gambaran faktor penyebab rendahnya pemberian …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1447/1/kti...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PEMBERIAN ASIEKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAKAOKILI KABUPATEN
BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada ProgramStudi Diploma III Gizi
OLEH:
WIANI
P003310181.14
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN GIZI PRODI D-IIIKELAS RPL
2019
ii
GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PEMBERIAN ASIEKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAKAOKILI KABUPATEN
BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
RINGKASAN
WIANI
dibawah bimbingan Rita Irma, SST, MPH dan Rasmaniar, SKM, M.Kes
Latar Belakang : Berdasarkan data Dinkes Sultra 2015 cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Kabupaten Buton pada tahun 2015 sebesar 57,77%. Sedangkan data yang diperoleh dari
puskesmas Wakaokili , cakupan capaian ASI Eksklusif di Puskesmas Wakaokili memiliki
pencapaian ASI Eksklusif terendah dari wilayah lain dengan capaian program ASI Eksklusif
tahun 2018 mencapai 25%.
Metode : Penelitian ini termaksuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross sectional
study yaitu suatu subjek penelitian hanya observasi sekali saja dan dilakukan sekaligus pada
suatu saat yang sama. Dan telah dlaksanakan pada tanggal 9 Juli sampai 17 Juli 2019 bertempat
wilayah kerja puskesmas Wakaokili. Sampel yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bayi usia 7-11 bulan. Tehnik pengambilan sampel adalah Total Sampling.
Hasil : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Tingkat pengetahuan ibu diwilayah kerja
puskesmas Wakaokili sebagian besar kurang sebanyak 58,6%. Tingkat pendidikan ibu di
wilayah kerja puskesmas Wakaokili sebgaian besar adalah berpendidikan rendah sebanyak
65,5%. Ibu yang tidak bekerja di wilayah kerja puskesmas Wakaokili sebanyak 86,2%. Kondisi
payudara ibu atau yang mengalami hambatan dalam menyusui di wilayah kerja puskesmas
sebanyak 72,41% dengan masalah terbanyak puting lecet dan puting tidak menonjol. Keluarga
yang tidak mendukung dalam pelaksanaan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Wakaokili sebesar 62,1%.
Penelitian ini menyarankan bagi ibu hamil dan ibu menyusui agar dapat lebih
ditingkatkan pengetahuan, pemahaman dan perilaku dalam menyusui terutama dalam
menghadapi berbagai hambatan dan masalah dalam menyusui.
Kata Kunci : Pengetahuan, Umur, Pendidikan, Kondisi Payudara, ASI Eksklusif
Daftar bacaan : 24 (2006-2018)
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Gambaran Faktor Penyebab Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Wakaokili Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara”
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikam Diploma III Bidang Gizi.
Proses penyusuanan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang
dalam penyusunannya yang tentunya tidak lepas bantuan moril dam materil dari pihak
lain. Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan dan keiklasan hati
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Ibu Sri Yunanci, VG., SST., MPH, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Kendari.
3. Ibu Rita Irma, SST, MPH selaku pembimbing utama yang senantiasa memberi
masukan dan bimbingan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Rasmaniar SKM., M.kes selaku pembimbing pendamping yang senantiasa
memberikan waktunya untuk memberikan saran-saran dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Bapak/Ibu Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Kendari.
6. Ucapan terima kasih yang teristimewa dan tidak ternilai harganya penulis
persembahkan kepada kedua orang tua tercinta karena telah menjadi orang
terhebat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta perhatian, dan kasih
sayang serta doa sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,
vi
untuk suami tercinta dan anak-anak tercinta penulis Sarah dan Zalfa yang
senantiasa memberikan doa yang tulus dan terima kasih, Kepada teman-teman
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya karena telah menjadi bagian
yang luar biasa dalam hidup penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan, karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sangat penulis harapakan. Demikian Karya Tulis Ilmiah ini disusun, semoga
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Kendari Juli 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5C. Tujuan .................................................................................................................... 5D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................
A. Telaah Pustaka ........................................................................................................ 7B. Landasan Teori........................................................................................................ 20C. Kerangka Konsep .................................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................
A. Jenis Penelitian........................................................................................................ 23B. Waktu dan Jenis Penelitian ..................................................................................... 23C. Populasi dan Sampel ............................................................................................... 23D. Variabel Penelitian .................................................................................................. 23E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.......................................................................... 24F. Pengolahan dan Analisis Data................................................................................. 24G. Definisi Oprasional dan Kriteria Obyetif ................................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................
A. Hasil ........................................................................................................................ 27B. Pembahsan ............................................................................................................. 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 36B. Saran........................................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 37
Lampiran .............................................................................................................................
viii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Umur Ibu ................................................................... 28
Tabel 2 distribusi Sampel Menurut Pendidikan Ibu............................................................ 28
Tabel 3 Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan Ibu ............................................................. 29
Tabel 4 Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Ibu ........................................................ 29
Tabel 5 Distribusi Sampel Menurut Pemberian ASI Eksklusif .......................................... 30
Tabel 6 Distribusi Berdasarkan Kondisi payudara Ibu ....................................................... 30
Tabel 7 Jenis Hambatan Menyusui ..................................................................................... 30
Tabel 8 Distribusi Sampel Menurut Dukungan Keluarga Pemberian ASI Eksklusif ......... 31
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan sangat pesat namun sistem pencernaan
bayi belum berfungsi dengan sempurna sehingga belum mampu mencerna
makanan selain Air Susu Ibu. Air susu ibu atau yang sering disingkat dengan
ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki
komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan
(Sariati 2017).
Menurut WHO (2011), ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI
saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 6 bulan, kecuali obat atau vitamin. Namun bukan berarti setelah
pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan
kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.
ASI Eksklusif yang dianjurkan berupa pemberian ASI selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan. Pemerintah Indonesia sendiri
telah mengatur pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama dalam
berbagai peraturan diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan no 450/
MENKES/ SK/ IV/ 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif, PP
no. 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif, Permenkes RI no 15 tahun 2013
tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Menyusui dan/atau Memerah Air Susu,
serta UU RI no 36 tahun 2009 pasal 128, 129 dan 200. Kesuksesan pemberian
2
ASI Eksklusif membutuhkan dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan seluruh lapisan masyarakat.
Manfaat pemberian ASI Eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari
Millenium Development Goals (MDG) yaitu mengurangi tingkat kematian anak
dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2011) menyatakan sekitar 15% dari
total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang
disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak Eksklusif. Berbagai masalah gizi
kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum
bayi berusia 6 bulan Ariani (2008) dalam Tiyas (2016).
Hasil Riskesdas 2013 menggambarkan bahwa persentase cakupan
pemberian ASI Eksklusif di Indonesia adalah sebesar 54% . Target 80%
cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat jauh dari kenyataan
(Depkes, 2007). Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Sulawesi
Tenggara cenderung naik turun, peningkatan signifikan dilaporkan pada tahun
2011 dengan cakupan 63,8%, atau naik sebesar 49,7% dari tahun sebelumnya,
namun angka tersebut terus menurun pada tiga tahun berikutnya hingga
mencapai 32,9% pada tahun 2014, dan di tahun 2015 kembali naik menjadi
54,15%. (Dinkes Sultra 2015)
Berdasarkan data Dinkes Sultra 2015 cakupan pemberian ASI Eksklusif
di Kabupaten Buton pada tahun 2015 sebesar 57,77%. Sedangkan data yang
diperoleh dari puskesmas Wakaokili , cakupan capaian ASI Eksklusif di
Puskesmas Wakaokili memiliki pencapaian ASI Eksklusif terendah dari wilayah
lain dengan capaian program ASI Eksklusif tahun 2018 mencapai 25%.
3
Salah satu faktor rendahnya pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) seperti penelitian yang dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan faktor yang mempengaruhi ibu
dalam pemberian MP-ASI adalah pengetahuan ibu, sosial budaya, promosi susu
formula umur, pendidikan, paritas sikap ibu, ibu yang bekerja diluar rumah,
dukungan keluarga, dan keterpaparan media (Wahyu, 2007).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan
akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku hidup sehat dan dalam
menaggulangi masalah yang kurang mengerti tentang manfaat pemberian ASI
Eksklusif tersebut. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari banyak ibu-ibu
yang mempunyai sikap dan kebiasaan yang dilakukan tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukannya baik atau tidak dalam pemberian ASI (Notoatmodjo,
2003 dalam Khairy 2018)
Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat tempat ia
hidup. Pendidikan ibu dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan ibu.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pemberian ASI, karena dengan pendidikan baik makan orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang pemberian ASI yang baik,
cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya,
dan sebagainnya (Soetjiningsih, 1998 dalam Aminah 2012).
4
Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan emosi seseorang.
Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih stabil
dibandingkan usia yang lebih muda. Banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI
Eksklusif kemungkinan disebabkan oleh karakteristik ibu tersebut, diantaranya
usia ibu yang masih terlalu muda sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi,
pendidikan yang tidak memadai, pertama kali melahirkan sehingga tidak tahu
pentingnya ASI Eksklusif, pekerjaan, mementingkan keindahan tubuh pasca
persalinan atau juga bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu,
disebabkan ibu tidak mendapatkan informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan
masyarakat (Soetjiningsih, 2007 dalam Khairy 2018). Penelitian yang dilakukan
di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor menyatakan dari 38
ibu remaja berusia ≤ 19 Tahun, hanya 7,9% yang memberikan ASI Eksklusif
kepada bayi dan semuanya berusia 19 tahun.
Faktor perawatan payudara sangat penting dalam dalam kelancaran ASI,
apabila seorang ibu melakukan perawatan payudara dengan benar dan teratur
dapat merangsang produksi ASI. Masalah fisiologis yang biasa ditemui dalam
praktik pemberian ASI pada ibu-ibu, yaitu puting datar atau terpendam, puting
lecet, puting bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara dan bayi bingung
puting hal ini meyebabkan kebutuahn ASI bayi tidak dapat tercukupi (Yeni
2009). Melihat begitu pentingnya ASI bagi bayi diperlukan usaha-usaha atau
pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya,
menyusui merupakan proses alami, tetapi banyak kesulitan yang ditemui
seorang ibu dalam pelaksanaannya (Astari, 2009)
5
Hasil penelitian Abdul (2010) membuktikan bahwa dukungan keluarga
berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif oleh ibu secara emosional.
Dukungan merupakan bagian dari membangun kepercayaan. Selain meningkatan
kepercayaan diri, dukungan juga meningkatkan kepercayaan atas hubungan
diantara pasangan. Karakterisitik ibu juga menentukan keberhasilan ASI
Eksklusif. Umur ibu, pekerjaan dan pendidikan menjadi tiga faktor strategis
yang mendukung pemberian ASI Eksklusif (Yuliandarin, 2009 dalam Hanulan,
2017).
Berdasarkan uraian diatas diperoleh pemikiran bahwa rendahnya
pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu, pendidikan
ibu, dan pekerjaan ibu. Selain itu rendahnya cakupan ASI Eksklusif diwilayah
kerja puskesmas Wakaokili maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Gambaran faktor penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif
diwilayah kerja puskesmas Wakaokili”
B. Rumusan Masalah
Apakah gambaran faktor penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif
diwilayah kerja Puskesmas Wakaokili Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi
Tenggara?
6
C. Tujuan Penelitin
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor penyebab rendahnya ASI Eksklusif
diwilayah kerja puskesmas Wakaokili Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi
Tenggara.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu di wilayah kerja puskesmas
Wakaokili.
2. Mengetahui tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja puskesmas
Wakaokili.
3. Mengetahui pekerjaan ibu di wilayah kerja puskesmas Wakaokili.
4. Mengetahui kondisi payudara ibu di wilayah kerja puskesmas
Wakaokili.
5. Mengetahui dukungan keluarga di wilayah kerja puskesmas Wakaokili.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi puskesmas yaitu memberikan data kepada puskesmas mengenai
pemberian ASI Eksklusif diwilayah kerjanya sehingga dapat disusun
program untuk mengatasi permasalahan berkaitan dengan pemberian ASI
Eksklusif.
2. Bagi ibu menyusui yaitu dapat dijadikan sebagai informasi tambahan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI
Eksklusif wilayah kerja Puskesmas Wakaokili
7
3. Bagi peneliti yaitu dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan penelitian dalam bidang kesehatan khususnya gizi masyarakat,
serta dapat dijadikan informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
4. Penelitian selanjutnya yaitu sebagai dasar atau data penunjang bagi
penelitian yang terkait dalam pemberian ASI Eksklusif.
8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi selama
enam bulan pertama kehidupan tanpa memberikan cairan lain, makanan
padat, atau air kecuali vitamin, meinera, dan suplemen obat yang diizinkan.
ASI Eksklusif diberikan untuk mebcapai kesehatan dan tumbuh kembang
optimal (WHO, 2010).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi
sejak lahir sampai dengan bayi berumur enam bulan dan dianjurkan
dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan pemberian makanan
tambahan yang sesuai (Depkes,2004). Sedangkan menurut Roesli (2000)
dalam Zakiyah (2012) ASI Eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja
kepada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padar seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 6 bulan.
ASI Eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan.
ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lakstosa, dan
garam-garam orgsnik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamari manusia.
Sebgai satu-satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI menjadi
makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi
sesuai kebutuan pertumbuhan dan perkembangan bayi (siregar,2004).
9
b. Stadium Laktasi
ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi enam bulan karena
kandungan gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya
dapat menampung caira sebanyak 10-20 ml. (2-4 sendok teh). ASI memiliki
kandungan gizi yang sesuai serta volume yang tepat sesuai dengan kapasitas
lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2009).
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi kerena kandungan
nutrisi yang terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bati.
Komposisi ASI berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi
ibu, dan masa gestasi janis saat lahir. Berdasarkan faktor yang telah
disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi
(transtional milk), dan ASI matang (mature milk).
1) Kolostrum
Kolostrum merupakan susu yang pertama kelaur yang berbentuk
cairan kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang.
Kolostrum mengantuk protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan
mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting
diberikan karena selain tinggi akan iminoglobulin A (IgA) sebagai
sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar
untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi
kolosteum dimulai pada masa kehamilan sampai beberaoa hari setelah
kelahiran. Namun pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI
transisi dan dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Roesli, 2004).
2) ASI Transisi
10
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum
sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan
protein dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak,
laktosa, vitamin larut air semakin meningkat. Volume ASI transisi
semakin meningkat seiring dengan lama menyusi dan digantikan
dengan ASI matang.
3) ASI Matang
ASI matang merupakan mengandung dua komponen yang berbeda
berdasarkan waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk
merupakan ASI yang keluar pada awal bayi menyusu, sedangkan
hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk mengandung
protein, vitamin, dan tinggi akan air. Hindmilk mengadung empat
sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Roesli, 2004).
c. Komposisi ASI
1) Lemak
Lemak ASI merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena mengadung jumlah lemak yang sehat dan
tepat secara proporsional. Enzim lipase menyebakan lemak pada ASI
mudah dicerna dan diserap oleh bayi. Lemak utama ASI adalah lemak
ikatan panjang yang mengandung omega-3, omega-6, DHA, ARA.
Lemak berikatan panjang tersebut penting untuk pertumbuhan syaraf
dan pertumbuhan otak. Lemak pada ASI juga mengandung kolestrol
yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Pada saat
pertumbuhan otak yang cepat diperlukan kadar kolestrol yang itnggi.
11
Kolestrol dalam ASI juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk
metabolosme kolestrol yang berfunsi untuk membentuk enzim
metabolisme kolestrol sehingga dapat mencegah serangan jantung dan
arteriosclerosis pada usia muda (Roesli, 2000) dalam (Zakiyah, 2012).
2) Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI. 100 ml ASI
mengandung 7 gr laktosa atau 20-30% lebih banyak daripada susu sapi.
Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak, makin tinggi kadar laktosa
pada susu mamalia, maka makin besar juga ukuran otaknya. ASI
mengadung kadar laktosa yang paling tinggi dibandingkan susu
mamalia lain (Riordan, 2004) dalam (Zakiyah 2012).
Karbohidrat dalam ASI juga dapat mencegah infeksi lewat
peningkatan pertumbuhan bakteri baik usus, lactobacillus bifidus dan
menghabat bakteri berbahaya dengan cara fermentasi laksota menjadi
asam laktat sehingga menyebabkan suasana lambung menjadi asam dan
menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya.
3) Protein
ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu mamalia
lainnya, baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI mengandung asam
amino seimbang yang cocok untuk bayi. Dalam 100 ml ASI terdapat
0,9 gr protein, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan protein pada
mamalia lainnya. Kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal bayi (WHO, 2009). ASI mengandung protein khhsus yang
dirancang untuk tumbuh kembang bayi manusia.
12
ASI mengandung protein whey dan casein. Whey adalah protein
halus, lembut dan mudah dicerna sedangkan caseim adalah protein yang
bentuknya kasar, menggumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara
whey dan caseim dalam ASI adalah 60:40 sedangkan pada susu sapi
20:80. ASI mengandung alfa lactalbumin sedangkan susu sapi
mengandung beta lactoglobulin yang sering menyababkan alergi
(WHO, 2010).
Selain alfa lactalbumin, protein unik yang dimiliki ASI dan tidak
terdapat dalam susu formula adalah taurin, lactoferin dan lysosom.
Taurin diperlakukan untuk perkembangan otak, susunan saraf dan
pertumbuhan retina. Selain taurin, protein unuk yang ada dalam ASI
adalah lactoferin. Lactoferin membiarkan bakteri usus baik yang
menghasilkan vitamin untuk tumbuh dan menghancurkan bakteri yang
jahat. Lisosom merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat
menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000) dalam (Zakiyah
2012).
4) Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Walaupun ibunya
mengalami defisiensi vitamin. Mineral berupa besi (fe) dan Zinc
terdapat di ASI dalam jumlah yang sedikit. Tetapi dengan biovailinilitas
dan penyerapan tinggi.
5) Faktor Pelindung dalam ASI
Faktor pelindung dalam ASI adalah sel darah putih dan
imunoglobulin. Sel darah putih sel ini berguna untuk kekebalan tubuh
13
bayi dan membentuk tubuh bayi dan membentuk antibody yang proteltif
dalam jumlah yang cukup banyak. Jumlah sel ini secara berangsur-
angsur berkurang setelah bayi memiliki sistem kekebalan bayi yang
cukup. Selain itu sel-sel ini juga mampu menyalurkan dan menyimpan
zat-zat yang penting seperti enzim, faktor pertumbuhan dan
immunoglobulin (WHO, 2010).
Immunoglobulin adalah protein ysng beredar dan bertugas
memerangi infeksi yang masuk dalam tubuh bayi. Saat antibodi dari ibu
turun, antibodi dari ASI akan meneruskan tugas melindungi bayi sampai
sistem antibodi bayi matang (WHO,2010)
d. Manfaat ASI
Adapun manfaat ASI Eksklusif menurut (Astutik, 2014) :
1) Manfaat ASI Bagi Bayi
a) Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang
dilahirkan.
b) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
c) ASI mengandung zat pelindung/ antibodi yang melindungi
terhadap penyakit. Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu
selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih tinggi untuk
mengalami diare dan tiga sampai empat kali lebih besar
kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang
mendapat bayi ASI (Depkes RI,2005).
2) Manfaat ASI Bagi Ibu
14
a) Mencegah perdarahan pasca persalinan Hormon oksitosin yang
merangsang kontraksi uterus sehingga menjepit pembuluh darah
yang bisa mencegah terjadinya perdarahan.
b) Mempercepat involusi uterus dengan dikeluarkanya hormon
oksitosin, maka akan merangsang kontraksi uterus sehingga
proses involusi uterus dapat berlansung secara maksimal.
c) Mengurangi risiko terjadinya anemia, hal disebabkan karena
pada ibu yang menyusui kontraksi uterus berjalan baik sehingga
tidak terjadi perdarahan yang mencegah risiko anemia.
3) Manfaat ASI Bagi Keluarga
a) Mudah pemberiannya Pemberian ASI tidak merepotkan seperti
susu formula yang harus mencuci botol dan menterilkan sebelum
digunakan, sedangkan ASI tidak perlu disterilkan karena sudah
steril.
b) Menghemat biaya ASI tidak dibeli, karena bisa diproduksi oleh ibu
sendiri sehingga keungan keluarga tidak banyak berkurang dengan
adanya bayi.
c) Bayi sehat dan jarang sakit sehingga menghemat pengeluaran
keluarga dikarenakan tidak perlu sering membawa ke sarana
kesehatan.
4) Manfaat ASI Untuk Negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.Seperti yang
dijelaskan diatas, ASI mengandung zat-zat kekebalan yang
15
bisa melindungi bayi dari penyakit sehingga risiko kematian dan
kesakitan akan menurun.
b) Mengurangi subsidi rumah sakit.Hal ini disebabkan karena bayi
jarang sakit sehingga menurunkan angka kunjungan ke rumah sakit
yang tentunya memerlukan biaya untuk perawatan.
e. Faktor- Faktor Yang Mempegaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI pada bayi dapat mengeratkan ikaitannya dengan
keputusan yang dibuat oleh ibu. Selama ini ibu merupakan figure utama
dalam keputusan untuk memberikan ASI atau tidak pada bayinya.
Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari
dalam maupun dari faktor dari luar dari ibu (Widiastuti, 2006).
1) Faktor Internal
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagai besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingga
(Notoatmodjo,2003). Seorang ibu sering kurang mengetahui dan
memahami tata laksana laktasi yang benar seperti, pentingnya
memberikan ASI, bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi menyusui,
dan perletakan yang baik dan benar (Mustofa, 2010).
b) Pendidikan
16
Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga
mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi
pendidikan semakin besar peluang untuk memberikan ASI
Eksklusif. Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negative
terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi peluang untuk tidak
memberikan ASI Eksklusif .(Abdullah, 2004).
c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan seorng ibu
diluar rumah selain pekerjaan rutin sebagai ibu rumah tangga yang
bertujuan mencari nafkah untuk membantu suaminya.Ini menjadi
alasan yang paling sering dikemukakan bila seorang ibu tidak
menyusui adalah karena harus bekerja. Wanita selalu bekerja,
terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk
mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan
yang dibayar dan dilakukan dikantor, tepi bisa juga berarti bekerja di
ladang, bagi masyarakat di perdesaan (King, 2005).
d) Umur
Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan dengan ibu-ibu yang sudah tua. Hal ini terjadi karena
adanya pembesaran payudara pada setiap siklus ovulasi mulai dari
permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun (Suraatmadja,
1997) dalam (Yuyum, 2012). Diatas umur 30 tahun terjadi degenerasi
payudara dan kelenjar alveoli secara keseluruhan, sehingga ASI yang
17
di produksi berkurang karena alveoli merupakan kelenjar penghasil
ASI.
e) Pengalaman Menyusui
Pengalaman seorang ibu dalam memberikan ASI pada bayinya di
pengaruhi oleh jumlah persalinan yang pernah dialami ibu. Masalah
yang paling sering terjadi pada ibudengan 1-2 anak adalah masalah
puting susu yang lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki
atau belum siap menyusui secara fisologis. Kaneko (2006) dalam
Yuyum (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa prevalensi
menyusui Eksklusif menigkata dengan bertambahnya jumlah anak
dimana prrevalensi anak ketiga atau lebi, lebih banyak yang disusui
ekslusif dibandingkan dengan anak kedua dan pertama.
f) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonimi keluarga dapat mempengaruhi kemampuah
keluarga untuk memproduksi atau membeli penangan ibu-ibu dari
keluarga berpendapatan rendah kebanyakan adalah berpendidikan
lebih rendah dan memiliki akses terhadap informasi kesehatan lebih
terbatas dibandingkan ibu-ibu dari keluarga berpendapatan tinggi,
sehingga mereka untuk membeli ASI secara Eksklusif pada bayi
menjadi rendah (Suyatno, 2000).
2) Faktor Eksternal
a) Dukungan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan mempunyai peranan yang istimewa dalam
menujang pemberian ASI. Hal ini didukung oleh pernyataan
18
Soetiningsih (1993) dalam Yuyum (2012) bahwa faktor yang
menyebabkan rendahnya kecendrungan ibu-ibu untuk memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya salah satunya disebabkan oleh
terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan.
Kondisi ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan yang
diberikan sewaktu para petugas kesehatan tersebut dalam pendidikan,
sehingga hal ini mengakibatkan para petugas kesehatan kurang
mendungkung upaya peningkatan dan pemberian ASI Eksklusif.
Ketidakpedulian petugas kesehatan serta program instansi
pemerintah yang tidak terarah dan tidak mendukung adalah salah satu
penyabab utama masih rendahnya penggunaan ASI Eksklusif. Depkes
(2003) juga mengatakan hal demikian kuragnya pengertian dan
keterampilan petugas kesehatan kurang mendukung upaya
peningkatan pemberian ASI Eksklusif dan terpengaruh olrh promosi
susu formula yang sering dinyatakan sebagai pengganti ASI (PASI).
Jika hal ini terus terjadi akibat semakin banyak ibu yang tidak
menyususi bayinya secara Eksklusif.
b) Dukungan Suami
Dukungan keluarga sangat mendukung keberhasilan pemberian
ASI Eksklusif (Yulianti, 2010) dalam (Yuyum, 2012) mengatakan
bahwa suami dapat berperan dalam mendukung pemberian ASI.
Ketika istirnya harus menyusui suami dapat mengambil alih tugas-
tugas domestik ibu. Dari hasil penelitian oleh Ariani (2002) dalam
(Yuyunm, 2012) di Rumah Sakit Islam Jakarta di dapatkan bahwa
19
ibu yang mendapatkan dukungan keluarga memberikan ASI Eksklusif
sebanyak 35,7% sedangkan pada ibu yang tidak mendapat dukungan
dari keluarga hanya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 25%.
c) Dukungan Orang Tua
Ibu yang sedang menyusui sangat membutuhkan dukungan baik
dari suami, orang tua, dan kerbata dekatnya. Peranan keluarga
terhadap berhasil atau tidaknya seorang ibu memberikan ASI
Eksklusif sangat besar. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ibu
menyusui yang tinggal serumah dengan orang tuanya (nenek)
mempunyai peluang sangat besar untuk memberikan makanan
pendamping (MP-ASI) secara dini pada bayi. Hal tersebut berkaitan
dengan budaya yang dianut sebagian besar masyarakat jaman dahulu.
Kebiasaan dan praktek yang sering ditemukan penelitian Afifah
(2007) adalah pemberian prelaktal berupa madu dan susu formula
dengan menggunakan dot pada bayi yang baru lahir serta memberikan
MP-ASI terlalu dini pada bayi.
B. Landasan Teori
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif, ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain. Hal ini dikarenakan ASI
Eksklusif merupakan makanan terbaik pada anak usia tersebut dengan komposisi
yang tepat dan mutu gizi yang baik. Pemberian ASI Eksklusif dapat mencegah
20
bayi dari berbagai penyakit infeksi dan risiko penyakit lainnya karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh. Mendapatkan ASI merupakan hak seorang
anak sedangkan memberikan ASI merupakan kewajiban seorang ibu.
Keputusan ibu untuk menyusui ASI diduga secara langsung dipengaruhi
oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI. Di sisi lain, pengetahuan dan
sikap merupakan dua faktor yang secara sinergis mempengaruhi praktik
pemberian ASI. Pengetahuan dan sikap dapat secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri mempengaruhi praktik pemberian ASI. Sementara itu pengetahuan dan
sikap ibu dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan informasi mengenai ASI dan
MPASI (makanan pendamping air susu ibu) dari berbagai sumber media, seperti
media cetak, media elektronik, teman, keluarga, ataupun tenaga kesehatan.
Kesehatan ibu akan mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan
ASI, terutama jika ibu sakit sehingga memutuskan untuk tidak menyusui atau
berhenti menyusui, baik atas anjuran dokter maupun inisiatif sendiri. Tingkat
morbiditas, infeksi, serta riwayat penyakit ibu juga turut mempengaruhi
kesehatan ibu yang akan berdampak pada keputusan pemberian ASI. Tetapi hal
tersebut tidak diteliti.
Praktik pemberian ASI juga dipengaruhi langsung oleh tingkat
pendapatan keluarga dan dukungan keluarga, baik secara emosi maupun psikis,
terutama dari suami dan orang-orang yang terdekat dengan ibu. Pemberian ASI
khususnya ASI Eksklusif tidak hanya melibatkan ibu dan bayi. Keluarga dengan
pendapatan tinggi terdapat kecenderungan bahwa ibu beralih ke susu formula
karena daya beli dan alasan praktis. Akan tetapi, keluarga dengan tingkat
21
ekonomi atas memiliki kesempatan dan fasilitas yang lebih baik dalam
mengakses informasi tentang ASI.
22
C. Kerangka Konsep
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Ket :
:Variebel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian (Yuyum, 2012)
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Presepsi
Kondisi Payudara
Petugas Kesehatan
Kesehatan ibu
Dukungan Keluarga
Pemberian ASI
Eksklusif
23
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termaksuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
Cross sectional study yaitu suatu subjek penelitian hanya observasi sekali saja
dan dilakukan sekaligus pada suatu saat yang sama.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 sampai 17 Juli 2019
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wakaokili Kecamatan Pasar
Wajo Kabupaten Buton.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang ada diwilayah
kerja Puskesmas Wakaokili berjumlah 29.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 7– 11
bulan yang ada di wilayah kerja puskesmas Wakaokili yang berjumlah 29
ibu (Total sampling).
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah rendahnya pemberian ASI Eksklusif
24
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
1) Data karskteristik sampel meliputi umur, pendidikan, pekerjaan
agama, umur bayi.
2) Data faktor rendahnya pemberian ASI Eksklusif meliputi:
pengetahuan ibu, kondisi payudara ibu, dukungan keluarga.
b. Data sekunder
1) Data mengenai gambaran umum lokasi penelitian
2) Data mengenai jumlah ibu menyusui yang memiliki anak usia 7-11
bulan
2. Cara Pengumpulan Data
a. Data karakteristik sampel diperoleh melaui wawancara menggunakan
kuesioner.
b. Data faktor rendahnya pemberian ASI Eksklusif diperoleh melalui
wawancara menggunakan kuesioner.
c. Data mengenai gambaran lokasi umum penelitian diperoleh dari hasil
dokumentasi puskesmas Wakaokili.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data karateristik sampel diperoleh berdasarkan jawaban responden
tentang karakteristik masyarakat meliputi :
Umur, pendidikan, pekerjaan, setelah data terkumpul kemudian
dipresentasikan dan dibandingkan dengan kriteria obyektif.
25
b. Melakukan pengecekan kuesioner dengan memastikan kejelasan dan
relevansi jawaban responden.
2. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan narasi.
G. Definisi operasional dan kriteria obyektif
1. Tingkat pendidikan ibu adalah banyaknya tingkatan pendidikan yang
telah diperoleh responden. Dengan kriteria
Tinggi :≥ SMA
Rendah : < SMA
( Khoirudin, 2007 Anggrita, 2009)
2. Pekerjaan ibu adalah status pekerjaan yang dimiliki oleh responden
dengan kriteria:
Bekerja : bila memiliki pekerjaan/aktivitas rutin yang dapat
mengganggu pemberian ASI.
Tidak bekerja : bila tidak memiliki pekerjaan diluar yang dapat
mengganggu pemberian ASI (Aminah, 2012)
3. Tingkat pengetahuan ibu adalah kemampuan responden untuk
menjawab pertanyaan seputar ASI Eksklusif. Dengan kriteria:
Cukup : Bila menjawab ≥ 60% dari total skor
Kurang : bila menjawab < 60% dari total skor
( Arikunto, 2005 dalam Aminah 2012)
4. Umur ibu adalah usia yang dimiliki ibu saat melahirkan seorang anak.
Dengan kriteria:
26
Dewasa : Bila umur ibu ≥ 20 tahun
Muda : Bila umur ibu < 20 tahun
(WHO, 2005 dalam Aminah, 2012)
5. Pemberian ASI Eksklusif adalah status pemberian ASI yang diterima
oleh bayi 0-6 bulan. Dengan kriteria:
ASI Eksklusif : Bila ASI diberikan selama 0-6 bulan
ASI non Eksklusif : Bila ASI diberikan < 6 bulan
(Aminah, 2012)
6. Bayi adalah seorang anak yang berusia 0-11 bulan, yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bayi berumur 7 – 11 bulan.
7. Kondisi Payudara masalah fisiologis yang biasa ditemui dalam praktik
pemberian ASI yaitu: puting datar atau terpendam, puting lecet, puting
bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara (Yeni 2009)
8. Dukungan Keluarga, keputusan untuk memberikan ASI sering
dipengaruhi oleh keluarga terutama suami dan orang tua daripada
pengetahuan ibu. Dukungan keduanya telah terbukti berpengaruh
terhdapa pemberian ASI Eksklusif (Iledwig, 2000 dalam Pratiwi 2012).
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis
Luas wilayah kerja Puskesmas Wakaokili adalah 212 km2 dengan
batas-batas adaministrasi sebagai berikut:
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sorawolio Kota Baubau
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecematan Pasarwajo
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecematan Lasalinu
4) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecematan Sampolawa,
Kaabupaten Buton selatan.
Wilayah kerja puskesmas Wakaokili terdiri atas 2 Desa yaitu, Desa
Kaongkeongkea dan Desa Waanguangu.
b. Demografi/Kependudukan
Berdasarkan data PIS – PK Tahun 2018, wilayah kerja
puskesmas Wakaokili berpenduduk 1.811 jiwa dimana desa
Kaongkeongkea 776 jiwa dan desa Wanguangu 1.035 jiwa, serta jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 459.
28
2. Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan
yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1Karakterisitk responden Di Puksesmas Wakaokili Kabupaten Buton
Provinsi Sulawesi Tenggara
Idikator n %
Umur IbuDewasa (≥ 20 tahun)Muda (< 20 tahun)
263
89,710.3
Total 29 100Pendidikan Tinggi
Rendah1019
34,565,5
Total 29 100Pekerjaan Bekerja
Tidak bekerja425
13,286,2
Total 29 100
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 29 sampel sebagian besar 89,7%
umur ibu menyusui berada dalam usia dewasa, sebagian besar responden
yang mempunyai pendidikan rendah sebanyak 65,4% < SMA, Sebagian
besar responden tidak bekerja 86,2% atau berada dirumah tanpa
melakukan pekerjaan di luar rumah.
3. Gambaran Pengetahuan Ibu, Kondisi Payudara dan Dukungan
Keluarga
a. Pengetahuan Ibu
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu seperti terlihat
pada tabel di bawah:
Tabel 2Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Ibu n %CukupKurang
1217
41,458,6
Jumlah 29 100
29
Tabel 2 menunjukan bahawa sebagian besar 58,6% (n=17)
pengetahuan Ibu menyusui berada dalam kategori kurang.
b. ASI Ekslusif
Distribusi responden berdasarkan pemberian ASI Eksklusif
seperti terlihat pada tabel di bawah:
Tabel 3Distribusi Sampel Menurut Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksluasif n %Ekslusif
Non Ekslusif1316
44,8255,18
Jumlah 29 100
Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar 55,18% sampel
berada pada kategori non-Eksklusif.
c. Kondisi Payudara
Tabel 4Distribusi Berdasarkan Kondisi payudara Ibu
Hambatan Menyusui n %Ada
Tidak218
72,4127,6
Jumlah 29 100
Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar 72,41% kondisi
payudara ibu mengalami hambatan dalam menyusui.
Tabel 5Kondisi Payudara
Hambatan Menyusui n %Puting Lecet
Payudara BengkakPuting tidak Menonjol
ASI Sedikit
6564
28,6%23,8%28,6%19%
Jumlah 21 100
30
Tabel 5 menunjukan bahwa jenis hambatan menyusi yang
dialami ibu paling sering adalah puting lecet dan puting tidak menonjol
28,6%
d. Dukungan Keluarga
Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga seperti
terlihat pada tabel di bawah:
Tabel 6Distribusi Sampel Menurut Dukungan Keluarga Pemberian
ASI EkslusifDukungan Keluarga n %
DukungTidak Dukung
1118
37,962,1
Jumlah 29 100
Tabel 6 menunjukan bahawa responden dengan keluarga yang
mendukung memberikan ASI sebanyak 11 orang (37,9%) sedangkan
responden yang tidak mendukung dalam memberikan ASI Ekslusif
sebanya 18 orang (62,1%).
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden ibu menyusui
yang memiliki balita 7-11 bulan memiliki umur dewasa sebesar 89,7%
dibandingkan dengan ibu yang berumur muda, akan tetapi tidak sejalan
dengan pemberian ASI Eksklusif yang masih rendah. Hasil penelitian ini
memberikan informasi bahwa usia tidak berpengaruh pada pemberian ASI
31
Eksklusif. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan yang dikatakan Roesli
(2000) dalam Yuyum (2012), bahwa usia 20-30 tahun merupakan rentang
usia yang aman untuk bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia
tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik daripada yang
berumur 30 tahun. Dengan demikian bahwa ibu yang berusia 20-30 tahun
memiliki peluang yang lebih besar untuk memberikan ASI secara ekslusif
kepada bayinya.
Pendidikan responden sebagian besar berada pada kategori rendah (<
SMA) (65,5%) hal tersebut disebabkan karena ibu-ibu di Wilayah kerja
puskesmas Wakaokili menikah pada usia muda sehingga tidak mempunyai
kesempatan untuk melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Hal
tersebut menyebabkan dengan pendidikan yang rendah, maka mempengaruhi
pengetahuan, sehingga sebagian besar (58,6%) pengetahuan ibu menyusui
juga berada pada kategori kurang.
Tingkat pendidikan Ibu sebagian besar rendah dan cakupan ASI
Eksklusif dalam penelitian ini masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nurjannah (2007) yang menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dan pemberian ASI Eksklusif. Tingkat pendidikan ibu
yang hanya rendah menyebabkan angka pemberian ASI Eksklusif rendah.
Berdasarkan pekerjaan, menunjukan bahwa sebagian besar responden
(86,2%) tidak memiliki pekerjaan dan 13,2% adalah responden yang
bekerja. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu, yaitu sebagian
besar ibu memiliki tingkat pendidikan rendah, sehingga banyak ibu yang
tidak bekerja/ibu rumah tangga.
32
Penelitian ini mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja. Ibu yang
tidak bekerja/berada dirumah memiliki kemungkinan besar untuk
memberikan ASI secara Eksklusif, namun pada penelitian ini angka
pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian Subrata (2004) dalam Pertiwi (2012) yang menemukan proporsi
ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali besar untuk tidak menyusui bayinya
secara Eksklusif.
2. Pengetahuan Ibu Menyusui
Pengetahuan merupakan hasil tau, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan ibu yang memadai
mengenai ASI Eksklusif. Ibu yang berpengetahuan baik mengetahui lama
pemberian ASI tanpa makanan apapun, manfaat pemberian ASI,
pengetahuan mengenai kolostrum, frekuensi menyusui dan tanda bayi cukup
ASI (Notoatmodjo 2007).
Hasil peneltian ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu menyusui
masih memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar juga masih kurang. Disamping
juga dapat dipahami oleh peran petugas kesehatan dalam membrikan edukasi
tentang pentingnya ASI dan menyusui.
33
Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting
dalam kesuksesan proses menyusui. Thaib et al dalam Abdulah et al (2004)
dalam Rohana (2005) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan,
status kerja ibu, dan jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada
frekuensi dan pola pemberian ASI.
Dalam pemberian ASI terutama ASI Eksklusif, masalah yang prinsipil
adalah bahwa ibu-ibu membuthkan bantuan informasi yang mendukung
sehingga menambah pengetahuan ibu serta keyakinan ibu bahwa mereka
dappat menyusui bayinya secara Eksklusif (Harianja, 2002 dalam Rohani
2007).
Hal ini sesuai dengan penelitian di Wilayah Puskesmas Kotabaru Bekasi
Barat yang menunjukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki pengetahuan baik akan
memberikan ASI Eksklusif 5,47 kali dibandingan ibu yang berpengetahuan
kurang (Yuliandarin, 2009). Senada dengan hal tersebut penelitian di
Puskesmas Garuda Kota Pekanbaru yang dilakukan oleh Husna (2006)
mengatakan bahwa 46.9% ibu yang berpengetahuan baik memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
3. Kondisi Payudara Ibu
Hasil peneltian ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu menyusui di
wilayh kerja puskesmas Wakaokili memiliki masalah atau hambatan pada
payudara, seperti puting lecet, payudara bengkak, puting yang tidak
menonjol dan ASI yang keluar hanya sedikit. Hal inilah yang kemungkinan
34
besar menjadi penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif pada
ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas Wakaokili.
Masalah fisiologis yang biasa ditemui dalam praktik pemberian ASI pada
ibu-ibu, yaitu puting datar atau terpendam, puting lecet, puting bengkak,
saluran ASI tersumbat, radang payudara dan bayi bingung puting hal ini
meyebabkan kebutuahn ASI bayi tidak dapat tercukupi (Yeni 2009). Melihat
begitu pentingnya ASI bagi bayi diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan
yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya, menyusui
merupakan proses alami, tetapi banyak kesulitan yang ditemui seorang ibu
dalam pelaksanaannya (Astari, 2009)
Dalam hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan, masalah
utama dalam hal kesehatan payudara adalah masalah puting lecet sebagian
besar reponden mengalaminya, kemudian masalah selanjutnya adalah puting
tidak menonjol sehingga menyebabkan ibu mengalami kesulitan dalam
memberikan ASI kepada bayinya. Hal ini seusai dengan yang dikemukakan
oleh Neil (1996) dalam Ramadani (2009) yang menyatakan bahwa masalah
yang paling sering terjadi pada ibu menyusui adalah puting susu yang lecet
akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui
secara fisiologis.
Dalam membantu ibu menyusui untuk mengatasi masalah/hambatan
pada payudara dibutuhkan faktor reinforcing (pendorong) yang salah satunya
adalah tenaga kesehatan yang menjadi konselor ASI yang lebih kompeten
dalam membantu ibu menyusui mengatasi hambatan tersebut.
35
4. Dukungan Keluarga
Dalam kehidupan rumah tangga di Indonesia keikutsertaan pengambilan
keputusan dalam rumah tangga dalam berbagai hal tidak saja melibatkan
suami dan istri saja tetapi kadag juga melibatkan pendapat dari masing-
masing keluarga besar istri dan suami, salah satunya adalah mertua. Ibu
mertua yang dianggap sudah berpengalaman dalam mendidik dan
memberikan ASI sehingga hal tersebut dijadikan ibu sebagai pedoman dan
informasi penting (Ida, 2012). Dukungan dan bimbingan praktis mengenai
kesehatan anak biasa diberikan ibu mertua sesaat setelah ibu melahirkan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliandarin (2009) yang menunjukan
ibuvj yang diberikan dukungan oleh suami memiliki peluang 12,98 kali lebih
besar untuk menyusui secara ekslusif dibandungkan ibu yang tidak mendapat
dukungan.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan ibu diwilayah kerja puskesmas Wakaokili sebagian
besar yakni kurang sebanyak 17 responden (58,6%) .
2. Tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja puskesmas Wakaokili sebgaian
besar adalah berpendidikan rendah sebanyak 19 responden( 65,5%) dan Ibu
yang berpendidikan tinggi sebanyak 10 responden (34,5%).
3. Ibu yang tidak bekerja di wilayah kerja puskesmas Wakaokili sebanyak 25
(86,2%) sedangkan yang bekerja sebanyak 4 (13,2%).
4. Kondisi payudara ibu atau yang mengalami hambatan dalam menyusui di
wilayah kerja puskesmas sebanyak 21 responden atau sebesar 72,41%
dengan masalah terbanyak puting lecet dan puting tidak menonjol.
5. Keluarga yang mendukung dalam pelaksanaan ASI ekslusif di wilayah kerja
puskesmas Wakaokili sebesar 11 responden (37,9%) sedangkan yang tidak
mendukung sebesar 18 responden (62,1).
B. SARAN
1. Bagi ibu hamil dan ibu menyusui agar dapat lebih ditingkatkan pengetahuan,
pemahaman dan perilaku dalam menyusui terutama dalam menghadapi
berbagai hambatan dan masalah dalam menyusui.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel lain dalam kaitannya
dengan pemberian ASI Eksklusif.
37
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, DN. 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASIEksklusif. Universitas Diponegoro. Semarang. Tesis
Aminah, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemberian ASIEksklusif Dikeluarahan Lora Kecamatan Lora Kabupaten Bombana. KTI
Astutik, Reni Yuli,(2014). Payudara Dan Laktasi, Salemba Medika. Jakarta
Depkes. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/ 2004. TentangPemberian ASI Eksklusif. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen RepublikIndonesia. Jakarta
Depkes RI. (2011). Target MDG’s Bidang Kesehatan.http : //www.1456-depkestarget-mdgs-bidangkesehatan.html. Diakses 20 Desember 2018
Dinkes Provinsi Sultra 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari
Hanulan. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI EksklusifOleh Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai Tenaga Kesehatan.Jurnal IlmuKesehatan. Edisi Desember 2017 Vol 2 Hal 161
Husna, Asmau’l. 2006. Pengaruh Karakteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu TerhadapPemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Garuda Kecamatan Maipoyah DamaiPekanbaru Tahun 2006. Tesis. FKM USU Medan
Ida. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 BulanDiWilayah Kerja Puskesmas Kemiri Depo Tahun 2011. Depok. FKM UI. Skripsi
Khairy, 2017. Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif DiWilayah Kerja Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2017. Medan.Skripsi
King, F.S.(2005), Menolong Ibu Menyusui, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.131-139
Mariastuti, 2010. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Ibu DalamPemberian MakananPendamping ASI (MP-ASI) PadaBayi Umur 3 – 6 Bulan Di Wilayah Upt.PuskesmasAbiansemal I Kecamatan abiansemal Kabupaten Badung. Skripsi
Mustofa, Hayu. (2010). Pemberian ASI Eksklusif dan Problematika Ibu Menyusui.Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 5 No.2 Desember 2010.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Renika Cipta. Jakarta
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Jakarta : Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan. Republik Indonesia
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif..Pustaka Bunda.Jakarta
38
Rohani. 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI EksklusifDI Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten LangkaTahun 2007. Skripsi. Fakultas Kedoteran Univeristas Sumatera Utara.
Tiyas. 2016. Gambaran Faktor-Faktor Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif DiDesacepokosawit Kabupaten Boyolali.Skripsi
Yuyum. 2012. Gambaran Pemebrian ASI Ekslusif Di Puskesmas Jati Rahayu Bekasi.Fakultas Ilmu Keperawatan Depok.Skripsi
Yaziz, Abdul (2010). Analisis Pemanfaatan Bidan Desa Oleh Ibu Hamil dan IbuBersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Tahun 2008.FakultasKesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.Tesis
Zakiyah. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Tentang Pemberian ASI Ekslusif DiKelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012.Skripsi
Word Health Organization (WHO). 2010, Pengertian ASI Eksklusif, Jakarta
..............................2018. Laporan Tahunan Puskesmas Wakokili. Kecamatan PasarWajo Kabupaten Buton
39
LAMPIRAN
40
41
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas responden :
Kode Responden :
Nama ibu :
Usia ibu :
Agama ibu :
Pekerjaan suami :
Jumlah anak yang dimiliki :
Nama Bayi :
Umur Bayi :
Jenis Kelamin Bayi :
Masih menyusui : ya/tidak
42
B. Pendidikan Ibu
Berilah tanda check lis t( √) pada jawaban yang sesuai
a. Tidak sekolah (.....)
b. Tidak tamat SD (.....)
c. Tamat SD (.....)
d. Tamat SMP/Sederajat (.....)
e. Tamat SMA/Sederajat (.....)
f. Tamat akademik/Perguruan Tinggi (.....)
g. Lainnya (disebutkan) (.....)
C. Pekerjaan Ibu
1. Apakah ibu bekerja?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
2. Jika “ Ibu bekerja” apakah pekerjaan ibu dapat mengganggu/mengurangi
jadwal pemberian ASI pada bayi ibu:
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
43
D. Pengetahuan ibu (Total Skor 62)
1. Apakah ibu pernah mendengar istilah ASI Ekslusif?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
2. Apa yang ibu ketahui tentang ASI Ekslusif?
a. Pemberian ASI saja pada bayi umur 0-6 bulan (4)
b. Pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun (3)
c. Pemberian ASI dan makanan lain (2)
d. Lainnya (1) sebutkan...........
e. Tidak tahu(0)
3. Menurut ibu apa manfaat ASI?
a. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (4)
b. Untuk kecerdasan otak pada anak (3)
c. Mengandung antibodi (2)
d. Lainnya (1) sebutkan..........
e. Tidak tahu (0)
4. Apakah anda pernah memperoleh pendidikan/pengajaran mengenai ASI dan
menyusui?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
5. Tahukan anda pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi hanya mengkonsumsi
ASI?
a. Ya (2)
44
b. Tidak (0) (jika responden menjawab “tidak” makan langsung ke no
7)
6. Jika “ya” mengapa pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi hanya mengkonsumsi
ASI?
a. Karena dengan ASI sudah mengcukupi kebutuhan gizi bayi, selain
itu ASI mempunyai banyak fungsi lain bagi bayi (4)
b. ASI lebih mudah diberikan dan lebih hemat (3)
c. ASI dapat meningkatkan IQ bayi (2)
d. ASI dapat memperat kasing sayang ibu kepada bayinya (1)
e. Tidak tahu (0)
7. Menurut ibu apa manfaat menyusui?
a. Dapat mengurangi pendarahan pasca melahirkan, hemat biaya, dapat
memberikan kepuasan batin bagi ibu, dapat lebih melindungi bayi (4)
b. Lebih ekonomis, aman bagi bayi (3)
c. Lebih sehat, dapat mempererat hubungan antara ibu dengan anak (2)
d. Mudah/praktis (1)
8. Menurut anda apakah susu formula masa kini dapat menyamai komposisi
dan keunggulan ASI?
a. Ya (2)
b. Tidak (0) (jika tesponden menjawab “tidak” maka langsung ke no
10)
9. Jika “ya” mengapa?
a. ASI lebih muda dicerna dibandingkan dengan susu formula, zat gizi
ASI lebih sesuai dengan untuk bayi (4)
45
b. ASI lebih murah (3)
c. ASI lebih praktis diberikan (1)
d. Tidak tahu (0)
10. Apakah yang ibu ketahui tentang susu formula (jawabannya dapat lebih dari
satu)
a. Susu sapi (1)
b. Susu yang dibuat dari susu sapi yang telah diubah konposisinya (1)
c. Susu yang dijual bebas dipasaran (1)
d. Tidak tahu (0)
11. Apakah ibu pernah mendengar istilah Colostrum?
a. Ya (2)
b. Tidak tahu (0) langsung ke no 15
12. Apa yang ibu ketahui tentang kolostrum?
a. ASI yang pertama keluar, kental dan berwarna kekuning-kuningan
(3)
b. Pemberian ASI dan makanan lain
c. Pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun (1)
d. Lainnya sebutkan............(1)
e. Tidak tahu (0)
13. Apakah ibu memberikan kolostrum kepada anak ibu?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
14. Alasan ibu tidak memberikan kolostrum (ASI yang pertama keluar) ?
a. Ibu sakit (1)
46
b. Anak disimpan pada tabung kaca (1)
c. ASI tidak keluar (1)
d. Anak belum menetek (1)
15. Apakah saat ini ibu menyusui anak?
a. Ya
b. Tidak (0) (langsung ke no 17)
16. Bila “ya” berapa kali ibu menyusui dalam sehari?
a. Setiap kali anak menangis/minta (3)\
b. Sebanyak-banyaknya (2)
c. 1-3 kali (1)
d. 4-7 kali (1)
17. Jika sekarang sudah tidak menyusui, mulai umur berapa anak tidak diberikan
ASI?
a. Diatas 6 bulan (3)
b. 6 bulan (2)
c. Dibawah 6 bulan (1)
d. Lupa (0)
18. Menurut ibu, makanan yang baik untuk ibu menyusui adalah?
a. Makanan yang dapat memperbanyak ASI (3)
b. Makanan bergizi baik (2)
c. Tidak tahu (0)
19. Menurut ibu, porsi makan untuk ibu menyusi adalah?
a. Lebih banyak dari biasanya (2)
b. Sama seperti biasanya (1)
47
c. Kurang dari biasanya (0)
d. Tidak tahu (0)
20. Apakah ibu mengetahui sayuran yang dapat menambah/memperbanyak ASI?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
21. Jika “ya” sayuran apa yang dapat menambah/memperbanyak ASI?
a. Daun kelor, daun pepaya, daun singkong, bayam, wortel dan daun
katuk (Responden cukup menyebut salah satu BM) (3)
b. Tomat, ketemun, pepaya (2)
c. Tidak tahu (0)
E. Kesehatan dan Payudara ibu
1. Ketika ibu menyusui pernah mengalami gangguan/hambatan?
a. Ya (2)
b. Tidak (0) ( jika jawaban tidak langkahi soal no 2)
2. Jika ya hambatan apa yang ibu miliki? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Puting lecet (1)
b. Payudara bengkak (1)
c. Puting tidak menonjol (1)
d. Ibu meresa ASI sedikit (1)
3. Jika payudara bengkak apa yang akan ibu lakukan?
a. Tetap menyusui dan melakukan perawatan payudara (3)
b. Berhenti menyusui (1)
c. Tidak tahu (0)
F. Dukungan Keluarga
48
1. Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan suami ibu menganjurkan ibu
memberi pisang, susu formula, air putih, kopi dll?
a. Pernah (0)
b. Tidak pernah (2)
2. Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan 0rang tua/mertua ibu
menganjurkan ibu memberi pisang, susu formula,air putih, kopi dll?
a. Pernah (0)
b. Tidak pernah (2)
49
Lampiran 3
MASTER TABEL HASIL PENGUMPULAN DATAGAMBARAN FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAKAOKILI KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWEIS TENGGARA
No Bayi Umur(BLN)
Umur Ibu Pendidikan Ibu Pekerjaan Pengetahuan Kondisi Payudara DukunganKeluarga
ASI
Umur Kategori PnddKategori
Skor T.Skor
% Kat Alami Kondisi DukungNon Eksklusif
1N 11 23 dewasa
SD Rendahtidak 15
6224,2 kurang Ya payudara
bengkakTidakdukung Eksklusif
2Z 7 22 dewasa
SI Tinggiya 57
6291,9 cukup Ya puting tidak
menonjolDukung
Non Eksklusif
3NR 8 32 dewasa
SD Rendahtidak 27
6243,5 kurang Ya puting tidak
menonjolDukung
Non Eksklusif
4Ni 9 28 dewasa
SD Rendahtidak 35
6256,4 kurang Ya ibu merasa
ASI sedikitDukung
Non Eksklusif
5DS 8 28 dewasa
SD Rendahtidak 20
6232,2 kurang Ya puting lecet Tidak
dukung Eksklusif
6I 8 31 dewasa
SMP Rendahtidak 23
6237,1 kurang Ya puting tidak
menonjolTidakdukung Eksklusif
7AR 9 30 dewasa
SMA Tinggitidak 32
6251,6 kurang Ya puting lecet Dukung
Non Eksklusif
8IR 9 20 muda
SMP Rendah
tidak 26
62
41,9 kurang Ya payudarabengkak
Tidakdukung
Non Eksklusif
9G 10 25 dewasa
SMA Tinggitidak 24
6238,7 kurang Ya puting tidak
menonjolDukung
Non Eksklusif
10DSR 11 20 muda
SMP Rendahtidak 33
6253,2 kurang Tidak 0 Tidak
dukung Eksklusif
11ZL 11 23 dewasa
SMP Rendahtidak 45
6272,5 cukup Ya payudara
bengkakDukung
Non Eksklusif
12FS 9 24 dewasa
SMA Tinggitidak 33
6253,2 kurang Tidak 0 Dukung
Non EksklusifR 8 27 dewasa SD Rendah tidak 23 62 37,1 kurang Tidak 0 Tidak Non Eksklusif
50
13 dukung
14RE 9 32 dewasa
SD Rendahtidak 46
6274,2 cukup Ya ibu merasa
ASI sedikitTidakdukung Non Eksklusif
15AR 11 27 dewasa
SD Rendahtidak 17
6227,4 kurang Tidak 0 Dukung
Non Eksklusif
16P 9 24 dewasa
SD Rendahtidak 34
6254,8 kurang Ya puting lecet Tidak
dukung Non Eksklusif
17A 10 30 dewasa
SD Rendahtidak 25
6240,3 kurang Ya puting lecet Tidak
dukung Non Eksklusif
18L 9 35 dewasa
SD Rendahtidak 30
6248,4 kurang Ya puting lecet Dukung
Eksklusif
19AA 8 30 dewasa
S1 Tinggiya 54
6287,1 cukup Ya puting tidak
menonjolTidakdukung Eksklusif
20N 10 29 dewasa
SMA Tinggitidak 48
6277,4 cukup Tidak 0 Tidak
dukung Eksklusif
21F 11 24 dewasa
S1 Tinggiya 54
6287,1 cukup Ya payudara
bengkakTidakdukung Eksklusif
22Y 3 32 dewasa
SMA Tinggitidak 56
6290,3 cukup Ya puting lecet Dukung
Eksklusif
23B 7 35 dewasa
SMP Rendahtidak 58
6293,5 cukup Ya ibu merasa
ASI sedikitTidakdukung Eksklusif
24AZ 8 23 dewasa
SMA Tinggitidak 51
6282,3 cukup Tidak 0 Dukung
Eksklusif
25RY 9 20 muda
SMP Rendahtidak 57
6291,9 cukup Tidak 0 Tidak
dukung Non Eksklusif
26A 8 28 dewasa
SMP Rendahtidak 45
6272,5 cukup Ya puting tidak
menonjolTidakdukung Eksklusif
27JY 10 30 dewasa
SMP Rendahtidak 49
6279 cukup Ya ibu merasa
ASI sedikitTidakdukung Eksklusif
28F 10 33 dewasa
S1 Tinggiya 57
6291,9 cukup Ya payudara
bengkakTidakdukung Non Eksklusif
29K 7 37 dewasa
SMP Rendahtidak 23
6237,1 kurang Tidak 0 Dukung Non Eksklusif
51
Lampiran 4
HASIL ANALISIS STATISTIK
kategori usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
muda 3 10,3 10,3 10,3
dewasa 26 89,7 89,7 100,0
Total 29 100,0 100,0
kategori pendidikan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
>= SMA 10 34,5 34,5 34,5
< SMA 19 65,5 65,5 100,0
Total 29 100,0 100,0
asi ekslusif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Bila ASI diberikan selama 0-
6 bulan13 44,8 44,8 44,8
Bila ASI diberikan < 6 bulan 16 55,18 55,18 100,0
Total 29 100,0 100,0
kategori pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
cukup 12 41,4 42,9 42,9
kurang 17 58,6 57,1 100,0
100,0
Total 29 100,0
52
Apakah ketika bayi belum mecapai 6 bulan orang tua/mertua ibu menganjurkan
ibu memberi pisang, susu formula, air putih, kopi dll?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Pernah 10 37,9 37,9 37,9
Pernah 18 62,1 62,1 100,0
Total 29 100,0 100,0
Apakah ketika bayi belum mencapai 6 bulan suami ibu menganjurkan ibu
memberi pisang, susu formula, air putih, kopi dll?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak pernah 11 37,9 37,9 37,9
pernah 18 62,1 62,1 100,0
Total 29 100,0 100,0
53
54
55
56