gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun saukeng desa singa kecamatan herlang kabupaten...

30
1 gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten bulukumba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Depresi merupakan fenomena global. Masalah ini muncul pada kedua jender dan pada masyarakat miskin maupun kaya. Tidak ada kawasan yang bebas dari masalah ini. Jumlah perempuan yang mengidap depresi dua kali lebih besar dibanding lelaki. Deprsei biasanya mudah dialami oleh para orang tua yang sudah berumur 60 tahun ke atas atau biasa disebut lanjut usia (lansia). Depresi merupakan rasa sedih yang menetap lebih dari dua pekan dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Yang terburuk, depresi dapat memicu seseorang melakukan bunuh diri. Sekitar satu juta orang di dunia bunuh diri setiap tahun dan separuhnya mengalami depresi. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Faktor resiko depresi pada lansia lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria, lansia yang memiliki status kesehatan buruk, tinggal sendiri, disabilitas fungsional, penyakit somatik, status marital, isolasi sosial, gangguan emosi dan kepribadian, tingkat pendidikan, kematian dan lain-lain. Prevalensi depresi pada lansia di masyarakat menurut penelitian-penelitian pada komunitas di seluruh dunia adalah berkisar dari 2-44%. 1 Menurut World Health Organization (WHO) dalam jangka beberapa tahun terakhir ini jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia mengalami peningkatan yakni pada tahun 2010 penduduk

Upload: muizjss

Post on 27-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

1 gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten bulukumba

BAB IPENDAHULUAN

A.  Latar Belakang MasalahDepresi merupakan fenomena global. Masalah ini muncul pada kedua jender dan pada

masyarakat miskin maupun kaya. Tidak ada kawasan yang bebas dari masalah ini. Jumlah perempuan yang mengidap depresi dua kali lebih besar dibanding lelaki. Deprsei biasanya mudah dialami oleh para orang tua yang sudah berumur 60 tahun ke atas atau biasa disebut lanjut usia (lansia). Depresi merupakan rasa sedih yang menetap lebih dari dua pekan dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Yang terburuk, depresi dapat memicu seseorang melakukan bunuh diri. Sekitar satu juta orang di dunia bunuh diri setiap tahun dan separuhnya mengalami depresi.World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. 

Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Faktor resiko depresi pada lansia lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria, lansia yang memiliki status kesehatan buruk, tinggal sendiri, disabilitasfungsional, penyakit somatik, status marital, isolasi sosial, gangguan emosi dan kepribadian, tingkat pendidikan, kematian dan lain-lain. Prevalensi depresi pada lansia di masyarakat menurut penelitian-penelitian pada komunitas di seluruh dunia adalah berkisar dari 2-44%.1  

Menurut World Health Organization (WHO) dalam jangka beberapa tahun terakhir ini jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia mengalami peningkatan yakni pada tahun 2010 penduduk lansia mencapai 350 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 20%. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia hanya sekitar 250 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 19%. Sementara pada tahun 2012 penduduk lansia mencapai 680 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 32%. Perkembangan lansia sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang dibanding dengan negara-negara maju di dunia.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia bahwa jumlah lansia yang ada di Indonesia  tiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 berjumlah 9,5 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 20%, tahun 2009 berjumlah 11,3 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 18%, memasuki tahun 2010 lansia berjumlah 17,2 juta jiwa. Pada tahun 2011 lansia mencapai 19,5 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 32%.   

Di Sulawesi selatan, jumlah penduduk lansia pada tahun 2009 mencapai 179 ribu jiwadan yang mengalami depresi sekitar 15%, tahun 2010 sebanyak 183 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 10%, dan pada tahun 2011 jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 198 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 12% yang tersebar dibeberapa Kabupaten.

Page 2: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Khusus di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010 penduduk lanjut usia sebanyak 27 ribu jiwadan yang mengalami depresi sekitar 42% dan pada tahun 2011 mencapai 48 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 30% (Depsos, 2010).

Berdasarkan data awal yang diperoleh penulis bahwa di dusun Saukeng desa Singa jumlah penduduk yang lanjut usia berjumlah 30 jiwa dari 288  jiwa jumlah penduduk. Penduduk lansia tersebut mengalami depresi disebabkan karena faktor psikososial seperti peristiwa kehidupan di lingkungan keluarga, dan sosial serta proses penuaan. Di mana pada proses ini lansia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Sehingga menimbulakan gejala depresi seperti selalu merasa sedih, cemas, suasana hati yang kosong, pesimis, selalu merasa bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga, kondisi tubuh mulai lelah, energi dan nafsu makan berkurang serta masih banyak lagi gejala yang lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

B.  Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten bulukumba ?

C. Tujuan Penelitian1.   Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

2.   Tujuan Khususa.       Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba kategori ringan.b.      Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba kategori sedang.c. Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan

Herlang Kabupaten Bulukumba kategori berat.D. Manfaat Penelitian

1.   Manfaat TeoritisDengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para lansia yang ada di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

2.   Manfaat Praktisa.    Bagi penduduk lansia

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pengetahuan tentang depresi dan cara menanggulanginya.

b.   Bagi penelitian selanjutnyaDengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan yang berhubungan dengan depresi pada lansia.

Page 3: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Depresi1.   Definisi

Depresi adalah gangguan mental yang setiap orang berpeluang mengalaminya. Banyak dari kita kebingungan untuk membedakan antara depresi, stress dan kesedihan. Belum lagi membedakan beberapa jenis dari depresi, misalnya unipolar depression, biological depression, manic depression, seasonal affective disorder, dysthymia, dan lainnya. Ada begitu banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan tentang depresi.

Gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga menyebabkan hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian yang utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/spliting of personality, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai depresi  (Dadang Hawari, 2009).

Pendapat lain menyatakan bahwa depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, perasaan berat sedemikian beratnya sehingga tidak bisa melaksanakan fungsi sehari-hari sebagai orang tua, pegawai, pasangan hidup, pelajar, dll (Jusni, 2009).5Senada dengan pendapat berikut bahwa depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas (Kusumanto, 2010). 

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, sehingga muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.

2.   Penyebab DepresiBeberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Faktor-faktor

penyebabnya terdiri dari faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2009). 

a.    Faktor BiologiDalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.

b.   Faktor GenetikData genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25 %.

Page 4: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

c.    Faktor PsikososialMungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial

yang memyebabkan terjadinya depresi antara lain;1)       Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan: suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa

peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood.

2)       Faktor kepribadian Premorbid: Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe-tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.

3)       Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.

4)    Ketidakberdayaan yang dipelajari: Di dalam percobaan, di mana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.

5)    Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2008) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu:a)  Pandangan negatif terhadap masa depan,

b) Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga,

c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.

3.   Gejala-Gejala DepresiIndividu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik

& sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Gejala depresi biasanya lebih cepat terlihat pada kaum perempuan daripada kaum laki-laki.  Tinggi rendahnya gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Berikut ini beberapa gejala dari depresi (Tarigan. 2008):

a.    Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosongb.    Perasaan putus asa dan pesimis.c.     Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga.d.    Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah dinikmati.e.     Penurunan energi dan mudah kelelahan.f.     Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.g.     Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan.

Page 5: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

h.    Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan bahkan penambahan berat badan secara drastis.

i.      Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh dirij.      Gelisah dan mudah tersinggungk.    Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap pengobatan, seperti sakit

kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis.4.   Patopsikologi Depresi

Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak  stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, Kecamatanewa, takut, cemas, marah dan sayang emosi ini terjadi sebagai kasih sayang  seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik interenal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptif.

a.    Reaksi Emosi AdaptifMerupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang

diterima dan berlangsung singkat. Ada  2 macam reaksi adaptif :1)   Respon emosi yang responsif

Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan eksternal.

2)   Reaksi kehilangan yang wajarReaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti :

a)    Bersedihb)    Berhenti kegiatan sehari–haric)    Takut pada diri sendirid)    Berlangsung tidak lama.b.   Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah  merupakan gangguan respon. Hal ini dapat dibagi 2 tingkatan yaitu :

1)      Reaksi kehilangan yang memanjang, yaitu supresi memanjang dan  mengganggu fungsi kehidupan individu.

2)   Mania/depresi, yaitu gangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan menetap pada individu yang bersangkutan

5.   Tingkatan DepresiAda beberapa tingkatan depresi menurut (Kusumanto, 2010) diantaranya:

a.    Depresi RinganSementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman.

b.   Depresi Sedang1)      Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis.2)      Proses pikir: perasaan sempit, berfikir lambat, kurang komunikasi verbal komunikasi non

verbal meningkat.3)      Pola komunikasi: bicara lambat, kurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal

meningkat.4)      Partisipasi sosial: menarik diri tak mau melakukan kegiatan, mudah tersinggung.

Page 6: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

c.    Depresi Berat1)       Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.2)       Gangguan proses pikir.3)       Sensasi somatik dan aktivitas motorik: diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang

merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.Pada umumnya, yang rentang terkena depresi adalah orang cacat dan lanjut usia

(lansia) dengan tingkat depresi rata-rata depresi berat. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas (Tarigan, 2009).B. Tinjauan Tentang Lanjut Usia (Lansia)1. Definisi

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini , tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu (Pujiyono.2007).

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto, 2008). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Martono, 2010).

Penggolongan lansia  dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Depkes 2009), yakni :a. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian. Oleh karena itu, Usia lanjut disebut juga sebagai suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2007). Sedangkan Menurut UU no 4 tahun 2003, lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.2. Perkembangan pada Lansia

Membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia social menurut Martono (2010), yaitu:

a. Usia biologis yaitu jangka waktu seseorang sejak lahir berbeda, dalam keadaan hidup atau tidak mati. Aspek biologik dalam gerontologi mencakup perubahan-perubahan anatomi dalam sel, jaringan dan organ-organ serta fisiologi yang berhubungan dengan perubahan-perubahan tersebut. Proses penuaan akan di tandai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain:

1) Kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai kemunduran fisik :

Page 7: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

a) Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetapb) Rambut mulai beruban dan menjadi putihc) Gigi mulai ompongd) Penglihatan dan pendengaran berkurange) Mudah lelah dan cepat mengalami depresif) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

g) Kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul

2) Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat penuaan pada usia lanjut ini di tandai sebagai berikut :a) Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik

b) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang / tempat juga mundur yang erat hubungan dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan biasanya sudah menyempit

c) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes-tes intelegensi menjadi lebih rendahd) Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.

b. Usia Psikologis yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Pada umumnya setiap lanjut usia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, meninggal secara terhormat dan masuk surga. Apabila proses lanjut usia yang tidak sesuai dengan keinginan-keinginan tersebut maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar. Penyakit yang membahayakan , menjalani masa pensiun, ditinggal suami atau istri dan sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental. Psikologi kehilangan merupakan salah satu sindroma atau gejala multikompleks dari proses lanjut usia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:

1)   Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat tua.

2)   Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe ini biasanya ada Kecamatanenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi berantakan.

5)  Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Page 8: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

c. Usia sosial yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadianya. Didalam pekerjaan, status tertentu mempunyai akibat suatu citra tertentu pula.

Perubahan status sosial lanjut usia pasti akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan terebut. Aspek social tidak dapat diabaikan dan sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini mungkin, sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat lanjut usia di masyarakat. Perubahan psikososial masyarakat lanjut usia baik yang datang dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan masyarakat akan membawa dampak bagi derajat kesehatan jiwa lansia yang bersangkutan. Sebagai penyebab adalah pesatnya kegiatan pembangunan yang membawa dampak terhadap lingkungan baik berupa urbanisasi dan polusi maupun perubahan perilaku yang secara tidak langsung berpengaruh pada kehidupan lansia.3. Program Kesehatan Pada Lansia

Pada umunya para lanjut usia (lansia) yang berumur 71 ke atas mudah terkena depresi. Oleh karena itu, program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Pujiyono, 2007), sebagai berikut :a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia.1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Winslow (2010), PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi Promosi Kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.

Page 9: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

c. Upaya KuratifKegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di

lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.C. Penatalaksanaan Depresi Pada Lanjut Usia

Penatalaksanaan yang adekuat menggunakan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan multidisiplin yang menyeluruh. Terapi diberikan dengan memperhatikan aspek individual harapan-harapan pasien, martabat (dignity) dan otonomi/kemandirian pasien. Problem fisik yang ada bersama-sama dengan penyakit mental harus diobati.

1.   Terapi fisika.    Obat (Farmakologis)

Secara umum semua jenis obat antidepresan sama efektivitasnya. Pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala. Beberapa kelompok anti depresan adalah Trisiklik, SSRI'S (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors), MAOI's (Monoamine Oxidase Inhibitors) dan Lithium.

b.   Terapi Elektrokonvulsif (ECT)2.   Terapi Psikologika.    Psikoterapi : Psikoterapi Individu dan kelompok paling efektif dilakukan bersama-sama

dengan pemberian anti depresan. Perlu diperhatikan teknik psikoterapi dan Kecamatanocokan antara pasien dengan terapis sehingga pasien merasa lebih nyaman, lebih percaya diri dan lebih mampu mengatasi persoalannya sendiri.

b.   Terapi Kognitif : bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mapu, dsb) ke arah pola pikir yang netral atau yang positif.

c.    Terapi Keluarga : problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan/support terhadap pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominasi menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustrasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.

d.   Penanganan ansietas : teknik yang umum dipakai adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan infra struktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari.

3.   KomorbiditasKomorbiditas didefinisikan sebagai adanya dua atau lebih gangguan psikiatrik atau

gangguan psikiatrik dengan penyakit fisik lain pada seorang pasien pada waktu yang sama.

Page 10: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Komorbiditas mempunyai implikasi terhadap diagnosis, terapi, dan prognosis. Contoh sakit kepala, putus asa, retardasi psikomotor agak sulit untuk dikaitkan apakah ini suatu problem organik atau mungkin suatu keadaan depresi ? Kapan dan bagaimana memulai terapi antidepresan pada pasien dengan penyakit fisik berat ? Jelas bahwa kondisi komorbiditas akan memperburuk kualitas hidup dan menghambat penyembuhan pasien. Menurut Katona dalam Depkes RI (2001), menyatakan kejadian depresi berat meningkat pada pasien dengan penyakit medik/fisik. Sementara depresi akan memperkuat gejala fisik. Kemorbiditas juga meningkatkan hendaya fungsional/disabilitas.

Kondisi-kondisi Kemorbiditas yang sering dijumpai Menurut Depkes RI (2009), adalah :

a)   Gangguan depresi dan strokeb)   Gangguan depresi dan diabetes mellitusc)   Gangguan depresi dan infark miokard/penyakit jantung koronerd)  Gangguan depresi dan penyakit parkinsone)   Gangguan depresi dan penyakit lain (Alzheimer, Huntington, dll)

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Kerangka konsepLansia

Tingkat Depresi

            

   Keterangan :                        : Variabel Yang Diteliti

B.  Defenisi operasionalDefenisi operasional variable adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena, (Hidayat, A,A, 2007).

1.   Lanjut UsiaSemua penduduk yang berumur 60 tahun ke atas dan berdomisili di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

2.   Tingkat depresi yaitu tingkatan permasalah pada gangguan perasaan yang dialamai oleh para lansia.

 Adapun kriteria objektif dalam mengukur tingkat depresi yaitu :a.       Ringan jika responden mendapat skor 10-20.b.      Sedang jika responden mendapat skor 30-40.

Page 11: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

c.      22Berat jika responden mendapat skor 50-60.

C.    Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah studi survey deskriptif yakni menggambarkan

tingkat depresi pada lansia di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

D.    Rancangan penelitianRancangan penelitian dimulai dari gambaran tingkat depresi pada lansia di dusun

Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan data primer yang di ambil dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.

E.  Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian adalah di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba dan berlangsung pada bulan Mei tahun 2013.F.   Populasi dan Sampel

1.      Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, A,A. 2007). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua penduduk lansia yang bedomisili di dusun Saukeng desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba sebanyak 30 orang lansia.

2.      Sampel adalah bagian atau keseluran dari pupulasi yang mewakili dari berbagai karakteristik yang dimilikinya (Hidayat, A,A. 2007). Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukandengan menggunakan sampel jenuh  yaitu pengambilan sampel pada seluruh populasi pada tempat penelitian.

G. Teknik Pengumpulan DataDalam pengumpulan data, salah satu teknik yang dipergunakan adalah teknik angket

berupa lembar observasi. Teknik angket adalah suatu daftar yang berisi pernyataan untuk tujuan mengumpulkan data dan pendapat dari para responden dengan menggunkan skala Litker yaitu Selalu(S) =4, Kadang-Kadang (KK)=3, Ragu-Ragu(RR)=2, Tidak Pernah (TP)=1.

H. Teknik pengolahan data dan analisis data1.      Pengolahan data

Setelah data terkumpul tahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Adapun yang dilakukan harus dilakukan (Hidayat, A,A. 2007) yaitu :

a.    Editing yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.

b.   Coding (pengkodean) adalah data yang telah didapatkan akan diberi kode sesuai dengan sub variabel yang diteliti agar lebih mudah dalam pengecekan kembali jika terdapat kesalahan.

c.    Entering adalah proses pengimputan data  ke dalam master tabel yang sudah dianggap benar.

2.      Analisis data

Page 12: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Data yang telah dikumpulkan dan disortir kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi sebagai berikut:P = f/n x 100%Ket:          P : Persentase yang dicari

F : Frekuensin : Jumlah sampel. (Wisnu Wendato, 2009).

I.       Etika penelitianDalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian (Hidayat, A,A. 2007) meliputi: 

1.    Tanpa namaMasalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

2.    Asas kemanfaatanPenelitian sangat mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada resiko maka penelitian boleh dilaksanakan. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak blaeh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.

3.    Informed consent.Subjek  dalam penelitian ini harus menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Hal ini juga merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian.

4.    Aspek kerahasiaan.Data yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaannya, dan penggunaan data tersebut hanya untuk kepentingan bagi penelitian saja

Page 13: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil PenelitianBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh 30 responden sebagai populasi

dalam penelitian tentang gambaran tingkat depresi pada lansia di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan populasi tersebut peneliti menarik sampel dengan menggunakan sampel jenuh yaitu pengambilan sampel pada seluruh populasi pada tempat penelitian.. Sehingga pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 30 responden.

Selanjutnya hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram sebagai berikut:

1.   Distribusi Frekuensi Berdasarkan Biodata Responden Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase

55-6465-70> 71

71013

 23%  33%   43%

Jumlah 30 100%Sumber: Data Primer Tahun 201327Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui responden kategori umur 55-64 tahun sebanyak 7 orang (23%), kategori umur 65-70 tahun sebanyak 10 orang (33%), dan kategori umur > 71 tahun sebanyak 13 orang (43%). Hasil tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram di bawah ini:F  

1513

10

7Umur   55-64        65-70        >71

       Diagram 1: Responden Berdasarkan UmurBerdasarkan diagram 1 dia atas, diperoleh responden kategori umur 55-64 sebanyak 7

orang, umur 65-70 sebanyak 10 orang, dan umur >71 sebanyak 13 orang.

Page 14: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

IRTWiraswastaPetaniTidak Ada

16149

   3%  20%   47%  30%

Jumlah 30 100%Sumber: Data Primer Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui responden kategori pekerjaan IRT sebanyak 1 orang (3%), wiraswasta sebanyak 6 orang (20%), petani sebanyak 14 orang (47%), dan tidak bekerja sebanyak 9 orang (30%). Hasil tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram di bawah ini:F  

 14

 9

 6

 1Pekerjaan     IRT    Wiraswasta     Petani     Tdk Ada

                  Diagram 2: Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan diagram 2 di atas, diperoleh responden kategori pekerjaan sebagai IRT sebanyak 1 orang, wiraswasta sebanyak 6 orang, petani sebanyak 9 orang, dan yang tidak ada sebanyak 14 orang.

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-LakiPerempuan

1614

5347

Jumlah 30 100%    Sumber: Data Primer Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui responden kategori jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (53%), kategori jenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang (47%). Hasil tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram bawah ini:

Page 15: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

1614

Jenis Kelamin  Laki-Laki      Perempuan

      Diagram 3: Responden Berdasarkan Jenis KelaminBerdasarkan diagram 3 di atas diperoleh responden kategori jenis kelamin laki-laki

sebanyak 16 orang dan jenis kelamin perempuan 14 orang.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi pada LansiaTabel 4.4Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia

Tingkat Depresi Frekuensi Persentase

RinganSedang Berat

3198

   10%  63%   27%

Jumlah 30 100%     Sumber: Data Primer Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui tingkat depresi kategori ringan sebanyak 3 orang (10%), sedang sebanyak 19 orang (63%), dan berat sebanyak 8 orang (27%). Hasil tersebut dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:

                                                                                         F 

198

3Tingkat Depresi    Ringan      Sedang      Berat

       Diagram 3: Responden Berdasarkan Tingkat DepresiBerdasarkan diagram 3 di atas, diperoleh responden kategori tingkat depresi ringan

sebanyak 3 orang, sedang sebanyak 19 orang, dan berat 8 orang.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia Berdasarkan UmurTabel 4.5Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia di Dusun Saukeng

Page 16: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten BulukumbaBardasarkan Umur

Umur

Tingkat Depresi

Ringan Sedang   Berat  

F % F % F %

55-6465-70> 71

21-

73-

388

102727

2 15

7317

Jumlah 3 10 19 64 8 27

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui jumlah responden yang umur 55-64 tahun mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 2 orang (7%), sedang sebanyak 3 orang (10%), berat sebanyak 2 orang (7%). Umur 65-70 tahun mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 1 orang (3%), sedang sebanyak 8 orang (27%), berat sebanyak 1 orang (3%). Sedangkan umur >71 tahun mempunyai tingkat depresi ringan tidak ada, sedang sebanyak 8 orang (27%), berat sebanyak 5 orang (17%).   4. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia Berdasarkan PekerjaanTabel 4.6Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia di Dusun SaukengDesa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten BulukumbaBardasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Tingkat Depresi

Ringan Sedang   Berat  

F % F % F %

IRTWiraswastaPetaniTidak Ada

-21-

-73-

-4105

-133317

1-34

3-1013

Jumlah 3 10 19 63 8 26

Sumber: Data Primer Tahun 2013Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui jumlah responden yang pekerjaannya sebagai

IRT mempunyai tingkat depresi ringan dan sedang tidak ada, berat sebanyak 1 orang (3%). Pekerjaan sebagai wiraswasta mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 2 orang (7%), sedang sebanyak 4 orang (13%), berat tidak ada. Pekerjaan sebagai petani mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 1 orang (3%), sedang sebanyak 10 orang (33%), berat sebanyak 3 orang (10%). Sedangkan yang tidak bekerja mempunyai tingkat depresi ringan tidak ada, sedang  sebanyak 5 orang (17%), berat sebanyak 4 orang (13%).

5. Tingkat Depresi pada Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia di Dusun SaukengDesa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten BulukumbaBardasarkan Jenis Kelamin

Pekerjaan Tingkat Depresi

Ringan Sedang   Berat  

Page 17: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

F % F % F %

Laki-LakiPerempuan

12

37

154

5013

53

1710

Jumlah 3 10 19 63 8 27

Sumber: Data Primer Tahun 2013Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui jumlah responden yang berjenis kelamin laki-

laki mempunyai tingkat depresi  ringan sebanyak 1 orang (3%), sedang sebanyak 15 orang (50%), dan berat sebanyak 5 orang (17%). Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 2 orang (7%), sedang sebanyak 4 orang (13%), dan berat sebanyak 3 orang (10%). 

B.  Pembahasan1.   Distribusi Frekuensi Berdasarkan Biodata Responden

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari segi umur diketahui responden kategori umur >71 tahun jumlahnya lebih banyak yaitu 13 orang (43%) dibandingkan dengan kategori umur 55-64 tahun yang  jumlahnya 7 orang (23%) dan kategori umur 65-70 tahun dengan jumlah 10 orang (33%).

Sementara dari segi pekerjaan diketahui responden kategori petani jumlahnya lebih banyak yaitu 14 orang (47%) dibandingkan dengan kategori tidak bekerja yang jumlahnya 9 orang (30%), kategori wiraswasta yang jumlanya 6 orang (20%), dan kategori IRT dengan jumlah 1 orang (3%).

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin diketahui responden kategori laki-laki jumlahnya lebih banyak yaitu 16 orang (53%) dibandingkan dengan kategori perempuan yang jumlahnya 14 orang (43%).2. Tingkat Depresi pada Lansia

Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang depresi pada lansia, diperoleh tingkat depresi kategori sedang jumlahnya lebih banyak yaitu 19 orang (63%) dibandingkan dengan kategori berat dengan jumlah 8 orang (27%) dan kategori ringan dengan jumlah 3 orang (10%). Hal ini bertentangan dengan teori yang dikutip dari Tarigan (2009) yang menyatakan bahwa pada umumnya, yang rentan terkena depresi adalah para lanjut usia (lansia) dengan tingkat depresi rata-rata depresi berat. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reski Nurfadillah (2010), tentang tingkat depresi pada lansia di Puskesmas Bara Raya Makassar. Dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat depresi sedang kebanyakan dialami oleh para lansia dari pada tingkat depresi ringan dan berat.3. Tingkat Depresi pada Lansia Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang depresi pada lansia, diketahui jumlah responden yang berumur >71 tahun mengalami depresi yang jumlahnya paling banyak yaitu tingkat depresi sedang dengan jumlah 8 orang (27%), berat dengan jumlah 5 orang (17%) dan ringan tidak ada. Sementara umur 65-70 tahun mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 1 orang (3%), sedang sebanyak 8 orang (27%), berat sebanyak 1 orang (3%). Umur 55-64

Page 18: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

tahun mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 2 orang (7%), sedang sebanyak 3 orang (10%), berat sebanyak 2 orang (7%). Hal ini sesuai dengan teori kutipan Pujiyono (2007), yang menyatakan bahwa lansia yang berumur 71 ke atas mudah terkena depresi dengan hasil penelitia yang menunjukkan bahwa tingkat depresi lansia yang berumur >71 jumlahnya lebih banyak terkena depresi sedang dan berat daripada umur 55-64 tahun dan 65-75 tahun. 

4. Tingkat Depresi pada Lansia Berdasarkan PekerjaanBerdasarkan hasil penelitian di atas tentang depresi pada lansia, diketahui jumlah

responden yang pekerjaannya sebagai petani yang jumlahnya banyak dengan tingkat depresi ringan sebanyak 1 orang (3%), sedang, sebanyak 10 orang (33%), berat sebanyak 3 orang (10%). Dibandingkan dengan responden yang pekerjaanya sebagai IRT dengan tingkat depresi ringan dan sedang tidak ada, berat 1 orang (3%),. Pekerjaan sebagai wiraswasta dengan tingkat depresi ringan sebanyak 2 orang (7%), sedang sebanyak 4 orang (13%), berat tidak ada. Sedangkan yang tidak bekerja dengan tingkat depresi ringan tidak ada, sedang sebanyak 5 orang (17%), berat sebanyak 4 orang (13%). Hal ini sejalan dengan teori yang dikutip Jusni (2009), menyatakan bahwa depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, perasaan berat sedemikian beratnya sehingga tidak bias melaksanakan fungsi sehari-hari sebagai orang tua, pegawai, pasangan hidup, pelajar, petani, dll.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Mulyadi (2011), Mahasiswa Stikes Megareski. Di mana hasil penelitiannya terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian depresi pada lansia.

5. Tingkat Depresi pada Lansia Berdasarkan Jenis KelaminBerdasarkan hasil penelitian di atas tentang depresi pada lansia, diketahui jumlah

responden berjenis kelamin laki-laki yang jumlahnya banyak dengan tingkat depresi  ringan sebanyak 1 orang (3%), sedang sebanyak 15 orang (50%), dan berat sebanyak 5 orang (17%). Dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat depresi ringan sebanyak 2 orang (7%), sedang sebanyak 4 orang (13%), dan berat sebanyak 3 orang (10%).  Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dikutip dari Tarigan (2010) yang menyatakan bahwa gejala depresi biasanya lebih cepat terlihat pada kaum perempuan daripada kaum laki-laki.  

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurwan (2010), dalam penelitiannya tentang tingkat kejadian  depresi pada lansia di dusun Baraya desa Wonomulio kabupaten Polman, di mana   dihasil penelitiannya menunjukkan bahwa  jumlah penderita depresi lebih banyak kaum laki-laki dari pada kaum perempuan..

.

Page 19: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan1.   Bersdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh hasil bahwa terdapat 19 responden yang

mengalami depresi sedang dengan persentase 63%.2.   Terdapat 8 responden yang mengalami depresi berat dengan persentase 27%, dan3.   Terdapat 3 responden yang mengalami depresi ringan dengan persentase 10%.

B.     Saran1.   Bagi Penduduk

Dapat dijadikan dasar pengetahuan tentang depresi dan cara menaggulanginya.2.   Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan yang berhubungan dengan depresi pada lansia.

3838 

DAFTAR PUSTAKAAlimul Azis, Hidayat.2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta: Salemba

Medikal.

Azwar.2007.Konsep Kesehatan.Jakarta:PT.Rienaka Cipta.

Dadang Hawari D. 2008. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : Gaya Baru

Depkes.2009.Penggolongan Lansia. Diakses dalam http://www.Lansia.com. 11 Oktober 2012

Http://Www.Duniapsikologi.Com.Diakses 11 oktober 2012

Page 20: Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Saukeng Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Jusni  2007. Depresi, Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kusumanto, R. Iskandar, Y. 2010. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada praktek umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha

Martono.2010.Perkembangan Psikologis Manusia. Diakses dalamhttp://www.Kompas.Read/News.go.id

Mulyadi. 2011. Penelitian tentang hubungan antara pekerjaan dengan kejadian depresi pada lansia.

Nurwan. 2010. tingkat kejadian  depresi pada lansia di dusun Baraya desa Wonomulio kabupaten Polman

Tarigan, C, Julita.2008. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. Diakses dalam http://www.usu.go.id

Pujiono. Efektivitas Pelaksanaan Program Posyandu Lanjut Usia (Studi Di Pekon Pardasuka, Kecamatanamatan Pardasuka, Kabupatenupaten Tanggamus), Abstrak. Diakses dalamhttp://www.usu.go.id

Nurfadillah, Reski. 2010. Makalah tingkat depresi pada lansia di Puskesmas Bara Raya Makassar

Wendato Wisnu, 2009.Statistic Kesehatan, STMIK Surakarta.

Winslow.2009.Pola Hidup Sehat.Jakatra:PT Rienaka Cipta.