gambaran pemeriksaan kadar enzim · pdf filedbd (demam berdarah dengue) pada dasarnya tidak...

47
GAMBARAN PEMERIKSAAN KADAR ENZIM TRANSAMINASE PADA PASIEN TERINFEKSI VIRUS DENGUE DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Predikat Ahli Madya Analis Kesehatan Oleh : IKA SETIANY 10.72.12007 PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2013

Upload: duongtu

Post on 08-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN PEMERIKSAAN

KADAR ENZIM TRANSAMINASE

PADA PASIEN TERINFEKSI VIRUS DENGUE

DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Predikat Ahli Madya Analis Kesehatan

Oleh :

IKA SETIANY

10.72.12007

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2013

ii

ABSTRAK

Ika Setiany, Gambaran Pemeriksaan Kadar Enzim Transaminase Pada Pasien

Terinfeksi Virus Dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya: Program

Studi Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. 2013.

Dibawah bimbingan : 1. Novidha Muji R., S.Si., 2. dr. Widi Yuli Harianto.

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun

2012 tercatat ada 201 orang penderita DBD dan 3 orang meninggal dunia. Ada

peningkatan jumlah penderita DBD dan jumlah yang meninggal dari tahun 2011

sampai 2012. Pada pasien yang terinfeksi virus dengue umumnya sering terjadi

pembesaran hati (hepatomegali) walaupun tidak selalu harus ditemukan, sehingga

ditemukan salah satunya adalah peningkatan kadar enzim transaminase. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar enzim transaminase pada pasien

terinfeksi virus dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Jenis metode yang digunakan adalah metode deskriftif dengan populasi

penelitian adalah seluruh pasien terinfeksi virus dengue di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya pada bulan Januari sampai April 2013, dan sampel yang

digunakan adalah pasien terinfeksi virus dengue yang melakukan pemeriksaan

enzim transaminase (AST dan ALT) di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya sebanyak 30 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dengan cara mengukur secara automatik kadar enzim transaminase pada sampel

darah pasien terinfeksi virus dengue.

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan data klasifikasi umur, yang

terserang infeksi virus dengue lebih banyak pada umur 15 - 44 tahun (kelompok

remaja dan dewasa). Berdasarkan data sampel penelitian sebanyak 30 orang, di

dapat hasil rerata kadar AST antara 19 – 406 U/L adalah 111,4 /L dan kadar ALT

antara 15 – 283 U/L adalah 73,4 U/L.

Kata Kunci : Infeksi Virus Dengue, Kadar AST, Kadar ALT

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PEMERIKSAAN

KADAR ENZIM TRANSAMINASE

PADA PASIEN TERINFEKSI VIRUS DENGUE

DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

IKA SETIANY

10.72.12007

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Predikat Ahli Madya Analis Kesehatan

Palangka Raya, Juli 2013

Menyetujui,

Pembimbing I,

(Novidha Muji R., S.Si)

Pembimbing II,

(dr. Widi Yuli Harianto)

v

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PEMERIKSAAN KADAR ENZIM TRANSAMINASE

PADA PASIEN TERINFEKSI VIRUS DENGUE

DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

IKA SETIANY

10.72.12007

Dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program Studi Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Tanggal : 01 Juli 2013

Tim Penguji

Nama

1. dr. Enny Rohmawati, Sp.PK

2. dr. H. Fery Iriawan, M.PH

3. Novidha Muji R., S.Si

4. dr. Widi Yuli Harianto

Jabatan

Penguji Utama

Anggota

Anggota

Anggota

Tanda Tangan

( ………………..)

(………………...)

(………………...)

(………………...)

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya,

dr. H. Fery Iriawan, M.PH

Ketua Program Studi

Analis Kesehatan,

Agus, S.Si., M.MKes

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesehatan

dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis

ilmiah (KTI) yang berjudul “Gambaran Pemeriksaan Kadar Enzim Transaminase

Pada Pasien Terinfeksi Virus Dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya”. Adapun maksud dari penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Studi Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Palangkaraya untuk meraih predikat Ahli Madya Analis Kesehatan.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis diberikan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, karena itu dengan penuh rasa hormat dan tulus

hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Drs. H. Bulkani, M.Pd selaku rektor Universitas Muhammadiyah

Palangkaraya.

2. dr. H. Fery Iriawan, M.PH selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Palangkaraya.

3. Agus, S.Si., M.MKes selaku Ketua Program Studi Analis Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya sekaligus dosen pembimbing

akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama tiga

tahun belakangan ini.

4. Novidha Muji R., S.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, masukan dan saran – saran sehingga karya

tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. dr. Widi Yuli Harianto selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, masukan dan saran – saran sehingga karya

tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. dr. Enny Rohmawati, Sp.PK selaku kepala instalasi Patologi Klinik RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya.

vii

7. Bapak dan Ibu serta staf Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya.

8. Bapak dan Ibu dosen serta para staf pengelola Program Studi Analis

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

9. Terutama kepada kedua Orang Tua saya dan adik - adik saya yang selama ini

telah memberikan dukungan berupa materil, semangat dan do’a.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna, masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari materi

yang disajikan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penulisan ini penulis

mengharapkan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata

penulis berharap, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak –

pihak yang memerlukan.

Palangkaraya, Juli 2013

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................... 3

C. Batasan Masalah ............................................................... 3

D. Rumusan Masalah ............................................................ 3

E. Tujuan Penelitian ............................................................. 3

F. Manfaat Penelitian ........................................................... 3

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Infeksi Virus Dengue ....................................................... 4

1. Definisi ...................................................................... 4

2. DD (Demam Dengue), DBD (Demam Berdarah

Dengue) dan DSS (Demam Shock Syndrome) .......... 4

3. Etiologi ...................................................................... 5

4. Patogenesis ................................................................ 5

5. Kriteria Klinis DD, DBD dan DSS ........................... 6

6. Diagnosis Laboratorium ............................................ 10

7. Diagnosis Banding .................................................... 12

ix

B. Hati

1. Definisi ...................................................................... 12

2. Enzim Aminotransferase ........................................... 15

3. Pemeriksaan Fungsi Hati .......................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................. 21

B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 21

C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................... 21

D. Variabel Penelitian ........................................................... 21

E. Definisi Operasional Penelitian ........................................ 22

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 22

G. Instrumen Penelitian ......................................................... 23

H. Prosedur Penelitian ........................................................... 24

I. Teknik Analisa ................................................................. 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................ 25

B. Pembahasan ...................................................................... 28

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................... 30

B. Saran ................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Patogenesis infeksi virus dengue ........................................ 6

Gambar 2. Kedudukan hati yang tampak setinggi iga kelima, dan

melebar di sebelah bawah sampai pinggiran iga – iga di

kanan .................................................................................. 12

Gambar 3. Anatomi Hepar .................................................................... 13

Gambar 4. Reaksi pembentukan oxaloacetat oleh AST ....................... 20

Gambar 5. Reaksi pembentukan piruvat oleh ALT .............................. 20

Gambar 6. Persentase pasien terinfeksi virus dengue berdasarkan

kriteria umur ....................................................................... 25

Gambar 7. Grafik rerata kadar AST dan ALT pada pasien terinfeksi

virus dengue ........................................................................ 28

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Gejala klinis DD (Demam Dengue) dan DBD (Demam

Berdarah Dengue) ................................................................. 8

Tabel 2. Penyakit yang di sertai peningkatan aminotransferase ......... 17

Tabel 3. Nilai normal AST dan ALT .................................................. 19

Tabel 4. Klasifikasi berdasarkan umur pada pasien terinfeksi virus

dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ............ 26

Tabel 5. Hasil pemeriksaan kadar enzim transaminase (AST dan

ALT) pada pasien terinfeksi virus dengue ........................... 27

Tabel 6. Rerata kadar enzim transaminase (AST dan ALT) pada

pasien terinfeksi virus dengue ............................................... 27

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Hasil Pemeriksaan

Lampiran 2: Data Kasus DBD dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah Tahun 2011

Lampiran 3: Data Kasus DBD dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah Tahun 2012

Lampiran 4: Gambar Pemeriksaan Sampel

Lampiran 5: Leaflet Reagen AST

Lampiran 6: Leaflet Reagen ALT

Lampiran 7: Surat Pernyataan

Lampiran 8: Agenda Revisi dari Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang sangat umum di temui

di Indonesia. Penyakit ini dapat membuat pasien tersebut dalam kondisi

parah dalam waktu singkat tetapi tidak menutup kemungkinan berakhir

dengan kematian. Sanitasi yang buruk sebagai tempat yang potensial bagi

sarang nyamuk, lingkungan alam yang tropis dan rendahnya tingkat

kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat menjadi penyebab

angka kejadian infeksi virus dengue cukup tinggi di masyarakat.

Di Indonesia, DBD (Demam Berdarah Dengue) pertama kali dicurigai

di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh

pada tahun 1970. Epidemi pertama diluar Jawa dilaporkan pada tahun 1972

di Sumatra Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali

(1973). Pada tahun 1974 epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan

Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1993 DBD telah menyebar ke seluruh

provinsi di Indonesia. (Soedarmo, 2010)

Di Kalimantan Tengah khususnya di Palangka Raya data kasus DBD

per bulan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun

2011 tercatat ada 22 penderita DBD dan 1 orang meninggal dunia. Tahun

2012 tercatat ada 201 orang penderita DBD dan 3 orang meninggal dunia.

Ada peningkatan jumlah penderita DBD dan jumlah yang meninggal dari

tahun 2011 sampai 2012. Incident Rate (IR) per 100.000 penduduk di

Palangka Raya juga mengalami peningkatan, pada tahun 2011 IR 11

sedangkan pada tahun 2012 IR 90,97. Peningkatan ini bisa disebabkan

karena muncul strain baru yang lebih virulen sehingga menjadikan

peningkatan pelaporan.

Demam dengue sering menyerang anak-anak maupun dewasa. Pada

dasarnya demam dengue merupakan demam bifase akut yang ditandai

dengan sakit kepala mialgia artralgia, ruam kulit dan leukopenia. Walaupun

1

2

DBD (Demam Berdarah Dengue) pada dasarnya tidak berbahaya, penyakit

ini dapat menurunkan fungsi tubuh, misalnya otot dan sendi terasa sangat

nyeri, terutama pada orang dewasa dan terkadang disertai dengan

perdarahan yang tidak biasa. (WHO 2004)

Pasien yang terinfeksi virus dengue pada umumnya sering terjadi

pembesaran hati (hepatomegali), tetapi tidak selalu harus ditemukan. Jika

pada pasien tersebut terjadi pembesaran hati maka akan ditemukan salah

satunya adalah peningkatan kadar enzim transaminase.

Serum transaminase yaitu AST (Aspartate Amino Transferase) atau

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat Transaminase) dan ALT (Alanine

Amino Transferase) atau SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase),

walaupun bukan satu – satunya petanda fungsi hati, tetapi keberadaannya

biasanya digunakan untuk screening enzyme, merupakan parameter dasar

untuk suatu diagnosis dan follow up terhadap gangguan fungsi hati.

(Satriani, 2009)

Enzim AST dan ALT merupakan enzim yang dapat digunakan untuk

menilai kelainan sel hati. Bila hati mengalami kerusakan, akan terjadi

peningkatan kadar AST dan ALT dalam darah. Kerusakan hati disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya virus, obat, rokok, dan alkohol. (Noer,

1996)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

untuk melakukan penelitian ilmiah tentang “Gambaran Pemeriksaan Kadar

Enzim Transaminase pada Pasien Terinfeksi Virus Dengue di RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya”.

3

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran pemeriksaan kadar enzim transaminase pada

pasien terinfeksi virus dengue ?

2. Bagaimana gambaran klinis yang terjadi pada pasien terinfeksi virus

dengue ?

3. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pasien terinfeksi

virus dengue ?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya menggambarkan pemeriksaan kadar enzim

transaminase pada pasien terinfeksi virus dengue di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pemeriksaan kadar enzim transaminase pada

pasien terinfeksi virus dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ?

E. Tujuan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan

kadar enzim transaminase pada pasien terinfeksi virus dengue di RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi pasien terinfeksi virus dengue, dapat dijadikan informasi mengenai

gambaran pemeriksaan kadar enzim transaminase.

2. Bagi peneliti, diharapkan mampu menerapkan, mengaplikasikan dan

mengembangkan ilmu yang didapat selama kuliah ataupun selama

penelitian di masa mendatang.

3. Bagi mahasiswa Analis Kesehatan, dapat dijadikan pengetahuan tentang

bagaimana gambaran kadar enzim transaminase pada pasien terinfeksi

virus dengue.

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Infeksi Virus Dengue

1. Definisi

Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus, yaitu virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam

ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum

manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild

undifferentiated febrile illness), demam dengue (DD), demam

berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue disertai syok

(dengue shock syndrome = DSS).

2. DD (Demam Dengue), DBD (Demam Berdarah Dengue) dan DSS

(Demam Shock Syndrome)

DD (Demam Dengue) dan DBD (Demam Berdarah Dengue)

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan

manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai

leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesa

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai

dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan

cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock

syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh

renjatan/syok. (Sudoyo, 2010)

4

5

Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini memperlihatkan

sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan DSS yang

dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas

permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan (silent dengue

infection dan demam dengue) merupakan dasarnya. (Soedarmo, 2010)

3. Etiologi

Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus

(arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family

Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,

DEN-3, DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi

tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. (Soedarmo, 2010)

Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3

merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe

dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese

encephalitis dan West Nile virus.

4. Patogenesis

Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat

dua perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya

permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma,

hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik

yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan rongga

peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-28 jam). Hemostatis

abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan

koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. (Zulkoni,

2010).

6

Gambar 1. Patogenesis infeksi virus dengue

5. Kriteria Klinis DD, DBD dan DSS

Diagnosis klinis DD dan DBD menurut WHO 1997 dapat

ditegakkan bila ditemukan :

a. DD (Demam Dengue)

Adapun untuk kriteria klinis DD sebagai berikut :

1) Demam akut selama 2 – 7 hari, disertai sakit kepala, nyeri

otot dan sendi.

2) Bisa disertai penurunan jumlah trombosit.

3) Panas akan turun pada hari ketiga atau keempat.

4) Tingkat penyembuhannya akan lebih baik.

b. DBD (Demam Berdarah Dengue)

Adapun untuk kriteria klinis DBD sebagai berikut :

1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,

berlangsung terus menerus selama 2 – 7 hari.

7

2) Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan, seperti uji

tourniquet positif, petekie, ekimosis, purpura, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis dan melena.

3) Pembesaran hati (hepatomegali).

4) Kegagalan peredaran darah (circulatory failure)

Adapun untuk kriteria laboratori DBD sebagai berikut :

1) Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3)

2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit

20% atau lebih.

3) Terdapat minimal satu tanda – tanda plasma leakage

(kebocoran plasma).

c. DSS (Demam Shock Syndrome)

Seluruh kriteria untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan

manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (≤ 20

mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin

dan lembab serta gelisah.

8

Tabel 1. Gejala klinis DD (Demam Dengue) dan DBD (Demam

Berdarah Dengue) (Soedarmo, 2010)

DD

(Demam Dengue) Gejala Klinis

DBD (Demam

Berdarah Dengue)

+ +

+ + +

+

+ +

+ +

+ +

+

+

+ +

+

0

0

+

+ + + +

0

+ +

+

+ +

0

Nyeri kepala

Muntah

Mual

Nyeri otot

Ruam kulit

Diare

Batuk

Pilek

Limfadenopati

Kejang

Kesadaran menurun

Obstipasi

Uji tourniquet positif

Petekie

Perdarahan saluran cerna

Hepatomegali

Nyeri perut

Trombositopenia

Syok

+

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

+ +

+

+ +

+ + +

+

+ + +

+ + +

+ + + +

+ + +

Keterangan : (+): 25%, (++): 50%, (+++): 75%, (++++): 100%

Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada

permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan berat

penyakit, nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus.

Kewaspadaan perlu ditingkatkan apabila semula hati tidak teraba

kemudian selama perawatan membesar atau pada saat masuk rumah

sakit hati sudah teraba dan selama perawatan menjadi lebih besar dan

kenyal, hal ini merupakan tanda terjadinya syok. (Soedarmo, 2010)

Pada DBD syok, setelah demam berlangsung selama beberapa

hari keadaan umum tiba – tiba memburuk hal ini biasanya terjadi pada

saat atau setelah demam menurun, yaitu di antara hari sakit ke 3-7.

9

Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis peningkatan reaksi

imunologis (the immunological enhancement hypothesis). Pada

sebagian besar kasus ditemukan tanda kegagalan peredaran darah,

kulit teraba lembab dan dingin, sinosis sekitar mulut, nadi menjadi

cepat dan lembut. Pasien seringkali mengeluh nyeri dada di daerah

perut sesaat sebelum syok. Nyeri di daerah retrosternal tanpa sebab

yang jelas dapat memberikan petunjuk adanya perdarahan

gastrointestinal yang hebat. Syok yang terjadi selama periode demam

biasanya mempunyai prognosis buruk. (Soedarmo, 2010)

Peningkatan kadar hematokrit merupakan bukti adanya

kebocoran plasma, walau dapat terjadi pula pada kasus derajat ringan

meskipun tidak sehebat dalam keadaan syok. Hasil laboratorium lain

yang sering ditemukan ialah hipoproteinemia, hiponatremia, kadar

transaminase serum dan urea nitrogen darah meningkat. Sehingga

terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD adalah

ditemukan kebocoran plasma pada DBD. (Soedarmo, 2010)

Infeksi virus dengue sendiri sebenarnya memberikan manifestasi

klinis dengan spektrum luas dari tanpa gejala klinis, demam ringan

tidak spesifik, demam dengue dan DBD dengan kebocoran plasma

yang menimbulkan renjatan hivopolemik sampai terjadinya

perdarahan yang fatal, dengan kesakitan dan kematian yang tinggi.

WHO juga membagi DBD menjadi empat kategori penderita

menurut derajat berat – ringannya manifestasi klinis penderita sebagai

berikut :

- Derajat I : adanya demam tanpa perdarahan spontan,

manifestasi perdarahan hanya berupa tourniquet tes

yang positif

- Derajat II : gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan,

biasanya berupa perdarahan di bawah kulit dan

atau berupa perdarahan lainnya.

10

- Derajat III : adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat

dan lemah, penyempitan tekanan nadi (<20

mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral yang

dingin dan gelisah.

- Derajat IV : adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan

tekanan darah yang tidak terukur.

d. Diagnosis Laboratorium

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengan (cell

culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik

RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun

karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi

adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM

maupun IgG lebih banyak. Parameter laboratori yang dapat diperiksa

pada pasien terinfeksi virus dengue antara lain pemeriksaan

Hematologi, Kimia Klinik, dan Imunserologi. (Sudoyo, 2010)

a. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hematologi yang dapat dilakukan pada pasien

terinfeksi virus dengue antara lain :

1) Hemoglobin : terjadi peningkatan 20% dari normal sebanding

kenaikan nilai hematokrit.

2) Leukosit : dapat normal atau menurun, dapat disertai adanya

limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit

yang pada fase syok akan meningkat.

3) Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia atau

penurunan jumlah trombosit pada hari ke 3-8.

4) Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan

ditemukan-nya peningkatan hematokrit ≥20% dari hematokrit

awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

11

b. Pemeriksaan Kimia Klinik

Pemeriksaan Kimia Klinik yang dapat dilakukan pada

pasien terinfeksi virus dengue antara lain :

1) Hemostatis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen,

D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi

perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

2) Protein total dan albumin : dapat terjadi hipoproteinemia

akibat kebocoran plasma.

3) AST dan ALT : dapat meningkat.

4) Ureum dan kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi

ginjal.

5) Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

c. Pemeriksaan Imunoserologi

Pemeriksaan Imunoserologi yang dapat dilakukan pada

pasien terinfeksi virus dengue antara lain :

1) ELISA (IgG dan IgM)

IgG : pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke-

14, pada infeksi sekunder igG mulai terdeteksi hari ke-2.

IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu

ke-3, menghilang setelah 60 – 90 hari.

2) Uji HI : dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama

serta saat pulang dari perawatan, uji ini digunakan untuk

kepentingan surveilans.

3) NS1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari

pertama sampai hari ke-8. Sensitivitas antigen NS1 berkisar

63%-93% dengan spesifisitas 100% sama tingginya dengan

spesifisitas gold standart kultur virus. Hasil negatif antigen

NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.

12

e. Diagnosis Banding

Demam fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus

yang luas. Pada hari – hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan

dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) yang disertai

demam. Pada demam ke 3 – 4, kemungkinan diagnosis DBD akan

lebih besar, apabila gejala klinis lain seperti manifestasi perdarahan

dan pembesarn hati menjadi nyata. Kesulitan kadang – kadang dialami

dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis, dalam hal ini

trombositopenia dan hemokonsentrasi di samping penilaian gejala

klinis lain seperti tipe dan lama demam dapat membantu. (Soedarmo,

2010)

B. Hati

1. Definisi

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh, yang terletak

dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan di bawah

diafragma. Hati secara luas dilindungi oleh iga – iga. (Pearce, 2009)

Gambar 2. Kedudukan hati yang tampak setinggi iga kelima, dan

melebar di sebelah bawah sampai pinggiran iga - iga

disebelah kanan (Pearce, 2009)

13

Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh.

Walaupun hanya membentuk 2% dari berat tubuh total, hati menerima

1500mL darah per menit, atau sekitar 28% dari curah jantung, agar

dapat melaksanakan fungsinya. Hati melakukan berbagai proses

metabolik terhadap konstituen – konstituen darah yang mengalir

kepadanya sebagai produk sisa atau zat gizi, dan sebaliknya banyak

aktivitas hati secara langsung tercermin dalam beberapa zat yang

beredar dalam darah dan juga terdapat di cairan tubuh lain.

(Sacher, 2004)

Gambar 3. Anatomi Hepar (Saraswati, 2013)

Hati (hepar) mengekskresikan kurang lebih 1/2 liter empedu

setiap hari. Empedu berupa cairan kehijauan berasa pahit dengan pH

sekitar 7-7,6; mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu,

serta pigmen (zat warna empedu) yang disebut bilirubin dan

biliverdin. (Pratiwi, 2006)

Empedu yang dihasilkan oleh hati disimpan dalam kantong

empedu (vesica felea) dan dikeluarkan ke usus halus untuk membantu

sistem pencernaan, misalnya :

14

a. Mencernakan lemak

b. Mengaktifkan lipase

c. Mengubah zat yang tak larut dalam air menjadi zat yang dapat

larut dalam air

d. Membantu daya absorpsi lemak pada dinding usus.

Hati terdiri dari dua jenis sel utama yaitu hepatosit yang aktif

secara metabolisme dan berasal dari epitel, dan sel Kupffer yang

bersifat fagositik dan merupakan bagian dari sistem retikuloendotel.

(Sacher, 2004)

Secara keseluruhan, sel – sel hati membentuk kompartemen

besar reaktan kimiawi yang menggunakan substrat dan energi dari

berbagai sistem metabolik. Hati mengolah dan membentuk banyak

bahan yang diangkut dari dan ke bagian tubuh lain. (Hall, 2010)

Ligamentum pada hati merupakan posterior karena melekat pada

diafragma. Ligamentum pada hati merupakan lipatan peritoneum dan

di bawah ini peritoneum terdapat jaringan penyambung yang padat

yang dinamakan Kapsula Glisson. (Price, 1995)

Kita dapat mendeteksi kerusakan hepatoselular yang sedang

berlangsung dengan mengukur indek fungsional dan dengan

mengamati produk hepatosit yang rusak atau nekrotik di dalam

sirkulasi. Bilirubin serum meningkat pada disfungsi sedang atau berat.

Untuk pasien dengan penyakit yang ringan atau sedang, kerusakan

yang hilang – timbul paling baik dipantau dengan memeriksa secara

berkala kadar bilirubin dan enzim serum. (Sacher, 2004)

15

2. Enzim Aminotransferase

Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup dan

umumnya terdapat didalam sel. Dalam keadaan normal terdapat

keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya.

Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran

sel, enzim akan banyak keluar ruang ekstra sel dan kedalam aliran

darah sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk diagnostik

penyakit tersebut.

Dua macam enzim yang paling sering berkaitan dengan

kerusakan hepatoselular adalah aminotransferase yakni enzim-enzim

yang mengkatalisis pemindahan gugusan amino secara reversibel satu

gugus amino antara sebuah asam amino dan sebuah asam alfa-keto.

Fungsi ini penting untuk pembentukan asam-asam amino yang tepat

dibutuhkan untuk menyusun protein di hati. (Sacher, 2004)

AST (Aspartate Amino Transferase) memerantarai reaksi antara

asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat, enzim ini dahulu disebut

sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase). ALT

(Alanine Amino Transferase) memindahkan satu gugus amino antara

alanin dan asam alfa-ketoglutamat dan dahulu disebut sebagai SGPT

(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase). Walaupun AST dan ALT

sering dianggap sebagai enzim hati karena tingginya konsentrasi

keduanya dalam hepatosit, namun hanya ALT yang spesifik. (Sacher,

2004)

Angka hasil pemeriksaan aktivitas AST dibagi aktivitas ALT

dalam sampel serum di sebut rasio de Ritis. Rasio ini digunakan untuk

membedakan berbagai penyakit dengan AST maupun ALT-nya dapat

meningkat dengan derajat berbeda. Secara umum, ALT lebih cepat

dibebaskan dari hepatosit ke dalam darah dalam keadaan akut,

sedangkan AST dibebaskan lebih besar pada gangguan kronis disertai

kerusakan progresif. (Sacher, 2004)

16

Pada peradangan ringan hepatitis virus, kadar ALT meningkat

lebih awal dan lebih mencolok di bandingkan dengan AST (rasio de

Ritis < 1,0). Pengukuran ALT merupakan pemeriksaan penapisan yang

lebih sensitif dan spesifik untuk hepatitis pascatransfusi atau pajanan

toksik di lingkungan kerja. Pengukuran ALT dahulu diharuskan

dilakukan terhadap donor darah untuk menyingkirkan orang yang

mengandung virus hepatitis yang belum teridentifikasi. (Sacher, 2004)

Pada hepatitis kronis aktif, perubahan kadar enzim sering (tetapi

tidak selalu) mencerminkan derajat kerusakan sel yang sedang

berlangsung. Hepatitis alkoholik lebih sering menyebabkan gangguan

fungsional daripada menyebabkan nekrosis sel, sehingga kadar enzim

umumnya meningkat sedang. Pada kerusakan hati alkoholik akut atau

kronis, peningkatan AST cenderung sedikit lebih besar daripada

peningkatan ALT (rasio de Ritis > 1,0, sering > 5,0) karena

konsentrasinya dalam jaringan yang lebih tinggi. Karena otot rangka

mengandung AST, AST nonhati dapat meningkat mencolok melebihi

ALT pada penyakit – penyakit terkait alkohol akut seperti delirium

tremens, trauma, atau stupor disertai imobilitas jangka panjang, karena

pembebasan enzim dari otot yang cedera. Pada kolestasis, obstruksi

ekstrahepatik biasanya merupakan proses akut (rasio de Ritis < 1,5).

Sebaliknya, kolestatis intrahepatik merupakan proses yang lebih kronis

dengan pembebasan AST yang lebih besar (rasio de Ritis > 1,5).

(Sacher, 2004)

Temuan khas pada berbagai penyakit yang dapat menyebabkan

peningkatan kadar enzim transaminase dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut.

17

Tabel 2. Penyakit yang disertai peningkatan aminotransferase.

(Sacher, 2004)

Penyakit

Kadar Sangat Tinggi (20 Kali Normal atau Lebih) :

Hepatitis virus

Hepatitis toksik

Kadar Meningkat Sedang (Biasanya 3-10 Kali Normal) :

Mononukleosis infeksiosa

Hepatitis kronis aktif

Obstruksi duktus biliaris ekstrahepatik

Infark miokardium

Kadar Meningkat Ringan (1-3 Kali Normal) atau Normal :

Pankreatitis

Perlemakan hati alkoholik

Sirosis Laennec

Infiltrasi granulomatosa atau neoplastik

Sirosis biliaris

3. Pemeriksaan Fungsi Hati

Perlu ditekankan bahwa tidak ada satu pemeriksaan atau

tindakan yang mampu mengukur fungsi total hati, karena hati terlibat

dalam hampir setiap proses metabolisme tubuh dan memiliki cadangan

fungsional yang besar. (Price, 2006)

Pada umumnya dilakukan beberapa panel pemeriksaan fungsi

hati yang berguna untuk mengetahui gangguan hati, antara lain protein

total, albumin, globulin, bilirubin serum direk, bilirubin serum indirek,

bilirubin serum total, AST (Aspartat Aminotransferase), ALT (Alanin

Aminotrasnferase), LDH (Lactat dehydrogenase), ALP (Alkali

Fosfatase), dan GGT (Gamma Glutamil Transferase). Tetapi untuk

enzim enzim yang sering dihubungkan untuk mengetahui adanya

kerusakan sel hati adalah ALP, GGT, AST, dan ALT.

18

ALT merupakan enzim yang diproduksi oleh hati (enzim sitosol;

nyeri yang ada di dalam hati). Kadarnya di dalam darah akan

meningkat pada kerusakan hati. ALT merupakan enzim yang lebih

spesifik untuk hati dan aktivitas peningkatan kadarnya akan menetap

lebih lama dibandingkan aktifitas Aspartat Aminotransferase (AST)

yang juga diproduksi di hati. AST terdapat dalam mitokondria dan

sitoplasma, sedangkan ALT hanya dalam sitoplasma hepatosit. Kadar

ALT tinggi di hati dan relatif rendah di jantung, otot dan ginjal.

Peningkatan serum transaminase (ALT dan AST) serta

hepatomegali merupakan tanda yang sering didapat pada penderita

DBD. Hal ini memperkuat dugaan bahwa hati merupakan tempat

replikasi virus yang utama. Pada DBD keterlibatan hati merupakan

tanda yang khas bahwa penyakit ini akan menjadi fatal. Peneliti lain

membuktikan bahwa virus dengue dapat menginfeksi sel Kupffer

manusia, tetapi bukan untuk bereplikasi, melainkan sel-sel ini

mengalami apoptosis dan kemudian difagositosis. Hepatosit mungkin

menjadi sel target primer di hati, terutama untuk DBD berat dan fatal.

(Satriani, 2009)

AST dan ALT merupakan dua enzim transaminase yang dapat

digunakan sebagai indikator kelainan hati. Jika pada pemeriksaan

laboratorium di temukan peningkatan kadar AST dan ALT, maka

diindikasikan kelainan sel hati. Energi yang dihasilkan dari kelompok

amino tersebut di simpan dalam jaringan tubuh.

Pemeriksaan enzim hati dapat dianggap ada kelainan apabila

kadar AST dan ALT lebih dari batas normal, kenaikan kadar enzim

transaminase dalam serum dapat disebabkan oleh sel – sel yang banyak

mengandung enzim transaminase mengalami nekrosis atau hancur,

sehingga enzim – enzim tersebut masuk dalam peredaran darah

akibatnya terjadi peningkatan kadar enzim AST dan ALT.

Pada penyakit hati kadar AST dan ALT dalam serum cenderung

berubah sejajar. Kalau sel hati mengalami kerusakan, enzim – enzim

19

itu yang dalam keadaan normal terdapat di dalam sel masuk ke

peredaran darah. Kelainan diluar hati kadang – kadang juga

meningkatkan kadar aminotransferase, khususnya kolaps sirkulasi,

gagal jantung, dan infark jantung. Sebabnya ialah karena sel – sel hati

yang dekat vena centralis dalam setiap lobulus sangat mudah

dipengaruhi oleh hipoksia. Hipoksia itu menyebabkan sel – sel hati

menderita dan kadar aminotransferase meningkat sedang. (Widdman,

1995)

Dalam pemeriksaan kadar enzim transaminase ada beberapa hal

yang harus diperhatikan seperti menghindari latihan fisik yang berat

sebelum dilakukan pengambilan darah, dan menghindari

mengkonsumsi obat atau zat yang dapat mempengaruhi kadar enzim

transaminase meningkat seperti salisilat dan alkohol, hindari sampel

yang hemolisis karena dapat menyebabkan hasil kadar enzim

transaminase meningkat palsu. Pada saat pengambilan darah pada area

yang terpasang jalur intra – vena dapat menurunkan kadar, serta

trauma pada proses pengambilan darah akibat tidak sekali tusuk atau

beberapa kali tusuk dapat meningkatkan kadar enzim transaminase.

Nilai normal AST dan ALT berdasarkan metode kinetik, dapat

dilihat pada tabel.

Tabel 3. Nilai Normal AST dan ALT (Hardjoeno,, 2003)

AST ALT

Suhu 30°C 37°C 30°C 37°C

Laki – laki 7 - 35 U/L 10 - 50 U/L 7 - 35 U/L 10 - 50 U/L

Perempuan 7 – 24,5 U/L 10 - 35 U/L 7 – 24,5 U/L 10 - 35 U/L

20

Prinsip pemeriksaan AST didasarkan pada terbentuknya

oxaloacetat. Oxaloacetat yang terbentuk dapat diukur secara langsung

menggunakan glutamate dehidrogenase, suatu reaksi dimana NADH

dikonversi menjadi NAD. Reaksi lengkapnya dapat dilihat pada

gambar.

+

vv

Gambar 4. Reaksi pembentukan oxaloacetat oleh AST (Hardjoeno,

2003)

Prinsip pemeriksaan ALT didasarkan pada terbentuknya

pyruvate. Pyruvate yang terbentuk dapat diukur secara langsung

dengan menggunakan malat dehidrogenase, suatu reaksi dimana

NADH dikonversi menjadi NAD. Reaksi pembentukan piruvat dapat

dilihat pada gambar.

Gambar 5. Reaksi pembentukan piruvat oleh ALT (Hardjoeno, 2003)

α – ketoglutarat + L – aspartat L-glutamat + Oxaloacetat

Oksaloacetat + NADH + H+

L – malat + NAD+

AST

α – ketoglutarat + L – alanin L-glutamat + Piruvat

Piruvat + NADH + H+

L – laktat + NAD+

ALT

MDH

LDH

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2005)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya yang dilakukan pada tanggal 10 Januari – 18 Februari 2013

dilanjutkan tanggal 16 April – 30 April 2013.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sebagai populasi penelitian ini adalah seluruh pasien terinfeksi

virus dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan

Januari sampai April 2013.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel berupa Purposive Sampling, karena

sampel diambil dengan pertimbangan tertentu, yaitu berdasarkan lembar

permintaan pemeriksaan dengan diagnosa infeksi virus dengue. Dalam

penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien terinfeksi virus

dengue yang melakukan pemeriksaan enzim transaminase (AST dan

ALT) di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

sebanyak 30 orang.

D. Variabel

1. Variabel bebas : pasien terinfeksi virus dengue

2. Variabel terikat : kadar AST dan kadar ALT

21

22

E. Definisi Operasional Penelitian

1. Enzim transaminase adalah enzim yang mengatalisis pemindahan

reversibel satu gugus amino antara sebuah asam amino dan sebuah

asam alfa-keto. Dua enzim tersebut yaitu AST (Aspartate Amino

Transferase) memerantarai reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-

ketoglutamat, enzim ini dahulu disebut sebagai SGOT (Serum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan ALT (Alanine Amino

Transferase) memindahkan satu gugus amino antara alanin dan asam

alfa-ketoglutamat dan dahulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic

Pyruvic Transaminase).

2. Infeksi virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus, yaitu virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam

ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 yang

mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara

penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam

dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam bedarah

dengue disertai syok (dengue shock syndrome = DSS).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara

mengukur secara automatik kadar AST dan ALT pada sampel darah pasien

terinfeksi virus dengue, dapat dilihat pada skema berikut ini.

Skema rancangan penelitian untuk pemeriksaan transaminase pada

pasien terinfeksi virus dengue.

23

G. Instrumen Penelitian

a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

- Cobas C111®

- Tabung reaksi (12x75 mm dan 15x100 mm)

- Tabung mikro

- Rak sampel

- Sentrifuge

- Mikropipet

- Tip

- Tisu

- Spidol

b. Reagen pemeriksaan :

1. Reagen AST

- R1 : TRIS buffer: 264 mmol/L, pH 7,8 (37°C); L-aspartate: 792

mmol/L; MDH (porcine heart): ≥ 24 µkat/L; LDH

Pasien terinfeksi virus dengue

di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Pemeriksaan Laboratorium

AST

ALT

Hasil

Sampling

(Pengambilan darah vena)

24

(microorganisme): ≥ 48 µkat/L; albumin (bovine): 0,25%;

preservative

- PYP : Pyridoxal phosphate (DL): 730 µmol/L; preservative

- SR : NADH (yeast): ≥ 1,7 mmol/L; 2-oxoglutarate: 94 mmol/L;

preservative; additives

2. Reagen ALT

- R1 : TRIS buffer: 224 mmol/L, pH 7,3 (37°C); L-alanine: 1120

mmol/L;albumin (bovine): 0,25%; LDH (microorganisme)

: ≥ 45 µkat/L; stabilizers; preservative

- PYP : Pyridoxal phosphate (DL): 730 µmol/L; preservative

- SR : NADH (yeast): ≥ 1,7 mmol/L; 2-oxoglutarate: 94 mmol/L;

preservative; additives, albumin (bovine): 0,11%

H. Prosedur Penelitian

a. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya pada pasien terinfeksi virus dengue. Darah tersebut

dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian putar dengan sentrifuge

dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit sampai menjadi serum.

Serum siap untuk pemeriksaan AST dan ALT.

b. Pengukuran kadar AST dan ALT menggunakan cara automatik

Masukkan serum ke dalam tabung mikro, lalu letakkan pada rak

sampel. Pilih progam tes AST dan ALT, selanjutnya pengukuran

dilakukan alat pada panjang gelombang 340 nm secara automatik

berturut – turut berupa pengambilan reagen 150 µL, pengenceran

dengan H2O 20 µL dan pengambilan sampel 15 µL. Setelah selesai

program akan keluar hasil tes AST dan ALT berupa lembar print out.

(Hardjoeno, 2003)

25

I. Teknik Analisa

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisa deskriftif yaitu

data yang diambil dalam bentuk rerata hasil pemeriksaan kadar enzim

transaminase pada pasien terinfeksi virus dengue di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya.

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil penelitian kadar enzim

transaminase pada pasien terinfeksi virus dengue di Laboratorium RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya selama bulan Januari sampai April

berjumlah 30 orang. Data yang terkumpul dianalisa menggunakan tabel.

Untuk pasien terinfeksi virus dengue yang diklasifikasikan

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4. Klasifikasi berdasarkan umur pada pasien terinfeksi virus dengue di

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Kriteria Umur Jumlah Pasien

< 15 tahun 12 orang

15 – 44 tahun 16 orang

> 44 tahun 3 orang

Jumlah 30 orang

Persentase pasien terinfeksi virus dengue yang diklasifikasikan

berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6. Persentase pasien terinfeksi virus dengue berdasarkan kriteria

umur

39%

51%

10%

< 15 tahun

15 - 44 tahun

> 44 tahun

Kriteria Umur

26

27

Gambaran pemeriksaan kadar enzim transaminase (AST dan ALT)

pada pasien terinfeksi virus dengue dapat di lihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil pemeriksaan kadar enzim transaminase (AST dan ALT)

pada pasien terinfeksi virus dengue

Jenis

Kelamin

Jumlah

Sampel

AST ALT

Normal >Normal Normal >Normal

Laki-laki 16 4 26 11 19

Perempuan 14

Jumlah 30 30 30

Rerata hasil pemeriksaan kadar enzim transaminase (AST dan ALT)

pada pasien terinfeksi virus dengue dapat di lihat pada tabel dan grafik

sebagai berikut.

Tabel 6. Rerata kadar enzim transaminase (AST dan ALT) pada pasien

terinfeksi virus dengue

Minimum Maximum Rerata

Kadar AST (U/L) 19 406 111,4

Kadar ALT (U/L) 15 283 73,4

28

Gambar 7. Grafik rerata kadar AST dan ALT pada pasien terinfeksi

virus dengue

B. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, di dapat hasil kadar enzim

transaminase (AST dan ALT) pada pasien terinfeksi virus dengue di RSUD

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya selama bulan Januari sampai April 2013

berjumlah 30 sampel. Berdasarkan data klasifikasi umur, yang terserang

infeksi virus dengue lebih banyak pada umur 15 - 44 tahun (kelompok

remaja dan dewasa).

Pada periode 1979 – 1984 rerata umur kasus DBD di Jakarta adalah 4

- 11 tahun. Data Departemen Kesehatan menunjukkan setelah tahun 1984

insiden kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun

hingga sekarang. Hal ini juga terjadi di beberapa negara di Asia yang

menunjukkan bahwa insiden kasus infeksi virus dengue mengalami

pergeseran ke kelompok umur remaja dan dewasa.

Sebenarnya infeksi virus dengue dapat diderita oleh semua golongan

umur, walaupun saat ini lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade

0

20

40

60

80

100

120

Kadar AST (IU/L) Kadar ALT (IU/L)

73,4

Re

rata

111,4

29

terakhir ini terlihat cenderung adanya kenaikan proporsi pada kelompok

dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi

dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga

memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar.

Berdasarkan data hasil pemeriksaan kadar enzim transaminase (AST

dan ALT) pada pasien terinfeksi virus dengue, didapatkan hasil pemeriksaan

AST normal berjumlah 4 orang dan lebih dari normal berjumlah 26 orang,

sedangkan hasil pemeriksaan ALT normal berjumlah 11 orang dan lebih

dari normal berjumlah 19 orang.

Berdasarkan data tersebut, didapat rerata sampel penelitian sebanyak

30 orang dengan kadar AST antara 19 – 406 U/L dengan rerata adalah 111,4

U/L dan kadar ALT antara 15 – 283 U/L dengan rerata adalah 73,4 U/L.

Rasio de Ritis yaitu angka hasil pemeriksaan aktivitas AST dibagi aktivitas

ALT dalam sampel di dapatkan hasil 1,5.

Tampak bahwa rerata peningkatan kadar enzim AST lebih besar

daripada kadar enzim ALT. Seperti yang telah dijelaskan bahwa pada

kolestatis intrahepatik merupakan proses yang lebih kronis dengan

pembebasan AST yang lebih besar ( rasio de Ritis > 1,5).

Beberapa peneliti seperti TS. Supriatna dan Satriani menyebutkan

bahwa adanya keterlibatan hati selama terinfeksi virus dengue, yang

menunjukkan antigen virus dengue dapat di deteksi dalam hepatosit, sel

Kupffer, dan di sel endotel hati. Salah satu gejala klinis dari pasien

terinfeksi virus dengue adalah terjadinya hepatomegali atau pembesaran

hati, sehingga kadar enzim yang ada di hati yaitu enzim AST dan ALT

mengalami peningkatan. Kadar enzim AST lebih tinggi daripada ALT

karena pada infeksi virus dengue terjadi gangguan fungsi yang bersifat

sementara, sedangkan ALT lebih spesifik untuk organ hati, yang dapat

menunjukkan adanya proses kerusakan yang terjadi pada organ tersebut.

30

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Pada penelitian tentang Gambaran Pemeriksaan Kadar Enzim

Transaminase pada Pasien terinfeksi Virus Dengue di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penderita DD dan DBD berdasarkan kriteria umur yang paling banyak

merupakan umur 15 – 44 tahun (kelompok umur remaja – dewasa).

2. Pada pasien terinfeksi virus dengue di dapat rerata kadar enzim AST

adalah 111,4 U/L dan rerata kadar enzim ALT adalah 73,4 U/L.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka, penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Bagi dokter atau klinisi, pemeriksaan AST dan ALT dapat dilakukan

untuk membantu menegakkan diagnosis pasien terinfeksi virus dengue

dan menjadi masukan dalam penanganan infeksi virus dengue yang

lebih baik dan sebagai salah satu indikator kemungkinan terjadi infeksi

dengue yang lebih berat.

2. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut

tentang gambaran kadar enzim transaminase dengan parameter fungsi

hati yang lebih lengkap seperti protein total dan albumin.

3. Bagi masyarakat, sebaiknya mengetahui tanda – tanda penyakit infeksi

virus dengue sehingga dapat segera memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan agar mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

30

31

DAFTAR PUSTAKA

Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall. Edisi 11. Alih

bahasa : dr. Brahm U. Pendit. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Hardjoeno, H. dkk. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik Bagian

Dari Standar Medik. Makasar. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin

(LEPHAS)

Noer, S. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit FKUI

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta.

PT. Rineka Cipta

Pratiwi, D. A., Sri M., Srikini, Suharno, dan Bambang S. 2006. Biologi SMA Jilid

2 untuk Kelas XI. Jakarta. Erlangga

Price, S. A. dan Lorraine Mc C. W. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses –

Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Pearce, E. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta. PT

Gramedia

Sacher, R. A. dan Richard A. Mc P. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Edisi 11. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Satriani, L. 2009. Korelasi Kadar Transforming Growth Factor-Beta 1 Plasma

dengan SGOT dan SGPT Serum Pada Demam Berdarah Dengue.

www.jurnalskripsi.net. Diakses 25 Mei 2013

Saraswati, N. N. R., Putri R. D., dan Septyani W. R. HEPAR.http://fregularb.

blogspot. com/2013/01/hepar-kelompok-iii-nina-novita-rayi.html. Diakses

28 Mei 2013

Soedarmo, S. S. P., Heny G., Sri R. S. H., dan Hindra I. S. 2010. Buku Ajar

Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta. IDAI

Sudoyo, A. W. dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V.

Jakarta. Interna Publishing

TS. Supriatna. M. 2004. Gangguan Fungsi Hati Pada Demam Berdarah Dengue

(DBD).http://eprints.undip.ac.id/12389/1/2004PPDS3647.pdf. Diakses 1

April 2013

32

Widdman, F. K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium

(Clinical Interpretation of Laboratory Test). Alih bahasa : Siti Boedina

Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Zulkoni, A. 2010. PARASITOLOGI. Yogyakarta. Nuha Medika

1

No Nama Umur Jenis

Kelamin Diagnosa

Hb

(g/dl)

Leukosit

(sel/mm3)

Trombosit

(sel/mm3)

HT

(%)

AST

(U/L)

ALT

(U/L)

1 An. El 5 th P Infeksi Virus

Dengue 14,2 4.000 103.000 43 41 23

2 Tn. Ak 36 th L Infeksi Virus

Dengue 14,8 3.000 76.000 42 77 40

3 An Lr 2 th P Infeksi Virus

Dengue 12,7 6.700 116.000 40 58 132

4 Ny. Yl 47 th P Infeksi Virus

Dengue 14,0 4.700 121.000 42 71 53

5 An. Rf 6 th P Infeksi Virus

Dengue 11,6 2.320 45.000 35 406 93

6 An. Jk 14 th L Infeksi Virus

Dengue 14,1 3.820 13.000 42 272 179

7 Tn. An 29 th L Infeksi Virus

Dengue 17,1 4.860 27.000 51 307 73

8 An. Jh 14 th L Infeksi Virus

Dengue 13,7 1.980 61.000 39 141 123

9 Nn. Sm 16 th P Infeksi Virus

Dengue 12,5 4.870 154.000 38 102 122

10 Tn. Sy 21 th L Infeksi Virus

Dengue 14,8 10.510 177.000 43 71 111

LAMPIRAN 1 : TABEL HASIL PEMERIKSAAN

2

11 Tn Ks 28 th L Infeksi Virus

Dengue 13,2 4.100 89.000 39 19 16

12 Nn. Ev 20 th P Infeksi Virus

Dengue 15,3 5.800 120.000 46 67 59

13 Tn. Ad 15 th L Infeksi Virus

Dengue 14,0 1.570 96.000 42 224 130

14 Nn. Yv 23 th P Infeksi Virus

Dengue 10,5 4.370 188.000 33 41 77

15 Ny. Sn 31 th P Infeksi Virus

Dengue 11,6 4.360 125.000 36 46 39

16 Tn. Ad 39 th L Infeksi Virus

Dengue 16,6 5.360 75.000 47 105 46

17 Tn. Cg 20 th L Infeksi Virus

Dengue 14,2 3.500 188.000 43 29 36

18 An. Bn 4 th P Infeksi Virus

Dengue 14,2 5.000 95.000 42 85 101

19 An. Al 9 bln L Infeksi Virus

Dengue 12,8 6.200 87.000 39 116 37

20 Tn. In 25 th L Infeksi Virus

Dengue 15,1 5.430 38.000 45 338 283

21 Tn. Wy 45 th L Infeksi Virus

Dengue 13,2 7.600 89.000 40 20 10

3

22 Tn. Nr 40 th L Infeksi Virus

Dengue 14,6 6.600 22.000 32 28 16

23 An. Lv 9 th 6 bln P Infeksi Virus

Dengue 11,6 5.800 81.000 35 105 85

24 An. Bn 4 th 6 bln L Infeksi Virus

Dengue 10,9 2.840 97.000 33 93 59

25 An. Gn 3 th 2 bln L Infeksi Virus

Dengue 13,8 9.800 76.000 41 55 40

26 An. Ss 3 th 8 bln P Infeksi Virus

Dengue 12,1 4.700 68.000 35 67 33

27 Ny. Pt 48 th P Infeksi Virus

Dengue 12,8 7.400 131.000 39 90 53

28 An. Nd 3 th 7 bln P Infeksi Virus

Dengue 10,2 3.500 92.000 33 54 15

29 Tn. Cp 40 th L Infeksi Virus

Dengue 15,2 2.200 72.000 45 86 74

30 Ny. Em 37 th P Infeksi Virus

Dengue 13,5 7.850 74.000 40 129 44

1

LAMPIRAN 7

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Ika Setiany

Nomor Induk Mahasiswa : 10.72.12007

Program Studi : Analis Kesehatan

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan hasil karya

sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya dalam tugas akhir ini tidak

terdapat karya tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Palangka Raya, Juli 2013

Yang Membuat Pernyataan

Ika Setiany

(10. 72. 12007)