gambaran hepatitis b surface antigen (hbsag) pada … rita anggriani tha… · a. identitas diri...
TRANSCRIPT
GAMBARAN Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) PADA
PETUGAS KEBERSIHAN YANG BEKERJA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
OLEH :
RITA ANGGRIANI THAMRIN
P00320013130
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Rita Anggriani Thamrin
NIM : P00320013130
Tempat,danTgl. Lahir :Welala, 03 September 1996
Suku/Bangsa :Bugis / Indonesia
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1.SD Negeri 1 Atula, tamat tahun 2007
2.SMP Negeri 2 Ladongi, tamat tahun 2010
3.SMA Negeri 1 Ladongi, tamat tahun 2013
4. Sejaktahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
vi
MOTTO
Jaga Cita-cita!!!
Kalau cita-citamu penting, tidak peduli berat atau ringan,cepat atau lama,
Terus jaga dan maju terus!
Selalu tanyakan kedirimu, seberapa penting cita-citamu,
Setiap kamu mau menyerah,
Orang sukses juga pernah malas, bodoh, dan gagal
Tapi mereka tetap terus bergerak dan mencoba
Kupersembahkann kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta,
Agama, Bangsa, negara, dan almamaterku
vii
ABSTRAK
Rita Anggriani Thamrin (P00320013130) Gambaran Hepatitis B Surface
Antigen (HBsAg) pada Petugas Kebersihan yang Bekerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari. Dibimbing oleh Bapak Petrus, dan Reni
Yunus. Petugas Kebersihan adalah orang-orang yang dalam tugasnya memelihara
kebersihan dan memberikan pelayanan kebersihan di suatu tempat, kantor atau
instansi bersih dengan menyediakan layanan bersih. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada petugas
kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Rumusan
masalah yaitu bagaimana gambaran hepatitis B surface antigen (HBsAg) pada
petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.penelitian ini dimulai pada tanggal 22 Juni 2016-13 Juli 2016 dan
bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Populasi pada penelitian
ini berjumlah 30 orang. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi.
Variabel penelitian yaitu petugas kebersihan dan HBsAg. Pada penelitian ini
sampel di ambil dengan menggunsksn metode total sampling. Padapemeriksaan
Hepatitis B Surface Antigen HBsAg hasil positif dinyatakan apabila terdapat garis
merah muncul pada area Control (C) dan area Test (T), dan hasil negative
dinyatakan hanya terdapat garis merah pada area Contol (C). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan HBsAg pada petugas kebersihan diperoleh
28 orang (93,33%) yang negatif dan diperoleh 2 orang (6,66%) yang positif . Hal
ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari petugas kebersihan itu sendiri seperti
tidak memakai (alat pelindung diri) ketika bekerja serta kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja ketika bekerja. Oleh karena itu
disarankan agar pada petugas kebersihan yang terinfeksi virus hepatitis B agar
melakukan pengobatan, dan senantiasa menjaga kebersihan dan keselamatan
kerja, dan untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan pemeriksaan pada petugas
medis maupun non medis yang bekerja di Rumah Sakit.
Kata Kunci : Petugas Kebersihan, HbsAg
Daftar Pustaka : 15 (2002-2015)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul“ Gambaran Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Petugas
Kebersihan yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari”.
Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua bantuan moril maupun materil,
motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan
studi yang penulis jalani selama menutut ilmu sampai selesainya Karya Tulis
ini.
Proses penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan
penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih
kepada Bapak Petrus, SKM.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Reni
Yunus, S.Si.,M.Sc selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbangan,
kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan
pikiran selama menyusun Karya Tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga
tujukan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan
4. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ners.,M.Sc selaku Penguji I, Ibu Ruth
Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku penguji II dan Ibu Satya
ix
Darmayani.S.Si.,M.Eng selaku Penguji III, yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu
6. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasihkepada Orang
tuaku tercinta, Ayahanda Muh. Thamrin dan Ibunda Aminah Sulba yang
selama ini telah banyak berkorban baik materi maupun non materi demi
kesuksesan penulis. Serta untuk Adikku tersayang M.AmirulAdly, yang
tidakhenti-hentinya memberikan dukungan kepada penulis sehingga
sampai saat ini penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah.
7. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan angkatan
tahun 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih 3 tahunini,
satuhal yang membanggakan telah mengenal kalian semua.
8. Seluruh teman-teman di luar kampus yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu ,terima kasih atas doa dan dukungan yang kalian berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang
ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat kekeliruan, dan kekurangan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi yang telah
penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis Amin.
Kendari, Juli 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. .v
MOTTO .................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ .x
DAFTAR TABEL .................................................................................... .xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hepatitis .................................................... 5
B. Tinjauan Umum Hepatitis B .............................................................. 11
C. Tinjauan Umum HBsAg .................................................................... 16
D. Tinjauan Umum Petugas Kebersihan ................................................. 17
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep ..................................................................... 20
B. Kerangka Konsep ............................................................................... 21
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 22
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 22
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 23
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................. 23
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 23
xi
D. Jenis Data ........................................................................................... 23
E. Instrument Penelitian ......................................................................... 23
F. Cara Pengambilan Data...................................................................... 24
G. Pengolahan Data ................................................................................ 26
H. Analisa Data ....................................................................................... 26
I. Penyajian Data ................................................................................... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 27
B. Pembahasan........................................................................................ 33
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 37
B. Saran .................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi berdasarkan umur pada petugas kebersihan
yang bekerja di rumah sakit umum daerah kota kendari
Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada petugas
kebersihan yang bekerja di rumah sakit umum daerah kota
kendari
Tabel 5.3 : Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen pada Petugas
Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari menggunakan metode Immunochromatografy
Tabel 5.4 : Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada
Petugas Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerak Kota Kendari
Tabel 5.5 : Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg pada petugas
kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Informed Concent
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 4 : Surat Keterangan telah melakukan Penelitian
Lampiran 5 : Surat Bebas Pustaka
Lampiran 6 : Lembar Hasil Pemeriksaan
Lampiran 7 : Lampiran Umur
Lampiran 8 : Master Tabel
Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi
dan penting untuk mempertahkan hidup. Kapasitas cadangannya sangat besar,
hanya dengan 10-20% jaringan hati yang masih berfungsi ternyata sudah cukup
untuk mempertahankan tubuh pemiliknya. Kemampuan mengganti jaringan mati
dengan yang baru (regenerasi) pada hati pun cukup besar. Itulah sebabnya
pengangkatan sebagian jaringan hati yang rusak akibat penyakit akan cepat
digantikan dengan jaringan baru. Ada 4 macam fungsi hati, yakni untuk
pembentukan dan ekskresi empedu, metabolisme zat-zat penting bagi tubuh,
pertahanan tubuh, serta fungsi vascular (Dalimartha S, 2006).
Ada banyak penyebab yang dapat merusak organ hati. Bahan kimia alami
atau sintesis yang beracun pada hati (hepatotoksik), penyakit non-alkolik
skatohepatitis (NASH) yang bias menyebabkan sirosis dan kanker hati, dan dari
infeksi virus hepatitis B dan C yang dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati
(Dalimartha S, 2006).
Hepatitis adalah suatu peradangan jaringan hati dengan gejala klinis
yang berbeda, gejala yang didapat bias ringan sampai sangat berat (fulminan).
Gejala klinis antara lain anoreksia, lemah, nyeri sendi, mual muntah, nyeri
perut bagian atas, dan ikterus (Sulaiman A, 2007).
Virus hepatitis tersebar di seluruh dunia dan menyerang semua suku
bangsa. Kejadian di Amerika Serikat diperkirakan 24,2 per 100.000 penduduk
pertahun, di Inggris 36 per 100.000 penduduk pertahun, di Israel Tengah 68
per 10.000 penduduk pertahun(Hadi S, 2002).
Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus.Maka saat ini sudah
sudah dideteksi 5 macam virus sebagai penyebabnya. Kelima macam virus itu
adalah virus hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C
(VHC atau Non-A Non-B parental), virus hepatitis D (VHD), dan virus
hepatitis E (VHE atau Non-A Non-B enterik) (Dalimartha S, 2006).
2
Gejala klinik yang disebabkan oleh setiap jenis virus ini dapat berbeda
bergantung pada beratnya kerusakan hati, mulai dari tanpa gejala klinik
disertai kelainan faal hati yang minimal, hingga hepatitis fulminan disertai
gangguan faal hati berat yang berakibat fatal dan ada tidaknya ko-infeksi
dengan virus lain (Boedina S, 2007).
Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B,
terbesar kedua di Negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji saring
darah donor PMI maka diperkirakan 1di antara 100 orang Indonesia, 10 di
antaranya telah terinfeksi Hepatitis B atau C. Sehingga saat ini diperkirakan
terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi Hepatitis B dan C, 14
juta di antaranya berpotensi untk menjadi kronis, dan dari yang kronis
tersebut 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita kanker hati (Kemenkes RI
, 2014)
Kasus Hepatitis B di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012
berfluktuatif namun ada kecenderungan menurun. Berdasarkan Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara kasus Hepatitis B tahun 2008
berjumlah 53 kasus yang terjadi di 2 kabupaten (2 kasus di Kabupaten Kolaka
dan 51 Kasus di Kabupaten Bombana). Tahun 2009 tidak ada kasus yang
dilaporkan, tahun 2010 dilaporkan 13 kasus, seluruhnya ditemukan di
Kabupaten Bombana. Pada tahun 2011 ditemukan 4 kasus di Kota Kendari
dan Tahun 2012 dilaporkan 14 kasus yang keseluruhannya ditemukan di
Kabupaten Kolaka (Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,2012).
Kasus Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Kota Kendari Tahun 2016
terus meningkat setiap bulannya. Berdasarkan data kesehatan Rumah Sakit
Umum Kota Kendari pada bulan Januari dilakukan pemeriksaan HBsAg
sebanyak 13 kali, pada bulan Februari dilakukan pemeriksaan 53 kali dan
pada bulan Maret semakin meningkat dengan jumlah pemeriksaan 53 kali
(Data Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari).
Rumah sakit merupakan institusi yang mempunyai potensi bahaya
kompleks bagi tenaga kerja di dalamnya. Rumah sakit menghasilkan limbah
3
dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya membahayakan kesehatan di
lingkungannya.Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil
samping berupa limbah,baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung
kuman pathogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya
bersifat berbahaya. Petugas kebersihan adalah salah satu tenaga kerja yang
beresiko untuk mengalami kecelakaan kerja (Nadia Paramita, 2007).
Pada kasus di Indonesia 65,4 % petugas pembersih suatu Rumah Sakit
di Jakarta mengalami dermatitis kontak iritan di tangan (2004).Pada Petugas
kebersihan banyak yang tidak memperhatikan keselamatan diriseperti tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan. Resiko kecelakaan kerja
pada petugas kebersihan seperti perilaku kurang aman saat membersihkan
lingkungan rumah sakit dan tidak menggunakan alat pelindung diri yang
benar (Evryanty, 2012).
Telah dilakukan penelitian sebelumya tentang Infeksi Hepatitis B pada
Cleaning Service Rumah Sakit (Sabrianto, 2014) yaitu ditemukan dari 30
Cleaning Service 28 sampel diantaranya negatif (-) dan 2 diantaranya positif
(+)mengidap infeksi Hepatitis B. Hal ini dikarenakan Petugas yang tidak
memperhatikan keselamatan kerja saat bekerja.
Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Petugas Kebersihan
yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis merumuskan
masalah Bagaimana gambaran Hepatitis B Surface Antigen(HBsAg) pada
petugas kebersihan yang bekerja di RSUD Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran HBsAg pada petugas kebersihan yang
bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
4
2.Tujuan khusus
a. Untuk memperoleh data Hepatitis B Surface Antigen pada Petugas
Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
dengan metode Immunochromatography
b. Untuk memperoleh data petugas kebersihan yang bekerja di di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari yang Positif Hepatitis B Surface
Antigen
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Akademik
Sebagai sumber pengetahuan bagi akademik mengenai bahaya Hepatitis B
bagi petugas kebersihan, dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Masyarakat
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang bahaya Hepatitis B
bagi petugas kebersihan.
c. Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi fasilitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit,
mengenai petugas kebersihan yang terinfeksi Hepatitis B.
2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hepatitis
a. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati
yang memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, kencing
berwarna seperti air teh pekat, mata dan seluruh badan menjadi kuning.
Penyakit ini telah dikenal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh
Hippocrates, dan semula dianggap sebagai suatu kesatuan klinik tersendiri
pada akhir abad ke 18 dan 19, yaitu jauh sebelum Perang Dunia Kesatu,
misalnya pada perang Franco-Prussia, Perang Saudara di antara Amerika
Utara dengan Selatan,dan lain-lainnya. Pada waktu itu hanya dikenal dua
macam hepatitis, yang dapat menimbulkan epidemi,yaitu Hepatitis
Infeksiosa (HI) dan Hepatitis Serum (HS). Disebut HI karena virus yang
masuk tubuh kita melalui tinja ke mulut (faecal oral route) dengan masa
inkubasi 3-6 minggu. Sedangkan HS cara penularannya melalui darah
(parenteral) dengan masa inkubasi 2-6 bulan.
Tetapi perkembangan zaman dan kemajuan pemeriksaan imunologis,
maka pembagian tersebut di atas tidak berlaku lagi. Kini sebagai penyebab
dari hepatitis dapat dibagi atas :
1. Hepatitis oleh Virus
2. Hepatitis oleh Bakteri
3. Hepatitis obat-obatan
Disamping pembagian hepatitis berdasar penyebabnya dapat juga
dibagi atas perjalanan penyakit,yaitu : hepatitis akut dan hepatitis kronis
(Hadi S,2002).
6
b. Penyebab Hepatitis
Sebenarnya hepatitis atau radang hati dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyebab, seperti :
1. Virus
2. Bakteri, misalnya Salmonella typhi
3. Parasit
4. Obat-obatan
5. Bahan kimia alami atau sintesis yang merusak hati
6. Alkohol
7. Cacing
8. Gizi yang buruk, dan
9. Autoimun(Dalimartha S, 2006).
c. Gejala Klinis Hepatitis
Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya
gejala yang timbul tergantung dari ganasanya penyebab penyakit
(patogenitas) dan daya tahan tubuh penderita.
Oleh karena penyebab terbanyak penyakit hepatitis disebabkan oleh
virus maka pembahasan selanjutnya lebih ditekankan pada hepatitis virus.
Keluhan dan gejala klinis penyakit hepatitis virus umumnya sama. Yang
berbeda hanyalah perkembangan penyakitnya.Pada hepatitis akut terjadi
peradangan (inflamasi) di seluruh hati disertai dengan kematian (nekrosis)
sel hati. Adanya inflamasi dan nekrosis sel hati akan member gambaran
khas secara klinis, biokimiawi,imunologis, dan morfologis penyakit yang
menjadi dasar untuk menegakkan diagnosis,
Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul
akibat proses peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase
prodromal, fase kuning, dan fase penyembuhan.
1. Masa tunas (inkubasi)
Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai
menimbulkan gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing penyebab
7
virus hepatitis tidaklah sama. Keruskan sel-sel hati terutama terjadi pada
stadium ini.
2. Fase prodromal (fase preikterik)
Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan
pada penderita seperti badan terasa lemas,cepat lelah, lesu, tidak nafsu
(anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak dan nyeri perut, demam
kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada persendian
(arthralgia), pegal-pegal di seluruh baan terutama di pinggang dan bahu
(mialgia), dan diare. Kadang-kadang penderita seperti akan pilek dan
batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorok. Karena keluhan di atas
seperti sakit flu, maka keadaan di atas disebut sindroma flu.
3. Fase kuning (fase ikterik)
Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita
berubah menjadi kuning pekat seperti air the. Bagian putih dari bola
mata(sclera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit berubah warna
menjadi kekuning-kuningan yang disebut juga ikterik. Bila terjadi
hambatan aliran empedu yang masuk ke dalam usus halus, maka tinja
akan berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeches acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam
serum melebihi 2 mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari baru
bahwa ia menderita sakit kuningnya akan terus meningkat, selanjutmya
menetap. Setelah 7-10 hari, secara perlahan-lahan warna kuning pada
mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan yang ada umumnya
mulai berkurang dan penderita merasa lebih enak.Fase ikterik ini
berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut, sering terjadi
gejala hambatan aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat sehingga
menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih
lama.
4. Fase penyembuhan (konvalesen)
Ditandai dengan hilangnya keluhan yang ada dan warna kuning
mulai menghilang. Penderita merasa lebih segar walaupun masih muda
8
lelah. Umunya penyebuhan sempurna secara klinis dan laboratories
memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelah timbulnya
penyakit(Dalimartha S, 2006).
d. Diagnosis Hepatitis
Melalui diagnosis dokter dapat diketahui apakah seseorang menderita
penyakit. Diagnosis penyakit hepatitis, termasuk hepatitis virus, umumnya
ditegakkan berdasarkan hal berikut:
1. Gejala klinis, seperti yang telah dibahas di atas
2. Sarana penunjang diagnostik, terutama pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang penting untuk penyakit hepatitis adalah :
a. Pemeriksaan biokimiawi terhadap tes faal hati seperti
SGOT,SGPT,gamma GT, bilirubin,alkali fosfatase, dan asam
empedu,serta
b. Petanda serologis untuk menentukan virus penyebabhepatitis
(Dalimartha S, 2006).
e. Jenis-jenis Virus Hepatitis
1. Virus
Virus adalah parasit berukuran kecil mikroskopik yang menginfeksi
sel organism biologis, Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan
karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus
mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein,lipid,glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus akan diekskresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk
memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya (Dewi Prima, 2014).
2. Bagian-bagian virus
Berikut ini adalah bagian-bagian utama dari tubuh virus :
a. Kapsid
9
Seperti tadi sudah dijelaskan diatas kapsid merupakan pembungkus
asam nukleat,kapsid inilah yang menentukan morfologi virus. Kapsid
berfungsi sebagai pelindung asam nukleat, melekatkan virion pada sel
inang yang terinfeksi virus, dan sebagai penyedia protein untuk virion
saat virion menginfeksi membran sel inang.
b. Asam nukleat
Asam nukleat berperan penting dalam siklus hidup virus, sama
dengan organism lainnya asam nukleat pada virus berfungsi sebagai
penyimpan informasi genetik yang diperlukan untuk sintesis protein.
c. Sampul
Sampul pada virus merupakan hasil modifikasi virus terhadap
membrane sel inang yang sudah terinfeksi oleh virus.Sampul virus
terdiri dari susunan molekul lipid dan protein. Itulah bagian-bagian tubuh
virus yang paling utama, setelah anda mengetahui bagian-bagiandari
tubub virus tersebut selanjutnya akan saya lanjutkan artikel ini tentang
morfologi virus (Dewi Prima, 2014).
3. Morfologi Virus
Morfologi mempunyai arti bentuk ukuran,morfologi virus artinya
bentuk dan ukuran virus. Berdasarkan bentuk tubuh dan bagian-bagian
tubuh virus morfologi virus terbagi menjadi empat tipe yaitu:
a. Morfologi virus ke-1 helix
Struktur virus dengan morfologi helix terbentuk dari susunan sub
unit protein terselubung yang disebut dengan kapsomer melingkar suatu
sumbu axis. Susunan virus dengan morfologi helix ini membuat virus
mempunyai bentuk seperti batang atau filament.Materi genetik virus
dengan morfologi helix ini terletak di dalam rongga dan terikat dengan
protein kapsid.Contoh dari virus dengan morfologi helix ini adalah virus
mosaik yang menyerang tembakau.
b. Morfologi virus ke-2 polihedral
Morfologi virus polihedral tersusun dari kapsomer yang berjumlah
sangat banyak dan menyelubungi genom virus secara
10
keseluruhan.Berbeda dengan morfologi sebelumnya yaitu morfologi
virus helix.Asam nukleat pada morfologi ini tidak mempunyai ikatan
dengan protein kapsid.Virus dengan morfologi polyhedral mempunyai
ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari 20-400 nanometer.Selain itu
morfologi virus polihedral juga mempunyai susunan dan jumlah
kapsomer yang sangat beragam juga.Salah satu virus dengan morfologi
polihedral ini adalah virus adenovirus.
c. Morfologi virus ke-3 Virus bersampul
Virus dengan morfologi ini memiliki lapisan ini memiliki lapisan
luar atau membran yang menyelubungi kapsid yang disebut dengan
sampul (envelope).Morfologi virus ini memiliki bentuk bermacam-
macam sesuai dengan bentuk kapsidnya, meskipun ada juga sampul yang
berbentuk helix dan polihedral.
d. Morfologi virus ke-4 Virus kompleks
Morfologi virus kompleks memiliki bagian-bagian tubuh yang lebih
kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus lainnya. Dengan
morfologi yang sangat kompleks ini menandakan virus tersebut memliki
kelebihan yang berbeda disbanding virus dengan morfologi lain.
Layaknya organisme hidup virus dengan morfologi ini memiliki bagian-
bagian tubuh seperti kepala dan ekor, salah satu contoh virus dengan
morfologi virus kompleks adalah bakteriofage (Dewi Prima, 2014).
4. Macam-macam Virus Hepatitis
Setiap infeksi bakteri, jamur atau parasit yang ditularkan lewat darah
dan dapat mengenai hati. Adapun nama-nama Virus penyebab Hepatitis
yang saat ini dikenali adalah :
1. Virus Hepatitis A
Infeksi hati oleh virus hepatitis A (HAV; hepatitis A virus) pada
awalnya disebut hepatitis infeksiosa.
2. Virus Hepatitis B
Infeksi hati oleh virus hepatitis B (HBV; hepatitis B virus) pada
awalnya disebut hepatitis serum.
11
3. Virus Hepatitis C
Infeksi hati oleh virus hepatitis C (HCV; hepatitis C virus) di
Amerika Serikat terdapat 3,9 juta orang penduduk yang terinfeksi virus
ini.
4. Virus Hepatitis D
Infeksi hati oleh virus hepatitis D (HDV; hepatitis D virus), virus
RNA yang cacat ini dapat melakukan replikasi dan menyebabkan
infeksi hanya kalau terbungkus HBsAg.Dengan demikian, infeksi HDV
hanya dapat terjadi kalau terdapat pula infeksi HBV.
5. Virus Hepatitis E
Infeksi hati oleh virus hepatitis E (HEV; hepatitis E virus)
merupakan infeksi yang ditularkan lewat air secara enternal, endeminya
terdapat di Asia dan subkontinen India (Mitchell R dkk, 2008).
B. Tinjauan Umum Tentang Hepatitis B
a. Pengertian
Hepatitis B merupakan hepatitis yang paling penting karena dapat
menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis, mulai dari hepatitis akut,
pengidap virus, hepatitis kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis hati
maupun karsinoma hati primer. Sejak ditemukan Australian Antigen oleh
Blumberg dan kawan-kawan tahun 1965 yang kemudian dikenal sebagai
hepatitis virus B (HVB) maka perkembangan penelitian penyakit ini
semakin pesat (Hadi S, 2002).
Penyebab hepatitis B adalah virus DNA yang tergolong dalam kelas
Hepadna dan mempunyai masa inkubasi 1-6 bulan. Pada individu dengan
infeksi HVB, dengan perantara mikroskop elektron dapat diperlihatkan
adanya 3 partikel yang berbeda dalam darah penderita, yaitu partikel
berbentuk bulat dengan diameter 20-22 nm, partikel berbentuk batang
dengan diameter kurang lebih 20 nm, panjang 50-250 nm, kedua-duanya
tidak mengandung asam nukleat dan partikel dengan diameter kurang lebih
42 nm yang mengandung asam nukleat. Partikel yang tidak mengandung
asam nukleat, diduga hanya merupakan lapisan lipoprotein luar dari HVB,
12
sedangkan partikel yang mengandung asam nukleat, diduga merupakan
virion lengkap HVB dan disebut partikel Dane. Hal ini sesuai dengan nama
sarjana Dane yang menemukannya pada tahun 1970 (Hadi S, 2002).
b. Cara Penularan Hepatitis B
Ada dua macam cara penularan (transimisi) hepatitis B, yaitu
transmisi vertical dan transmisi horisontal.
1) Transmisi vertical
Penularan terjadi pada masa persalinan (perinatal). Virus ini ditularkan
dari ibu kepada bayinya yang disebut juga penularan maternal neonatal.
Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil menderita
penyakit Hepatitis B akut atau sang ibu memang pengidap virus
Hepatitis B. bila ibu tersebut ditemukan HBsAg (+) dan HBeAg (+),
maka sekitar 90% bayi akan terinveksi virus Hepatitis B dan umumnya
menjadi kronis. Namun, bila sang ibu hanya mengidap HBsAg (+)
sedangkan HBeAg (-), maka kemungkinan tertular hanya sekitar 4% saja
dan umunya bayi akan sembuh dan jarang menjadi hepatitis b kronis.
2) Transmisi horizontal
Transmisi horizontal yaitu penularan dan penyebaran VHB dalam
masyarakat.Penularan terjadi akibat kontak dengan cairan tubuh
pengidap virus Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut.Misalnya
pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual
dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha S, 2006).
c. Epidemiologi Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini
pertama kali oleh Blumberg pada tahun 1965 dan dikenal dengan nama
antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus. Virus hepatitis B berupa
partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut “Partikel Dane”. Lapisan
luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada
inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel ini terdapat Hepatitis B
core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e Antigen (HBeAg).
13
Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut
sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu
adw, adr, ayw, dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena
menyebabkan perbedaan geogmfik dan rasial dalam penyebaraannya. Virus
Hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari
(Dewi Prima, 2014).
d. Patologi Hepatitis B
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B.
Virus Hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membrane
sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga
melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus
dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari
nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi; pada
DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan gel hati untuk
membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus
baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita
terhadap infeksi.
Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi
keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut tipe A,B dan Non A
dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati
dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel,sel hati dengan histiosit. Bila
nekrosis meluas (massif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyait
menjadi kronik meluas di daerah portal dan batas antara lobules masih utuh,
maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal
melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang
berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi
hepatitis kronik aktif (Dewi Prima, 2014).
e. Diagnosis dan Gejala Hepatitis B
a. Diagnosis
14
Untuk menentukan adanya infeksi Virus Hepatitis B dilakukan
pemeriksaan terhadap petanda serologisnya yang ada di dalam darah.
1. Untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi Virus
Hepatitis B atau belum dilakukan Pemeriksaan HBsAg
Bila HBsAg (+) berarti telah terinfeksi oleh Virus Hepatitis B.
2. Untuk mengetahui apakah infeksinya akut atau kronis,dilakukan
pemeriksaan IgM anti-HBc.
Bila IgM anti-HBc (+) dan HBsAg (+), berarti infeksinya akut.
Bila IgM anti-HBc (-) dan HBsag (+), diperlukan pemeriksaan IgG
anti-HBc atau total anti-HBc.
Bila IgG anti-HBc atau total anti-HBc (+) dan HbsAg(+), berarti
pengidap Virus Hepatitis B.
Bila IgG anti-HBc atau total anti-HBc (-) dan HBsAg (+), berarti
infeksi dini Virus Hepatitis b.
3. Untuk mengetahui adanya kesembuhan penderita diperiksa Anti-
HBs.
Bila Anti-HBs (+) DAN HBsAg (-) berarti penderita sudah sembuh
dan imun.
Bila anti-HBs (+) dan HBsAg (+) berarti telah terinfeksi Virus
Hepatitis B dan sembuh, tetapi terinfeksi lagi oleh Virus Hepatitis B
subtype yang lain,
Bila anti-HBs (-), HBsAg (-), anti-HBc (+), anti-HBe (+), dan
VHB-DNA (-), berarti telah sembuh tetapi penderita tidak dapat
membentuk anti-HBs.
4. Untuk mengetahui aktivitas infeksi Virus Hepatitis B maka dilakuka
pemeriksaan HBeAg.
Bila HbeAg (+) berarti infeksinya masih aktif dan menandakan ada
replikasi virus sehingga penderita sangat infeksius atau ,mudah
menularkan penyakitnya ke orang lain. Pada pasien HBeAg (+)
dengan peningkatan kadar SGPT,bias diobservasi dulu selama 3-6
bulan untuk menunggu kemungkinan terjadinyaserokonversi dari
15
HBeAg (+) menjadi terbentuknya anti-HBe secara spontan sebelum
diberikan pengobatan antivirus.
Bila HBeAg (-) artinya tidak ada replikasi virus, atau mungkin ada
cacat (defek) pre-core partikel Dane sehingga HBeAg tidak
terdeteksi.
5. Untuk mengetauhi aktivitas infeksi Virus Hepatitis B dilakukan
juga pemeriksaan VHB-DNA.
Dapat terjadi kedaan HBeAg (-), tetapu HBV-DNA (+) dan ini
menandakan masih terjadi replikasi virus dan penderitanya sangat
infeksius (Dalimartha S, 2006).
b. Gejala
Infeksi Virus Hepatitis B menimbulkan berbagai manifestasi klinik
dari keadaan yang ringan sekali atau bahkan tanpa gejala, sampai pada
gejala yang berat dan fatal (sekitar 1% penderita yaitu hepatitis fulminan.
Akibat klinis yang timbul juga bervariasi. Penderita dapat mengalami
salah satu dari beberapa keadaan berikut: tetap sehat,hepatitis akut ikterik
(radang hati akut disertai kuning), hepatitis akut anikterik (radang hati
akut tanoa kuning), hepatitis akut fulminan,pengidap,hepatitis kronik
persisten, atau hepatitis kronik aktif.
Hepatitis akut ikterik dimulai dengan masa inkubasi.Lamanya masa
inkubasi berkorelasi terbalik dengan dosis virus yang
menginfeksi.Semakin besar dosis virusnya, semakin singkat masa
inkubasinya.
Kemudian dilanjutkan dengan masa prodromal selama 3-5 hari,
kadang-kadang bias sampai 3 minggu. Pada saat ini penderita tidak sehat
dengan gejala gangguan pencernaan seperti tidak napsu
makan,mual,muntah,rasa sakit pada sisi kanan atas perut, demam ringan,
lesu, cepat lelah terutama pada malam hari, dan sakit kepala. Hasil
pemeriksaan darah sering menunjukkan peningkatan serum transminase
(SGOT dan SGPT) dan terdeteksinya HBsAg. Gejala di atas agak mereda
saat timbul ikterus yang dimulai dengan urin berwarna pekat seperti air
16
the kental, diikuti dengan warna kuning pada bagian putih bola mata.
Tinja berwarna pucat seperti dempul.Pada stadium ikterik yang
berlansung 1-4 minggu ini dapat timbul rasa gatal (pruritus) selama
beberapa hari. Hati membesar dan terasa nyeri bila ditekan,kadang-
kadang disertai pembengkakan limpa(Dalimartha S, 2006).
C. Tinjauan Umum Tentang HBsAg
a. Pengertian
HBsAg dapat dijumpai selama perjalanan infeksi VHB. Pada infeksi
akut dapat pula dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala hepatitis,
sedangkan pada infeksi VHB kronik dapat dijumpai pada fase immune
tolerance dan immune clearance, yang merupakan fase replikatif VHB.
Pada fase integrasi yang merupakan fase nonreplikatif VHB, dalam sirkulasi
hanya didapatkan partikel HBsAg berbentuk bulat dan tubular saja.
Hepatitis B Virus Surface Antigen (HBsAg) merupakan protein
selubung terluar VHB, dan merupakan petanda bahwa individu tersebut
pernah terinfeksi VHB . HBsAg positif dapat ditemukan pada pengidap
sehat (Healthy carrier), hepatits B akut, hepatitis b kronik, sirosis hati
maupun kanker hati primer (Amtarina,dkk, 2006).
b. Pemeriksaan HBsAg
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B,
baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-
unit tranfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis.
Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut
yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan
HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan
replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti HBe positif
menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.
Pemeriksaan HBsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah
untuk mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui
17
transfusi darah untuk mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi
hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak dapat terdapat lagi bekas
screening pada darah pendonor.Orang yang berisiko tinggi terkena hepatitis
B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergantungan obat, suka
berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfuse, hemodialisa,
bayi baru lahir yang tertular ibunya yang menderita hepatitis B
(Amtarina,dkk, 2006).
c. Metode Pemeriksaan HBsAg
Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
1. Immunochromatography
2. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Macam PCR ada 6 yaitu :
1. Multiplex PCR
2. Deteksi point mutation
3. Determinasi sekwen
4. Nested amplification
5. Deteksi target RNA
6. PCR kuantitatif (Suhartono,2010)
D. Tinjauan Umum Petugas Kebersihan
a. Pengertian
Petugas kebersihan adalah orang-orang yang dalam tugasnya
memelihara kebersihan dan memberikan pelayanan kebersihan di suatu
tempat, kantor atau instansi bersih dengan menyediakan layanan kebersihan.
b. Tugas Petugas Kebersihan
Adapun tugas dari Petugas Kebersihan, sebagai berikut:
1. Membersihkan meja,
2. Membersihkan kursi,
3. Membuang sampah,
4. Membersihkan kaca,
5. Membersihkan kamar mandi,
18
6. Membersihkan alat pemadam kebakaran,
7. Membersihkan halaman,
8. Perawatan bunga (menyimpan pemupukan, menggemburkan tanah,)
9. Menyapu lantai,
10. Mencuci alat-alat pemeriksaan seperti tabung dan lain-lain,
11. Mengepel lantai dan lain-lain.
c. Kesehatan Kerja Petugas Kebersihan
Kesehatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera.Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik
jasa maupun industry. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang
Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan Kesehatan Kerja
( Bobby,R.K, 2013).
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam
ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/petugas kesehatan
19
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun
social, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Hidayat, 2014).
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep
Virus adalah parasit berukuran kecil mikroskopik yang menginfeksi sel
organism biologis, Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan
karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri (Dalimartha S, 2006).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang
memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, kencing berwarna
seperti air teh pekat, mata dan seluruh badan menjai kuning (Hadi S, 2002).
Hepatitis B merupakan hepatitis yang paling penting karena dapat
menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis, mulai dari hepatitis akut,
pengidap virus, hepatitis kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis hati
maupun karsinoma hati primer (Hadi S, 2002).
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)
merupakan material permukaan dari virus hepatitis B.
21
B. Kerangka Konsep
Petugas
Kebersihan
Pengambilan
darah vena
Hasil
Tabung penampung
darah
Uji HBsAg
(Pemeriksaan
Laboratorium)
Centrifuge
Serum
Positif (+)
(terdapat 2 garis
merah)
Negatif (-)
(terdapat 1 garis
merah)
22
C. Variabel penelitian
1. Variabel bebas adalah Petugas Kebersihan
2. Variabel terikat adalah HBsAg
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Definisi Operasional
1. Petugas kebersihan adalah petugas yang bertugas untuk menjaga kebersihan
Rumah Sakit
2. HBsAg adalah lapisan permukaan luar Hepatitis B Virus tersusun atas
protein HBs yang diproduksi dalam jumlah besar yang dibututuhkan virus
untuk bereproduksi.
Kriteria objektif :
Hasil dinyatakan bila hasil positif akan terbentuk dua garis merah pada area
control (C), bila negatif akan muncul satu garis merah muncul pada area
control (C) , dan invalid bila garis control gagal untuk muncul atau hanya
terbentuk garis merah pada test.
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Deskriptif, yang bertujuan
memberikan gambaran tentang HBsAg pada petugas Kebersihan yang bekerja
di Rumah Sakit.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitiantelah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Waktu
Penelitian telahdilaksanakan pada tanggal 22 Juni-13 Juni 2016
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Petugas Kebersihan yang
bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pupulasi. Penelitian ini
menggunakan metode total sampling.
D. Jenis Data
1. Data primer : Data yang diperoleh langsung dari petugas Kebersihan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari yaitu Data HBsAg
2. Data sekunder : Data yang di peroleh dari tempat penelitian (Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari).
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Daftar Observasi
24
2) Pulpen
3) Informed Concernt
4) Label
2. Instrumen Pemeriksaan Laboratorium
Instrumen pemeriksaan Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Alat
1) Tabung EDTA
2) Rak Tabung
3) Torniquet
4) Centrifuge
5) Mikropipet 500 µl
6) Timer
b. Bahan
1) Masker
2) Spoit 3 cc dispossible
3) Kapas alkohol 70%
4) Kapas Kering
5) Serum
6) Strip HBsAg
F. Cara Pengambilan Data
1. Pra Analitik
a. Persiapan alat dan Bahan
b. Persiapan Pasien (tidak ada persiapan khusus)
a) Prosedur pengambilan darah
1. Di siapkan alat dan bahan
2. Tentukan bagian vena yang akan ditusuk
3. Desinfeksi dengan kapas alkohol 70% pada vena puncture dan
biarkan kering
4. Dipasang tourniquet pada lengan atas (bagian proximal lengan 6-
7 cm dari lipatan siku)
25
5. Dengan lubang jarum menghadap keatas, masukkan jarum pada
venapuncture dengan sudut 30º. Hingga masuknya darah kedalam
semprit
6. Ditarik holder perlahan-lahan sampai volume darah yang
diinginkan.
7. Dilepaskan tourniquet sebelum menarik jarum
8. Ditarik jarum perlahan-lahan dan tutup bekas tusukan dengan
kapas kering dan bersih
9. Dimasukkan darah kedalam tabung EDTA
b) Prosedur centrifuge
1. Diamkan darah hingga membeku
2. Disentrifuge darah selama 5-15 menit dengan kecepatan 3000
rpm.
3. Pindahkan serum yang telah di sentrifuge kedalam tabung reaksi
menggunakan mikropipet.
2. Analitik
Metode :immunochromatography
Prosedur kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil bungkusan strip pada suhu ruangan sebelum bungkusan
tersebut dibuka.
c. Masukkan strip kedalam serum yang telah di centrifuge , biarkan
10-15 detik dalam serum. Batas serum jangan sampai pada MAX
LINE
d. Keluarkan strip dan jalankan stopwatch, biarkan sampai 15 menit
kemudian baca hasilnya, sampai muncul garis merah.
3. Pasca analitik
Interprestasi hasil:
Positif : terbentuk dua garis merah pada area control(C) dan test (T)
Negatif : satu garis merah muncul pada area control (C)
26
Invalid : garis control gagal untuk muncuk atau hanya terbentuk garis
merah pada area test (T).
G. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah :
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan yang terdapat
pada pencatatan dilapangan
2. Coding
Coding adalah pemberian kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama
3. Tabulasi
Suatu kegiatan untuk memasukan data hasil penelitian kedalam sebuah
tabel berdasarkan kriteria yang sudah ada
H. Analisa Data
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan
frekuensi dari variabel dependen dan independen.
Data disajikan dalam bentuk tabel dan diinterprestasikan
X=𝐹
𝑁x K
Keterangan :
X= presentase hasil yang dicapai
F=variabel yang diteliti
N= jumlah sampel penelitian
K= konstanta (100%),.(Chandra,1995)
I. Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.
27
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di
Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan
luas bangunan 1.800 M2. Pada tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari
telah mempunyai lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit,
yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP,
DAK dan DPPIPD.
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD Kota Kendari
dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 10
buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda motor.
b. Tenaga Pelayanan Kesehatan
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD Kota Kendari pada tahun
2015 sebanyak 451 (207 PNS dan 244 Non PNS) yang terdiri dari
Tenaga medis, Tenaga paramedis Perawatan , Tenaga Paramedis non
perawatan, Tenaga administrasi.
c. Sarana dan Prasarana Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari terbagi
atas beberapa bagian ruang, yaitu :
1) Ruang Administrasi;
2) Ruang Tunggu Pasien;
3) Ruang Sampling;
4) Ruang Pengolahan Sampel terbagi atas:
1. Ruang Kimia;
2. Ruang Hematologi, Serologi, dan Urinalisis;
3. Ruang Bakteri dan Parasit.
28
5) Toilet, terbagi atas:
1. Toilet pasien;
2. Toilet Petugas Laboratorium
6) Ruang Beristirahat;
7) Ruang Ganti;
8) Ruang Penyimpanan Alat Gelas dan Reagen
Dalam menunjang pelayanan kesehatan, laboratorium rumah sakit
umum daerah kota kendari dilengkapi dengan pemeriksaan
laboratorium yang terdiri dari pemeriksaan Hematologi ( Darah Rutin
menggunakan alat Hematologi Analyzer yang pemeriksaannya meliputi
Hemoglobin (Hb), Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, MCV, MCH,
MCHC, Trombosit, Laju Endap Darah (LED) (meliputi CT,BT, Hitung
Jenis) pemeriksaan Kimia Darah ( Glukosa: GDS,GDP, GD 2 Jam PP,
SGOT, SGPT, Protein Total, Albumin, Globulin, Bilirubin Total,
Bilirubin Direct, Ureum, Creatinin, Asam Urat, Chol Total, Chol HDL,
Chol LDL, Trigliserida. Pemeriksaan Urinalisa (kimia Urin (Carik
Celup/Strip), Sedimen Urine). Pemeriksaan Bakteriologi (Basil Tahan
Asam). Pemeriksaan Parasitologi (DDR Malaria, Feaces, Jamur).
Pemeriksaan Immuno/Serologi (Plano Test (tes kehamilan), Widal Test,
Test Narkoba, Golongan Darah, HBsAg, Anti Hbs,HIV).
2.Karakteristik Sampel
Telah di lakukan penelitian gambaran Hepatitis B Surface Antigen
(HBsAg) pada petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari pada tanggal 24 juni – 11 juli 2016 di Laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari sebagai berikut :
25
29
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur pada Petugas Kebersihan
yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Distribusi frekuensi berdasarkan umur pada petugas kebersihan yang bekerja
di rumah sakit umum daerah kota kendari dapat dilihat pada tabel 5.1 di
bawah ini:
Tabel 5.1 distribusi frekuensi berdasarkan umur pada petugas
kebersihan yang bekerja di rumah sakit umum daerah kota kendari
Umur (Tahun) N Persentase (%)
21-25 5 16,68
26-30 13 43,33
31-35 6 20
36-40 3 10
41-45 1 3,33
46-50 - 0
51-55 1 3,33
56-60 1 3,33
Jumlah 30 100
(Sumber : Data primer, 2016)
Data tabel distribusi berdasarkan umur terdapat sampel sebanyak 30
orang Petugas kebersihan (5.1). Dapat dilihat bahwa interval umur yang
melakukan pemeriksaan HBsAg pada umur 21-25 tahun sebanyak 5 orang
(16,66%). Umur 26-30 tahun sebanyak 13 orang (43,33%). Umur 31-35 tahun
sebanyak 6 orang (20%).Umur 36-40 tahun sebanyak 3 orang (10%). Umur
41-45 tahun sebanyak 1 orang (3,33%). Umur 46-50 tahun sebanyak 0. Umur
51-55 tahun sebanyak 1 orang (3,33%), dan rentan umur 56-60 tahun
sebanyak 1 orang (3,33%). Berdasarkan data diatas jumlah umur Petugas
Kebersihan terbanyak adalah umur 26-30 tahun sebanyak 13 orang, dan
terendah pada umur 41-45 tahun, 46-50 tahun, dan 56-60 tahun sebanyak 1
orang.
30
2. Distribusi frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Petugas
Kebersihan yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada petugas kebersihan yang
bekerja di rumah sakit umum daerah kota kendari dapat dilihat pada tabel
5.2 di bawah ini :
Tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada petugas
kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Jenis Kelamin n Persentase (%)
Laki-laki 18 60
Perempuan 12 40
Total 30 100
(Sumber : Data primer, 2016)
Data tabel
diatas menunjukan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin pada
Petugas Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.Jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (60%) dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 12 orang (40%).Berdasarkan data diatas jumlah petugas
kebersihan laki-laki lebih banyak dibanding yang berjenis kelamin
perempuan.
3. Variabel penelitian
1. Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen pada Petugas Kebersihan
yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
menggunakan metode immunochromatography
Hasil pemeriksaan hepatitis B surface antigen pada petugas kebersihan
yang bekerja di rumah sakit umum daerah kota kendari menggunakan
metode immunochromatography dapat dilihat Hasil pada tabel 5.3 di
bawah ini:
31
Tabel 5.3 Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen pada Petugas
Kebersihan yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
menggunakan metode immunochromatography
NO Kode Sampel
Control (C) Test (T)
Ada Garis
Merah
Tidak Ada
Garis
Merah
Ada Garis
Merah
Tidak Ada
Garis
Merah
1 01 √ - √
2 02 √ - √
3 03 √ - √
4 04 √ - √
5 05 √ - √
6 06 √ - √
7 07 √ - √
8 08 √ - √
9 09 √ - √
10 10 √ - √
11 11 √ - √
12 12 √ - √
13 13 √ - √
14 14 √ - √
15 15 √ - √
16 16 √ - √
17 17 √ - √
18 18 √ - √
19 19 √ - √
20 20 √ - √
21 21 √ - √
22 22 √ - √
23 23 √ - √
32
24 24 √ - √
25 25 √ - √
26 26 √ - √
27 27 √ - √
28 28 √ - √
29 29 √ - √
30 30 √ - √
Jumlah 30 2 28
Persentase
(%)
100 % 6,67 % 93,33%
(Sumber : Data primer, 2016)
Data tabel diatas menunjukan distribusi sampel berdasarkan
Interprestasi hasil pada Petugas Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari. Jika hasil positif maka terbentuk garis merah
pada area Control (C) dan pada area Test. Jika negatif maka terbentuk garis
merah pada area Control (C) saja. Berdasarkan data diatas terdapat dua (2)
sampel yang mempunyai garis merah pada area Control (C) dan pada Test (T)
yang artinya postif dan 28 sampel lainnya hanya terdapat garis merah pada
(C) yang artinya negatif.
2. Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Petugas
Kebersihan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen dapat dilihat pada tabel 5.4
di bawah ini:
Tabel 5.4 Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada
Petugas Kebersihan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
NO Kode Sampel Positif Negatif
1 01 √
2 02 √
3 03 √
4 04 √
5 05 √
6 06 √
7 07 √
8 08 √
9 09 √
33
10 10 √
11 11 √
12 12 √
13 13 √
14 14 √
15 15 √
16 16 √
17 17 √
18 18 √
19 19 √
20 20 √
21 21 √
22 22 √
23 23 √
24 24 √
25 25 √
26 26 √
27 27 √
28 28 √
29 29 √
30 30 √
Jumlah 2 28
Persentase 6,66 93,33
(Sumber : Data primer, 2016)
Data tabel diatas menunjukan distribusi sampel berdasarkan hasil
pemeriksaan HBsAg pada Petugas Kebersihan yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Berdasarkan data tabel diatas maka akan
dilanjutkan pada distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan tabulasi
frekuensi HBsAg pada petugas kebersihan (Tabel 5.5)
3. Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen
(HBsAg) pada Petugas Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari
Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg dapat dilihat pada tabel 5.5 di
bawah ini:
Tabel 5.5 Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg pada petugas
kebersihan yang bekerja di rumah sakit umum daerah kota kendari
Petugas Kebersihan N Persentase (%)
Positif 2 6,67
Negatif 28 93,33
Jumlah 30 100
(Sumber : Data primer, 2016)
34
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pemeriksaan bertanda negatif (-) sebanyak 28 orang (93,33%), dan hasil
pemeriksaan bertanda positif (+) sebanyak 2 orang (6,66).
4. Pembahasan
Pemeriksaan HBsAg pada penelitian ini dilakukan pada 30 sampel yang
di ambil dari petugas kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.Penelitian ini diawali dengan pengisian Informed Concentkepada
petugas kebersihan yang diambil sampelnya.
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel serum, yang di
ambil dengan melakukan flebotomi (pengambilan darah vena) kemudian
sampel tersebut di masukkan kedalam centrifugeselama 10-15 menit sampai
terbentuknya serum kemudian dilanjutkan pemeriksaan menggunakan strip
HBsAg.
Metode yang digunakan adalah metode Immunochromatografidengan
melihat adanya garis merah pada Area Control (C) dan Area Test
(T).Pemeriksaan HBsAg menggunakan strip HBsAg dengan metode
Immunochromatografi,metode ini digunakan karena paling mudah dan cepat
dibandingkan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) atau
menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Telah dilakukan penelitian tentang Gambaran Hepatitis B Surface
Antigen(HBsAg) pada petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran HBsAg pada petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari.
Pada Tabel 5.1 (distribusi berdasarkan umur) menunjukkan bahwa
petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
terbanyak pada umur 26-30 tahun dengan jumlah 13 orang (43,33%) dan paling
sedikit usia 41-45,usia 51-55 tahun, dan 56-60 tahun yang masing-masing
berjumlah 1 orang. Pada tabel 5.2 (distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin)
pada petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari dapat dilihat bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah
35
18 orang (60%), dan yang berjenis kelamin perempuan (40%). Hal ini
menunujukkan bahwa petugas kebersihan yang berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak dari pada petugas kebersiha yang berjenis kelamin perempuan.
Pada tabel selanjutnya (5.3 hasil pemeriksaan HBsAg dengan
menggunakan metode Chromatografi) dapat dilihat bahwa hasil positif
dinyatakan apabila muncul garis merah pada area Control (C) dan pada area Test
(T). Sedangkan hasil negatif dinyatakn apabila hanya muncul garis merah pada
area Control (C) .
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 30 sampel yang di
ambil dari petugas kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
terdapat 28 sampel yang hasil pemeriksaan HBsAg yang negatif (93,33%) dan 2
sampel yang hasil pemeriksaan HBsAg yang positif (6,66%). Petugas kebersihan
di Rumah Sakit sangat beresiko terinfeksi penyakit karena hal-hal kecil yang
tidak diperhatikan ketika bekerja , salah satunya tentang pemakaian alat
pelindung diri ketika mulai bekerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pekerja enggan menggunakan alat pelindung diri antara lain:Sulit, tidak nyaman,
atau menganggu untuk digunakan, Pengertian yang rendah akan pentingnya
peralatan keamanan,Ketidakdisiplinan dalam penggunaan.
Dalam pembangunan sektor tenaga kerja, khususnya pada upaya
perlindungan bagi tenaga kerja di Rumah Sakit baik tenaga medis maupun
nonmedis , aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus sangat di
tingkatkan. Salah satu tujuan utama keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah mencegah resiko terjadinya kecelakaan kerja. Resiko tersebut
merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian pada setiap kegiatan
pelaksaan pembersihan Rumah Sakit.
Kecelakaan kerja terdiri dari empat klasifikasi yakni, kecelakaan,
penyebab, sifat kelainan, dan letak kelainan, kelainan yang dapat terjadi
berbagai organ tubuh, dari patah tulang, dari kulit luka, sampai berbagai organ
yang dapat mengenai jantung, ginjal, paru-paru dan hati tergantung faktor
penyebab. Hati merupakan salah satu organ tubuh terbesar dan penting dalam
36
metabolisme tubuh, bila hati tidak sehat pasti akan menganggu produktivitas
kerja. Salah satu penyakit hati yang paling sering ditemui adalah Hepatitis B.
Penyakit hepatitis B adalah salah satu penyakit menular, dan yang rentan
terkena adalah petugas Rumah Sakit dan Petugas Kebersihan yang bekerja di
Rumah Sakit.Penyakit hepatitis B itu sendiri disebabkan oleh Virus Hepatitis
B. dimana petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit, meskipun terlihat
sehat tapi bersifat carrier yang dapat menularkan kepada petugas lainnya,
pasien rumah sakit, atau para pengunjung di Rumah Sakit.
Pada penelitian yang sebelumnya yang dilakukan (Sabri, 2015) dengan
judul “ Gambaran Infeksi Hepatitis pada Cleaning Serviceyang ada di Rumah
Sakit Umum Bahteramas” ditemukan juga sampel yang positif dari petugas
kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit.
Untuk mencegah terjadinya penyakit di tempat kerja dengan melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh priodik dan berkala secara menyeluruh
sebelum melakukan pekerjaan,serta meningkan kesehatan pekerja dan
keluarganya dengan melakukan pemeriksaan rutin, pemberian vaksinasi,
memakai alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja, tempat pembuangan
jarum bekas yang aman , serta cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
(Aditama, 2010)
37
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Hasil Penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 22 Juni 2016 – 13
Juli 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari tentang Gambaran
Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada petugas kebersihan yang bekerja di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari dapat di simpulkan :
1. Pemeriksaaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) dengan metode
immunochromatografi, semua sampel terdapat garis merah pada area
Control (100%). 2 sampel terdapat garis merah pada area Test (6,67%),
dan 28 sampel tidak ada
2. Dari 30 sampel petugas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada
pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg), didapatkan 28 sampel
negatif (93,33 %) dan 2 sampel dinyatakan positif (6,67%)
B. Saran
1. Untuk akademik dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan
pemeriksaan terhadap tenaga medis maupun non medis yang bekerja di
lingkungan Rumah Sakit.
2. Untuk masyarakat agar mengetahui bahaya tentang penyakit dan senantiasa
menjaga kesehatan dan keselamatan saat bekerja
3. Untuk pelayanan kesehatan utamanya kepada yang bekerja di Rumah Sakit
agar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
4. Untuk petugas kebersihan yang terinfeksi Hepatitis B agar melakukan
pengobatan dan yang tidak terinfeksi agar menjaga kesehatan serta
memperhatikan keselamatan saat bekerja utamanya memakai alat pelindung
diri (masker,baju yang aman,sarung tangan, sepatu yang aman bila
diperlukan).
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, C.2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja UI-Press. Jakarta
Amtarina,dkk. 2006. Faktor Resiko Hepatitis B Pada Tenaga Kesehatan Kota
Pekanbaru. Bagian Biologi Kedokteran Universitas Riau.
Bobby,R.K.2013.Keselamatan dan Kesehatan kerja Pada Pelaksanaan proyek
Konstruksi.Jurnal Sipil Statistik Vol. 1 No.6.
Boedina, Siti. 2010. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : FKUI.
Dalimartha,S. 2006. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis.
Jakarta :Penebar Swadaya.
Data Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. 2016. Kendari
(Sulawesi Tenggara).
Dewi, Prima. 2014. Mengenal Virus, Penyakit, danPencegahannya.
Yogyakarta :NuhaMedika.
Evryanti.2012. Kajian Risiko Keselamatan Kerjapada Petugas Kesehatan dan
Petugas Kebersihan Klinik 2012.
Hadi, S. 2002. Gastroenterologi.Bandung : PT. Alumni Bandung.
Hidayat, M. (2014).Aspek K3 pada Petugas Kebersihan di infection center Rs.
Wahidin Sudirohusodo.
Kemenkes RI. 2014 .Pusat Data dan Informasi.Jakarta Selatan.Hal.1.
Mitchell R, dkk. 2008. DasarPatologisPenyakit. Jakarta : EGC.
Nadia paramita. 2007. Evaluasi Pengolahan Sampah Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Subroto. Jurnal Presipitasi. Vol 2 No 1 Maret 2007.
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.2012.
Suhartono. 2010. Biologi Molekuler Kedokteran. Surabaya :Airlangga.
Sulaiman, Ali. 2007. Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayabadi.
Kemenkes RI. 2014 .Pusat Data dan Informasi.Jakarta Selatan.Hal.1.
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN
(Informed Concernt)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Menyatakan bersedia untuk menjadi Subyek Penelitian dari :
Nama : Rita Anggriani Thamrin
Nim : P00320013130
Jurusan : Analis Kesehatan
Setelah saya membaca prosedur penelitian yang terlampir, saya
mengerti dan memahami dengan benar prosedur penelitian dengan judul
“GAMBARAN Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) PADA PETUGAS
KEBERSIHAN YANG BEKERJA DI RSUD KOTA KENDARI”. Saya
menyatakan sanggup menjadi sampel penelitian beserta segala resikonya
dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Kendari, Juli 2016
(..................................)
Kategori Umur Menurut Depkes
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009)
1. Masa balita : 0- 5 tahun
2. Masa kanak - kanak : 5- 11 tahun
3. Masa remaja awal : 12- 16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17- 25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26- 35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36- 45 tahun
7. Masa lansia awal : 46- 55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56- 65 tahun
9. Masa manula : 65- sampai atas
MASTER TABEL
GAMBARAN Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) PADA PETUGAS KEBERSIHAN YANG BEKERJA DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KOTA KENDARI
NO KodeSampel Umur
Jenis
Kelamin Area Control
(Garismerah)
Area Test
(GarisMerah)
Hasil Pemeriksaan Keterangan
L/P Positif Negatif
1 01 28 L √ - √ Negatif
2 02 32 L √ - √ Negatif
3 03 21 P √ - √ Negatif
4 04 23 L √ - √ Negatif
5 05 24 L √ - √ Negatif
6 06 28 P √ - √ Negatif
7 07 40 P √ √ √ Positif
8 08 35 P √ - √ Negatif
9 09 27 L √ - √ Negatif
10 10 26 L √ - √ Negatif
11 11 42 L √ - √ Negatif
12 12 27 L √ - √ Negatif
13 13 31 P √ - √ Negatif
14 14 44 L √ - √ Negatif
15 15 26 P √ - √ Negatif
16 16 28 P √ - √ Negatif
Lampiran 9. Proses Penelitian Gambaran Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Petugas
Kebersihan yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari a. Pra Analitik
1. Persiapan Alat dan Bahan
Spoit Dispossible, Kapas Alkohol, Tali Pembendung, Plester
Tabung Penampung darah Strip HBsAg
Centifuge
2. Pengambilan Darah Vena
3. Proses Centrifuge
4. Sampel serum yang telah di Sentrifuge
b. Analitik
Proses pengerjaan Serum Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg)
c. Pasca Analitik
Interprestasi hasil :
Sampel Negatif
Sampel Positif