gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak di …
TRANSCRIPT
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN
ACEH BARATTAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG
MEMPUNYAI BALITA TENTANG MANFAAT
POSYANDU DI DESA KUBANG GAJAH
KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH :
CUT ELVIDA KHARISMA DEWI
NIM : 06C10104173
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan
masyarakat sebagai perpanjangan tangan puskesmas dalam memberikan
pelayanan secara terpadu. Sebagai wadah peran serta masyarakat, posyandu
menyelenggarakan sistem kegiatan pelayanan dasar, peningkatan kualitas
manusia, pemerataan pelayanan bidang kesehatan melalui kegiatan pelayanan
imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak
(DepKes RI, 2011).
Pos pelayanan terpadu atau posyandu merupakan bagian dari pembangunan
kesehatan yang dipogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya adalah
pembangunan kesehatan untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama masyarakat dengan bimbingan dari
petugas kesehatan setempat (Nugraha, 2012).
Menurut DepKes RI (2011), posyandu bertujuan memberdayakan
masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap
individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dengan mengembangkan
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Posyandu merupakan salah
satu UKBM yang sudah sangat luas dikenal di masyarakat dan telah masuk dalam
bagian keseharian kehidupan sosial di pedesaan maupun perkotaan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu faktor
predisposisi yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai,
umur, dan jenis kelamin, faktor pendukung yaitu sumber daya kesehatan,
2
keterjangkauan, komitmen, dan faktor penguat yang mencakup sikap dan perilaku.
Ketiga faktor tersebut berhubungan dengan ibu- ibu yang membawa balita ke
posyandu secara teratur, hal ini sangat penting untuk mendapatkan pelayanan gizi
dan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk
memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan
terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan
posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan sta tus gizi anak balitanya, karena
salah satunya tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi
masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Kegiatan di posyandu merupakan
kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang
dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan
pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Adisasmito,
2009).
Sasaran posyandu yang terutama adalah ibu yang mempunyai anak balita
dengan tujuan memperkenalkan inovasi kesehatan dan teknologi kesehatan. Oleh
karena masih banyaknya jumlah penduduk yang tinggal dipedesaan, komunikasi
dengan masyarakat desa lebih diutamakan karena komunikasi dengan masyarakat
desa merupakan bagian dari komunikasi dengan masyarakat Indonesia seluruhnya
(DepKes RI , 2011).
Di era desentralisasi atau otonomi daerah, kualitas Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) sangat ditentukan oleh kualitas sistem informasi kesehatan di
Kabupaten /Kota, termasuk didalamnya produk informasi kesehatan yaitu profil
3
kesehatan. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Dalam
kerangka tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan
berkesinambungan mulai dari tingkat pusat sampai ke Kabupaten/Kota, untuk itu
ditetapkan visi pembangunan kesehatan Indonesia. Di Provinsi Aceh saat ini
terdapat 5.715 posyandu yang dalam keadan aktif dan dapat melayani masyarakat
pedesaan (Hadi, 2006).
Kabupaten Nagan Raya memiliki 256 posyandu dalam keadaan aktif dan
dapat melayani masyarakat yang akan berkunjung untuk memeriksakan
kesehatannya, akan tetapi ada sebahagian dari ibu yang mempunyai anak balita
yang belum mengerti tentang manfaat posyandu (Dinkes Nagan Raya, 2012).
Desa Kubang Gajah Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya memiliki jumlah
penduduk sebanyak 673 jiwa yang terdiri dari 272 KK, Desa Kubang Gajah
mengadakan layanan posyandu setiap satu bulan sekali pada tanggal 17, rata - rata
yang berkunjung ke posyandu terhitung dari bulan mei sampai dengan bulan
agustus pada tahun 2012 berjumlah 61 orang dari jumlah balita sebanyak 70 orang
yang ada di Desa Kubang Gajah (Puskesmas Kubang Gajah, 2012).
Ibu – ibu yang mempunyai anak balita di Desa Kubang Gajah Kecamatan
Kuala Pesisir, hingga saat ini masih kurang berpartisipasi didalam kegiatan
posyandu, masih banyak ibu yang enggan membawa anak balitanya untuk berobat
dan memeriksakan kesehatan serta perkembangan anaknya ke posyandu, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor motivasi, sikap dan
pekerjaan ibu.
4
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak
Balita Tentang Manfaat Posyandu Di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah sebagai berikut:
apakah ada hubungan antara motivasi, sikap, dan pekerjaan ibu dengan manfaat
posyandu?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak
Balita Tentang Manfaat Posyandu Di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan manfaat posyandu.
2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan manfaat posyandu.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan manfaat posyandu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai
pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang manfaat pelayanan
posyandu.
2. Untuk memperdalam ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah.
5
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi ibu-
ibu untuk lebih meningkatkan pengetahuannya terhadap manfaat
posyandu.
2. Bagi Posyandu hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai
fasilitator Posyandu dalam meningkatkan mutu pelayanan Posyandu
terutama dalam memotivasi kunjungan Ibu.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
malalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga, yang merupakan domain untuk terbentuknya tindakan seseorang. Prilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung, telinga dan lain
sebagainya), (Taufik, 2007).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup didalam tingkatan domain kognitif mempunyai
6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007) yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
7
lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah
dipelajari. Misalnya, dapat menjelaskan mengapa harus dapat
menghindari pergaulan bebas.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang rill (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lainnya. Misalnya, dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja : dapat
8
menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuanuntuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan
dan sebagainya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan
Pengetahuan memungkinkan seseorang memecahkan masalah yang
dihadapinya. Menurut Notoatmodjo (2007) cara yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara tradisional dan cara
modern (ilmiah).
a) Cara tradisional
Cara tradisional dapat diperoleh melalui cara coba salah (trial and error)
dimana cara ini telah banyak dipakai orang sebelum adanya kebudayaan
bahkan mungkkin sebelum adanya peradaban, cara kekuasaan atau
otoritas yaitu cara memperoleh pengetahuan dari kehidupan sehari-hari
9
cara memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman masa laluuntuk
memecahkan suatu masalah, dan cara memperoleh pengetahuan melalui
jalan pikiran dimana cara ini sejalan dengan perkembangan kebudayaan
manusia.
b) Cara modern
Cara modern yaitu cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut metode
penulisan atau lebih populer disebut metodologi penulisan.
Menurut Notoatmodjo (2007) sebelum seseorang mengadopsi prilaku baru,
akan terjadi proses yang berurutan yakni :
1. Awarenes (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interst (Merasa Tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
Dimanasikap subjek tersebut sudah dimulai.
3. Evaluation (Menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya.
4. Trial dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku atau adopsi prilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka prilaku
tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila prilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya
10
pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah prilaku sehingga
prilaku itu langgeng.
2.2 Motivasi
2.2.1 Definisi Motivasi
Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat
memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia
atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Istilah
motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan
dalam tingkah lakunya yang dapat berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit
tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Sardiman, 2013).
Sedangkan menurut Gray dalam Winardi (2011) motivasi merupakan
sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu. Motivasi mewakili proses-proses
psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Menurut Manslow (2010) motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah
perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki
motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat
untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang
sekarang.
11
2.2.2 Sumber Motivasi
Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang karena motivasi dapat menjadikan
seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Menurut Widayatun
(2009) ada beberapa sumber motivasi yang dapat mempengaruhi seseorang
sehingga mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan dapat membangun
semangat yang terdiri dari :
1. Motivasi Instrinsik
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, motivasi
instrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di
rumah bersalin.
2. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja
dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau
keakraban sosial.
3. Motivasi terdesak
Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak serta menghentak dan cepat sekali.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Soemanto (2011) motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu :
a. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang
terdiri atas:
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang termotivasi atau
tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif
12
berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.
2. Harga diri dan prestasi, faktor ini mendorong atau mengarahkan
individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang
mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status
tertentu dalam lingkungan masyarakat serta dapat mendorong individu
untuk berprestasi.
3. Harapan, adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini
merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi
sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku.
4. Kebutuhan, manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan
dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan
memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.
5. Kepuasan kerja, lebih merupakan suatu dorongan efektif yang muncul
dalam diri individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari
perilaku.
b. Faktor Eksternal, faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
1. Jenis dan sifat pekerjaan, dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat
pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan
mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan
13
yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh
mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud;
2. Kelompok kerja dimana individu bergabung, kelompok kerja atau
organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau
mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku
tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu
individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran,
kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu
sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.
3. Situasi lingkungan pada umumnya, setiap individu terdorong untuk
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi
secara efektif dengan lingkungannya;
4. Sistem imbalan yang diterima, imbalan merupakan karakteristik atau
kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang
dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku
dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih
besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan. Perilaku dipandang sebagai tujuan
sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.
2.3 Sikap
2.3.3 Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sikap secara
nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
14
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
New Comb salah seorang ahli psikologis, menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapakan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk dalam nilai baik buruk,
positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2009).
Secara sederhana, sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati
(mood) dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimistik dan
memperkirakan akan mengalami pertemuan yang berhasil, hal ini memancarkan
sikap positif dan orang-orang biasanya menanggapinya dengan baik. Bila merasa
pesimistik dan menduga hal-hal yang buruk, sikap dalam hal ini sering kali
negatif, dan orang-orang cenderung menjauhi kita, sikap merupakan cerminan
jiwa. Sikap adalah cara melihat sesuatu secara mental (Chapman, 2008).
2.3.4 Ciri-ciri Sikap
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakan dengan sifat motivatif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istirahat. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari dan oleh
15
karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan
dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. Sikap tidak
berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senant iasa
berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas,
(Maramis, 2009).
2.3.3 Komponen Sikap
Dalam bagian lain Allport dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecendrungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total anttitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007).
2.3.5 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari empat t ingkatan,
yakni sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
16
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.4 Pekerjaan
2.4.1 Definisi Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari, dimana seluruh
bidang pekerjaan umumnya di perlukan adanya hubungan sosial dan hubungan
dengan orang baik, setiap orang harus dapat bergaul dengan orang lain, setiap
orang harus bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan atasan.
Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan seseorang karena dapat
mempengaruhi sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk pemeliharaan
kesehatan. Dinyatakan bahwa jenis pekerjaan dapat berperan dalam pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
2.4.2 Ibu Bekerja
Ibu yang bekerja adalah wanita dinamis yang mempunyai kelebihan dan
kemampuan untuk mengimbangi berbagai tanggung jawab (misalnya menjadi ibu,
isteri dan guru) dengan memberikan tumpuan tanggung jawab dengan cara yang
tersendiri (Samuelson, 2010). Banyak persoalan yang dialami oleh para ibu rumah
17
tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan
suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.
Menurut Samuelson (2010) faktor- faktor yang menjadi sumber persoalan
bagi para ibu yang bekerja dapat dibedakan dalam beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang timbul
dalam diri pribadi sang ibu tersebut. Ada di antara para ibu yang lebih
senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah tangga, yang
sehari-hari berkerja di rumah dan mengatur rumah tangga. Namun,
keadaan menuntutnya untuk bekerja, untuk membantu keuangan
keluarga. Biasanya, para ibu yang mengalami masalah demikian,
cenderung merasa sangat lelah (terutama secara psikis), karena seharian
memaksakan diri untuk bertahan di tempat kerja.
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan suami
Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh
pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif,
ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu
mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan
emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.
b. Kehadiran anak
Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh para ibu
bekerja yang mempunyai anak kecil/balita/batita. Semakin kecil usia
18
anak, maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan. Rasa bersalah
karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan
persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang bekerja. Apalagi
jika pengasuh yang ada tidak dapat diandalkan/dipercaya, sementara
tidak ada family lain yang dapat membantu.
c. Masalah pekerjaan
Pekerjaan, bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi
para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah,
sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di
rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu yang sering membuat mereka
sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap
suami. Keadaan ini biasanya makin intens, disaat situasi di rumah
tidak mendukung dalam arti, suami (terutama) dan anak-anak (yang
sudah besar) kurang bisa bekerja sama untuk mau bergantian melayani
dan membantu sang ibu, atau sekedar meringankan pekerjaan rumah
tangga.
2.4.3 Ibu Tidak Bekerja
Menurut Fitriani (2010) ibu yang tidak bekerja merupakan ibu yang hanya
menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan
waktunya dirumah tanpa terikat pekerjaan diluar rumah.
Sedangkan menurut Muhammad (2010) ibu yang tidak bekerja adalah ibu –
ibu yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan
fungsi sebagai ibu rumah tangga saja.
19
2.5 Posyandu
2.5.1 Definisi Posyandu
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu wadah komunikasi alih
teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana (KB)
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini (Sembiring, 2011). Jadi, posyandu adalah suatu bentuk UKBM (Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) yang kegiatannya sepenuhnya dijalankan
oleh masyarakat (DepKes RI, 2011).
Gagasan posyandu pertama kali dicetuskan oleh Dr. Soyono Yahya, MPH
yang merupakan dirjen Binkesmas. Konsep awal berdirinya posyandu adalah
keterpaduan antara KB-Kesehatan. Selanjutnya, pada tahun 1985 dikeluarkan
instruksi bersama Mendagri, Menkes, dan Kepala BKKBN untuk pelaksanaan
posyandu (Zulkifli, 2012).
2.5.2 Tujuan Posyandu
Tujuan pokok dari Posyandu menurut Effendy (2009), antara lain untuk :
1. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan–kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat, pendekatan dan pemerataan
20
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan geografi
5. Meningkatkan dan pembinaaan peran serta masyarakat dalam rangka
alih tehnologi untuk swakelola usaha–usaha kesehatan masyarakat.
2.5.3 Tugas Utama Posyandu
Menurut Zulkifli (2012) tugas utama posyandu adalah untuk
menyelenggarakan lima jenis kegiatan yang dikenal dengan “Panca Krida
Posyandu”. Kegiatan tersebut antara lain:
1. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta
bayi, anak balita dan anak prasekolah
b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk
karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian
makanan tambahan vitamin dan mineral.
c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
d. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
2. KB (Keluarga Berencana)
a. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anakberkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
b. Cara-cara penggunaan pil, kondom, dan sebagainya.
3. Imunisasi
21
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio
3x, dan campak 1x pada bayi.
4. Peningkatan Gizi
a. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
b. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui
c. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5
tahun.
5. Penanggulangan Diare
Penanggulangan diare dapat dilakukan dengan cara pembagian oralit.
Dalam perkembangannya kegiatan posyandu ini kemudian ditambahkan lagi
sehingga menjadi “Sapta Krida Posyandu.” Dua kegiatan tambahan ini di
antaranya adalah :
1. Sanitasi dasar yang meliputi cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan
kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman.
2. Penyediaan obat esensial.
2.6 Kerangka Teoritis
Adapun kerangka teoritis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
hubungan tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang manfaat
posyandu yang mencakup motivasi, sikap dan pekerjaan semua isi kerangka
teoritis sesuai dengan tertera dalam daftar pustaka.
22
Skema 2.1 Kerangka Teoritis
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Independen Dependen
Motivasi
Sikap
Pekerjaan
Skema 2.2 Kerangka Konsep
Manfaat Posyandu
Pengetahuan
- Notoatmodjo 2007
Motivasi
- Swabus 2006
- Mohibbin 2008
- Purwanto 2006
- Widayatun 2008
Sikap
- Natoatmodjo 2007
Pekerjaan
- Natoatmodjo 2007
Manfaat Posyandu
23
2.8 Hipotesisi Penelitian
1) Ada hubungan Motivasi dengan manfaat posyandu
2) Ada hubungan sikap dengan manfaat posyandu
3) Ada hubungan Pekerjaan dengan manfaat posyandu
24
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan Cross-sectional
dimana variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada objek penelitian
diobservasi dan diukur dalam waktu bersamaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 17 september sampai dengan 30
september tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita yang
ada di Desa Kubang Gajah sebanyak 50 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Jumlah
sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumusan (Arikunto, 2006) yang
menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian kurang
dari 100, maka dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil seluruh populasi
25
menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 50 orang atau lebih dikenal dengan
metode totaly population.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian dengan
menggunakan kuesioner.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya,
Puskesmas Padang Panyang serta buku-buku perpustakaan yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Independen
1 Motifasi
Defenisi
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
Tindakan langsung ibu terhadap manfaat Posyandu.
Wawancara Quesioner 1. Baik
2. Tidak Baik Ordinal
2 Sikap
Defenisi
Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
Respon ibu terhadap pemberian ASI
Ekslusif. Wawancara
Quesioner 1. Setuju 2. Tidak Setuju
Ordinal
3 Variabel Pekerjaan
Defenisi
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kegiatan atau aktifitas responden sehari- hari yang memperoleh penghasilan dalam
satu bulan. Wawancara Quesioner
1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
Ordinal
26
Variabel Depeden
4 Manfaat Posyandu
Definisi Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
Pengetahuan dan manfaat yang dirasakan ibu saat berkunjung ke posyandu. wawancara
Kuesioner 1. Bermanfaat
2. Tidak bermanfaat Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
1. Motivasi
- Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 5
- Tidak Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 5
2. Sikap
- Setuju : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 5
- Tidak Setuju : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 5
3. Pekerjaan
- Bekerja : Apabila mempunyai kegiatan diluar rumah
- Tidak Bekerja : Apabila tidak mempunyai kegiatan diluar rumah
4. Manfaat Posyandu
- Bermanfaat : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 2
- Tidak Bermanfaat: Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 2
3.7. Teknik Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Analisa Univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan
karakteritik masing-masing variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
analisa Univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan angka atau
nilai karakteristik responden berdasarkan motivasi, sikap dan pekerjaan tentang
manfaat posyandu.
27
3.7.2 Analisa Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square
(X2) untuk memperoleh apakah dua variabel saling berhubungan atau sebaliknya
dengan menggunakan rumus :
X2 = (O−E)2
𝐸
Dimana :
O : Frekuensi observal df : Degree of fredom (derajat kebebasan)
E : Frekuensi expected
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Kubang Gajah merupakan salah Desa yang terletak di Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Desa Kubang Gajah memiliki batasan-
batasan tertentu, yaitu di Sebelah utara berbatasan dengan Kuala Tuha, di Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Seunagan, di Sebelah barat berbatasan dengan
Samudra India dan di Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kuala Trang.
4.1.2 Hasil Analisa Univariat
4.1.2.1 Motivasi
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden di Desa Kubang Gajah
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Motivasi F %
1. Baik 35 70
2. Kurang Baik 15 30
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui mayoritas motivasi responden
berada pada kategori tinggi dengan jumlah 35 orang (70%).
4.1.2.2 Sikap
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Kubang Gajah
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Sikap f %
1. Setuju 28 56
2. Tidak Setuju 22 44
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui mayoritas sikap responden berada
pada kategori setuju dengan jumlah 28 orang (56%).
29
4.1.2.3 Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Kubang Gajah
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Pekerjaan f %
1. Bekerja 32 64
2. Tidak Bekerja 18 36
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui mayoritas pekerjaan responden
berada pada kategori tidak bekerja dengan jumlah 32 orang (64%).
4.1.2.4. Manfaat Posyandu
Tabel 4.4. Manfaat Posyandu Responden di Desa Kubang Gajah Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Manfaat Posyandu f %
1. Bermanfaat 39 78
2. Tidak Bermanfaat 11 22
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui mayoritas manfaat posyandu
responden berada pada kategori bermanfaat dengan jumlah 39 orang (78%).
4.1.3 Hasil Analisa Bivariat
4.1.3.1 Hubungan Motivasi dengan Manfaat Posyandu
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Motivasi dengan Manfaat
Posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
N
o Motivasi
Manfaat Posyandu
Jumlah
Uji Statistik
Bermanfaat Tidak
Bermanfaat P OR
f % F % f %
1. Baik 31 88,6 4 11,4 35 100
0,010 6,7 2. Tidak Baik 8 53,3 7 46,7 15 100
Jumlah 39 11 50
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 35 orang yang bermotivasi baik ternyata
88,6% yang menyatakan bahwa posyandu bermanfaat dan dari 15 orang yang
30
bermotivasi tidak baik ternyata 53,3% yang menyatakan bahwa posyandu
bermanfaat.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan
taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value = 0,010 < (0,05).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan manfaat posyandu. Besarnya hubungan dapat
dilihat dari nilai Odds Ratio (OR), yaitu 6,7 dimana pengetahuan responden
mempunyai peluang 6,7 kali dalam memanfaatkan posyandu.
4.1.3.2 Hubungan Sikap dengan Manfaat Posyandu
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap dengan Manfaat Posyandu
di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013
N
o Sikap
Manfaat Posyandu
Jumlah
Uji Statistik
Bermanfaat Tidak
Bermanfaat P OR
F % f % f %
1. Setuju 25 89,3 3 10,7 28 100 0,043
4,7 2. Tidak Setuju 14 63,6 8 36,4 22 100
Jumlah 39 11 50
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 28 orang yang bersikap setuju ternyata
89,3% yang menyatakan posyandu bermanfaat dan dari 22 orang yang bersikap
tidak setuju ternyata 63,6% yang menyatakan posyandu bermanfaat.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai P 0,043 < 0,05. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara sikap dengan manfaat posyandu. Besarnya hubungan dapat dilihat dari nilai
Odds Ratio (OR), yaitu 4,7 dimana responden yang bersikap setuju mempunyai
peluang 4,7 kali dalam memanfaatkan posyandu.
31
4.1.3.3 Hubungan Pekerjaan Dengan Manfaat Posyandu
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Pekerjaan Dengan Manfaat
Posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
N
o Pekerjaan
Manfaat Posyandu
Jumlah
Uji Statistik
Bermanfaat Tidak
Bermanfaat P OR
f % f % f %
1. Bekerja 30 93,8 2 6,3 32 100
0,001
15 2. Tidak Bekerja 9 50 9 50 18 100
Jumlah 39 11 50
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 32 orang yang status pekerjaannya
bekerja ternyata 93,8% yang menyatakan posyandu bermanfaat dan dari 18 orang
yang status pekerjaannya tidak bekerja ternyata 50% yang menyatakan posyandu
bermanfaat.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai P 0,001 < 0,05. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pekerjaan dengan manfaat posyandu. Besarnya hubungan dapat dilihat dari
nilai Odds Ratio (OR), yaitu 15 dimana responden yang status pekerjaannya
bekerja mempunyai peluang 15 kali dalam memanfaatkan posyandu.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Motivasi dengan Manfaat Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi memberi pengaruh
pada ibu dalam memanfaatkan posyandu. Dengan kata lain terdapat hubungan
antara motivasi dengan manfaat posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
32
Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi
merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya
rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu
untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Istilah motivasi
berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam
diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif
tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah
lakunya yang dapat berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu (Sardiman, 2013).
Menurut Manslow (2010) motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah
perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki
motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat
untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang
sekarang.
4.2.2 Hubungan Sikap Dengan Manfaat Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara
sikap dengan manfaat posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya.
Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, sikap secara nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
33
Hal ini Sejalan dengan pendapat New Comb salah seorang ahli psikologis,
dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Didalam memanfaatkan posyandu sikap ibu yang mempunyai anak balita
dapat dipengaruhi oleh motivasi dan pekerjaan. Oleh karena itu ibu harus lebih
meningkatkan partisipasi dalam memanfaatkan pos pelayanan terpadu atau yang
lebih sering disebut dengan posyandu demi pencapaian kesehatan anak khususnya
pada balita.
4.2.2 Hubungan Pekerjaan dengan Manfaat Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan memberi pengaruh
dalam memanfaatkan posyandu. Dengan kata lain terdapat hubungan antara
pekerjaan dengan manfaat posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerjaan
adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari, dimana seluruh bidang pekerjaan
umumnya di perlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang baik,
setiap orang harus dapat bergaul dengan orang la in, setiap orang harus bergaul
dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan atasan. Pekerjaan dapat
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang karena dapat mempengaruhi
sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk pemeliharaan kesehatan.
Dinyatakan bahwa jenis pekerjaan dapat berperan dalam pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut pendapat Samuelson (2010) ibu yang bekerja adalah wanita
dinamis yang mempunyai kelebihan dan kemampuan untuk mengimbangi
34
berbagai tanggung jawab (misalnya menjadi ibu, isteri dan guru) dengan
memberikan tumpuan tanggung jawab dengan cara yang tersendiri. Banyak
persoalan yang dialami oleh para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,
seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus
tugas-tugas rumah tangga dengan baik.
Oleh karena itu, diharapkan pada ibu- ibu yang mempunyai pekerjaan diluar
rumah agar lebih meningkatkan partisipasi di dalam setiap kegiatan yang di
adakan oleh posyandu di Desa setempat khususnya di Desa kubang Gajah.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi dengan manfaat posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamtan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya P 0,010 < 0,05.
2. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan manfaat posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamtan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya P 0,043 < 0,05.
3. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan manfaat posyandu di Desa Kubang Gajah Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya P 0,001 < 0,05.
5.2. Usulan Saran
1. Disarankan pada DINKES Kabupaten Nagan Raya untuk lebih
menggalakkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
pemanfaatan posyandu dalam rangka meningkatkan partisipasi ibu dalam
memanfaatkan posyandu.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya posyandu dan melakukan pendekatan dengan tokoh
masyarakat untuk menghimbau para ibu- ibu di Desa Kubang Gajah agar
dapat meningkatkan partisipasi didalam kegiatan posyandu.
37
3. Diharapkan juga kepada aparatur Desa agar dapat berperan dalam
membantu petugas posyandu dalam memberikan sarana dan prasarana
demi kelancaran kegiatan yang dilakukan oleh petugas posyandu.
4. Dan diharapkan kepada masyarakat di Desa Kubang Gajah khususnya
ibu- ibu yang mempunyai balita agar lebih berperan aktif dalam posyandu
demi pencapaian kesehatan bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, 2009 Keaktifan Keluarga Dalam Posyandu,
http://pustaka.unpad.ac.id (12 Oktober 2009)
Arikunto, 2006 Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Azwar, 2009 Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Chapman, 2008 Pengertian Dan Ciri Sikap, http://pustaka.unpad.ac.id (15 Mei
2012)
DepKes RI, 2011 Peran Bidan Desa Terhadap Pemanfaatan Posyandu, http://repository.usu.ac.id (10 November 2011)
DinKes Nagan Raya, 2012 Profil Kesehatan Tahun 2012
Effendi, 2009 Pengertian, Tujuan, Dan Kegiatan Posyandu, http:// indonesian-publichealth.com (21 Maret 2013)
Hadi, 2006 Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional : Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, (5 Februari
2006)
Notoatmodjo, 2007 Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Jakarta : Rineka Cipta
Manslow, 2010 Motivasi, http://id.wikipedia.org (19 Maret 2010)
Maramis, 2009 Pengertian Dan Ciri Sikap, http://pustaka.unpad.ac.id (15 Mei
2012)
Puskesmas Padang Panyang, 2012 Profil Kesehatan Tahun 2012
Sardiman, 2013 Definisi Motivasi, http://wawasanpendidikan.com (23 Juli 2013)
Samuelson, 2010 Motivasi, http://id.wikipedia.org (19 Maret 2010)
Sembiring, 2011 Posyandu, http://linianisfatus.wordpress.com (11 Agustus 2012)
Soemanto, 2011 Faktor Motivasi, Psikkologi Pendidikan, Jakarta : PT Bina
Aksara
Taufik, 2007 Pengertian Pengetahuan, http://scirbd.co.id (16 Maret 2012)
Widayatun, 2009 Ilmu Perilaku M.A.104, Jakarta : CV Agung Seto
Winardi, 2011 Pengertian Motivasi, http://duniapsikologi.com (27 September
2011)
Zulkifli, 2012 Posyandu, http://linianisfatus.wordpress.com (11 Agustus 2012)