gambaran umum standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual (pp 71 tahun 2010)
DESCRIPTION
GAMBARAN UMUM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (PP 71 TAHUN 2010). HASIL PEMERIKSAAN BPK. Sumber : IHPS BPK. ASPEK UTAMA PENGELOLAAN DAERAH. Melihat besarnya sumber daya yang ada , tantangan utama bukan pada jumlah , tetapi - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
GAMBARAN UMUMSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL(PP 71 TAHUN 2010)
HASIL PEMERIKSAAN BPK
LKPD OPINI JMLWTP % WDP % TW % TMP %
2006 3 1 327 28 28 6 105 23 463
2007 4 1 283 59 59 13 123 26 469
2008 12 3 323 31 31 6 118 24 485
2009 15 3 330 65 48 10 111 22 504
2010 34 7 341 66 26 5 115 22 516
Sumber: IHPS BPK
Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004)Kesesuaian dengan Standar Akuntansi
PemerintahanKecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
ASPEK UTAMA PENGELOLAAN DAERAH
Pengelolaan
Pelaporan/Pertanggungjawaban
Melihat besarnya sumber daya yang ada, tantangan utama bukan pada jumlah, tetapi Bagaimana mengelola sumber daya yang ada
sebaik-baiknya Bagaimana mempertanggungjawabkan penggunaan
sumber daya yang digunakan
Aspek Pengelolaan Keuangan meliputi Perencanaan Penganggaran Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Aspek Pertanggungjawaban meliputi Penyusunan laporan keuangan Audit laporan keuangan Diseminasi publik dan pelibatan masyarakat
PETA PENGELOLAAN KEUANGAN1. Permasalahan Pokok: Rendahnya disiplin anggaran Daya serap rendah Rendah Pertanggungjawaban
atas Kegiatan Tidak tertibnya pemanfaatan
kas daerah Penyimpangan atas
pengelolaan pendapatan dan belanja daerah
Rendahnya akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan
2. Penyebab permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah : Perubahan regulasi yang sangat cepat beserta implikasinya
Belum efektifnya pemahaman atas regulasi (perbedaan persepsi)
Kepatuhan atas pelaksanaan regulasi
Terbatasnya Kapasitas SDM di daerah
Kegamangan Kepala Daerah mengenai peran dan tanggungjawab bidang keuangan daerah
3. Strategi dan rencana tindak : Adanya komitmen dari kepala daerah
Kelengkapan Regulasi dan instrumen kerja Peningkatan kapasitas SDM dan
pengembangan aliansi strategis & sinergitas kurikulum pendidikan akuntansi sektor publik
Concern Pemberantasan Korupsi Quality assurance berupa penataan kembali
fungsi pengawasan internal
Psl 1 UaU17/2003
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
Psl 36 ayat (1) UU 17/2003
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
Psl 70 ayat (2) UU 1/2004
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
DASAR HUKUM
PRINSIP AKUNTANSI
SAP DISUSUN OLEH KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah
• SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP 24/2005 dengan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia.
• Pertimbangan: – SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas
Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual,
– Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP 24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
PENYUSUNAN SAP AKRUAL
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi
• Manfaat basis akrual antara lain:
Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
8
Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan
• Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik
Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik
• Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset
TUJUAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
PENGATURAN PP 71 / 2010 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
10
LAMPIRAN IBASIS AKRUAL
PP71/2010
LAMPIRAN IIBASIS CTAPP24/2005
PP 71 2010
• SAP Berbasis Akrual Lampiran I• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dapat segera diterapkan• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP• Berlaku paling lambat TA 2015
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
Men
jadi
LINGKUP PENGATURAN PP 71/2010(PENJELASAN UMUM)
• Meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
• SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual
• Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
• Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PUSAP(PASAL 6)
PMK No 238/PMK.05/2011Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
• Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
PENERAPAN BASIS AKRUAL(PASAL 7)
• Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan
• Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP
PERUBAHAN PSAP(PASAL 5)
Kerangka Konseptual Akuntansi PemerintahanPernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL(LAMPIRAN I)
Kerangka Konseptual Akuntansi PemerintahanPernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL(LAMPIRAN II)
KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
17
ANGGARAN
AKUNTANSI
BASIS AKRUAL
BASIS KAS
LO
Surplus/
Defisit-LO
Laporan
Perubahan
Ekuitas
Ekuitas
Neraca
LRA SILPA/SIKPA Laporan Perubahan SAL
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
1. Laporan Realisasi Anggaran2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih (SAL)
3. Neraca4. Laporan Arus Kas5. Laporan Operasional6. Laporan Perubahan Ekuitas7. Catatan atas Laporan Keuangan
KOMPONEN LK
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut :
– Saldo Anggaran Lebih awal,
– Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
– Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
– Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
– Saldo Anggaran Lebih Akhir.
LAPORAN PERUBAHAN SAL
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTALAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
20
NO URAIAN 20X1 20X0 1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX
2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan
(XXX) (XXX)
3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX
7 Lain-lain XXX XXX
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX
• LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam – Pendapatan-LO dari kegiatan operasional– Beban dari kegiatan operasional– Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada– Pos luar biasa, bila ada– Surplus/defisit-LO
LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH PROVINSILAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
22
No URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/ Penurunan (%)
KEGIATAN OPERASIONAL 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN 11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx21 Jumlah Pendapatan Transfer (15 +20 ) xxx xxx xxx xxx23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx27 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (24 s/d 26) xxx xxx xxx xxx28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxx xxx xxx xxx
PEMERINTAH PROVINSILAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
23
29 30 BEBAN 31 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx32 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx33 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx34 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx35 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx36 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx37 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx38 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx39 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx40 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx41 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx42 Beban Lain-lain Xxx xxx xxx xxx43 JUMLAH BEBAN (31 s/d 42) Xxx xxx xxx xxx44 SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL (28-43) Xxx xxx xxx xxx46 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL 47 Surplus Penjualan Aset Nonlancar Xxx xxx xxx xxx48 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Xxx xxx xxx xxx49 Defisit Penjualan Aset Nonlancar Xxx xxx xxx xxx50 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Xxx xxx xxx xxx51 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Xxx xxx xxx xxx
52JML SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL (47 s/d 51) Xxx xxx xxx xxx
53 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (44+ 52) Xxx xxx xxx xxx55 POS LUAR BIASA Xxx xxx xxx xxx56 Pendapatan Luar Biasa Xxx xxx xxx xxx57 Beban Luar Biasa Xxx xxx xxx xxx58 POS LUAR BIASA (56-57) Xxx xxx xxx xxx59 SURPLUS/DEFISIT-LO (53 + 58) xxx xxx xxx xxx
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
24
No URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/ Penurunan (%)
KEGIATAN OPERASIONAL 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN 11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI 23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
25
35 BEBAN 36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx
50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx51 52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL 53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx60 61 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx
• LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:– ekuitas awal, – surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; – koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, – ekuitas akhir.
• Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTALAPORAN PERUBAHAN EKUITASUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
27
NO URAIAN 20X1 20X0 1 EKUITAS AWAL XXX XXX2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX
3DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX6 LAIN-LAIN XXX XXX7 EKUITAS AKHIR XXX XXX
Laporan Finansial:LO Laporan Perubahan Ekuitas Neraca
Laporan Pelaksanaan Anggaran: LRA Laporan Perubahan SAL
HUBUNGAN ANTAR LAPORAN
KETERKAITAN LAPORAN
Pendapatan 500Beban (200)Surplus/Defisit Opr 300Kegiatan non operasional 60Surplus/Defisit LO 360
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas Awal 1.000Surplus/Defisit LO 360Ekuitas Akhir 1.360
NeracaAset 2.000Kewajiban 640Ekuitas 1.360
LRA
Pendapatan 450Belanja (0)Surplus/(defisit) 450Pembiayaan 1.000SILPA 1.450
Laporan Perubahan SAL
SAL Awal 100Penggunaan SAL (30)SILPA 1.450SAL Akhir 1.520
PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL
KONSEPSI BASIS
31LRA LRA & LO
PP 24/2005 PP 71/2010
KONSEPSI BASIS
• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode pelaporan.
KONSEPSI BASIS
33
Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan pelayanan
Operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomiMemprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional)
COSTPer
formaceEstimationEq
uity
LO menyediakan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya
PP 71/2010 AKRUAL Laporan pendapatan dan beban akrual
PP 24/2005 CTAOpsional (Laporan Kinerja Keuangan)
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan
COST untuk setiap
program/kegiatan
Laporan Operasional
Beban pegawaiBeban belanja barang
Beban bungaBeban subsidiBeban hibah
Beban bantuan sosialBeban penyusutan
Beban transferBeban lain-lain
Perhitungan Cost
Labor cost
Material cost
Overhead cost
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
Input (cost dari program/ kegiatan)
Output (keluara
n)
Outcome (Hasil)
efektivitas
efisien
ekonomi
Laporan Operasional
Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu organisasi telah mencapai benefit maksimal, dengan mengunakan sumber daya yang ada.
Laporan Kinerja
Evaluasi kinerja berdasarkan konsep Value for Money (ekonomi, efisien & efektif)
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
Manajemen Kinerja
UU 1/2004 & PP 8/2006 Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas terukur
LAPORANKEUANGAN
LAPORANKINERJAEVALUASI KINERJA
Manajemen Keuangan
Aset & Kewajiban Pendapatan Cost KinerjaBeban
Mengaitkan cost dengan kinerja
LAPORAN KINERJA
Dengan diterapkannya LO, dapat dihitung beban akrual untuk
dibandingkan dengan hasil/keluran
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL - ESTIMASI
38
• Laporan Operasional memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL - EKUITAS
39
Ekuitas akhir
Ekuitas awalSurplus/defisit LO
pada periode bersangkutan
Dampak kumulatif perubahan
kebijakan/kesalahan mendasar
PP 71/2010 AKRUAL Melaporkan perubahan ekuitas dan
surplus/defisit
PP 24/2005 CTAOpsional
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
40
• Pendapatan/Beban yg bukan n operasi biasa
• Tidak diharapkan sering/rutin terjadi
• Di luar kendali/ pengaruh entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap dalam CalK
• Sifatnya tidak rutin, termasuk surplus/defisit dari penjualan aset non lancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang
• Penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode pelaporan
• menurunkan ekuitas
• berupa pengeluaran/ konsumsi aset atau timbulnya kewajiban
• Hak pemerintah• Diakui sebagai
penambah ekuitas• Dalam tahun anggaran yg
bersangkutan• Tidak perlu dibayar
kembali
Pendapatan-LO (dari kegiatan
operasional)
Beban (dari kegiatan
operasional)
Pos Luar
Biasa
Kegiatan Non
Operasional
AKUNTANSI PENDAPATAN
41
• Pada saat timbul hak atas pendapatan (hak untuk menagih) atau
• Pada saat pendapatan direalisasi
. .
..
41
Pengakuan Pencatatan
Pendapatan LO
Pengungkapan KlasifikasiMenurut sumber pendapatan
Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan dalam CaLK
Berdasarkan azas bruto
AKUNTANSI BEBAN
42
• Menurut klasifikasi ekonomi
• Penyusutan dapat dilakukan dengan metode garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi
• Saat timbul kewajiban• Terjadinya konsumsi aset• Terjadinya penurunan manfaat
ekonomi/potensi jasa
. .
..
Pengakuan Pencatatan
Pengungkapan Klasifikasi
Beban LO
Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan disajikan dalam CaLK
CONTOH TRANSAKSI
TRANSAKSI PENDAPATAN AKRUAL - LO
1. Telah terbit Surat Ketetapan Pajak (SKP) di tahun 2009 sebesar Rp500
Dicatat sebagai pendapatan pajak pada periode dikeluarkannya SKPJurnal:Piutang Pajak 500 Pendapatan Pajak 500
2. Pajak diterima oleh kas negara Rp300
Dicatat sebagai pelunasan piutang
Jurnal (BUN): Kas 300 Piutang Pajak 300
3. Pada tanggal neraca terdapat SKP yang belum dibayar oleh Wajib Pajak Rp200
Tidak ada jurnal
CONTOH TRANSAKSI
TRANSAKSI BEBAN AKRUAL-LO
1. Satuan Kerja menerima tagihan listrik sebesar Rp200 pemakaian bulan Desember 20xx
Dicatat sebagai bebanJurnal:Beban langganan daya dan jasa 200 Utang Belanja 200
2. Pada tanggal 31 Desember 20xx belum dilakukan pembayaran tagihan listrik
Tidak ada jurnal
TRANSAKSI NON OPERASIONAL
AKRUAL-LO
1. Satker menjual aset non lancar pada Desember 20xx sebesar Rp 150, dengan harga perolehan Rp 90
Dicatat sebagai Surplus penjualan aset non lancar.Jurnal:Kas 150 Aset tetap 90 Surplus penjualan aset non lancar 60
LAPORAN OPERASIONAL
• Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan pelaporan.
• Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan laporan kinerja
• Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga :– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan
dengan laporan kinerja keuangan– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode
pelaporan tertentu– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena
informasinya dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
TRANSAKSI YANG HARUS DIPERHATIKAN
• Pendapatan masih harus diterima
• Pendapatan diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar
• Beban dibayar dimuka
• Beban Penyusutan
• TRANSAKSI KAS PELAKSANAAN ANGGARAN
TRANSAKSI KAS
• Transaksi Kas dicatat sebagai pendapatan LRA dan Belanja LRA• Beberapa transaksi kas sebenarnya juga mencerminkan akrual
sehingga sama dengan Pendapatan atau Beban dalam LO• Pembayaran gaji pada periode anggaran atas seorang yang telah
bekerja• Pembayaran beban sewa selama satu periode anggaran• Penerimaan pendapatan untuk periode tersebut retribusi
• Beberapa transaksi kas tidak mencerminkan akrual• Pembiayaan• Belanja modal• Pembayaran belanja untuk dimanfaatkan jangka panjang• Penerimaan pendapatan untuk jasa di masa datang
PENDAPATAN MASIH HARUS DITERIMA
• Pendapatan masih harus diterima merupakan pendapatan yang sampai dengan tanggal pelaporan belum diterima oleh satker karena adanya tunggakan pungutan pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satker dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah
• Contoh:– Pajak masih harus diterima PPh, PPN, PBB, Bea Cukai, Bea Masuk.– Pendapatan bukan pajak masih harus diterima Pendapatan
sumber daya alam, Bagian laba atas laba BUMN, PNBP lainnya.
PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
• Pendapatan Diterima Dimuka merupakan pendapatan yang telah diterima oleh pemerintah dan sudah disetor ke Kas Umum Negara, namun wajib pajak dan/atau wajib setor belum menikmati barang/jasa/fasilitas dari pemerintah.
• Contoh:– Pajak Diterima Dimuka PPh, PPN,Bea Masuk.– Pendapatan bukan pajak masih harus diterima
Pendapatan Biaya Hak penyelenggaraan Spektrum Frekuensi Radio, Dividen BUMN yang diterima dimuka, Sewa Gedung Pemerintah diterima dimuka.
BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR
• Belanja Yang Masih Harus Dibayar merupakan kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang telah diterima dan dinikmati dan/atau perjanjian komitmen yang dilakukan oleh kementerian negara/lembaga/pemerintah, namun sampai akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut.
• Contoh:– Belanja Pegawai yang masih harus dibayar– Belanja Barang yang masih harus dibayar– Belanja modal yang masih harus dibayar– Belanja lainnya yang masih harus dibayar
BIAYA DIBAYAR DIMUKA
• Biaya Dibayar Dimuka merupakan pengeluaran satuan kerja/pemerintah yang telah dibayarkan dari rekening Kas Umum Negara dan membebani pagu anggara, namun barang/jasa/fasilitas dari pihak ketiga belum diterima/dinikmati satuan kerja/pemerintah.
• Contoh:– Belanja Pegawai dibayar dimuka– Belanja Barang dibayar dimuka– Belanja modal dibayar dimuka
BIAYA PENYUSUTAN
• Penyusutan adalah alokasi biaya atas penggunaan aset tetap penyesuaian nilai akibat pemanfaatan dari suatu aset.
• Metode penyusutan yang dapat digunakan:– Metode garis lurus– Metode saldo menurun ganda– Metode unit produksi
• Akumulasi Penyusutan disajikan sebagai pengurang aset di neraca.
BIAYA PENYUSUTAN
• Penyusutan adalah alokasi biaya atas penggunaan aset tetap penyesuaian nilai akibat pemanfaatan dari suatu aset.
• Metode penyusutan yang dapat digunakan:– Metode garis lurus– Metode saldo menurun ganda– Metode unit produksi
• Akumulasi Penyusutan disajikan sebagai pengurang aset di neraca.
TRANSAKSI AKRUAL
No Pos Akrual Pengaruh Transaksi
Neraca Informasi Akrual
1 Pendapatan Masih Harus Diterima
Aset- Piutang Menambah pendapatan
2 Pendapatan diterima dimuka
Kewajiban Mengurang pendapatan
3 Belanja yang masih harus dibayar
Kewajiban Menambah belanja
4 Belanja Dibayar dimuka
Aset- Belanja dibayar dimuka
Mengurang belanja
SIMULASI - 1
• Total realisasi penerimaan PPh Ps. 21 secara kas tahun anggaran 2009 adalah sebesar Rp4.500.000, termasuk penerimaan atas pelunasan Piutang Pajak PPh Pasal 21 tahun 2008 sebesar Rp250.000.
Kas 4.500.000 Piutang Pajak 250.000 Pendapatan Pajak 4.250.000
• Pada tahun 2009, KPP Pratama Tanah Abang I menerbitkan Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar atas PPh 21 yang telah disetujui WP sebesar Rp400.000. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009 masih terdapat sebesar Rp200.000. dari SKPKB tersebut yang belum dilunasi.
Piutang Pajak 200.000 Pendapatan Pajak 200.000
• Nilai pendapatan pajak yang disajikan pada Laporan Operasional adalah sebesar: Rp 4.450.000 (4.500.000 – 250.000 + 200.000), dimana sebesar 200.000 disajikan di neraca sebagai pendapatan yang masih harus diterima
SIMULASI - 2
Pada tanggal 3 Januari 2009, Kantor A melakukan perjanjian sewa ruang serba guna kantor dengan PT Sempurna untuk masa sewa 2 tahun yang dihitung mulai dari 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2010 sebesar Rp60.000.000. Sesuai dengan perjanjian, PT Sempurna membayarkan Rp60.000.000 di depan dan telah disetor ke kas negara pada tanggal 5 Januari 2009 melalui SSBP dengan akun 423142.Kas 60.000.000
Pendapatan lainnya 60.000.000 Nilai pendapatan bukan pajak pajak yang disajikan pada Laporan
Operasional adalah sebesar: Rp 30.000.000 sedangkan sisanya disajikan di neraca sebagai Pendapatan Diterima Dimuka.
SIMULASI - 3
Pada bulan Desember tahun 2009, tagihan biaya langganan daya dan jasa Satker A adalah sebesar Rp15.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2009 belum dilakukan pembayaran.
Beban langganan daya 15.000.000Beban yang masih harus dibayar15.000.000
Biaya langganan daya akan dilaporkan dalam Laporan operasional dan neraca sebagai baiaya yang masih harus di bayar.
SIMULASI - 4
a. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009, berdasarkan data SPM dan SP2D, telah direalisasikan belanja sewa (522114) atas sebuah ruangan di Blok A Tanah Abang untuk tempat promosi masyarakat sebesar Rp100.000.000. Belanja sebesar Rp100.000.000 tersebut sesuai dengan kontrak/surat perintah kerja adalah untuk sewa tempat selama 2 tahun yaitu dari tanggal 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2010.Beban Sewa 100.000.000
Kas 100.000.000 Beban sewa sebesar Rp50.000.000 disajikan pada Laporan
Operasional, sedangkan sisanya disajikan di neraca sebagai biaya sewa dibayar dimuka.
TERIMA KASIH
Dwi MartaniDepartemen Akuntansi [email protected] atau [email protected]://staff.blog.ui.ac.id/martanihttp://staff.ui.ac.id/martani08161932935 atau 081318227080