( serat-serat kolagen) yang membungkus otos disebut fasia otot atau episium. Otot ini terdiri dari berkas-berkas sel otot kecil (fansikulus) yang dibungkus lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium. Sel otot dilapisi jaringan ikat yang disebut endomisium. Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang, tipis, sampai lebar dan datar.2

B. Struktur Otot Lurik1. Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot yang dilindungi membran yang dapat dirangsang listrik disebut sarkolema.2. Sel serabut otot terdiri dari miofibril (terdapat dalam cairan intraseluler/sarkoplasma). Dalam sarkoplasma terdapat: Glikogen, ATP&kreatin-P, enzim-enzim glikolisis3. Unit serat otot yang dapat berfungsi: Sarkomer

C. Organisasi Otot Rangka1. Otot rangka atau lurik terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut fasikel. Semakin besar otot, semakin banyak jumlah serabutnya.1. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun dari 260.000 serabut.1. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500 serabut.1. Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap otot dan masuk ke bagian dalam untuk melapisi fasikel dan serabut individual. Jaringan ini menyalurkan impuls saraf dan pembuluh darah kedalam otot dan secara mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot ke ujung lainnya.31. Epimisium adalah jaringan ikat rapat yang melapisi keseluruhan otot dan terus berlanjut sampai ke fasia dalam.1. Perimisium mengacu pada ekstensi epimisium yang menembus ke dalam otot untuk melapisi berkas fasikel.1. Endomisium adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot.

D. Organisasi mikroskopik serabut otot rangka1. Miofibril adalah unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai 80% volume serabut.1. Setiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan miofilamen tipis.1. Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosin. Molekul miosin disusun untuk membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua kepala globular, mirip dengan tongkat golf berkepala dua.1. Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada filamen tipis adalah tropomiosin dan troponin, melekat pada aktin.41. Pemitaan ditentukan berdasarkan susunan miofilamen1. Pita A yang lebih gelap (anisotropik atau mampu mempolarisasi cahaya) terdiri dari susunan vertikal miofilamen tebal yang berselang-seling dengan miofilamen tipis.1. Pita I yang lebih terang (isotropik atau nonpolarisasi) terbentuk dari miofilamen aktin tipis, yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam susunan filamen tebal.1. Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap menyatu disepanjang miofibril.1. Zona H adalah area yang lebih terang dari pita A miofilamen miosin yang tidak tertembus filamen tipis.1. Garis M membagi dua pusat zona H. Pembagian ini merupakan kerja protein penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan.1. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya.

E. Fungsi Otot Skeleton

Fungsi otot lurik adalah mengontrol pergerakan(menarik dan mendorong), mempertahankan postur tubuh(mempertahankan dari tekanan) dan menghasilkan panas (mengatur suhu tubuh). Otot lurik atau otot skelet ini dikendalikan oleh syaraf.41. Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespons stimulus, stimulus biasanya dihantarkan oleh neurotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron dan respons yang ditransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada membran plasma dari sel otot.1. Kontraktibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memendek secara paksa.1. Ekstensibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memp1. erpanjang dan memperpendek serat otot saat relaksasi ketika berkontraksi dan memanjang jika rileks.1. Elastisistas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang lama setelah memendek dan memanjang.

Mekanisme Kontraksi Otot1. Kontraksi ototKontraksi otot berawal dari membran neuron membebaskan neurotransmitter asetilkolin sebagai respon terhadap suatu potensial aksi yang sampai pada terminal sinaptik sebuah neuron. Asetilkolin berdifusi melalui persambungan neuromuskuler dan mendepolarisasikan membran plasma serabut otot, dan potensial aksi akan merambat di sepanjang serabut itu dan masuk ke dalam tubula T transversal). Di dalam sel otot, potensial aksi tersebut memicu pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik ke dalam sitoplasma. Ca2+ memulai peluncuran filamen dengan cara pengikatan miosin ke aktin. Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik (P) dan berada dalam konfigurasi berenergi tinggi. Kemudian kepala miosin berikatan dengan aktin dan membentuk titian silang. Dengan membebaskan ADP dan P (fosfat), miosin berelaksasi sampai pada keadaan energi rendahnya, yang meluncurkan filamen tipis. Pengikatan satu molekul baru ATP akan membebaskan kepala miosin. Pada dasarnya, ketika otot berkontraksi tidak terjadi perubahan panjang filamen tebal dan tipis, tetapi zona H dan pita I memendek. Oleh karena itu, susunan filamen yang saling menjalin harus bergeser/meluncur melewati satu sama lain sewaktu kontraksi. Jembatan silang (cross-bridge) yang menghubungkan filamen tebal dan tipis di tahap-tahap tertentu siklus berkontraksi menghasilkan dan mempertahankan tegangan otot.7

1. Mekanisme Relaksasi OtotMekanisme relaksasi pada otot mirip dengan proses repolaisasi pada sel saraf. Relaksasi otot diawali dengan penurunan permeabilitas membran sarkolema, retikulum sarkoplasma, dan tubulus transversus terhadap kalsium.5 Hal ini menyebabkan pemasukan kalsium ke sarkoplasma terhenti. Proses tersebut dilanjutkan dengan pengaktifan pompa kalsium, yang akan meningkatkan pemompaan kalsium dari sarkoplasma ke tempat penyimpanan di dalam retikulum sarkoplasma turun secara signifikan sehingga troponin C tidak lagi berikatan dengan kalsium. Dengan demikian, konformasi dan posisi troponin serta aktin dan miosin akan kembali seperti semula sehingga relaksasi pun terjadi. Pengaktifan pompa kalsium menuntut ketersediaan energi untuk memompakan kalsium dari sarkoplasma kembali masuk ke tubulus transversus dan retikulum sarkoplasma. Hal ini dapat diatasi dengan adanya retikulum sarkoplasma ATP-ase.7

1. Mekanisme interaksi aktin dan miosin1. Hipotesis sliding filamentDikemukakan oleh Hansen dan Huxley pada 1955.

1. Selama kontraksi, panjang miofilamen aktin dan miosin tetap sama tetapi saling bersilangan, sehingga memperbesar jumlah tumpang tindih antar filamen.1. Filamen aktin kemudian menyusup untuk memanjang ke dalam pita A, mempersempit dan menghalangi pita H.1. Panjang sarkomer (dari garis Z ke garis Z lain) memendek saat kontraksi.21. Pemendekan sarkomer akan memperpendek serabut otot individual dan keseluruhan otot.1. Dasar molekular untuk kontraksi1. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua pasang rantai ringan.61. Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala protein globular, atau crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.1. Crossbrodge menghubungkan filamen tebal ke filamen tipis. Setiap crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).1. Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya menghadap ke ujungnya.1. Molekul aktin tersusun dari tiga protein.1. F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain.1. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi sisi yang berikatan dengan crossbridge miosin.1. Molekul troponin berikatan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin.5 Tropomiosin adalah suatu kompleks yang tersusun dari:1. Satu polipeptida yang mengikat tropomiosin1. Satu polipeptida yang mengikat aktin1. Satu polipeptida yang mengikat ion-ion kalsium.1. Jika kalsium (Ca++) tidak ada, topomiosin dan troponin mencegah terjadinya ikatan antara aktin dan miosin.1. Jika kalsium ada, maka reorganisasi troponin-tropomioson memungkinkan terjadinya hubungan antara aktin dan miosin.

1. Mekanisme Kerja Enzim pada OtotProses-proses biokimia utama selama satu siklus kontraksi dan relaksasi otot dalam lima tahap: (1) Dalam fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada miosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, tetapi produk-prodek ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi-miosin yang terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi. (2) Ketika kontraksi otot distimulasi (melalui proses-proses yang melibatkan Ca2+ , troponin, tropomiosin, dan aktin), aktin dapat diakses dan kepala miosin menemukannya, mengikatnya, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ADP-P. (3) Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang memicu power stroke . Hal ini diikuti oleh pembebasan ADP dan disertai oleh perubahan konformasi mencolok di kepala miosin dalam kaitannya dengan ekornya yang menarik aktin sekitar 10 nm ke arah pusat sarkomer. Ini adalah power stroke (kayuhan bertenaga). Miosin sekarang dikatakan berada dalam keadaan berenergi rendah, yang ditunjukkan sebagai aktin-miosin. (4) Molekul ATP lain mengikat kepala S-1, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ATP. (5) Miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepas. Langkah terakhir ini adalah komponen kunci pada relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dan kompleks aktin-miosin.6

1. Sumber energi untuk kontraksi. Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setalah sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain.81. Kreatin fosfat (CP). Senyawa berenergi tinggi lainnya merupakan sumber energi yang langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP +ADP ATP + kreatin).1. CP memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui metabolisme glukosa secara anaerob dan aerob.1. CP menyediakan energi utnuk sekitar 100 kontraksi dan harus disintesis ulang dengan cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP + kreatin ADP + CP).21. ATP tambahan terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui reaksi aerob dan anaerob.1. Reaksi anaerob (jalur glikolisis)1. Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi selular.1. Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen, dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.1. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena hanya menghasilkan dua molekuk ATP per molekul glukosa.

1. Siklus Kontraksi Otot:1. Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali potensial aksi di sel otot yang merambat keseluruh permukaan membrane.1. Aktivitas listrik permukaan dibawa kebagian tengah (sentral) serat otot oleh tubulus T.

1. Penyebaran potensial aksi ketubulus T mencetuskan pelepasan simpanan Ca2+ dari kantung- kantung lateral reticulum sarkoplasma di dekat tubulus.1. Ca2+ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah bentuknya, sehingga kompleks troponin- tropomiosin secara fisik tergeser kesamping, membuka tempat pengikatan jembatan silang aktin.41. Bagian aktin yang telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang miosin, yang sebelumnya telah mendapat energy dari penguraian ATP menjadi ADP + Pi + energy oleh ATPase miosin di jembatan silang.1. Pengikatan aktin dan miosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik filamen tipis kea rah dalam. Pergeseran kearah dalam dari semua filamen tipis yang mengelilingi filament tebal memperpendek sarkomer (yaitu kontraksi otot).81. Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan silang.1. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang, yang mengembalikan bentuknya kekonformasi semula.1. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase myosin kembali memberikan energy bagi jembatan silang.1. Apabila Ca2+ masih ada sehingga kompleks troponin- tropomiosin tetap tergeser kesamping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan penekukan, menarik filament tipis selanjutnya.1. Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi local dan Ca2+ secara aktif telah kembali ketempat penyimpanannya di kantung lateral reticulum sarkoplasma, kompleks troponin- tropomiosin bergeser kembali keposisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang aktin, sehingga aktin dan myosin tidak lagi berikatan di jembatan silang, dan filament tipis bergser kembali keposisi istirahat seiring dengan terjadinya proses relaksasi.

TulangKetika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Struktur tulang ada yang dibedakan berdasarkan matriksnya dan ada yang berdasarkan jaringan dan sifat fisik tulang.7

Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:Jenis-Jenis Tulang

A. Tulang Rawan (Kartilago)Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu kondroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:1. Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat kolagen dan kondrosit. 2. Tulang rawan elastin: tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. 3. Tulang rawan fibrosa: tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku.7,8

B. Ossa Spongiosa atau Tulang seperti Spons Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum tulang.5 Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabukula.

Gambar 2. Tulang Spongiosa

C. Ossa Kompakta atau Tulang KompakTulang kompak terdiri dari sistem-sistem havers. Setiap sistem havers terdiri dari saluran havers yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lakuna lain atau canalis havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem havers terdapat lamela interstitial yang lamela-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem havers.5Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

Gambar 3. Mikroskopis Tulang Kompakta5Sel-sel penyusun tulang terdiri dari: (1) Osteoprogenitor merupakan permukaan luar dan dalam dari tulang ditutupi lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum. Periosteum terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat kolagen yang periosteum, yang disebut serat Sharphey, memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel mirip fibroblas yang disebut sel osteoprogenitor berperan penting pada pertumbuhan dan perbaikan tulang. Endosteum melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat.Karenanya, endosteum lebih lebih tipis daripada periosteum. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi kepada jaringan tulang dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang. (2) Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, prpteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktifitas sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna.5,4 Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan matriks tulang yang lebih tua, dan menghasilkan lapisan matriks baru (namun belum berkapur), yang disebut osteoid, diantara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini yaitu aposisi tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru terbentuk. (3) Osteosit, yang berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di dalam lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks silindris yang tipis, megandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkontak melalui taut rekah (gap junction) dan molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel. Sejumlah molekul bertukar tempat dari osteosit dan pembuluh darah melalui sejumlah kecil substansi ekstrasel yang terletak diantara osteosit (dengan tonjolan-tonjolannya) dan matriks tulang. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang. Dan kematiannya diikuti oleh responsi matriks tersebut. (4) Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat didalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks yang dikenal dengan lakuna howship. Osteklas berasalk dari penggabungan sel-sel sumsum tulang. Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara tak teratur, seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan membentuk batas yang bergelombang Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma atau zona terang yang tidak mengandung organel, namun kaya akan filamen aktin. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorbsi tulang. Osteoklas mensekresi kolagenase dan enzim lain dengan memompa proton kedalam kantung suselular (lingkungan mikro yang disebut sebelumnya), yang memudahkan pencernaan kolagen setempat dan melarutkan kristal garam kalsium. Aktifitas osteoklas dikendalikan oleh sitokin (protein pemberi sinyal kecil yang bekerja sebagai mediator setempat) dan hormon. Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin, yakni suatu hormon tiroid namun bukan untuk hormon paratinois. Akan tetapi, osteoblas memiliki reseptor untuk hormon paratinoid dan begitu teraktifitasi oleh hormon ini, osteoblas akan memproduksi suatu sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas.7 Batas bergelombang berhubungan dengan aktifitas osteoklas.

Kesimpulan Rangka manusia tersusun atas tulang-tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Fungsi sistem rangka adalah untuk memberikan topangan dan bentuk tubuh, pergerakan, perlindungan, dan untuk pembentukan sel-sel darah dan juga sebagai penyimpanan mineral. Tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendiaan dan berfungsi sebagai pengungkit, sementara otot-otot yang terdapat pada tulang jika berkontraksi akan menimbulkan pergerakan. Dan jika terdapat gangguan pada unsur-unsur diatas maka dapat menimbulkan gangguan pada pergerakan tubuh. Jadi dengan kata lain persendian, otot, serta tulang harus bekerja bersama secara sinergis. Daftar Pustaka1. Damjanov I. Tulang dan sendi. Dalam: Histopatologi. Jakarta: Widya Medika;2000: 422.1. Pearce EC. Kerangka anggota gerak bawah. Dalam: Anatomi dan fisiologi untuk paramedis Jakarta: PT Gramedia;2001:81-5.1. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo;2008: 25-8.1. Faiz O, Moffat D. At aglance anatomi. Jakarta: Erlangga;2003:108-9.1. Watson R. Struktur dan kerja otot. Dalam: Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed.10. Jakarta: EGC; 2002: 193-194.1. Murray RK. Otot & Sitoskeleton. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW,penyunting. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta: EGC; 2006: 582-7.1. Litwak SR.. Energy Metabolism. In: Caballero B, Trugo LC, Finglas PM, editors. Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition. Ed.2. Eds. Academic Press. 2003; 125-7.1. Havenetidis K, Matsuka O, Cooke CB, Theodore A. The use of varying creatine regimens on sprint cycling. Journal of Sports Science & Medicine; 2003: 88-97.