pp 71 word

493
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 184 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); MEMUTUSKAN: . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR AKUNTANSI

Upload: mira-rose

Post on 18-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pp 71 word

TRANSCRIPT

Page 1: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIAPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TENTANGSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 ayat (2)Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara dan Pasal 184 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah, perlu menetapkan PeraturanPemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang PerubahanKedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);MEMUTUSKAN: . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 2 -MEMUTUSKAN:Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR AKUNTANSIPEMERINTAHAN.BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan pemerintahdaerah.

Page 2: pp 71 word

2. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan,pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksidan kejadian keuangan, penyajian laporan, sertapenginterpretasian atas hasilnya.3. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnyadisingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yangditerapkan dalam menyusun dan menyajikan laporankeuangan pemerintah.4. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yangselanjutnya disingkat PSAP, adalah SAP yang diberijudul, nomor, dan tanggal efektif.5. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalahkonsep dasar penyusunan dan pengembangan StandarAkuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagiKomite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusunlaporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporankeuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatumasalah yang belum diatur dalam Pernyataan StandarAkuntansi Pemerintahan.6. Interpretasi Pernyataan Standar AkuntansiPemerintahan, yang selanjutnya disingkat IPSAP, adalahpenjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atasPSAP.7. Buletin . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 3 -7. Buletin Teknis SAP adalah informasi yang berisipenjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman bagipengguna.8. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakuipendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalampelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakuipendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporanpelaksanaan anggaran berdasarkan basis yangditetapkan dalam APBN/APBD.9. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yangmengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaanberbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitasdana berbasis akrual.10. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, yangselanjutnya disingkat KSAP, adalah komite sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yangbertugas menyusun SAP.

Page 3: pp 71 word

11. Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaiansistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, danelemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejakanalisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi pemerintah.Pasal 2(1) SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP.(2) SAP dilengkapi dengan Kerangka Konseptual AkuntansiPemerintahan.Pasal 3(1) PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)dapat dilengkapi dengan IPSAP dan/atau Buletin TeknisSAP.(2) IPSAP . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 4 -(2) IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disusun dan diterbitkan oleh KSAP dandiberitahukan kepada Pemerintah dan Badan PemeriksaKeuangan.(3) Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan palinglambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum IPSAPditerbitkan.BAB IIPENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPasal 4(1) Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual.(2) SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dinyatakan dalam bentuk PSAP.(3) SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilengkapi dengan Kerangka Konseptual AkuntansiPemerintahan.(4) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danKerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahansebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimanatercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dariPeraturan Pemerintah ini.Pasal 5(1) Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAPsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2),perubahan tersebut diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan setelah mendapat pertimbangan dari BadanPemeriksa Keuangan.(2) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud

Page 4: pp 71 word

pada ayat (1) disusun oleh KSAP sesuai denganmekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP.(3) Rancangan . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 5 -(3) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksudpada ayat (2) disampaikan oleh KSAP kepada MenteriKeuangan.(4) Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancanganperubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk mendapatpertimbangan.Pasal 6(1) Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahanyang mengacu pada SAP.(2) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusatdiatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yangmengacu pada pedoman umum Sistem AkuntansiPemerintahan.(3) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerahdiatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yangmengacu pada pedoman umum Sistem AkuntansiPemerintahan.(4) Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan setelahberkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.Pasal 7(1) Penerapan SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (1) dapat dilaksanakan secarabertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas MenujuAkrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAPBerbasis Akrual secara bertahap sebagaimana dimaksudpada ayat (1) pada pemerintah pusat diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAPBerbasis Akrual secara bertahap sebagaimana dimaksudpada ayat (1) pada pemerintah daerah diatur denganPeraturan Menteri Dalam Negeri.Pasal 8 . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 6 -Pasal 8

Page 5: pp 71 word

(1) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 dinyatakan dalam bentuk PSAP.(2) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilengkapi dengan Kerangka KonseptualAkuntansi Pemerintahan.(3) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danKerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahansebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalahsebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidakterpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.BAB IIIKETENTUAN PENUTUPPasal 9Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503)dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan2. Peraturan perundang-undangan yang mengaturmengenai penyelenggaraan akuntansi pemerintahansepanjang belum diubah dan tidak bertentangan denganPeraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku.Pasal 10Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.Agar . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 7 -Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Ditetapkan di Jakartapada tanggal 22 Oktober 2010PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttdDR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 22 Oktober 2010MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,ttdPATRIALIS AKBARLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 123Salinan sesuai dengan aslinya

Page 6: pp 71 word

SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIAKepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Perekonomian dan Industri,ttdSETIO SAPTO NUGROHOPRESIDENREPUBLIK INDONESIAPENJELASANATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TENTANGSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANI. UMUMUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalamPasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporanpertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikansesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansipemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar AkuntansiPemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan PeraturanPemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari BadanPemeriksa Keuangan.Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui prosesbaku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebutmerupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkapterdapat dalam Lampiran III.Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual AkuntansiPemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan danpengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuanbagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporankeuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencaripemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam PernyataanStandar Akuntansi Pemerintahan.Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar AkuntansiPemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuantransaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untukpengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.Penerapan . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 2 -Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifatsementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang

Page 7: pp 71 word

menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan danbelanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan danpengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan danbelanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karenaitu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP BerbasisAkrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrualterdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapatsegera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrualpada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belumsiap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual.Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan sesuaidengan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusatmaupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankanmenerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporandiharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrualdimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangkukepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuanganpemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalandengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkansebanding dengan manfaat yang diperoleh.Selain mengubah basis SAP dari kas menuju akrual menjadi akrual,Peraturan Pemerintah ini mendelegasikan perubahan terhadap PSAPdiatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Perubahan terhadap PSAPtersebut dapat dilakukan sesuai dengan dinamika pengelolaan keuangannegara. Meskipun demikian, penyiapan pernyataan SAP oleh KSAP tetapharus melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangandari BPK.II. PASAL DEMI PASALPasal 1Cukup jelas.Pasal 2 . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 3 -Pasal 2Cukup jelas.Pasal 3Ayat (1)IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentuguna menghindari salah tafsir pengguna PSAP.Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis

Page 8: pp 71 word

akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAPdan/atau IPSAP.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 4Cukup jelas.Pasal 5Ayat (1)Yang dimaksud dengan “perubahan” adalah penambahan,penghapusan, atau penggantian satu atau lebih PSAP.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 6Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diperlukan dalamrangka mewujudkan konsolidasi fiskal dan statistik keuanganPemerintah secara nasional.Ayat (3)Selain mengacu pada pedoman umum Sistem AkuntansiPemerintahan, dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahanpada pemerintah daerah, gubernur/bupati/walikota mengacu pulapada peraturan daerah dan ketentuan peraturan perundangundanganmengenai pengelolaan keuangan daerah.Ayat (4) . . .PRESIDENREPUBLIK INDONESIA- 4 -Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 7Ayat (1)Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan denganmemperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 8

Page 9: pp 71 word

Cukup jelas.Pasal 9Angka 1Cukup jelas.Angka 2Peraturan perundang-undangan yang masih relevan dan tidakbertentangan dengan SAP Berbasis Akrual dinyatakan tetap berlaku.Peraturan perundang-undangan yang bertentangan harus dicabutdan/atau disesuaikan.IPSAP dan Buletin Teknis SAP yang disusun oleh KSAP sepanjangtidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakantetap berlaku. Jika terdapat IPSAP dan Buletin Teknis SAP yangbertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini harus dicabutdan/atau disesuaikan.Pasal 10Cukup jelas.TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5165PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN ISTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI LAMPIRAN ISTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUAL1. LAMPIRAN I. 01 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN2. LAMPIRAN I.02 PSAP 01 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN3. LAMPIRAN I.03 PSAP 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASISKAS4. LAMPIRAN I.04 PSAP 03 LAPORAN ARUS KAS5. LAMPIRAN I.05 PSAP 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN6. LAMPIRAN I.06 PSAP 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN7. LAMPIRAN I.07 PSAP 06 AKUNTANSI INVESTASI8. LAMPIRAN I.08 PSAP 07 AKUNTANSI ASET TETAP9. LAMPIRAN I.09 PSAP 08 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAMPENGERJAAN10. LAMPIRAN I.10 PSAP 09 AKUNTANSI KEWAJIBAN11. LAMPIRAN I.11 PSAP 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHANKEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASIAKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN12. LAMPIRAN I.12 PSAP 11 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN13. LAMPIRAN I.13 PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL

Page 10: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUAL

KERANGKA KONSEPTUALAKUNTANSI PEMERINTAHANLAMPIRAN I.01PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------------------- 1-5TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------------------- 1-3RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------------------------- 4-5LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN --------------------------------------------------- 6-16BENTUK UMUM PEMERINTAHAN DAN PEMISAHAN KEKUASAAN -------------- 8-9SISTEM PEMERINTAHAN OTONOMI DAN TRANSFER PENDAPATANANTAR PEMERINTAH ---------------------------------------------------------------------------- 10PENGARUH PROSES POLITIK ---------------------------------------------------------------- 11HUBUNGAN ANTARA PEMBAYARAN PAJAK DAN PELAYANANPEMERINTAH --------------------------------------------------------------------------------------- 12ANGGARAN SEBAGAI PERNYATAAN KEBIJAKAN PUBLIK, TARGETFISKAL, DAN ALAT PENGENDALIAN ------------------------------------------------------- 13INVESTASI DALAM ASET YANG TIDAK LANGSUNG MENGHASILKANPENDAPATAN -------------------------------------------------------------------------------------- 14KEMUNGKINAN PENGGUNAAN AKUNTANSI DANA UNTUK TUJUANPENGENDALIAN ----------------------------------------------------------------------------------- 15PENYUSUTAN ASET TETAP ------------------------------------------------------------------- 16PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI PARA PENGGUNA---------- --------------- 17-20PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN -------------------------------------------------------- 17KEBUTUHAN INFORMASI PARA PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN ---------- 18-20ENTITAS AKUNTANSI DAN PELAPORAN --------------------------------------------------------- 21-23PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------ 24-27PERANAN PELAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------------------- 24-25TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN ---------------------------------------------------------- 26-27KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ---------------------------------------------------------------- 28-29DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN------------------------------------------------------- 30ASUMSI DASAR -------------------------------------------------------------------------------------------- 31-34KEMANDIRIAN ENTITAS ------------------------------------------------------------------------ 32KESINAMBUNGAN ENTITAS ------------------------------------------------------------------ 33KETERUKURAN DALAM SATUAN UANG (MONETARY MEASUREMENT) ------ 34KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN -------------------------------------- 35-40RELEVAN -------------------------------------------------------------------------------------------- 36-37

Page 11: pp 71 word

ANDAL ------------------------------------------------------------------------------------------------ 38DAPAT DIBANDINGKAN ------------------------------------------------------------------------- 39DAPAT DIPAHAMI --------------------------------------------------------------------------------- 40PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN --------------------------------------- 41-55BASIS AKUNTANSI ------------------------------------------------------------------------------- 42-45PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual – (iii)NILAI HISTORIS (HISTORICAL COST) ------------------------------------------------------ 46-47REALISASI (REALIZATION) -------------------------------------------------------------------- 48-49SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL (SUBSTANCE OVERFORM) ------------------------------------------------------------------------------------------------- 50PERIODISITAS (PERIODICITY) --------------------------------------------------------------- 51KONSISTENSI (CONSISTENCY) -------------------------------------------------------------- 52PENGUNGKAPAN LENGKAP (FULL DISCLOSURE) ----------------------------------- 53PENYAJIAN WAJAR (FAIR PRESENTATION) -------------------------------------------- 54-55KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL --------------------------------------- 56-59MATERIALITAS ------------------------------------------------------------------------------------- 57PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT -------------------------------------------------- 58KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTERISTIK KUALITATIF ----------------------------- 59UNSUR LAPORAN KEUANGAN ----------------------------------------------------------------------- 60-83LAPORAN REALISASI ANGGARAN ---------------------------------------------------------- 61-62LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH ---------------------------------- 63NERACA ---------------------------------------------------------------------------------------------- 64-77Aset --------------------------------------------------------------------------------------------------- 66-72Kewajiban--------------------------------------------------------------------------------------------- 73-76Ekuitas ------------------------------------------------------------------------------------------------- 77LAPORAN OPERASIONAL ---------------------------------------------------------------------- 78-79LAPORAN ARUS KAS ---------------------------------------------------------------------------- 80-81LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS ----------------------------------------------------------- 82CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN --------------------------------------------------- 83PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN -------------------------------------------------- 84-97KEMUNGKINAN BESAR MANFAAT EKONOMI MASA DEPAN TERJADI --------- 87KEANDALAN PENGUKURAN ------------------------------------------------------------------ 88-89PENGAKUAN ASET ------------------------------------------------------------------------------- 90-92PENGAKUAN KEWAJIBAN --------------------------------------------------------------------- 93-94PENGAKUAN PENDAPATAN ------------------------------------------------------------------ 95PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA ------------------------------------------------------- 96-97PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------------ 98-99PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 1

1 PENDAHULUAN2 TUJUAN3 1. Kerangka Konseptual ini merumuskan konsep yang mendasari4 penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan yang5 selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi:6 (a) penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;7 (b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi

Page 12: pp 71 word

8 yang belum diatur dalam standar;9 (c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan10 keuangan disusun sesuai dengan standar; dan11 (d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang12 disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.13 2. Kerangka Konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal14 terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam standar akuntansi15 pemerintahan.16 3. Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan17 standar, maka ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka18 konseptual ini. Dalam jangka panjang, konflik demikian diharapkan dapat19 diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar akuntansi pemerintahan di20 masa depan.21 RUANG LINGKUP22 4. Kerangka konseptual ini membahas:23 (a) tujuan kerangka konseptual;24 (b) lingkungan akuntansi pemerintahan;25 (c) pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna;26 (d) entitas akuntansi dan entitas pelaporan;27 (e) peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan,28 serta dasar hukum;29 (f) asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi30 dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi;31 dan32 (g) unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan33 pengukurannya.34 5. Kerangka konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan35 pemerintah pusat dan daerah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 2

1 LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 6. Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh3 terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.4 7. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu5 dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan6 adalah sebagai berikut:7 (a) Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:8 (1) bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan;9 (2) sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar10 pemerintah;11 (3) pengaruh proses politik;12 (4) hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.13 (b) Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:14 (1) anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan15 sebagai alat pengendalian;

Page 13: pp 71 word

16 (2) investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan;17 (3) kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian;18 dan19 (4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena digunakan20 dalam kegiatan operasional pemerintahan.21 BENTUK UMUM PEMERINTAHAN DAN PEMISAHAN22 KEKUASAAN23 8. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasas24 Pancasila, kekuasaan ada di tangan rakyat sesuai dengan sila keempat. Rakyat25 mendelegasikan kekuasaan kepada pejabat publik melalui proses pemilihan.26 Sejalan dengan pendelegasian kekuasaan ini terdapat pemisahan wewenang di27 antara eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya28 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia29 Tahun 1945. Sistem ini dimaksudkan untuk mengawasi dan menjaga30 keseimbangan terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan di antara31 penyelenggara negara.32 9. Sebagaimana berlaku dalam lingkungan keuangan negara,33 pemerintah menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada DPR/DPRD34 untuk mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, pemerintah35 melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi dan ketentuan peraturan36 perundang-undangan yang berhubungan dengan apropriasi tersebut. Pemerintah37 bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada38 DPR/DPRD.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 3SISTEM PEMERINTAHAN OTONOMI DAN 1 TRANSFER2 PENDAPATAN ANTAR PEMERINTAH3 10. Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam4 sistem pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah5 provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas6 cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih sempit.7 Adanya pemerintah yang menghasilkan pendapatan pajak atau bukan pajak yang8 lebih besar mengakibatkan diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi dana9 umum, hibah, atau subsidi antar entitas pemerintahan.10 PENGARUH PROSES POLITIK11 11. Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan12 kesejahteraan seluruh rakyat. Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya13 untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan14 keuangan negara yang bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber15 lainnya guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu ciri yang penting16 dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses politik17 untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.18 HUBUNGAN ANTARA PEMBAYARAN PAJAK DAN PELAYANAN19 PEMERINTAH20 12. Walaupun dalam keadaan tertentu pemerintah memungut secara

Page 14: pp 71 word

21 langsung atas pelayanan yang diberikan, pada dasarnya sebagian besar22 pendapatan pemerintah bersumber dari pungutan pajak dalam rangka23 memberikan pelayanan kepada masyarakat. Jumlah pajak yang dipungut tidak24 berhubungan langsung dengan pelayanan yang diberikan pemerintah kepada25 wajib pajak. Pajak yang dipungut dan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah26 mengandung sifat-sifat tertentu yang wajib dipertimbangkan dalam27 mengembangkan laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:28 (a) Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya29 suka rela.30 (b) Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak31 sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, seperti32 penghasilan yang diperoleh, kekayaan yang dimiliki, aktivitas bernilai33 tambah ekonomis, atau nilai kenikmatan yang diperoleh.34 (c) Efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan35 pungutan yang digunakan untuk pelayanan dimaksud sering sukar diukur36 sehubungan dengan monopoli pelayanan oleh pemerintah. Dengan37 dibukanya kesempatan kepada pihak lain untuk menyelenggarakan38 pelayanan yang biasanya dilakukan pemerintah, seperti layanan pendidikan39 dan kesehatan, pengukuran efisiensi pelayanan oleh pemerintah menjadi40 lebih mudah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 41 (d) Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan2 pemerintah adalah relatif sulit.3 ANGGARAN SEBAGAI PERNYATAAN KEBIJAKAN PUBLIK,4 TARGET FISKAL, DAN ALAT PENGENDALIAN5 13. Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil6 kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk7 melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk8 menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila9 diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian, anggaran10 mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi11 upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu12 periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak tertutup13 kemungkinan disiapkannya anggaran untuk jangka waktu lebih atau kurang dari14 satu tahun. Dengan demikian, fungsi anggaran di lingkungan pemerintah15 mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara16 lain karena:17 (a) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.18 (b) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan19 antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.20 (c) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi21 hukum.22 (d) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.23 (e) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan

Page 15: pp 71 word

24 pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada25 publik.26 INVESTASI DALAM ASET YANG TIDAK LANGSUNG27 MENGHASILKAN PENDAPATAN28 14. Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset29 yang tidak secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti30 gedung perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian31 besar aset dimaksud mempunyai masa manfaat yang lama sehingga program32 pemeliharaan dan rehabilitasi yang memadai diperlukan untuk mempertahankan33 manfaat yang hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi aset dimaksud bagi34 pemerintah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial. Sebagian besar35 aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi pemerintah,36 bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya di masa37 mendatang.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 5KEMUNGKINAN PENGGUNAAN AKUNTANSI DANA 1 UNTUK2 TUJUAN PENGENDALIAN3 15. Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan4 pelaporan keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang5 memisahkan kelompok dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing6 merupakan entitas akuntansi yang mampu menunjukkan keseimbangan antara7 belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima. Akuntansi dana dapat8 diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana selain9 kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam10 pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.11 PENYUSUTAN ASET TETAP12 16. Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa jenis aset13 tertentu seperti tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas.14 Seiring dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset dilakukan15 penyesuaian nilai.

16 PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI PARA17 PENGGUNA18 PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN19 17. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan20 pemerintah, namun tidak terbatas pada:21 (a) masyarakat;22 (b) wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;23 (c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan24 pinjaman; dan25 (d) pemerintah.26 KEBUTUHAN INFORMASI PARA PENGGUNA LAPORAN27 KEUANGAN

Page 16: pp 71 word

28 18. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum29 untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan30 demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi31 kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian,32 berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas33 pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak34tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh35 ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena36 pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 61 laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak2 perlu mendapat perhatian.3 19. Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan4 serta posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan5 memadai apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan6 munculnya hak dan kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata.7 Namun, apabila terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang8 mengharuskan penyajian suatu laporan keuangan dengan basis kas, maka9 laporan keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.10 20. Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum11 di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang12 disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,13 dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk14 dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang15 diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang16 dinyatakan lebih lanjut.

17 ENTITAS AKUNTANSI DAN PELAPORAN18 21. Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang19 mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan20 akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang21 diselenggarakannya.22 22. Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari23 satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang24undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan25 keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:26 (a) Pemerintah pusat;27 (b) Pemerintah daerah;28 (c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah29 pusat;30 (d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi31 lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi32 dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.33 23. Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat34 pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap

Page 17: pp 71 word

35 aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan36 wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 7

1 PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN2 PERANAN PELAPORAN KEUANGAN3 24. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang4 relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh5 suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan6 terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang7 dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai8 kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,9 dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang10undangan.11 25. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan12 upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan13 kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk14 kepentingan:15 (a) Akuntabilitas16 Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan17 kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai18 tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.19 (b) Manajemen20 Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu21 entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi22 perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban,23 dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.24 (c) Transparansi25 Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat26 berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk27 mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban28 pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya29 dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.30 (d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)31 Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan32 pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran33 yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan34 akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.35 (e) Evaluasi Kinerja36 Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan37 sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja38 yang direncanakan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 8

Page 18: pp 71 word

TUJUAN PELAPORAN 1 KEUANGAN2 26. Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi3 yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat4 keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:5 (a) menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber6 daya keuangan;7 (b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan8 untuk membiayai seluruh pengeluaran;9 (c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang10 digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah11 dicapai;12 (d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai13 seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;14 (e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas15 pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka16 pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan17 pajak dan pinjaman;18 (f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas19 pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat20 kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.21 27. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan22 menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya23 keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan24 anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset,25 kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

26 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN27 28. Laporan keuangan pokok terdiri dari:28 (a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);29 (b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);30 (c) Neraca;31 (d) Laporan Operasional (LO);32 (e) Laporan Arus Kas (LAK);33 (f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);34 (g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).35 29. Selain laporan keuangan pokok seperti disebut pada paragraf 28,36 entitas pelaporan wajib menyajikan laporan lain dan/atau elemen informasi37 akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan38 (statutory reports).PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 9

1 DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN2 30. Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan3 peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara4 lain:5 (a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya

Page 19: pp 71 word

6 bagian yang mengatur keuangan negara;7 (b) Undang-Undang di bidang keuangan negara;8 (c) Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan9 peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;10 (d) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,11 khususnya yang mengatur keuangan daerah;12 (e) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan13 keuangan pusat dan daerah;14 (f) Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran15 Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; dan16 (g) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan17 pusat dan daerah.

18 ASUMSI DASAR19 31. Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah20 adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan21 agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:22 (a) Asumsi kemandirian entitas;23 (b) Asumsi kesinambungan entitas; dan24 (c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).25 KEMANDIRIAN ENTITAS26 32. Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi27 dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan28 laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah29 dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah30 adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya31 dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset32 dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,33 termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud,34 utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak35 terlaksananya program yang telah ditetapkan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 10KESINAMBUNGAN 1 ENTITAS2 33. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan3 akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak4 bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.5 KETERUKURAN DALAM SATUAN UANG (MONETARY6 MEASUREMENT)7 34. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap8 kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan9 agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

10 KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN11 KEUANGAN12 35. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran

Page 20: pp 71 word

13 normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat14 memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat15 normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi16 kualitas yang dikehendaki:17 (a) Relevan;18 (b) Andal;19 (c) Dapat dibandingkan; dan20 (d) Dapat dipahami.21 RELEVAN22 36. Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang23 termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan24 membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan25 memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi26 mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan27 dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.28 37. Informasi yang relevan:29 (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)30 Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi31 ekspektasi mereka di masa lalu.32 (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)33 Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan34 datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.35 (c) Tepat waktu36 Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna37 dalam pengambilan keputusan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 111 (d) Lengkap2 Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,3 mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi4 pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada.5 Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat6 dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam7 penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.8 ANDAL9 38. Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang10 menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta11 dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau12 penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara13 potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:14 (a) Penyajian Jujur15 Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya16 yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk17 disajikan.18 (b) Dapat Diverifikasi (verifiability)

Page 21: pp 71 word

19 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila20 pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya21 tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.22 (c) Netralitas23 Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada24 kebutuhan pihak tertentu.25 DAPAT DIBANDINGKAN26 39. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna27 jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau28 laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat29 dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat30 dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari31 tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang32 diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas33 pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan34 akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada35 periode terjadinya perubahan.36 DAPAT DIPAHAMI37 40. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami38 oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan39 dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 121 memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi2 entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi3 yang dimaksud.

4 PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN5 KEUANGAN6 41. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai7 ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun8 standar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan9 kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan10 keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan11 dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:12 (a) Basis akuntansi;13 (b) Prinsip nilai historis;14 (c) Prinsip realisasi;15 (d) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;16 (e) Prinsip periodisitas;17 (f) Prinsip konsistensi;18 (g) Prinsip pengungkapan lengkap; dan19 (h) Prinsip penyajian wajar.20 BASIS AKUNTANSI21 42. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan

Page 22: pp 71 word

22 pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset,23 kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan24 disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan25 laporan demikian.26 43. Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat27 hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima28 di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban29 diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih30 telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum31 Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak32 luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.33 44. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas,34 maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan35 penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum36 Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer dan37 pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas38 Umum Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana anggaran disusun danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 131 dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis2 akrual.3 45. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan4 ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian5 atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa6 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.7 NILAI HISTORIS (HISTORICAL COST)8 46. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar9 atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset10 tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara11 kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang12 akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.13 47. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain14 karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis,15 dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.16 REALISASI (REALIZATION)17 48. Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah18 diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan19 digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.20 Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan21 atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah22 menambah atau mengurangi kas.23 49. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against24 revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan25 sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.26 SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL (SUBSTANCE

Page 23: pp 71 word

27 OVER FORM)28 50. Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi29 serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain30 tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas31 ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau32 peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal33 tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan34 Keuangan.35 PERIODISITAS (PERIODICITY)36 51. Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu37 dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur38 dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 141 digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran2 juga dianjurkan.3 KONSISTENSI (CONSISTENCY)4 52. Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang5 serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi6 internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu7 metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai8 dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu9 memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas10 perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan11 Keuangan.12 PENGUNGKAPAN LENGKAP (FULL DISCLOSURE)13 53. Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang14 dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan15 keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan16 atau Catatan atas Laporan Keuangan.17 PENYAJIAN WAJAR (FAIR PRESENTATION)18 54. Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi19 Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan20 Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas21 Laporan Keuangan.22 55. Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat23 diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian24 peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan25 mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan26 sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung27 unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian28 sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak29 dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat30 tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja31 menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja

Page 24: pp 71 word

32 mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan33 keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

34 KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN35 ANDAL36 56. Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap37 keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam38 mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andalPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 151 akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal2 yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan3 pemerintah, yaitu:4 (a) Materialitas;5 (b) Pertimbangan biaya dan manfaat;6 (c) Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.7 MATERIALITAS8 57. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan9 pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria10 materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan11 atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi12 keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.13 PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT14 58. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya15 penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya16 menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya17 penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan18 proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh19 pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati20 oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya21 penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya22 yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.23 KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTERISTIK KUALITATIF24 59. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk25 mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif26 yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif27 antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan28 keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif29 tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.30

31 UNSUR LAPORAN KEUANGAN32 60. Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan33 anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan34 anggaran terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri35 dari Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLK merupakan laporan yang merinci atau

Page 25: pp 71 word

36 menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun37 laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan38 pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 16LAPORAN REALISASI 1 ANGGARAN2 61. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,3 dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah4 pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan5 realisasinya dalam satu periode pelaporan.6 62. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi7 Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.8 Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :9 (a) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum10 Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya11 yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran12 yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar13 kembali oleh pemerintah.14 (b) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum15 Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih16 dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh17 pembayarannya kembali oleh pemerintah.18 (c) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas19 pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan20 dan dana bagi hasil.21 (d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak22 berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali23 dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan24 maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran25 pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau26 memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain27 dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan28 antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,29 pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh30 pemerintah.31 LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH32 63. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi33 kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan34 dengan tahun sebelumnya.35 NERACA36 64. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan37 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.38 65. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan39 ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 26: pp 71 word

Lampiran I.01 Kerangka Konseptual - 171 (a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh2 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat3 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik4 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan5 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk6 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang7 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.8 (b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang9 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi10 pemerintah.11 (c) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara12 aset dan kewajiban pemerintah.13 Aset14 66. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah15 potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun16 tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan17 atau penghematan belanja bagi pemerintah.18 67. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu19 aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat20 direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)21 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria22 tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.23 68. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,24 piutang, dan persediaan.25 69. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan26 aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk27 kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar28 diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,29 dan aset lainnya.30 70. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan31 dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam32 jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi33 investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain34 investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek35 pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara36 lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.37 71. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan38 bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam39 pengerjaan.40 72. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.41 Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama42 (kemitraan).PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 18

Page 27: pp 71 word

1 Kewajiban2 73. Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah3 mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan4 pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.5 74. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas6 atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,7 kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman8 dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga9 internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan10 pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.11 75. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai12 konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.13 76. Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan14 kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok15 kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah16 tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang17 penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.18 Ekuitas19 77. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih20 antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di21 Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.22 LAPORAN OPERASIONAL23 78. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi24 yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah25 pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode26 pelaporan.27 79. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional28 terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing29masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:30 (a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai31 kekayaan bersih.32 (b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai33 kekayaan bersih.34 (c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh35 suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana36 perimbangan dan dana bagi hasil.37 (d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang38 terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 191 tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau2 pengaruh entitas bersangkutan.3 LAPORAN ARUS KAS4 80. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan5 aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan

Page 28: pp 71 word

6 saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah7 pusat/daerah selama periode tertentu.8 81. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari9 penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai10 berikut:11 (a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum12 Negara/Daerah.13 (b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara14 Umum Negara/Daerah.15 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS16 82. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau17 penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.18 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN19 83. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau20 rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan21 Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan22 Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi23 tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan24 informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam25 Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan26 untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas27 Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai28 berikut:29 (a) Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas30 Akuntansi;31 (b) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi32 makro;33 (c) Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan34 berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;35 (d) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan36 kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi37transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;38 (e) Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada39 lembar muka laporan keuangan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 201 (f) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar2 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan3 keuangan;4 (g) Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,5 yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

6 PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN7 84. Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya8 kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi9 sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas,

Page 29: pp 71 word

10 pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO, dan beban,11 sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang12 bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap13 pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.14 85. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau15 peristiwa untuk diakui yaitu:16 (a) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan17 kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke18 dalam entitas pelaporan yang bersangkutan;19 (b) kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat20 diukur atau dapat diestimasi dengan andal.21 86. Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi22 kriteria pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas.23 KEMUNGKINAN BESAR MANFAAT EKONOMI MASA DEPAN24 TERJADI25 87. Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar26 manfaat ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat27 kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos28 atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir dari atau ke entitas pelaporan.29 Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan operasional30 pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus manfaat31 ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat32 penyusunan laporan keuangan.33 KEANDALAN PENGUKURAN34 88. Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang35 akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun36 ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila37 pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan,38 maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas39 Laporan Keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 211 89. Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi2 apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi3 peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.4 PENGAKUAN ASET5 90. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan6 diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur7 dengan andal.8 91. Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang9 atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas10 masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih11 terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi.12 92. Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain13 bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi,

Page 30: pp 71 word

14 pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan setoran lain-lain,15 serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan setiap16 unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau17 instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah18 untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih19 rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai20 penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika21 pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin22 diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.23 PENGAKUAN KEWAJIBAN24 93. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran25 sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada26 sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai27 penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.28 94. Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui pada saat29 dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.30 PENGAKUAN PENDAPATAN31 95. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan32 tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui33 pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas34 pelaporan.35 PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA36 96. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi37 aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.01 Kerangka Konseptual - 221 97. Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening2 Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui3 bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban4 atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi5 perbendaharaan.

6 PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN7 98. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui8 dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos9 dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat10 sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar11 dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat12 sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk13 memenuhi kewajiban yang bersangkutan.14 99. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang15 rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu16 dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01 – (i)

Page 31: pp 71 word

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 01

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGANLAMPIRAN I.02PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 7TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 4BASIS AKUNTANSI ----------------------------------------------------------------------------------- 5 - 7DEFINISI ------------------------------------------------------------------------------------------------- 8TUJUAN LAPORAN KEUANGAN --------------------------------------------------------------- 9 - 12TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------- 13KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ---------------------------------------- 14 - 24STRUKTUR DAN ISI ---------------------------------------------------------------------------------- 25-113PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------------ 25 - 26Identifikasi Laporan Keuangan --------------------------------------------------------------- 27 - 31Periode Pelaporan ------------------------------------------------------------------------------- 32 - 33Tepat Waktu --------------------------------------------------------------------------------------- 34LAPORAN REALISASI ANGGARAN --------------------------------------------------------- 35 - 40LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH --------------------------------- 41 - 43NERACA ---------------------------------------------------------------------------------------------- 44 - 85Klasifikasi ------------------------------------------------------------------------------------------ 45 - 53Aset Lancar ---------------------------------------------------------------------------------------- 54 - 55Aset Nonlancar ----------------------------------------------------------------------------------- 56 - 66Pengakuan Aset---------------------------------------------------------------------------------- 67 - 68Pengukuran Aset--------------------------------------------------------------------------------- 69 - 74Kewajiban Jangka Pendek -------------------------------------------------------------------- 75 - 77Kewajiban Jangka Panjang ------------------------------------------------------------------- 78 - 80Pengakuan Kewajiban -------------------------------------------------------------------------- 81 - 82Pengukuran Kewajiban ------------------------------------------------------------------------- 83Ekuitas ---------------------------------------------------------------------------------------------- 84 - 85INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM NERACA ATAU DALAMCATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN -------------------------------------------------- 86 - 88LAPORAN ARUS KAS ---------------------------------------------------------------------------- 89 - 91LAPORAN OPERASIONAL --------------------------------------------------------------------- 92 - 100LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS ---------------------------------------------------------- 101 - 103CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN -------------------------------------------------- 104 - 113Struktur --------------------------------------------------------------------------------------------- 104 - 107Penyajian Kebijakan-kebijakan Akuntansi ------------------------------------------------- 108 - 112Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya --------------------------------------------------- 113TANGGAL EFEKTIF ---------------------------------------------------------------------------------- 114 - 115

Page 32: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01 – (iii)Lampiran :Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.A : Contoh Format Neraca PemerintahPusatIlustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.B : Contoh Format Neraca PemerintahProvinsi/Kabupaten/KotaIlustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.C : Contoh Format Laporan PerubahanEkuitas Pemerintah PusatIlustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.D : Contoh Format Laporan PerubahanEkuitas Pemerintah Provinsi/Kabupaten/KotaIlustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.E : Contoh Format Laporan PerubahanSAL Pemerintah PusatIlustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.F : Contoh Format Laporan PerubahanSAL Pemerintah Provinsi/Kabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 014 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN1011 TUJUAN12 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan13 keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam14 rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap15 anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan16 umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan17 bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif18 sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.19 Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan20 dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan,21 dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun22 dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan23 transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam24 standar akuntansi pemerintahan lainnya.

Page 33: pp 71 word

25 RUANG LINGKUP26 2. Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan27 dengan basis akrual.28 3. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang29 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan30 pengguna adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif, pemeriksa/pengawas,31 fihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman,32 serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan33 terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik34 lainnya seperti laporan tahunan.35 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam36 menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 21 daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan2 negara/daerah.3 BASIS AKUNTANSI4 5. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan5 pemerintah yaitu basis akrual.6 6. Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian7 laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan8 pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas.9 7. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi berbasis10 akrual, menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang11 ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.

12 DEFINISI13 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam14 Pernyataan Standar dengan pengertian:15 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan16 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan17 yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu18 secara sistematis untuk satu periode.19 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana20 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan21 Perwakilan Rakyat Daerah.22 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana23 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan24 Perwakilan Rakyat.25 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan26 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk27 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.28 Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada29 Bendahara Umum Negara/Daerah.30 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh31 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

Page 34: pp 71 word

32 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik33 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan34 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk35 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang36 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.37 Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan38 tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalamPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 31 menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya2 termasuk hak atas kekayaan intelektual.3 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari4 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,5 dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.6 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan7 peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa8 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.9 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan10 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.11 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum12 Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode13 tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya14 kembali oleh pemerintah.15 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode16 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau17 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.18 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan19 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu20 tahun anggaran.21 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara22 aset dan kewajiban pemerintah.23 Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna24 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan25 menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.26 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih27 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan28 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban29 berupa laporan keuangan.30 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat31 ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial sehingga32 dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan33 kepada masyarakat34 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat35 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.36 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh37 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah

Page 35: pp 71 word

38 dan membayar seluruh pengeluaran daerah.39 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh40 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung41 seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 41 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi2konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu3 entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.4 Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai5 komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama6 dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.7 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang8 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi9 pemerintah10 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang11 merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan,12 atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.13 Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di14 antara dua laporan keuangan tahunan.15 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.16 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam17 menyajikan laporan keuangan.18 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji19 suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna20 yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada21 hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari22 keadaan khusus di mana kekurangan atau salah saji terjadi.23 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar fihak24 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.25 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan26 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi27 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Bendahara Umum28 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode29 otorisasi tersebut.30 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar31 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun32 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang33 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup34 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.35 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai36 penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan37 tidak perlu dibayar kembali.38 Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum39 Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun40 anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu

Page 36: pp 71 word

41 dibayar kembali oleh pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 51 Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang2 dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang3 bersangkutan.4 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan5 yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan6 barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam7 rangka pelayanan kepada masyarakat.8 Piutang transfer adalah hak suatu entitas pelaporan untuk menerima9 pembayaran dari entitas pelaporan lain sebagai akibat peraturan10 perundang-undangan.11 Pos adalah kumpulan akun sejenis yang ditampilkan pada lembar muka12 laporan keuangan.13 Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang14 terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,15 tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau16 pengaruh entitas bersangkutan.17 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang18 negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum19 Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar20 seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.21 Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang22 daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung23 seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah24 pada bank yang ditetapkan.25 Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari26 akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun27 berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan.28 Selisih kurs adalah selisih yang timbul karena penjabaran mata uang asing29 ke rupiah pada kurs yang berbeda.30 Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap31 dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang32 signifikan.33 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih34 lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta35 penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu36 periode pelaporan.37 Surplus/defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama38 satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit dari kegiatan39 non operasional dan pos luar biasa.40 Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan41 belanja selama satu periode pelaporan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 37: pp 71 word

Lampiran I.02 PSAP 01- 61 Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode2 pelaporan.3 Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan4 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana5 bagi hasil.6 Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan7 pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang8undangan.

9 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN10 9. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai11 posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas12 pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi13 mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas,14 hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat15 bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai16 alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah17 adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan18 dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang19 dipercayakan kepadanya, dengan:20 a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,21 dan ekuitas pemerintah;22 b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,23 kewajiban, dan ekuitas pemerintah;24 c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber25 daya ekonomi;26 d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;27 e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai28 aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;29 f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai30 penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;31 g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan32 entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.33 10. Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan34 prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi35 besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan,36 sumberdaya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan37 ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi38 pengguna mengenai:39 a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan40 anggaran; danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 71 b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan2 ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Page 38: pp 71 word

3 11. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan4 informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:5 a. aset;6 b. kewajiban;7 c. ekuitas;8 d. pendapatan-LRA;9 e. belanja;10 f. transfer;11 g. pembiayaan;12 h. saldo anggaran lebih13 i. pendapatan-LO;14 j. beban; dan15 k. arus kas.16 12. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk17 memenuhi tujuan sebagaimana terdapat dalam paragraf 9, namun tidak dapat18 sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan19 nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk20 memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas21 pelaporan selama satu periode.

22 TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN23 13. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan24 berada pada pimpinan entitas.

25 KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN26 14. Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan27 keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports)28 dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai29 berikut:30 a) Laporan Realisasi Anggaran;31 b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;32 c) Neraca;33 d) Laporan Operasional;34 e) Laporan Arus Kas;35 f) Laporan Perubahan Ekuitas;36 g) Catatan atas Laporan Keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 81 15. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan2 oleh setiap entitas pelaporan, kecuali:3 (a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai4 fungsi perbendaharaan umum;5 (b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh6 Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun7 laporan keuangan konsolidasiannya.8 16. Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit9 yang ditetapkan sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai

Page 39: pp 71 word

10 kuasa bendahara umum negara/daerah.11 17. Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran dalam12 bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan menyediakan13 informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan14 sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran15 memuat anggaran dan realisasi.16 18. Entitas pelaporan pemerintah pusat juga menyajikan Saldo17 Anggaran Lebih pemerintah yang mencakup Saldo Anggaran Lebih tahun18 sebelumnya, penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan19 Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan, dan penyesuaian lain yang20 diperkenankan.21 19. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya22 ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus23 sumber daya ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan24 pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan25 dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa mendatang.26 20. Entitas pelaporan menyajikan informasi untuk membantu para27 pengguna dalam memperkirakan hasil operasi entitas dan pengelolaan aset,28 seperti halnya dalam pembuatan dan evaluasi keputusan mengenai alokasi29 sumber daya ekonomi.30 21. Entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum menyajikan31 informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama32 suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.33 22. Entitas pelaporan menyajikan kekayaan bersih pemerintah yang34 mencakup ekuitas awal, surplus/defisit periode bersangkutan, dan dampak35 kumulatif akibat perubahan kebijakan dan kesalahan mendasar.36 23. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan37 keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan semua informasi penting38 baik yang telah tersaji maupun yang tidak tersaji dalam lembar muka laporan39 keuangan.40 24. Entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang ketaatan41 terhadap anggaran.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 9

STRUKTUR 1 DAN ISI2 PENDAHULUAN3 25. Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan4 tertentu pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan5 pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau6 dalam Catatan atas Laporan Keuangan, dan merekomendasikan format ilustrasi7 standar ini yang dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan situasi8 masing-masing.9 26. Pernyataan Standar ini menggunakan istilah pengungkapan dalam10 arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan dalam setiap lembar11 muka laporan keuangan maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 40: pp 71 word

12 Pengungkapan yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi13 Pemerintahan lainnya disajikan sesuai dengan ketentuan dalam standar tersebut.14 Kecuali ada standar yang mengatur sebaliknya, pengungkapan yang demikian15 dibuat pada lembar muka laporan keuangan yang relevan atau dalam Catatan16 atas Laporan Keuangan.17 Identifikasi Laporan Keuangan18 27. Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas19 dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama.20 28. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan hanya berlaku21 untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain yang disajikan22 dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu,23 penting bagi pengguna untuk dapat membedakan informasi yang disajikan24 menurut Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi lain, namun bukan25 merupakan subyek yang diatur dalam Pernyataan Standar ini.26 29. Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara27 jelas. Di samping itu, informasi berikut harus dikemukakan secara jelas dan28 diulang pada setiap halaman laporan bilamana perlu untuk memperoleh29 pemahaman yang memadai atas informasi yang disajikan:30 a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;31 b) cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal atau konsolidasian32 dari beberapa entitas pelaporan;33 c) tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, yang34 sesuai dengan komponen-komponen laporan keuangan;35 d) mata uang pelaporan; dan36 e) tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka pada laporan37 keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 101 30. Persyaratan dalam paragraf 27 dapat dipenuhi dengan penyajian2 judul dan judul kolom yang singkat pada setiap halaman laporan keuangan.3 Berbagai pertimbangan digunakan untuk pengaturan tentang penomoran4 halaman, referensi, dan susunan lampiran sehingga dapat mempermudah5 pengguna dalam memahami laporan keuangan.6 31. Laporan keuangan seringkali lebih mudah dimengerti bilamana7 informasi disajikan dalam ribuan atau jutaan rupiah. Penyajian demikian ini dapat8 diterima sepanjang tingkat ketepatan dalam penyajian angka-angka diungkapkan9 dan informasi yang relevan tidak hilang.10 Periode Pelaporan11 32. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam12 setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan13 laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih14 panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan15 mengungkapkan informasi berikut:16 a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,17 b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti

Page 41: pp 71 word

18 arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.19 33. Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus mengubah20 tanggal pelaporannya, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun21 anggaran. Pengungkapan atas perubahan tanggal pelaporan adalah penting22 agar pengguna menyadari kalau jumlah-jumlah yang disajikan untuk periode23 sekarang dan jumlah-jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh24 selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual,25 suatu entitas pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi26 yang berada dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan27 keuangan konsolidasian.28 Tepat Waktu29 34. Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak30 tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan.31 Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan32 bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat33 waktu.34 LAPORAN REALISASI ANGGARAN35 35. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan36 keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap37 APBN/APBD.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 111 36. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi2 dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah3 pusat/daerah dalam satu periode pelaporan4 37. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya5 unsur-unsur sebagai berikut:6 a. Pendapatan-LRA;7 b. belanja;8 c. transfer;9 d. surplus/defisit-LRA;10 e. pembiayaan;11 f. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.12 38. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan13 antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.14 39. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan15 atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang16 mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,17 sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan18 realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang19 dianggap perlu untuk dijelaskan.20 40. PSAP No. 02 mengatur persyaratan-persyaratan untuk penyajian21 Laporan Realisasi Anggaran dan pengungkapan informasi terkait.22 LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH23 41. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara

Page 42: pp 71 word

24 komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:25 a) Saldo Anggaran Lebih awal;26 b) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;27 c) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;28 d) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan29 e) Lain-lain;30 f) Saldo Anggaran Lebih Akhir.31 42. Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian32 lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan33 Saldo Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.34 43. Contoh format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih disajikan35 pada ilustrasi PSAP 01 E dan 01 F. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan36 merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan37 penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 121 NERACA2 44. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan3 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.4 Klasifikasi5 45. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam6 aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi7 kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.8 46. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan9 kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima10 atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan11 dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu12 lebih dari 12 (dua belas) bulan.13 47. Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang yang14 akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya15 klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca untuk16 memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan dalam17 periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka18 panjang.19 48. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan20 bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.21 Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban seperti22 persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk mengetahui apakah aset23 diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar dan kewajiban diklasifikasikan24 sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.25 49. Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode26 sebelumnya pos-pos berikut:27 a) kas dan setara kas;28 b) investasi jangka pendek;29 c) piutang pajak dan bukan pajak;

Page 43: pp 71 word

30 d) persediaan;31 e) investasi jangka panjang;32 f) aset tetap;33 g) kewajiban jangka pendek;34 h) kewajiban jangka panjang;35 i) ekuitas.36 50. Pos-pos selain yang disebutkan pada paragraf 49 disajikan37 dalam Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jikaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 131 penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan2 suatu entitas pelaporan.34 51. Contoh format Neraca disajikan dalam ilustrasi PSAP 01.A dan 01.B5 Standar ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari6 standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar untuk7 membantu dalam pelaporan keuangan.8 52. Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah9 didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:10 a) Sifat, likuiditas, dan materialitas aset;11 b) Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan;12 c) Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.13 53. Aset dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan fungsi kadang14kadang diukur dengan dasar pengukuran yang berbeda. Sebagai contoh,15 sekelompok aset tetap tertentu dicatat atas dasar biaya perolehan dan kelompok16 lainnya dicatat atas dasar nilai wajar yang diestimasikan.17 Aset Lancar18 54. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:19 a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk20 dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau21 b) berupa kas dan setara kas.22 Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan sebagai23 aset nonlancar.24 55. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,25 piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito26 berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah27 diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda,28 penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan29 diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.30 Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk31 digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis32 pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti33 komponen bekas.34 Aset Nonlancar35 56. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang

Page 44: pp 71 word

36 dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak37 langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat38 umum.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 141 57. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka2 panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya untuk mempermudah3 pemahaman atas pos-pos aset nonlancar yang disajikan di neraca.4 58. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan5 untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka6 panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen.7 59. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang8 dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.9 60. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang10 dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.11 61. Investasi nonpermanen terdiri dari:12 a) Investasi dalam Surat Utang Negara;13 b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan14 kepada fihak ketiga; dan15 c) Investasi nonpermanen lainnya16 62. Investasi permanen terdiri dari:17 a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/perusahaan18 daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan19 internasional dan badan hukum lainnya bukan milik negara.20 b) Investasi permanen lainnya.21 63. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa22 manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan23 pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.24 64. Aset tetap terdiri dari:25 a) Tanah;26 b) Peralatan dan mesin;27 c) Gedung dan bangunan;28 d) Jalan, irigasi, dan jaringan;29 e) Aset tetap lainnya; dan30 f) Konstruksi dalam pengerjaan.31 65. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk32 menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak33 dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut34 tujuan pembentukannya.35 66. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.36 Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan37 angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama38 dengan fihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 15

Page 45: pp 71 word

1 Pengakuan Aset2 67. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan3 diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat4 diukur dengan andal.5 68. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau6 kepenguasaannya berpindah.7 Pengukuran Aset8 69. Pengukuran aset adalah sebagai berikut:9 a) Kas dicatat sebesar nilai nominal;10 b) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;11 c) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;12 d) Persediaan dicatat sebesar:13 (1) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;14 (2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;15 (3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti16 donasi/rampasan.17 70. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan18 termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh19 kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;20 71. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian21 aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan22 maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.23 72. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset24 tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.25 73. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola26 meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak27 langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga28 listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan29 pembangunan aset tetap tersebut.30 74. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan31 dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing32 menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.33 Kewajiban Jangka Pendek34 75. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka35 pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 161 tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai2 kewajiban jangka panjang.3 76. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang4 sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang5 transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang6 akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.7 77. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh8 tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya

Page 46: pp 71 word

9 bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak10 ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.11 Kewajiban Jangka Panjang12 78. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban13 jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk14 diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan15 jika:16 a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)17 bulan;18 b) entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas19 dasar jangka panjang; dan20 c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan21 kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali terhadap22 pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.23 Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek24 sesuai dengan paragraf ini, bersama-sama dengan informasi yang25 mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan26 Keuangan.27 79. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun28 berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau29 digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan30 tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian31 dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang32 dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di33 mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam34 kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini35 tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan36 sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan37 kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi38 kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.39 80. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu40 (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajibanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 171 jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait2 dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,3 kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:4 a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai5 konsekuensi adanya pelanggaran, dan6 b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas)7 bulan setelah tanggal pelaporan.8 Pengakuan Kewajiban9 81. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran10 sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban11 yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut

Page 47: pp 71 word

12 mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.13 82. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada14 saat kewajiban timbul.15 Pengukuran Kewajiban16 83. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam17 mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.18 Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada19 tanggal neraca.20 Ekuitas21 84. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan22 selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.23 85. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada24 Laporan Perubahan Ekuitas.25 INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM NERACA ATAU DALAM26 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN27 86. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam Neraca28 maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan subklasifikasi pos-pos29 yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan operasi30 entitas yang bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut,31 bilamana perlu, sesuai dengan sifatnya.32 87. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di33 Catatan atas Laporan Keuangan tergantung pada persyaratan dari Standar34 Akuntansi Pemerintahan dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan. FaktorPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 181 faktor yang disebutkan dalam paragraf 86 dapat digunakan dalam menentukan2 dasar bagi subklasifikasi.3 88. Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya:4 (a) piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak5 terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut6 sumbernya;7 (b) persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur8 akuntansi untuk persediaan;9 (c) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar10 yang mengatur tentang aset tetap;11 (d) utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya;12 (e) dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya;13 (f) pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan14 negara/daerah/lainnya adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat15 pengendalian dan metode penilaian.16 LAPORAN ARUS KAS17 89. Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber,18 penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan19 saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.20 90. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan

Page 48: pp 71 word

21 aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.22 91. Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang23 berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi24 Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.25 LAPORAN OPERASIONAL26 92. Laporan finansial mencakup laporan operasional yang27 menyajikan pos-pos sebagai berikut:28 a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;29 b) Beban dari kegiatan operasional ;30 c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;31 d) Pos luar biasa, bila ada;32 e) Surplus/defisit-LO.33 Penambahan pos-pos, judul dan subtotal disajikan dalam laporan34 operasional jika standar ini mensyaratkannya, atau jika diperlukan untuk35 menyajikan dengan wajar hasil operasi suatu entitas pelaporan.36 93. Dalam hubungannya dengan laporan operasional, kegiatan37 operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis menurut klasifikasi ekonomi38 atau klasifikasi fungsi/program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 191 94. Penambahan pos-pos pada laporan operasional dan deskripsi yang2 digunakan serta susunan pos-pos dapat diubah apabila diperlukan untuk3 menjelaskan operasi dimaksud. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan4 meliputi materialitas dan sifat serta fungsi komponen pendapatan-LO dan beban.5 95. Dalam laporan operasional yang dianalisis menurut suatu klasifikasi6 beban, beban-beban dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi (sebagai7 contoh beban penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor, beban transportasi,8 dan beban gaji dan tunjangan pegawai), dan tidak direalokasikan pada berbagai9 fungsi dalam suatu entitas pelaporan. Metode ini sederhana untuk diaplikasikan10 dalam kebanyakan entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi beban11 operasional pada berbagai fungsi.12 96. Dalam laporan operasional yang dianalisis menurut klasifikasi13 fungsi, beban-beban dikelompokkan menurut program atau yang14 dimaksudkannya. Penyajian laporan ini memberikan informasi yang lebih relevan15 bagi pemakai dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi ekonomi, walau16 dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-fungsi adakalanya bersifat arbitrer17 dan atas dasar pertimbangan tertentu.18 97. Entitas pelaporan yang mengelompokkan beban menurut klasifikasi19 fungsi mengungkapkan pula tambahan informasi beban menurut klasifikasi20 ekonomi, a.l. meliputi beban penyusutan/amortisasi, beban gaji dan tunjangan21 pegawai, dan beban bunga pinjaman.22 98. Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi23 tergantung pada faktor historis dan peraturan perundang-undangan, serta24 hakikat organisasi. Kedua metode ini dapat memberikan indikasi beban yang25 mungkin, baik langsung maupun tidak langsung, berbeda dengan output entitas26 pelaporan bersangkutan. Karena penerapan masing-masing metode pada

Page 49: pp 71 word

27 entitas yang berbeda mempunyai kelebihan tersendiri, maka standar ini28 memperbolehkan entitas pelaporan memilih salah satu metode yang dipandang29 dapat menyajikan unsur operasi secara layak.30 99. Dalam Laporan Operasional, surplus/defisit penjualan aset31 nonlancar dan pendapatan/beban luar biasa dikelompokkan dalam kelompok32 tersendiri.33 100. PSAP 12 menguraikan secara lebih rinci Laporan Operasional34 yang beban-bebannya dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi. Laporan35 Operasional disajikan dalam bentuk perbandingan dengan tahun sebelumnya,36 yang contoh formatnya dapat dilihat pada ilustrasi PSAP 12.A dan 12.B.37 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS38 101. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang39kurangnya pos-pos:40 a) Ekuitas awal41 b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 201 c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang2 antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh3 perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,4 misalnya:5 1. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada6 periode-periode sebelumnya;7 2. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.8 d) Ekuitas akhir.9 102. Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian10 lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan11 Ekuitas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.12 103. Contoh format Laporan Perubahan Ekuitas disajikan pada ilustrasi13 PSAP 01.C dan 01.D. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan14 bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan15 standar untuk membantu dalam pelaporan keuangan.16 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN17 Struktur18 104. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan19 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan20 atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:21 a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;22 b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;23 c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut24 kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;25 d) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan26kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi27transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;28 e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar

Page 50: pp 71 word

29 muka laporan keuangan;30 f) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi31 Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan32 keuangan;33 g) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang34 tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.35 105. Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis.36 Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo37 Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 211 Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan2 informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.3 106. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau4 daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam5 Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,6 Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan7 Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah8 penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar9 Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang10 diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti11 kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.12 107. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah13 susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan14 Keuangan. Misalnya informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat15 digabungkan dengan informasi jatuh tempo surat-surat berharga.16 Penyajian Kebijakan-kebijakan Akuntansi17 108. Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan18 Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:19 (a) dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan20 keuangan;21 (b) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan22 dengan ketentuan-ketentuan masa transisi Standar Akuntansi23 Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan24 (c) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami25 laporan keuangan.26 109. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis27 pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan28 keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam29 penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup30 memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan31 basis pengukuran tersebut.32 110. Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu33 diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan34 tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang35 tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu

Page 51: pp 71 word

36 dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal37 sebagai berikut:38 (a) Pengakuan pendapatan-LRA dan pendapatan-LO;39 (b) Pengakuan belanja;40 (c) Pengakuan beban;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.02 PSAP 01- 221 (d) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;2 (e) Investasi;3 (f) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak4 berwujud;5 (g) Kontrak-kontrak konstruksi;6 (h) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;7 (i) Kemitraan dengan fihak ketiga;8 (j) Biaya penelitian dan pengembangan;9 (k) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;10 (l) Dana cadangan;11 (m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.12 111. Setiap entitas pelaporan perlu mempertimbangkan sifat kegiatan13kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas14 Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan15 pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib (nonreciprocal16 revenue), penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi terhadap selisih17 kurs.18 112. Kebijakan akuntansi bisa menjadi signifikan walaupun nilai pos19pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain20 itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang21 tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.22 Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya23 113. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini24 apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan25 keuangan, yaitu:26 a. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana entitas27 tersebut beroperasi;28 b. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;29 c. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan30 operasionalnya.

31 TANGGAL EFEKTIF32 114. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini33 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban34 pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.35 115. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP36 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual37 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X0

Page 52: pp 71 word

1 ASET23ASET LANCAR4 Kas di Bank Indonesia xxx xxx5 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx6 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx7 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx8 Investasi Jangka Pendek xxx xxx9 Piutang Pajak xxx xxx10 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx11 Penyisihan Piutang (xxx) (xxx)12 Beban Dibayar Dimuka xxx xxx13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx14 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx15 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx17 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx18 Piutang Lainnya xxx xxx19 Persediaan xxx xxx20 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx2122 INVESTASI JANGKA PANJANG23 Investasi Nonpermanen24 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxxUraianContoh Format Neraca Pemerintah PusatPEMERINTAH PUSATPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0(Dalam Rupiah)NERACA25 Dana Bergulir xxx xxx26 Investasi dalam Obligasi xxx xxx27 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx28 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx29 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 28) xxx xxx30 Investasi Permanen31 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx32 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx33 Jumlah Investasi Permanen (31 s/d 32) xxx xxx34 Jumlah Investasi Jangka Panjang (29 + 33) xxx xxx3536 ASET TETAP37 Tanah xxx xxx38 Peralatan dan Mesin xxx xxx39 Gedung dan Bangunan xxx xxxLAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.APRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. Uraian 20X1 20X0Contoh Format Neraca Pemerintah PusatPEMERINTAH PUSATPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0(Dalam Rupiah)NERACALAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.A40 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx41 Aset Tetap Lainnya xxx xxx42 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx43 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)44 Jumlah Aset Tetap (37 s/d 43) xxx xxx4546 ASET LAINNYA47 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx48 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx50 Aset Tak Berwujud xxx xxx51 Aset Lain-Lain xxx xxx52 Jumlah Aset Lainnya (47 s/d 51) xxx xxx5354 JUMLAH ASET (20+34+44+52) xxxx xxxx5556 KEWAJIBAN5758 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK59 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx

Page 53: pp 71 word

60 Utang Bunga xxx xxx61 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx62 Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx63 Utang Belanja xxx xxx64 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx65 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (59 s/d 64) xxx xxx6667 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG68 Utang Luar Negeri xxx xxx69 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx70 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx71 Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx72 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx73 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 72) xxx xxx74 JUMLAH KEWAJIBAN (65+73) xxx xxx7576 EKUITAS77 EKUITAS xxx xxx78 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (74+77) xxxx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X01 ASET23 ASET LANCAR4 Kas di Kas Daerah xxx xxx5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx8 Piutang Pajak xxx xxx9 Piutang Retribusi xxx xxx10 Penyisihan Piutang (xxx) (xxx)11 Belanja Dibayar Dimuka xxx xxx12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx14 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx15 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx17 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx18 Piutang Lainnya xxx xxx19 Persediaan xxx xxx20 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx2122 INVESTASI JANGKA PANJANG23 Investasi Nonpermanen24 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx25 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx28 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 27) xxx xxx29 I t iPContoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/KotaUraianPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0(Dalam Rupiah)NERACALAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.BInvestasi Permanen30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx3435 ASET TETAP36 Tanah xxx xxx37 Peralatan dan Mesin xxx xxx38 Gedung dan Bangunan xxx xxx39 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx40 Aset Tetap Lainnya xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X0Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/KotaUraianPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0(Dalam Rupiah)NERACA41 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx42 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)43 Jumlah Aset Tetap (36 s/d 42) xxx xxx44

Page 54: pp 71 word

45 DANA CADANGAN46 Dana Cadangan xxx xxx47 Jumlah Dana Cadangan (46) xxx xxx4849 ASET LAINNYA50 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx51 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx52 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx53 Aset Tak Berwujud xxx xxx54 Aset Lain-Lain xxx xxx55 Jumlah Aset Lainnya (50 s/d 54) xxx xxx5657 JUMLAH ASET (20+33+43+47+55) xxxx xxxx5859 KEWAJIBAN6061 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK62 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx63 Utang Bunga xxx xxx64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx65 Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx66 Utang Belanja xxx xxx67 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx68 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (62 s/d 67) xxx xxx6970 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG71 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx72 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx73 Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx74 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx75 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (71 s/d 74) xxx xxx76 JUMLAH KEWAJIBAN (68+75) xxx xxx7778 EKUITAS79 EKUITAS xxx xxx80 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (76+79) xxxx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIANO 20X1 20X01 EKUITAS AWAL XXX XXX2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX6 LAIN-LAIN XXX XXX7 EKUITAS AKHIR XXX XXXUNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0URAIANContoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah PusatPEMERINTAH PUSATLAPORAN PERUBAHAN EKUITASLAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.CPRESIDENREPUBLIK INDONESIANO 20X1 20X01 EKUITAS AWAL XXX XXX2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX6 LAIN-LAIN XXX XXX7 EKUITAS AKHIR XXX XXXUNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0URAIANContoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Provinsi/Kabupaten/KotaPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTALAPORAN PERUBAHAN EKUITASLAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.DPRESIDENREPUBLIK INDONESIANO URAIAN 20X1 20X01 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (XXX) (XXX)

Page 55: pp 71 word

3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX7 Lain-lain XXX XXX8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXXPEMERINTAH PUSATLAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah PusatLAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.EPRESIDENREPUBLIK INDONESIANO URAIAN 20X1 20X01 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (XXX) (XXX)3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX7 Lain-lain XXX XXX8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXXPEMERINTAH DAERAHLAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah DaerahLAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 01.F

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 – (i)STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 02

LAPORAN REALISASI ANGGARANBERBASIS KASLAMPIRAN I.03PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-6TUJUAN -------------------------------------------------------------------------------------- 1-2RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------- 3-4MANFAAT INFORMASI REALISASI ANGGARAN -------------------------------- 5-6DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 7STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN ----------------------------------- 8-9PERIODE PELAPORAN --------------------------------------------------------------------- 10

Page 56: pp 71 word

TEPAT WAKTU -------------------------------------------------------------------------------- 11ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN ----------------------------------------------- 12-15INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN REALISASIANGGARAN ATAU DALAM CATATAN ATASLAPORAN KEUANGAN --------------------------------------------------------------------- 16-17AKUNTANSI ANGGARAN ------------------------------------------------------------------ 18-20AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA -------------------------------------------------------- 21-30AKUNTANSI BELANJA --------------------------------------------------------------------- 31-46AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT-LRA -------------------------------------------------- 47-49AKUNTANSI PEMBIAYAAN --------------------------------------------------------------- 50AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN------------------------------------------- 51-54AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN---------------------------------------- 55-57AKUNTANSI PEMBIAYAAN NETO ------------------------------------------------------ 58-59AKUNTANSI SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN ANGGARAN(SILPA/SIKPA) --------------------------------------------------------------------------------- 60-62TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING ------------------------------------------- 63-66TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------------- 67-68PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 – (iii)Lampiran :Ilustrasi Lampiran I.03 PSAP 02.A : Contoh Format Laporan RealisasiAnggaran Pemerintah PusatIlustrasi Lampiran I.03 PSAP 02.B : Contoh Format Laporan RealisasiAnggaran Pemerintah ProvinsiIlustrasi Lampiran I.03 PSAP 02.C : Contoh Format Laporan RealisasiAnggaran PemerintahKabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 024 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS5 KAS6 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah7 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf8 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual9 Akuntansi Pemerintahan.

10 PENDAHULUAN11 TUJUAN12 1. Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan13 dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam

Page 57: pp 71 word

14 rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan15 perundang-undangan.16 2. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi17 realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan18 realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati19 antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.20 RUANG LINGKUP21 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan22 Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan dengan menggunakan23 anggaran berbasis kas.24 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan,25 baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang memperoleh26 anggaran berdasarkan APBN/APBD, tidak termasuk perusahaan27 negara/daerah.28 MANFAAT INFORMASI REALISASI ANGGARAN29 5. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai30 realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan31 dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan32 anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam33 mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,34 akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 21 (a). menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan2 sumber daya ekonomi;3 (b). menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh4 yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi5 dan efektivitas penggunaan anggaran.6 6. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna7 dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai8 kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara9 menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat10 menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi11 perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:12 (a). telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;13 (b). telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan14 (c). telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

15 DEFINISI16 7. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam17 Pernyataan Standar dengan pengertian:18 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan19 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan20 yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu21 secara sistematis untuk satu periode.22 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana

Page 58: pp 71 word

23 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan24 Perwakilan Rakyat Daerah.25 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana26 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan27 Perwakilan Rakyat.28 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan29 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk30 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.31 Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan32 secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit33 organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan pengeluaran setelah34 dilakukan kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.35 Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan36 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.37 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum38 Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periodePRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 31 tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya2 kembali oleh pemerintah.3 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan4 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu5 tahun anggaran.6 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih7 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan8 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban9 berupa laporan keuangan.10 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh11 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah12 dan membayar seluruh pengeluaran daerah.13 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh14 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung15 seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.16 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi17konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu18 entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.19 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.20 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan21 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi22 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Rekening Kas Umum23 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode24 otorisasi tersebut.25 Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum26 Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun27 anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu28 dibayar kembali oleh pemerintah.

Page 59: pp 71 word

29 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar30 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun31 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang32 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup33 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.34 Perusahaan daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian35 modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.36 Perusahaan negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian37 modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.38 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang39 negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara UmumPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 41 Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar2 seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.3 Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang4 daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung5 seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah6 pada bank yang ditetapkan.7 Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari8 akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun9 berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan.10 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih11 lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta12 penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu13 periode pelaporan.14 Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan15 belanja selama satu periode pelaporan.16 Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan17 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana18 bagi hasil.

19 STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN20 8. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi21 pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan,22 yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu23 periode.24 9. Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan25 secara jelas, dan diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu,26 informasi berikut:27 (a). nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;28 (b). cakupan entitas pelaporan;29 (c). periode yang dicakup;30 (d). mata uang pelaporan; dan31 (e). satuan angka yang digunakan.

32 PERIODE PELAPORAN

Page 60: pp 71 word

33 10. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya34 sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas35 berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu36 periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas37 mengungkapkan informasi sebagai berikut:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 51 (a). alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;2 (b). fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi3 Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

4 TEPAT WAKTU5 11. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika laporan6 tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas7 operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan8 entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas9 pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 610 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

11 ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN12 12. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga13 menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan14 pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi15 Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,16 surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan Realisasi17 Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang18 memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan19 fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara20 anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka21angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.22 13. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup23 pos-pos sebagai berikut:24 (a). Pendapatan-LRA;25 (b). Belanja;26 (c). Transfer;27 (d). Surplus/defisit-LRA;28 (e). Penerimaan pembiayaan;29 (f). Pengeluaran pembiayaan;30 (g). Pembiayaan neto; dan31 (h). Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA).32 14. Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan33 Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi34 Pemerintahan ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk35 menyajikan Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.36 15. Contoh format Laporan Realisasi Anggaran disajikan dalam37 ilustrasi PSAP 02.A, 02.B, dan 02.C standar ini. Ilustrasi merupakan contoh danPRESIDEN

Page 61: pp 71 word

REPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 61 bukan merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah memberikan2 gambaran penerapan standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.

3 INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN4 REALISASI ANGGARAN ATAU DALAM CATATAN5 ATAS LAPORAN KEUANGAN6 16. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut7 jenis pendapatan-LRA dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih8 lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.9 17. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis10 belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanja menurut11 organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan12 atas Laporan Keuangan. Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam13 Catatan atas Laporan Keuangan.

14 AKUNTANSI ANGGARAN15 18. Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan16 pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan17 pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.18 19. Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur19 anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.20 Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi21 alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang22 dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan23 terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.24 20. Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran25 disahkan dan anggaran dialokasikan.

26 AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA27 21. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas28 Umum Negara/Daerah.29 22. Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.30 23. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas31 pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah32 pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.33 24. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas34 bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat35 jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 71 25. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto2 (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat3 dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas4 bruto dapat dikecualikan.

Page 62: pp 71 word

5 26. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan6 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan7 layanan umum.8 27. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang9 (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan10 maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang11 pendapatan-LRA.12 28. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non13recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode14 penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan-15 LRA pada periode yang sama.16 29. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non17recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode18 sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada19 periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.20 30. Akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi kebutuhan21 pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan22 pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.

23 AKUNTANSI BELANJA24 31. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening25 Kas Umum Negara/Daerah.26 32. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran27 pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran28 tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.29 33. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan30 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan31 layanan umum.32 34. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis33 belanja), organisasi, dan fungsi.34 35. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang35 didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi36 ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja37 modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi38 ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang,39 belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 81 36. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan2 sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek.3 Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga,4 subsidi, hibah, bantuan sosial.5 37. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset6 tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.7 Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung8 dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

Page 63: pp 71 word

9 38. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk10 kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti11 penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga12 lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan13 pemerintah pusat/daerah.14 39. Contoh klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) adalah15 sebagai berikut:16 Belanja Operasi:17 - Belanja Pegawai xxx18 - Belanja Barang xxx19 - Bunga xxx20 - Subsidi xxx21 - Hibah xxx22 - Bantuan Sosial xxx23 Belanja Modal24 - Belanja Aset Tetap xxx25 - Belanja Aset Lainnya xxx26 Belanja Lain-lain/Tak Terduga xxx27 Transfer xxx2829 40. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas30 pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan31 oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.32 41. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit33 organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi di34 lingkungan pemerintah pusat antara lain belanja per kementerian35 negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya. Klasifikasi belanja menurut36 organisasi di pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat Dewan37 Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah pemerintahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 91 provinsi/kabupaten/kota, dinas pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota, dan2 lembaga teknis daerah provinsi/kabupaten/kota.3 42. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada4 fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan5 kepada masyarakat.6 43. Contoh klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut:7 Belanja :8 - Pelayanan Umum xxx9 - Pertahanan xxx10 - Ketertiban dan Keamanan xxx11 - Ekonomi xxx12 - Perlindungan Lingkungan Hidup xxx13 - Perumahan dan Permukiman xxx14 - Kesehatan xxx15 - Pariwisata dan Budaya xxx

Page 64: pp 71 word

16 - Agama xxx17 - Pendidikan xxx18 - Perlindungan sosial xxx1920 44. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan21 klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.22 45. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali23 belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai24 pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode25 berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-26 LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.27 46. Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan28 pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk29 keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan30 efisiensi belanja tersebut.

31 AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT-LRA32 47. Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu33 periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.34 48. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan35 belanja selama satu periode pelaporan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 101 49. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan2 belanja selama satu periode pelaporan.

3 AKUNTANSI PEMBIAYAAN4 50. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan5 pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan6 diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan7 untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan8 pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi.9 Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran10 kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan11 penyertaan modal oleh pemerintah.

12 AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN13 51. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas14 Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan15 obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan16 kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi17 permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.18 52. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada19 Rekening Kas Umum Negara/Daerah.20 53. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan21 azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak22 mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Page 65: pp 71 word

23 54. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang24 bersangkutan.

25 AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN26 55. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening27 Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,28 penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam29 periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.30 56. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari31 Rekening Kas Umum Negara/Daerah.32 57. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang33 bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di34 pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat35 sebagai pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 11

1 AKUNTANSI PEMBIAYAAN NETO2 58. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan3 setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran4 tertentu.5 59. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran6 pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan7 Neto.

8 AKUNTANSI SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN9 ANGGARAN (SILPA/SIKPA)10 60. SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi11 penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.12 61. Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan13 Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu14 periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.15 62. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran pada akhir periode16 pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.

17 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING18 63. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam19 mata uang rupiah.20 64. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama21 dengan yang digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang22 asing tersebut dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah23 berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.24 65. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang25 digunakan dalam transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan26 rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam27 rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan28 untuk memperoleh valuta asing tersebut.

Page 66: pp 71 word

29 66. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang30 digunakan untuk bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan31 mata uang asing lainnya, maka:32 (a). Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan33 dengan menggunakan kurs transaksi;34 (b). Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah35 berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.03 PSAP 02 - 12

1 TANGGAL EFEKTIF2 67. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini3 berlaku efektif untuk laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan4 anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.5 68. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP6 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual7 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN ASLI DAERAH3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx89PENDAPATAN TRANSFER10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (13 s/d 12) xxxx xxxx xx xxxx1617 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx21 Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx2223 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx27 Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx29 BELANJA30 BELANJA OPERASI31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx33 Bunga xxx xxx xx xxx34 Subsidi xxx xxx xx xxx35 Hibah xxx xxx xx xxxNO. URAIAN Anggaran20X1Realisasi20X1Realisasi(%) 20X0UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAHContoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah ProvinsiPEMERINTAH PROVINSI(Dalam Rupiah)LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 02.B36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx

Page 67: pp 71 word

3839 BELANJA MODAL40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx4748 BELANJA TAK TERDUGA49 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx50 Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 49) xxx xxxx xx xxxx51 Jumlah Belanja (37 + 46 + 50) xxx xxxx xx xxxx5253 TRANSFER54 TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN/KOTA55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx56 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxx xxxx xx xxxx59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxx xxxx xx xxxx6061 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIANO. URAIAN Anggaran20X1Realisasi20X1Realisasi(%) 20X0UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAHPEMERINTAH PROVINSI(Dalam Rupiah)6263 PEMBIAYAAN6465 PENERIMAAN PEMBIAYAAN66 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx68 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx69 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx70 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx72 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx73 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx74 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx76 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx77 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx78 Jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxxx xxxx xx xxxx7980 PENGELUARAN PEMBIAYAAN81 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx84 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx85 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx86 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx87 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx92 Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxx xxx xx xxx93 PEMBIAYAAN NETO (78 - 92) xxxx xxxx xx xxxx9495 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93) xxxx xxxx xx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN ASLI DAERAH3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx89PENDAPATAN TRANSFER10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx

Page 68: pp 71 word

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx1617 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx2122 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx2728 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxxRealisasiNO. URAIAN (%) 20X0 Anggaran20X1Realisasi20X1(Dalam Rupiah)Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten/KotaPEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X031 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx3435 BELANJA36 BELANJA OPERASI37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx39 Bunga xxx xxx xx xxx40 Subsidi xxx xxx xx xxx41 Hibah xxx xxx xx xxx42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx4445 BELANJA MODAL46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx5354 BELANJA TAK TERDUGA55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxx xxxx xx xxxx57 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx58LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 24 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 02.CPRESIDENREPUBLIK INDONESIARealisasiNO. URAIAN (%) 20X0 Anggaran20X1Realisasi20X1(Dalam Rupiah)PEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X059 TRANSFER60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx65 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57 + 64)6667 SURPLUS/DEFISIT (33 - 65) xxx xxx xxx xxx

Page 69: pp 71 word

6869 PEMBIAYAAN7071 PENERIMAAN PEMBIAYAAN72 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx73 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx74 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx76 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx78 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx79 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx80 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx83 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx84 Jumlah Penerimaan (72 s/d 83) xxxx xxxx xx xxxx8586 PENGELUARAN PEMBIAYAAN87 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx91 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx92 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx92 Jumlah Pengeluaran ( 87 s/d 91) xxx xxx xx xxx93 PEMBIAYAAN NETO (84 92)g )- xxxx xxxx xx xxxx9495 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (67 + 93) xxxx xxxx xx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN PERPAJAKAN3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx7 Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx11 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10) xxx xxx xx xxx1213 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xx xxx1819 PENDAPATAN HIBAH20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx21 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20) xxx xxx xx xxx22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx2324 BELANJA25 BELANJA OPERASI26 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx27 Belanja Barang xxx xxx xx xxx28 Bunga xxx xxx xx xxxNO. URAIANAnggaran20X1Realisasi20X1Realisasi(%) 20X0LAPORAN REALISASI ANGGARANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0PEMERINTAH PUSATContoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat

Page 70: pp 71 word

(Dalam Rupiah)LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 02.A29 Subsidi xxx xxx xx xxx30 Hibah xxx xxx xx xxx31 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx32 Belanja Lain-lain xxx xxx xx xxx33 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) xxx xxx xx xxx3435 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx36 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx37 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx38 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx39 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx40 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx44PRESIDENREPUBLIK INDONESIANO. URAIANAnggaran20X1Realisasi20X1Realisasi(%) 20X0LAPORAN REALISASI ANGGARANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0PEMERINTAH PUSAT(Dalam Rupiah)45 TRANSFER46 DANA PERIMBANGAN47 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx48 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx49 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx50 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50) xxx xxx xx xxx5253 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)54 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx55 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57) xxx xxx xx xxx5960 SURPLUS / DEFISIT (22 - 58) xxx xxx xx xxx61 PEMBIAYAAN62 PENERIMAAN63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI64 Penggunaan SAL xxx xxx xx xxx65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx69 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx70 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70) xxx xxx xx xxx7273 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI74 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx76 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75) xxx xxx xx xxx77 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76) xxx xxx xx xxx7879 PENGELUARAN80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx84 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx

Page 71: pp 71 word

85 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx86 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx8889 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91) xxx xxx xx xxx93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92) xxx xxx xx xxx94 PEMBIAYAAN NETO (77 - 93) xxx xxx xx xxx9596 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94) xxxx xxxx xx xxxx

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 03

LAPORAN ARUS KASLAMPIRAN I.04PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------- 1-7TUJUAN ---------------------------------------------------------------------------------- 1- 2RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------------- 3-4MANFAAT INFORMASI ARUS KAS ---------------------------------------------- 5-7DEFINISI --------------------------------------------------------------------------------- 8KAS DAN SETARA KAS ------------------------------------------------------------- 9-11ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS ------------------------------------------------- 12-14PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS ------------------------------------------------- 15-36AKTIVITAS OPERASI ---------------------------------------------------------------- 21-26AKTIVITAS INVESTASI -------------------------------------------------------------- 27-30AKTIVITAS PENDANAAN ----------------------------------------------------------- 31-34AKTIVITAS TRANSITORIS --------------------------------------------------------- 35-38PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI,INVESTASI, PENDANAAN, DAN TRANSITORIS -------------------------------- 39-41PELAPORAN ARUS KAS ATAS DASAR ARUS KAS BERSIH -------------- 42ARUS KAS MATA UANG ASING ----------------------------------------------------- 43-45BUNGA DAN BAGIAN LABA ---------------------------------------------------------- 46-49PEROLEHAN DAN PELEPASAN INVESTASI PEMERINTAH DALAMPERUSAHAAN NEGARA/DAERAH/KEMITRAAN DAN UNIT OPERASILAINNYA ------------------------------------------------------------------------------------- 50-56TRANSAKSI BUKAN KAS -------------------------------------------------------------- 57-58KOMPONEN KAS DAN SETARA KAS ---------------------------------------------- 59

Page 72: pp 71 word

PENGUNGKAPAN LAINNYA ---------------------------------------------------------- 60-62TANGGAL EFEKTIF ---------------------------------------------------------------------- 63-64Lampiran :Ilustrasi Lampiran I.04 PSAP 03.A : Contoh Format Laporan Arus KasPemerintah PusatIlustrasi Lampiran I.04 PSAP 03.B : Contoh Format Laporan Arus KasPemerintah ProvinsiIlustrasi Lampiran I.04 PSAP 03.C : Contoh Format Laporan Arus KasPemerintah Kabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 034 LAPORAN ARUS KAS5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur12 penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai13 perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan14 mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan,15 dan transitoris selama satu periode akuntansi.16 2. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai17 sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode18 akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini19 disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.20 RUANG LINGKUP21 3. Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan22 laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan23 arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode penyajian laporan24 keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok.25 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus26 kas pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan27 pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut28 peraturan perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi29 dimaksud wajib menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan30 negara/daerah.31 MANFAAT INFORMASI ARUS KAS32 5. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di

Page 73: pp 71 word

33 masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran34 arus kas yang telah dibuat sebelumnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 21 6. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas2 masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.3 7. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus4 kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam5 mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan6 struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas)

7 DEFINISI8 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam9 Pernyataan Standar dengan pengertian:10 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh11 pemerintah sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat12 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik13 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan14 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk15 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang16 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.17 Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada18 Bendahara Umum Negara/Daerah.19 Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang20 ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode21 akuntansi.22 Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang23 ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya24 yang tidak termasuk dalam setara kas.25 Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar26 kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang27 mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi utang dan piutang28 jangka panjang.29 Aktivitas nonanggaran adalah aktivitas penerimaan atau pengeluaran kas30 yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan31 pembiayaan pemerintah.32 Aktivitas Transitoris adalah aktivitas penerimaan atau pengeluaran kas33 yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.34 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan35 peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa36 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.37 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode38 pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau39 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 3

Page 74: pp 71 word

1 Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban2 untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas3 pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.4 Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan5 yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dipenuhi dalam6 satu tahun anggaran7 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara8 aset dan kewajiban pemerintah.9 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih10 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan11 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban12 berupa laporan keuangan.13 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat14 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.15 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh16 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah17 dan membayar seluruh pengeluaran daerah.18 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh19 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah20 dan membayar seluruh pengeluaran daerah.21 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh22 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung23 seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.24 Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai25 komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama26 dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.27 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.28 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.29 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam30 menyajikan laporan keuangan.31 Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi32 berdasarkan harga perolehan.33 Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai34 investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut35 kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan36 bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi37 sesudah perolehan awal investasi.38 Metode Langsung adalah metode penyajian arus kas dimana39 pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto harus40 diungkapkan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 41 Metode Tidak Langsung adalah metode penyajian laporan arus kas dimana2 surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi operasional3 nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas4 atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur penerimaan dan

Page 75: pp 71 word

5 pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi6 dan pendanaan.7 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah8 ekuitas dalam periode pelaporan yang bersangkutan.9 Pendapatan Transfer adalah pendapatan berupa penerimaan uang atau hak10 untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu entitas pelaporan11 lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.12 Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum13 Negara/Daerah.14 Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara15 Umum Negara/Daerah.16 Periode akuntansi adalah periode pertanggungjawaban keuangan entitas17 pelaporan yang periodenya sama dengan periode tahun anggaran.18 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian19 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.20 Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap21 dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang22 signifikan.23 Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode24 pelaporan.25 Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang26 terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,27 tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau28 pengaruh entitas bersangkutan.

29 KAS DAN SETARA KAS30 9. Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas.31 10. Setara kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas32 jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara33 kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubah menjadi kas dalam34 jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan.35 Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud36 mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal37 perolehannya.38 11. Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam39 laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemenPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 51 kas dan bukan merupakan bagian aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan2 transitoris.

3 ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS4 12. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu5 atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang6undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan7 keuangan. Entitas pelaporan dimaksud terdiri dari:8 (a) Pemerintah pusat;

Page 76: pp 71 word

9 (b) Pemerintah daerah;10 (c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah11 pusat; dan12 (d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi13 lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi14 dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.15 13. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan16 laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi17 perbendaharaan umum.18 14. Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum19 adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah20 dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah.

21 PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS22 15. Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang23 menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode24 tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,25 pendanaan, dan transitoris.26 16. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan,27 dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna28 laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan29 setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk30 mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan31 transitoris.32 17. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa33 aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok34 utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam35 aktivitas pendanaan sedangkan pembayaran bunga utang pada umumnya akan36 diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan37 diklasifikasikan ke dalam aktivitas investasi.38 18. Contoh format laporan arus kas yang disusun atas dasar akun-akun39 finansial disajikan dalam ilustrasi PSAP 03.A, 03.B, dan 03.C standar ini. IlustrasiPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 61 hanya merupakan contoh untuk membantu pemahaman dan bukan bagian dari2 standar.3 19. Dalam hal entitas bersangkutan masih membukukan4 penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas berdasarkan akun5 pelaksanaan anggaran maka laporan arus kas dapat disajikan dengan6 mengacu pada akun-akun pelaksanaan anggaran tersebut.7 20. Yang dimaksud dengan akun-akun pelaksanaan anggaran adalah8 akun yang berhubungan dengan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan9 transaksi nonanggaran, yang dalam Laporan Arus Kas dikelompokkan menjadi10 aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.11 AKTIVITAS OPERASI12 21. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran

Page 77: pp 71 word

13 kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu14 periode akuntansi.15 22. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang16 menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang17 cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa18 mengandalkan sumber pendanaan dari luar.19 23. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:20 (a) Penerimaan Perpajakan;21 (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);22 (c) Penerimaan Hibah;23 (d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya;24 (e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan25 (f) Penerimaan Transfer.26 24. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:27 (a) Pembayaran Pegawai;28 (b) Pembayaran Barang;29 (c) Pembayaran Bunga;30 (d) Pembayaran Subsidi;31 (e) Pembayaran Hibah;32 (f) Pembayaran Bantuan Sosial;33 (g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan34 (h) Pembayaran Transfer.35 25. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang36 sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan37 dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas38 operasi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 71 26. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan2 suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal3 kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan,4 maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas5 operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.6 AKTIVITAS INVESTASI7 27. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan8 pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap9 serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.10 28. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan11 pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya12 ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan13 pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.14 29. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:15 (a) Penjualan Aset Tetap;16 (b) Penjualan Aset Lainnya;17 (c) Pencairan Dana Cadangan;18 (d) Penerimaan dari Divestasi;

Page 78: pp 71 word

19 (e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.20 30. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:21 (a) Perolehan Aset Tetap;22 (b) Perolehan Aset Lainnya;23 (c) Pembentukan Dana Cadangan;24 (d) Penyertaan Modal Pemerintah;25 (e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.26 AKTIVITAS PENDANAAN27 31. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan28 pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka29 panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan30 perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang31 jangka panjang.32 32. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan33 pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman34 jangka panjang.35 33. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:36 (a) Penerimaan utang luar negeri;37 (b) Penerimaan dari utang obligasi;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 81 (c) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;2 (d) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.3 34. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:4 (a) Pembayaran pokok utang luar negeri;5 (b) Pembayaran pokok utang obligasi;6 (c) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;7 (d) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.8 AKTIVITAS TRANSITORIS9 35. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan10 pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan11 pendanaan.12 36. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan13 pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan14 pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi15 Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang16 persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK17 menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat18 Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya19 potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar20 rekening kas umum negara/daerah.21 37. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK22 dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali23 uang persediaan dari bendahara pengeluaran.24 38. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK

Page 79: pp 71 word

25 dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang26 persediaan kepada bendahara pengeluaran.

27 PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS28 OPERASI, INVESTASI, PENDANAAN, DAN29 TRANSITORIS30 39. Entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompok utama31 penerimaan dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas operasi, investasi,32 pendanaan, dan transitoris kecuali yang tersebut dalam paragraf 40.33 40. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas34 operasi dengan cara:35 (a) Metode Langsung36 Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan37 pengeluaran kas bruto.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 91 (b) Metode Tidak Langsung2 Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi3transaksi operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau4 pengakuan (accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang5 akan datang, serta unsur penerimaan dan pengeluaran dalam bentuk6 kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan pendanaan.7 41. Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya8 menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas9 operasi. Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut:10 (a) Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di11 masa yang akan datang;12 (b) Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan13 (c) Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat14 langsung diperoleh dari catatan akuntansi.

15 PELAPORAN ARUS KAS ATAS DASAR ARUS KAS16 BERSIH17 42. Arus kas yang timbul dari aktivitas operasi dapat dilaporkan18 atas dasar arus kas bersih dalam hal:19 (a) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan penerima20 manfaat (beneficiaries) arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas21 pihak lain daripada aktivitas pemerintah. Salah satu contohnya adalah22 hasil kerjasama operasional.23 (b) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang24 perputarannya cepat, volume transaksi banyak, dan jangka waktunya25 singkat.

26 ARUS KAS MATA UANG ASING27 43. Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus28 dibukukan dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan

Page 80: pp 71 word

29 mata uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs30 pada tanggal transaksi.31 44. Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar32 negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada33 tanggal transaksi.34 45. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat35 perubahan kurs mata uang asing tidak akan mempengaruhi arus kas.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 10

1 BUNGA DAN BAGIAN LABA2 46. Arus kas dari transaksi penerimaan pendapatan bunga dan3 pengeluaran beban untuk pembayaran bunga pinjaman serta penerimaan4 pendapatan dari bagian laba perusahaan negara/daerah harus5 diungkapkan secara terpisah. Setiap akun yang terkait dengan transaksi6 tersebut harus diklasifikasikan kedalam aktivitas operasi secara konsisten7 dari tahun ke tahun.8 47. Jumlah penerimaan pendapatan bunga yang dilaporkan dalam arus9 kas aktivitas operasi adalah jumlah kas yang benar-benar diterima dari10 pendapatan bunga pada periode akuntansi yang bersangkutan.11 48. Jumlah pengeluaran beban pembayaran bunga utang yang12 dilaporkan dalam arus kas aktivitas operasi adalah jumlah pengeluaran kas untuk13 pembayaran bunga dalam periode akuntansi yang bersangkutan.14 49. Jumlah penerimaan pendapatan dari bagian laba perusahaan15 negara/daerah yang dilaporkan dalam arus kas aktivitas operasi adalah jumlah16 kas yang benar-benar diterima dari bagian laba perusahaan negara/daerah17 dalam periode akuntansi yang bersangkutan.

18 PEROLEHAN DAN PELEPASAN INVESTASI19 PEMERINTAH DALAM PERUSAHAAN NEGARA/20 DAERAH/KEMITRAAN DAN UNIT OPERASI21 LAINNYA22 50. Pencatatan investasi pada perusahaan negara/daerah dan23 kemitraan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode24 ekuitas dan metode biaya.25 51. Investasi pemerintah dalam perusahaan negara/daerah dan26 kemitraan dicatat sebesar nilai kas yang dikeluarkan.27 52. Entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang28 dalam perusahaan negara/daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas29 investasi.30 53. Arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan31 perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya harus disajikan secara32 terpisah dalam aktivitas investasi.33 54. Entitas mengungkapkan seluruh perolehan dan pelepasan34 perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya selama satu periode.

Page 81: pp 71 word

35 Hal-hal yang diungkapkan adalah:36 (a) Jumlah harga pembelian atau pelepasan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 111 (b) Bagian dari harga pembelian atau pelepasan yang dibayarkan dengan2 kas dan setara kas;3 (c) Jumlah kas dan setara kas pada perusahaan negara/daerah dan unit4 operasi lainnya yang diperoleh atau dilepas; dan5 (d) Jumlah aset dan utang selain kas dan setara kas yang diakui oleh6 perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh7 atau dilepas.8 55. Penyajian terpisah arus kas dari perusahaan negara/daerah dan9 unit operasi lainnya sebagai suatu perkiraan tersendiri akan membantu untuk10 membedakan arus kas tersebut dari arus kas yang berasal dari aktivitas operasi,11 investasi, pendanaan, dan transitoris. Arus kas masuk dari pelepasan tersebut12 tidak dikurangkan dengan perolehan investasi lainnya.13 56. Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan14 negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan15 perlu diungkapkan hanya jika transaksi tersebut telah diakui sebelumnya16 sebagai aset atau utang oleh perusahaan negara/daerah dan unit operasi17 lainnya.

18 TRANSAKSI BUKAN KAS19 57. Transaksi operasi, investasi, dan pendanaan yang tidak20 mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak21 dilaporkan dalam Laporan Arus Kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan22 dalam Catatan atas Laporan Keuangan.23 58. Pengecualian transaksi bukan kas dari Laporan Arus Kas konsisten24 dengan tujuan laporan arus kas karena transaksi bukan kas tersebut tidak25 mempengaruhi kas periode yang bersangkutan. Contoh transaksi bukan kas yang26 tidak mempengaruhi laporan arus kas adalah perolehan aset melalui pertukaran27 atau hibah.

28 KOMPONEN KAS DAN SETARA KAS29 59. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara30 kas dalam Laporan Arus Kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di31 Neraca.

32 PENGUNGKAPAN LAINNYA33 60. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara34 kas yang signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini35 dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.04 PSAP 03 - 121 61. Informasi tambahan yang terkait dengan arus kas berguna bagi2 pengguna laporan dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas suatu entitas3 pelaporan.

Page 82: pp 71 word

4 62. Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh digunakan oleh entitas5 adalah kas yang ditempatkan sebagai jaminan, dan kas yang dikhususkan6 penggunannya untuk kegiatan tertentu.

7 TANGGAL EFEKTIF8 63. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini9 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban10 pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.11 64. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP12 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual13 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X01 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Penerimaan Pajak Penghasilan XXX XXX4 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah XXX XXX5 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX6 Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX7 Penerimaan Cukai XXX XXX8 Penerimaan Pajak Lainnya XXX XXX9 Penerimaan Bea Masuk XXX XXX10 Penerimaan Pajak Ekspor XXX XXX11 Penerimaan Sumber Daya Alam XXX XXX12 Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN XXX XXX13 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya XXX XXX14 Penerimaan Hibah XXX XXX15 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa XXX XXX16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) XXX XXX17 Arus Keluar Kas18 Pembayaran Pegawai XXX XXX19 Pembayaran Barang XXX XXX20 Pembayaran Bunga XXX XXX21 Pembayaran Subsidi XXX XXX22 Pembayaran Bantuan Sosial XXX XXX23 Pembayaran Hibah XXX XXX24 Pembayaran Lain-lain XXX XXX25 Pembayaran Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX26 Pembayaran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX27 Pembayaran Dana Alokasi Umum XXX XXX28 Pembayaran Dana Alokasi Khusus XXX XXXUraian(Dalam Rupiah)CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PUSATUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0Metode LangsungLAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 03.Ay29 Pembayaran Dana Otonomi Khusus XXX XXX30 Pembayaran Dana Penyesuaian XXX XXX31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa XXX XXX32 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 31) XXX XXX33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 32) XXX XXX34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi35 Arus Masuk Kas36 Penjualan atas Tanah XXX XXX37 Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX38 Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX39 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX40 Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX41 Penjualan Aset Lainnya XXX XXX42 Penerimaan dari Divestasi XXX XXX43 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX44 Jumlah Arus Masuk Kas (36 s/d 43) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. Uraian 20X1 20X0(Dalam Rupiah)CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PUSAT

Page 83: pp 71 word

Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0Metode Langsung45 Arus Keluar Kas46 Perolehan Tanah XXX XXX47 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX48 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX50 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX51 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX52 Pengeluaran Penyertaan Modal Negara XXX XXX53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX54 Jumlah Arus Keluar Kas (46 s/d 53) XXX XXX55 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (44 - 54) XXX XXX56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan57 Arus Masuk Kas58 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX59 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX60 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX61 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Daerah XXX XXX63 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX65 Jumlah Arus Masuk Kas (58 s/d 64) XXX XXX66 Arus Keluar Kas67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX70 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX71 Pemberian Pinjaman kepada Daerah XXX XXX72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX74 Jumlah Arus Keluar Kas (67 s/d 73) XXX XXX75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (65 - 74) XXX XXX76 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris77 Arus Masuk Kas78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX79 Kiriman Uang Masuk XXX XXX80 Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 79) XXX XXX81 Arus Keluar Kas82 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX83 Kiriman Uang Keluar XXX XXX84 Jumlah Arus Keluar Kas (82 s/d 83) XXX XXX85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (80 - 84) XXX XXX86 Kenaikan/Penurunan Kas (33+55+75+85) XXX XXX87 Saldo Awal Kas di BUN & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX88 Saldo Akhir Kas di BUN & Kas di Bendahara Pengeluaran (86+87) XXX XXX89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX90 Saldo Akhir Kas (88+89)) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X01 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Penerimaan Pajak Daerah XXX XXX4 Penerimaan Retribusi Daerah XXX XXX5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah XXX XXX7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX9 Penerimaan Dana Alokasi Umum XXX XXX10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus XXX XXX11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus XXX XXX12 Penerimaan Dana Penyesuaian XXX XXX13 Penerimaan Hibah XXX XXX14 Penerimaan Dana Darurat XXX XXX15 Penerimaan Lainnya XXX XXX16 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa17 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 16) XXX XXX18 Arus Keluar Kas19 Pembayaran Pegawai XXX XXX20 Pembayaran Barang XXX XXX21 Pembayaran Bunga XXX XXX22 Pembayaran Subsidi XXX XXX23 Pembayaran Beban Hibah XXX XXX24 Pembayaran Beban Bantuan Sosial XXX XXX25 Pembayaran Tak Terduga XXX XXX26 Pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota XXX XXX27 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota XXX XXXMetode Langsung(Dalam Rupiah)UraianCONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

LAPORAN ARUS KAS

Page 84: pp 71 word

PEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 03.B28 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota XXX XXX29 Pembayaran Kejadian Luar Biasa XXX XXX30 Jumlah Arus Keluar Kas (19 s/d 29) XXX XXX31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (17 - 30) XXX XXX32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi33 Arus Masuk Kas34 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX35 Penjualan atas Tanah XXX XXX36 Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX37 Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX38 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX39 Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX40 Penjualan Aset Lainnya XXX XXX41 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX42 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX43 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 42) XXX XXX44 Arus Keluar Kas45 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX46 Perolehan Tanah XXX XXX47 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX48 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X0Metode Langsung(Dalam Rupiah)UraianCONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

LAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X050 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX51 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX52 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX54 Jumlah Arus Keluar Kas (45 s/d 53) XXX XXX55 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (43 - 54) XXX XXX56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan57 Arus Masuk Kas58 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX59 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX60 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX61 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX62 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX63 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX65 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX67 Jumlah Arus Masuk Kas (58 s/d 66) XXX XXX68 Arus Keluar Kas69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX73 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX74 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX75 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX76 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX77 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX78 Jumlah Arus Keluar Kas (69 s/d 77) XXX XXX79 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (67 - 78) XXX XXX80 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris81 Arus Masuk Kas82 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX83 Jumlah Arus Masuk Kas (82) XXX XXX84 Arus Keluar Kas85 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX86 Jumlah Arus Keluar Kas (85) XXX XXX87 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (83 - 86) XXX XXX88 Kenaikan/Penurunan Kas (31+55+79+87) XXX XXX89 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX90 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (88+89) XXX XXX91 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX

Page 85: pp 71 word

92 Saldo Akhir Kas (90+91) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. 20X1 20X01 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Penerimaan Pajak Daerah XXX XXX4 Penerimaan Retribusi Daerah XXX XXX5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah XXX XXX7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX9 Penerimaan Dana Alokasi Umum XXX XXX10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus XXX XXX11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus XXX XXX12 Penerimaan Dana Penyesuaian XXX XXX13 Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak XXX XXX14 Penerimaan Bagi Hasil Lainnya XXX XXX15 Penerimaan Hibah XXX XXX16 Penerimaan Dana Darurat XXX XXX17 Penerimaan Lainnya XXX XXX18 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa XXX XXX19 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 18) XXX XXX20 Arus Keluar Kas21 Pembayaran Pegawai XXX XXX22 Pembayaran Barang XXX XXX23 Pembayaran Bunga XXX XXX24 Pembayaran Subsidi XXX XXX25 Pembayaran Hibah XXX XXX26 P b B t S i l XXX XXXUraian

LAPORAN ARUS KASCONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAMetode LangsungPEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0(Dalam Rupiah)LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 03.CPembayaran Bantuan Sosial 27 Pembayaran Tak Terduga XXX XXX28 Pembayaran Bagi Hasil Pajak XXX XXX29 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi XXX XXX30 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya XXX XXX31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa XXX XXX32 Jumlah Arus Keluar Kas (21 s/d 31) XXX XXX33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (19 - 32) XXX XXX34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi35 Arus Masuk Kas36 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX37 Penjualan atas Tanah XXX XXX38 Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX39 Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX40 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX41 Penjualan Aset Tetap XXX XXX42 Penjualan Aset Lainnya XXX XXX43 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX44 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX45 Jumlah Arus Masuk Kas (36 s/d 44) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo. Uraian 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KASCONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAMetode LangsungPEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0(Dalam Rupiah)46 Arus Keluar Kas47 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX48 Perolehan Tanah XXX XXX49 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX50 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX

Page 86: pp 71 word

51 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX52 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX53 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX54 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX55 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX56 Jumlah Arus Keluar Kas (47 s/d 55) XXX XXX57 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (45 - 56) XXX XXX58 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan59 Arus Masuk Kas60 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX61 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX62 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX63 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX64 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX65 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX67 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX68 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX69 Jumlah Arus Masuk Kas (60 s/d 68) XXX XXX70 Arus Keluar Kas71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX73 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX74 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX75 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX76 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX77 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX78 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX79 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX80 Jumlah Arus Keluar Kas (71 s/d 79) XXX XXX81 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (69 - 80) XXX XXX82 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris83 Arus Masuk Kas84 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX85 Jumlah Arus Masuk Kas (84) XXX XXX86 Arus Keluar Kas87 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX88 Jumlah Arus Keluar Kas (87) XXX XXX89 Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris (84 - 87) XXX XXX90 Kenaikan/Penurunan Kas (33+57+81+89) XXX XXX91 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX92 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (90+91) XXX XXX93 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX94 Saldo Akhir Kas (92+93) XXX XXX

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 04CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGANLAMPIRAN I.05PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-6TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1-2

Page 87: pp 71 word

RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------------- 3-6DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 7KETENTUAN UMUM ------------------------------------------------------------------------- 8-11STRUKTUR DAN ISI -------------------------------------------------------------------------- 12-64PENYAJIAN INFORMASI UMUM TENTANG ENTITASPELAPORAN DAN ENTITAS AKUNTANSI -------------------------------------- 17-18PENYAJIAN INFORMASI TENTANG KEBIJAKANFISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO --------------------------------- 19-23PENYAJIAN IKHTISAR PENCAPAIAN TARGET KEUANGANSELAMA TAHUN PELAPORAN BERIKUT KENDALA DANHAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM PENCAPAIAN TARGET ---------- 24-29DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DANPENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN ----------------- 30-50ASUMSI DASAR AKUNTANSI ------------------------------------------------ 31-35PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN --------------------------------------- 36-38KEBIJAKAN AKUNTANSI ------------------------------------------------------ 39-50PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN MASING-MASINGPOS YANG DISAJIKAN PADA LEMBAR MUKA LAPORANKEUANGAN ------------------------------------------------------------------------------ 51-57PENGUNGKAPAN INFORMASI YANG DIHARUSKAN OLEHPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN YANGBELUM DISAJIKAN DALAM LEMBAR MUKA LAPORANKEUANGAN ------------------------------------------------------------------------------ 58-60PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA ------------------------------ 61-63SUSUNAN -------------------------------------------------------------------------------- 64TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------------------------ 65-66PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 044 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah12 mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas13 Laporan Keuangan.14 2. Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk15 meningkatkan transparansi Laporan Keuangan dan penyediaan pemahaman yang16 lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah.

Page 88: pp 71 word

17 RUANG LINGKUP18 3. Standar ini harus diterapkan pada:19 (a) Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan;20 (b) Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk21 tujuan umum oleh entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan.22 4. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang23 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi24 keuangan yang lazim. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat,25 legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan26 dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan27 keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari28 laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan29 tahunan.30 5. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam31 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan32 keuangan konsolidasian, tidak termasuk badan usaha milik negara/daerah.33 6. Suatu entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan dapat34 menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum. Bila hal ini diinginkan, maka35 standar ini harus diterapkan oleh entitas tersebut walaupun tidak memenuhi kriteriaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 21 satu entitas pelaporan sesuai dengan peraturan dan/atau standar akuntansi2 mengenai entitas pelaporan pemerintah.

3 DEFINISI4 7. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam5 Pernyataan Standar dengan pengertian:6 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah7 meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur8 dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara9 sistematis untuk satu periode.10 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah11 rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan12 Perwakilan Rakyat Daerah.13 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah14 rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan15 Perwakilan Rakyat.16 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh17 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat18 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik19 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,20 termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa21 bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena22 alasan sejarah dan budaya.23 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan24 peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa

Page 89: pp 71 word

25 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.26 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan27 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.28 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah29 yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran30 bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh31 pemerintah.32 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode33 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau34 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban35 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara36 aset dan kewajiban pemerintah.37 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih38 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan39 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban40 berupa laporan keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 31 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,2 aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas3 pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.4 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang5 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi6 pemerintah.7 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji suatu8 informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna yang9 dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada hakikat10 atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari keadaan11 khusus di mana kekurangan atau salah saji terjadi.12 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali13 dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran14 bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam15 penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau16 memanfaatkan surplus anggaran.17 Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum18 Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun19 anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu20 dibayar kembali oleh pemerintah.21 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai22 penambah ekuitas dalam periode pelaporan yang bersangkutan.23 Pos adalah kumpulan akun sejenis yang ditampilkan pada lembar muka24 laporan keuangan.25 Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan Saldo Anggaran Lebih yang26 berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan27 tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan.

Page 90: pp 71 word

28 KETENTUAN UMUM29 8. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan30 atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan31 keuangan untuk tujuan umum.32 9. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan33 keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk34 pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan Keuangan35 mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman36 di antara pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman, atas37 sajian laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi38 informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.39 10. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari40 pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaranPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 41 mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual.2 Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung3 melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan.4 Pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting5 bagi pembaca laporan keuangan.6 11. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi7 yang diterapkan akan dapat membantu pembaca menghindari kesalahpahaman8 dalam memahami laporan keuangan.

9 STRUKTUR DAN ISI10 12. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara11 sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan12 Operasional dan Laporan Arus Kas dapat mempunyai referensi silang dengan13 informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.14 13. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar15 terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi16 Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan17 Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula18 dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang19 diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta20 pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar21 atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen22 lainnya.23 14. Dalam rangka pengungkapan yang memadai, Catatan atas24 Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:25 (a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;26 (b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;27 (c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut28 kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;29 (d) Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan30kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi

Page 91: pp 71 word

31 dan kejadian-kejadian penting lainnya;32 (e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar33 muka laporan keuangan;34 (f) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi35 Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan36 keuangan; dan37 (g) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak38 disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.39 15. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan40 mengikuti pernyataan standar akuntansi berlaku yang mengatur tentangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 51 pengungkapan untuk pos-pos yang terkait. Misalnya, Pernyataan Standar2 Akuntansi Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan3 kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.4 16. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan5 keuangan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan6 secara narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang7 mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas8 pelaporan dan hasil-hasilnya selama satu periode.9 PENYAJIAN INFORMASI UMUM TENTANG ENTITAS PELAPORAN10 DAN ENTITAS AKUNTANSI11 17. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan12 informasi yang merupakan gambaran entitas secara umum.13 18. Untuk membantu pemahaman para pembaca laporan keuangan,14 perlu ada penjelasan awal mengenai baik entitas pelaporan maupun entitas15 akuntansi yang meliputi:16 (a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas17 tersebut berada;18 (b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; dan19 (c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan20 operasionalnya.21 PENYAJIAN INFORMASI TENTANG KEBIJAKAN FISKAL/22 KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO23 19. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu24 pembaca memahami realisasi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara25 keseluruhan, termasuk kebijakan fiskal/keuangan dan kondisi ekonomi26 makro.27 20. Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas28 Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaan29pertanyaan seperti bagaimana perkembangan realisasi dan posisi keuangan/fiskal30 entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai.31 21. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas32 pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting33 mengenai realisasi dan posisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan

Page 92: pp 71 word

34 dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan rencana35 lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam penjelasan36 perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam37 penyusunan anggaran dibandingkan dengan realisasinya.38 22. Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas39 Laporan Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 61 pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan2 pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan3 APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan4 intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.5 23. Ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas6 Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang7 digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator8 ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik9 Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,10 tingkat suku bunga dan neraca pembayaran.11 PENYAJIAN IKHTISAR PENCAPAIAN TARGET KEUANGAN12 SELAMA TAHUN PELAPORAN BERIKUT KENDALA DAN13 HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM PENCAPAIAN TARGET14 24. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan15 perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan16 dengan anggaran yang pertama kali disetujui oleh DPR/DPRD, hambatan dan17 kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta18 masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan19 untuk diketahui pembaca laporan keuangan.20 25. Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan kondisi21 tertentu, entitas pelaporan mungkin melakukan perubahan anggaran dengan22 persetujuan DPR/DPRD. Agar pembaca laporan keuangan dapat mengikuti kondisi23 dan perkembangan anggaran, penjelasan atas perubahan-perubahan yang ada,24 yang disetujui oleh DPR/DPRD, dibandingkan dengan anggaran pertama kali25 disahkan akan membantu pembaca dalam memahami kondisi anggaran dan26 keuangan entitas pelaporan.27 26. Ikhtisar pencapaian target keuangan merupakan perbandingan28 secara garis besar antara target sebagaimana yang tertuang dalam APBN/APBD29 dengan realisasinya.30 27. Ikhtisar ini disajikan untuk memperoleh gambaran umum tentang31 kinerja keuangan pemerintah dalam merealisasikan potensi pendapatan-LRA dan32 alokasi belanja yang telah ditetapkan dalam APBN/APBD.33 28. Ikhtisar ini disajikan baik untuk pendapatan-LRA, belanja, maupun34 pembiayaan dengan struktur sebagai berikut:35 (a) nilai target total;36 (b) nilai realisasi total;37 (c) prosentase perbandingan antara target dan realisasi; dan

Page 93: pp 71 word

38 (d) alasan utama terjadinya perbedaan antara target dan realisasi.39 29. Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas40 pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan lainnyaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 71 yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya kewajiban yang2 memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode mendatang.3 DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN4 PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN5 30. Entitas pelaporan mengungkapkan dasar penyajian laporan6 keuangan dan kebijakan akuntansi dalam Catatan atas Laporan Keuangan.7 ASUMSI DASAR AKUNTANSI8 31. Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang9 mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak perlu diungkapkan10 secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika entitas pelaporan tidak11 mengikuti asumsi atau konsep tersebut dan disertai alasan dan penjelasan.12 32. Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,13 asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah14 anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar15 standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:16 (a) Asumsi kemandirian entitas;17 (b) Asumsi kesinambungan entitas; dan18 (c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).19 33. Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi20 dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan21 laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah22 dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah23 adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya24 dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset25 dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,26 termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang27piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program28 yang telah ditetapkan.29 34. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas30 pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah31 diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam32 jangka pendek.33 35. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap34 kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan35 agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.36 PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN37 36. Pengguna/pemakai laporan keuangan pemerintah meliputi:38 (a) Masyarakat;PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 94: pp 71 word

Lampiran I.05 PSAP 04 - 81 (b) Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;2 (c) Pihak yang memberi atau yang berperan dalam proses donasi, investasi,3 dan pinjaman; dan4 (d) Pemerintah.5 37. Para pemakai/pengguna laporan keuangan membutuhkan6 keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang7 dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan keperluan8 lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian secara andal jika laporan keuangan9 tidak mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam10 penyusunan laporan keuangan.11 38. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan12 dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan13 kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan14 keuangan yang sangat membantu pengguna/pemakai laporan keuangan, karena15 kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu16 komponen laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih,17 neraca, laporan operasional, laporan arus kas, atau laporan perubahan ekuitas18 terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.19 KEBIJAKAN AKUNTANSI20 39. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu21 disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan22 yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan23 secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.24 40. Empat pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan25 akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:26 (a) Pertimbangan Sehat27 (b) Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya diakui28 dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan29 penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan30 (c) Substansi Mengungguli Bentuk31 Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan32 sesuai dengan hakekat transaksi dan realita kejadian, tidak semata-mata33 mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.34 (d) Materialitas35 Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup36 material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.37 41. Pengungkapan kebijakan akuntansi harus38 mengidentifikasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang39 digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang40 secara material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 91 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,2 Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Pengungkapan juga3 harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam

Page 95: pp 71 word

4 memilih prinsip-prinsip yang sesuai.5 42. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan6 Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:7 (a) Entitas pelaporan;8 (b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;9 (c) Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan10 keuangan;11 (d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan12 dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini diterapkan oleh13 suatu entitas pelaporan pada masa transisi. Sebaliknya penerapan lebih14 dini disarankan berdasarkan kesiapan entitas.15 (e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami16 laporan keuangan.17 43. Diungkapkannya entitas pelaporan dalam kebijakan akuntansi18 adalah untuk menyatakan bahwa entitas yang berhak membuat kebijakan19 akuntansi hanyalah entitas pelaporan. Entitas akuntansi hanya mengikuti kebijakan20 akuntansi yang ditetapkan oleh entitas pelaporan di atasnya. Ketiadaan informasi21 mengenai entitas pelaporan dan komponennya mempunyai potensi22 kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada.23 44. Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah24 menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan25 keuangan pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari26 laporan keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan27 Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan28 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan29 pembaca laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada30 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.31 45. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui dasar-dasar32 pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan.33 Apabila lebih dari satu dasar pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan34 keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk dapat35 mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan dasar pengukuran36 tersebut.37 46. Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi38 diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan39 tersebut dalam membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang40 tercermin dalam laporan keuangan. Pertimbangan dalam paragraf 40 dapat41 dijadikan pedoman dalam mempertimbangkan kebijakan akuntasi yang perluPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 101 diungkapkan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk2 disajikan antara lain:3 (a) Pengakuan pendapatan-LRA;4 (b) Pengakuan pendapatan-LO;5 (c) Pengakuan belanja;6 (d) Pengakuan beban;

Page 96: pp 71 word

7 (e) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;8 (f) Investasi;9 (g) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;10 (h) Kontrak-kontrak konstruksi;11 (i) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;12 (j) Kemitraan dengan pihak ketiga;13 (k) Biaya penelitian dan pengembangan;14 (l) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;15 (m) Pembentukan dana cadangan;16 (n) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;17 (o) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.18 47. Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan-kegiatan19 dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan20 Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan21 pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, penjabaran22 mata uang asing, dan perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs.23 48. Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai24 pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak25 material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih26 dan diterapkan yang tidak diatur dalam Standar ini.27 49. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka28angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi29 berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan secara30 kuantitatif harus diungkapkan.31 50. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai32 pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika33 berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan datang.34 PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN MASING-MASING POS35 YANG DISAJIKAN PADA LEMBAR MUKA LAPORAN KEUANGAN36 51. Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan rincian dan37 penjelasan atas masing-masing pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 111 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,2 Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.3 52. Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran disajikan untuk pos4 pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan dengan struktur sebagai berikut:5 (a) Anggaran;6 (b) Realisasi;7 (c) Prosentase pencapaian;8 (d) Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;9 (e) Perbandingan dengan periode yang lalu;10 (f) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;11 (g) Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA menurut sumber pendapatan;12 (h) Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan

Page 97: pp 71 word

13 fungsi;14 (i) Rincian lebih lanjut pembiayaan; dan15 (j) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.16 53. Penjelasan atas Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih17 disajikan untuk Saldo Anggaran Lebih awal periode, penggunaan Saldo Anggaran18 Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan,19 koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, dan SAL akhir periode dengan20 struktur sebagai berikut:21 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;22 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;23 (c) Rincian yang diperlukan; dan24 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.25 54. Penjelasan atas Laporan Operasional disajikan untuk pos26 pendapatan-LO dan beban dengan struktur sebagai berikut:27 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;28 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;29 (c) Rincian lebih lanjut pendapatan-LO menurut sumber pendapatan;30 (d) Rincian lebih lanjut beban menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;31 dan32 (e) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.33 55. Penjelasan atas Neraca disajikan untuk pos aset, kewajiban, dan34 ekuitas dengan struktur sebagai berikut:35 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;36 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 121 (c) Rincian lebih lanjut atas masing-masing akun dalam aset lancar, investasi2 jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, kewajiban jangka pendek, kewajiban3 jangka panjang, dan ekuitas; dan4 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.5 56. Penjelasan atas Laporan Arus Kas disajikan untuk pos arus kas6 dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan,7 dan aktivitas nonanggaran dengan struktur sebagai berikut:8 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;9 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;10 (c) Rincian lebih lanjut atas atas masing-masing akun dalam masing-masing11 aktivitas; dan12 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.13 57. Penjelasan atas Laporan Perubahan Ekuitas disajikan untuk14 ekuitas awal periode, surplus/defisit-LO, dampak kumulatif perubahan15 kebijakan/kesalahan mendasar, dan ekuitas akhir periode dengan struktur sebagai16 berikut:17 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;18 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;19 (c) Rincian yang diperlukan; dan20 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

Page 98: pp 71 word

21 PENGUNGKAPAN INFORMASI YANG DIHARUSKAN OLEH22 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN YANG23 BELUM DISAJIKAN DALAM LEMBAR MUKA LAPORAN24 KEUANGAN25 58. Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi26 yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi27 Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang28 diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban29 kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam30 Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang31 belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.32 59. Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang33 digunakan, beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai34 dampak penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan dalam lembar muka35 laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan36 gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan perlu diingatkan kemungkinan37 akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan entitas38 pelaporan pada periode yang akan datang.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 131 60. Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan2 harus menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian3 persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari seperti yang4 telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan. Dalam beberapa kasus,5 pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat meningkatkan pemahaman6 pembaca, harus merujuk ke rincian yang disajikan pada tempat lain di laporan7 keuangan. Dalam kebijakan akuntansi pos aset tetap disebutkan dasar pengukuran8 adalah harga perolehan. Penelitian terhadap akun-akun yang mendukung pos aset9 tersebut menunjukkan ada salah satu akun aset dengan harga selain harga10 perolehan, karena aset dimaksud diperoleh dari donasi.11 PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA12 61. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan13 informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca14 laporan.15 62. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian16kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:17 (a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;18 (b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;19 (c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;20 (d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan21 (e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang22 harus ditanggulangi pemerintah.23 63. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku sebagai24 pelengkap standar ini.25 SUSUNAN

Page 99: pp 71 word

26 64. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan27 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas28 Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:29 (a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;30 (b) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;31 (c) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya;32 (d) Kebijakan akuntansi yang penting:33 i. Entitas pelaporan;34 ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;35 iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan36 keuangan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.05 PSAP 04 - 141 iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan2 ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh3 suatu entitas pelaporan;4 v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami5 laporan keuangan.6 (e) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:7 i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;8 ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar9 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka10 Laporan Keuangan.11 (f) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.

12 TANGGAL EFEKTIF13 65. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini14 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban15 pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.16 66. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP17 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual18 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.06 PSAP 05 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 05

AKUNTANSI PERSEDIAANLAMPIRAN I.06PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.06 PSAP 05 – (i)

Page 100: pp 71 word

DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------ 1-3TUJUAN ---------------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------------- 2-3DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 4UMUM -------------------------------------------------------------------------------------------- 5-12PENGAKUAN ---------------------------------------------------------------------------------- 13-14PENGUKURAN ------------------------------------------------------------------------------- 15-21BEBAN PERSEDIAAN ---------------------------------------------------------------------- 22-25PENGUNGKAPAN --------------------------------------------------------------------------- 26TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------------------------- 27-28PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.06 PSAP 05 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 054 AKUNTANSI PERSEDIAAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf6 standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang7 ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN9 TUJUAN10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan11 akuntansi persediaan yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.12 RUANG LINGKUP13 2. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian seluruh14 persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini15 diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk16 perusahaan negara/daerah.17 3. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:18 a. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan19 dibebankan ke suatu akun konstruksi dalam pengerjaan; dan20 b. Instrumen keuangan.

21 DEFINISI22 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam23 Pernyataan Standar dengan pengertian:24 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh25 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat26 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh27 pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,28 termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa29 bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena

Page 101: pp 71 word

30 alasan sejarah dan budaya.31 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak32 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.06 PSAP 05 - 21 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang2 dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang3barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka4 pelayanan kepada masyarakat.5 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian6 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.

7 UMUM8 5. Persediaan merupakan aset yang berupa:9 a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka10 kegiatan operasional pemerintah;11 b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses12 produksi;13 c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau14 diserahkan kepada masyarakat;15 d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat16 dalam rangka kegiatan pemerintahan.17 6. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan18 disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor,19 barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas20 pakai seperti komponen bekas.21 7. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga22 meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku23 pembuatan alat-alat pertanian.24 8. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai25 persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.26 9. Persediaan dapat terdiri dari:27 a. Barang konsumsi;28 b. Amunisi;29 c. Bahan untuk pemeliharaan;30 d. Suku cadang;31 e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;32 f. Pita cukai dan leges;33 g. Bahan baku;34 h. Barang dalam proses/setengah jadi;35 i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;36 j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.37 10. Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan38 strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jagaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.06 PSAP 05 - 3

Page 102: pp 71 word

1 seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai2 persediaan.3 11. Persediaan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan4 kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada paragraf 9 butir j, misalnya sapi,5 kuda, ikan, benih padi dan bibit tanaman.6 12. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam7 neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

8 PENGAKUAN9 13. Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa10 depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur11 dengan andal, (b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau12 kepenguasaannya berpindah.13 14. Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan14 dengan hasil inventarisasi fisik.

15 PENGUKURAN16 15. Persediaan disajikan sebesar:17 a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;18 b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;19 c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/20 rampasan.21 16. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya22 pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat23 dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang24 serupa mengurangi biaya perolehan.25 17. Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:26 a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang27 b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak28 material dan bermacam-macam jenis.29 18. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan30 untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.31 19. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang32 terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang33 dialokasikan secara sistematis.34 20. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai35 dengan menggunakan nilai wajar.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.06 PSAP 05 - 41 21. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau2 penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan3 transaksi wajar (arm length transaction).

4 BEBAN PERSEDIAAN5 22. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use6 of goods).

Page 103: pp 71 word

7 23. Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian8 Laporan Operasional.9 24. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran10 pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai11 dikalikan nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan.12 25. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran13 pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara14 saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi15 dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode16 penilaian yang digunakan.

17 PENGUNGKAPAN18 26. Laporan keuangan mengungkapkan:19 a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;20 b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang21 digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang22 digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau23 diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses24 produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada25 masyarakat; dan26 c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.

27 TANGGAL EFEKTIF28 27. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini29 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan30 anggaran mulai tahun anggaran 2010.31 28. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP32 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual33 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 06

AKUNTANSI INVESTASILAMPIRAN I.07PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------- 1 - 5TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------------- 1

Page 104: pp 71 word

RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------ 2 - 5DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 6BENTUK INVESTASI -------------------------------------------------------------------------- 7 - 8KLASIFIKASI INVESTASI ------------------------------------------------------------------- 9 - 19PENGAKUAN INVESTASI ------------------------------------------------------------------- 20 - 22PENGUKURAN INVESTASI ----------------------------------------------------------------- 23 - 35METODE PENILAIAN INVESTASI --------------------------------------------------------- 36 - 38PENGAKUAN HASIL INVESTASI --------------------------------------------------------- 39 - 40PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI ---------------------------------------- 41 - 42PENGUNGKAPAN ----------------------------------------------------------------------------- 43TANGGAL EFEKTIF --------------------------------------------------------------------------- 44 - 45PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 064 AKUNTANSI INVESTASI5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan12 akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang13 harus disajikan dalam laporan keuangan.

14 RUANG LINGKUP15 2. Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian16 seluruh investasi pemerintah dalam laporan keuangan untuk tujuan umum17 yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi18 Pemerintahan.19 3. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam20 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan21 keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.22 4. Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan akuntansi investasi23 pemerintah pusat dan daerah baik investasi jangka pendek maupun24 investasi jangka panjang yang meliputi saat pengakuan, klasifikasi,25 pengukuran dan metode penilaian investasi, serta pengungkapannya pada26 laporan keuangan.27 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:28 (a) Penempatan uang yang termasuk dalam lingkup setara kas;29 (b) Investasi dalam perusahaan asosiasi;30 (c) Kerjasama operasi; dan

Page 105: pp 71 word

31 (d) Investasi dalam properti.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 2

1 DEFINISI2 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam3 Pernyataan Standar dengan pengertian:4 Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas investor5 dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya6 legal dan pungutan lainnya dari pasar modal.7 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat8 ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga9 dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan10 kepada masyarakat.11 Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan12 dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.13 Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki14 lebih dari 12 (dua belas) bulan.15 Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak16 termasuk dalam investasi permanen, dimaksudkan untuk dimiliki secara17 tidak berkelanjutan.18 Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan19 untuk dimiliki secara berkelanjutan.20 Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang tidak21 dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada22 peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun23 golongan masyarakat tertentu.24 Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi25 berdasarkan harga perolehan.26 Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai27 investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut28 kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan29 bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi30 sesudah perolehan awal investasi.31 Nilai historis adalah jumlah kas atau ekuivalen kas yang32 dibayarkan/dikeluarkan atau nilai wajar berdasarkan pertimbangan tertentu33 untuk mendapatkan suatu aset investasi pada saat perolehannya.34 Nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam surat berharga seperti nilai35 yang tertera dalam lembar saham dan obligasi.36 Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu37 investasi dalam pasar yang aktif antara pihak-pihak yang independen.38 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak39 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 31 Perusahaan asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya

Page 106: pp 71 word

2 mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan anak perusahaan3 maupun joint venture dari investornya.4 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian5 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.

6 BENTUK INVESTASI7 7. Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk8 memperoleh pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana yang9 belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.10 8. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan11 sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa12 pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta13 instrumen ekuitas.

14 KLASIFIKASI INVESTASI15 9. Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu16 investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka17 pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka18 panjang merupakan kelompok aset nonlancar.19 10. Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai20 berikut:21 (a) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;22 (b) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya23 pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;24 (c) Berisiko rendah.25 11. Dengan memperhatikan kriteria tersebut pada paragraf 10, maka26 pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah, karena27 dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga, tidak termasuk dalam28 investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok29 investasi jangka pendek antara lain adalah:30 (a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu31 badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah32 kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;33 (b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan34 kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat35 berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun36 luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau37 (c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi38 kebutuhan kas jangka pendek.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 41 12. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka2 pendek, antara lain terdiri atas:3 (a) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang4 dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);5 (b) Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh6 pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia

Page 107: pp 71 word

7 (SBI).8 13. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman9 investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen adalah10 investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara11 berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka12 panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.13 14. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan14 untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau15 menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan16 investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan17 untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau18 menarik kembali.19 15. Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah20 investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk21 mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang22 dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa:23 (a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan24 internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara;25 (b) Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk26 menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada27 masyarakat.28 16. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara29 lain dapat berupa:30 (a) Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan31 untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;32 (b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan33 kepada pihak ketiga;34 (c) Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat35 seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;36 (d) Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk37 dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang38 dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.39 17. Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga40 (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu kepemilikan41 modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 51 18. Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak2 bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli3 oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat4 dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak5 tercakup dalam pernyataan ini.6 19. Akuntansi untuk investasi pemerintah dalam properti dan7 kerjasama operasi akan diatur dalam standar akuntansi tersendiri.

8 PENGAKUAN INVESTASI

Page 108: pp 71 word

9 20. Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam10 bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui11 sebagai investasi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :12 (a) Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa13 potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut14 dapat diperoleh pemerintah;15 (b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara16 memadai (reliable).17 21. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset,18 penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi19 investasi memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu20 mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial21 atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang22 tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang23 cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan24 diperoleh memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh25 manfaat dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.26 22. Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan pada27 paragraf 20 butir b, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran28 atau pembelian yang didukung dengan bukti yang29 menyatakan/mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu30 investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya, atau31 berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian,32 penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.

33 PENGUKURAN INVESTASI34 23. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat35 membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar36 dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk37 investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai38 nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 61 24. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga,2 misalnya saham dan obligasi jangka pendek (efek), dicatat sebesar biaya3 perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu4 sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya5 yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.6 25. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh7 tanpa biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar8 investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila9 tidak ada nilai wajar, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar aset lain10 yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.11 26. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya12 dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal13 deposito tersebut.

Page 109: pp 71 word

14 27. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya15 penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi16 harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam17 rangka perolehan investasi tersebut.18 28. Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi19 jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki20 berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.21 29. Investasi nonpermanen yang dimaksudkan untuk22 penyehatan/penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang23 dapat direalisasikan.24 30. Investasi nonpermanen untuk penyehatan/penyelamatan25 perekonomian misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan perbankan26 31. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di27 proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai28 sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk29 perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian30 proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.31 32. Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran32 aset pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalah33 sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga34 perolehannya tidak ada.35 33. Harga perolehan investasi dalam valuta asing yang dibayar36 dengan mata uang asing yang sama harus dinyatakan dalam rupiah dengan37 menggunakan nilai tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada38 tanggal transaksi.39 34. Diskonto atau premi pada pembelian investasi diamortisasi40 selama periode dari pembelian sampai saat jatuh tempo sehingga hasil41 yang konstan diperoleh dari investasi tersebut.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 71 35. Diskonto atau premi yang diamortisasi tersebut dikreditkan atau2 didebetkan pada pendapatan bunga, sehingga merupakan penambahan atau3 pengurangan dari nilai tercatat investasi (carrying value) tersebut.

4 METODE PENILAIAN INVESTASI5 36. Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode6 yaitu:7 (a) Metode biaya;8 Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya9 perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian10 hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada11 badan usaha/badan hukum yang terkait.12 (b) Metode ekuitas;13 Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat investasi14 awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar15 bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian

Page 110: pp 71 word

16 laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima pemerintah17 akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Penyesuaian terhadap18 nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan19 investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat20 pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.21 (c) Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;22 Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama23 untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu24 dekat.25 37. Penggunaan metode pada paragraf 36 didasarkan pada26 kriteria sebagai berikut:27 (a) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;28 (b) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20%29 tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode30 ekuitas;31 (c) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;32 (d) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih33 yang direalisasikan.34 38. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya persentase kepemilikan35 saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode36 penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the37 degree of influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri38 adanya pengaruh atau pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:39 (a) Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 81 (b) Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi;2 (c) Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan3 investee;4 (d) Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam5 rapat/pertemuan dewan direksi.

6 PENGAKUAN HASIL INVESTASI7 39. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek,8 antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai (cash9 dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat sebagai pendapatan.10 40. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari11 penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode12 biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila13 menggunakan metode ekuitas, bagian laba berupa dividen tunai yang14 diperoleh oleh pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan15 mengurangi nilai investasi pemerintah. Dividen dalam bentuk saham yang16 diterima tidak akan menambah nilai investasi pemerintah.

17 PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI18 41. Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena19 penjualan, pelepasan hak karena peraturan pemerintah, dan lain

Page 111: pp 71 word

20 sebagainya.21 42. Perbedaan antara hasil pelepasan investasi dengan nilai22 tercatatnya harus dibebankan atau dikreditkan kepada keuntungan/rugi23 pelepasan investasi. Keuntungan/rugi pelepasan investasi disajikan dalam24 laporan operasional.

25 PENGUNGKAPAN26 43. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan27 pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:28 (a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;29 (b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;30 (c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun31 investasi jangka panjang;32 (d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan33 tersebut;34 (e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;35 (f) Perubahan pos investasi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.07 PSAP 06 - 9

1 TANGGAL EFEKTIF2 44. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini3 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban4 pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.5 45. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP6 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual7 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 07

AKUNTANSI ASET TETAPLAMPIRAN I.08PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-3TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------------- 2-3

Page 112: pp 71 word

DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 4UMUM --------------------------------------------------------------------------------------------- 5-6KLASIFIKASI ASET TETAP ---------------------------------------------------------------- 7-14PENGAKUAN ASET TETAP --------------------------------------------------------------- 15-19PENGUKURAN ASET TETAP ------------------------------------------------------------ 20-22PENILAIAN AWAL ASET TETAP --------------------------------------------------------- 23-48KOMPONEN BIAYA -------------------------------------------------------------------- 28-37KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN -------------------------------------------- 38-40PEROLEHAN SECARA GABUNGAN ---------------------------------------------- 41PERTUKARAN ASET (EXCHANGES OF ASSETS) -------------------------- 42-44ASET DONASI -------------------------------------------------------------------------- 45-48PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN (SUBSEQUENTEXPENDITURES) ------------------------------------------------------------------------------ 49-51PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT MEASUREMENT)TERHADAP PENGAKUAN AWAL ------------------------------------------------------- 52-60PENYUSUTAN --------------------------------------------------------------------------- 53-58PENILAIAN KEMBALI ASET TETAP (REVALUATION) ---------------------- 59-60AKUNTANSI TANAH ------------------------------------------------------------------------- 61-64ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) ----------------------------------------- 65-72ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE ASSETS) ------------------------ 73-75ASET MILITER (MILITARY ASSETS) --------------------------------------------------- 76PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT AND DISPOSAL) -------- 77-79PENGUNGKAPAN --------------------------------------------------------------------------- 80-83TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------------- 84-85PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 074 AKUNTANSI ASET TETAP5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan12 akuntansi untuk aset tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta13 penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai14 tercatat (carrying value) aset tetap.15 RUANG LINGKUP16 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit17 pemerintah yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan

Page 113: pp 71 word

18 mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian,19 penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.20 3. Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:21 (a) Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural22 resources); dan23 (b) Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas24 alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non25regenerative natural resources).26 Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk27 mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aset yang tercakup dalam (a)28 dan (b) di atas dan dapat dipisahkan dari aktivitas atau aset tersebut.

29 DEFINISI30 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam31 Pernyataan Standar dengan pengertian:32 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh33 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat34 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baikPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 21 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan2 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk3 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang4 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.5 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari6 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,7 dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.8 Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang telah dan yang9 masih wajib dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang telah dan yang10 masih wajib diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan11 atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat12 yang siap untuk dipergunakan.13 Masa manfaat adalah:14 (a) Periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas15 pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau16 (b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset17 untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.18 Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir19 masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.20 Nilai tercatat (carrying amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung21 dari biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan.22 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak23 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.24 Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang25 dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang26 bersangkutan.

Page 114: pp 71 word

27 UMUM28 5. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah,29 dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap30 pemerintah adalah:31 (a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh32 entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan33 kontraktor;34 (b) Hak atas tanah.35 6. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai36 untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan37 perlengkapan (supplies).PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 3

1 KLASIFIKASI ASET TETAP2 7. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat3 atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah4 sebagai berikut:5 (a) Tanah;6 (b) Peralatan dan Mesin;7 (c) Gedung dan Bangunan;8 (d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;9 (e) Aset Tetap Lainnya; dan10 (f) Konstruksi dalam Pengerjaan.11 8. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang12 diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah13 dan dalam kondisi siap dipakai.14 9. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan15 yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional16 pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.17 10. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan18 bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya19 signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam20 kondisi siap pakai.21 11. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan22 yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah23 dan dalam kondisi siap dipakai.24 12. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat25 dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan26 dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap27 dipakai.28 13. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang29 dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum30 selesai seluruhnya.31 14. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional32 pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset

Page 115: pp 71 word

33 lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

34 PENGAKUAN ASET TETAP35 15. Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan36 dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat37 diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :38 (a) Berwujud;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 41 (b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;2 (c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;3 (d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan4 (e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.5 16. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat6 lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi7 masa depan yang dapat diberikan oleh aset tetap tersebut, baik langsung8 maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut9 dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.10 Manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan11 bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait.12 Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima13 entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.14 17. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan15 oleh pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan16 dimaksudkan untuk dijual.17 18. Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau18 diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.19 19. Saat pengakuan aset akan dapat diandalkan apabila terdapat bukti20 bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara21 hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.22 Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum23 dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti24 pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan25 sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus26 diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah27 berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat28 tanah atas nama pemilik sebelumnya.

29 PENGUKURAN ASET TETAP30 20. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian31 aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan32 maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.33 21. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi34 pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan35 biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu36 pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi37 pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga

Page 116: pp 71 word

38 kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.39 22. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola40 meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidakPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 51 langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga2 listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan3 pembangunan aset tetap tersebut.

4 PENILAIAN AWAL ASET TETAP5 23. Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui6 sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya7 harus diukur berdasarkan biaya perolehan.8 24. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut9 adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.10 25. Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiah atau11 donasi. Sebagai contoh, tanah mungkin dihadiahkan ke pemerintah daerah oleh12 pengembang (developer) dengan tanpa nilai yang memungkinkan pemerintah13 daerah untuk membangun tempat parkir, jalan, ataupun untuk tempat pejalan14 kaki. Suatu aset juga mungkin diperoleh tanpa nilai melalui pengimplementasian15 wewenang yang dimiliki pemerintah. Sebagai contoh, dikarenakan wewenang16 dan peraturan yang ada, pemerintah daerah melakukan penyitaan atas sebidang17 tanah dan bangunan yang kemudian akan digunakan sebagai tempat operasi18 pemerintahan. Untuk kedua hal di atas aset tetap yang diperoleh harus dinilai19 berdasarkan nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh.20 26. Untuk tujuan pernyataan ini, penggunaan nilai wajar pada saat21 perolehan untuk kondisi pada paragraf 24 bukan merupakan suatu proses22 penilaian kembali (revaluasi) dan tetap konsisten dengan biaya perolehan seperti23 pada paragraf 23. Penilaian kembali yang dimaksud pada paragraf 59 dan24 paragraf yang berhubungan lainnya hanya diterapkan pada penilaian untuk25 periode pelaporan selanjutnya, bukan pada saat perolehan awal.26 27. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya27 perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca28 awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca29 awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya30 perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.31 KOMPONEN BIAYA32 28. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau33 konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat34 diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi35 yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang36 dimaksudkan.37 29. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:38 (a) biaya persiapan tempat;PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 117: pp 71 word

Lampiran I.08 PSAP 07 - 61 (b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat2 (handling cost);3 (c) biaya pemasangan (installation cost);4 (d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan5 (e) biaya konstruksi.6 30. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya7 perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang8 dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran,9 penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan maupun yang masih harus10 dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai11 bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua12 tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.13 31. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah14 pengeluaran yang telah dan yang masih harus dilakukan untuk memperoleh15 peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi16 harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung17 lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin18 tersebut siap digunakan.19 32. Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh20 biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh21 gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga22 pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan23 pajak.24 33. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan25 seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk26 memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya27 perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai28 jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.29 34. Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya30 yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh aset31 tersebut sampai siap pakai.32 35. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu33 komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan34 secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi35 kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa36 tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk37 membawa aset ke kondisi kerjanya.38 36. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola39 ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.40 37. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga41 pembelian.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 71 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN2 38. Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan

Page 118: pp 71 word

3 atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum4 selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam5 pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai.6 39. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 08 mengenai7 Konstruksi Dalam Pengerjaan mengatur secara rinci mengenai perlakuan aset8 dalam pengerjaan, termasuk di dalamnya adalah rincian biaya konstruksi aset9 tetap baik yang dikerjakan secara swakelola maupun yang dikerjakan oleh10 kontraktor. Apabila tidak disebutkan lain dalam PSAP ini maka berlaku prinsip11 dan rincian yang ada pada PSAP 08.12 40. Konstruksi Dalam Pengerjaan yang sudah selesai dibuat atau13 dibangun dan telah siap dipakai harus segera direklasifikasikan ke salah satu14 akun yang sesuai dalam pos aset tetap.15 PEROLEHAN SECARA GABUNGAN16 41. Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh17 secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan18 tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang19 bersangkutan.20 PERTUKARAN ASET (EXCHANGES OF ASSETS)21 42. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau22 pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya23 dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh24 yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan25 dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang26 ditransfer/diserahkan.27 43. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu28 aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai29 wajar yang serupa. Suatu aset tetap juga dapat dilepas dalam pertukaran30 dengan kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan tersebut tidak ada31 keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang32 baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset33 yang dilepas.34 44. Nilai wajar atas aset yang diterima tersebut dapat memberikan bukti35 adanya suatu pengurangan (impairment) nilai atas aset yang dilepas. Dalam36 kondisi seperti ini, aset yang dilepas harus diturun-nilai-bukukan (written down)37 dan nilai setelah diturun-nilai-bukukan (written down) tersebut merupakan nilai38 aset yang diterima. Contoh dari pertukaran atas aset yang serupa termasuk39 pertukaran bangunan, mesin, peralatan khusus, dan kapal terbang. Apabila40 terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas atau kewajiban lainnya,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 81 maka hal ini mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai2 nilai yang sama.3 ASET DONASI4 45. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus5 dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.

Page 119: pp 71 word

6 46. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa7 persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan8 nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh9 satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut10 akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya11 secara hukum, seperti adanya akta hibah.12 47. Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset13 tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah.14 Sebagai contoh, satu perusahaan swasta membangun aset tetap untuk15 pemerintah dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah telah dianggap16 selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti perolehan aset17 tetap dengan pertukaran.18 48. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset19 donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan operasional.

20 PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN21 (SUBSEQUENT EXPENDITURES)22 49. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang23 memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi24 manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu25 produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai26 tercatat aset yang bersangkutan.27 50. Kapitalisasi biaya dimaksud pada paragraf 49 harus ditetapkan28 dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria seperti pada paragraf 4929 dan/atau suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk30 dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi31 atau tidak.32 51. Dikarenakan organisasi pemerintah sangatlah beragam dalam33 jumlah dan penggunan aset tetap, maka suatu batasan jumlah biaya kapitalisasi34 (capitalization thresholds) tidak dapat diseragamkan untuk seluruh entitas yang35 ada. Masing-masing entitas harus menetapkan batasan jumlah tersebut dengan36 mempertimbangkan kondisi keuangan dan operasionalnya. Bila telah terbentuk37 maka batasan jumlah biaya kapitalisasi (capitalization thresholds) harus38 diterapkan secara konsisten dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan39 Keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 9

1 PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT2 MEASUREMENT) TERHADAP PENGAKUAN AWAL3 52. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap4 tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang5 memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan6 penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas.7 PENYUSUTAN8 53. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu

Page 120: pp 71 word

9 aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat10 aset yang bersangkutan.11 54. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai12 pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan13 dalam laporan operasional.14 55. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode15 yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang16 digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan17 jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah.18 56. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau19 secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,20 penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan21 penyesuaian.22 57. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:23 (a) Metode garis lurus (straight line method); atau24 (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)25 (c) Metode unit produksi (unit of production method)26 58. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset27 tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.28 PENILAIAN KEMBALI ASET TETAP (REVALUATION)29 59. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya30 tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut31 penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran.32 Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan33 pemerintah yang berlaku secara nasional.34 60. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai35 penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta36 pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas.37 Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam38 akun ekuitas.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 10

1 AKUNTANSI TANAH2 61. Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak3 diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan4 seperti yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap.5 62. Tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu6 periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat7 berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang8 dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena9 itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya untuk10 mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi definisi aset tetap11 dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan12 ini.13 63. Pengakuan tanah di luar negeri sebagai aset tetap hanya

Page 121: pp 71 word

14 dimungkinkan apabila perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang15undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia16 berada mengindikasikan adanya penguasaan yang bersifat permanen.17 64. Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar18 negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar19 negeri, harus memperhatikan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta20 perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik21 Indonesia berada. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah penguasaan atas22 tanah tersebut bersifat permanen atau sementara. Penguasaan atas tanah23 dianggap permanen apabila hak atas tanah tersebut merupakan hak yang kuat24 diantara hak-hak atas tanah yang ada di negara tersebut dengan tanpa batas25 waktu.

26 ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)27 65. Pernyataan ini tidak mengharuskan pemerintah untuk28 menyajikan aset bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset tersebut29 harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.30 66. Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah31 dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset32 bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala33 (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Beberapa34 karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas suatu aset bersejarah:35 (a) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara36 penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;37 (b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat38 pelepasannya untuk dijual;39 (c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu40 berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 111 (d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus2 dapat mencapai ratusan tahun.3 67. Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam4 waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan5 perundang-undangan.6 68. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang7 diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk8 pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset ini jarang dikuasai9 dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan10 akan mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan11 tersebut.12 69. Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah13 unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan14 Keuangan dengan tanpa nilai.15 70. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus16 dibebankan dalam laporan operasional sebagai beban tahun terjadinya

Page 122: pp 71 word

17 pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh beban yang berlangsung18 untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada19 pada periode berjalan.20 71. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat21 lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh22 bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus23 tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset24 tetap lainnya.25 72. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas pada26 karakteristik sejarahnya, sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).

27 ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE28 ASSETS)29 73. Beberapa aset biasanya dianggap sebagai aset infrastruktur.30 Walaupun tidak ada definisi yang universal digunakan, aset ini biasanya31 mempunyai karakteristik sebagai berikut:32 (a) Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan;33 (b) Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya;34 (c) Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan35 (d) Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.36 74. Walaupun kepemilikan dari aset infrastruktur tidak hanya oleh37 pemerintah, aset infrastruktur secara signifikan sering dijumpai sebagai38 aset pemerintah. Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus39 diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 121 75. Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan,2 sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi.

3 ASET MILITER (MILITARY ASSETS)4 76. Peralatan militer, baik yang umum maupun khusus, memenuhi5 definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip6 yang ada pada Pernyataan ini.

7 PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT8 AND DISPOSAL)9 77. Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau10 bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada11 manfaat ekonomi masa yang akan datang.12 78. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus13 dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan14 Keuangan.15 79. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah16 tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset17 lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

18 PENGUNGKAPAN

Page 123: pp 71 word

19 80. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing20masing jenis aset tetap sebagai berikut:21 (a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat22 (carrying amount);23 (b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang24 menunjukkan:25 (1) Penambahan;26 (2) Pelepasan;27 (3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;28 (4) Mutasi aset tetap lainnya.29 (c) Informasi penyusutan, meliputi:30 (1) Nilai penyusutan;31 (2) Metode penyusutan yang digunakan;32 (3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;33 (4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir34 periode;35PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.08 PSAP 07 - 131 81. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:2 (a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;3 (b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset4 tetap;5 (c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan6 (d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.7 82. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal8hal berikut harus diungkapkan:9 (a) Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;10 (b) Tanggal efektif penilaian kembali;11 (c) Jika ada, nama penilai independen;12 (d) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya13 pengganti;14 (e) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.15 83. Aset bersejarah diungkapkan secara rinci, antara lain nama,16 jenis, kondisi dan lokasi aset dimaksud.

17 TANGGAL EFEKTIF18 84. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini19 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban20 pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.21 85. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP22 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual23 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 – (i)

Page 124: pp 71 word

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 08

AKUNTANSIKONSTRUKSI DALAM PENGERJAANLAMPIRAN I.09PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------- 1 - 5TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1 - 2RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------- 3 - 5DEFINISI ------------------------------------------------------------------------------- 6KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN --------------------------------------------- 7 - 8KONTRAK KONSTRUKSI --------------------------------------------------------------- 9-10PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAKKONSTRUKSI ------------------------------------------------------------------------------- 11-13PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN ------------------------- 14-17PENGUKURAN ----------------------------------------------------------------------------- 18-33BIAYA KONSTRUKSI --------------------------------------------------------------- 19-33PENGUNGKAPAN ------------------------------------------------------------------------- 34-36TANGGAL EFEKTIF ---------------------------------------------------------------------- 37-38PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 084 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah12 mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan.13 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:

Page 125: pp 71 word

14 (a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi Dalam15 Pengerjaan;16 (b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca;17 (c) penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.18 RUANG LINGKUP19 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan aset20 tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan21 dan/atau masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan22 pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib23 menerapkan standar ini.24 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya25 berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal26 selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang27 berlainan.28 5. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan29 adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset tetap yang harus dicatat sampai30 dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.

31 DEFINISI32 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam33 Pernyataan Standar dengan pengertian:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 084 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah12 mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan.13 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:14 (a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi Dalam15 Pengerjaan;16 (b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca;17 (c) penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.18 RUANG LINGKUP19 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan aset20 tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan21 dan/atau masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan

Page 126: pp 71 word

22 pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib23 menerapkan standar ini.24 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya25 berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal26 selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang27 berlainan.28 5. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan29 adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset tetap yang harus dicatat sampai30 dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.

31 DEFINISI32 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam33 Pernyataan Standar dengan pengertian:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 21 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh2 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat3 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik4 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan5 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk6 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang7 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.8 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari9 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,10 dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.11 Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam12 proses pembangunan.13 Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk14 konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu15 sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan16 fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.17 Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk18 membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan19 entitas lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak20 konstruksi.21 Uang muka kerja adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum22 pekerjaan dilakukan dalam rangka kontrak konstruksi.23 Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja sebagai24 penggantian biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak.25 Pemberi kerja adalah entitas yang mengadakan kontrak konstruksi dengan26 pihak ketiga untuk membangun atau memberikan jasa konstruksi.27 Retensi adalah jumlah termin (progress billing) yang belum dibayar hingga28 pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran29 jumlah tersebut.30 Termin (progress billing) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang31 dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum

Page 127: pp 71 word

32 dibayar oleh pemberi kerja.

33 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN34 7. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan35 mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya36 yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu37 periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi38 pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu39 perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 31 8. Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri2 (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi.

3 KONTRAK KONSTRUKSI4 9. Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah aset5 yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal6 rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak7 seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.8 10. Kontrak konstruksi dapat meliputi:9 (a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan10 perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;11 (b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;12 (c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan13 pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value14 engineering;15 (d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.

16 PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK17 KONSTRUKSI18 11. Ketentuan-ketentuan dalam standar ini diterapkan secara terpisah19 untuk setiap kontrak konstruksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu20 untuk menerapkan pernyataan ini pada suatu komponen kontrak konstruksi21 tunggal yang dapat diidentifikasi secara terpisah atau suatu kelompok kontrak22 konstruksi secara bersama agar mencerminkan hakikat suatu kontrak konstruksi23 atau kelompok kontrak konstruksi.24 12. Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset,25 konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi26 yang terpisah apabila semua syarat di bawah ini terpenuhi:27 (a) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;28 (b) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta29 pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang30 berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;31 (c) Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.32 13. Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan33 konstruksi aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah34 sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak

Page 128: pp 71 word

35 tersebut. Konstruksi tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak36 konstruksi terpisah jika:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 41 (a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,2 teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak3 semula; atau4 (b) harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga5 kontrak semula.

6 PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM7 PENGERJAAN8 14. Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam9 Pengerjaan jika:10 (a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang11 berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;12 (b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan13 (c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.14 15. Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang15 dimaksudkan digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan16 oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan17 dalam aset tetap.18 16. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap19 yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:20 (a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan21 (b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;22 17. Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang23 bersangkutan (tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi,24 dan jaringan; aset tetap lainnya) setelah pekerjaan konstruksi tersebut25 dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.

26 PENGUKURAN27 18. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan.28 BIAYA KONSTRUKSI29 19. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola:30 (a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;31 (b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan32 dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan33 (c) biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi34 yang bersangkutan.35 20. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan36 konstruksi antara lain meliputi:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 51 (a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;

Page 129: pp 71 word

2 (b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;3 (c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi4 pelaksanaan konstruksi;5 (d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;6 (e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan7 dengan konstruksi.8 21. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada9 umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:10 (a) Asuransi;11 (b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung12 berhubungan dengan konstruksi tertentu;13 (c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang14 bersangkutan seperti biaya inspeksi.15 Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis16 dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang17 mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan18 adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.19 22. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak20 konstruksi meliputi:21 (a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan22 tingkat penyelesaian pekerjaan;23 (b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung24 dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada25 tanggal pelaporan;26 (c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan27 dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.28 23. Kontraktor meliputi kontraktor utama dan kontraktor lainnya.29 24. Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan30 secara bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan31 dalam kontrak konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai32 penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan.33 25. Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang34 disebabkan oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan35 perselisihan penyimpangan dalam pengerjaan kontrak.36 26. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman37 yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya38 konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan39 secara andal.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 61 27. Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang2 timbul sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai3 konstruksi.4 28. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh melebihi5 jumlah biaya bunga yang dibayar dan yang masih harus dibayar pada6 periode yang bersangkutan.

Page 130: pp 71 word

7 29. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis8 aset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode9 yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan10 metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi.11 30. Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan12 sementara tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka13 biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa pemberhentian sementara14 pembangunan konstruksi dikapitalisasi.15 31. Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat terjadi16 karena beberapa hal seperti kondisi force majeur atau adanya campur tangan17 dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika18 pemberhentian tersebut dikarenakan adanya campur tangan dari pemberi kerja19 atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama pemberhentian sementara20 dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force21 majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga22 pada periode yang bersangkutan.23 32. Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan24 yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis25 pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya26 pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam27 proses pengerjaan.28 33. Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset yang29 masing-masing dapat diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam paragraf 12.30 Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang berlainan31 maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian32 kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan yang belum selesai. Bagian pekerjaan33 yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi biaya pinjaman.34 PENGUNGKAPAN35 34. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai36 Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:37 (a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat38 penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;39 (b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya.40 (c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.09 PSAP 08 - 71 (d) Uang muka kerja yang diberikan;2 (e) Retensi.3 35. Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang4 retensi, misalnya termin pembayaran terakhir yang masih ditahan oleh pemberi5 kerja selama masa pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan6 atas Laporan Keuangan.7 36. Aset dapat dibiayai dari sumber dana tertentu. Pencantuman sumber8 dana dimaksudkan memberi gambaran sumber dana dan penyerapannya9 sampai tanggal tertentu.

Page 131: pp 71 word

10 TANGGAL EFEKTIF11 37. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku12 efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan13 anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.14 38. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini,15 entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual16 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 09

AKUNTANSI KEWAJIBANLAMPIRAN I.10PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-4TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------------- 2-4DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 5UMUM --------------------------------------------------------------------------------------------- 6-8KLASIFIKASI KEWAJIBAN ---------------------------------------------------------------- 9-17PENGAKUAN KEWAJIBAN ---------------------------------------------------------------- 18-31PENGUKURAN KEWAJIBAN -------------------------------------------------------------- 32-61UTANG KEPADA PIHAK KETIGA (ACCOUNT PAYABLE) ------------------ 35-37UTANG TRANSFER -------------------------------------------------------------------- 38-39UTANG BUNGA (ACCRUED INTEREST) ---------------------------------------- 40-41UTANG PERHITUNGAN FIHAK KETIGA (PFK) -------------------------------- 42-43BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG -------------------------------- 44-45KEWAJIBAN LANCAR LAINNYA (OTHER CURRENTLIABILITIES) ------------------------------------------------------------------------------ 46UTANG PEMERINTAH YANG TIDAK DIPERJUALBELIKANDAN YANG DIPERJUALBELIKAN -------------------------------------------------- 47-55Utang Pemerintah Yang Tidak Diperjualbelikan(Non-Traded Debt)--------------- --------------------------------------------- 48-50Utang Pemerintah Yang Diperjualbelikan (Traded Debt) ------------ 51-55PERUBAHAN VALUTA ASING ------------------------------------------------------------ 56-61PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO ---------------------- 62-64TUNGGAKAN ---------------------------------------------------------------------------------- 65-68

Page 132: pp 71 word

RESTRUKTURISASI UTANG -------------------------------------------------------------- 69-81PENGHAPUSAN UTANG ------------------------------------------------------------------- 76-81BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTANGPEMERINTAH ---------------------------------------------------------------------------------- 82-86PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN --------------------------------------------------- 87-88TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------------- 89-90PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 094 KEWAJIBAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan12 akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat,13 amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.14 RUANG LINGKUP15 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit16 pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan17 mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan,18 pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.19 3. Pernyataan Standar ini mengatur:20 (a) Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek21 dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam22 Negeri dan Utang Luar Negeri.23 (b) Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang24 asing.25 (c) Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi26 pinjaman.27 (d) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.28 Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan29 khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.30 4. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:31 (a) Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.32 (b) Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 21 (c) Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari

Page 133: pp 71 word

2 transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing seperti3 pada paragraf 3(b).4 Huruf (a) dan (b) diatur dalam pernyataan standar tersendiri.

5 DEFINISI6 5. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam7 Pernyataan Standar dengan pengertian:8 Amortisasi utang adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto9 selama umur utang pemerintah.10 Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya disebut11 Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar12 siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.13 Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung14 oleh pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana.15 Debitur adalah pihak yang menerima utang dari kreditur.16 Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present17 value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) dari suatu utang18 karena tingkat bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.19 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih20 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan21 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban22 berupa laporan keuangan.23 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang24 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi25 pemerintah.26 Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.27 Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum28 pasti.29 Kewajiban kontinjensi adalah:30 (a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan31 keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya32 suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya33 berada dalam kendali suatu entitas; atau34 (b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui35 karena:36 (1) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) bahwa suatu37 entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat38 ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya; atau39 (2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 31 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.2 Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto dengan3 jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah.4 Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali5 transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang

Page 134: pp 71 word

6 pemerintah.7 Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang8 dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau9 premium yang belum diamortisasi.10 Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari11 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga12 secara diskonto.13 Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang14 pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah15 sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan16 (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.17 Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present18 value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat19 bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.20 Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk21 memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa22 pengurangan jumlah utang.23 Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan24 utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai25 jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat26 Utang Negara (SUN).27 Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka28 waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga29 secara diskonto.30 Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan31 utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin32 pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia,33 sesuai dengan masa berlakunya.34 Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena ketidakmampuan35 entitas membayar pokok utang dan/atau bunganya sesuai jadwal.

36 UMUM37 6. Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah38 mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya39 mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 41 7. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan2 tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks3 pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber4 pendanaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan5 lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena6 perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada7 masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan8 setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya,9 atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.

Page 135: pp 71 word

10 8. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai11 konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.

12 KLASIFIKASI KEWAJIBAN13 9. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos14 kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan15 diselesaikan setelah tanggal pelaporan.16 10. Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan17 bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.18 Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti utang ke pihak ketiga19 dan utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui kewajiban diklasifikasikan20 sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang.21 11. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka22 pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah23 tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai24 kewajiban jangka panjang.25 12. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang26 sama seperti aset lancar. Kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer27 pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan28 menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.29 13. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh30 tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya31 bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak32 Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.33 14. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban34 jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan35 diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan36 jika:37 (a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)38 bulan; dan39 (b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban40 tersebut atas dasar jangka panjang; danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 51 (c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian2 pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali3 terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan4 disetujui.5 15. Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka6 pendek sesuai dengan paragraf di atas, bersama-sama dengan informasi yang7 mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.8 16. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun9 berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau10 digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan11 tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian12 dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pendanaan jangka panjang dan

Page 136: pp 71 word

13 diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana14 kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus15 tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat16 dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos17 jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum18 persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada19 tanggal pelaporan adalah jangka panjang.20 17. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu21 (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban22 jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait23 dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,24 kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:25 (a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai26 konsekuensi adanya pelanggaran, dan27 (b) terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam28 waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

29 PENGAKUAN KEWAJIBAN30 18. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran31 sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang32 ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut33 mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.34 19. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi)35 sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya36 suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin37 dapat berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahan38 bahan baku menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang39 melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti transaksi40 dengan entitas lain, bencana alam, pencurian, perusakan, kerusakan karena41 ketidaksengajaan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 61 20. Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai.2 Transaksi mungkin berupa transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.3 Pembedaan antara transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran sangat4 penting untuk menentukan saat pengakuan kewajiban.5 21. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh6 pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan,7 dan/atau pada saat kewajiban timbul.8 22. Kewajiban dapat timbul dari:9 (a) transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);10 (b) transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai hukum11 yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar lunas12 sampai dengan saat tanggal pelaporan;13 (c) kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events);14 (d) kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).

Page 137: pp 71 word

15 23. Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing16masing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu17 nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya18 atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan19 pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa20 sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa21 depan.22 24. Satu contoh dari transaksi dengan pertukaran adalah saat pegawai23 pemerintah memberikan jasa sebagai penukar/ganti dari kompensasi yang24 diperolehnya yang terdiri dari gaji dan manfaat pegawai lainnya. Suatu transaksi25 pertukaran timbul karena kedua belah pihak (pemberi kerja dan penerima kerja)26 menerima dan mengorbankan suatu nilai. Kewajiban kompensasi meliputi gaji27 yang belum dibayar dan jasa telah diserahkan dan biaya manfaat pegawai28 lainnya yang berhubungan dengan jasa periode berjalan.29 25. Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak30 dalam suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan31 atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah32 arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu33 kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada34 tanggal pelaporan.35 26. Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus36 kepada entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika37 pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan38 hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan39 pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui40 transaksi dengan pertukaran.41 27. Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian42 yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antaraPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 71 pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar2 kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam3 hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan4 basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan5 pertukaran.6 28. Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan7 kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan8 kewajiban, sepanjang hukum yang berlaku dan kebijakan yang ada9 memungkinkan bahwa pemerintah akan membayar kerusakan, dan sepanjang10 jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan andal. Contoh kejadian ini11 adalah kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan pribadi yang disebabkan12 pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah.13 29. Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian14 yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai15 konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan16 untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab

Page 138: pp 71 word

17 luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering18 diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya19 tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang20 timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah21 dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah.22 Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban23 sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab24 keuangan pemerintah, dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan25 kejadian tersebut telah terjadi transaksi dengan pertukaran atau tanpa26 pertukaran.27 30. Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan28 biaya untuk kondisi pada paragraf 29 ketika keduanya memenuhi dua kriteria29 berikut: (1) Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya30 yang akan digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat31 kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum32 dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban33 bencana).34 31. Contoh berikut mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari35 kejadian yang diakui pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di kota36kota Indonesia dan DPR mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi37 bencana tersebut. Kejadian ini merupakan konsekuensi keuangan dari38 pemerintah karena memutuskan untuk menyediakan bantuan bencana bagi kota39kota tersebut. Transaksi yang berhubungan dengan hal tersebut, meliputi40 sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan pekerjaan kontraktor41 yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan pertukaran atau42 tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran, jumlah terutang43 untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah diakui saat barangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 81 diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus transaksi tanpa2 pertukaran, suatu kewajiban harus diakui sebesar jumlah terutang yang belum3 dibayar pada tanggal pelaporan. Kewajiban tersebut meliputi jumlah tagihan ke4 pemerintah untuk membayar manfaat, barang atau jasa yang telah disediakan5 sesuai persyaratan program yang ada pada tanggal pelaporan pemerintah.

6 PENGUKURAN KEWAJIBAN7 32. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam8 mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.9 Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada10 tanggal neraca.11 33. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban12 pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang13 tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti14 transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta15 asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan16 dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

Page 139: pp 71 word

17 34. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti18 karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan penerapan19 nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan keuangan.20 UTANG KEPADA PIHAK KETIGA (ACCOUNT PAYABLE)21 35. Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk22 barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus23 mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang24 tersebut25 36. Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan26 spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah yang27 dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan28 berita acara kemajuan pekerjaan.29 37. Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antar unit30 pemerintahan harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit31 nonpemerintahan.32 UTANG TRANSFER33 38. Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk34 melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang35undangan.36 39. Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang37 berlaku.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 9UTANG BUNGA (ACCRUED INTEREST1 )2 40. Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar3 biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat4 berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang5 bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap6 akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan.7 41. Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk8 sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat9 Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi, kota,10 dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.11 UTANG PERHITUNGAN FIHAK KETIGA (PFK)12 42. Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan13 berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada14 laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.15 43. Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus16 diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang17 dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo18 pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo19 pungutan/potongan tersebut harus dicatat pada laporan keuangan sebesar20 jumlah yang masih harus disetorkan.21 BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG22 44. Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian

Page 140: pp 71 word

23 lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam24 waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.25 45. Termasuk dalam kategori Bagian Lancar Utang Jangka Panjang26 adalah jumlah bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan harus27 dibayarkan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.28 KEWAJIBAN LANCAR LAINNYA (OTHER CURRENT LIABILITIES)29 46. Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak30 termasuk dalam kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya31 tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan32 disusun. Pengukuran untuk masing-masing item disesuaikan dengan karakteristik33 masing-masing pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji kepada pegawai34 dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayarkan atas jasa yang telah35 diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya adalah penerimaan36 pembayaran di muka atas penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah kepada37 pihak lain.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 10UTANG PEMERINTAH YANG TIDAK DIPERJUALBELIKAN 1 DAN2 YANG DIPERJUALBELIKAN3 47. Penilaian utang pemerintah disesuaikan dengan karakteristik utang4 tersebut yang dapat berbentuk:5 (a) Utang Pemerintah yang tidak diperjualbelikan (Non-traded Debt)6 (b) Utang Pemerintah yang diperjualbelikan (Traded Debt)7 Utang Pemerintah Yang Tidak Diperjualbelikan (Non-Traded8 Debt)9 48. Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak10 diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada11 pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam12 kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan.13 49. Contoh dari utang pemerintah yang tidak dapat diperjualbelikan14 adalah pinjaman bilateral, multilateral, dan lembaga keuangan international15 seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya. Bentuk hukum dari pinjaman ini16 biasanya dalam bentuk perjanjian pinjaman (loan agreement).17 50. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat18 mengacu pada skedul pembayaran (payment schedule) yang menggunakan tarif19 bunga tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga variabel, misalnya tarif20 bunga dihubungkan dengan satu instrumen keuangan atau dengan satu indeks21 lainnya, penilaian utang pemerintah menggunakan prinsip yang sama dengan22 tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan23 data-data sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada.24 Utang Pemerintah Yang Diperjualbelikan (Traded Debt)25 51. Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat26 diperjualbelikan seharusnya dapat mengidentifikasi jumlah sisa kewajiban dari27 pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta bunganya untuk setiap periode28 akuntansi. Hal ini membutuhkan penilaian awal sekuritas pada harga jual atau

Page 141: pp 71 word

29 hasil penjualan, penilaian pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan30 dibayarkan ke pemegangnya, dan penilaian pada periode diantaranya untuk31 menggambarkan secara wajar kewajiban pemerintah.32 52. Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam33 bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat34 memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.35 53. Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai36 pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium37 yang belum diamortisasi. Sekuritas utang pemerintah yang dijual sebesar38 nilai pari tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari.39 Sekuritas yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah nilainyaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 111 selama periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan sekuritas yang dijual2 dengan harga premium nilainya akan berkurang.3 54. Sekuritas utang pemerintah yang mempunyai nilai pada saat jatuh4 tempo atau pelunasan, misalnya Surat Utang Negara (SUN) baik dalam bentuk5 Surat Perbendaharaan Negara maupun Obligasi Negara, harus dinilai6 berdasarkan nilai yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo bila dijual dengan7 nilai pari. Bila pada saat transaksi awal, instrumen pinjaman pemerintah yang8 dapat diperjualbelikan tersebut dijual di atas atau di bawah pari, maka penilaian9 selanjutnya memperhitungkan amortisasi atas diskonto atau premium yang ada.10 55. Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan11 metode garis lurus.12 PERUBAHAN VALUTA ASING13 56. Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan14 menggunakan kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi.15 57. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs16 spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal17 transaksi sering digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral selama18 seminggu atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada periode tersebut.19 Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk20 suatu periode tidak dapat diandalkan.21 58. Pada setiap tanggal neraca pos utang pemerintah dalam mata22 uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan23 kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.24 59. Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata uang25 asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan26 atau penurunan ekuitas periode berjalan.27 60. Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam28 mata uang asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang29 berhubungan dan ekuitas pada entitas pelaporan.30 61. Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan31 diselesaikan dalam periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui32 pada periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi

Page 142: pp 71 word

33 berada dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus34 diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs35 untuk masing-masing periode.

36 PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH37 TEMPO38 62. Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum39 jatuh tempo karena adanya fitur untuk ditarik (call feature) oleh penerbit dariPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 121 sekuritas tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian2 oleh permintaan pemegangnya maka selisih antara harga perolehan kembali3 dan nilai tercatat netonya harus disajikan pada Laporan Operasional dan4 diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos5 kewajiban yang berkaitan.6 63. Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai7 tercatat (carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo8 dianggap sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan9 menyesuaikan jumlah kewajiban dan aset yang berhubungan.10 64. Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat11 (carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan aset yang12 terkait, jumlah perbedaan yang ada juga disajikan dalam Laporan Operasional13 pada pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional dan diungkapkan pada14 Catatan atas Laporan Keuangan.

15 TUNGGAKAN16 65. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan17 dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas18 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.19 66. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh20 tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau21 bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai22 saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur23 diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada kreditur.24 67. Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan25 dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.26 Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang27 menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan28 dan solvabilitas satu entitas.29 68. Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan30 di dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.

31 RESTRUKTURISASI UTANG32 69. Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan33 utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif34 sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai35 tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut

Page 143: pp 71 word

36 melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan37 persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada38 Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos39 kewajiban yang terkait.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 131 70. Restrukturisasi dapat berupa:2 (a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan3 dengan utang baru; atau4 (b) Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah5 persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang6 dapat berbentuk:7 (1) Perubahan jadwal pembayaran,8 (2) Penambahan masa tenggang, atau9 (3) Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang10 jatuh tempo dan/atau tertunggak.11 71. Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga12 efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode13 antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif14 yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai15 jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan16 baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat17 bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru18 dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo.19 72. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru20 harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.21 73. Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana22 ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk23 bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka24 debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan25 jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam26 persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas27 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang28 berkaitan.29 74. Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang30 sebagai akibat dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas31 masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa32 depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.33 75. Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat34 merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai35 contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi36 keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk37 menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur38 pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang39 sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus40 diestimasi.

Page 144: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 14PENGHAPUSAN 1 UTANG2 76. Penghapusan utang adalah pembatalan tagihan oleh kreditur3 kepada debitur, baik sebagian maupun seluruh jumlah utang debitur dalam4 bentuk perjanjian formal diantara keduanya.5 77. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke6 kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di7 bawah nilai tercatatnya.8 78. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di9 bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada10 paragraf 73 berlaku.11 79. Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di12 bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai13 debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas ke nilai14 wajarnya dan kemudian menerapkan paragraf 73, serta mengungkapkan15 pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban16 dan aset nonkas yang berhubungan.17 80. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus18 mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi19 kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara:20 (a) Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau21 ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau22 biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan23 (b) Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.24 81. Penilaian kembali aset pada paragraf 80 akan menghasilkan25 perbedaan antara nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur untuk26 penyelesaian utang. Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas27 Laporan Keuangan.

28 BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN29 UTANG PEMERINTAH30 82. Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah31 biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman32 dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi:33 (a) Bunga dan provisi atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka34 pendek maupun jangka panjang;35 (b) Commitment fee atas dana pinjaman yang belum ditarik;36 (c) Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,37 (d) Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman38 seperti biaya konsultan, ahli hukum, dan sebagainya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 151 (e) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal2 tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.

Page 145: pp 71 word

3 83. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan4 dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus5 dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut.6 84. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung7 dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap8 aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan9 secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman10 ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf 86.11 85. Dalam keadaan tertentu, sulit untuk mengidentifikasikan adanya12 hubungan langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset13 tertentu dan untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila14 perolehan aset tertentu tidak terjadi. Misalnya, apabila terjadi sentralisasi15 pendanaan lebih dari satu kegiatan/proyek pemerintah. Kesulitan juga dapat16 terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis sumber pembiayaan17 dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan18 jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga19 diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement) untuk menentukan20 hal tersebut.21 86. Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus22 digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus23 dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata24 tertimbang (weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu25 yang berkaitan selama periode pelaporan.

26 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN27 87. Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam28 bentuk daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik29 kepada pemakainya.30 88. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi31 yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:32 (a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang33 diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;34 (b) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis35 sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;36 (c) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat37 bunga yang berlaku;38 (d) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh39 tempo;40 (e) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.10 PSAP 09 - 161 (1) Pengurangan pinjaman;2 (2) Modifikasi persyaratan utang;3 (3) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;4 (4) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;5 (5) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan

Page 146: pp 71 word

6 (6) Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode7 pelaporan.8 (f) Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur9 utang berdasarkan kreditur.10 (g) Biaya pinjaman:11 (1) Perlakuan biaya pinjaman;12 (2) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang13 bersangkutan; dan14 (3) Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

15 TANGGAL EFEKTIF16 89. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini17 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban18 pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.19 90. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP20 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual21 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 10KOREKSI KESALAHAN,PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI,PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DANOPERASI YANG TIDAK DILANJUTKANLAMPIRAN I.11PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-3TUJUAN------------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------ 2-3DEFINISI ------------------------------------------------------------------------------------ 4KOREKSI KESALAHAN --------------------------------------------------------------- 5-36PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ----------------------------------------- 37-42PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI ------------------------------------------- 43-45OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN ----------------------------------------- 46-50TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 51-52

Page 147: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 104 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN5 AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI,6 DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN7 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah8 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf9 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual10 Akuntansi Pemerintahan.

11 PENDAHULUAN12 TUJUAN13 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan14 akuntansi atas koreksi kesalahan akuntansi dan pelaporan laporan keuangan,15 perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang16 tidak dilanjutkan.17 RUANG LINGKUP18 2. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu19 entitas harus menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan20 pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi21 akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi22 Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan23 Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan24 atas Laporan Keuangan.25 3. Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam26 menyusun laporan keuangan yang mencakup laporan keuangan semua27 entitas akuntansi, termasuk Badan Layanan Umum, yang berada di bawah28 pemerintah pusat/daerah.

29 DEFINISI30 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam31 Pernyataan Standar dengan pengertian:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 21 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi2konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipakai oleh3 suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan4 keuangan.5 Kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai6 dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode

Page 148: pp 71 word

7 berjalan atau periode sebelumnya.8 Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang9 tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang10 seharusnya.11 Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi12 tertentu yang berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program,13 atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa14 mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain.15 Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang16 mendasari estimasi tersebut, atau karena terdapat informasi baru,17 pertambahan pengalaman dalam mengestimasi,atau perkembangan lain.18 Pos adalah kumpulan akun sejenis yang ditampilkan pada lembar muka19 laporan keuangan.

20 KOREKSI KESALAHAN21 5. Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau22 beberapa periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.23 Kesalahan mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi24 oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan25 penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta,26 kecurangan atau kelalaian.27 6. Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh28 signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga29 laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.30 7. Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi31 yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan32 menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi33 yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus diungkapkan34 pada catatan atas laporan keuangan.35 8. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua)36 jenis:37 (a) Kesalahan tidak berulang;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 31 (b) Kesalahan berulang dan sistemik.2 9. Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak3 akan terjadi kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:4 (a) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;5 (b) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.6 10. Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang7 disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang8 diperkirakan akan terjadi secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak9 dari wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau10 tambahan pembayaran dari wajib pajak.11 11. Setiap kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui.12 12. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada

Page 149: pp 71 word

13 periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak,14 dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam15 periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja,16 maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.17 13. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada18 periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila19 laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan20 pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-21 LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.22 14. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga23 mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang24 terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah posisi kas,25 apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan26 dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–LRA. Dalam hal27 mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada akun28 Saldo Anggaran Lebih.29 15. Contoh koreksi kesalahan belanja:30 (a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian belanja pegawai tahun lalu31 karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo32 kas dan pendapatan lain-lain-LRA.33 (b) yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset,34 yaitu belanja modal yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan35 kelebihan belanja tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan36 menambah saldo kas dan menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.37 (c) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja pegawai tahun38 lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo39 Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 41 (d) yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset,2 yaitu belanja modal tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan3 mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.4 16. Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak5 berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah6 maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut7 sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun8 aset bersangkutan.9 17. Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas:10 (a) yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu11 pengadaan aset tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan12 kelebihan nilai aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan13 menambah saldo kas dan mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.14 (b) yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu15 pengadaan aset tetap tahun lalu belum dilaporkan, dikoreksi dengan16 menambah akun terkait dalam pos aset tetap dan mengurangi saldo kas.17 18. Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga

Page 150: pp 71 word

18 mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode19 sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara20 material posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut21 sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan22 lain-lain-LO. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan23 dengan pembetulan pada akun ekuitas.24 19. Contoh koreksi kesalahan beban:25 (a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai tahun lalu26 karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo27 kas dan menambah pendapatan lain-lain-LO.28 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban pegawai tahun29 lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun beban lain30lain-LO dan mengurangi saldo kas.31 20. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang32 tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan33 menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan34 periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada35 akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.36 21. Contoh koreksi kesalahan pendapatan-LRA:37 (a) yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba perusahaan38 negara yang belum masuk ke kas Negara dikoreksi dengan menambah39 akun kas dan menambah akun Saldo Anggaran Lebih.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 51 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan dana alokasi2 umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat, dikoreksi oleh:3 (1) pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun Saldo4 Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.5 (2) pemerintah pusat dengan menambah akun saldo kas dan6 menambah Saldo Anggaran Lebih.7 22. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak8 berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah9 maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut10 sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun11 ekuitas.12 23. Contoh koreksi kesalahan pendapatan-LO:13 (a) yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba perusahaan14 negara yang belum masuk ke kas negara dikoreksi dengan menambah15 akun kas dan menambah akun ekuitas.16 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan dana alokasi17 umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat dikoreksi oleh:18 (1) pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun Ekuitas19 dan mengurangi saldo kas.20 (2) pemerintah pusat dengan menambah akun saldo kas dan menambah21 Ekuitas.22 24. Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran

Page 151: pp 71 word

23 pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode24 sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila25 laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan26 pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.27 25. Contoh koreksi kesalahan terkait penerimaan pembiayaan:28 (a) yang menambah saldo kas yaitu Pemerintah Pusat menerima setoran29 kekurangan pembayaran cicilan pokok pinjaman tahun lalu dari Pemda A,30 dikoreksi oleh Pemerintah pusat dengan menambah saldo kas dan31 menambah akun Saldo Anggaran Lebih.32 (b) yang mengurangi saldo kas terkait penerimaan pembiayaan, yaitu33 pemerintah pusat mengembalikan kelebihan setoran cicilan pokok pinjaman34 tahun lalu dari Pemda A dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo35 Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.36 26. Contoh koreksi kesalahan terkait pengeluaran pembiayaan:37 (a) yang menambah saldo kas yaitu kelebihan pembayaran suatu angsuran38 utang jangka panjang sehingga terdapat pengembalian pengeluaranPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 61 angsuran, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun2 Saldo Anggaran Lebih.3 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran4 utang tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi saldo5 kas dan mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih.6 27. Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan7 kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah8 maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut9 sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun10 kewajiban bersangkutan11 28. Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:12 (a) yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas karena13 dikembalikannya kelebihan pembayaran angsuran suatu kewajiban14 dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun kewajiban15 terkait.16 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran17 kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu dikoreksi dengan18 menambah akun kewajiban terkait dan mengurangi saldo kas.19 29. Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah20 ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan daerah.21 30. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf 13,14,16,22 dan 20 tersebut di atas tidak berpengaruh terhadap pagu anggaran atau belanja23 entitas yang bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan.24 31. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf 13,18,25 dan 22 tersebut di atas tidak berpengaruh terhadap beban entitas yang26 bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan.27 32. Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode28periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik sebelum

Page 152: pp 71 word

29 maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan,30 pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca terkait pada periode31 kesalahan ditemukan.32 33. Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi posisi kas33 sebagaimana disebutkan pada paragraf 32 adalah pengeluaran untuk pembelian34 peralatan dan mesin (kelompok aset tetap) dilaporkan sebagai jalan, irigasi, dan35 jaringan. Koreksi yang dilakukan hanyalah pada Neraca dengan mengurangi36 akun jalan, irigasi, dan jaringan dan menambah akun peralatan dan mesin. Pada37 Laporan Realisasi Anggaran tidak perlu dilakukan koreksi.38 34. Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud pada39 paragraf 10 tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadiPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 71 pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan2 mengurangi pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.3 35. Koreksi kesalahan yang berhubungan dengan periode-periode4 yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas tahun5 berjalan pada aktivitas yang bersangkutan.6 36. Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan7 Keuangan.

8 PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI9 37. Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan10 keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui11 kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena12 itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada13 setiap periode.14 38. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran15 akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria16 kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan17 akuntansi.18 39. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya19 apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh20 peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau21 apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi22 mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan23 dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.24 40. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai25 berikut:26 (a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara27 substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan28 (b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang29 sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.30 41. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan31 suatu perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut32 harus sesuai dengan standar akuntansi terkait yang telah menerapkan

Page 153: pp 71 word

33 persyaratan-persyaratan sehubungan dengan revaluasi.34 42. Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan35 Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan36 Keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 8

1 PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI2 43. Agar memperoleh Laporan Keuangan yang andal, maka estimasi3 akuntansi perlu disesuaikan antara lain dengan pola penggunaan, tujuan4 penggunaan aset dan kondisi lingkungan entitas yang berubah.5 44. Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi6 disajikan pada Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode7 selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi8 masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun perubahan dan9 tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat aset tetap tersebut.10 45. Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang11 akan datang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila12 tidak memungkinkan, harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan13 pengaruh perubahan itu.

14 OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN15 46. Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah16 dihapuskan oleh peraturan, maka suatu operasi, kegiatan, program, proyek,17 atau kantor terkait pada tugas pokok tersebut dihentikan.18 47. Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan --19 misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,20 tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban21 tahun berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak22 sosial atau dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait23 pada penghentian apabila ada-- harus diungkapkan pada Catatan atas24 Laporan Keuangan.25 48. Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu26 segmen yang dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan27 walaupun berjumlah nol untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi28 yang dihentikan tampak pada Laporan Keuangan.29 49. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu30 tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah31 operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya32 entitas membuat rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian33 bertahap atau sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah34 dan lain-lain.35 50. Bukan merupakan penghentian operasi apabila :PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.11 PSAP 10 - 91 (a) Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara

Page 154: pp 71 word

2 evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh demand (permintaan3 publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.4 (b) Fungsi tersebut tetap ada.5 (c) Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya6 berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah7 lain.8 (d) Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya,9 menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.

10 TANGGAL EFEKTIF11 51. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini12 berlaku efektif untuk laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan13 anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.14 52. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP15 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual16 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 11

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIANLAMPIRAN I.12PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-5TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------------ 1RUANG LINGKUP ----------------------------------------------------------------------- 2-5DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 6PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN ------------------------- 7-13ENTITAS PELAPORAN --------------------------------------------------------------------- 14ENTITAS AKUNTANSI ----------------------------------------------------------------------- 15-17BADAN LAYANAN UMUM/BADAN LAYANAN UMUM DAERAH --------------- 18-21PROSEDUR KONSOLIDASI --------------------------------------------------------------- 22-23PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------------------------------------- 24-25TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------------- 26-27PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 - 1

Page 155: pp 71 word

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 114 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 TUJUAN11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan12 laporan keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka13 menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial14 statements) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan15 dimaksud. Dalam standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk16 tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi17 kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga18 legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang19undangan.20 RUANG LINGKUP21 2. Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit pemerintahan22 yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan disajikan secara terkonsolidasi23 menurut Pernyataan Standar ini agar mencerminkan satu kesatuan entitas.24 3. Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat25 sebagai entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas26 pelaporan, termasuk laporan keuangan badan layanan umum.27 4. Laporan keuangan konsolidasian pada28 kementerian/lembaga/pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan29 mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi termasuk laporan30 keuangan Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah.31 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:32 (a) Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;33 (b) Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;34 (c) Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 - 21 (d) Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2 DEFINISI3 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam4 Pernyataan Standar dengan pengertian:5 Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah6 instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

Page 156: pp 71 word

7 pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa8 yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam9 melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.10 Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna11 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan12 menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.13 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih14 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan15 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban16 berupa laporan keuangan.17 Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang18 diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan19 lainnya, entitas akuntansi dengan entitas akuntansi lainnya, dengan20 mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu21 entitas pelaporan konsolidasian.22 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang23 merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan,24 atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.

25 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN26 KONSOLIDASIAN27 7. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan28 Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan29 Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan30 atas Laporan Keuangan.31 8. Laporan keuangan konsolidasian sebagaimana dimaksud pada32 paragraf 7, disajikan oleh entitas pelaporan, kecuali:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 - 31 a. Laporan keuangan konsolidasian arus kas yang hanya disajikan oleh2 entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;3 b. Laporan keuangan konsolidasian perubahan saldo anggaran lebih yang4 hanya disusun dan disajikan oleh Pemerintah Pusat.5 9. Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode6 pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas7 pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya.8 10. Pemerintah Pusat menyampaikan laporan keuangan konsolidasian9 dari semua kementerian negara/lembaga kepada lembaga legislatif.10 11. Pemerintah daerah menyampaikan laporan keuangan11 konsolidasian dari semua entitas akuntansi dibawahnya kepada lembaga12 legislatif.13 12. Dalam standar ini proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi14 akun-akun timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian, apabila15 eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan16 dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 157: pp 71 word

17 13. Contoh akun timbal balik (reciprocal accounts) antara lain sisa18 uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan oleh bendahara19 pengeluaran sampai dengan akhir periode akuntansi.

20 ENTITAS PELAPORAN21 14. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan perundang22undangan, yang umumnya bercirikan:23 (a) Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau24 mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,25 (b) Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,26 (c) Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau27 pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan28 (d) Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak29 langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.

30 ENTITAS AKUNTANSI31 15. Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan32 menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang33 yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan.34 16. Setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau35 mengelola barang adalah entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan36 akuntansi, dan secara periodik menyiapkan laporan keuangan menurut StandarPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 - 41 Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan tersebut disampaikan secara intern2 dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan3 laporan keuangan oleh entitas pelaporan.4 17. Dengan penetapan menurut peraturan perundang-undangan yang5 berlaku suatu entitas akuntansi tertentu yang dianggap mempunyai pengaruh6 signifikan dalam pencapaian program pemerintah dapat ditetapkan sebagai7 entitas pelaporan.

8 BADAN LAYANAN UMUM/BADAN LAYANAN9 UMUM DAERAH10 18. Badan Layanan Umum (BLU) menyelenggarakan pelayanan11 umum, memungut dan menerima, serta membelanjakan dana masyarakat yang12 diterima berkaitan dengan pelayanan yang diberikan, tetapi tidak berbentuk13 badan hukum sebagaimana kekayaan negara yang dipisahkan. Termasuk dalam14 BLU antara lain adalah rumah sakit, universitas negeri, dan otorita.15 19. Selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD)16 BLU/BLUD adalah entitas akuntansi, yang laporan keuangannya17 dikonsolidasikan pada entitas pelaporan yang secara organisatoris18 membawahinya.19 20. Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan, walaupun20 bukan berbentuk badan hukum yang mengelola kekayaan Negara yang21 dipisahkan, BLU/BLUD adalah entitas pelaporan.

Page 158: pp 71 word

22 21. Konsolidasi laporan keuangan BLU/BLUD pada23 kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang secara organisatoris24 membawahinya dilaksanakan setelah laporan keuangan BLU/BLUD disusun25 menggunakan standar akuntansi yang sama dengan standar akuntansi yang26 dipakai oleh organisasi yang membawahinya.

27 PROSEDUR KONSOLIDASI28 22. Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan Standar ini29 dilaksanakan dengan cara menggabungkan dan menjumlahkan akun yang30 diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya,31 atau yang diselenggarakan oleh entitas akuntansi dengan entitas akuntansi32 lainnya, dengan mengeliminasi akun timbal balik.33 23. Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan34 menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara35 organisatoris berada di bawahnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.12 PSAP 11 - 5

1 PENGUNGKAPAN2 24. Dalam Catatan atas Laporan Keuangan perlu diungkapkan3 nama-nama entitas yang dikonsolidasikan atau digabungkan beserta status4 masing-masing, apakah entitas pelaporan atau entitas akuntansi.5 25. Dalam hal konsolidasi tidak diikuti dengan eliminasi akun timbal6 balik sebagaimana disebut pada paragraf 12, maka perlu diungkapkan nama7nama dan besaran saldo akun timbal balik tersebut, dan disebutkan pula alasan8 belum dilaksanakannya eliminasi.

9 TANGGAL EFEKTIF10 26. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini11 berlaku efektif untuk laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan12 anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.13 27. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP14 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual15 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 – (i)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 12

LAPORAN OPERASIONALLAMPIRAN I.13PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDEN

Page 159: pp 71 word

REPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-4TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1-2RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------------- 3-4MANFAAT INFORMASI LAPORAN OPERASIONAL ------------------------------- 5-7DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 8PERIODE PELAPORAN --------------------------------------------------------------------- 9-10STRUKTUR DAN ISI LAPORAN OPERASIONAL ----------------------------------- 11-15INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN OPERASIONALATAU DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ----------------------- 16-18AKUNTANSI PENDAPATAN-LO ---------------------------------------------------------- 19-31AKUNTANSI BEBAN ------------------------------------------------------------------------- 32-41SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL ---------------------------- 42-44SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL --------------------- 45-47POS LUAR BIASA ---------------------------------------------------------------------------- 48-50SURPLUS/DEFISIT-LO ---------------------------------------------------------------------- 51-52TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING ------------------------------------------- 53-56TRANSAKSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN BERBENTUK BARANGDAN JASA --------------------------------------------------------------------------------------- 57-58TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------------- 59-60Lampiran :Ilustrasi Lampiran I.13 PSAP 12.A : Contoh Format Laporan OperasionalPemerintah PusatIlustrasi Lampiran I.13 PSAP 12.B : Contoh Format Laporan OperasionalPemerintah ProvinsiIlustrasi Lampiran I.13 PSAP 12.C : Contoh Format Laporan OperasionalPemerintah Kabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 BERBASIS AKRUAL3 PERNYATAAN NO. 124 LAPORAN OPERASIONAL5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf6 standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang7 ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

8 PENDAHULUAN9 TUJUAN10 1. Tujuan pernyataan standar Laporan Operasional adalah11 menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Operasional untuk pemerintah dalam12 rangka memenuhi tujuan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana

Page 160: pp 71 word

13 ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.14 2. Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang15 kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban,16 dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan.17 RUANG LINGKUP18 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan19 Operasional.20 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan21 dan entitas akuntansi, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,22 dalam menyusun laporan operasional yang menggambarkan pendapatan-LO,23 beban, dan surplus/defisit operasional dalam suatu periode pelaporan tertentu,24 tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

25 MANFAAT INFORMASI LAPORAN OPERASIONAL26 5. Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai27 seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan28 dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu29 entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode30 sebelumnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 21 6. Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam2 mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh3 entitas pemerintahan, sehingga Laporan Operasional menyediakan informasi:4 (a) mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk5 menjalankan pelayanan;6 (b) mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam7 mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan8 kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;9 (c) yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk10 mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang11 dengan cara menyajikan laporan secara komparatif;12 (d) mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan13 ekuitas (bila surplus operasional).14 7. Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari15 siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan16 Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai17 keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.

18 DEFINISI19 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam20 Pernyataan Standar dengan pengertian:21 Azas Bruto adalah suatu prinsip tidak diperkenankannya pencatatan22 penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit organisasi atau23 tidak diperkenankannya pencatatan pengeluaran setelah dilakukan24 kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.

Page 161: pp 71 word

25 Bantuan Keuangan adalah beban pemerintah dalam bentuk bantuan uang26 kepada pemerintah lainnya yang digunakan untuk pemerataan dan/atau27 peningkatan kemampuan keuangan.28 Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada29 masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.30 Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan31 peristiwa lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul.32 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode33 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau34 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.35 Beban Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa36 kepada pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan37 organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 31 Beban Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap2 yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang3 bersangkutan.4 Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk5 mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain6 yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.7 Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna8 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun9 laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.10 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih11 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan12 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban13 berupa laporan keuangan.14 Pendapatan Hibah adalah pendapatan pemerintah dalam bentuk uang/barang15 atau jasa dari pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan16 organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak17 secara terus-menerus.18 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai19 penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak20 perlu dibayar kembali.21 Pendapatan Transfer adalah pendapatan berupa penerimaan uang atau hak22 untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu entitas pelaporan lain23 yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.24 Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang25 terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,26 tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau27 pengaruh entitas bersangkutan.28 Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga29 tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual30 produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.

Page 162: pp 71 word

31 Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional adalah selisih lebih/kurang antara32 pendapatan-operasional dan beban selama satu periode pelaporan.33 Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu34 periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit dari kegiatan non35 operasional dan pos luar biasa.36 Untung/Rugi Penjualan Aset merupakan selisih antara nilai buku aset dengan37 harga jual aset.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 4

1 PERIODE PELAPORAN2 9. Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali3 dalam setahun. Dalam situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas4 berubah dan Laporan Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode5 yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan informasi6 sebagai berikut:7 (a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;8 (b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan9 catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.10 10. Manfaat Laporan Operasional berkurang jika laporan tersebut tidak11 tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah12 tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk13 menyajikan laporan keuangan tepat waktu.

14 STRUKTUR DAN ISI LAPORAN OPERASIONAL15 11. Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-16 LO, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non17 operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan18 surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara19 komparatif. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas20 Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas21 keuangan selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar22daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk23 dijelaskan.24 12. Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara25 jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi26 berikut:27 (a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;28 (b) cakupan entitas pelaporan;29 (c) periode yang dicakup;30 (d) mata uang pelaporan; dan31 (e) satuan angka yang digunakan.32 13. Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai33 berikut:34 (a) Pendapatan-LO

Page 163: pp 71 word

35 (b) Beban36 (c) Surplus/Defisit dari operasi37 (d) Kegiatan non operasional38 (e) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa39 (f) Pos Luar BiasaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 51 (g) Surplus/Defisit-LO2 14. Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub3 jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi4 Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan5 Laporan Operasional secara wajar.6 15. Contoh format Laporan Operasional disajikan dalam ilustrasi PSAP7 12.A, PSAP 12.B, dan PSAP 12.C standar ini. Ilustrasi merupakan contoh dan bukan8 merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan9 penerapan standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.

10 INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN11 OPERASIONAL ATAU DALAM CATATAN ATAS LAPORAN12 KEUANGAN13 16. Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang14 diklasifikasikan menurut sumber pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber15 pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.16 17. Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan17 menurut klasifikasi jenis beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan18 klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang19 berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.20 18. Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan maupun21 klasifikasi beban menurut ekonomi, pada prinsipnya merupakan klasifikasi yang22 menggunakan dasar klasifikasi yang sama yaitu berdasarkan jenis.

23 AKUNTANSI PENDAPATAN-LO24 19. Pendapatan-LO diakui pada saat:25 (a) Timbulnya hak atas pendapatan;26 (b) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.27 20. Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang28undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.29 21. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu30 pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan,31 diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan.32 22. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang33 telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.34 23. Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 6

Page 164: pp 71 word

1 24. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat2 dikelompokkan berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan,3 pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah.4 25. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah daerah5 dikelompokkan menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah,6 pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan7 tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.8 26. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas9 bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat10 jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).11 27. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto12 (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di13 estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto14 dapat dikecualikan.15 28. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan16 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan17 layanan umum.18 29. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring)19 atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode20 sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.21 30. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non22recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan23 pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang24 sama.25 31. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non26recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya27 dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan28 pengembalian tersebut.

29 AKUNTANSI BEBAN30 32. Beban diakui pada saat:31 a. timbulnya kewajiban;32 b. terjadinya konsumsi aset;33 c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.34 33. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari35 pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.36 Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar37 pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 71 34. Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat2 pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban3 dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.4 35. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi5 pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset6 bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi

Page 165: pp 71 word

7 jasa adalah penyusutan atau amortisasi.8 36. Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan9 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan10 layanan umum.11 37. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.12 38. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan13 jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban14 barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban15 penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi16 ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban17 bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset18 tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga.19 39. Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode20 yang dapat dikelompokkan menjadi:21 (a) Metode garis lurus (straight line method);22 (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);23 (c) Metode unit produksi (unit of production method).24 40. Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau25 kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu26 entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.27 41. Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban,28 yang terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada29 periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas30 beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan31 penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

32 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL33 42. Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara34 pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.35 43. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara36 pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 81 44. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu2 periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

3 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL4 45. Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu5 dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional.6 46. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional7 antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian8 kewajiban jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya.9 47. Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan10 operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan11 surplus/defisit sebelum pos luar biasa.

12 POS LUAR BIASA

Page 166: pp 71 word

13 48. Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam14 Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar15 Biasa.16 49. Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai17 karakteristik sebagai berikut:18 (a) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran;19 (b) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan20 (c) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.21 50. Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan22 pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

23 SURPLUS/DEFISIT-LO24 51. Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang25 antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan26 kejadian luar biasa.27 52. Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan28 ke Laporan Perubahan Ekuitas.

29 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING30 53. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata31 uang rupiah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALampiran I.13 PSAP 12 - 91 54. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama2 dengan yang digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang3 asing tersebut dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah4 berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.5 55. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang6 digunakan dalam transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah,7 maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah8 berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk9 memperoleh valuta asing tersebut.10 56. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang11 digunakan untuk bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan12 mata uang asing lainnya, maka:13 (a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan14 menggunakan kurs transaksi15 (b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah16 berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

17 TRANSAKSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN BERBENTUK18 BARANG/JASA19 57. Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk20 barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan cara21 menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping22 itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada23 Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi

Page 167: pp 71 word

24 yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.25 58. Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara26 lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.

27 TANGGAL EFEKTIF28 59. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku29 efektif untuk laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran30 mulai Tahun Anggaran 2010.31 60. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini,32 entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling33 lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttd.DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONOPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo 20x1 20x0 Kenaikan/Penurunan (%)1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN PERPAJAKAN3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xxx xxx4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xxx xxx5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xxx xxx6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xxx xxx7 Pendapatan Cukai xxx xxx xxx xxx8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xxx xxx9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xxx xxx10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx11 Jumlah Pendapatan Perpajakan ( 3 s/d 10 ) xxx xxx xxx xxx1213 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xxx xxx16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xxx xxx1819 PENDAPATAN HIBAH20 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx21 Jumlah Pendapatan Hibah (20) xxx xxx xxx xxx22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xxx xxx2324 BEBAN25 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx26 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx27 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx28 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx29 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx30 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx31 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxxKEGIATAN OPERASIONALURAIANContoh Format Laporan Operasional Pemerintah PusatLAPORAN OPERASIONALPEMERINTAH PUSATUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0(Dalam rupiah)LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010 2005ILUSTRASI PSAP 12.A32 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx33 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx34 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx35 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx36 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx37 JUMLAH BEBAN (25 s/d 36) xxx xxx xxx xxx3839 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL (22-37) xxx xxx xxx xxx4041 KEGIATAN NON OPERASIONAL42 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx43 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx44 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx45 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx46 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx47 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(42 s/d 46) xxx xxx xxx xxx48 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (39 + 47) xxx xxx xxx xxx

Page 168: pp 71 word

4950 POS LUAR BIASA51 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx52 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx53 POS LUAR BIASA (51-52) xxx xxx xxx xxx54 SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53) xxx xxx xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo 20X1 20X0 Kenaikan/Penurunan (%)1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN ASLI DAERAH3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx89 PENDAPATAN TRANSFER10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx1617 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx21 Jumlah Pendapatan Transfer (15 +20 ) xxx xxx xxx xxx2223 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH24 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx27 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (24 s/d 26) xxx xxx xxx xxx28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxx xxx xxx xxx2930 BEBAN31 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx32 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxxKEGIATAN OPERASIONALURAIANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0Contoh Format Laporan Operasional Pemerintah ProvinsiLAPORAN OPERASIONALPEMERINTAH PROVINSI(Dalam rupiah)LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 20102005ILUSTRASI PSAP 12.B33 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx34 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx35 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx36 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx37 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx38 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx39 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx40 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx41 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx42 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx43 JUMLAH BEBAN (31 s/d 42) xxx xxx xxx xxx44 SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL (28-43) xxx xxx xxx xxx4546 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL47 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx48 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx49 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx50 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx51 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx52 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (47 s/d 51) xxx xxx xxx xxx53 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (44+ 52) xxx xxx xxx xxx5455 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx56 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx57 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx58 POS LUAR BIASA (56-57) xxx xxx xxx xxx59 SURPLUS/DEFISIT-LO (53 + 58) xxx xxx xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIANo 20X1 20X0 Kenaikan/Penurunan (%)1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN ASLI DAERAH3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx89PENDAPATAN TRANSFER10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx

Page 169: pp 71 word

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx1617 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx2122 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx2728 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxxKEGIATAN OPERASIONALURAIANContoh Format Laporan Operasional Pemerintah Kabupaten/KotaPEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN OPERASIONALUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0(Dalam rupiah)LAMPIRAN IPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 20102005ILUSTRASI PSAP 12.C3435 BEBAN36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx4950 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx5152 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx6061 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN IISTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS KAS MENUJU AKRUALPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI LAMPIRAN IISTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS KAS MENUJU AKRUAL1. LAMPIRAN II. 01 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN2. LAMPIRAN II.02 PSAP 01 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN3. LAMPIRAN II.03 PSAP 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 170: pp 71 word

4. LAMPIRAN II.04 PSAP 03 LAPORAN ARUS KAS5. LAMPIRAN II.05 PSAP 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN6. LAMPIRAN II.06 PSAP 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN7. LAMPIRAN II.07 PSAP 06 AKUNTANSI INVESTASI8. LAMPIRAN II.08 PSAP 07 AKUNTANSI ASET TETAP9. LAMPIRAN II.09 PSAP 08 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAMPENGERJAAN10. LAMPIRAN II.10 PSAP 09 AKUNTANSI KEWAJIBAN11. LAMPIRAN II.11 PSAP 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHANKEBIJAKAN AKUNTANSI DAN PERISTIWA LUAR BIASA12. LAMPIRAN II.12 PSAP 11 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK – (i)LAMPIRAN II.01PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 20102005TANGGAL 22 OKTOBER 2010

KERANGKA KONSEPTUALAKUNTANSI PEMERINTAHANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-5Tujuan ---------------------------------------------------------------------------------------- 1-3Ruang Lingkup ----------------------------------------------------------------------------- 4-5LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN -------------------------------------- 6-15Bentuk Umum Pemerintahan dan Pemisahan Kekuasaan ------------------- 8-9Sistem Pemerintahan Otonomi dan TransferPendapatan antar Pemerintah ---------------------------------------------------------- 10Pengaruh Proses Politik ------------------------------------------------------------------ 11Hubungan antara Pembayaran Pajak dan Pelayanan Pemerintah ------------ 12Anggaran sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal, dan AlatPengendalian ---------------------------------------------------------------------------- 13Investasi dalam Aset yang Tidak Menghasilkan Pendapatan ------------------- 14Kemungkinan Penggunaan Akuntansi Dana untuk Tujuan Pengendalian --- 15PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI -------------------------------------- 15-18Pengguna Laporan Keuangan ---------------------------------------------------------- 15Kebutuhan Informasi ----------------------------------------------------------------- 17-18ENTITAS PELAPORAN ------------------------------------------------------------------- 19-20PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN ---------------------------- 21-24Peranan Pelaporan Keuangan ----------------------------------------------------- 21-22Tujuan Pelaporan Keuangan ------------------------------------------------------- 23-24KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------------- 25-26

Page 171: pp 71 word

DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN --------------------------------------------- 27ASUMSI DASAR ---------------------------------------------------------------------------- 28-31Kemandirian Entitas ----------------------------------------------------------------------- 29Kesinambungan Entitas ------------------------------------------------------------------ 30Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary Measurement) -------------------- 31KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN ------------------------- 32-37Relevan ---------------------------------------------------------------------------------- 33-34Andal ------------------------------------------------------------------------------------------ 35Dapat Dibandingkan ----------------------------------------------------------------------- 36Dapat Dipahami ---------------------------------------------------------------------------- 37PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK – (iii)PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN ------------------------- 38-52Basis Akuntansi ------------------------------------------------------------------------ 39-42Nilai Historis (Historical Cost) ------------------------------------------------------ 43-44Realisasi (Realization) --------------------------------------------------------------- 45-46Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form) --------------- 47Periodisitas (Periodicity) ------------------------------------------------------------------ 48Konsistensi (Consistency) ---------------------------------------------------------------- 49Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure) ------------------------------------------- 50Penyajian Wajar (Fair Presentation) ---------------------------------------------- 51-52KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL ------------------------- 53-56Materialitas ----------------------------------------------------------------------------------- 54Pertimbangan Biaya dan Manfaat ------------------------------------------------------ 55Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif ----------------------------------------- 56UNSUR LAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------------------- 57-77Laporan Realisasi Anggaran ------------------------------------------------------- 57-58Neraca ----------------------------------------------------------------------------------- 59-72Aset --------------------------------------------------------------------------------- 61-67Kewajiban ------------------------------------------------------------------------ 68-71Ekuitas Dana -------------------------------------------------------------------------- 72Laporan Arus Kas --------------------------------------------------------------------- 73-74Catatan atas Laporan Keuangan ------------------------------------------------------- 75Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan Ekuitas -------------- 76-77PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN ------------------------------------ 78-89Kemungkinan Besar Manfaat Ekonomi Masa Depan Terjadi ------------------- 81Keandalan Pengukuran -------------------------------------------------------------- 82-83Pengakuan Aset ----------------------------------------------------------------------- 84-85Pengakuan Kewajiban --------------------------------------------------------------- 86-87Pengakuan Pendapatan ------------------------------------------------------------------ 88Pengakuan Belanja ------------------------------------------------------------------------ 89PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN --------------------------------- 90-91PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 11 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Page 172: pp 71 word

2 PENDAHULUAN

3 Tujuan4 1. Kerangka Konseptual ini merumuskan konsep yang mendasari5 penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.6 Tujuannya adalah sebagai acuan bagi:7 (a) penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya;8 (b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi9 yang belum diatur dalam standar;10 (c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan11 keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan12 (d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang13 disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar14 Akuntansi Pemerintahan.15 2. Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal16 terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi17 Pemerintahan.18 3. Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan19 standar akuntansi, maka ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatif20 terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka panjang, konflik demikian21 diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar akuntansi22 di masa depan.

23 Ruang Lingkup24 4. Kerangka konseptual ini membahas:25 (a) tujuan kerangka konseptual;26 (b) lingkungan akuntansi pemerintah;27 (c) pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna;28 (d) entitas pelaporan;29 (e) peranan dan tujuan pelaporan keuangan, serta dasar hukum;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 21 (f) asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi2 dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi;3 dan4 (g) definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan5 keuangan.6 5. Kerangka konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan7 pemerintah pusat dan daerah.

8 LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN9 6. Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh10 terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.11 7. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu12 dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan13 adalah sebagai berikut:

Page 173: pp 71 word

14 (a) Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:15 (1) bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan;16 (2) sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar17 pemerintah;18 (3) adanya pengaruh proses politik;19 (4) hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.20 (b) Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:21 (1) anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan22 sebagai alat pengendalian;23 (2) investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan;24 dan25 (3) kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian.

26 Bentuk Umum Pemerintahan dan Pemisahan27 Kekuasaan28 8. Dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazas29 demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat. Rakyat mendelegasikan kekuasaan30 kepada pejabat publik melalui proses pemilihan. Sejalan dengan pendelegasian31 kekuasaan ini adalah pemisahan wewenang di antara eksekutif, legislatif, dan32 yudikatif. Sistem ini dimaksudkan untuk mengawasi dan menjaga keseimbanganPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 31 terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan di antara penyelenggara2 pemerintahan.3 9. Sebagaimana berlaku dalam lingkungan keuangan pemerintahan,4 pihak eksekutif menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada pihak5 legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, pihak6 eksekutif melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi dan ketentuan7 perundang-undangan yang berhubungan dengan apropriasi tersebut. Pihak8 eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada9 pihak legislatif dan rakyat.

10 Sistem Pemerintahan Otonomi dan Transfer11 Pendapatan antar Pemerintah12 10. Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam13 sistem pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah14 propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas15 cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih sempit.16 Adanya pemerintah yang menghasilkan pendapatan pajak atau bukan pajak17 yang lebih besar mengakibatkan diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi18 dana umum, hibah, atau subsidi antar entitas pemerintahan.

19 Pengaruh Proses Politik20 11. Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan21 kesejahteraan seluruh rakyat. Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya

Page 174: pp 71 word

22 untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan23 keuangan negara yang bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber24 lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat. Salah satu ciri yang penting25 dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses politik26 untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.

27 Hubungan antara Pembayaran Pajak dan28 Pelayanan Pemerintah29 12. Walaupun dalam keadaan tertentu pemerintah memungut secara30 langsung atas pelayanan yang diberikan, pada dasarnya sebagian besar31 pendapatan pemerintah bersumber dari pungutan pajak dalam rangka32 memberikan pelayanan kepada masyarakat. Jumlah pajak yang dipungut tidak33 berhubungan langsung dengan pelayanan yang diberikan pemerintah kepada34 wajib pajak. Pajak yang dipungut dan pelayanan yang diberikan oleh pemerintahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 41 mengandung sifat-sifat tertentu yang wajib dipertimbangkan dalam2 mengembangkan laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:3 (a) Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya4 suka rela.5 (b) Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak6 sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, seperti7 penghasilan yang diperoleh, kekayaan yang dimiliki, aktivitas bernilai8 tambah ekonomis, atau nilai kenikmatan yang diperoleh.9 (c) Efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan10 pungutan yang digunakan untuk pelayanan dimaksud sering sukar diukur11 sehubungan dengan monopoli pelayanan oleh pemerintah. Dengan12 dibukanya kesempatan kepada pihak lain untuk menyelenggarakan13 pelayanan yang biasanya dilakukan pemerintah, seperti layanan pendidikan14 dan kesehatan, pengukuran efisiensi pelayanan oleh pemerintah menjadi15 lebih mudah.16 (d) Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan17 pemerintah adalah relatif sulit.

18 Anggaran sebagai Pernyataan Kebijakan Publik,19 Target Fiskal, dan Alat Pengendalian20 13. Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil21 kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk22 melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk23 menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila24 diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian, anggaran25 mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi26 upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu27 periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak28 tertutup kemungkinan disiapkannya anggaran untuk jangka waktu lebih atau

Page 175: pp 71 word

29 kurang dari setahun. Dengan demikian, fungsi anggaran di lingkungan30 pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan31 keuangan, antara lain karena:32 (a) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.33 (b) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan34 antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.35 (c) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi36 hukum.37 (d) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 51 (e) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan2 pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada3 publik.

4 Investasi dalam Aset yang Tidak Menghasilkan5 Pendapatan6 14. Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset7 yang tidak secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti8 gedung perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian9 besar aset dimaksud mempunyai masa manfaat yang lama sehingga program10 pemeliharaan dan rehabilitasi yang memadai diperlukan untuk mempertahankan11 manfaat yang hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi aset dimaksud bagi12 pemerintah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial. Sebagian13 besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi14 pemerintah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya di15 masa mendatang.

16 Kemungkinan Penggunaan Akuntansi Dana untuk17 Tujuan Pengendalian18 15. Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi19 dan pelaporan keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang20 memisahkan kelompok dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing21 merupakan entitas akuntansi yang mampu menunjukkan keseimbangan antara22 belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima. Akuntansi dana dapat23 diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana selain24 kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam25 pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.

26 PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI27 Pengguna Laporan Keuangan28 16. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan29 pemerintah, namun tidak terbatas pada:30 (a) masyarakat;PRESIDEN

Page 176: pp 71 word

REPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 61 (b) para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;2 (c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan3 pinjaman; dan4 (d) pemerintah.

5 Kebutuhan Informasi6 17. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum7 untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan8 demikian laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi9 kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian,10 berhubung pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka11 ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para12 pembayar pajak perlu mendapat perhatian.13 18. Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum14 di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang15 disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian16 dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk17 dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang18 diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang19 dinyatakan lebih lanjut.

20 ENTITAS PELAPORAN21 19. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu22 atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang23undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan24 keuangan, yang terdiri dari:25 (a) Pemerintah pusat;26 (b) Pemerintah daerah;27 (c) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi28 lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi29 dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.30 20. Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat31 pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap32 aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan33 wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 7

1 PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN2 KEUANGAN3 Peranan Pelaporan Keuangan4 21. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang5 relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh6 suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan

Page 177: pp 71 word

7 terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja,8 transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai9 kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,10 dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang11undangan.12 22. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan13 upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan14 kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk15 kepentingan:16 (a) Akuntabilitas17 Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan18 kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai19 tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.20 (b) Manajemen21 Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan22 suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan23 fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset,24 kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.25 (c) Transparansi26 Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada27 masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak28 untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas29 pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang30 dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang31undangan.32 (d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)33 Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan34 pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaranPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 81 yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan2 akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

3 Tujuan Pelaporan Keuangan4 23. Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan5 informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan6 membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:7 (a) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan8 untuk membiayai seluruh pengeluaran.9 (b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber10 daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan11 peraturan perundang-undangan.12 (c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang13 digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah14 dicapai.

Page 178: pp 71 word

15 (d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai16 seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.17 (e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas18 pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka19 pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan20 pajak dan pinjaman.21 (f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas22 pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat23 kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.24 24. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan25 menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan,26 pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas27 pelaporan.

28 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN29 25. Laporan keuangan pokok terdiri dari:30 (a) Laporan Realisasi Anggaran;31 (b) Neraca;32 (c) Laporan Arus Kas;33 (d) Catatan atas Laporan Keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 91 26. Selain laporan keuangan pokok seperti disebut pada paragraf 25,2 entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan dan3 Laporan Perubahan Ekuitas.

4 DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN5 27. Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan6 peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara7 lain:8 (a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian yang9 mengatur keuangan negara;10 (b) Undang-undang di bidang keuangan negara;11 (c) Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;12 (d) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah13 daerah, khususnya yang mengatur keuangan daerah;14 (e) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan15 keuangan pusat dan daerah;16 (f) Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran17 Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; dan18 (g) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan19 pusat dan daerah.

20 ASUMSI DASAR21 28. Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan22 pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu

Page 179: pp 71 word

23 dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:24 (a) Asumsi kemandirian entitas;25 (b) Asumsi kesinambungan entitas; dan26 (c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

27 Kemandirian Entitas28 29. Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun29 akuntansi, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang30 mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga31 tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan32 keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanyaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 101 kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan2 tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan3 sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,4 termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud,5 utang-piutang yang terjadi akibat putusan entitas, serta terlaksana tidaknya6 program yang telah ditetapkan.

7 Kesinambungan Entitas8 30. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas9 pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah10 diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam11 jangka pendek.

12 Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary13 Measurement)14 31. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap15 kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan16 agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

17 KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN18 KEUANGAN19 32. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran20 normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat21 memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat22 normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi23 kualitas yang dikehendaki:24 (a) Relevan;25 (b) Andal;26 (c) Dapat dibandingkan; dan27 (d) Dapat dipahami.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 11

Page 180: pp 71 word

1 Relevan2 33. Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang3 termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan4 membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan5 memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi6 mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang7 relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.8 34. Informasi yang relevan :9 (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)10 Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi11 ekspektasi mereka di masa lalu.12 (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)13 Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan14 datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.15 (c) Tepat waktu16 Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna17 dalam pengambilan keputusan.18 (d) Lengkap19 Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,20 yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi21 pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir22 informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan23 dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat24 dicegah.

25 Andal26 35. Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang27 menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta28 dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau29 penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut30 secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi31 karakteristik:32 (a) Penyajian Jujur33 Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya34 yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk35 disajikan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 121 (b) Dapat Diverifikasi (verifiability)2 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila3 pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya4 tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.5 (c) Netralitas6 Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada7 kebutuhan pihak tertentu.

Page 181: pp 71 word

8 Dapat Dibandingkan9 36. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih10 berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya11 atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan12 dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal13 dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama14 dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas15 yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila16 entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik17 daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut18 diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

19 Dapat Dipahami20 37. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat21 dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang22 disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna23 diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan24 operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari25 informasi yang dimaksud.

26 PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN27 KEUANGAN28 38. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai29 ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan30 standar akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan31 dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalamPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 131 memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip2 yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:3 (a) Basis akuntansi;4 (b) Prinsip nilai historis;5 (c) Prinsip realisasi;6 (d) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;7 (e) Prinsip periodisitas;8 (f) Prinsip konsistensi;9 (g) Prinsip pengungkapan lengkap; dan10 (h) Prinsip penyajian wajar.

11 Basis Akuntansi12 39. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan13 pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan14 pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk15 pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.16 40. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa

Page 182: pp 71 word

17 pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum18 Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas19 dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/ Daerah atau entitas pelaporan.20 Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan21 anggaran baik lebih ataupun kurang untuk setiap periode tergantung pada selisih22 realisasi penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai23 seperti bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang dan jasa disajikan pada24 Laporan Realisasi Anggaran.25 41. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan26 ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat27 kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa28 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.29 42. Entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Kinerja Keuangan30 sebagaimana dimaksud pada paragraf 26 menyelenggarakan akuntansi dan31 penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual,32 baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, maupun dalam33 pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun demikian, penyajian34 Laporan Realisasi Anggaran tetap berdasarkan basis kas.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 14

Nilai Historis (Historical 1 Cost)2 43. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar3 atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset4 tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara5 kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang6 akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.7 44. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain8 karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai9 historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

10 Realisasi (Realization)11 45. Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah12 diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan13 digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.14 46. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against15 revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan16 sebagaimana dipraktikkan dalam akuntansi komersial.

17 Substansi Mengungguli Bentuk Formal18 (Substance Over Form)19 47. Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi20 serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain21 tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas22 ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi23 atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka

Page 183: pp 71 word

24 hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan25 Keuangan.

26 Periodisitas (Periodicity)27 48. Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan28 perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat29 diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama30 yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan31 semesteran juga dianjurkan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 15

Konsistensi (Consistency1 )2 49. Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang3 serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi4 internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu5 metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai6 dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu7 memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas8 perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan9 Keuangan.

10 Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)11 50. Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang12 dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan13 keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan14 atau Catatan atas Laporan Keuangan.

15 Penyajian Wajar (Fair Presentation)16 51. Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi17 Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.18 52. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan19 diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.20 Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta21 tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan22 laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada23 saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau24 pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu25 rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak26 memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja27 menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja28 mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan29 keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 16

1 KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN

Page 184: pp 71 word

2 ANDAL3 53. Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap4 keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam5 mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal6 akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal7 yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan8 pemerintah, yaitu:9 (a) Materialitas;10 (b) Pertimbangan biaya dan manfaat;11 (c) Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.

12 Materialitas13 54. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan14 pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria15 materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk16 mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat17 mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan18 keuangan.

19 Pertimbangan Biaya dan Manfaat20 55. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya21 penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya22 menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya23 penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan24 proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh25 pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati26 oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya27 penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya28 yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.

29 Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif30 56. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk31 mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatifPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 171 yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif2 antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan3 keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif4 tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.

5 UNSUR LAPORAN KEUANGAN6 Laporan Realisasi Anggaran7 57. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,8 dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah9 pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan10 realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Page 185: pp 71 word

11 58. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi12 Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing13masing unsur didefinisikan sebagai berikut :14 (a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum15 Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya16 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang17 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar18 kembali oleh pemerintah.19 (b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai20 penambah nilai kekayaan bersih.21 (c) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum22 Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar23 dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh24 pembayarannya kembali oleh pemerintah.25 (d) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai26 pengurang nilai kekayaan bersih.27 (e) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan28 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana29 bagi hasil.30 (f) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar31 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun32 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang33 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup34 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 181 (g) Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil2 divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk3 pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas4 lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

5 Neraca6 59. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan7 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.8 60. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan9 ekuitas dana. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :10 (a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh11 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat12 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik13 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan14 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk15 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang16 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.17 (b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang18 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

Page 186: pp 71 word

19 pemerintah.20 (c) Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih21 antara aset dan kewajiban pemerintah.

22 Aset23 61. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah24 potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun25 tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan26 atau penghematan belanja bagi pemerintah.27 62. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu28 aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat29 direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)30 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria31 tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.32 63. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,33 piutang, dan persediaan.34 64. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan35 aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk36 kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar37 diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,38 dan aset lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 191 65. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan2 dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam3 jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi4 investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain5 investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek6 pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara7 lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.8 66. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan9 bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam10 pengerjaan.11 67. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.12 Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama13 (kemitraan).

14 Kewajiban15 68. Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah16 mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan17 pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.18 69. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan19 tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks20 pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber21 pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah22 lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena

Page 187: pp 71 word

23 perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi24 jasa lainnya.25 70. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai26 konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.27 71. Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan28 kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok29 kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah30 tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang31 penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

32 Ekuitas Dana33 72. Ekuitas Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:34 (a) Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban35 jangka pendek.36 (b) Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam37 dalam aset nonlancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban38 jangka panjang.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 201 (c) Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang2 dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai3 peraturan perundang-undangan.

4 Laporan Arus Kas5 73. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan6 aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi7 non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan8 saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.9 74. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari10 penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai11 berikut:12 (a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara13 Umum Negara/Daerah.14 (b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara15 Umum Negara/Daerah.

16 Catatan atas Laporan Keuangan17 75. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau18 rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan19 Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi20 tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan21 informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam22 Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan23 untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas24 Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:25 (a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,26 pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala

Page 188: pp 71 word

27 dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;28 (b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;29 (c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan30 kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi31transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;32 (d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi33 Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka (on the face)34 laporan keuangan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 211 (e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul2 sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja3 dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan4 (f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang5 wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan6 keuangan.

7 Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan8 Perubahan Ekuitas9 76. Laporan Kinerja Keuangan adalah laporan realisasi pendapatan10 dan belanja yang disusun berdasarkan basis akrual. Dalam laporan dimaksud,11 perlu disajikan informasi mengenai pendapatan operasional, belanja berdasarkan12 klasifikasi fungsional dan ekonomi, dan surplus atau defisit.13 77. Laporan lainnya yang diperkenankan adalah Laporan Perubahan14 Ekuitas, yakni laporan yang menunjukkan kenaikan atau penurunan ekuitas15 tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

16 PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN17 78. Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan18 terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan19 akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset,20 kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana21 akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.22 Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan23 keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.24 79. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau25 peristiwa untuk diakui yaitu:26 (a) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan27 kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke28 dalam entitas pelaporan yang bersangkutan;29 (b) kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat30 diukur atau dapat diestimasi dengan andal.31 80. Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi32 kriteria pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 189: pp 71 word

LAMPIRAN II.01 KK - 22

Kemungkinan Besar Manfaat Ekonomi 1 Masa2 Depan Terjadi3 81. Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan4 besar manfaat ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat5 kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan6 pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir dari atau ke entitas7 pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan8 operasional pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus9 manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh10 pada saat penyusunan laporan keuangan.

11 Keandalan Pengukuran12 82. Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang13 akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun14 ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila15 pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan,16 maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas17 Laporan Keuangan.18 83. Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi19 apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi20 peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.

21 Pengakuan Aset22 84. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan23 diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur24 dengan andal.25 85. Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain26 bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi,27 pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan setoran lain-lain,28 serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan29 setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak30 atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah31 untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih32 rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai33 penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jikaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.01 KK - 231 pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin2 diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.

3 Pengakuan Kewajiban4 86. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran5 sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan6 kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut7 mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.

Page 190: pp 71 word

8 87. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada9 saat kewajiban timbul.

10 Pengakuan Pendapatan11 88. Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat diterima di12 Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Pendapatan13 menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut.

14 Pengakuan Belanja15 89. Belanja menurut basis kas diakui pada saat terjadinya16 pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.17 Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada18 saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang19 mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja menurut basis akrual diakui pada20 saat timbulnya kewajiban atau pada saat diperoleh manfaat.

21 PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN22 90. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui23 dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos24 dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat25 sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan26 yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai27 nominal.28 91. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang29 rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih30 dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 – (i)LAMPIRAN II.02PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 01

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------- 1-7Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 1Ruang Lingkup --------------------------------------------------------------- 2-4Basis Akuntansi -------------------------------------------------------------- 5-7DEFINISI ------------------------------------------------------------------------------ 8TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ---------------------------------------------- 9-12

Page 191: pp 71 word

TANGGUNGJAWAB PELAPORAN KEUANGAN -------------------------- 13KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ---------------------- 14-21STRUKTUR DAN ISI -------------------------------------------------------------- 22-108Pendahuluan ------------------------------------------------------------------ 22-23Identifikasi Laporan Keuangan --------------------------------------- 24-28Periode Pelaporan------------------------------------------------------- 29-30Tepat Waktu -------------------------------------------------------------- 31Laporan Realisasi Anggaran ---------------------------------------------- 32-37Neraca -------------------------------------------------------------------------- 38-81Neraca ---------------------------------------------------------------------- 38Klasifikasi ------------------------------------------------------------------ 39-47Aset Lancar --------------------------------------------------------------- 48-49Aset Nonlancar ----------------------------------------------------------- 50-60Pengakuan Aset --------------------------------------------------------- 61-62Pengukuran Aset -------------------------------------------------------- 63-68Kewajiban Jangka Pendek -------------------------------------------- 69-71Kewajiban Jangka Panjang ------------------------------------------- 72-74Pengakuan Kewajiban -------------------------------------------------- 75-76Pengukuran Kewajiban ------------------------------------------------- 77Ekuitas Dana ------------------------------------------------------------- 78-81Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalamCatatan atas Laporan Keuangan ------------------------------------- 82-84Laporan Arus Kas ----------------------------------------------------------- 85-87Laporan Kinerja Keuangan ------------------------------------------------ 88-94Laporan Perubahan Ekuitas ----------------------------------------------- 95-96Catatan atas Laporan Keuangan --------------------------------------- 97-106Struktur --------------------------------------------------------------------- 97-100Penyajian Kebijakan-Kebijakan Akuntansi ------------------------ 101-105Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya --------------------------- 106TANGGAL EFEKTIF --------------------------------------------------------------- 107Lampiran:Ilustrasi Lampiran II.02 PSAP 01.A : Contoh Format Neraca Pemerintah PusatIlustrasi Lampiran II.02 PSAP 01.B : Contoh Format Neraca PemerintahProvinsi/Kabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 PERNYATAAN NO. 013 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN

Page 192: pp 71 word

9 Tujuan10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan11 keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam12 rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap13 anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan14 umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan15 bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut,16 standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan17 keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi18 laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas19 untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis20 akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan,21 pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa22peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.

23 Ruang Lingkup24 2. Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan25 disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja,26 transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos27 aset, kewajiban, dan ekuitas dana.’28 3. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang29 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan30 pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas, fihak31 yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman,32 serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan33 terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen34 publik lainnya seperti laporan tahunanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 21 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan2 dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat,3 pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk4 perusahaan negara/daerah.

5 Basis Akuntansi6 5. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan7 pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer,8 dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan9 ekuitas dana.10 6. Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan11 akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya12 basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan13 pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.14 7. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan15 menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual tetap16 menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas.

Page 193: pp 71 word

17 DEFINISI18 8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan19 Standar dengan pengertian:20 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan21 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan22 pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut23 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.24 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana25 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan26 Perwakilan Rakyat Daerah.27 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana28 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan29 Perwakilan Rakyat.30 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan31 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk32 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.33 Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada34 Bendahara Umum Negara/Daerah.35 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh36 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat37 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik38 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 31 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk2 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang3 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.4 Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan5 tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam6 menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya7 termasuk hak atas kekayaan intelektual.8 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari9 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau10 dimanfaatkan oleh masyarakat umum.11 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi12 dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa13 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.14 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan15 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.16 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum17 Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun18 anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali19 oleh pemerintah.20 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan21 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu

Page 194: pp 71 word

22 tahun anggaran.23 Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih24 antara aset dan kewajiban pemerintah.25 Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna26 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan27 menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.28 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih29 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan30 wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan31 keuangan.32 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat33 ekonomik seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial sehingga34 dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan35 kepada masyarakat36 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat37 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.38 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh39 Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan40 pengeluaran pemerintah daerah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 41 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh2 Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung3 seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.4 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi5konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu6 entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.7 Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai8 komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama9 dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.10 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang11 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi12 pemerintah13 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang14 merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan15 sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.16 Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di17 antara dua laporan keuangan tahunan.18 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.19 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam20 menyajikan laporan keuangan.21 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji22 suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna23 yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada24 hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari25 keadaan khusus di mana kekurangan atau salah saji terjadi.

Page 195: pp 71 word

26 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar fihak27 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.28 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan29 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi30 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Bendahara Umum31 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode32 otorisasi tersebut.33 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar34 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun35 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang36 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup37 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.38 Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah39 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang40 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar41 kembali oleh pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 51 Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan2 kapasitas dan manfaat dari suatu aset.3 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan4 yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,5 dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan6 dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.7 Piutang transfer adalah hak suatu entitas pelaporan untuk menerima8 pembayaran dari entitas pelaporan lain sebagai akibat peraturan9 perundang-undangan.10 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang11 negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum12 Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar13 seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.14 Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang15 daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung16 seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah17 pada bank yang ditetapkan.18 Selisih kurs adalah selisih yang timbul karena penjabaran mata uang asing19 ke rupiah pada kurs yang berbeda.20 Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap21 dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang22 signifikan.23 Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih24 lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD25 selama satu periode pelaporan.26 Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja27 selama satu periode pelaporan.28 Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode

Page 196: pp 71 word

29 pelaporan.30 Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan31 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana32 bagi hasil.33 Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan34 pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang35undangan.

36 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN37 9. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai38 posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas39 pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi40 mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuanganPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 61 suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat2 dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,3 tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang4 berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas5 entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:6 a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,7 dan ekuitas dana pemerintah;8 b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,9 kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;10 c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber11 daya ekonomi;12 d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;13 e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai14 aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;15 f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai16 penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;17 g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan18 entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.19 10. Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan20 prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi21 besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan,22 sumberdaya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan23 ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi24 pengguna mengenai:25 a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan26 anggaran; dan27 b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan28 ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.29 11. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan30 menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:31 a. aset;

Page 197: pp 71 word

32 b. kewajiban;33 c. ekuitas dana;34 d. pendapatan;35 e. belanja;36 f. transfer;37 g. pembiayaan; dan38 h. arus kas.39 12. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk40 memenuhi tujuan sebagaimana terdapat dalam paragraf 9, namun tidak dapatPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 71 sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan2 nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk3 memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas4 pelaporan selama satu periode.

5 TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN6 13. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan7 berada pada pimpinan entitas.

8 KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN9 14. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan10 keuangan pokok adalah:11 a) Laporan Realisasi Anggaran;12 b) Neraca;13 c) Laporan Arus Kas; dan14 d) Catatan atas Laporan Keuangan.15 15. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan16 oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya17 disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.18 16. Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang19 ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa20 bendaharawan umum negara/daerah.21 17. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya22 ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus23 sumber daya ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan24 pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan25 dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa mendatang.26 18. Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran dalam27 bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan menyediakan28 informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan29 sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran30 memuat anggaran dan realisasi.31 19. Entitas pelaporan menyajikan informasi tambahan untuk32 membantu para pengguna dalam memperkirakan kinerja keuangan entitas dan33 pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan dan evaluasi keputusan34 mengenai alokasi sumber daya ekonomi. Informasi tambahan ini termasuk

Page 198: pp 71 word

35 rincian mengenai output entitas dan outcomes dalam bentuk indikator kinerja36 keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain37 mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 81 20. Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas2 pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual3 dan Laporan Perubahan Ekuitas.4 21. Entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang ketaatan5 terhadap anggaran.

6 STRUKTUR DAN ISI7 Pendahuluan8 22. Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan9 tertentu pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan10 pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau11 dalam Catatan atas Laporan Keuangan, dan merekomendasikan format sebagai12 lampiran standar ini yang dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai13 dengan situasi masing-masing.14 23. Pernyataan Standar ini menggunakan istilah pengungkapan15 dalam arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan dalam setiap16 lembar muka laporan keuangan maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan.17 Pengungkapan yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi18 Pemerintahan lainnya disajikan sesuai dengan ketentuan dalam standar tersebut.19 Kecuali ada standar yang mengatur sebaliknya, pengungkapan yang demikian20 dibuat pada lembar muka laporan keuangan yang relevan atau dalam Catatan21 atas Laporan Keuangan.

22 Identifikasi Laporan Keuangan23 24. Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas24 dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama.25 25. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan hanya berlaku26 untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain yang disajikan27 dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu,28 penting bagi pengguna untuk dapat membedakan informasi yang disajikan29 menurut Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi lain, namun bukan30 merupakan subyek yang diatur dalam Pernyataan Standar ini.31 26. Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara32 jelas. Di samping itu, informasi berikut harus dikemukakan secara jelas dan33 diulang pada setiap halaman laporan bilamana perlu untuk memperoleh34 pemahaman yang memadai atas informasi yang disajikan:35 a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;36 b) cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal atau konsolidasian37 dari beberapa entitas pelaporan;38 c) tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, yang39 sesuai dengan komponen-komponen laporan keuangan;

Page 199: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 91 d) mata uang pelaporan; dan2 e) tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka pada3 laporan keuangan.4 27. Persyaratan dalam paragraf 26 dapat dipenuhi dengan penyajian5 judul dan judul kolom yang singkat pada setiap halaman laporan keuangan.6 Berbagai pertimbangan digunakan untuk pengaturan tentang penomoran7 halaman, referensi, dan susunan lampiran sehingga dapat mempermudah8 pengguna dalam memahami laporan keuangan.9 28. Laporan keuangan seringkali lebih mudah dimengerti bilamana10 informasi disajikan dalam ribuan atau jutaan rupiah. Penyajian demikian ini dapat11 diterima sepanjang tingkat ketepatan dalam penyajian angka-angka12 diungkapkan dan informasi yang relevan tidak hilang.

13 Periode Pelaporan14 29. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali15 dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas16 berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode17 yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan18 mengungkapkan informasi berikut:19 a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,20 b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti21 arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.22 30. Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus mengubah23 tanggal pelaporannya, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun24 anggaran. Pengungkapan atas perubahan tanggal pelaporan adalah penting25 agar pengguna menyadari kalau jumlah-jumlah yang disajikan untuk periode26 sekarang dan jumlah-jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh27 selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual,28 suatu entitas pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi29 yang berada dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan30 keuangan konsolidasian.31

32 Tepat Waktu33 31. Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak34 tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan.35 Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan36 bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat37 waktu. Batas waktu penyampaian laporan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan38 setelah berakhirnya tahun anggaran.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 10

1 Laporan Realisasi Anggaran

Page 200: pp 71 word

2 32. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan3 keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap4 APBN/APBD.5 33. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi6 dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah7 pusat/daerah dalam satu periode pelaporan8 34. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya9 unsur-unsur sebagai berikut:10 a) pendapatan;11 b) belanja;12 c) transfer;13 d) surplus/defisit;14 e) pembiayaan;15 f) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.16 35. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan17 antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.18 36. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan19 atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang20 mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,21 sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan22 realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang23 dianggap perlu untuk dijelaskan.24 37. PSAP No. 02 mengatur persyaratan-persyaratan untuk penyajian25 Laporan Realisasi Anggaran dan pengungkapan informasi terkait.

26 Neraca27 38. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan28 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.29 Klasifikasi30 39. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam31 aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi32 kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.33 40. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan34 kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima35 atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan36 dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam37 waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.38 41. Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang39 yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanyaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 111 klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca untuk2 memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan dalam3 periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka4 panjang.5 42. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban

Page 201: pp 71 word

6 keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas7 pelaporan. Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan8 kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk mengetahui9 apakah aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar dan kewajiban10 diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.11 43. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut:12 a) kas dan setara kas;13 b) investasi jangka pendek;14 c) piutang pajak dan bukan pajak;15 d) persediaan;16 e) investasi jangka panjang;17 f) aset tetap;18 g) kewajiban jangka pendek;19 h) kewajiban jangka panjang;20 i) ekuitas dana.21 44. Pos-pos selain yang disebutkan pada paragraf 43 disajikan22 dalam Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika23 penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan24 suatu entitas pelaporan.25 45. Contoh format Neraca disajikan dalam Lampiran III.A dan III.B26 Standar ini. Lampiran hanya merupakan ilustrasi dan bukan merupakan bagian27 dari standar. Tujuan lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan standar28 untuk membantu dalam pelaporan keuangan.29 46. Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah30 didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:31 a) Sifat, likuiditas, dan materialitas aset;32 b) Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan;33 c) Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.34 47. Aset dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan fungsi kadang35kadang diukur dengan dasar pengukuran yang berbeda. Sebagai contoh,36 sekelompok aset tetap tertentu dicatat atas dasar biaya perolehan dan kelompok37 lainnya dicatat atas dasar nilai wajar yang diestimasikan.38 Aset Lancar39 48. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 121 a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk2 dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau3 b) berupa kas dan setara kas.4 Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan5 sebagai aset nonlancar.6 49. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,7 piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito8 berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah9 diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda,

Page 202: pp 71 word

10 penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan11 diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.12 Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk13 digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis14 pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti15 komponen bekas.16 Aset Nonlancar17 50. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang18 dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak19 langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat20 umum.21 51. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka22 panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya untuk mempermudah23 pemahaman atas pos-pos aset nonlancar yang disajikan di neraca.24 52. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan25 untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka26 panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen.27 53. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang28 dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.29 54. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang30 dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.31 55. Investasi nonpermanen terdiri dari:32 a) Pembelian Surat Utang Negara;33 b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan34 kepada fihak ketiga; dan35 c) Investasi nonpermanen lainnya36 56. Investasi permanen terdiri dari:37 a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/perusahaan38 daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan39 internasional dan badan hukum lainnya bukan milik negara.40 b) Investasi permanen lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 131 57. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa2 manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan3 pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.4 58. Aset tetap terdiri dari:5 a) Tanah;6 b) Peralatan dan mesin;7 c) Gedung dan bangunan;8 d) Jalan, irigasi, dan jaringan;9 e) Aset tetap lainnya; dan10 f) Konstruksi dalam pengerjaan.11 59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk12 menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak

Page 203: pp 71 word

13 dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut14 tujuan pembentukannya.15 60. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.16 Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan17 angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan aset18 kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan).19 Pengakuan Aset20 61. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan21 diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat22 diukur dengan andal.23 62. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau24 kepenguasaannya berpindah.25 Pengukuran Aset26 63. Pengukuran aset adalah sebagai berikut:27 a) Kas dicatat sebesar nilai nominal;28 b) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;29 c) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;30 d) Persediaan dicatat sebesar:31 (1) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;32 (2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;33 (3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti34 donasi/rampasan.35 64. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan36 termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh37 kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 141 65. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian2 aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan3 maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.4 66. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset5 tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.6 67. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola7 meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak8 langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga9 listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan10 pembangunan aset tetap tersebut.11 68. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan12 dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing13 menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.14 Kewajiban Jangka Pendek15 69. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka16 pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah17 tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai18 kewajiban jangka panjang.

Page 204: pp 71 word

19 70. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang20 sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang21 transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang22 akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.23 71. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh24 tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya25 bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak26 ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.27 Kewajiban Jangka Panjang28 72. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban29 jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk30 diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan31 jika:32 a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)33 bulan;34 b) entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut35 atas dasar jangka panjang; dan36 c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan37 kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali terhadap38 pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.39 Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek40 sesuai dengan paragraf ini, bersama-sama dengan informasi yangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 151 mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan2 Keuangan.3 73. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun4 berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau5 digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan6 tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian7 dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang8 dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di9 mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam10 kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini11 tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan12 sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan13 kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi14 kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.15 74. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu16 (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban17 jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait18 dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,19 kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:20 a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai21 konsekuensi adanya pelanggaran, dan

Page 205: pp 71 word

22 b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas)23 bulan setelah tanggal pelaporan.24 Pengakuan Kewajiban25 75. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran26 sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk27 menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas28 kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur29 dengan andal.30 76. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau31 pada saat kewajiban timbul.32 Pengukuran Kewajiban33 77. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam34 mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.35 Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada36 tanggal neraca.37 Ekuitas Dana38 78. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan secara terpisah39 dalam Neraca atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 161 a) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran /saldo2 anggaran lebih;3 b) Ekuitas Dana Investasi;4 c) Ekuitas Dana Cadangan.5 79. Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan6 kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan7 anggaran, cadangan piutang, cadangan persediaan, dan dana yang harus8 disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.9 80. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang10 tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi11 dengan kewajiban jangka panjang.12 81. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang13 dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang14undangan.15 Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam Catatan atas16 Laporan Keuangan17 82. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam Neraca18 maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan subklasifikasi pos-pos19 yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan operasi20 entitas yang bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut,21 bilamana perlu, sesuai dengan sifatnya.22 83. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di23 Catatan atas Laporan Keuangan tergantung pada persyaratan dari Standar24 Akuntansi Pemerintahan dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan. Faktor25faktor yang disebutkan dalam paragraf 84 dapat digunakan dalam menentukan

Page 206: pp 71 word

26 dasar bagi subklasifikasi.27 84. Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya:28 (a) piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak29 terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut30 sumbernya;31 (b) persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur32 akuntansi untuk persediaan;33 (c) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar34 yang mengatur tentang aset tetap;35 (d) utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya;36 (e) dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya;37 (f) komponen ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar,38 ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 171 (g) pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan2 negara/daerah/lainnya adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat3 pengendalian dan metode penilaian.

4 Laporan Arus Kas5 85. Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber,6 penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,7 dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.8 86. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan9 aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan10 nonanggaran.11 87. Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang12 berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi13 Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.

14 Laporan Kinerja Keuangan15 88. Suatu entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis16 akrual sebagaimana dimaksud pada paragraf 20 maka laporan keuangan17 pokok dilengkapi dengan Laporan Kinerja Keuangan. Laporan Kinerja18 Keuangan sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos sebagai berikut:19 a) Pendapatan dari kegiatan operasional;20 b) Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi;21 c) Surplus atau defisit.22 Penambahan pos-pos, judul dan subtotal disajikan dalam Laporan Kinerja23 Keuangan jika standar ini mensyaratkannya, atau jika diperlukan untuk24 menyajikan dengan wajar kinerja keuangan suatu entitas pelaporan.25 89. Dalam hubungannya dengan Laporan Kinerja Keuangan, kegiatan26 operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis menurut klasifikasi ekonomi27 atau klasifikasi fungsi/program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.28 90. Penambahan pos-pos pada Laporan Kinerja Keuangan dan29 deskripsi yang digunakan serta susunan pos-pos dapat diubah apabila30 diperlukan untuk menjelaskan kinerja. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

Page 207: pp 71 word

31 meliputi materialitas dan sifat serta fungsi komponen pendapatan dan beban.32 91. Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang dianalisis menurut suatu33 klasifikasi beban, beban-beban dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi34 (sebagai contoh beban penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor, beban35 transportasi, dan beban gaji dan tunjangan pegawai), dan tidak direalokasikan36 pada berbagai fungsi dalam suatu entitas pelaporan. Metode ini sederhana untuk37 diaplikasikan dalam kebanyakan entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi38 beban operasional pada berbagai fungsi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 181 92. Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang dianalisis menurut2 klasifikasi fungsi, beban-beban dikelompokkan menurut program atau yang3 dimaksudkannya. Penyajian laporan ini memberikan informasi yang lebih relevan4 bagi pemakai dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi ekonomi, walau5 dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-fungsi adakalanya bersifat arbitrer6 dan atas dasar pertimbangan tertentu.7 93. Entitas pelaporan yang mengelompokkan beban menurut8 klasifikasi fungsi mengungkapkan pula tambahan informasi beban menurut9 klasifikasi ekonomi, a.l. meliputi beban penyusutan/amortisasi, beban gaji dan10 tunjangan pegawai, dan beban bunga pinjaman.11 94. Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi12 tergantung pada faktor historis dan peraturan perundang-undangan, serta hakikat13 organisasi. Kedua metode ini dapat memberikan indikasi beban yang mungkin,14 baik langsung maupun tidak langsung, berbeda dengan output entitas pelaporan15 bersangkutan. Karena penerapan masing-masing metode pada entitas yang16 berbeda mempunyai kelebihan tersendiri, maka standar ini memperbolehkan17 entitas pelaporan memilih salah satu metode yang dipandang dapat menyajikan18 unsur kinerja secara layak.

19 Laporan Perubahan Ekuitas20 95. Suatu entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Perubahan21 Ekuitas sebagaimana dimaksud pada paragraf 20 maka menyajikan22 sekurang-kurangnya pos-pos:23 a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran;24 b) Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti25 diisyaratkan dalam standar-standar lainnya, yang diakui secara26 langsung dalam ekuitas;27 c) Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi28 kesalahan yang mendasar diatur dalam suatu standar terpisah.29 96. Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan dalam30 lembar muka laporan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan :31 a) Saldo ekuitas pada awal periode dan pada tanggal pelaporan, serta32 perubahannya selama periode berjalan.33 b) Apabila komponen ekuitas diungkapkan secara terpisah, rekonsiliasi34 antara nilai tiap komponen ekuitas dana pada awal dan akhir periode35 mengungkapkan masing-masing perubahannya secara terpisah.

Page 208: pp 71 word

36 Catatan atas Laporan Keuangan37 Struktur38 97. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan39 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atasPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 191 Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai2 berikut:3 a) informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,4 pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala5 dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;6 b) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;7 c) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan8kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi9transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;10 d) pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar11 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka12 laporan keuangan;13 e) pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang14 timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan15 dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;16 f) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,17 yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.18 g) daftar dan skedul.19 98. Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis.20 Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus21 Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam22 Catatan atas Laporan Keuangan.23 99. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau24 daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam25 Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk26 pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi27 yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan28 serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk29 penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi30 dan komitmen-komitmen lainnya.31 100. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah32 susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan Keuangan.33 Misalnya informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan34 dengan informasi jatuh tempo surat-surat berharga.35 Penyajian Kebijakan-kebijakan Akuntansi36 101. Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan37 Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:38 (a) basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan39 keuangan;

Page 209: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 201 (b) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan2 dengan ketentuan-ketentuan masa transisi Standar Akuntansi3 Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan4 (c) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami5 laporan keuangan.6 102. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis7 pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan8 keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam9 penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup10 memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan11 basis pengukuran tersebut.12 103. Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu13 diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan14 tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang15 tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu16 dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal17 sebagai berikut:18 (a) Pengakuan pendapatan;19 (b) Pengakuan belanja;20 (c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;21 (d) Investasi;22 (e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak23 berwujud;24 (f) Kontrak-kontrak konstruksi;25 (g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;26 (h) Kemitraan dengan fihak ketiga;27 (i) Biaya penelitian dan pengembangan;28 (j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;29 (k) Dana cadangan;30 (l) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.31 104. Setiap entitas pelaporan perlu mempertimbangkan sifat kegiatan32kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas33 Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan34 pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib (nonreciprocal35 revenue), penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi terhadap selisih36 kurs.37 105. Kebijakan akuntansi bisa menjadi signifikan walaupun nilai pos38pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain39 itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang40 tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 211 Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya

Page 210: pp 71 word

2 106. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini3 apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan4 keuangan, yaitu:5 i. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana6 entitas tersebut beroperasi;7 ii. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;8 iii. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan9 operasionalnya.

10 TANGGAL EFEKTIF11 107. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat12 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban13 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

No. 20X1 20X01 ASET2 ASET LANCAR3 Kas di Bank Indonesia xxx xxx4 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx8 Piutang Pajak xxx xxx9 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx16 Piutang Lainnya xxx xxx17 Persediaan xxx xxx18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx19 INVESTASI JANGKA PANJANG20 Investasi Nonpermanen21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx23 Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx24 Dana Bergulir xxx xxx25 Investasi dalam Obligasi xxx xxxUraianContoh Format Neraca Pemerintah Pusat

NERACAPEMERINTAH PUSATPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0(Dalam Rupiah)Lampiran IIPeraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010Ilustrasi PSAP 01.A26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx28 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 27) xxx xxx29 Investasi Permanen30 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx34 ASET TETAP35 Tanah xxx xxx36 Peralatan dan Mesin xxx xxx37 Gedung dan Bangunan xxx xxx38 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx39 Aset Tetap Lainnya xxx xxx40 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx

Page 211: pp 71 word

41 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)42 Jumlah Aset Tetap (35 s/d 41) xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

No. Uraian 20X1 20X0

NERACAPEMERINTAH PUSATPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0(Dalam Rupiah)43 ASET LAINNYA44 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx45 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx46 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx47 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx48 Aset Tak Berwujud xxx xxx49 Aset Lain-Lain xxx xxx50 Jumlah Aset Lainnya (44 s/d 49) xxx xxx51 JUMLAH ASET (18+33+42+50) xxxx xxxx5253 KEWAJIBAN54 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK55 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx56 Utang Bunga xxx xxx57 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx58 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx59 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (55 s/d 58) xxx xxx60 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG61 Utang Luar Negeri xxx xxx62 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx63 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx64 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx65 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (61 s/d 64) xxx xxx66 JUMLAH KEWAJIBAN (59+65) xxx xxx6768 EKUITAS DANA69 EKUITAS DANA LANCAR70 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx71 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx72 Cadangan Piutang xxx xxx73 Cadangan Persediaan xxx xxx74 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)75 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (70 s/d 74) xxx xxx76 EKUITAS DANA INVESTASI77 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx78 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx79 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx80 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang JangkaP j(xxx) (xxx)81 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (77 s/d 80) xxx xxx82 JUMLAH EKUITAS DANA (75+81) xxx xxx83 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (66+82) xxxx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

(Dalam Rupiah)No. 20X1 20X01 ASET2 ASET LANCAR3 Kas di Kas Daerah xxx xxx4 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx5 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx6 Investasi Jangka Pendek xxx xxx7 Piutang Pajak xxx xxx8 Piutang Retribusi xxx xxx9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx

Page 212: pp 71 word

15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx16 Piutang Lainnya xxx xxx17 Persediaan xxx xxx18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx19 INVESTASI JANGKA PANJANG20 Investasi Nonpermanen21 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx22 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx23 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx24 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx25 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxxContoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/KotaUraian

NERACAPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0Lampiran IIPeraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010Ilustrasi PSAP 01.B26 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx27 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26) xxx xxx28 Investasi Permanen29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx30 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx31 Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30) xxx xxx32 Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31) xxx xxx33 ASET TETAP34 Tanah xxx xxx35 Peralatan dan Mesin xxx xxx36 Gedung dan Bangunan xxx xxx37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx38 Aset Tetap Lainnya xxx xxx39 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx40 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) xxx xxx42 DANA CADANGAN43 Dana Cadangan xxx xxx44 Jumlah Dana Cadangan (43) xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

(Dalam Rupiah)No. Uraian 20X1 20X0PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X045 ASET LAINNYA46 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx47 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx48 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx50 Aset Tak Berwujud xxx xxx51 Aset Lain-Lain xxx xxx52 Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51) xxx xxx53 JUMLAH ASET (18+32+41+44+52) xxxx xxxx5455 KEWAJIBAN56 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK57 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx58 Utang Bunga xxx xxx59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx60 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank xxx xxx63 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx65 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx66 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (57 s/d 65) xxx xxx67 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG68 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx69 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

Page 213: pp 71 word

71 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank xxx xxx72 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx73 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx74 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 73) xxx xxx75 JUMLAH KEWAJIBAN (66+74) xxx xxx76 EKUITAS DANA77 EKUITAS DANA LANCAR78 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx79 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx80 Cadangan Piutang xxx xxx81 Cadangan Persediaan xxx xxx82 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (xxx) (xxx)83 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (78 s/d 82) xxx xxx84 EKUITAS DANA INVESTASI85 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx86 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx87 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx88 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (xxx) (xxx)89 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (85 s/d 88) xxx xxx90 EKUITAS DANA CADANGAN91 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx92 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (91) xxx xxx93 JUMLAH EKUITAS DANA (83+89+92) xxx xxx94JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (75+93)xxxx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 – (i)LAMPIRAN II.03PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 20102005TANGGAL 22 OKTOBER 201005

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 02

LAPORAN REALISASI ANGGARANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-5Tujuan ---------------------------------------------------------------------------------- 1-2Ruang Lingkup ----------------------------------------------------------------------- 3-5MANFAAT INFORMASI REALISASI ANGGARAN ---------------------------- 6-7DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------- I8STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN ---------------------------- 9-10PERIODE PELAPORAN --------------------------------------------------------------- 11TEPAT WAKTU -------------------------------------------------------------------------- 12ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN ----------------------------------------- 13-16INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORANREALISASI ANGGARAN ATAU DALAM CATATAN ATASLAPORAN KEUANGAN -------------------------------------------------------------- 17-18AKUNTANSI ANGGARAN ------------------------------------------------------------ 19-21

Page 214: pp 71 word

AKUNTANSI PENDAPATAN -------------------------------------------------------- 22-30AKUNTANSI BELANJA --------------------------------------------------------------- 31-46AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT --------------------------------------------------- 47-49AKUNTANSI PEMBIAYAAN --------------------------------------------------------- 50AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN ------------------------------------ 51-54AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN --------------------------------- 55-57AKUNTANSI PEMBIAYAAN NETO ------------------------------------------------ 58-59AKUNTANSI SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN ANGGARAN ------- 60-61TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING ------------------------------------- 62TRANSAKSI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAANBERBENTUK BARANG DAN JASA ----------------------------------------------- 63TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 64Lampiran:Ilustrasi Lampiran II.03 PSAP 02.A : Contoh Format Laporan RealisasiAnggaran Pemerintah PusatPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 – (iii)Ilustrasi Lampiran II.03 PSAP 02.B : Contoh Format Laporan RealisasiAnggaran Pemerintah ProvinsiIlustrasi Lampiran II.03 PSAP 02.C : Contoh Format Laporan RealisasiAnggaran Pemerintah Kabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 PERNYATAAN NO. 023 LAPORAN REALISASI ANGGARAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan

8 PENDAHULUAN9 Tujuan10 1. Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan11 dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam12 rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan13 perundang-undangan.14 2. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan15 informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding.16 Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat17 ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif18 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 215: pp 71 word

19 Ruang Lingkup20 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan21 Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan dengan menggunakan22 akuntansi berbasis kas.23 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas24 pelaporan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang25 memperoleh anggaran berdasarkan APBN/APBD, tidak termasuk26 perusahaan negara/daerah .27 5. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan28 menyajikan laporan keuangan berbasis akrual, tetap menyusun Laporan29 Realisasi Anggaran yang berbasis kas.

30 MANFAAT INFORMASI REALISASI ANGGARAN31 6. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai32 realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dariPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 21 suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan2 anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam3 mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,4 akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:5 (a) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan6 sumber daya ekonomi;7 (b) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh8 yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi9 dan efektivitas penggunaan anggaran.10 7. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna11 dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai12 kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara13 menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat14 menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi15 perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:16 (a) telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;17 (b) telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan18 (c) telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

19 DEFINISI20 8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam21 Pernyataan Standar dengan pengertian:22 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan23 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan24 pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut25 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.26 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana27 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan28 Perwakilan Rakyat Daerah.

Page 216: pp 71 word

29 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana30 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan31 Perwakilan Rakyat.32 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan33 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk34 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.35 Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan36 secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit37 organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan pengeluaran setelah38 dilakukan kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.39 Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 31 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.2 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum3 Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun4 anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali5 oleh pemerintah.6 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan7 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dibebankan dalam8 satu tahun anggaran.9 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih10 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan11 wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan12 keuangan.13 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh14 Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan15 pengeluaran Pemerintah Daerah.16 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh17 Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung18 seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Pusat.19 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi20konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu21 entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.22 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.23 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan24 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi25 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Rekening Kas Umum26 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode27 otorisasi tersebut.28 Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah29 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang30 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar31 kembali oleh pemerintah.32 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar33 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

Page 217: pp 71 word

34 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang35 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup36 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.37 Perusahaan daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian38 modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 41 Perusahaan negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian2 modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.3 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang4 negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum5 Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar6 seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.7 Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang8 daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung9 seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah10 pada bank yang ditetapkan.11 Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja12 selama satu periode pelaporan.13 Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan14 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana15 bagi hasil.

16 STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN17 9. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi18 pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang19 masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.20 10. Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan21 secara jelas, dan diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu,22 informasi berikut:23 (a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;24 (b) cakupan entitas pelaporan;25 (c) periode yang dicakup;26 (d) mata uang pelaporan; dan27 (e) satuan angka yang digunakan.

28 PERIODE PELAPORAN29 11. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya30 sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas31 berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu32 periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas33 mengungkapkan informasi sebagai berikut:34 (a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;35 (b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi36 Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 218: pp 71 word

LAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 5

1 TEPAT WAKTU2 12. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika laporan3 tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas4 operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan5 entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas6 pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 67 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

8 ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN9 13. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga10 menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan11 pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi12 Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit,13 dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan14 lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang15 mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,16 sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan17 realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang18 dianggap perlu untuk dijelaskan.19 14. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup20 pos-pos sebagai berikut:21 (a) Pendapatan22 (b) Belanja23 (c) Transfer24 (d) Surplus atau defisit25 (e) Penerimaan pembiayaan26 (f) Pengeluaran pembiayaan27 (g) Pembiayaan neto; dan28 (h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)29 15. Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan30 Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi31 Pemerintahan ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk32 menyajikan Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.33 16. Contoh format Laporan Realisasi Anggaran disajikan dalam34 lampiran IV.A-C standar ini. Lampiran merupakan ilustrasi dan bukan merupakan35 bagian dari standar. Tujuan lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan36 standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 6

1 INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN2 REALISASI ANGGARAN ATAU DALAM CATATAN3 ATAS LAPORAN KEUANGAN4 17. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut

Page 219: pp 71 word

5 jenis pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih6 lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.7 18. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut8 jenis belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanja9 menurut organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau di10 Catatan atas Laporan Keuangan. Klasifikasi belanja menurut fungsi11 disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

12 AKUNTANSI ANGGARAN13 19. Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan14 pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan15 pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.16 20. Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur17 anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.18 Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi19 alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang20 dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan21 terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.22 21. Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran23 disahkan dan anggaran dialokasikan.

24 AKUNTANSI PENDAPATAN25 22. Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas26 Umum Negara/Daerah.27 23. Pendapatan diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.28 24. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas29 pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah30 pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.31 25. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,32 yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah33 netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 71 26. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan2 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan3 layanan umum.4 27. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring)5 atas penerimaan pendapatan pada periode penerimaan maupun pada6 periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.7 28. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non8recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode9 penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada10 periode yang sama.11 29. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non12recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode13 sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada14 periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

Page 220: pp 71 word

15 30. Akuntansi pendapatan disusun untuk memenuhi kebutuhan16 pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan17 pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.

18 AKUNTANSI BELANJA19 31. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari20 Rekening Kas Umum Negara/Daerah.21 32. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran22 pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran23 tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.24 33. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan25 mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan26 layanan umum.27 34. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis28 belanja), organisasi, dan fungsi.29 35. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang30 didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi31 ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja32 modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi33 ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja34 barang , belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak35 terduga.36 36. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan37 sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek.38 Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga,39 subsidi, hibah, bantuan sosial.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 81 37. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset2 tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.3 Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung4 dan bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud.5 38. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk6 kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti7 penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga8 lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan9 pemerintah pusat/daerah.10 39. Contoh klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) adalah11 sebagai berikut:12 Belanja Operasi:13 - Belanja Pegawai xxx14 - Belanja Barang xxx15 - Bunga xxx16 - Subsidi xxx17 - Hibah xxx18 - Bantuan Sosial xxx

Page 221: pp 71 word

1920 Belanja Modal:21 - Belanja Aset Tetap xxx22 - Belanja Aset Lainnya xxx23 Belanja Lain-lain/Tak Terduga xxx24 40. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas25 pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan26 oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.27 41. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit28 organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi di29 lingkungan pemerintah pusat antara lain belanja per kementerian30 negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya. Klasifikasi belanja menurut31 organisasi di pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat Dewan32 Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah pemerintah33 provinsi/kabupaten /kota, dinas pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota, dan34 lembaga teknis daerah provinsi/kabupaten/kota.35 42. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada36 fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan37 kepada masyarakat.38 43. Contoh klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 91 Belanja :2 - Pelayanan Umum xxx3 - Pertahanan xxx4 - Ketertiban dan Keamanan xxx5 - Ekonomi xxx6 - Perlindungan Lingkungan Hidup xxx7 - Perumahan dan Permukiman xxx8 - Kesehatan xxx9 - Pariwisata dan Budaya xxx10 - Agama xxx11 - Pendidikan xxx12 - Perlindungan sosial xxx131415 44. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan16 klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.17 45. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali18 belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai19 pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode20 berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan21 lain-lain.22 46. Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan23 pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk24 keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara yang memungkinkan

Page 222: pp 71 word

25 pengukuran kegiatan belanja tersebut.

26 AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT27 47. Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja28 selama satu periode pelaporan.29 48. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja30 selama satu periode pelaporan.31 49. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama32 satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 10

1 AKUNTANSI PEMBIAYAAN2 50. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan3 pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau4 akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama5 dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.6 Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil7 divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk8 pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain,9 dan penyertaan modal oleh pemerintah.

10 AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN11 51. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening12 Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,13 penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah,14 penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan15 investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.16 52. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada17 Rekening Kas Umum Negara/Daerah.18 53. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan19 azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak20 mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)21 54. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang22 bersangkutan.

23 AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN24 55. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening25 Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,26 penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam27 periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.28 56. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari29 Rekening Kas Umum Negara/Daerah.30 57. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang31 bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di32 pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut33 dicatat sebagai pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

Page 223: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 11

1 AKUNTANSI PEMBIAYAAN NETO2 58. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan3 setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran4 tertentu.5 59. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran6 pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan7 Neto.

8 AKUNTANSI SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN9 ANGGARAN (SILPA/SIKPA)10 60. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih11 lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode12 pelaporan.13 61. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan14 pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos15 SiLPA/SiKPA.

16 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING17 62. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam18 mata uang rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut19 menurut kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

20 TRANSAKSI PENDAPATAN, BELANJA, DAN21 PEMBIAYAAN BERBENTUK BARANG DAN JASA22 63. Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam23 bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam Laporan Realisasi24 Anggaran dengan cara menaksir nilai barang dan jasa tersebut pada25 tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus26 diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan27 sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai28 bentuk dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh29 transaksi berwujud barang dan jasa adalah hibah dalam wujud barang,30 barang rampasan, dan jasa konsultansi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.03 PSAP 02 - 12

1 TANGGAL EFEKTIF2 64. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat3 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban4 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN PERPAJAKAN3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx

Page 224: pp 71 word

5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx7 Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx11 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10) xxx xxx xx xxx1213 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xx xxx1819 PENDAPATAN HIBAH20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx21 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20) xxx xxx xx xxx22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx2324 BELANJA25 BELANJA OPERASI26 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx27 Belanja Barang xxx xxx xx xxx28 Bunga xxx xxx xx xxx29 Subsidi xxx xxx xx xxx30 Hibah xxx xxx xx xxx31 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx32 Belanja Lain-lain xxx xxx xx xxx33 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) xxx xxx xx xxx3435 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx36 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx(%)(Dalam Rupiah)PEMERINTAH PUSATContoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah PusatLAPORAN REALISASI ANGGARANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0NO. URAIANAnggaran20X1Realisasi20X1 Realisasi 20X0LAMPIRAN IIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 02.A37 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx38 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx39 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx40 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx4445 TRANSFER46 DANA PERIMBANGAN47 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx48 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx49 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx50 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50) xxx xxx xx xxx5253 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)54 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx55 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57) xxx xxx xx xxx5960 SURPLUS / DEFISIT (22 - 58) xxx xxx xx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA(%)(Dalam Rupiah)PEMERINTAH PUSATLAPORAN REALISASI ANGGARANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0NO. URAIANAnggaran20X1Realisasi20X1 Realisasi 20X061 PEMBIAYAAN62 PENERIMAAN63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI

Page 225: pp 71 word

64 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx69 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx70 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70) xxx xxx xx xxx7273 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI74 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx76 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75) xxx xxx xx xxx77 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76) xxx xxx xx xxx7879 PENGELUARAN80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx84 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx85 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx86 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx8889 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91) xxx xxx xx xxx93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92) xxx xxx xx xxx94 PEMBIAYAAN NETO (77 - 93) xxx xxx xx xxx95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (60 + 94) xxx xxx xx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN ASLI DAERAH3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx89PENDAPATAN TRANSFER10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (13 s/d 12) xxxx xxxx xx xxxx1617 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx21 Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx2223 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx27 Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx29 BELANJA30 BELANJA OPERASI31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx33 Bunga xxx xxx xx xxx34 Subsidi xxx xxx xx xxx35 Hibah xxx xxx xx xxx36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx(%)(Dalam Rupiah)LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAHContoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah ProvinsiPEMERINTAH PROVINSIUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0NO. URAIAN Anggaran20X1Realisasi20X1Realisasi20X0LAMPIRAN IIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010

Page 226: pp 71 word

ILUSTRASI PSAP 02.B3839 BELANJA MODAL40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx4748 BELANJA TAK TERDUGA49 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx50 Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 49) xxx xxxx xx xxxx51 Jumlah Belanja (37 + 46 + 50) xxx xxxx xx xxxx5253 TRANSFER54 TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN/KOTA55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx56 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxx xxxx xx xxxx59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxx xxxx xx xxxx6061 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xxx xxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA(%)(Dalam Rupiah)LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAHPEMERINTAH PROVINSIUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0NO. URAIAN Anggaran20X1Realisasi20X1Realisasi20X06263 PEMBIAYAAN6465 PENERIMAAN PEMBIAYAAN66 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx68 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx69 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx70 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx72 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx73 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx74 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx76 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx77 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx78 Jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxxx xxxx xx xxxx7980 PENGELUARAN PEMBIAYAAN81 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx84 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx85 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx86 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx87 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx92 Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxx xxx xx xxx93 PEMBIAYAAN NETO (78 - 92) xxxx xxxx xx xxxx9495 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93) xxxx xxxx xx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 PENDAPATAN2 PENDAPATAN ASLI DAERAH3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx89PENDAPATAN TRANSFER10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx

Page 227: pp 71 word

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx1617 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx2122 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx2728 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx3435 BELANJA36 BELANJA OPERASIRealisasiNO. URAIAN (%) 20X0 Anggaran20X1Realisasi20X1(Dalam Rupiah)Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten/KotaPEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0LAMPIRAN IIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 02.C37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx39 Bunga xxx xxx xx xxx40 Subsidi xxx xxx xx xxx41 Hibah xxx xxx xx xxx42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx4445 BELANJA MODAL46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx5354 BELANJA TAK TERDUGA55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxx xxxx xx xxxx57 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxxPRESIDENREPUBLIK INDONESIARealisasiNO. URAIAN (%) 20X0 Anggaran20X1Realisasi20X1(Dalam Rupiah)PEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X05859 TRANSFER60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx6566 SURPLUS/DEFISIT (33 - 64) xxx xxx xxx xxx6768 PEMBIAYAAN6970 PENERIMAAN PEMBIAYAAN71 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx72 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx73 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx74 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx76 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx78 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx79 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx80 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx

Page 228: pp 71 word

81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx83 Jumlah Penerimaan (71 s/d 82) xxxx xxxx xx xxxx8485 PENGELUARAN PEMBIAYAAN86 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx87 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx88 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx91 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx92 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx88 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx90 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx91 Jumlah Pengeluaran (86 s/d 90) xxx xxx xx xxx92 PEMBIAYAAN NETO (83 - 91) xxxx xxxx xx xxxx9394 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66 + 92) xxxx xxxx xx xxxx

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 – (i)LAMPIRAN II.04PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 03

LAPORAN ARUS KASPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-10Tujuan -------------------------------------------------------------------------------------- 1- 2Ruang Lingkup ---------------------------------------------------------------------------- 3-4Manfaat Informasi Arus Kas ----------------------------------------------------------- 5-7Definisi -------------------------------------------------------------------------------------- 8Kas dan Setara Kas --------------------------------------------------------------------- 9-10ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS ----------------------------------------------- 11-13PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS----------------------------------------------- 14-31Aktivitas Operasi ------------------------------------------------------------------------- 18-22Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan ---------------------------------------------- 23-25Aktivitas Pembiayaan ------------------------------------------------------------------- 26-28Aktivitas Nonanggaran ------------------------------------------------------------------ 29-31PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI,INVESTASI ASET NONKEUANGAN, PEMBIAYAAN, DANNONANGGARAN ----------------------------------------------------------------------- 32-34PELAPORAN ARUS KAS ATAS DASAR ARUS KAS BERSIH ----------- 35ARUS KAS MATA UANG ASING --------------------------------------------------- 36-38BUNGA DAN BAGIAN LABA -------------------------------------------------------- 39-42INVESTASI DALAM PERUSAHAAN NEGARA/DAERAHDAN KEMITRAAN ---------------------------------------------------------------------- 43-45PEROLEHAN DAN PELEPASAN PERUSAHAAN NEGARA/

Page 229: pp 71 word

DAERAH DAN UNIT OPERASI LAINNYA --------------------------------------- 46-49TRANSAKSI BUKAN KAS ----------------------------------------------------------- 50-51KOMPONEN KAS DAN SETARA KAS ------------------------------------------- 52PENGUNGKAPAN LAINNYA -------------------------------------------------------- 53-55TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 56Lampiran :Ilustrasi Lampiran II.04 PSAP 03.A : Contoh Format Laporan Arus Kas PemerintahPusatIlustrasi Lampiran II.04 PSAP 03.B : Contoh Format Laporan Arus Kas PemerintahProvinsiIlustrasi Lampiran II.04 PSAP 03.C : Contoh Format Laporan Arus Kas PemerintahKabupaten/KotaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 032 LAPORAN ARUS KAS3 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah4 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf5 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual6 Akuntansi Pemerintahan.

7 PENDAHULUAN8 Tujuan9 1. Tujuan Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur10 penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai11 perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan12 mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset13 nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi.14 2. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi15 mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu16 periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.17 Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

18 Ruang Lingkup19 3. Pemerintah pusat dan daerah menyusun laporan arus kas20 sesuai dengan standar ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai salah21 satu komponen laporan keuangan pokok untuk setiap periode penyajian22 laporan keuangan.23 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus24 kas pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan25 pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut26 peraturan perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi27 dimaksud wajib menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan28 negara/daerah yang diatur tersendiri dalam Standar Akuntansi Keuangan29 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Page 230: pp 71 word

30 Manfaat Informasi Arus Kas31 5. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di32 masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran33 arus kas yang telah dibuat sebelumnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 21 6. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas2 masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.3 7. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus4 kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam5 mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan6 dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

7 Definisi8 8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam9 Pernyataan Standar dengan pengertian :10 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh11 pemerintah sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat12 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik13 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan14 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk15 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang16 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.17 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan18 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan19 pembiayaan yang diukur dalam satuan uang yang disusun menurut20 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.21 Apropriasi adalah anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan22 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk23 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.24 Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada25 Bendahara Umum Negara/Daerah.26 Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang27 ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode28 akuntansi.29 Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan dan30 pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap31 dan aset nonkeuangan lainnya.32 Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar33 kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang34 mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi investasi jangka35 panjang, piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan36 dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran.37 Aktivitas nonanggaran adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas38 yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan

Page 231: pp 71 word

39 pembiayaan pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 31 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum2 Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun3 anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali4 oleh pemerintah.5 Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan6 yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dipenuhi dalam7 satu tahun anggaran.8 Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih9 antara aset dan kewajiban pemerintah.10 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih11 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan12 wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban berupa laporan13 keuangan.14 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang15 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi16 pemerintah.17 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat18 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.19 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh20 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah21 dan membayar seluruh pengeluaran daerah.22 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh23 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung24 seluruh penerimaan negara dan seluruh pengeluaran negara.25 Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai26 komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama27 dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.28 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.29 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.30 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam31 menyajikan laporan keuangan.32 Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi33 berdasarkan harga perolehan.34 Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai35 investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut36 kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan37 bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi38 sesudah perolehan awal investasi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 41 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan

Page 232: pp 71 word

2 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi3 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Rekening Kas Umum4 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode5 otorisasi tersebut.6 Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah7 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang8 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar9 kembali oleh pemerintah.10 Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum11 Negara/Daerah.12 Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara13 Umum Negara/Daerah.14 Periode akuntansi adalah periode pertanggungjawaban keuangan entitas15 pelaporan yang periodenya sama dengan periode tahun anggaran.16 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian17 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.18 Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap19 dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang20 signifikan.21 Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode22 pelaporan.23 Transfer masuk adalah penerimaan uang dari suatu entitas pelaporan lain24 termasuk penerimaan dari dana perimbangan dan dana bagi hasil.25 Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan26 kepada entitas pelaporan lainnya termasuk pengeluaran untuk dana27 perimbangan dan dana bagi hasil.

28 Kas dan Setara Kas29 9. Setara kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas30 jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara31 kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubah menjadi kas dalam32 jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan.33 Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud34 mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal35 perolehannya.36 10. Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan37 dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari38 manajemen kas dan bukan merupakan bagian aktivitas operasi, investasi aset39 nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 5

1 ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS2 11. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari3 satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan4 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban

Page 233: pp 71 word

5 berupa laporan keuangan yang terdiri dari:6 (a) Pemerintah pusat;7 (b) Pemerintah daerah; dan8 (c) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau9 organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan10 satuan organisasi dimaksud wajib membuat laporan arus kas.11 12. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan12 laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi13 perbendaharaan14 13. Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah15 unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau16 kuasa bendaharawan umum negara/daerah.

17 PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS18 14. Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan19 pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan20 aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan21 nonanggaran.22 15. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset23 nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran memberikan informasi yang24 memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas25 tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga26 dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi27 aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.28 16. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari29 beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari30 pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan31 diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga32 utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.33 17. Contoh format laporan arus kas disajikan dalam Lampiran V.A-C34 standar ini. Lampiran hanya merupakan ilustrasi untuk membantu pemahaman35 dan bukan bagian dari standar.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 6

1 Aktivitas Operasi2 18. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang3 menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang4 cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang5 tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.6 19. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:7 (a) Penerimaan Perpajakan;8 (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);9 (c) Penerimaan Hibah;10 (d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi11 Lainnya; dan

Page 234: pp 71 word

12 (e) Transfer masuk.13 20. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk14 pengeluaran:15 (a) Belanja Pegawai;16 (b) Belanja Barang;17 (c) Bunga;18 (d) Subsidi;19 (e) Hibah;20 (f) Bantuan Sosial;21 (g) Belanja Lain-lain/Tak Terduga; dan22 (h) Transfer keluar.23 21. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang24 sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka25 perolehan dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai26 aktivitas operasi.27 22. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan28 suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal29 kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan,30 maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas31 operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

32 Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan33 23. Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan34 penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 71 sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung2 pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.3 24. Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri4 dari:5 (a) Penjualan Aset Tetap;6 (b) Penjualan Aset Lainnya.7 25. Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri8 dari:9 (a) Perolehan Aset Tetap;10 (b) Perolehan Aset Lainnya.

11 Aktivitas Pembiayaan12 26. Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan13 dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau14 penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak15 lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di16 masa yang akan datang.17 27. Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:18 (a) Penerimaan Pinjaman;19 (b) Penerimaan Hasil Penjualan Surat Utang Negara;

Page 235: pp 71 word

20 (c) Penerimaan dari Divestasi;21 (d) Penerimaan Kembali Pinjaman;22 (e) Pencairan Dana Cadangan.23 28. Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:24 (a) Penyertaan Modal Pemerintah;25 (b) Pembayaran Pokok Pinjaman;26 (c) Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan27 (d) Pembentukan Dana Cadangan.

28 Aktivitas Nonanggaran29 29. Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan30 dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,31 belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara32 lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan33 kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar34 atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 81 Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum2 negara/daerah.3 30. Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan4 PFK dan kiriman uang masuk.5 31. Arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran6 PFK dan kiriman uang keluar.

7 PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS8 OPERASI, INVESTASI ASET NONKEUANGAN,9 PEMBIAYAAN, DAN NONANGGARAN10 32. Entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompok11 utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas operasi,12 investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran kecuali yang13 tersebut dalam paragraf 35.14 33. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas15 operasi dengan cara:16 (a) Metode Langsung17 Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan18 pengeluaran kas bruto.19 (b) Metode Tidak Langsung20 Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi21transaksi operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan22 (accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang,23 serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan24 dengan aktivitas investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan.25 34. Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya26 menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas

Page 236: pp 71 word

27 operasi. Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut:28 (a) Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di29 masa yang akan datang;30 (b) Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan31 (c) Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat32 langsung diperoleh dari catatan akuntansi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 9

1 PELAPORAN ARUS KAS ATAS DASAR ARUS KAS2 BERSIH3 35. Arus kas yang timbul dari aktivitas operasi dapat dilaporkan4 atas dasar arus kas bersih dalam hal:5 (a) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan penerima6 manfaat (beneficiaries) arus kas tersebut lebih mencerminkan7 aktivitas pihak lain daripada aktivitas pemerintah. Salah satu8 contohnya adalah hasil kerjasama operasional.9 (b) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang10 perputarannya cepat, volume transaksi banyak, dan jangka waktunya11 singkat.

12 ARUS KAS MATA UANG ASING13 36. Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus14 dibukukan dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan15 mata uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs16 pada tanggal transaksi.17 37. Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar18 negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada19 tanggal transaksi.20 38. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat21 perubahan kurs mata uang asing tidak akan mempengaruhi arus kas.

22 BUNGA DAN BAGIAN LABA23 39. Arus kas dari transaksi penerimaan pendapatan bunga dan24 pengeluaran belanja untuk pembayaran bunga pinjaman serta penerimaan25 pendapatan dari bagian laba perusahaan negara/daerah harus26 diungkapkan secara terpisah. Setiap akun yang terkait dengan transaksi27 tersebut harus diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi secara konsisten28 dari tahun ke tahun.29 40. Jumlah penerimaan pendapatan bunga yang dilaporkan dalam30 arus kas aktivitas operasi adalah jumlah kas yang benar-benar diterima dari31 pendapatan bunga pada periode akuntansi yang bersangkutan.32 41. Jumlah pengeluaran belanja pembayaran bunga utang yang33 dilaporkan dalam arus kas aktivitas operasi adalah jumlah pengeluaran kas untuk34 pembayaran bunga dalam periode akuntansi yang bersangkutan.35 42. Jumlah penerimaan pendapatan dari bagian laba perusahaan

Page 237: pp 71 word

36 negara/daerah yang dilaporkan dalam arus kas aktivitas operasi adalah jumlahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 101 kas yang benar-benar diterima dari bagian laba perusahaan negara/daerah2 dalam periode akuntansi yang bersangkutan.

3 INVESTASI DALAM PERUSAHAAN NEGARA/4 DAERAH DAN KEMITRAAN5 43. Pencatatan investasi pada perusahaan negara/ daerah dan6 kemitraan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode7 ekuitas dan metode biaya.8 44. Investasi pemerintah dalam perusahaan negara/ daerah dan9 kemitraan dicatat dengan menggunakan metode biaya, yaitu sebesar nilai10 perolehannya.11 45. Entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang12 dalam perusahaan negara/daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas13 pembiayaan.

14 PEROLEHAN DAN PELEPASAN PERUSAHAAN15 NEGARA/DAERAH DAN UNIT OPERASI LAINNYA16 46. Arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan17 perusahaan negara/daerah dan unit operasional lainnya harus disajikan18 secara terpisah dalam aktivitas pembiayaan.19 47. Entitas mengungkapkan seluruh perolehan dan pelepasan20 perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya selama satu periode.21 Hal-hal yang diungkapkan adalah:22 (a) Jumlah harga pembelian atau pelepasan;23 (b) Bagian dari harga pembelian atau pelepasan yang dibayarkan dengan24 kas dan setara kas;25 (c) Jumlah kas dan setara kas pada perusahaan negara/daerah dan unit26 operasi lainnya yang diperoleh atau dilepas; dan27 (d) Jumlah aset dan utang selain kas dan setara kas yang diakui oleh28 perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh29 atau dilepas.30 48. Penyajian terpisah arus kas dari perusahaan negara/daerah dan31 unit operasi lainnya sebagai suatu perkiraan tersendiri akan membantu untuk32 membedakan arus kas tersebut dari arus kas yang berasal dari aktivitas operasi,33 investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Arus kas masuk34 dari pelepasan tersebut tidak dikurangkan dengan perolehan investasi lainnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.04 PSAP 03 - 111 49. Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan2 negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan3 perlu diungkapkan hanya jika transaksi tersebut telah diakui sebelumnya

Page 238: pp 71 word

4 sebagai aset atau utang oleh perusahaan negara/daerah dan unit operasi5 lainnya.

6 TRANSAKSI BUKAN KAS7 50. Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak8 mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak9 dilaporkan dalam Laporan Arus Kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan10 dalam Catatan atas Laporan Keuangan.11 51. Pengecualian transaksi bukan kas dari Laporan Arus Kas12 konsisten dengan tujuan laporan arus kas karena transaksi bukan kas tersebut13 tidak mempengaruhi kas periode yang bersangkutan. Contoh transaksi bukan14 kas yang tidak mempengaruhi laporan arus kas adalah perolehan aset melalui15 pertukaran atau hibah.

16 KOMPONEN KAS DAN SETARA KAS17 52. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara18 kas dalam Laporan Arus Kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di19 Neraca.

20 PENGUNGKAPAN LAINNYA21 53. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo kas dan22 setara kas yang signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini23 dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.24 54. Informasi tambahan yang terkait dengan arus kas berguna bagi25 pengguna laporan dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas suatu entitas26 pelaporan.27 55. Jika apropriasi atau otorisasi kredit anggaran disusun dengan28 basis kas, laporan arus kas dapat membantu pengguna dalam memahami29 hubungan antar aktivitas pelaporan atau program dan informasi penganggaran30 pemerintah.

31 TANGGAL EFEKTIF32 56. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat33 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban34 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Pendapatan Pajak Penghasilan XXX XXX4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah XXX XXX5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX7 Pendapatan Cukai XXX XXX8 Pendapatan Bea Masuk XXX XXX9 Pendapatan Pajak Ekspor XXX XXX10 Pendapatan Pajak Lainnya XXX XXX11 Pendapatan Sumber Daya Alam XXX XXX12 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba XXX XXX13 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya XXX XXX14 Pendapatan Hibah XXX XXX15 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 14) XXX XXX16 Arus Keluar Kas17 Belanja Pegawai XXX XXX18 Belanja Barang XXX XXX19 Bunga XXX XXX20 Subsidi XXX XXX21 Hibah XXX XXX22 Bantuan Sosial XXX XXX

Page 239: pp 71 word

23 Belanja Lain-lain XXX XXX24 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX25 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX26 Dana Alokasi Umum XXX XXX27 Dana Alokasi Khusus XXX XXX28 Dana Otonomi Khusus XXX XXX29 Dana Penyesuaian XXX XXX30 Jumlah Arus Keluar Kas (17 s/d 29) XXX XXX20X1Metode Langsung20X0(Dalam Rupiah)No. UraianContoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah PusatLAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PUSATUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0LAMPIRAN IIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 03.A31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (15 - 30) XXX XXX32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan33 Arus Masuk Kas34 Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX38 Pendapatan Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX39 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya XXX XXX40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) XXX XXX41 Arus Keluar Kas42 Belanja Tanah XXX XXX43 Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX44 Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX46 Belanja Aset Tetap Lainnya XXX XXX47 Belanja Aset Lainnya XXX XXX48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) XXX XXX49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (40 - 48) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIA20X1Metode Langsung20X0(Dalam Rupiah)No. UraianLAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PUSATUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X050 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan51 Arus Masuk Kas52 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX53 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX54 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX55 Penerimaan dari Divestasi XXX XXX56 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX57 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX58 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX60 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 59) XXX XXX61 Arus Keluar Kas62 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX63 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX64 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX65 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) XXX XXX66 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX67 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX68 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX69 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX70 Jumlah Arus Keluar Kas (62 s/d 69) XXX XXX71 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (60 - 70) XXX XXX72 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran73 Arus Masuk Kas74 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX75 Kiriman Uang Masuk XXX XXX76 Jumlah Arus Masuk Kas (74 s/d 75) XXX XXX77 Arus Keluar Kas78 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX79 Kiriman Uang Keluar XXX XXX80 Jumlah Arus Keluar Kas (78 s/d 79) XXX XXX81 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (76 - 80) XXX XXX82 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 71 + 81) XXX XXX83 Saldo Awal Kas di BUN XXX XXX84 Saldo Akhir Kas di BUN (82 + 83) XXX XXX85 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX

Page 240: pp 71 word

86 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX87 Saldo Akhir Kas (84 + 85 + 86) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIA1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Pendapatan Pajak Daerah XXX XXX4 Pendapatan Retribusi Daerah XXX XXX5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX6 Lain-lain PAD yang sah XXX XXX7 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX9 Dana Alokasi Umum XXX XXX10 Dana Alokasi Khusus XXX XXX11 Dana Otonomi Khusus XXX XXX12 Dana Penyesuaian XXX XXX13 Pendapatan Hibah XXX XXX14 Pendapatan Dana Darurat XXX XXX15 Pendapatan Lainnya XXX XXX16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) XXX XXX17 Arus Keluar Kas18 Belanja Pegawai XXX XXX19 Belanja Barang XXX XXX20 Bunga XXX XXX21 Subsidi XXX XXX22 Hibah XXX XXX23 Bantuan Sosial XXX XXX24 Belanja Tak Terduga XXX XXX25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota XXX XXX26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota XXX XXX27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota XXX XXX28 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27) XXX XXX29 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28) XXX XXXMetode LangsungNo. Uraian 20X1 20X0(Dalam Rupiah)Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Provinsi

LAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X030 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan31 Arus Masuk Kas32 Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX35 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX37 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya XXX XXX38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37) XXX XXX39 Arus Keluar Kas40 Belanja Tanah XXX XXX41 Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX42 Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX44 Belanja Aset Tetap Lainnya XXX XXX45 Belanja Aset Lainnya XXX XXX46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) XXX XXX47 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (38 - 46) XXX XXXLAMPIRAN IIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 03.BPRESIDENREPUBLIK INDONESIAMetode LangsungNo. Uraian 20X1 20X0(Dalam Rupiah)

LAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X048 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan49 Arus Masuk Kas50 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX52 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX53 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX54 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX55 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX56 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX57 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX58 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX61 Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60) XXX XXX62 Arus Keluar Kas63 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX

Page 241: pp 71 word

64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX65 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX66 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX71 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX73 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) XXX XXX75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74) XXX XXX76 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran77 Arus Masuk Kas78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX79 Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 78) XXX XXX80 Arus Keluar Kas81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX82 Jumlah Arus Keluar Kas (81 s/d 81) XXX XXX83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (79 - 82) XXX XXX84 Kenaikan/Penurunan Kas (29 + 47 + 75 + 83) XXX XXX85 Saldo Awal Kas di BUD XXX XXX86 Saldo Akhir Kas di BUD (84 + 85) XXX XXX87 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX89 Saldo Akhir Kas (86 + 87 + 88) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIAMetode Langsung1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Pendapatan Pajak Daerah XXX XXX4 Pendapatan Retribusi Daerah XXX XXX5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX6 Lain-lain PAD yang sah XXX XXX7 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX9 Dana Alokasi Umum XXX XXX10 Dana Alokasi Khusus XXX XXX11 Dana Otonomi Khusus XXX XXX12 Dana Penyesuaian XXX XXX13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak XXX XXX14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya XXX XXX15 Pendapatan Hibah XXX XXX16 Pendapatan Dana Darurat XXX XXX17 Pendapatan Lainnya XXX XXX18 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) XXX XXX19 Arus Keluar Kas20 Belanja Pegawai XXX XXX21 Belanja Barang XXX XXX22 Bunga XXX XXX23 Subsidi XXX XXX24 Hibah XXX XXX25 Bantuan Sosial XXX XXX26 Belanja Tak Terduga XXX XXX27 Bagi Hasil Pajak XXX XXX28 Bagi Hasil Retribusi XXX XXX29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya XXX XXXPEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0(Dalam Rupiah)

LAPORAN ARUS KASContoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten/KotaNo. Uraian 20X1 20X0LAMPIRAN IIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010ILUSTRASI PSAP 03.C30 Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) XXX XXX31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) XXX XXX32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan33 Arus Masuk Kas34 Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX38 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap XXX XXX39 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya XXX XXX40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) XXX XXX41 Arus Keluar Kas42 Belanja Tanah XXX XXX43 Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX44 Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX46 Belanja Aset Tetap Lainnya XXX XXX47 Belanja Aset Lainnya XXX XXX48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) XXX XXX49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (40 - 48) XXX XXXPRESIDENREPUBLIK INDONESIAMetode LangsungPEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Page 242: pp 71 word

Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0(Dalam Rupiah)

LAPORAN ARUS KASNo. Uraian 20X1 20X050 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan51 Arus Masuk Kas52 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX58 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX59 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX61 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX63 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 62) XXX XXX64 Arus Keluar Kas65 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX74 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX75 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX76 Jumlah Arus Keluar Kas (65 s/d 75) XXX XXX77 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (64 - 76) XXX XXX78 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran79 Arus Masuk Kas80 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX81 Jumlah Arus Masuk Kas (80 s/d 80) XXX XXX82 Arus Keluar Kas83 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX84 Jumlah Arus Keluar Kas (83 s/d 83) XXX XXX85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (81 - 84) XXX XXX86 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 77 + 85) XXX XXX87 Saldo Awal Kas di BUD XXX XXX88 Saldo Akhir Kas di BUD (86 + 87) XXX XXX89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX91 Saldo Akhir Kas (88 + 89 + 90) XXX XXX

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 – (i)LAMPIRAN II.05PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 04

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-5TUJUAN --------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP -------------------------------------------------------------- 2 - 5DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 6KETENTUAN UMUM ------------------------------------------------------------------- 7- 10STRUKTUR DAN ISI ------------------------------------------------------------------- 11- 65PENYAJIAN INFORMASI TENTANG KEBIJAKAN FISKAL/

Page 243: pp 71 word

KEUANGAN, EKONOMI MAKRO, PENCAPAIAN TARGETUNDANG-UNDANG APBN/PERATURAN DAERAH APBD,BERIKUT KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPIDALAM PENCAPAIAN TARGET ------------------------------------------- 16-24PENYAJIAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGANSELAMA TAHUN PELAPORAN -------------------------------------------- 25-33DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DANPENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN --------- 34-54ASUMSI DASAR AKUNTANSI --------------------------------------- 35-39PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN ------------------------------ 40-42KEBIJAKAN AKUNTANSI ---------------------------------------------- 43-44ISI KEBIJAKAN AKUNTANSI ----------------------------------------- 45-54PENGUNGKAPAN INFORMASI YANG DIHARUSKANOLEH PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANYANG BELUM DISAJIKAN DALAM LEMBAR MUKALAPORAN KEUANGAN ------------------------------------------------------- 55-57PENGUNGKAPAN INFORMASI UNTUK POS-POS ASETDAN KEWAJIBAN YANG TIMBUL SEHUBUNGANDENGAN PENERAPAN BASIS AKRUAL ATAS PENDAPATANDAN BELANJA DAN REKONSILIASINYA DENGANPENERAPAN BASIS KAS ---------------------------------------------------- 58-61PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA ---------------------- 62-65SUSUNAN --------------------------------------------------------------------------------- 66TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 67PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 PERNYATAAN NO. 043 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN9 Tujuan10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini mengatur penyajian dan11 pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

12 Ruang Lingkup13 2. Pernyataan Standar ini harus diterapkan pada:14 (a) Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas pelaporan;15 (b) Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan16 untuk tujuan umum oleh entitas yang bukan merupakan entitas17 pelaporan.

Page 244: pp 71 word

18 3. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang19 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi20 keuangan yang lazim. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat,21 legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan22 dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan23 keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari24 laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan25 tahunan.26 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam27 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan28 keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.29 5. Suatu entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan dapat30 menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum. Bila hal ini diinginkan, maka31 standar ini harus diterapkan oleh entitas tersebut walaupun tidak memenuhi32 kriteria suatu entitas pelaporan sesuai dengan peraturan dan/atau standar33 akuntansi yang mengatur mengenai entitas pelaporan pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 2

1 DEFINISI2 6. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam3 Pernyataan Standar dengan pengertian:4 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan5 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan6 pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut7 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.8 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) adalah rencana9 keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan10 Perwakilan Rakyat Daerah.11 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana12 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan13 Perwakilan Rakyat.14 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh15 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat16 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik17 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan18 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk19 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang20 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.21 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi22 dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa23 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.24 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan25 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.26 Belanja adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah

Page 245: pp 71 word

27 yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran28 bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh29 pemerintah.30 Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih31 antara aset dan kewajiban pemerintah.32 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih33 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan34 wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban berupa laporan35 keuangan.36 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi37konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu38 entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 31 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang2 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi3 pemerintah.4 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji5 suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna6 yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada7 hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari8 keadaan khusus di mana kekurangan atau salah saji terjadi.9 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar10 kembali, dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun11 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang12 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup13 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.14 Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah15 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang16 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar17 kembali oleh pemerintah.18

19 KETENTUAN UMUM20 7. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan21 Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari22 laporan keuangan untuk tujuan umum.23 8. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan24 keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk25 pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu,26 Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai27 potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk menghindari28 kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan29 Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami30 Laporan Keuangan.

Page 246: pp 71 word

31 9. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari32 pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran33 mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi34 akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial35 cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan36 perusahaan. Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos37 laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.38 10. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi39 yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari40 kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 4

1 STRUKTUR DAN ISI2 11. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara3 sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan4 Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi5 terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.6 12. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar7 terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi8 Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas9 Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan10 oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan11pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan12 keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.13 13. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi14 tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka15 pengungkapan yang memadai, antara lain:16 (a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi17 makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut18 kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;19 (b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun20 pelaporan;21 (c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan22 dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas23 transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;24 (d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar25 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka26 laporan keuangan;27 (e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang28 timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan29 dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;30 (f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian31 yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan32 keuangan.

Page 247: pp 71 word

3334 14. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan35 mengikuti standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos36 yang berhubungan. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan37 tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan kebijakan akuntansi yang38 digunakan dalam pengukuran persediaan.39 15. Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada40 Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 51 daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara2 ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan.

3 Penyajian Informasi tentang Kebijakan Fiskal/ Keuangan,4 Ekonomi Makro, Pencapaian Target Undang-Undang5 APBN/Peraturan Daerah APBD, Berikut Kendala dan6 Hambatan yang Dihadapi dalam Pencapaian Target7 16. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu8 pembacanya untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan entitas9 pelaporan secara keseluruhan.10 17. Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas11 Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab12 pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi13 keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai.14 18. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas15 pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting posisi16 dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan dengan periode17 sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya18 sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam penjelasan perbedaan19 adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan20 anggaran dibandingkan dengan realisasinya.21 19. Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas22 Laporan Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan23 pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan24 pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan25 penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan26 intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.27 20. Kondisi ekonomi makro yang pelu diungkapkan dalam Catatan28 atas Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang29 digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator30 ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik31 Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,32 tingkat suku bunga dan neraca pembayaran.33 21. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan34 perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan

Page 248: pp 71 word

35 dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan36 dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta37 masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan38 untuk diketahui pembaca laporan keuangan.39 22. Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan kondisi40 tertentu, entitas pelaporan mungkin melakukan perubahan anggaran denganPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 61 persetujuan DPR/DPRD. Agar pembaca laporan keuangan dapat mengikuti2 kondisi dan perkembangan anggaran, penjelasan atas perubahan-perubahan3 yang ada, yang disahkan oleh DPR/DPRD, dibandingkan dengan anggaran4 pertama kali disahkan akan membantu pembaca dalam memahami kondisi5 anggaran dan keuangan entitas pelaporan.6 23. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai7 target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan8 sekolah dasar. Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya9 kurangnya ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam Catatan atas Laporan10 Keuangan.11 24. Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas12 pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan lainnya13 yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya kewajiban yang14 memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode mendatang.

15 Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Selama16 Tahun Pelaporan17 25. Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi18 Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan pencapaian kinerja kegiatan19 operasional yang berdimensi keuangan dalam suatu periode pelaporan.20 26. Kebutuhan pengguna laporan keuangan pemerintah berbeda21 dengan pengguna laporan keuangan nonpemerintah. Kebutuhan pengguna22 laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas pelaporan dari sisi23 perubahan aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan keuangan24 pemerintah sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila dibandingkan dengan25 target yang telah ditetapkan.26 27. Pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan27 secara obyektif dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Keberhasilan28 pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas29 suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran (output)30 dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan31 hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan.32 28. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan33 dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan indikator34 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ikhtisar35 pembahasan kinerja keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan36 harus:

Page 249: pp 71 word

37 (a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk38 mencapai tujuan;39 (b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja40 keuangan dalam satu entitas pelaporan; danPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 71 (c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh2 manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan3 bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan4 andal;5 29. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:6 (a) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;7 (b) Menyajikan data historis yang relevan;8 (c) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana yang9 telah ditetapkan;10 (d) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh11 manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk12 dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang ada dengan13 tujuan atau rencana.14 30. Untuk lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan entitas15 pelaporan harus juga meliputi penjelasan mengenai apa yang semestinya16 dilakukan dan rencana untuk meningkatkan kinerja program.17 31. Keterbatasan dan kesulitan yang penting sehubungan dengan18 pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan harus diungkapkan sesuai dengan19 relevansinya atas indikator kinerja yang diuraikan pada Catatan atas Laporan20 Keuangan. Keterbatasan yang relevan akan beragam dari satu program ke21 program lainnya, namun biasanya faktor yang dibahas termasuk, antara lain:22 (a) Kinerja biasanya tidak dapat diungkapkan secara utuh dengan hanya23 menggunakan satu indikator saja;24 (b) Indikator kinerja tidak dapat memperlihatkan alasan mengapa kinerja25 berada pada tingkat yang dilaporkan; dan26 (c) Melihat indikator kuantitatif secara eksklusif sering kali menghasilkan27 konsekuensi yang tidak diinginkan.28 32. Oleh karena itu, indikator kinerja harus dilengkapi dengan29 informasi penjelasan yang sesuai. Informasi penjelasan ini akan membantu30 pengguna memahami indikator yang dilaporkan, mendapat gambaran mengenai31 kinerja keuangan entitas pelaporan, dan mengevaluasi pentingnya faktor yang32 mendasari yang mungkin mempengaruhi kinerja keuangan yang dilaporkan.33 33. Informasi penjelasan mungkin termasuk, sebagai contoh,34 informasi mengenai faktor yang substansial yang berada di luar kendali entitas,35 dan informasi mengenai faktor-faktor yang membuat entitas mempunyai36 pengaruh penting.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 8

Page 250: pp 71 word

1 Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan Pengungkapan2 Kebijakan Akuntansi Keuangan3 34. Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, entitas4 pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian laporan keuangan dan5 kebijakan akuntansi.6 Asumsi Dasar Akuntansi7 35. Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu8 mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan9 secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti asumsi atau10 konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.11 36. Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,12 asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah13 anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar14 standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:15 (a) Asumsi kemandirian entitas;16 (b) Asumsi kesinambungan entitas; dan17 (c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).18 37. Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi19 dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan20 laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi21 pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi22 ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan23 melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab24 atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan25 yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan26 sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas,27 serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.28 38. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas29 pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah30 diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam31 jangka pendek.32 39. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap33 kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan34 agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.35 Pengguna Laporan Keuangan36 40. Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang37 berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan. Pemakai penting38 lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analis keuangan,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 91 calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, dan pihak yang berwenang2 membuat peraturan.3 41. Terkait pada paragraf 34 di atas, para pemakai laporan keuangan4 membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari

Page 251: pp 71 word

5 informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan6 dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian secara andal jika7 laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi8 terpilih yang penting dalam penyusunan laporan keuangan.9 42. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan10 dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan11 kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan12 keuangan yang sangat membantu pemakai laporan keuangan, karena kadang13kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu komponen14 laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, atau laporan lainnya15 terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.16 Kebijakan Akuntansi17 43. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu18 disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan19 yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan20 secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.21 44. Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan22 akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:23 (a) Pertimbangan Sehat24 Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya25 diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak26 membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.27 (b) Substansi Mengungguli Bentuk Formal28 Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan29 sesuai dengan hakekat transaksi dan realita kejadian, tidak semata-mata30 mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.31 (c) Materialitas32 Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup33 material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.34 Isi Kebijakan Akuntansi35 45. Pengungkapan kebijakan akuntansi harus36 mengidentifikasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang37 digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang38 secara material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 101 Neraca, dan Laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi2 pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih prinsip3prinsip yang sesuai.4 46. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas5 Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:6 (a) Entitas pelaporan;7 (b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;8 (c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan9 keuangan;

Page 252: pp 71 word

10 (d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan11 dengan ketentuan-ketentuan masa transisi Pernyataan Standar12 Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan;13 (e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami14 laporan keuangan.15 47. Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan16 keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu pembaca laporan untuk17 dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada laporan keuangan.18 Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam menganalisis informasi yang19 ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan komponennya20 mempunyai potensi kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi21 permasalahan yang ada.22 48. Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan23 telah menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk24 penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan penggunaan basis25 akuntansi yang mendasari laporan keuangan pemerintah semestinya26 diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut27 juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual28 Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca laporan tanpa29 harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka30 Konseptual Akuntansi Pemerintahan.31 49. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis32 pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan33 keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam34 penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup35 memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan36 basis pengukuran tersebut.37 50. Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi38 diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan39 tersebut dalam membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang40 tercermin dalam laporan keuangan. Pertimbangan dalam paragraf 44 dapat41 dijadikan pedoman dalam mempertimbangkan kebijakan akuntasi yang perluPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 111 diungkapkan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk2 disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:3 (a) Pengakuan pendapatan;4 (b) Pengakuan belanja;5 (c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;6 (d) investasi;7 (e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak8 berwujud;9 (f) Kontrak-kontrak konstruksi;10 (g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;11 (h) Kemitraan dengan pihak ketiga;

Page 253: pp 71 word

12 (i) Biaya penelitian dan pengembangan;13 (j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;14 (k) Pembentukan dana cadangan;15 (l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;16 (m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.17 51. Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan-kegiatan18 dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan19 Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan20 pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib,21 penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs.22 52. Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai23 pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak24 material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang25 dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.26 53. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka27angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi28 berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan secara29 kuantitatif harus diungkapkan.30 54. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai31 pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika32 berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan datang.

33 Pengungkapan Informasi yang diharuskan oleh34 pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang35 belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan36 55. Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi37 yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi38 Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 121 diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban2 kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam3 Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain4 yang belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.5 56. Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang6 digunakan, beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai7 dampak penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan dalam lembar muka8 laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan9 gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan perlu diingatkan kemungkinan10 akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan11 entitas pelaporan pada periode yang akan datang.12 57. Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan13 harus menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian14 persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari seperti15 yang telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan. Dalam beberapa

Page 254: pp 71 word

16 kasus, pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat meningkatkan17 pemahaman pembaca, harus merujuk ke rincian yang disajikan pada tempat lain18 di laporan keuangan.

19 Pengungkapan Informasi untuk Pos-pos aset dan20 kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan21 basis akrual atas pendapatan dan belanja dan22 rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas23 58. Entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis24 akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-pos aset25 dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual26 dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.27 59. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan pada paragraf 2628 dan 76 memungkinkan entitas pelaporan menyusun laporan keuangannya29 dengan basis akrual untuk pendapatan dan belanja. Entitas pelaporan tersebut30 harus menyediakan informasi tambahan termasuk rincian mengenai output31 entitas dan outcome dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan kinerja32 keuangan, tinjauan program dan laporan lain mengenai pencapaian kinerja33 keuangan entitas selama periode pelaporan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca34 laporan dapat memahami pos-pos aset dan kewajiban yang timbul dikarenakan35 penerapan basis akrual pada pos-pos pendapatan dan belanja, seperti36 pendapatan yang diterima di muka, biaya dibayar di muka, dan biaya37 penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset dan kewajiban tersebut merupakan akibat38 dari penerapan basis akrual atas pos-pos pendapatan dan belanja.39 60. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara40 Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. LaporanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 131 rekonsiliasi dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari2 Laporan Kinerja Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai tersebut3 selanjutnya disesuaikan dengan transaksi penambahan dan pengurangan aset4 bersih dikarenakan penggunaan basis akrual yang kemudian menghasilkan nilai5 yang sama dengan nilai akhir pada Laporan Realisasi Anggaran.6 61. Untuk memudahkan pengguna daftar rekonsiliasi dan penjelasan7 atas kondisi yang ada pada paragraf 59 dan 60, harus disajikan sebagai bagian8 dari Catatan atas Laporan Keuangan.

9 Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya10 62. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan11 informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca12 laporan.13 63. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila14 belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:15 (a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas16 tersebut berada;

Page 255: pp 71 word

17 (b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;18 (c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan19 operasionalnya.20 64. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian21kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:22 (a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;23 (b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen24 baru;25 (c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan26 (d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.27 (e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan28 yang harus ditanggulangi pemerintah.29 65. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku30 sebagai pelengkap standar ini.

31 SUSUNAN32 66. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan33 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas34 Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:35 (a) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-36 Undang APBN/Perda APBD;37 (b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.05 PSAP 04 - 141 (c) Kebijakan akuntansi yang penting:2 i. Entitas pelaporan;3 ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;4 iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan5 keuangan;6 iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan7 ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan8 oleh suatu entitas pelaporan;9 v. setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami10 laporan keuangan.11 (d) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:12 i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;13 ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar14 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka15 Laporan Keuangan.16 (e) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan17 dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan18 rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang19 menggunakan basis akrual;20 (f) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum21 daerah.

Page 256: pp 71 word

22 TANGGAL EFEKTIF23 67. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat24 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban25 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.06 PSAP 05 - (i)LAMPIRAN II.06PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 05

AKUNTANSI PERSEDIAANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.06 PSAP 05 - (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-4Tujuan -------------------------------------------------------------------------------- 1Ruang Lingkup --------------------------------------------------------------------- 2-4DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 5UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 6-13PENGAKUAN ---------------------------------------------------------------------------- 14-17PENGUKURAN -------------------------------------------------------------------------- 18-24PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------------------------------- 25TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 26PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.06 PSAP 05 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 PERNYATAAN NO. 053 AKUNTANSI PERSEDIAAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf5 standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang6 ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

7 PENDAHULUAN8 Tujuan9 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan10 akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan11 dalam laporan keuangan.

Page 257: pp 71 word

12 Ruang Lingkup13 2. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian seluruh14 persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan15 disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja,16 transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset,17 kewajiban, dan ekuitas. Standar ini diterapkan untuk seluruh entitas18 pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan negara/daerah.19 3. Perusahaan negara/daerah dipersyaratkan tunduk pada Standar20 Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.21 4. Standar ini mengatur perlakuan akuntansi persediaan pemerintah22 pusat dan daerah yang meliputi :23 (a) Definisi,24 (b) Pengakuan25 (c) Pengukuran, dan26 (d) Pengungkapan.

27 DEFINISI28 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan29 Standar dengan pengertian:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.06 PSAP 05 - 21 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh2 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat3 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh4 pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,5 termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa6 bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena7 alasan sejarah dan budaya.8 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak9 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.10 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang11 dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang12barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka13 pelayanan kepada masyarakat.14 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian15 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.

16 UMUM17 6. Persediaan merupakan aset yang berwujud:18 Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka19 kegiatan operasional pemerintah;20 Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses21 produksi;22 Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau

Page 258: pp 71 word

23 diserahkan kepada masyarakat.24 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat25 dalam rangka kegiatan pemerintahan;26 7. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan27 disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor,28 barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas29 pakai seperti komponen bekas.30 8. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi31 barang yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat32alat pertanian.33 9. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai34 persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.35 10. Persediaan dapat meliputi:36 Barang konsumsi;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.06 PSAP 05 - 31 Amunisi;2 Bahan untuk pemeliharaan;3 Suku cadang;4 Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;5 Pita cukai dan leges;6 Bahan baku ;7 Barang dalam proses/setengah jadi;8 Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.9 Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat10 11. Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan11 strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga12 seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai13 persediaan.14 12. Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat15 antara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi, dan bibit tanaman.16 13. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam17 neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

18 PENGAKUAN19 14. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa20 depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur21 dengan andal.22 15. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya23 dan/ atau kepenguasaannya berpindah.24 16. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil25 inventarisasi fisik.26 17. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek

Page 259: pp 71 word

27 swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk kontruksi dalam28 pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.

29 PENGUKURAN30 18. Persediaan disajikan sebesar:31 (a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;32 (b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.06 PSAP 05 - 41 (c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti2 donasi/rampasan;3 19. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya4 pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat5 dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang6 serupa mengurangi biaya perolehan.7 20. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan8 yang terakhir diperoleh.9 21. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan10 untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.11 22. Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan12 persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara13 sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan14 rencana kerja dan anggaran.15 23. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai16 dengan menggunakan nilai wajar.17 24. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian18 kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi19 wajar.

20 PENGUNGKAPAN21 25. Laporan keuangan mengungkapkan:22 (a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;23 (b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan24 yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau25 perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang26 disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan27 barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk28 dijual atau diserahkan kepada masyarakat ;29 (c) Kondisi persediaan;

30 TANGGAL EFEKTIF31 26. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat32 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan33 anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - (i)

Page 260: pp 71 word

LAMPIRAN II.07PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 06

AKUNTANSI INVESTASIPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1 - 5Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------- 1Ruang Lingkup ------------------------------------------------------------------------- 2 - 5DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------- 6BENTUK INVESTASI ----------------------------------------------------------------- 7 - 8KLASIFIKASI INVESTASI ----------------------------------------------------------- 9 -19PENGAKUAN INVESTASI ------------------------------------------------------------ 20 - 23PENGUKURAN INVESTASI ---------------------------------------------------------- 24 - 32METODE PENILAIAN INVESTASI ------------------------------------------------- 33 - 35PENGAKUAN HASIL INVESTASI -------------------------------------------------- 36 - 37PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI -------------------------------- 38- 41PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------------------------------- 42TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 43PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN2 NO. 063 AKUNTANSI INVESTASI4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN9 Tujuan10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan11 akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang12 harus disajikan dalam laporan keuangan.

13 Ruang Lingkup14 2. Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian15 seluruh investasi pemerintah dalam laporan keuangan untuk tujuan umum

Page 261: pp 71 word

16 yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos17 pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk18 pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas sesuai dengan Standar19 Akuntansi Pemerintahan.20 3. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam21 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan22 keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.23 4. Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan akuntansi24 investasi pemerintah pusat dan daerah baik investasi jangka pendek25 maupun investasi jangka panjang yang meliputi saat pengakuan,26 klasifikasi, pengukuran dan metode penilaian investasi, serta27 pengungkapannya pada laporan keuangan.28 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:29 (a) Investasi dalam perusahaan asosiasi;30 (b) Kerjasama operasi; dan31 (c) Investasi dalam properti.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 2

1 DEFINISI2 6. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan3 Standar dengan pengertian:4 Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas investor5 dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya6 legal dan pungutan lainnya dari pasar modal.7 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat8 ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga9 dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan10 kepada masyarakat.11 Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan12 dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.13 Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki14 lebih dari 12 (dua belas) bulan.15 Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak16 termasuk dalam investasi permanen, dimaksudkan untuk dimiliki secara17 tidak berkelanjutan.18 Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan19 untuk dimiliki secara berkelanjutan.20 Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang tidak21 dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada22 peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun23 golongan masyarakat tertentu.24 Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi25 berdasarkan harga perolehan.26 Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai

Page 262: pp 71 word

27 investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut28 kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan29 bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi30 sesudah perolehan awal investasi.31 Nilai historis adalah jumlah kas atau ekuivalen kas yang32 dibayarkan/dikeluarkan atau nilai wajar berdasarkan pertimbangan tertentu33 untuk mendapatkan suatu aset investasi pada saat perolehannya.34 Nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam surat berharga seperti nilai35 yang tertera dalam lembar saham dan obligasi.36 Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu37 investasi dalam pasar yang aktif antara pihak-pihak yang independen.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 31 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak2 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.3 Perusahaan asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya4 mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan anak perusahaan5 maupun joint venture dari investornya.6 Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian7 modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.

8 BENTUK INVESTASI9 7. Pemerintah melakukan investasi dengan beberapa alasan antara10 lain memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam11 jangka panjang dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi12 jangka pendek dalam rangka manajemen kas.13 8. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan14 sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa15 pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta16 instrumen ekuitas.

17 KLASIFIKASI INVESTASI18 9. Investasi pemerintah dibagi atas dua yaitu investasi jangka19 pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan20 kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan21 kelompok aset nonlancar.22 10. Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai23 berikut:24 (a) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;25 (b) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya26 pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan27 kas;28 (c) Berisiko rendah.29 11. Dengan memperhatikan kriteria tersebut pada paragraf 10, maka30 pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah karena31 dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga tidak termasuk dalam

Page 263: pp 71 word

32 investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok33 investasi jangka pendek antara lain adalah :34 (a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan35 suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah36 kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 41 (b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan2 kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat3 berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun4 luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau5 (c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi6 kebutuhan kas jangka pendek .7 12. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka8 pendek, antara lain terdiri atas :9 (a) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang10 dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);11 (b) Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh12 pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia13 (SBI).14 13. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman15 investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen16 adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara17 berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka18 panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.19 14. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan20 untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau21 menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan22 investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan23 untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau24 menarik kembali.25 15. Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah26 investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk27 mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang28 dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen ini dapat berupa29 :30 (a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan31 internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara;32 (b) Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk33 menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada34 masyarakat.35 16. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara36 lain dapat berupa:37 (a) Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan38 untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;

Page 264: pp 71 word

39 (b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan40 kepada pihak ketiga;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 51 (c) Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat2 seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;3 (d) Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk4 dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang5 dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.6 17. Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga7 (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu8 kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan9 perseroan.10 18. Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang11 tidak bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang12 dibeli oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang13 dapat dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak14 tercakup dalam pernyataan ini.15 19. Akuntansi untuk investasi pemerintah dalam properti dan16 kerjasama operasi akan diatur dalam standar akuntansi tersendiri

17 PENGAKUAN INVESTASI18 20. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai19 investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:20 (a) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa21 potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut22 dapat diperoleh pemerintah;23 (b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara24 memadai (reliable).25 21. Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui26 sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja27 dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk28 memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran29 pembiayaan.30 22. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset31 memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji32 tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa33 potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada34 saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa35 manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh36 memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari37 aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.38 23. Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan pada39 paragraf 20 butir b, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaranPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 265: pp 71 word

LAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 61 atau pembelian yang didukung dengan bukti yang2 menyatakan/mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu3 investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya atau4 berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian,5 penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.

6 PENGUKURAN INVESTASI7 24. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat8 membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar9 dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi10 yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai11 tercatat atau nilai wajar lainnya.12 25. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga,13 misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya14 perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu15 sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya16 yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.17 26. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh18 tanpa biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi19 pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada20 nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar21 aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.22 27. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya23 dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal24 deposito tersebut.25 28. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya26 penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi27 harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam28 rangka perolehan investasi tersebut.29 29. Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian30 obligasi jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk31 dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya. Sedangkan32 investasi dalam bentuk dana talangan untuk penyehatan perbankan yang33 akan segera dicairkan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.34 30. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di35 proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai36 sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk37 perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian38 proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.39 31. Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran40 aset pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 71 sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga

Page 266: pp 71 word

2 perolehannya tidak ada.3 32. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus4 dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah5 bank sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi.

6 METODE PENILAIAN INVESTASI7 33. Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode8 yaitu:9 (a) Metode biaya;10 Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya11 perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian12 hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi13 pada badan usaha/badan hukum yang terkait.14 (b) Metode ekuitas;15 Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat16 investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi17 sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan.18 Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima19 pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak20 dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai investasi21 juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi22 pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat23 pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.24 (c) Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;25 Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama26 untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu27 dekat.28 34. Penggunaan metode pada paragraf 33 didasarkan pada29 kriteria sebagai berikut:30 (a) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;31 (b) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20%32 tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode33 ekuitas;34 (c) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;35 (d) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih36 yang direalisasikan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 81 35. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya persentase kepemilikan2 saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode3 penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the4 degree of influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri5 adanya pengaruh atau pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:6 (a) Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris;7 (b) Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi;

Page 267: pp 71 word

8 (c) Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan9 investee;10 (d) Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam11 rapat/pertemuan dewan direksi.

12 PENGAKUAN HASIL INVESTASI13 36. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek,14 antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan dividen tunai (cash15 dividend) dicatat sebagai pendapatan.16 37. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari17 penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode18 biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila19 menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah20 akan dicatat mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dicatat21 sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk dividen dalam bentuk22 saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan23 ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.

24 PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI25 38. Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena26 penjualan, dan pelepasan hak karena peraturan pemerintah dan lain27 sebagainya.28 39. Penerimaan dari penjualan investasi jangka pendek diakui29 sebagai penerimaan kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai30 pendapatan dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan penerimaan dari31 pelepasan investasi jangka panjang diakui sebagai penerimaan32 pembiayaan. Pelepasan sebagian dari investasi tertentu yang dimiliki33 pemerintah dinilai dengan menggunakan nilai rata-rata.34 40. Nilai rata-rata diperoleh dengan cara membagi total nilai35 investasi terhadap total jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.07 PSAP 06 - 91 41. Pemindahan pos investasi dapat berupa reklasifikasi2 investasi permanen menjadi investasi jangka pendek, Aset Tetap, Aset3 Lain-lain dan sebaliknya.

4 PENGUNGKAPAN5 42. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan6 pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:7 (a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;8 (b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;9 (c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun10 investasi jangka panjang;11 (d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan12 tersebut;13 (e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;

Page 268: pp 71 word

14 (f) Perubahan pos investasi.

15 TANGGAL EFEKTIF16 43. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat17 diberlakukan sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 – (i)LAMPIRAN II.08PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 07

AKUNTANSI ASET TETAPPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-4TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------- 1-2RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------- 3-4DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 5UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 6-7KLASIFIKASI ASET TETAP --------------------------------------------------------- 8-15PENGAKUAN ASET TETAP --------------------------------------------------------- 16-21PENGUKURAN ASET TETAP ------------------------------------------------------ 22-23PENILAIAN AWAL ASET TETAP -------------------------------------------------- 24-49Komponen Biaya ------------------------------------------------------------------ 29-38Konstruksi Dalam Pengerjaan ------------------------------------------------- 39-41Perolehan Secara Gabungan -------------------------------------------------- 42Pertukaran Aset (Exchanges of Assets) ------------------------------------ 43-45Aset Donasi ------------------------------------------------------------------------ 46-49PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN (SUBSEQUENTEXPENDITURES) ----------------------------------------------------------------------- 50-52PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT MEASUREMENT)TERHADAP PENGAKUAN AWAL ------------------------------------------------- 53-59Penyusutan ------------------------------------------------------------------------- 54-57Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation) ------------------------------ 58-59AKUNTANSI TANAH ------------------------------------------------------------------- 60-63ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) ----------------------------------- 64-71ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE ASSETS) ------------------ 72-74ASET MILITER (MILITARY ASSETS) -------------------------------------------- 75PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT AND DISPOSAL) -- 76-78PENGUNGKAPAN --------------------------------------------------------------------- 79-81

Page 269: pp 71 word

TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 82PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN2 NO. 073 AKUNTANSI ASET TETAP4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN9 Tujuan10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan11 akuntansi untuk aset tetap. Masalah utama akuntansi untuk aset tetap adalah12 saat pengakuan aset, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan13 akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat (carrying value)14 aset tetap.15 2. Pernyataan Standar ini mensyaratkan bahwa aset tetap dapat16 diakui sebagai aset jika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan suatu aset17 dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

18 Ruang Lingkup19 3. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit20 pemerintah yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan21 mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian,22 penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan kecuali bila Pernyataan23 Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya mensyaratkan perlakuan24 akuntansi yang berbeda.25 4. Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:26 (a) Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative27 natural resources); dan28 (b) Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas29 alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non30regenerative natural resources).31 Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk32 mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aset yang tercakup dalam (a)33 dan (b) di atas dan dapat dipisahkan dari aktivitas atau aset tersebut.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 2

1 DEFINISI2 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam3 Pernyataan Standar dengan pengertian berikut:

Page 270: pp 71 word

4 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh5 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat6 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik7 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan8 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk9 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang10 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.11 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari12 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau13 dimanfaatkan oleh masyarakat umum14 Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau15 nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada16 saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi17 dan tempat yang siap untuk dipergunakan.18 Masa manfaat adalah:19 (a) Periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas20 pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau21 (b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset22 untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.23 Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir24 masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.25 Nilai tercatat (carrying amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung26 dari biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan.27 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar fihak28 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.29 Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan30 kapasitas dan manfaat dari suatu aset.

31 UMUM32 6. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah,33 dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap34 pemerintah adalah:35 (a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh36 entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan37 kontraktor;38 (b) Hak atas tanah.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 31 7. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang2 dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials)3 dan perlengkapan (supplies).

4 KLASIFIKASI ASET TETAP5 8. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat6 atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi7 aset tetap yang digunakan:

Page 271: pp 71 word

8 (a) Tanah;9 (b) Peralatan dan Mesin;10 (c) Gedung dan Bangunan;11 (d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;12 (e) Aset Tetap Lainnya; dan13 (f) Konstruksi dalam Pengerjaan.14 9. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang15 diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah16 dan dalam kondisi siap dipakai.17 10. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan18 yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional19 pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.20 11. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan21 bermotor, alat elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya22 yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan23 dan dalam kondisi siap pakai.24 12. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan25 yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah26 dan dalam kondisi siap dipakai.27 13. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat28 dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan29 dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap30 dipakai.31 14. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang32 dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum33 selesai seluruhnya.34 15. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional35 pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset36 lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 4

1 PENGAKUAN ASET TETAP2 16. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus3 berwujud dan memenuhi kriteria:4 (a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;5 (b) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;6 (c) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan7 (d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.8 17. Dalam menentukan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih9 dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa10 depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik langsung maupun tidak11 langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut dapat berupa12 aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomi13 masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila

Page 272: pp 71 word

14 entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian15 ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut.16 Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.17 18. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila18 terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang19 mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang20 dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas21 biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut22 untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam23 proses konstruksi.24 19. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan25 oleh pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan26 dimaksudkan untuk dijual.27 20. Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah28 diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat29 penguasaannya berpindah.30 21. Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila31 terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau32 penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan33 kendaraan bermotor. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti34 secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang35 diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual36 beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap37 tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset38 tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan39 penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 5

1 PENGUKURAN ASET TETAP2 22. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian3 aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan4 maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.5 23. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola6 meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak7 langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga8 listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan9 pembangunan aset tetap tersebut.

10 PENILAIAN AWAL ASET TETAP11 24. Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui12 sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya13 harus diukur berdasarkan biaya perolehan.14 25. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset15 tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.16 26. Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiah

Page 273: pp 71 word

17 atau donasi. Sebagai contoh, tanah mungkin dihadiahkan ke pemerintah daerah18 oleh pengembang (developer) dengan tanpa nilai yang memungkinkan19 pemerintah daerah untuk membangun tempat parkir, jalan, ataupun untuk tempat20 pejalan kaki. Suatu aset juga mungkin diperoleh tanpa nilai melalui21 pengimplementasian wewenang yang dimiliki pemerintah. Sebagai contoh,22 dikarenakan wewenang dan peraturan yang ada, pemerintah daerah melakukan23 penyitaan atas sebidang tanah dan bangunan yang kemudian akan digunakan24 sebagai tempat operasi pemerintahan. Untuk kedua hal di atas aset tetap yang25 diperoleh harus dinilai berdasarkan nilai wajar pada saat aset tetap tersebut26 diperoleh.27 27. Untuk tujuan pernyataan ini, penggunaan nilai wajar pada saat28 perolehan untuk kondisi pada paragraf 25 bukan merupakan suatu proses29 penilaian kembali (revaluasi) dan tetap konsisten dengan biaya perolehan seperti30 pada paragraf 24. Penilaian kembali yang dimaksud pada paragraf 58 dan31 paragraf yang berhubungan lainnya hanya diterapkan pada penilaian untuk32 periode pelaporan selanjutnya, bukan pada saat perolehan awal.33 28. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya34 perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca35 awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca36 awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya37 perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.

38 Komponen Biaya39 29. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya40 atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapatPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 61 diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi2 yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang3 dimaksudkan.4 30. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:5 (a) biaya persiapan tempat;6 (b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat7 (handling cost);8 (c) biaya pemasangan (instalation cost);9 (d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan10 (e) biaya konstruksi.11 31. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya12 perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya13 yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,14 pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah15 tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak16 pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk17 dimusnahkan.18 32. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah

Page 274: pp 71 word

19 pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin20 tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya21 pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh22 dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.23 33. Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh24 biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap25 pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi,26 termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.27 34. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan28 seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan29 sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan30 biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap31 pakai.32 35. Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya33 yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.34 36. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan35 suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat36 diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke37 kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi38 serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu39 untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.40 37. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola41 ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 71 38. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga2 pembelian.

3 Konstruksi dalam Pengerjaan4 39. Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan5 atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum6 selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam7 pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai.8 40. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 08 mengenai9 Konstruksi dalam Pengerjaan mengatur secara rinci mengenai perlakuan aset10 dalam penyelesaian, termasuk di dalamnya adalah rincian biaya konstruksi aset11 tetap baik yang dikerjakan secara swakelola maupun yang dikerjakan oleh12 kontraktor. Apabila tidak disebutkan lain dalam PSAP ini maka berlaku prinsip13 dan rincian yang ada pada PSAP 08.14 41. Konstruksi dalam Pengerjaan yang sudah selesai dibuat atau15 dibangun dan telah siap dipakai harus segera direklasifikasikan ke dalam aset16 tetap.

17 Perolehan Secara Gabungan18 42. Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang19 diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga

Page 275: pp 71 word

20 gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing21 aset yang bersangkutan.

22 Pertukaran Aset (Exchanges of Assets)23 43. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau24 pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya25 dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh26 yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah27 disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang28 ditransfer/diserahkan.29 44. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas30 suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki31 nilai wajar yang serupa. Suatu aset tetap juga dapat dilepas dalam32 pertukaran dengan kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan tersebut33 tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya34 aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount)35 atas aset yang dilepas.36 45. Nilai wajar atas aset yang diterima tersebut dapat memberikan37 bukti adanya suatu pengurangan (impairment) nilai atas aset yang dilepas.38 Dalam kondisi seperti ini, aset yang dilepas harus diturun-nilai-bukukan (written39 down) dan nilai setelah diturun-nilai-bukukan (written down) tersebut merupakanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 81 nilai aset yang diterima. Contoh dari pertukaran atas aset yang serupa termasuk2 pertukaran bangunan, mesin, peralatan khusus, dan kapal terbang. Apabila3 terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas, maka hal ini4 mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai nilai yang5 sama.

6 Aset Donasi7 46. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus8 dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.9 47. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa10 persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan11 nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh12 satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut13 akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya14 secara hukum, seperti adanya akta hibah.15 48. Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset16 tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah.17 Sebagai contoh, satu perusahaan swasta membangun aset tetap untuk18 pemerintah dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah telah19 dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti20 perolehan aset tetap dengan pertukaran.21 49. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset22 donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan pemerintah dan

Page 276: pp 71 word

23 jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi24 anggaran.

25 PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN26 (SUBSEQUENT EXPENDITURES)27 50. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang28 memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi29 manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu30 produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai31 tercatat aset yang bersangkutan.32 51. Kapitalisasi biaya dimaksud pada paragraf 50 harus ditetapkan33 dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria seperti pada paragraf 5034 dan/atau suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk35 dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus36 dikapitalisasi atau tidak.37 52. Dikarenakan organisasi pemerintah sangatlah beragam dalam38 jumlah dan penggunan aset tetap, maka suatu batasan jumlah biaya kapitalisasi39 (capitalization thresholds) tidak dapat diseragamkan untuk seluruh entitas yang40 ada. Masing-masing entitas harus menetapkan batasan jumlah tersebut denganPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 91 mempertimbangkan kondisi keuangan dan operasionalnya. Bila telah terbentuk2 maka batasan jumlah biaya kapitalisasi (capitalization thresholds) harus3 diterapkan secara konsisten dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan4 Keuangan.

5 PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT6 MEASUREMENT) TERHADAP PENGAKUAN AWAL7 53. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap8 tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang9 memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan10 penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun Diinvestasikan11 dalam Aset Tetap.

12 Penyusutan13 54. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode14 yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang15 digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau kemungkinan16 jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Nilai penyusutan17 untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap18 dan Diinvestasikan dalam Aset Tetap.19 55. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau20 secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,21 penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan22 penyesuaian.

Page 277: pp 71 word

23 56. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:24 (a) Metode garis lurus (straight line method); atau25 (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)26 (c) Metode unit produksi (unit of production method)27 57. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset28 tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.

29 Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation)30 58. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya31 tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut32 penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran.33 Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan34 ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional.35 59. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai36 penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta37 pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 101 Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam2 ekuitas dana pada akun Diinvestasikan pada Aset Tetap.

3 AKUNTANSI TANAH4 60. Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak5 diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan6 seperti yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap.7 61. Tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi8 satu periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat9 berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang10 dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena11 itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya untuk12 mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi definisi aset tetap13 dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan14 ini.15 62. Pengakuan tanah di luar negeri sebagai aset tetap hanya16 dimungkinkan apabila perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang17undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia18 berada mengindikasikan adanya penguasaan yang bersifat permanen.19 63. Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar20 negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar21 negeri, harus memperhatikan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta22 perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik23 Indonesia berada. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah penguasaan atas24 tanah tersebut bersifat permanen atau sementara. Penguasaan atas tanah25 dianggap permanen apabila hak atas tanah tersebut merupakan hak yang kuat26 diantara hak-hak atas tanah yang ada di negara tersebut dengan tanpa batas27 waktu.

Page 278: pp 71 word

28 ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)29 64. Pernyataan ini tidak mengharuskan pemerintah untuk30 menyajikan aset bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset tersebut31 harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.32 65. Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah33 dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset34 bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala35 (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Karakteristik36karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari suatu aset37 bersejarah,38 (a) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara39 penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 111 (b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat2 pelepasannya untuk dijual;3 (c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu4 berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;5 (d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus6 dapat mencapai ratusan tahun.7 66. Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam8 waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan9 perundang-undangan yang berlaku.10 67. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang11 diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk12 pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset ini jarang dikuasai13 dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan14 akan mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan15 tersebut.16 68. Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya17 jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas18 Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.19 69. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi20 harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya21 tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset22 bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.23 70. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat24 lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh25 bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus26 tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset27 tetap lainnya.28 71. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas pada29 karakteristik sejarahnya, sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).

30 ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE

Page 279: pp 71 word

31 ASSETS)32 72. Beberapa aset biasanya dianggap sebagai aset infrastruktur.33 Walaupun tidak ada definisi yang universal digunakan, aset ini biasanya34 mempunyai karakteristik sebagai berikut:35 (a) Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan;36 (b) Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya;37 (c) Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan38 (d) Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.39 73. Walaupun kepemilikan dari aset infrastruktur tidak hanya oleh40 pemerintah, aset infrastruktur secara signifikan sering dijumpai sebagaiPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 121 aset pemerintah. Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus2 diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.3 74. Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan,4 sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi.

5 ASET MILITER (MILITARY ASSETS)6 75. Peralatan militer, baik yang umum maupun khusus,7 memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan8 prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.

9 PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT10 AND DISPOSAL)11 76. Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan12 atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada13 manfaat ekonomik masa yang akan datang.14 77. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas15 harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan16 Keuangan.17 78. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah18 tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset19 lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

20 PENGUNGKAPAN21 79. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing22masing jenis aset tetap sebagai berikut:23 (a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat24 (carrying amount);25 (b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang26 menunjukkan:27 (1) Penambahan;28 (2) Pelepasan;29 (3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;30 (4) Mutasi aset tetap lainnya.31 (c) Informasi penyusutan, meliputi:

Page 280: pp 71 word

32 (1) Nilai penyusutan;33 (2) Metode penyusutan yang digunakan;34 (3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;35 (4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan36 akhir periode;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II. 08 PSAP 07 - 131 80. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:2 (a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;3 (b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset4 tetap;5 (c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan6 (d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.7 81. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, hal-hal8 berikut harus diungkapkan:9 (a) Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;10 (b) Tanggal efektif penilaian kembali;11 (c) Jika ada, nama penilai independen;12 (d) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya13 pengganti;14 (e) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap;

15 TANGGAL EFEKTIF16 82. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat17 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban18 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 – (i)LAMPIRAN II.09PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 08

AKUNTANSIKONSTRUKSI DALAM PENGERJAANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN…………………………………………..………………… 1 -4Tujuan………………… ……………………………...….…………..…. 1-2

Page 281: pp 71 word

Ruang Lingkup…………………………………………………....…..... 3-4DEFINISI………………………………………………………………………. 5KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN …..………………………..…….. 6-7KONTRAK KONSTRUKSI.…….……………………….……………..……. 8 - 9PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK KONSTRUKSI......…… 10-12PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN……………...…. 13-16PENGUKURAN…………………………………………..………………...… 17-32PENGUNGKAPAN ………….………………………………………...…….. 33-35TANGGAL EFEKTIF.....…………………………………………………………. 36PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN2 NO. 083 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.8 PENDAHULUAN9 TUJUAN10 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah11 mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan12 metode nilai historis. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam13 Pengerjaan adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset yang harus dicatat14 sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.15 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:16 (a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi Dalam17 Pengerjaan;18 (b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca;19 (c) penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.20 RUANG LINGKUP21 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan22 aset tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan23 dan/atau masyarakat, dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan24 pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga wajib25 menerapkan standar ini.26 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya27 berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal28 selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang29 berlainan.30 DEFINISI31 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam32 Pernyataan Standar dengan pengertia:PRESIDEN

Page 282: pp 71 word

REPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 21 Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses2 pembangunan.3 Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk4 konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu5 sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan6 fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.7 Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk8 membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan9 entitas lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak10 konstruksi.11 Uang muka kerja adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum12 pekerjaan dilakukan dalam rangka kontrak konstruksi.13 Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja sebagai14 penggantian biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak.15 Pemberi kerja adalah entitas yang mengadakan kontrak konstruksi dengan16 pihak ketiga untuk membangun atau memberikan jasa konstruksi.17 Retensi adalah jumlah termin (progress billing) yang belum dibayar hingga18 pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran19 jumlah tersebut.20 Termin (progress billing) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang21 dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum22 dibayar oleh pemberi kerja.23 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN24 6. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan25 mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya26 yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu27 periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi28 pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu29 perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.30 7. Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri31 (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi.32 KONTRAK KONSTRUKSI33 8. Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah34 aset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal35 rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak36 seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 31 9. Kontrak konstruksi dapat meliputi:2 (a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan3 perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;4 (b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;5 (c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung pengawasan

Page 283: pp 71 word

6 konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering;7 (d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.8 PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK KONSTRUKSI9 10. Ketentuan-ketentuan dalam standar ini diterapkan secara terpisah10 untuk setiap kontrak konstruksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu11 untuk menerapkan pernyataan ini pada suatu komponen kontrak konstruksi12 tunggal yang dapat diidentifikasi secara terpisah atau suatu kelompok kontrak13 konstruksi secara bersama agar mencerminkan hakikat suatu kontrak konstruksi14 atau kelompok kontrak konstruksi.15 11. Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset,16 konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi17 yang terpisah apabila semua syarat di bawah ini terpenuhi:18 (a) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;19 (b) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta20 pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang21 berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;22 (c) Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.23 12. Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan24 konstruksi aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah25 sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak26 tersebut. Konstruksi tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak27 konstruksi terpisah jika:28 (a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,29 teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak30 semula; atau31 (b) harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga32 kontrak semula.33 PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN34 13. Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi35 Dalam Pengerjaan jika:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 41 (a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang2 berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;3 (b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan4 (c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.5 14. Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang6 dimaksudkan digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan7 oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan8 dalam aset tetap.9 15. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap10 yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:11 (a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan12 (b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;13 16. Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap

Page 284: pp 71 word

14 yang bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan15 siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.16 PENGUKURAN17 17. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya18 perolehan.1920 Biaya Konstruksi21 18. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola antara lain:22 (a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;23 (b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan24 dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan25 (c) biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi26 yang bersangkutan.27 19. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan28 konstruksi antara lain meliputi:29 (a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;30 (b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;31 (c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi32 pelaksanaan konstruksi;33 (d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 51 (e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan2 dengan konstruksi.3 20. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada4 umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:5 (a) Asuransi;6 (b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung7 berhubungan dengan konstruksi tertentu;8 (c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi9 yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.10 Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis11 dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang12 mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan13 adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.14 21. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui15 kontrak konstruksi meliputi:16 (a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan17 tingkat penyelesaian pekerjaan;18 (b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung19 dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada20 tanggal pelaporan;21 (c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan22 dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.23 22. Kontraktor meliputi kontraktor utama dan subkontraktor.

Page 285: pp 71 word

24 23. Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan25 secara bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan26 dalam kontrak konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai27 penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan.28 24. Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang29 disebabkan oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan30 perselisihan penyimpangan dalam pengerjaan kontrak.31 25. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman32 yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya33 konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan34 secara andal.35 26. Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang36 timbul sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai37 konstruksi.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 61 27. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh2 melebihi jumlah biaya bunga yang dibayarkan pada periode yang3 bersangkutan.4 28. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis5 aset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode6 yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan7 metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi.8 29. Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan9 sementara tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka10 biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa pemberhentian sementara11 pembangunan konstruksi dikapitalisasi.12 30. Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat13 terjadi karena beberapa hal seperti kondisi force majeur atau adanya campur14 tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika15 pemberhentian tersebut dikarenakan adanya campur tangan dari pemberi kerja16 atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama pemberhentian sementara17 dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force18 majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga19 pada periode yang bersangkutan.20 31. Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan21 yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis22 pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya23 pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam24 proses pengerjaan.25 32. Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset26 yang masing-masing dapat diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam paragraf27 12. Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang28 berlainan maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk29 bagian kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan yang belum selesai. Bagian

Page 286: pp 71 word

30 pekerjaan yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi biaya pinjaman.31 PENGUNGKAPAN32 33. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai33 Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:34 (a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat35 penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;36 (b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;37 (c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.09 PSAP 08 - 71 (d) Uang muka kerja yang diberikan;2 (e) Retensi.3 34. Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang4 retensi. Misalnya, termin yang masih ditahan oleh pemberi kerja selama masa5 pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan6 Keuangan.7 35. Aset dapat dibiayai dari sumber dana tertentu. Pencantuman8 sumber dana dimaksudkan memberi gambaran sumber dana dan9 penyerapannya sampai tanggal tertentu.10 TANGGAL EFEKTIF11 36. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat12 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban13 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - (i)LAMPIRAN II.10PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 09

AKUNTANSI KEWAJIBANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-4Tujuan ------------------------------------------------------------------------------ 1Ruang Lingkup ------------------------------------------------------------------- 2-4DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 5UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 6-8KLASIFIKASI KEWAJIBAN ---------------------------------------------------------- 9-17

Page 287: pp 71 word

PENGAKUAN KEWAJIBAN --------------------------------------------------------- 18-31PENGUKURAN KEWAJIBAN ------------------------------------------------------- 32-59Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable) ------------------------- 35-37Utang Bunga (Accrued Interest) --------------------------------------------- 38-39Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) ------------------------------------ 40-41Bagian Lancar Utang Jangka Panjang ------------------------------------ 42-43Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities) ----------------- 44Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan dan yangDiperjualbelikan ----------------------------------------------------------------- 45-53Perubahan Valuta Asing ------------------------------------------------------ 54-59PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO ---------------- 60-62TUNGGAKAN ---------------------------------------------------------------------------- 63-66RESTRUKTURISASI UTANG -------------------------------------------------------- 67-78Penghapusan Utang ----------------------------------------------------------- 73-78BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTANGPEMERINTAH ---------------------------------------------------------------------------- 79-83PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN --------------------------------------------- 84-85TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 86PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN2 NOMOR 093 KEWAJIBAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN9 Tujuan10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan11 akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat,12 amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.

13 Ruang Lingkup14 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit15 pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan16 mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan,17 pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.18 3. Pernyataan Standar ini mengatur:19 (a) Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek20 dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam21 Negeri dan Utang Luar Negeri.22 (b) Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang23 asing.

Page 288: pp 71 word

24 (c) Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi25 pinjaman.26 (d) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.27 Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan28 khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.29 4. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:30 (a) Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.31 (b) Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.32 (c) Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari33 transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing34 seperti pada paragraf 3(b).35 Huruf (a) dan (b) diatur dalam pernyataan standar tersendiri.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 2

DEFINIS1 I2 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam3 Pernyataan Standar dengan pengertian:4 Amortisasi adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto selama5 umur utang pemerintah.6 Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya7 disebut Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup8 lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.9 Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung10 oleh pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana.11 Debitur adalah pihak yang menerima utang dari kreditur.12 Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present13 value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat14 bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.15 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih16 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan17 wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban berupa laporan18 keuangan.19 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang20 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi21 pemerintah.22 Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.23 Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum24 pasti.25 Kewajiban kontinjensi adalah:26 (a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan27 keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya28 suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya29 berada dalam kendali suatu entitas; atau30 (b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak

Page 289: pp 71 word

31 diakui karena:32 (1) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) suatu entitas33 mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat34 ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau35 (2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.36 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.37 Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto dengan38 jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah.39 Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali40 transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 31 pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran,2 perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan3 perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan4 menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.5 Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang6 dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau7 premium yang belum diamortisasi.8 Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih9 dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran10 bunga secara diskonto.11 Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang12 pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah13 sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan14 (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.15 Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present16 value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat17 bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.18 Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur19 untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa20 pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:21 (a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan22 dengan utang baru; atau23 (b) Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah24 persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan25 utang dapat berbentuk:26 (1) Perubahan jadwal pembayaran,27 (2) Penambahan masa tenggang, atau28 (3) Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga29 yang jatuh tempo dan/atau tertunggak.30 Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan31 utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai32 jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat33 Utang Negara (SUN).

Page 290: pp 71 word

34 Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka35 waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga36 secara diskonto.37 Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan38 utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin39 pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia,40 sesuai dengan masa berlakunya.41 Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena ketidakmampuan42 entitas membayar pokok utang dan/atau bunganya sesuai jadwal.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 4

1 UMUM2 6. Karakterisitik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah3 mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya4 mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.5 7. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan6 tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks7 pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber8 pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas9 pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga10 terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah,11 kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti12 rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke13 entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.14 8. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai15 konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.

16 KLASIFIKASI KEWAJIBAN17 9. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos18 kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan19 diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan lebih dari 12 (dua belas)20 bulan setelah tanggal pelaporan.21 10. Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan22 bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.23 Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti utang ke pihak ketiga24 dan utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui kewajiban diklasifikasikan25 sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang.26 11. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka27 pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah28 tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai29 kewajiban jangka panjang.30 12. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang31 sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang32 transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang33 akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.

Page 291: pp 71 word

34 13. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh35 tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya36 bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak37 Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.38 14. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban39 jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan40 diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan41 jika:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 51 (a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)2 bulan; dan3 (b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban4 tersebut atas dasar jangka panjang; dan5 (c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian6 pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali7 terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan8 disetujui.9 15. Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka10 pendek sesuai dengan paragraf di atas, bersama-sama dengan informasi yang11 mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.12 16. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun13 berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau14 digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan15 tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian16 dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang17 dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di18 mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam19 kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini20 tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan21 sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan22 kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi23 kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.24 17. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu25 (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban26 jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait27 dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,28 kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:29 (a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai30 konsekuensi adanya pelanggaran, dan31 (b) terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam32 waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

33 PENGAKUAN KEWAJIBAN34 18. Pelaporan keuangan untuk tujuan umum harus menyajikan

Page 292: pp 71 word

35 kewajiban yang diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber36 daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan37 kewajiban yang ada sampai saat ini, dan perubahan atas kewajiban38 tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.39 19. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi)40 sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya41 suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin42 dapat berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahanPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 61 bahan baku menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal2 yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti3 transaksi dengan entitas lain, bencana alam, pencurian, perusakan, kerusakan4 karena ketidaksengajaan.5 20. Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai6 nilai. Transaksi mungkin berupa transaksi dengan pertukaran dan tanpa7 pertukaran. Pembedaan antara transaksi dengan pertukaran dan tanpa8 pertukaran sangat penting untuk menentukan titik pengakuan kewajiban.9 21. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau10 pada saat kewajiban timbul.11 22. Kewajiban dapat timbul dari:12 (a) transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);13 (b) transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai hukum14 yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan belum lunas dibayar sampai15 dengan saat tanggal pelaporan;16 (c) kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events);17 (d) kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).18 23. Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing19masing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu20 nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya21 atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan22 pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa23 sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa24 depan.25 24. Satu contoh dari transaksi dengan pertukaran adalah saat26 pegawai pemerintah memberikan jasa sebagai penukar/ganti dari kompensasi27 yang diperolehnya yang terdiri dari gaji dan manfaat pegawai lainnya. Suatu28 transaksi pertukaran timbul karena kedua belah pihak (pemberi kerja dan29 penerima kerja) menerima dan mengorbankan suatu nilai. Kewajiban30 kompensasi meliputi gaji yang belum dibayar dan jasa telah diserahkan dan31 biaya manfaat pegawai lainnya yang berhubungan dengan jasa periode berjalan.32 25. Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak33 dalam suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan34 atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber35 daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus

Page 293: pp 71 word

36 diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.37 26. Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus38 kepada entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika39 pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan40 hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan41 pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui42 transaksi dengan pertukaran.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 71 27. Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian2 yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara3 pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar4 kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam5 hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan6 basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan7 pertukaran.8 28. Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan9 kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan10 kewajiban saat timbulnya kejadian tersebut sepanjang hukum yang berlaku dan11 kebijakan yang ada memungkinkan bahwa pemerintah akan membayar12 kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan13 andal. Contoh kejadian ini adalah kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan14 pribadi yang disebabkan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah.15 29. Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian16 yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai17 konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan18 untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab19 luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering20 diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya21 tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang22 timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah23 dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah.24 Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban25 sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab26 keuangan pemerintah atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian27 tersebut dan telah terjadinya transaksi dengan pertukaran atau tanpa28 pertukaran.29 30. Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan30 biaya untuk kondisi pada paragraf 29 ketika keduanya memenuhi dua kriteria31 berikut: (1) Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya32 yang akan digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat33 kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum34 dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban35 bencana).36 31. Contoh berikut mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari

Page 294: pp 71 word

37 kejadian yang diakui pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di kota38kota Indonesia dan DPR mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi39 bencana tersebut. Kejadian ini merupakan konsekuensi keuangan dari40 pemerintah karena memutuskan untuk menyediakan bantuan bencana bagi kota41kota tersebut. Transaksi yang berhubungan dengan hal tersebut, meliputi42 sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan pekerjaan kontraktor43 yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan pertukaran atau44 tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran, jumlah terutangPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 81 untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah diakui saat barang2 diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus transaksi tanpa3 pertukaran, suatu kewajiban harus diakui sebesar jumlah terutang yang belum4 dibayar pada tanggal pelaporan. Kewajiban tersebut meliputi jumlah tagihan ke5 pemerintah untuk membayar manfaat, barang atau jasa yang telah disediakan6 sesuai persyaratan program yang ada pada tanggal pelaporan pemerintah.

7 PENGUKURAN KEWAJIBAN8 32. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam9 mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.10 Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada11 tanggal neraca.12 33. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban13 pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang14 tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti15 transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta16 asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan17 dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.18 34. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti19 karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan penerapan20 nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan keuangan.

21 Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)22 35. Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk23 barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus24 mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang25 tersebut26 36. Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan27 spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah yang28 dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan29 berita acara kemajuan pekerjaan.30 37. Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antar unit31 pemerintahan harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit32 nonpemerintahan.

33 Utang Bunga (Accrued Interest)

Page 295: pp 71 word

34 38. Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar35 biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat36 berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang37 bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap38 akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan.39 39. Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk40 sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk SuratPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 91 Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi,2 kota, dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.

3 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)4 40. Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan5 berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada6 laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.7 41. Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus8 diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang9 dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo10 pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo11 pungutan/potongan tersebut harus dicatat pada laporan keuangan sebesar12 jumlah yang masih harus disetorkan.

13 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang14 42. Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk15 bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo16 dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.17 43. Termasuk dalam kategori Bagian Lancar Utang Jangka Panjang18 adalah jumlah bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan harus19 dibayarkan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

20 Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current21 Liabilities)22 44. Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak23 termasuk dalam kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya24 tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan25 disusun. Pengukuran untuk masing-masing item disesuaikan dengan26 karakteristik masing-masing pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji27 kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayarkan28 atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya adalah29 penerimaan pembayaran di muka atas penyerahan barang atau jasa oleh30 pemerintah kepada pihak lain.

31 Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan dan32 yang Diperjualbelikan33 45. Penilaian utang pemerintah disesuaikan dengan karakteristik

Page 296: pp 71 word

34 utang tersebut yang dapat berbentuk:35 (a) Utang Pemerintah yang tidak diperjualbelikan (Non-traded Debt)36 (b) Utang Pemerintah yang diperjualbelikan (Traded Debt)PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 10

Utang Pemerintah yang 1 tidak2 Diperjualbelikan (Non-Traded Debt)3 46. Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak4 diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada5 pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam6 kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan.7 47. Contoh dari utang pemerintah yang tidak dapat diperjualbelikan8 adalah pinjaman bilateral, multilateral, dan lembaga keuangan international9 seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya. Bentuk hukum dari pinjaman ini10 biasanya dalam bentuk perjanjian pinjaman (loan agreement).11 48. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat12 menggunakan skedul pembayaran (payment schedule) menggunakan tarif bunga13 tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga variabel, misalnya tarif bunga14 dihubungkan dengan satu instrumen keuangan atau dengan satu indeks lainnya,15 penilaian utang pemerintah menggunakan prinsip yang sama dengan tarif bunga16 tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan data-data17 sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada.18 Utang Pemerintah yang Diperjualbelikan (Traded Debt)19 49. Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat20 diperjualbelikan seharusnya dapat mengidentifikasi jumlah sisa kewajiban dari21 pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta bunganya untuk setiap periode22 akuntansi. Hal ini membutuhkan penilaian awal sekuritas pada harga jual atau23 hasil penjualan, dan penilaian pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan24 dibayarkan ke pemegangnya dan pada periode diantaranya untuk25 menggambarkan secara wajar kewajiban pemerintah.26 50. Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam27 bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat28 memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.29 51. Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai30 pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium31 yang belum diamortisasi. Sekuritas utang pemerintah yang dijual sebesar32 nilai pari (face) tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai33 pari (face). Sekuritas yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah34 nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan sekuritas35 yang dijual dengan harga premium nilainya akan berkurang.36 52. Sekuritas utang pemerintah yang mempunyai nilai pada saat jatuh37 tempo atau pelunasan, misalnya Surat Utang Negara (SUN) baik dalam bentuk38 Surat Perbendaharaan Negara maupun Obligasi Negara, harus dinilai39 berdasarkan nilai yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo (face value) bila

Page 297: pp 71 word

40 dijual dengan nilai pari. Bila pada saat transaksi awal, instrumen pinjaman41 pemerintah yang dapat diperjualbelikan tersebut dijual di atas atau di bawah pari,PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 111 maka penilaian selanjutnya memperhitungkan amortisasi atas diskonto atau2 premium yang ada.3 53. Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan4 metode garis lurus.

5 Perubahan Valuta Asing6 54. Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan7 menggunakan kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi.8 55. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs9 spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal10 transaksi sering digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral selama11 seminggu atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada periode tersebut.12 Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk13 suatu periode tidak dapat diandalkan.14 56. Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam15 mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan16 menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.17 57. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam mata uang18 asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan19 atau penurunan ekuitas dana periode berjalan.20 58. Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam21 mata uang asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang22 berhubungan dan ekuitas dana pada entitas pelaporan.23 59. Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan24 diselesaikan dalam periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui25 pada periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi26 berada dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs27 harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan28 perubahan kurs untuk masing-masing periode.

29 PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH30 TEMPO31 60. Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum32 jatuh tempo karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit (call feature)33 dari sekuritas tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk34 penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga35 perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus diungkapkan pada36 Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban yang37 berkaitan.38 61. Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai39 tercatat (carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo

Page 298: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 121 dianggap sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan2 menyesuaikan jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang berhubungan.3 62. Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat4 (carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan ekuitas dana5 yang terkait, jumlah perbedaan yang ada juga diungkapkan pada Catatan atas6 Laporan Keuangan.

7 TUNGGAKAN8 63. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan9 dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas10 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.11 64. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh12 tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau13 bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai14 saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur15 diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada kreditur.16 65. Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan17 dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.18 Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang19 menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan20 dan solvabilitas satu entitas.21 66. Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan22 didalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.

23 RESTRUKTURISASI UTANG24 67. Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan25 utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif26 sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai27 tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut28 melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan29 persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada30 Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos31 kewajiban yang terkait.32 68. Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga33 efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode34 antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga35 efektif yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai36 tunai jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam37 persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat.38 Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal39 pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh40 tempo.PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 299: pp 71 word

LAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 131 69. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru2 harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan .3 70. Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana4 ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk5 bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka6 debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan7 jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam8 persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas9 Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang10 berkaitan.11 71. Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang12 sebagai akibat dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran13 kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas14 masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.15 72. Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat16 merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai17 contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi18 keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk19 menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur20 pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang21 sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus22 diestimasi.

23 Penghapusan Utang24 73. Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan25 oleh kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang26 debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya.27 74. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke28 kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di29 bawah nilai tercatatnya.30 75. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di31 bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada32 paragraf 70 berlaku.33 76. Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di34 bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas35 sebagai debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas36 dahulu ke nilai wajarnya dan kemudian menerapkan paragraf 70, serta37 mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari38 pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan.39 77. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus40 mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi41 kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara:PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 14

Page 300: pp 71 word

1 (a) Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau2 ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau3 biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan4 (b) Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.5 78. Penilaian kembali aset pada paragraf 76 akan menghasilkan6 perbedaan antara nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur untuk7 penyelesaian utang. Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas8 Laporan Keuangan.

9 BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN10 UTANG PEMERINTAH11 79. Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah12 biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman13 dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi:14 (a) Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek15 maupun jangka panjang;16 (b) Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,17 (c) Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya18 konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya .19 (d) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal20 tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.21 80. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan22 dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset)23 harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu24 tersebut.25 81. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung26 dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap27 aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan28 secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman29 ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf 82.30 82. Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya31 hubungan langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset32 tertentu dan untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila33 perolehan aset tertentu tidak terjadi. Misalnya, apabila terjadi sentralisasi34 pendanaan lebih dari satu kegiatan/proyek pemerintah. Kesulitan juga dapat35 terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis sumber pembiayaan36 dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan37 jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga38 diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement) untuk menentukan39 hal tersebut.40 83. Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus41 digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harusPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 151 dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata

Page 301: pp 71 word

2 tertimbang (weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu3 yang berkaitan selama periode pelaporan.

4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN5 84. Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam6 bentuk daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik7 kepada pemakainya.8 85. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi9 yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:10 (a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang11 diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;12 (b) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis13 sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;14 (c) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat15 bunga yang berlaku;16 (d) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh17 tempo;18 (e) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:19 (1) Pengurangan pinjaman;20 (2) Modifikasi persyaratan utang;21 (3) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;22 (4) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;23 (5) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan24 (6) Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode25 pelaporan.26 (f) Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur27 utang berdasarkan kreditur.28 (g) Biaya pinjaman:29 (1) Perlakuan biaya pinjaman;30 (2) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang31 bersangkutan; dan32 (3) Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

33 TANGGAL EFEKTIF34 86. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat35 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban36 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 – (i)LAMPIRAN II.11PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 10

Page 302: pp 71 word

KOREKSI KESALAHAN,PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI,DAN PERISTIWA LUAR BIASAPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 – (ii)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-3TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------- 1RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------- 2–3DEFINISI --------------------------------------------------------------------------------- 4KOREKSI KESALAHAN -------------------------------------------------------------- 5–23PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ---------------------------------------- 24–29PERISTIWA LUAR BIASA ----------------------------------------------------------- 30–36TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------------------- 37PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 PERNYATAAN NO. 103 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN4 AKUNTANSI, DAN PERISTIWA LUAR BIASA5 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah6 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf7 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual8 Akuntansi Pemerintahan.

9 PENDAHULUAN10 Tujuan11 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan12 akuntansi atas koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa13 luar biasa.

14 Ruang Lingkup15 2. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu16 entitas harus menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan17 pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar18 biasa.19 3. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam20 menyusun laporan keuangan yang mencakup laporan keuangan semua21 entitas akuntansi, termasuk badan layanan umum, yang berada di bawah22 pemerintah pusat/daerah.

Page 303: pp 71 word

23 DEFINISI24 4. Berikut Istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan25 Standar dengan pengertian:26 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi27konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu28 entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 - 21 Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak sesuai2 dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode3 berjalan atau periode sebelumnya.4 Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji5 dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.6 Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas7 berbeda dari aktivitas normal entitas dan karenanya tidak diharapkan8 terjadi dan berada diluar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki9 dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi10 aset/kewajiban.

11 KOREKSI KESALAHAN12 5. Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau13 beberapa periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.14 Kesalahan mungkin timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti15 transaksi anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis,16 kesalahan dalam penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan17 interpretasi fakta, kecurangan , atau kelalaian.18 6. Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh19 signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga20 laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.21 7. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya dikelompok-kan dalam 222 (dua) jenis:23 (a) Kesalahan yang tidak berulang;24 (b) Kesalahan yang berulang dan sistemik;25 8. Kesalahan yang tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan26 tidak akan terjadi kembali yang dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:27 (a) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;28 (b) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya;29 9. Kesalahan yang berulang dan sistemik adalah kesalahan yang30 disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang31 diperkirakan akan terjadi berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari32 wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau33 tambahan pembayaran dari wajib pajak.34 10. Terhadap setiap kesalahan harus dilakukan koreksi segera35 setelah diketahui.PRESIDEN

Page 304: pp 71 word

REPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 - 31 11. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada2 periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak,3 dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode4 berjalan.5 12. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada6 periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila7 laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan8 pembetulan pada akun pendapatan atau akun belanja dari periode yang9 bersangkutan.10 13. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga11 mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang12 terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas,13 serta mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila laporan14 keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan15 pembetulan pada akun pendapatan lain-lain, akun aset, serta akun ekuitas16 dana yang terkait.17 14. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga18 mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang19 terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas20 dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila21 laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan22 pembetulan pada akun pendapatan lain-lain.23 15. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak24 berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi25 posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,26 dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas dana lancar.27 16. Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah28 ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan daerah.29 17. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf 13, 14,30 dan 15 tidak dengan sendirinya berpengaruh terhadap pagu anggaran atau31 belanja entitas yang bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi32 kesalahan. Akun koreksi pendapatan periode lalu dan akun koreksi belanja33 periode lalu disajikan secara terpisah dalam Laporan Realisasi Anggaran. Akibat34 koreksi kesalahan tersebut selanjutnya diungkapkan pada Catatan atas Laporan35 Keuangan.36 18. Koreksi kesalahan belanja sebagaimana dijelaskan pada paragraf37 13 dan 14 dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang38 mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan belanja yang menambah saldo39 kas yaitu pengembalian belanja pegawai karena salah penghitungan jumlah gaji,40 dikoreksi menambah saldo kas dan pendapatan lain-lain. Contoh koreksi41 kesalahan belanja yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanjaPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 - 4

Page 305: pp 71 word

1 pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi mengurangi akun ekuitas2 dana lancar dan mengurangi saldo kas. Terhadap koreksi kesalahan yang3 berkaitan dengan belanja yang menghasilkan aset, disamping mengoreksi saldo4 kas dan pendapatan lain-lain juga perlu dilakukan koreksi terhadap aset yang5 bersangkutan dan pos ekuitas dana diinvestasikan. Sebagai contoh, belanja aset6 tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan belanja7 tersebut harus dikembalikan, maka koreksi yang harus dilakukan adalah dengan8 menambah kas dan pendapatan lain-lain, serta mengurangi pos aset tetap dan9 pos ekuitas dana diinvestasikan.10 19. Koreksi kesalahan pendapatan sebagaimana dijelaskan pada11 paragraf 15 dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang12 mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang menambah13 saldo kas yaitu terdapat transaksi penyetoran bagian laba perusahaan negara14 yang belum dilaporkan. Dalam hal demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah15 menambah saldo kas dan ekuitas dana lancar. Contoh koreksi kesalahan16 pendapatan yang mengurangi saldo kas yaitu kesalahan pengembalian17 pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan transfer. Dalam hal demikian,18 koreksi yang perlu dilakukan adalah mengurangi saldo kas dan ekuitas dana19 lancar.20 20. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada21 periode-periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik22 sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan,23 dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait pada periode24 ditemukannya kesalahan.25 21. Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi posisi kas26 sebagaimana disebutkan pada paragraf 20 adalah belanja untuk membeli27 perabot kantor (aset tetap) dilaporkan sebagai belanja perjalanan dinas. Dalam28 hal demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah mendebet pos aset tetap dan29 mengkredit pos ekuitas dana investasi pada aset tetap.30 22. Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud pada31 paragraf 9 tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi.32 23. Akibat kumulatif dari koreksi kesalahan yang berhubungan33 dengan periode-periode yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan dalam34 baris tersendiri pada Laporan Arus Kas tahun berjalan.35

36 PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI37 24. Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari38 suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui trend posisiPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 - 51 keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang2 digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.3 25. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran4 akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria5 kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan

Page 306: pp 71 word

6 akuntansi.7 26. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya8 apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh9 peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku,10 atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan11 informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang12 lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.13 27. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai14 berikut:15 (a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara16 substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan17 (b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang18 sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.19 28. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan20 suatu perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut21 harus sesuai dengan standar akuntansi terkait yang telah menerapkan22 persyaratan-persyaratan sehubungan dengan revaluasi.23 29. Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus24 diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

25 PERISTIWA LUAR BIASA26 30. Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau27 transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas biasa. Di dalam aktivitas biasa28 entitas pemerintah termasuk penanggulangan bencana alam atau sosial yang29 terjadi berulang. Dengan demikian, yang termasuk dalam peristiwa luar biasa30 hanyalah peristiwa-peristiwa yang belum pernah atau jarang terjadi sebelumnya.31 31. Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas adalah32 kejadian yang sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan di dalam33 anggaran. Suatu kejadian atau transaksi yang berada di luar kendali atau34 pengaruh entitas merupakan peristiwa luar biasa bagi suatu entitas atau35 tingkatan pemerintah tertentu, tetapi peristiwa yang sama tidak tergolong luar36 biasa untuk entitas atau tingkatan pemerintah yang lain.37 32. Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena38 peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara tunggalPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.11 PSAP 10 - 61 menyebabkan penyerapan sebagian besar anggaran belanja tak tersangka atau2 dana darurat sehingga memerlukan perubahan/pergeseran anggaran secara3 mendasar.4 33. Anggaran belanja tak tersangka atau anggaran belanja lain-lain5 yang ditujukan untuk keperluan darurat biasanya ditetapkan besarnya6 berdasarkan perkiraan dengan memanfaatkan informasi kejadian yang bersifat7 darurat pada tahun-tahun lalu. Apabila selama tahun anggaran berjalan terjadi8 peristiwa darurat, bencana, dan sebagainya yang menyebabkan penyerapan9 dana dari mata anggaran ini, peristiwa tersebut tidak dengan sendirinya termasuk10 peristiwa luar biasa, terutama bila peristiwa tersebut tidak sampai menyerap porsi

Page 307: pp 71 word

11 yang signifikan dari anggaran yang tersedia. Tetapi apabila peristiwa tersebut12 secara tunggal harus menyerap 50% (lima puluh persen) atau lebih anggaran13 tahunan, maka peristiwa tersebut layak digolongkan sebagai peristiwa luar biasa.14 Sebagai petunjuk, akibat penyerapan dana yang besar itu, entitas memerlukan15 perubahan atau penggeseran anggaran guna membiayai peristiwa luar biasa16 dimaksud atau peristiwa lain yang seharusnya dibiayai dengan mata anggaran17 belanja tak tersangka atau anggaran lain-lain untuk kebutuhan darurat.18 34. Dampak yang signifikan terhadap posisi aset/kewajiban karena19 peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian atau transaksi dimaksud20 menyebabkan perubahan yang mendasar dalam keberadaan atau nilai21 aset/kewajiban entitas.22 35. Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh persyaratan23 berikut:24 (a) Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas;25 (b) Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang;26 (c) Berada di luar kendali atau pengaruh entitas;27 (d) Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau28 posisi aset/kewajiban.29 36. Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa30 luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas Laporan31 Keuangan.

32 TANGGAL EFEKTIF33 37. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat34 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban35 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.12 PSAP 11 – (i)LAMPIRAN II.12PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 11

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIANPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.12 PSAP 11 - (i)DAFTAR ISIParagrafPENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------- 1-4Tujuan ------------------------------------------------------------------------ 1Ruang Lingkup ------------------------------------------------------------- 2-4DEFINISI --------------------------------------------------------------------------- 5

Page 308: pp 71 word

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN ----------- 6-10ENTITAS PELAPORAN ------------------------------------------------------- 11ENTITAS AKUNTANSI -------------------------------------------------------- 12-15BADAN LAYANAN UMUM --------------------------------------------------- 16PROSEDUR KONSOLIDASI ------------------------------------------------- 17-21TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------------ 22PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.12 PSAP 11 - 1

1 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN2 PERNYATAAN NO. 113 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN4 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah5 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf6 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual7 Akuntansi Pemerintahan.

8 PENDAHULUAN9 Tujuan10 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur11 penyusunan laporan keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan12 dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general13 purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas dan14 kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Dalam standar ini, yang15 dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan16 keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna17 laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam18 ketentuan peraturan perundang-undangan.

19 Ruang Lingkup20 2. Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit21 pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan disajikan22 secara terkonsolidasi menurut Pernyataan Standar ini agar23 mencerminkan satu kesatuan entitas.24 3. Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat25 sebagai entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas26 akuntansi, termasuk laporan keuangan badan layanan umum.27 4. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:28 (a) Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;29 (b) Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;30 (c) Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); danPRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 309: pp 71 word

LAMPIRAN II.12 PSAP 11 - 21 (d) Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2 DEFINISI3 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam4 Pernyataan Standar dengan pengertian:5 Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan6 pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelyanan kepada7 masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual8 tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan9 kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.10 Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna11 anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib12 menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan13 untuk digabungkan pada entitas pelaporan.14 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau15 lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang16undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa17 laporan keuangan.18 Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang19 diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas20 pelaporan lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik21 agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian.22 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan23 yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas24 pelaporan sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.

25 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN26 KONSOLIDASIAN27 6. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan28 Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.29 7. Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode30 pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas31 pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.12 PSAP 11 - 31 8. Pemerintah pusat menyampaikan laporan keuangan2 konsolidasian dari semua kementerian negara/lembaga kepada lembaga3 legislatif.4 9. Dalam standar ini proses konsolidasi diikuti dengan5 eliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal accounts). Namun6 demikian, apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal7 tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 310: pp 71 word

8 10. Contoh akun timbal balik (reciprocal accounts) antara lain9 sisa Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan yang belum10 dipertanggungjawabkan oleh Bendaharawan Pembayar sampai dengan11 akhir periode akuntansi.

12 ENTITAS PELAPORAN13 11. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan14 perundang-undangan, yang umumnya bercirikan:15 (a) Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau16 mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,17 (b) Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,18 (c) Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat19 atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan20 (d) Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung21 maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang22 menyetujui anggaran.

23 ENTITAS AKUNTANSI24 12. Pengguna anggaran/pengguna barang sebagai entitas25 akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan26 keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya27 yang ditujukan kepada entitas pelaporan.28 13. Setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja29 atau mengelola barang adalah entitas akuntansi yang wajib30 menyelenggarakan akuntansi, dan secara periodik menyiapkan laporan31 keuangan menurut standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan32 tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebihPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.12 PSAP 11 - 41 tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas2 pelaporan.3 14. Perusahaan negara/daerah pada dasarnya adalah suatu4 entitas akuntansi, namun akuntansi dan penyajian laporannya tidak5 menggunakan standar akuntansi pemerintahan.6 15. Dengan penetapan menurut peraturan perundang-undangan7 yang berlaku suatu entitas akuntansi tertentu yang dianggap mempunyai8 pengaruh signifikan dalam pencapaian program pemerintah dapat9 ditetapkan sebagai entitas pelaporan.

10 BADAN LAYANAN UMUM11 16. Badan Layanan Umum (BLU) menyelenggarakan pelayanan12 umum, memungut dan menerima serta membelanjakan dana masyarakat13 yang diterima berkaitan dengan pelayanan yang diberikan, tetapi tidak14 berbentuk badan hukum sebagaimana kekayaan negara yang dipisahkan.

Page 311: pp 71 word

15 Termasuk dalam BLU antara lain adalah rumah sakit, universitas negeri,16 dan otorita.

17 PROSEDUR KONSOLIDASI18 17. Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan Standar ini19 dilaksanakan dengan cara menggabungkan dan menjumlahkan akun20 yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas21 pelaporan lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi akun timbal22 balik.23 18. Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan24 menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara25 organisatoris berada di bawahnya.26 19. Konsolidasi dapat dilaksanakan baik dengan mengeliminasi27 akun-akun yang timbal balik (reciprocal) maupun tanpa mengeliminasinya.28 20. Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi akun29akun yang timbal-balik, maka nama-nama akun yang timbal balik, dan30 estimasi besaran jumlah dalam akun yang timbal balik dicantumkan dalam31 Catatan atas Laporan Keuangan.32 21. Laporan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)33 digabungkan pada kementerian negara/lembaga teknis pemerintahPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN II.12 PSAP 11 - 51 pusat/daerah yang secara organisatoris membawahinya dengan2 ketentuan sebagai berikut:3 (a) Laporan Realisasi Anggaran BLU digabungkan secara bruto4 kepada Laporan Realisasi Anggaran kementerian5 negara/lembaga teknis pemerintah pusat/daerah yang secara6 organisatoris membawahinya.7 (b) Neraca BLU digabungkan kepada neraca kementerian8 negara/lembaga teknis pemerintah pusat/daerah yang secara9 organisatoris membawahinya.

10 TANGGAL EFEKTIF11 22. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat12 diberlakukan untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban13 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttd.DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONOSalinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIAKepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Perekonomian dan Industri,ttdSETIO SAPTO NUGROHO

Page 312: pp 71 word

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN IIIPROSES PENYUSUNANSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANBERBASIS AKRUALPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 1PROSES PENYUSUNANSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALDalam rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah danuntuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasimanajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel, maka perlupenerapan akuntansi berbasis akrual yang merupakan best practice di duniainternasional.Pengantar ini menguraikan lebih lanjut tentang latar belakang, kedudukan dan peranserta tugas Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), berikut penjelasanlingkup proses penyusunan SAP berbasis akrual (untuk selanjutnya disebut SAPBerbasis Akrual) dan pentingnya isi pokok, perbedaan mendasar antara SAPBerbasis Akrual dengan SAP berbasis kas menuju akrual sesuai dengan PeraturanPemerintah No 24 Tahun 2005 (untuk selanjutnya disebut SAP Berbasis Kas MenujuAkrual), dan implementasi SAP Berbasis Akrual. Isi dari pengantar ini dapatdigunakan sebagai referensi untuk memahami dan menerapkan SAP BerbasisAkrual.LATAR BELAKANG1. Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara menyatakan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawabanpelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan StandarAkuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.2. Pasal 36 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,menegaskan ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatanLAMPIRAN IIIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 71 TAHUN 2010TANGGAL 22 OKTOBER 2010PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 2dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima)tahun.3. Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, menegaskankembali tentang ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatandan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada TahunAnggaran 2008 dan selama pengakuan dan pengukuran pendapatan danbelanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan

Page 313: pp 71 word

pengukuran berbasis kas.4. SAP berisikan prinsip-prinsip akuntansi pemerintahan yang diterapkan dalammenyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. PSAP adalah SAPyang diberi judul, nomor, dan tanggal mulai berlaku dan ditetapkan denganPeraturan Pemerintah, sehingga mempunyai kekuatan hukum.KEDUDUKAN DAN PERAN KSAP5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara danUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negaramengamanatkan tugas penyusunan SAP kepada suatu komite standar yangindependen.6. Sesuai amanat Pasal 57 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan(KSAP), yang untuk pertama kali ditetapkan dengan Keputusan Presiden RINomor 84 Tahun 2004 tentang Keanggotaan KSAP, dan telah mengalamibeberapa kali perubahan, terakhir dengan Keputusan Presiden RI Nomor 3Tahun 2009.7. KSAP dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi danakuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan melalui penyusunandan pengembangan standar akuntansi pemerintahan, termasuk mendukungpelaksanaan penerapan standar tersebut.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 38. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (KomiteKonsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (KomiteKerja).TUGAS KSAP9. Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalamrangka perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang StandarAkuntansi Pemerintahan.10. Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan dan menyusun konsepRancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.KSAP menyampaikan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP kepadaMenteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah.11. Selain menyusun SAP, KSAP bertugas mempersiapkan, mengkaji, melakukanriset terbatas dan menerbitkan berbagai publikasi yang berhubungan denganstandar, antara lain Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan(IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedomandan informasi yang diterbitkan oleh KSAP untuk memudahkan pemahamandan penerapan SAP, serta untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi danpelaporan keuangan.PROSES BAKU PENYUSUNAN (Due Process) SAP BERBASIS AKRUAL12. Proses penyiapan SAP Berbasis Akrual dilakukan melalui prosedur yangmeliputi tahap-tahap kegiatan (due process) yang dilakukan dalampenyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh KSAP.Due process meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar

Page 314: pp 71 word

Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik akuntansi danpelaporan keuangan yang memerlukan pengaturan dalam bentukpernyataan standar akuntansi pemerintahan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 4b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAPKSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik-topik yangtelah disetujui. Keanggotaan Pokja ini berasal dari berbagai instansi yangkompeten di bidangnya.c. Riset Terbatas oleh Kelompok KerjaUntuk pembahasan suatu topik, Pokja melakukan riset terbatas terhadapliteratur-literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara,praktik-praktik akuntansi yang sehat (best practices), peraturan-peraturandan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan topik yang akandibahas.d. Penulisan Draf SAP oleh Kelompok KerjaBerdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, Pokja menyusun drafSAP. Draf yang telah selesai disusun selanjutnya dibahas oleh Pokja.e. Pembahasan Draf oleh Komite KerjaDraf yang telah disusun oleh pokja dibahas oleh anggota Komite Kerja.Pembahasan diutamakan pada substansi dan implikasi penerapanstandar. Dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi standarakuntansi yang berkualitas. Pembahasan ini tidak menutup kemungkinanterjadi perubahan-perubahan dari draf awal yang diusulkan oleh Pokja.Pada tahap ini, Komite Kerja juga melakukan diskusi dengan BadanPemeriksa Keuangan (BPK) untuk menyamakan persepsi.f. Pengambilan Keputusan Draf untuk DipublikasikanKomite Kerja berkonsultasi dengan Komite Konsultatif untuk pengambilankeputusan peluncuran draf publikasian SAP.g. Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft)KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAPkepada stakeholders, antara lain masyarakat, legislatif, lembagapemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 5h. Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan DengarPendapat Publik (Public Hearings)Dengar pendapat dilakukan dua tahap yaitu dengar pendapat publikterbatas dan dengar pendapat publik. Dengar pendapat publik terbatasdilakukan dengan mengundang pihak-pihak dari kalangan akademisi,praktisi, pemerhati akuntansi pemerintahan, dan masyarakat yangberkepentingan terhadap SAP untuk memperoleh tanggapan dan masukandalam rangka penyempurnaan draf publikasian.Dengar pendapat publik merupakan proses dengar pendapat denganmasyarakat yang berkepentingan terhadap SAP. Tahapan ini dimaksudkan

Page 315: pp 71 word

untuk meminta tanggapan masyarakat terhadap draf SAP.i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAPKSAP melakukan pembahasan atas tanggapan/masukan yang diperolehdari dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik dan masukanlainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf SAP.j. Finalisasi StandarDalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangandari BPK. Disamping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaansubstansi, konsistensi, koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAPditandai dengan penandatanganan draf PSAP oleh seluruh anggota KSAP.13. SAP Berbasis Akrual telah disusun dengan melalui tahapan proses penyiapan(due process) sebagaimana tersebut di atas.14. Dalam menyusun SAP Berbasis Akrual, KSAP menggunakan materi danrujukan yang dikeluarkan oleh:a. Pemerintah Indonesia, berupa Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun2005 tentang SAP;b. International Federation of Accountants;c. International Accounting Standards Committee/International AccountingStandards Board;PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 6d. International Monetary Fund;e. Ikatan Akuntan Indonesia;f. Financial Accounting Standards Board – USA;g. Governmental Accounting Standards Board – USA;h. Federal Accounting Standards Advisory Board – USA;i. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangipelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.15. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan SAP Berbasis Akrualsebagai berikut:a. SAP Berbasis Akrual dikembangkan dari SAP PP 24/2005 denganmengacu pada Internatonal Public Sector Accounting Standards(IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.b. SAP Berbasis Akrual adalah SAP PP 24/2005 yang telahdikembangkan sesuai dengan basis akrual.c. Laporan Operasional – yang dalam SAP PP 24/2005 disebut dengannama Laporan Kinerja Keuangan dan bersifat opsional – dalam SAPBerbasis Akrual menjadi salah satu PSAP untuk pelaporan ataspendapatan dari sumber daya ekonomi yang diperoleh dan bebanuntuk kegiatan pelayanan pemerintahan.d. Kerangka konseptual dalam SAP PP 24/2005 dimodifikasi dandiperbarui sehingga menjadi kerangka konseptual dari PSAP berbasisakrual.16. Langkah-langkah tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa PSAP PP24/2005 sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasisakrual, dan agar pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP 24/2005

Page 316: pp 71 word

masih dapat melihat kesinambungannya dengan SAP Berbasis Akrual.PRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 7ISI POKOK SAP BERBASIS AKRUAL DAN PERBEDAANNYA DENGAN SAPBERBASIS KAS MENUJU AKRUAL17. Pasal 12 dan Pasal 13 UU Nomor 1 Tahun 2004, sebagaimana diacu dalamPasal 70 ayat (2), mengatur bahwa pengakuan pendapatan dan belanja padaAPBN/APBD menggunakan basis akrual. Di lain pihak, praktik penganggarandan pelaporan pelaksanaannya pada sebagian terbesar negara, termasukIndonesia, menggunakan basis kas. Untuk itu KSAP menyusun SAP BerbasisAkrual yang mencakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaananggaran (budgetary reports), sebagaimana dicantumkan pada PSAP 2, danPSAP berbasis akrual untuk pelaporan finansial, yang pada PSAP 12memfasilitasi pencatatan pendapatan dan beban dengan basis akrual.18. Laporan pelaksanaan anggaran yang berbasis kas terdiri dari LaporanRealisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (BagiEntitas Pelaporan di Pemerintah Pusat).Laporan finansial yang berbasis akrual terdiri dari Neraca, LaporanOperasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.19. Perbedaan mendasar SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dengan SAP BerbasisAkrual terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitasmelaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yangdidapatkan, dan besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankankegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan penambahatau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan.IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL20. Setelah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, SAP Berbasis Akrualdipublikasikan dan didistribusikan kepada masyarakat.21. Selanjutnya KSAP melakukan sosialisasi SAP Berbasis Akrual kepada parapemangku kepentingan (stakeholders). Bentuk sosialisasi yang dilakukanberupa seminar/diseminasi/diskusi dengan para pengguna, programPRESIDENREPUBLIK INDONESIALAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 8pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT) danmemfasilitasi konsultasi teknis terkait penerapan SAP Berbasis Akrual (helpdesk).22. SAP Berbasis Akrual diterapkan dalam lingkup pemerintahan, yaitupemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkunganpemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuanorganisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.23. Implementasi SAP Berbasis Akrual harus disertai dengan upaya sinkronisasiberbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerahdengan SAP Berbasis Akrual.24. Keterbatasan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dinyatakan secara eksplisitpada setiap PSAP yang diterbitkan.

Page 317: pp 71 word

BAHASA25. Seluruh draf, PSAP, dan IPSAP serta buletin teknis diterbitkan oleh KSAPdalam bahasa Indonesia. Pengalihan ke bahasa lain agar diinformasikankepada KSAP.PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAttd.DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONOSalinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIAKepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Perekonomian dan Industri,ttdSETIO SAPTO NUGROHO