gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas...
TRANSCRIPT
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN
KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS CITANGKIL KOTA CILEGON
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.kep)
Oleh:
IKA SEPTIA YULIANTI
NIM: 1113104000013
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan dengan keterangan yang berlaku di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2017
Ika Septia Yulianti
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2017
Ika Septia Yulianti, NIM: 1113104000013
DESCRIPTION OF SOCIAL FAMILY SUPPORT AND QUALITY OF
ELDERLY LIFE WITH HYPERTENSION IN PUSKESMAS CITANGKIL,
CILEGON
ABSTRACT
The impact of hypertension will affect the quality of life of the elderly. The elderly
needs family social support to improve the quality of life. Staying with family is one
way to get support in the form of security, attention and health insurance. The
purpose of this research is to know the description of social support of family and
quality of life of elderly. This research type is quantitative with descriptive approach.
In this research there are 2 sample that is family and elderly with hypertension, as
many as 108 respondents. Sampling technique with purposive sampling. The results
showed that 51.9% of families had good social support where 60.2% respondents had
good emotional support, 55.6% of respondents had good informational support,
53.7% of respondents had good instrument support, 57 , 4% of respondents have
good appreciation support, and elderly who have quality of life less as much as 50,9%
of respondents. Researchers suggest to families to pay more attention and support
family members who have elderly with hypertension in order to improve the quality
of life of the elderly.
.
Keywords: Elderly, Family social support, hypertension
Reference: 61 (year 1996-2016)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM SYUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2017
Ika Septia Yulianti, NIM: 1113104000013
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CITANGKIL KOTA CILEGON
ABSTRAK
Dampak dari hipertensi akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Lansia
membutuhkan dukungan sosial keluarga untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Tinggal bersama keluarga adalah salah satu cara mendapatkan dukungan berupa rasa
aman, perhatian dan jaminan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini
terdapat 2 sampel yaitu keluarga dan lansia dengan hipertensi, sebanyak 108
responden. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 51,9% keluarga yang memiliki dukungan sosial yang baik
dimana 60,2% responden mempunyai dukungan emosional yang baik, 55,6%
responden memiliki dukungan informasional yang baik, 53,7% responden memiliki
dukungan instrumen yang baik, 57,4% responden memiliki dukungan penghargaan
yang baik, dan lansia yang memiliki kualitas hidup yang kurang sebanyak 50,9%
responden. Peneliti menyarankan kepada keluarga untuk lebih memperhatikan dan
mendukung anggota keluarganya yang memiliki lansia dengan hipertensi supaya
dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
Kata kunci : Lansia, Dukungan sosial keluarga, Hipertensi
Referensi : 61 (year 1996-2016)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
vi
LEMBAR PENGESAHAN
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN
KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
Ika Septia Yulianti
NIM. 1113104000013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc
NIP: 19790210 200501 2 002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ika Septia Yulianti
Tempat, Tanggal lahir : Serang, 12 September 1995
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Link. Kalentemu Barat Citangkil-Cilegon, Banten
Telepon : +62838 1318 7678
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SMA Negeri 5 Cilegon (2010-2013)
2. SMP Madinatul Hadid Cilegon (2007-2010)
3. SDN Samangraya I (2001-2007)
4. MD Takmiliyah Awaliyah Annidzhomiyah (2001-2006)
5. TK Karya Samudera (2000-2001)
Riwayat Organisasi
1. Anggota Keislaman Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Jakarta (2016)
2. Anggota divisi Keputrian LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Jakarta
(2016)
3. Bendahara divisi Kesenian dan Olahraga KOMDA (Komisariat Dakwah)
FKIK UIN Jakarta (2015)
4. Bendahara acara MAKRAB (Malam Keakraban) PSIK UIN Jakarta (2014)
5. Sekretaris ROHIS (Rohani Islam) SMAN 5 Cilegon (2012)
6. Bendahara ROHIS (Rohani Islam) SMAN 5 Cilegon (2011)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan rasa syukur mendalam penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan salawat semoga
selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammaad SAW.
Skripsi yang berjudul "Gambaran Dukungan Sosial Keluarga dan Kualitas
Hidup Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon " ini disusun
untuk memenuhi persyaratan kurikulum sarjana strata-1 (S-1) pada Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, tak ada gading yang tak retak, begitu juga karya ilmiah ini tak luput dari
kesalahan. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta
mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang berguna untuk menyempurnakan skirpsi ini akan penulis terima dengan hati
terbuka dan dengan ucapan rasa terima kasih.
Penulis mengucapkan rasa terimasih yang sebesar-besarnya atas semua
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut
penulis sampaikan kepada:
x
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokateran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ns. Uswatun Khasanah., S.Kep., MNS selaku dosen pembimbing,
terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan untuk beliau karena telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan memberi arahan kepada penulis
dengan sabar selama penysunan skripsi ini.
5. Ibu Yenita Agus, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., Ph.D selaku dosen pembimbing
sekaligus pembimbing akademik, terimakasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan untuk beliau karena telah meluangkan waktu dalam membimbing
dan memberi arahan kepada penulis dengan sabar selama penyusunan skripsi
ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan
serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Orangtua penulis, Bapak Surasim dan Ibu Nurfadilah yang telah mendidik,
membesarkan, mencurahkan kasih sayang, memberikan bantuan baik berupa
xi
dukungan moril maupun materiil, dan juga selalu mendo’akan penulis dalam
setiap langkah menuju kesuksesan.
8. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh angkatan Ilmu Keperawatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas semangat kebersamaannya, cinta yang telah
terbina satu sama lain. Terima kasih telah saling mengingatkan, mendoakan
dan menjadi penyemangat untuk berjuang menyelesaikan pendidikan ini
bersama-sama.
10. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran skripsi ini hingga
selesai.
Atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan sekecil apapun itu, semoga
Allah SWT senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Semoga Allah senantiasa
memberikan rahmat, hidayah serta ampunan-Nya kepada kita. Aamiin Allahuma
aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Juli 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
ABSTRACT........................................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..........................................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................8
A. Lanjut Usia ..........................................................................................................8
1. Definisi lansia ......................................................................................................8
2. Klasifikasi lansia ..................................................................................................8
3. Karakteristik lansia ..............................................................................................9
4. Tipe Lansia ..........................................................................................................9
5. Tugas perkembangan lansia ...............................................................................10
6. Teori penuaan ....................................................................................................11
B. Hipertensi ..........................................................................................................16
1. Definisi ..............................................................................................................16
2. Klasifikasi ..........................................................................................................16
3. Gejala Klinis ......................................................................................................16
xiii
4. Komplikasi ........................................................................................................17
C. Dukungan Sosial ................................................................................................18
1. Definisi Dukungan Sosial ..................................................................................18
2. Sumber-Sumber Dukungan Sosial .....................................................................20
3. Manfaat Dukungan Sosial ..................................................................................20
D. Kualitas Hidup ...................................................................................................21
1. Definisi Kualitas Hidup .....................................................................................21
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ..........................................22
3. Pengukuran Kualitas Hidup ...............................................................................26
E. Kerangka Teori ..................................................................................................28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................................... 29
A. Kerangka Konsep...............................................................................................29
B. Definisi Operasional ..........................................................................................30
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................................... 32
A. Jenis Penelitian ..................................................................................................32
B. Populasi dan Sampel ..........................................................................................32
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................34
D. Instrumen ...........................................................................................................35
E. Pengolahan Data ................................................................................................38
F. Teknik Uji Instrumen Penelitian ........................................................................40
G. Cara Pengambilan Data......................................................................................41
H. Analisis Data......................................................................................................43
I. Etika Penelitian ..................................................................................................43
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................................... 45
A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................................................45
B. Gambaran Penelitian ..........................................................................................45
C. Data Demografi .................................................................................................46
D. Analisis Univariat ..............................................................................................47
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................................... 50
A. Analisis Univariat ..............................................................................................50
xiv
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................55
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 56
A. Kesimpulan ........................................................................................................56
B. Saran ..................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 58
Lampiran ................................................................................................................................ 62
xv
DAFTAR SINGKATAN
UU : Undang-undang
WHO : World Health Organization
DEPKES : Departemen Kesehatan
LANSIA : Lanjut Usia
BPS : Badan Pusat Statistik
DINKES : Dinas Kesehatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
WHOQOL : World Health Organization Quality of Life
DNA : Deoxyribose Nucleic Acid
RNA : Ribose Nucleic Acid
ESRC : Economic and Social Research Council
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 10 Klasifikasi Hipertensi ......................................................................... 16
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................ 30
Tabel 5.1 Data Demografi Keluarga : Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan
Pendidkan (n=108) ................................................................................... 46
Tabel 5.2 Data Demografi Responden Lansia dengan Hipertensi: Jenis Kelamin,
Status Perkawinan, dan Pendidikan (n=108)............................................ 47
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dukungan sosial keluarga (n=108) .......................... 48
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dukungan emosional, dukungan informasional,
dukungan instrumental, dukungan penghargaan pada keluarga yang
memiliki lansia dengan hipertensi (n=108) .............................................. 48
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di wilayah
kecamatan citangkil (n=108) .................................................................... 49
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 28
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup kesehatan jasmani, jiwa,
dan sosial (Tamher, 2009). Pada prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua
yang bahagia dan berguna ( Depkes RI, 2000 dalam Maryam dkk, 2008).
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang dan di masa ini
akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Lansia
dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter&Perry,
2008). Menurut UU Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang batasan
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia
adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas baik wanita maupun laki-
laki yang secara fisik dapat dibedakan atas dua yaitu lanjut usia potensial dan
lanjut usia tidak potensial (Depkes, 2013) .
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta
jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). WHO memperkirakan
tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang
yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. WHO juga
memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di
2
negara berkembang. Setengah jumlah lansia di dunia berada di Asia (Depkes,
2013).
Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan
8,03% dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan
lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan
9,47 juta lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal di pedesaan sebanyak
10,87 juta jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan
sebanyak 9,37 juta jiwa (BPS, 2014). Jumlah ini akan meningkat ditahun-
tahun berikutnya. Bappenas memperkirakan pada tahun 2050 akan ada 80 juta
lansia di Indonesia dengan komposisi 60-69 tahun berjumlah 35,8 juta jiwa,
usia 70-79 tahun berjumlah 21,4 juta jiwa, dan 80 tahun keatas berjumlah 11,8
juta jiwa (BPS, 2014). Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Banten, jumlah
penduduk Provinsi Banten dengan usia 60 tahun keatas pada tahun 2014
tercatat sebesar 636.590 jiwa, sedangkan jumlah lansia di Kecamatan
Citangkil Kota Cilegon sendiri mencapai 17.195 jiwa (DINKES, 2014).
Terdapat 4226 jiwa lansia di Puskesmas Citangkilyang mengalami hipertensi
(Puskesmas Citangkil, 2016).
Peningkatan populasi lansia diikuti dengan meningkatnya masalah
kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang paling banyak diderita oleh
lansia adalah hipertensi. Hasil Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa proporsi
kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada kelompok
hipertensi. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali
dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan
3
dengan bertambahnya usia dan kelompok usia >65 tahun berisiko 11,53 kali
terserang hipertensi.
Dampak lain dari peningkatan lansia ini adalah peningkatan
ketergantugan lansia. Kemunduran fisik, psikis dan sosial yang menyebabkan
ketergantungan teresebut. Hal ini dapat digambarkan melalui empat tahap,
yaitu kelemahan, keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan
keterhambatan yang akan dialami bersama proses menua. Proses menua
merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam fase
kehidupan (Santoso dan Ismail, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2012) menurunnya derajat
kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan lansia secara perlahan
menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar, sehingga interaksi
sosial menjadi menurun, dan dengan menurunnya interaksi sosial lansia,
tentunya kualitas hidup yang dialami lansia juga mengalami penurunan
(Fitria, 2012). Hasil penelitian yang sama juga didapatkan oleh Tresnia (2012)
dimana lansia yang memiliki interaksi sosial yang baik, memiliki kualitas
hidup yang baik pula. Padahal untuk dapat menikmati masa tua dengan
bahagia serta meningkatkan kualitas hidupnya, lansia membutuhkan
dukungan sosial dari orang-orang terdekat. Tinggal bersama keluarga besar
adalah salah satu cara untuk mendapatkan dukungan sosial berupa rasa aman,
nyaman, dan jaminan perawatan (BPS, 2014).
Dukungan sosial merupakan bentuk penerimaan dari seseorang atau
sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam diri
4
bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong (Sarafino & Smith,
2011). Ada beberapa komponen dari dukungan sosial diantaranya dukungan
emosional, informasional, dukungan konkret dan dukungan penilaian (Glanz,
2008; Roberts, 2009)
Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan
berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, adanya dukungan sosial yang
adekuat terbukti dengan menurunnya mortalitas, lebih sembuh dari sakit,
fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosional (Harnilawati, 2013). Seperti
yang disebutkan dalam penelitian Saputri dan Indrawati (2011) bahwa
dukungan sosial berpengaruh pada penurunan depresi pada lanjut usia.
Dukungan keluarga juga penting dalam mengintensifkan perasaan
sejahtera, maka adanya dukungan sosial keluarga dapat menciptakan lansia
yang mandiri, percaya diri, bermartabat, dan sejahtera (Friedman, 1998).
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia (Yuselda, 2013).
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap
kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada
yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup
merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik
individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan
lingkungan (Yuliati, Baroya, & Ririanty, 2014)
5
Kesejahteraan lanjut usia menurut undang-undang nomor 13 tahun
1998 yaitu adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material
maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman
lahir dan batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban
asasi manusia. Jadi dalam hal ini kesejahteraan lanjut usia dapat dikaitkan
dengan peningkatan kualitas hidup, dimana indikator kesejahteraan lanjut usia
dan kualitas hidup secara bersama-sama dapat dilihat dari kondisi fisik,
kondisi psikologis, serta hubungan sosial seseorang.
Hasil wawancara singkat dengan 10 lansia yang mengalami hipertensi
saat studi pendahuluan di wilayah tersebut, 6 dari 10 lansia memiliki kualitas
hidup kurang. Sebagian besar lansia mengatakan banyak mengalami
perubahan dalam dirinya, mereka cenderung sensitif, mudah marah dan
tersinggung dengan ucapan orang lain. Mereka merasa putus asa, kesepian
dan cemas karena penyakit hipertensi yang dideritanya dan selalu
memikirkanya. Mereka juga merasa sudah bergantung pada obat-obatan.
Sedangkan dari segi dukungan sosial keluarga hasil wawancara dengan
keluarga lansia didapatkan 7 dari 10 memiliki dukungan yang baik. Keluarga
mengaku merawat lansia ketika sakit, mengantarkan berobat dan
mengingatkan minum obat.
6
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia dengan
hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
B. Rumusan Masalah
Adanya peningkatan jumlah lanjut usia akan disertai dengan berbagai
macam gangguan kesehatan salah satunya hipertensi. Dampak adanya
gangguan kesehatan tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Untuk
meningkatkan kualitas hidupnya, lansia membutuhkan dukungan sosial dari
orang-orang terdekat. Dengan tinggal bersama keluarga, lansia dapat akan
mendapatkan dukungan sosial berupa rasa aman, perhatian, dan jaminan
kesehatan. Maka pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran
dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia dengan hipertensi di
Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup
lanjut usia dengan hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan)
pada lanjut usia dengan hipertensi dan keluarga yang bersamanya.
b. Mengetahui dukungan sosial keluarga di Puskesmas Citangkil Kota
Cilegon.
7
c. Mengetahui subvariabel dukungan sosial keluarga (dukungan
emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental, dan
dukungan penghargaan) di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
d. Mengetahui gambaran kualitas hidup lanjut usia dengan hipertensi di
Puskesmas Citangkil Kota Cilegon
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapan memberi sumbangan pemikiran dan
informasi dalam mengembangkan program pembelajaran keperawatan
gerontik.
2. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi untuk keluarga
untuk dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup lanjut usia
dan memahami kehidupan lanjut usia.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti
mengenai gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia
dengan hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan dasar informasi atau gambaran
untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia adalah
seseorang pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74 tahun.
Sedangkan menurut Bab I pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas (Tamher, 2009).
2. Klasifikasi lansia
Dibawah ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia 45-59 tahun.
b. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial adalah seorang lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensial adalah seorang lansia yang tidak berdaya dalam
mencari nafkah sehingga hidupnya perlu bantuan orang lain (Depkes
RI, 2003) (Maryam dkk, 2008).
9
3. Karakteristik lansia
Menurut Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU no 13
tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi.
c. Lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008)
4. Tipe Lansia
Tipe lansia dibawah ini bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Tipe arif bijaksana
Tipe lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, dermawan, rendah hati, sederhana,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Tipe lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta meemenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Tipe lansia ini selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
10
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan
pengkritik.
d. Tipe pasrah
Tipe lansia ini yang selalu menerima dan manunggu nasib baik,
mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai jenis
pekerjaan.
e. Tipe bingung
Tipe lansia ini yang sering terkejut, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh
(Nugroho, 2008).
5. Tugas perkembangan lansia
Menurut Erickson, kesiapan seorang lansia menghadapi
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap perkembangan
sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik dan teratur serta
baik dalam hubungan di lingkungannya, maka pada usia lanjut ia akan tetap
melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan di tahap perkembangan
sebelumnya (Dewi, 2014).
Adapun tugas perkembangan lanjut usia adalah sebagai berikut:
a. Persiapan diri untuk penurunan kondisi
b. Persiapan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Persiapan kehidupan baru
11
e. Penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
f. Persiapan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Dewi, 2014).
6. Teori penuaan
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, yaitu teori biologis, teori
psikologis, teori sosial, dan teori spiritual.
a. Teori biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut.
1) Teori genetik
Menurut Hayflick (1965), secara genetik sudah terprogram bahwa
material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis
terkait dengan frekuensi mitosis (Tamher, 2009). Setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jam ini berhenti maka ia
akan mati (Dewi, 2014).
2) Teori interaksi seluler
Sel-sel satu dengan yang lain saling berinteraksi dan memengaruhi.
Apabila interaksi antar sel baik maka keadaan tubuh akan baik-baik
saja. Tetapi bila tidak demikian, maka akan terjadi kegagalan
mekanisme feed-back dimana lambat laun sel-sel akan mengalami
degenerasi (Tamher, 2009).
12
3) Teori mutagenesis somatik
Bahwa begitu terjadi pembelahan sel (mitosis), akan terjadi “mutasi
spontan” yang terus menerus berlangsung dan akhirnya mengarah
pada kematian sel (Tamher, 2009).
4) Teori eror katastrop
Menurut Kane (1994), bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA,
RNA, dan sintesis protein. Masing-masing eror akan saling
menambah pada eror yang lainnya dan berkulminasi dalam eror
yang bersifat kasastrop (Tamher, 2009).
5) Wear and tear theory
Menurut teori “pemakaian dan perusakan” (wear and tear theory)
disebutkan bahwa proses menua menjadi akibat kelebihan usaha
dan distres yang menyebabkan sel tubuh lelah dan tidak mampu
meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan suatu proses
fisiologis (Dewi, 2014).
b. Teori psikologis
Berikut adalah yang termasuk ke dalam teori psikologis.
1) Teori kebutuhan dasar manusia
Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia, setiap
manusia memiliki kabutuhan dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya itu. Seorang individu akan berusaha memenuhi
kebutuhan dipiramida lebih atas ketika kebutuhan di tingkat
piramida di bawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan piramida
13
tertinggi adalah aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses
menua, ia akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida tertinggi
yaitu aktualisasi diri (Dewi, 2014).
2) Teori individualisme Jung
Menurut teori ini proses menua dikatakan berhasil apabila
seseorang individu melihat ke dalam dirinya dan menilai dirinya
lebih dari sekedar kehilangan atau pembatasan fisiknya (Dewi,
2014).
3) Teori pusat kehidupan manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan
kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu:
a) Masa anak-anak, pada masa ini belum mamiliki tujuan hidup
yang realistik
b) Remaja dan dewasa muda, mulai memiliki konsep yang spesifik
c) Dewasa tengah, mulai memiliki tujuan hidup yang lebih konkrit
dan berusaha untuk mewujudkannya
d) Usia pertengahan, melihat ke belakang, mengevaluasi tujuan
yang dicapai
e) Lansia, saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan
hidup (Dewi, 2014).
4) Teori tugas perkembangan
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Erickson, tugas
perkembangan lansia adalah integrity versus despair. Jika lansia
14
dapat menemukan arti dari hidupnya, maka ia akan memiliki
intergritas ego untuk beradaptasi dan mengatur proses menua yang
dialaminya. Jika lansia tidak memiki integritas maka ia akan marah,
depresi dan merasa tidak adekuat dengan kata lain me.ngalami
keputusasaan (Dewi, 2014).
c. Teori Sosiologi
Berikut ini adalah beberapa teori yang termasuk ke dalam teori
sosiologi.
1) Teori interaksi sosial (social exchange theory)
Menurut teori ini lansia terjadi penurunan kekuasaan dan prestise
sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa
hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti
perintah (Dewi, 2014).
2) Teori penarikan diri (disengagement theory)
Menurunnya derajat kesehatan pada lansia mengakibatkan seorang
lansia secara perlahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
Pokok-pokok teori menarik diri adalah:
a) Pada pria, terjadi kehilangan peran hidup terutama terjadi pada
masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika
dalam keluarga berkurang, misal pada saat anak beranjak
dewasa serta meninggalkan rumah untuk pendidikan dan
menikah.
15
b) Lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, tidak
seperti kaum muda yang memperoleh kesempatan kerja yang
lebih luas.
c) Aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang
terjadi sepanjang hidup (Dewi, 2014).
3) Teori aktivitas (activity theory)
Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri seseorang bergantung pada
aktivitasnya dalam berbagai peran (Tamher, 2009). Dimana
seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta
mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan
kuantitas dan aktivitas yang dilakukan (Dewi, 2014).
4) Teori berkesinambungan (continuity theory)
Menurut teori ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua namun
kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak akan mengalami
perubahan (Dewi, 2014).
5) Subculture theory
Teori subkultur (Rose, 1962) dikatakan bahwa lansia sebagai
kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa percaya, dan adat
istiadat sendiri, sehingga dapat digolongkan selaku suatu subkultur
(Tamher, 2009).
16
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2013).
2. Klasifikasi
Tabel 2.1 10 Klasifikasi Hipertensi
No Klasifikasi Prevalensi menurut kelompok umur (%)
55-64 tahun 65-74 tahun 75+ tahun
1. Optimal < 120 dan ˂ 80
2. Normal 120 – 129 dan/ atau 80 – 84
3. Normal tinggi 130 – 139 dan/ atau 84 – 89
4. Hipertensi derajat 1 140 – 159 dan/ atau 90 – 99
5. Hipertensi derajat 2 160 – 179 dan/ atau 100 – 109
6. Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/ atau ≥ 110
7. Hipertensi sistolik
terisolasi
≥ 140 dan ˂ 90
Sumber: (PERKI, 2015)
3. Gejala Klinis
Gejala klasik yang terjadi saat seseorang mengalami hipertensi adalah sakit
kepala, epistaksis, perdarahan hidung, dan pusing. Namun, berbagai studi
mengindikasikan frekuensi yang rendah atas gejala-gejala tersebut di
populasi. Gejala lain yang lebih umum di populasi adalah kemerahan,
berkeringat, dan pandangan kabur. Walaupun begitu, tidak sedikit juga
asimtomatik (Herlinah, Wiarsih, & Rekawati, 2013).
17
4. Komplikasi
Penderita hipertensi beresiko teserang penyakit lain yang akan timbul
kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipetensi di
antaranya:
a. Penyakit Jantung Koroner
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan
semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi
sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini (Lanny
Sustrani, 2004).
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
Penyempitan ini menyebabkan berkurangnya aliran darah pada
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada
dan dapat berakibat gangguan otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung (Dalimarta, 2008).
b. Gagal Jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan
menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Hingga
akhirnya terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda
adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas terputus-putus (pendek),
dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki (Dalimarta,
2008).
18
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan
air atau sistem renin angiotensin aldosteron (Chung, 1995). Hipertensi
berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal ginjal bila
dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi
(Mansjoer, 2008).
d. Infark Miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga, hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung dan peningkatan risiko pembentukan bekuan (Cowin, 2009).
C. Dukungan Sosial
1. Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain
yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai
19
dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban
yang timbal balik (King, 2012).
Dukungan sosial merupakan bentuk penerimaan dari seseorang atau
sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam
diri bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong (Sarafino &
Smith, 2011).
Dukungan sosial merupakan suatu fungsi penting dari hubungan
sosial. Dukungan sosial bisa didapatkan dari beberapa tipe, yaitu dari
lingkungan informal (contoh: keluarga, teman, rekan kerja, atasan) dan
beberapa lagi dari lingkungan bantuan formal (contoh: pekerja kesehatan,
pekerja jasa kemanusiaan) (Glanz, 2008).
Dukungan sosial merujuk kepada tindakan yang orang lain lakukan
ketika mereka menyampaikan bantuan. Ada beberapa jenis dukungan sosial
yang berbeda, seperti:
a. Dukungan emosional yaitu adanya seseorang yang empati, peduli,
perhatian, dan memberikan dorongan.
b. Dukungan informasional yaitu adanya seseorang yang mengajarkan
sesuatu, memberikan informasi atau saran, atau membantu membuat
keputusan utama.
c. Dukungan instrumental yaitu adanya seseorang yang membantu secara
langsung, meminjamkan sesuatu, memberikan informasi, atau
membantu melakukan tugas.
20
d. Dukungan penghargaan yaitu ketersediaan orang lain untuk bisa
menghabiskan waktunya, sehingga memberikan perasaan keanggotan
dalam kelompok orang-orang yang berbagi minat dan aktivitas sosial
(Sarafino & Smith, 2011).
2. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
Sarafino & Smith (2011) mengemukakan bahwa sumber-sumber dukungan
sosial dapat berasal dari beberapa hal, yaitu:
a. Orang-orang disekitar individu atau significant other seperti: keluarga,
teman dekat, atau rekan. Dalam hubungan ini menempati bagian
terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber
dukungan sosial yang sangat potensial.
b. Kalangan profesional seperti psikolog atau dokter, yang berguna untuk
menganalisa secara klinis maupun psikis.
c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group)
(Sarafino & Smith, 2011).
3. Manfaat Dukungan Sosial
Menurut Brownell dan Schumaker ada tiga pengaruh atau manfaat dasar
dari dukungan sosial diantaranya, pengaruh langsung, tidak langsung dan
pengaruh interaktif.
a. Pengaruh langsung
Adalah terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang bersifat
menolong dan hubungan tersebut dapat memfasilitasi terbentuknya
perilaku yang lebih sehat.
21
b. Pengaruh tidak langsung
Adalah membantu individu dan mengatasi stressor yang datang dengan
cara membantu individu mengatasi stress yang datang, dengan
mencoba membantu individu mempelajari cara pemecahan masalah dan
mengontrol masalah-masalah kecil sebelum menjadi masalah besar.
c. Pengaruh interaktif
Yaitu berupa dampak yang diinterpretasikan untuk meredam atau
memperbaiki dampak-dampak yang merugikan dengan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas terhadap sumber-sumber coping (Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial, 2008) .
D. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
WHO (1997) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu
pada kehidupannya dalam konteks budaya dan nilai sistem dimana individu
hidup dan berhubungan dengan tujuan harapan, standar, dan perhatian
individu tersebut. Konsep ini merupakan konsep luas yang mempengaruhi
kesehatan fisik individu, status psikologis, level kebebasan, hubungan
sosial, kepercayaan personal, dan hubungan individu dengan lingkungan.
Kualitas hidup lansia adalah tingkat kesejahteraan dan kepuasan
dengan peristiwa atau kondisi yang dialami lansia, yang dipengaruhi
penyakit atau pengobatan. Kualitas hidup lansia bisa didapatkan dari
kesejahteraan hidup lansia, emosi, fisik, pekerjaan, kognitif dan kehidupan
sosial ( Fogari dan Zoppi dalam Kustanti, 2012).
22
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Economic and Social Research Council (ESRC) (2004) menyebutkan
bahwa kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini,
yaitu:
a. Dukungan sosial yang baik dengan keluarga, teman dan tetangga
Keluarga, teman dan orang-orang terdekat merupakan sumber dari
dukungan sosial yang dapat membuat lansia merasa disayangi, dikasihi
dan dihargai. Dukungan sosial yang baik akan membuat lansia
memiliki nilai diri yang positif yang diiringi meningkatkan kualitas
hidup. Sebaliknya, buruknya dukungan sosial akan membawa perasaan
kesepian dan gejala depresif pada lansia (Oni, 2010).
b. Standar harapan hidup
Setiap individu memiliki harapan, begitu pula dengan lansia. Harapan-
harapan yang telah ditanamkan sejak muda akan menimbulkan
kebahagiaan dan perasaan berarti apabila tercapai. Sebaliknya apabila
harapan-harapan tersebut tidak tercapai, lansia akan merasa kecewa dan
tidak bahagia, walaupun begitu lansia yang telah merasa bahagia dapat
menjadi tidak puas walaupun derajatnya tidak sama dengan mereka
yang telah merasa gagal.
c. Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan kegiatan amal
Menurut Havighurst (1972) dalam Meiner (2006) partisipasi dalam
kegiatan sosial dan kegiatan amal menjadi determinan dalam lansia
aktif dan kesehatan. Berdasarkan teori aktivitas yang melihat kegiatan
23
sebagai sebuah keharusan untuk mempertahankan kepuasan hidup
seorang dan konsep diri yang positif. Kondisi yang tetap aktif membuat
lansia tetap “muda” dan semangat menjalani hidup serta tidak menarik
diri dari masyarakat karena usia (Meiner, 2006).
d. Kegiatan hobi dan kesukaan
Setiap orang menghabiskan sebagian waktunya dalam kegiatan yang
disukainya. Hal ini akan menyeimbangkan ritme kehidupan dan
mempengaruhi kesehatan. Stimulasi dari kegiatan hobi ini akan
mempengaruhi respon fisiologi tubuh dan sistem imun. Hal ini dapat
menjaga kesehatan dari stressor pada lansia seperti pensiun,
keterbatasan fisik dan lain-lain. Interaksi antara otak dan perilaku ini
akan meningkatkan kesehatan. Sehingga kegiatan hobi ini akan
berkontribusi dalam kesehatan mental, sosial, dan kognitif (Cheung,
2009).
e. Kesehatan yang baik dan kemampuan fungsional
Menurut Bytheway (2007) dalam Hudson (2009) model biomedical
dari usia adalah salah satu yang mendefinisikan lansia berdasarkan
sehat-sakit dan gangguan yang seringkali muncul seiring dengan
penuaan. Lansia disebutkan sebagai proses yang tidak terelakkan dan
proses yang tidak dapat disembuhkan sari penurunan fisik dan mental.
Menurut Hansen-Kyle (2005) dalam Hudson (2009) kesehatan pasca
lansia merupakan proses perlahan secara fisik dan kognitif, sambil
24
beradaptasi dan kompensasi agar mencapai fungsi yang optimal dan
partisipasi dalam semua area dari kehidupan individu.
Kesehatan juga dikatakan sebagai modal agar lansia dapat ikut aktif
dalam masyarakat tanpa diskriminasi dan untuk menikmati
kemandirian dan kualitas hidup yang baik (Hudson & Moore, 2009).
f. Rumah dan lingkungan yang baik serta perasaan aman
Lansia seringkali mengalami masalah dirumah diantaranya masalah
aksebilitas, insekuritas dan keterbatasan anggota keluarga untuk
merawat lansia. Penurunan sensori pada lansia dapat membuat
lingkungan menjadi bahaya bagi lansia. Selain itu kesendirian dan
kerawaan terhadap gangguan keamanan, ketelantaran dan pelecehan
pada lansia dapat mengganggu lansia secara psikologis. Masalah-
masalah ini tentu saja berakibat buruknya kualitas hidup lansia
(Departemen sosial RI, 2009).
g. Kepercayaan/nilai diri positif
Nilai diri yang positif dapat meningkatkan kesehatan psikologis bagi
lansia. Kepercayaan diri yang tinggi, nilai yang positif akan membuat
lansia merasa mandiri dan memiliki kebebasan untuk membuat lansia
merasa mandiri dan memiliki kebebasan untuk membuat keputusasaan
bagi dirinya sendiri.
h. Kesejahteraan psikologis dan emosional
Kesejahteraan psikologis dan emosional dapat diperoleh melalui
dukungan dari orang-orang yang dicintai. Hal ini penting untuk
25
meningkatkan perilaku sehat yang dapat mengurangi efek negatif dari
situasi yang penuh stress. Kesejahteraan psikologis dan emosional
saling mempengaruhi yang lebih lanjut mempengaruhi kualitas hidup
lansia (Thanakwang, 2009).
i. Pendapatan yang cukup
Dalam usianya yang lanjut, para lansia cenderung berhenti bekerja,
baik karena sudah pensiun, atau karena fisiknya sudah tidak
memungkinkan untuk melakukan aktivitas tersebut secara rutin seperti
biasanya. Namun ada pula beberapa lansia yang masih dengan aktif
melakukan pekerjaannya. Mereka bisa berhenti dari pekerjaan lama dan
memulai pekerjaan baru. Faktor-faktor yang menentukan keaktifan
lansia dalam bekerja adalah kesehatan dan pertimbangan finansial.
Lansia yang masih bekerja cenderung melakukannya karena
keinginannya untuk membiayai kehidupannya sendiri. Memiliki
pendapatan sendiri, lansia merasa masih memiliki arti dan berharga
dalam kehidupannya (Wijayanti, 2008).
j. Akses yang mudah dalam transportasi dan pelayanan
Seiring dengan proses penuaan, lansia memiliki keterbatasan fisik yang
menghambat untuk menggunakan kendaraan sendiri maupun
memanfaatkan transportasi umum. Terlebih transportasi umum tidak
menyediakan fasilitas bagi lanjut usia serta kekuatiran lansia menjadi
korban kejahatan (Hudson, 2004).
26
Diskriminasi seringkali terjadi pada lansia seperti hambatan dalam
mengakses layanan. Hambatan ini dapat meningkatkan isolasi pada
lansia sehingga insiden depresi meningkat pada lansia (Hudson &
Moore, 2009).
k. Perasaan dihargai dan dihormati orang lain
Perasaan dihargai dan dihormati dapat dirasakan lansia ketika ia
mendapatkan kebebasan untuk mengambil keputusan bagi dirinya
sendiri. Kemandirian ini akan meningkatkan harga diri lansia, sehingga
ia mencapai kualitas hidup yang baik.
3. Pengukuran Kualitas Hidup
Peneliti menggunakann adaptasi instrumen WHOQOL-BREF yang
dikembangkan oleh World Health Organization Of Life Group (WHOQOL
Group) dengan 15 pusat penelitian yang terus mengembangkan pengkajian
kualitas hidup yang bisa lintas budaya yang selanjutnya dikembangkan
WHOQOL-BREF dalam berbagai bahasa.
Kualitas Hidup didefinisikan sebagai persepsi terhadap posisi dalam
konteks nilai, budaya yang tinggal dan saling berhubungan. Sama halnya
dengan kita mengartikan bahwa kualitas hidup lebih kepada pandangan
subjektif berkiatan dengan budaya, sosial dan lingkungan.
Instrumen WHOQOL-BREF ini memiliki 26 item pertanyaan dengan
pertanyaan pertama berupa pertanyaan tentang kualitas hidup secara umum
dan pertanyaan kedua tentang persepsi individu tentang kesehatannya yang
mencakup 4 domain. Empat tersebut adalah:
27
a. Kesehatan Fisik yaitu terdapat pada pertanyaan nomer 3, 4, 10,15,16,
17 dan 18.
b. Psikologis yaitu terdapat pada pertanyaan nomer 5, 6, 7, 11, 19, dan
26.
c. Hubungan sosial yaitu terdapat pada pertanyaan nomer 20, 21, dan 22
d. Lingkungan yaitu terdapat pada pertanyaan nomer 8, 9, 12, 13, 14, 23,
24 dan 25.
Selanjutnya rata-rata skor tiap dominan dihitung dengan nilai domain.
Pengkajian ini tidak digunakan untuk mengetahui tentang kondisi fisik
melainkan mengetahui efek yang akan didapat dari intervensi yang tepat
(Oerley, 1996).
28
E. Kerangka Teori
Kerangka teori modifikasi dari Sarafino & Smith (2011) dan Quality of
Life (WHOQOL group, 1998)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup:
a. Dukungan sosial yang baik
dengan keluarga, teman dan
tetangga terdiri dari dukungan
emosional, informasional,
instrumental, dan penghargaan
(Sarafino
& Smith, 2011)
b. Keterlibatan dalam kegiatan
sosial dan kegiatan amal
c. Kegiatan hobi dan kesukaan
d. Kesehatan yang baik dan
kemampuan fungsional
e. Rumah da lingkungan yang
baik serta perasaan aman
f. Kepercayaan/nilai diri positif
g. Kesejahteraan psikologis dan
emosional
h. Pendapatan yang cukup
i. Akses yang mudah dalam
transportasi dan pelayanan
j. Perasaan dihargai dan
dihormati orang lain
Kualitas Hidup :
1. Kesehatan fisik
2. Psikologis
3. Hubungan sosial
4. Lingkungan
(WHO, 1998)
Dukungan sosial yang baik
dengan keluarga, teman dan
tetangga terdiri dari
dukungan emosional,
informasional, instrumental,
dan penghargaan (Sarafino
& Smith, 2011)
Bagan 2.1 Kerangka Teori
29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah
penelitian dan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang akan diteliti.
Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur review dan teori yang sudah
diteliti. Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensistesa, mengarahkan
serta panduan untuk analisis dan intervensi (Swarjana, 2012). Variabel dalam
penelitian ini adalah dukungan sosial oleh keluarga dan kualitas hidup oleh
lansia.
Dukungan Sosial Keluarga:
1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Informasional
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Penghargaan
(Sarafino & Smith, 2011)
Kualitas Hidup :
1. Kesehatan fisik
2. Psikologis
3. Hubungan sosial
4. Lingkungan
(WHO, 1998)
Variabel Dukungan Sosial Keluarga Variabel Kualitas Hidup Lansia
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
30
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Ukur
Usia
Suatu rentang waktu
kehidupan yang diukur
dengan tahun
berdasarkan tahun yang
sudah dilalui oleh
responden pada saat
pengambilan data
Kuesioner Kuesioner Sesuai usia responden Nominal
Pendidikan
Pendidikan yang sedang
berlangsung ataupun
pendidikan terakhir
responden
Kuesioner Kuesioner 0 = Tidak Sekolah
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = PT
Ordinal
Jenis
Kelamin
Pembagian jenis seksual
yang ditentukan secra
biologis dan anatomis
yang dinyatakan dalam
jenis kelamin laki-laki
dan jenis kelamin
perempuan
Kuesioner Kuesioner 1 = laki-laki
2 = perempuan
Nominal
Tabel 3.1 Definisi Operasional
31
Dukungan
sosial
keluarga
Dukungan atau dorongan
keluarga yang diberikan
kepada lansia yang
tinggal satu rumah baik
berupa dukungan
emosional, dukungan
informasional, dukungan
instrumental, dan
dukungan penghargaan
sehingga lansia dapat
menyelesaikan masalah.
Menghitung skore
dari pertanyaan
tentang dukungan
sosial keluarga
menggunakan skala
Likert
(5) selalu
(4) sering
(3) kadang-kadang
(2) jarang
(1) tidak pernah
Kuesioner
dukungan
emosional
Value ≥ median (27,5) : Baik
Value ˂ median (27,5) : Buruk
Ordinal
Kuesioner
dukungan
informasional
Value ≥ median (19,5) : Baik
Value ˂ median (19,5) : Buruk
Ordinal
Kuesioner
dukungan
instrumental
Value ≥ median (18,5) : Baik
Value ˂ median (18,5) : Buruk
Ordinal
Kuesioner
dukungan
penghargaan
Value ≥ median (5,0) : Baik
Value ˂ median (5,0) : Buruk
Ordinal
Kualitas
Hidup
Persepsi individu pada
kehidupannya dalam
konteks budaya dan nilai
sistem dimana individu
hidup berkaitan dengan
kesehatan fisik,
psikologis, hubungan
sosial dan lingkungan
Menghitung skor dari
pertanyaan tentang
kualitas hidup lansia
menggunakan skala
Likert
Kuesioner
WHOQOL-
BREF berisi
26
pertanyaan
Skala 0-50 = kurang
Skala 51-100 = baik
(sutikno, 2007)
Ordinal
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif
yaitu penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistika dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011). Desain penelitian ini adalah
deskriptif dimana untuk mendapatkan gambaran dukungan sosial keluarga
dan kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota
Cilegon.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
lanjut usia yang berusia 60-74 tahun yang menderita hipertensi dan
keluarga yang tinggal satu rumah dengan lansia tersebut di Puskesmas
Citangkil Kota Cilegon.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi tersebut
(Sugiyono, 2011). Sampling yang dipakai dalam penelitian ini
33
menggunakan metode nonprobability sampling, dengan teknik
purposive sampling, yaitu digunakan untuk menentukan sampel dengan
cara memilih memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (Nursalam, 2008). Terdapat 2 sampel pada
penelitian ini yaitu keluarga yang merawat lansia dan lansia dengan
hipertensi. Kriteria inklusi adalah subjek penelitian yang dapat
mewakili sampel peneltian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Oktavia, 2015)
Kriteria inklusi pada sampel keluarga dalam penelitian ini adalah:
a. Keluarga (anak atau menantu) yang tinggal dalam satu rumah
dengan lanjut usia penderita hipertensi
b. Dapat berkomunikasi dengan baik
c. Bersedia menjadi subjek penelitian
Sedangkan kriterian inklusi pada sampel lansia pada penelitian ini
adalah:
a. Lanjut usia yang berusia 60-74 tahun dengan hipertensi
b. Lanjut usia yang tinggal bersama keluarganya (anak atau menantu)
yang tinggal dalam satu rumah
c. Dapat berkomunikasi dengan baik
d. Bersedia menjadi subjek penelitian
Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling
dimana setiap sampel yang memenuhi kriteria inklusi responden dapat
dijadikan sampel hingga memenuhi besarnya jumlah sampel yang telah
ditentukan.
34
3. Besar sampel
Besar sampel menggunakan rumus Slovin
Keterangan:
n = jumlah sampel yang dibutuhkan
N = populasi (didapatkan data dari Puskesmas Kecamatan
Citangkil)
d = batas ketelitian yang diinginkan
maka perhitungan sampel yang diinginkan adalah:
(dibulatkan 98)
Untuk menjaga drop out perlu ditambah 10% maka 98+9,8 = 107,8
Jadi jumlah sampel minimal yang diambil adalah 108 responden.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Citangkil pada bulan Mei -
Juni 2017. Alasan memilih tempat tersebut karena populasi di wilayah
tersebut penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah hipertensi sebesar
4226 orang selain itu mayoritas masyarakatnya suku Sunda-Jawa, yang
masih memegang tradisi bahwa orangtua (lansia) tinggal satu rumah
35
dengan keluarga (anak dan menantu), jadi jumlah lansia yang tingga
disana masih banyak. Selain itu, mudah dijangkau oleh transportasi umum,
terlebih di wilayah tersebut jarang dilakukan penelitian mengenai lansia
khususnya mengenai gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas
hidup lansia dengan hipertensi.
D. Instrumen
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau
angket sesuai dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka
konsep dan teori yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri
dari 3 bagian, yaitu:
1. Data demografi
Identitas keluarga meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan terakhir, dan hubungan dengan lansia. Identitas lansia
meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir,
keluhan selama 3 bulan terakhir, dan tinggal bersama siapa saja.
2. Kuesioner dukungan sosial keluarga
Alat ukur yang digunakan dalam dukungan sosial keluarga ini adalah
kuesioner berisi 20 item pernyataan tentang dukungan sosial keluarga
yang meliputi dukungan emosional, dukungan informasional,
dukungan instrumental dan dukungan penghargaan. Kuesioner ini
diadobsi dari thesis oleh Kusuma (2011) yang telah dimodifikasi
ulang dan telah di uji validitas dan reliabilitas pada 30 responden di
Puskesmas Ciwandan dengan karakteristik inklusi yang sama.
36
Peneliti memodifikasi kuesioner pada pertanyaan no 2 dan 4 dengan
alasan supaya bahasa pada kuesioner dapat dipahami oleh responden.
Kuesioner ini mempunyai 4 domain yaitu:
a. Emosional : terletak pada pertanyaan no 1-6 dan 16
b. Informasional : terletak pada pertanyaan no 12-15, 17 dan 18
c. Instrumental : terletak pada pertanyaan no 7-11
d. Penghargaan : terletak pada pertanyaan no 19 dan 20
Penilaian untuk pernyataan dukungan sosial keluarga kepada lansia
yaitu: Selalu : 5, Sering : 4, Kadang-kadang : 3, Jarang : 2, Tidak
pernah : 1
Skoring alat ukur dukungan sosial dilakukan dengan cara melihat hasil
uji normalitas distribusi data dari setiap domain. Hasil uji normalitas
untuk domain dukungan emosional dengan menggunakan kolmogorov-
smirnov sebesar 0,010 sehingga distribusi tidak normal maka skoring
menggunakan median. Hasil uji normalitas untuk domain dukungan
informasional dengan menggunakan kolmogorov-smirnov sebesar
0,015 sehingga distribusi tidak normal maka skoring menggunakan
median. Hasil uji normalitas untuk domain dukungan instrumental
dengan menggunakan kolmogorov-smirnov sebesar 0,00 sehingga
distribusi tidak normal maka skoring menggunakan median. Hasil uji
normalitas untuk domain dukungan penghargaan dengan menggunakan
kolmogorov-smirnov sebesar 0,000 sehingga distribusi tidak normal
maka skoring menggunakan median.
37
3. Kuesioner kualitas hidup
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup dalam
penelitian ini adalah WHOQOL-BREF (World Health Organization
Quality of Life-BREF) berisi 26 item pertanyaan yang dikembangkan
oleh oleh World Health Organization dan telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini akan diisi oleh lansia yang
tinggal dengan keluarga dengan karakteristik lansia yang bisa
membaca.
WHOQOL-BREF ini terdiri dari 2 jenis pertanyaan yang terdiri
dari pertanyaan kualitas hidup secara umum berupa pertanyaan positif
(skor 1-5) dan pertanyaan persepsi lansia terhadap kesehatannya
berupa pertanyaan positif (skor 1-5) serta terdiri dari 4 domain, yaitu
domain kesehatan fisik yang terdiri dari 7 pertanyaan berupa dua
pertanyaan negatif dan lima pertanyaan positif. Domain kedua adalah
psikologis yang terdiri dari 6 pertanyaan dengan lima pertanyaan
positif dan satu pertanyaan negatif. Domain ketiga adalah hubungan
sosial yang terdiri dari tiga pertanyaan positif dan domain keenpat
adalah lingkungan terdiri dari delapan pertanyaan positif (Salim,
2007).
Alat ukur ini mempunyai empat skala respon yang berbeda, yaitu
1) skala evaluasi dengan respon “sangat buruk- sangat baik” dan
“sangat tidak memuaskan-sangat memuaskan”, 2) skala intensitas
dengan respon “tidak sama sekali-dalam jumlah yang berlebihan”, 3)
skala kapasitas dengan respon “tidak sama sekali –sepenuhnya
38
dialami”, 4) skala frekuensi dengan respon “tidak pernah-selalu”.
(WHO, 2004)
Penilaian WHOQOL-BREF yaitu dengan memberikan skor 1-5
pada pertanyaan positif dan skor 5-1 pada pertanyaan negatif. Nilai
yang dihasilkan menunjukkan kualitas hidup individu tersebut. Skoring
disetiap domain dihitung dengan mengalikan rata-rata item dengan 4
(Salim, 2007). Lalu skor tersebut dijumlahkan, setelah itu
ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0-100. Skala 0-50 untuk
kualitas hidup kurang dan 51-100 untuk kualitas hidup baik (Sutikno,
2011).
E. Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan menurut
Notoatmodjo (2012), yaitu:
1. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali akan kebenaran data yaitu
dengan memeriksa terlebih dahulu kuesioner yang diserahkan oleh
responden. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kembali apakah
semua kuesioner telah diisi oleh responden muali dari lembar
persetujuan responden, kuesioner dukungan sosial keluarga, dan
kuesioner kualitas hidup lansia.
2. Coding
Peneliti melakukan pengkodean berupa angka numerik pada data yang
teelah peneliti tetapkan. Pengkodean ini penting terutama karena
pengolahan data yang peneliti lakukan menggunakan sofware statistik
39
komputer. Pada penelitian untuk coding data demografi dengan kode
“datdem”, untuk dukungan sosial keluarga dengan “duksos”, untuk
kualitas hidup lansia “kualitas” dan untuk hasil pada setiap kuesioner
menggunakan skala Likert.
3. Scoring
Setelah semua data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa,
kemudian setelahnya dilakukan tabulasi dan diberikan skor sesuai
dengan kategori dari data serta jumlah item pertanyaan dari setiap
variabel. Pada penelitian ini menggunakaan skoring dengan skala
Likert pada kuesioner dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup
lansia.
4. Entry data
Peneliti melakukan data entri yaitu memasukkan data penelitian yang
selanjutnya peneliti tampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Proses
pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari
kuesioner ke perangkat komputer menggunakan program pengolahan
data ststistik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan aplikasi
software SPSS Statistic versi 22. Proses analisa dilakukan pada
karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia.
5. Cleaning
Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan
sehingga data siap untuk dianalisa.
40
F. Teknik Uji Instrumen Penelitian
Kuesioner yang sudah tersusun dilakukan uji valid dengan 30
responden lansia dengan hipertensi dan keluarga yang tinggal bersamanya
di Kecamatan Citangkil.
1. Uji validitas
Validitas adalah kemampuan sebuah tes untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Alat ukur penelitian yang baik adalah alat ukur
yang mampu memenuhi aspek validitas (Swarjana, 2016). Uji validitas
dilakukan di Puskesmas Ciwandan kepada 30 responden dengan
karakteristik inklusi yang sama. Uji validitas dilakukan pada bulan
Juni 2017. Hasil uji validitas untuk kuesioner dukungan sosial baik
pada domain emosional, domain informasional, domain instrumental
dan domain penghargaan setiap item pertanyaan memiliki r hitung
berkisar 0,6-0,8 ˃ rtabel (0,36) yang artinya kuesioner ini valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
mampu menghasilkan nilai yang sama atau konsisten (Swarjana,
2016). Uji reliabilitas biasa digunakan dilakukan dengan Cronbach’s
Alpha dimana reliabilitas yang baik harus memiliki niali Alpha > 0,6
(Bahari, 2015). Nilai koefisien Cronbach alpha setiap item pertanyaan
pada kuesioner dukungan sosial dan kualitas hidup pengujian
reliabilitas dengan nilai alpa cronbach berkisar antara 0,683-0,883.
Artinya seluruh domain bermakna untuk menjelaskan variasi
WHOQOL-BREF dan dukungan sosial.
41
G. Cara Pengambilan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
mengungkapkan atau menjaring informasi kuantitatif dari responden
sesuai dengan lingkup penelitian. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Tahapan proses pengumpulan data pada
penelitian melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Dinas
Kesehatan Kota Cilegon.
b. Peneliti menentukan, menyusun dan menyiapkan instrumen
penelitian.
c. Setelah instrumen disiapkan, peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas instrumen dengan jumlah responden 30 orang di
Puskesmas Ciwandan.
d. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti
melakukan prosedur pengambilan data.
e. Peneliti menyiapkan asisten peneliti untuk membantu peneliti
karena jumlah sampel yang banyak. Karakteristik inklusi asisten
penelitian:
1) Bersedia menjadi asisten penelitian
2) Minimal D3 kesehatan
3) Dapat berkomunikasi dengan baik
4) Telah mengikuti pelatihan pengambilan data
42
2. Tahap pengambilan data
a. Lokasi pengambilan data di poli umum Puskesmas Citangkil.
b. Peneliti dan assisten memilih responden sesuai dengan kriteria
inklusi penelitian.
c. Setiap lansia dan keluarga yang datang berobat ke Puskesmas
Citangkil, terlebih dahulu peneliti mengecek tekanan darah lansia
apakah termasuk hipertensi.
d. Setelah responden memenuhi syarat kriteria penelitian selanjutnya
peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan memberikan inform
consent.
e. Membagikan kuesioner dan menjelaskan petunjuk cara pengisian.
f. Peneliti dan assisten peneliti mendampingi responden selama
pengisian kuesioner.
g. Peneliti melakukan pengecekan ulang terhadap kuesioner yang
diisi, jika ada yang belum terisi maka kuesioner dikembalikan ke
responden untuk melengkapi.
h. Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh
responden.
i. Menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data.
3. Tahap pembahasan
a. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik.
b. Menginterpretasikan hasil analisa data statistik berdasarkan teori
c. Merumuskan hasil penelitian yang diperoleh dan membahasnya.
43
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis univariat.
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel (Octavia, 2015). Variabel yang
akan dianalisis univariat adalah dukungan sosial keluarga dan kualitas
hidup lansia dengan hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
I. Etika Penelitian
Penelitian telah mendapatkan persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota
Cilegon dan Puskesmas Citangkil untuk melakukan penelitian terkait
topik. Penelitian menerapkan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar persetujuan (inform consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud
dan tujuan penelitian. Jika responden menolak, maka peneliti tidak
dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden
2. Tanpa nama (Anonymity)
Upaya menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang
diisi responden, lembar tersebut hanya diberi kode tertentu misalnya
inisial nama depan.
44
3. Kerahasiaan (Confidentiatily)
Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti akan dijamin
kerahasiaannya. Jawaban yang telah diberikan responden hanya
diketahui oleh peneliti. Kuesioner tersebut juga menjadi satu-satunya
data untuk keperluan penelitian.
4. Otonomi, berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan
nasibnya sendiri (independent). Hak untuk memilih apakah disertakan
atau tidak dalam penelitian dengan memberi persetujuannya atau tidak
memberi persetujuannya dalam inform consent (Wasis, 2006)
5. Beneficence , yaitu berbuat baik kepada responden dan semuanya demi
kebaikan responden dalam batas hubungan yang wajar (Wasis, 2006).
Dalam hal ini peneliti akan berbuat baik kepada setiap responden tanpa
membeda-bedakan.
6. Nonmaleficience artinya dalam penelitian tidak mengandung unsur
bahaya atau merugikan responden (Wasis, 2006). Peneliti tidak akan
melukai atau merugikan responden baik secara fisik maupun materi.
7. Veracity dalam penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya
dijelaskan secara jujur tentang manfaatnya, efeknya dan apa yang di
dapat jika pasien dilibatkan dalam proyek tersebut (Wasis, 2006).
Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian dan manfaat yang
akan diterima calon responden bila turut serta berpartisipasi dalam
penelitian. Apabila responden menolak untuk dijadikan subjek pada
penelitian ini, maka tidak akan berpengaruh terhadap jalannya
pelayanan di Puskesmas Citangkil.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
Puskesmas Citangkil merupakan salah satu puskesmas yang ada di
wilayah Kota Cilegon. Jumlah lansia yang menderita hipertensi di
Puskesmas Citangkil pada tahun 2016 sebanyak 4226 lansia.
B. Gambaran Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2017 di Puskesmas
Citangkil. Responden dalam penelitian ini adalah lansia berusia sekitar 60-
74 tahun dengan hipertensi dan keluarga yang tinggal bersama lansia
tersebut yang berjumlah 108 orang yang memiliki kriteria inklusi sesuai
dengan yang telah ditetapkan peneliti. Pada bulan Mei peneliti meminta
izin ke Dinas Kesehatan Kota Cilegon yang nantinya surat tembusan di
serahkan kepada pihak Puskesmas Citangkil. Setelah mendapat izin dan
menjelaskan maksud penelitian kepada pihak Puskesmas Citangkil,
sehingga pihak puskesmas menentukan tempat penelitian di salah satu poli
yang terdapat pada Puskesmas Citangkil.
Dari total populasi yang ada, akhirnya peneliti menetapkan sampel dengan
sistem purposive sampling yaitu dengan memilih sampel sesuai yang
dikehendaki oleh peneliti yang telah memenuhi karakteristik dalam
penelitian. Dalam pengambilan data, peneliti dibantu oleh 2 orang assisten
peneliti yang mana sebelumnya diberikan penjelasan terkait kuesioner
yang akan digunakan dan karakteristik sampel yang diambil. Sebelum
46
mengisi kuesioner, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan terkait
cara mengisi dan penjelasan dari pertanyaan yang terdapat dikuesioner.
C. Data Demografi
1. Keluarga
Rata- rata usia keluarga yang mempunyai lansia dengan hipertensi
adalah 41,7. Adapun data demografi lain tertera pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Data Demografi Keluarga : Jenis Kelamin, Status
Perkawinan, dan Pendidkan (n=108)
Data demografi Frekuensi Presentase%
Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan
42
66
38,9
61,1
Status Perkawinan:
Tidak Menikah
Menikah
Janda/Duda
14
91
3
13,0
84,3
2,8
Pendidikan:
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
PT
2
8
36
53
9
1,9
7,4
33,3
49,1
8,3
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
keluarga berjenis kelamin perempuan sebanyak 66 orang (61,1%),
sisanya laki-laki sebanyak 42 orang (38,9%). Mayoritas responden
berstatus menikah sebanyak 91 orang (84,3%), sisanya tidak menikah
sebanyak 14 orang (13,0%) dan janda/duda sebanyak 3 orang (2,8%).
Untuk pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SMA
sebanyak 53 orang (49,1%), sisanya SMP sebanyak 36 orang (33,3%),
PT sebanyak 9 orang (8,3%), SD sebanyak 8 orang (7,4%), dan yang
tidak sekolah sebanyak (1,9%).
47
2. Lansia
Rata-rata usia responden lansia dengan hipertensi pada penelitian ini
adalah 66,04 tahun dengan usia termuda 60 tahun dan tertua 74 tahun.
Adapun data demografi lain tertera pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Data Demografi Responden Lansia dengan Hipertensi:
Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Pendidikan (n=108)
Data Demografi Frekuensi Presentae %
Jenis Kelamin:
Laki-laki
33
30,6
Perempuan 75 69,4
Status Perkawinan:
Menikah
57
52,8
Janda/Duda 51 47,2
Pendidikan:
Tidak sekolah 14 13,0
SD 43 39,8
SMP 31 28,7
SMA 19 17,6
PT 1 0,9
Berdasarkan tabel 5.2 disimpulkan bahwa mayoritas responden
perempuan sebanyak 74 orang (69,4%), sisanya laki-laki sebanyak 33
orang (30,6%). Mayoritas status perkawinan responden menikah yaitu
sebanyak 56 orang (52,8%), sisanya janda/duda sebanyak 51 orang
(47,2%). Sedanglan mayoritas responden berpendidikan SD yaitu
sebanyak 43 orang (39,8%), sisanya SMP sebanyak 31 orang (28,7%),
SMA sebanyak 19 orang (17,6%), Tidak sekolah sebanyak 14 orang
(13,0%) dan PT sebanyak 1 orang (0,9%).
D. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi data responden sebanyak 108 orang.
48
1. Dukungan Sosial Keluarga
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dukungan sosial keluarga (n=108)
Dukungan sosial f %
Baik 56 51,9
Buruk 52 48,1
Berdasarkan tabel 5.3 disimpulkan bahwa secara keseluruhan
dukungan sosial keluarga yang memiliki lansia dengan hipertensi
sebesar 51,9% dukungan baik sisanya 48,1 % dukungan buruk.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dukungan emosional,
dukungan informasional, dukungan instrumental, dukungan
penghargaan pada keluarga yang memiliki lansia dengan
hipertensi (n=108)
Dukungan Sosial Baik Buruk
f % f %
Dukungan Emosional 65 60,2 43 39,8
Dukungan Informasional 60 55,6 48 44,4
Dukungan Instrumental 58 53,7 50 46,3
Dukungan Penghargaan 62 57,4 46 42,6
Tabel 5.4 disimpulkan bahwa keluarga yang memiliki lansia dengan
hipertensi memiliki dukungan emosional yang baik yaitu sebanyak 64
orang (60,2%) sedangkan 43 orang (39,8%) memiliki dukungan
emosional yang buruk. Keluarga yang memiliki lansia dengan
hipertensi memiliki dukungan informasional yang baik yaitu sebanyak
60 orang (55,6%) sedangkan 48 orang (44,4%) memiliki dukungan
informasional yang kurang. Keluarga yang memiliki lansia dengan
hipertensi memiliki dukungan instrumen yang baik yaitu sebanyak 58
orang (53,7%) sedangkan 50 orang (46,3%) memiliki dukungan
instrumen yang buruk. Keluarga yang memiliki lansia dengan
hipertensi memiliki dukungan penghargaan yang baik yaitu sebanyak
49
62 orang (57,4%) sedangkan 46 orang (42,6%) memiliki dukungan
penghargaan yang kurang.
2. Kualitas Hidup Lansia
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi kualitas hidup lansia dengan
hipertensi di wilayah kecamatan citangkil (n=108)
Kualitas hidup Frekuensi Presentase %
Kurang 55 50,9
Baik 53 49,1
Berdasarkan tabel 5.5 disimpulkan bahwa kualitas hidup lansia dengan
hipertensi memiliki kualitas hidup yang kurang yaitu sebanyak 55
orang (50,9%) sedangkan 53 orang (49,1%) memiliki kualitas hidup
baik.
50
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden keluarga
adalah perempuan sebanyak 66 orang (61,1%), sedangkan responden pada
lansia mayoritas perempuan sebanyak 75 orang (69,4%). Hal ini
dikarenakan peneliti lebih sering bertemu dengan responden perempuan
dibandingkan responden laki-laki.
Berdasarkan status perkawinan, responden dalam penelitian ini
mayoritas keluarga berstatus menikah sebanyak 84,3% sedangkan lansia
berstatus menikah yaitu sebanyak 57 orang (52,8%). Penduduk yang sudah
bercerai dengan tingkat kualitas hidup yang rendah ternyata banyak
dibandingkan dengan yang masih bersama pasangan hidup (Survelen
Amerika, 2003). Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting
dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun
pengasuhan (Papalia, 2009). Menurut Anggina (2010) dukungan pasangan
merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan kepada
individu yang sakit atau mengalami masalah kesehatan sehingga dapat
memberikan rasa nyaman baik fisik maupun psikis.
Dilihat dari tingkat pendidikan, responden keluarga mayoritas
memiliki pendidikan SMA sebanyak 53 orang (49,1%), sedangkan lansia
dalam penelitian ini mayoritas berpendidikan SD sebanyak 43 orang
(39,8%). Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran untuk
51
mengembangkan kemampuan tertentu (Notoatmojo, 2007). Semakin tinggi
pendidikan, maka makin mudah pula seseorang mendapatkan pengetahuan
karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk menerima
ide dan teknologi atau informasi baru (Meliano, 2007).
Sebanyak 56 orang (51,9%) secara umum memiliki dukungan
sosial keluarga yang baik di Puskesmas Citangkil. Dukungan sosial terbagi
menjadi 4 jenis, yaitu dukungan emosional, dukungan informasional,
dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan (Sarafino & Smith,
2011). Dukungan emosional merupakan penghargaan, cinta, kepercayaan,
perhatian, dan kesediaan untuk mendengarkan (Apollo & Cahyadi, 2012).
Pada penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas responden mendapatkan
dukungan emosional yang baik sebanyak 65 orang (60,2%). Menurut
penelitian Nugruho (2007) dukungan sosioal yang paling bermakna adalah
dukungan emosional dari keluarga lansia. Setiawati & Dermawan (2005)
mengemukakan bahwa lansia akan merasa lebih aman apabila hidup
ditengah-tengah keluarga yang penuh dengan dukungan emosional.
Keluarga memiliki peranan penting dalam menentukan kesehatan
seseorang yang nantinya kan berhubungan dengan kualitas hidup
seseorang. Apabila keluarga bahagia akan berpengaruh pada
perkembangan emosi pada anggotanya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Sutikno (2011) bahwa terdapat hubungan antara fungsi keluarga
dalam memberikan dukungan emosional terhadap kualitas hidup lansia.
Dukungan informasi atau suatu bentuk bantuan yang membantu
individu dalam memahami kejadian yang menekan dengan lebih baik serta
52
memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan untuk
menghadapi kejadian tersebut. Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan
diseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan suatu masalah. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa
mayoritas dukungan informasi responden adalah baik yaitu sebanyak 60
orang (55,6%).
Menurut penelitian Astuti (2011) keluarga yang memberikan
dukungan informasi yang baik pada lansia memberikan peluang 7,424 kali
meningkatkan kualitas hidup lansia hipertensi dibandingkan dengan yang
kurang baik dalam memberikan dukungan informasi. Hal ini sejalan
dengan penelitian Zulfitri (2006) bahwa adanya hubungan antara
dukungan informasi dengan kualitas hidup lansia hipertensi.
Dukungan informasional merupakan dukungan berupa pemberian
informasi yang dibutuhkan oleh individu. Orford (2008) membagi
dukungan ini ke dalam 2 bentuk. Pertama, pemberian informasi atau
pengajaran suatu keahlian yang dapat memberikan solusi pada suatu
masalah. Kedua adalah appraisal support yaitu pemberian informasi yang
dapat membantu individu dalam mengevaluasi performence pribadinya.
Menurut House (Smet, 1994 dalam Setiadi 2008) bantuan informasi dapat
digunakan untuk menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
lansia.
Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam
bentuk nyata atau dukungan material. Wills (2001) menyatakan bahwa
53
dukungan material yang diberikan bagi lansia-lansia diantaranya adalah
menyediakan dan mengambil makanan bagi lansia.
Pada penelitian ini diketahui sebanyak 58 orang (53,7%) memiliki
dukungan instrumental yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Mangasi (2012) didapatkan sebanyak 61,8% memiliki dukungan
instrumental tinggi. Hal ini didukung penelitian Almidi (2011)
mengatakan bahwa hampir sebagian besar dari responden (53,2%)
memberikan dukungan instrumental yang mendukung kepada lansia.
Suryo (2006) mengatakan bahwa kelompok lansia yang berperilaku sehat
mungkin deisebabkan karena mampu dan mau menyediakan sarana yang
dibutuhkan lansia, serta perilaku keluarga juga dapat dijadikan sebagai
referensi lansia dalam berperilaku sehat maupun berperilaku tidak sehat.
Pada penelitian ini didapatkan mayoritas dukungan penghargaan
yang diberikan adalah baik yaitu sebanyak 62 orang (57,4%). Hal ini
didukung penelitian Mangasi (2012) mengatakan bahwa hampir sebagian
besar dari responden (67,6%) memberikan dukungan penghargaan yang
tinggi kepada lansia Dukungan penghargaan atau pujian merupakan hal
penting dalam kehidupan sebuah keluarga. Melalui dukungan
penghargaan, orang menyatakan penghargaan dan penilaian positif
terhadap orang lain. Dukungan penghargaan mengembangkan rasa percaya
diri pada orang yang menerimanya (Friedmann, 2000).
Hasil penlitian ini didukung oleh penelitian Zulfitri (2006) yang
menemukan adanya hubungan antara dukungan penghargaan keluarga
dengan perilaku lansia dalam mengontrol kesehatannya. Begitupun dengan
54
hasil penelitian Herlinah (2013) yang menunjukkan terdapat hubungan
antara dukungan penghargaan terhadap perilaku lansia hipertensi dengan
p-value = 0,001. Dukungan penghargaan lebih melibatkan adanya
penilaian adanya peilaian positif dari orang lain. Hasil penelitian Nogueira
(2008) menyebutkan dukungan keluarga sangat penting dibutuhkan bagi
lansia dengan hipertensi. Dengan dukungan yang efektif dapat
mengendalikan peningkatan tekanan darah.
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 50,9% responden
memiliki kualitas hidup lansia dengan hipertensi yang kurang baik. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Dewi (2013) sebanyak 56,7% kualitas hidup
dengan hipertensi masuk kategori buruk. Lain halnya dengan penelitian
Yulikasari (2015) yang mendapatkan frekuensi kualitas hidup lansia
pernderita hipertensi sebanyak 57,4% tergolong baik.
Pada hakekatnya, gambaran kualitas hidup seseorang hanya dapat
digambarkan oleh orang itu sendiri secara subjektif dan tidak dapat
didefinisikan secara pasti (Cella, 1992). Studi menyebutkan bahwa
individu dengan hipertensi memiliki skor yang lebih rendah dihampir
semua dimensi yang diukur berdasarkan kuesioner WHOQOL
dibandingkan dengan populasi. Hal ini disebabkan karena hipertensi dapat
memberikan pengaruh untuk buruk terhadap vitalitas, fungsi sosial,
kesehatan mental, dan fungsi psikologis (Theodorou, Mamas et al, 2011).
Menurut hasil penelitian Sofiana (2011) didapatkan hubhngan antara
hipertensi dengan kkualitas hidup yang menurun, disebutkan bahwa lansia
55
dengan hipertensi 4,6 kali hidupnya kurang berkualitas dibandingkan
dengan lansia yang tidak mengalami hipertensi.
Hipertensi yang tidak terkontrol dan menyebabkan terjadi
komplikasi yang dapat berujung pada terjadinya morbiditas dan mortalitas
diduga menjadi salah satu mekanisme dari buruknya dimensi kesehatan
pada lansia dengan hipertensi. Terdapat beberapa gejala hipertensi yang
diderita oleh individu, diantaranya sakit kepala, depresi, cemas dan mudah
lelah. Gejala ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada
berbagai dimensi. Oleh karena itu dalam menangani individu dengan
hipertensi sangat penting untuk mengukur kualitas hidup agar dapat
dilakukan manajemen yang optimal (Theodorou, Mamas et al, 2011).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki
peneliti sebegai berikut:
1. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi beberapa
pertanyaan yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian dan
telah disediakan alternatif jawaban (pertanyaan tertutup) sehingga
jawaban belum menggali secara keseluruhan jika dibandingkan dengan
jawaban yang bersifat terbuka.
2. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dijadikan gambaran real terkait
dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia dengan hipertensi
karena hanya dilakukan di salah satu puskesmas yang ada di Kota
Cilegon.
56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil uji statistik dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian
besar keluarga memberikan dukungan emosional yang baik sebanyak
60,2%, lebih banyak (55,6%) lansia hipertensi mendapatkan dukungan
informasional, untuk dukungan instrumental lebih banyak (53,7%) lansia
hipertensi yang mendapatkan dukungan yang baik, untuk dukungan
penghargaan lebih banyak (57,4%) lansia hipertensi yang menerima
dukungan yang baik dan untuk kualitas hidup lebih dari separuh (50,9%)
lansia hipertensi yang mempunyai kualitas hidup yang kurang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan:
1. Ilmu Keperawatan
Dalam pelayanan keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan
gerontik dapat menjalankan perannya dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup lansia dengan hipertensi dan memberikan pemahaman
kepada keluarga yang memiliki lansia bahwa dukungan yang diberikan
oleh keluarga berpengaruh pada kualitas hidup lansia dengan
hipertensi.
2. Keluarga
Di Indonesia pada umumnya lansia tinggal bersama keluarga, sehingga
keluarga dapat digolongkan sebagai orang yang berarti bagi lansia.
57
Karenanya keluarga seharusnya memberikan perhatian dan pengertian,
membantu dan menemani saat lansia membutuhkan terutama saat
lansia sedang sakit. Adanya dukungan sosial dari keluarga yang baik,
diharapkan dapat memberikan kekuatan kepada lansia untuk menjalani
hari tua yang lebih baik.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan dan sumber bagi
penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan variabel
yang lebih bervariasi seperti yang terdapat pada faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup dan jumlah sampel yang lebih banyak,
serta dapat dilakukan analisis multivariat untuk melihat faktor yang
lebih dominan, misalnya depresi, kesehatan fisik, mental, sosial,
spiritual dan lain sebagainya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Alhamda, S. (2016). Buku Ajar Metlit dan Statistik. Yogyakarta: Deepublish.
Apollo & Cahyadi. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang
Bekerja ditinjau daru Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri.
Widya Warta
Astuti, E. (2011). Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut.
Jurnal Ners and Midwifery Indonesia
Bahari, S. (2015). Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-Amos. Yogyakarta:
Deepublish.
Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika
BPS. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat Statistik.
Cella, D.F. (1992). Method and Problems in Measuring Quality of Life.Support
Care Cancer.3:11-22.
Cheung, M. (2009). Leisure participation and health- related quality of life of
community- dwelling elders in Hong Kong. Asian J Gerontol Geriatri, 4(1),
15–23.
Corwin, E. . (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dalimarta, S. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
DINKES. (2014). Profil Kesehatan Kota Cilegon tahun 2014. Dinas Kesehatan
Kota Cilegon.
Fitria, A. (2012). Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Panti Werdha
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. Universitas
Sumatera Utara.
Friedmann, MM.(2000). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Jakarta: EGC
Glanz, K. (2008). Health Behaviour and Health Education. San Fransisco: Jossey
Bass.
59
Harnilawati. (2013). Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan:
Pustaka As Salam.
Hastono, S. P. (2006). Analisis Data. Jakarta: FKM UI.
Herlinah, L., Wiarsih, W., & Rekawati, E. (2013). Dalam Pengendalian
Hipertensi. Jurnal Keperawatan Komunitas, 1(2), 108–115.
Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hudson, A., & Moore, L. (2009). Caring for Older People in the Community.
United Kingdom: Wiley-Blackwell.
King, C. R. (2012). Quality of Life from Nursing and Patient Perspective.
Washington DC: Jones & Bartlett Learning.
Kustanti, N. (2012). Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen.
Kusuma, Henni. (2011). Hubungan antara Depresi dan Dukungan Keluarga
dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di
RSUPN Cipto Mangukusumo Jakarta. Thesis Universitas Indonesia.
Lanny Sustrani, D. (2004). Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansjoer, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika.
Maryam dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Meiner, E. S. (2006). Gerontologic Nursing. Missouri: Mosby Elsevier.
Meliano.(2007). Pendidikan Kesehatam dalam Keperawatan. Jakarta: Pusposwara
Notoatmojo, S.( 2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Nugruho, H.A. (2007). Perubahan Fungsi Fisik dan Dukungan Keluarga dengan
Respon Psikososial pada Lansia di Keluragan Kembangarum Semarang.
Jurnal Keperawatan.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Octavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.
60
Oerley, J. (1996). WHOQOL-BREEF: Introduction, Administration, Scoring.
Switzerland: World Health Organization.
Oktavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.
Oni, O. O. (2010). Social Support , Loneliness And Depression In The Elderly.
Orford, J. (2008). Cummunity Psychology: Theory and Practice. London: John
Wiley and Sons
Papalia, D.E. 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. Jakarta:
Salemba Humanika
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Potter&Perry. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Roberts, A. (2009). Buku Pintar Pekerja Sosial. Jakarta: Gunung Mulia.
Salim, O. C. dkk. (2007). Validitas dan reliabilitas World Health Organization
Quality of Life -BREF untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia, 26(1), 27–
38.
Santoso, H dan Ismail,A. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung
Mulia.
Saputri dan Indrawati. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Werda Wening Wardoyo
Jawa Tengah.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology Biopsychosocial
Interactions. United States of America: John Wiley & Sons.
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, S. (2008). Teknologi Pengembangan
Masyarakat. Bandung: STKS.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Setiawati & Dermawan. (2008). Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info
Media
Sofiana, N. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas
HIdup Pasien Penyakit Ginjal Kornik yang Menjalani Hemodialisis di
Rumah Sakit Islam Fatimah Cilapcap dan Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas. Thesis. Jakarta: FIK UI
61
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.
Suryo. (2006). Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian dan
Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Sehat Lansia di Kelurahan Medono
Kota Pekalongan.
Sutikno, E. (2011). Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Kedokteran Indonesia, 2(1), 73–79.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi.
Swarjana, I. K. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Andi.
Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Thanakwang, K. (2009). Social relationships influencing positive perceived
healthamong Thai older persons: A secondary data analysis usingthe
National Elderly Survey. Nursing and Health Sciences.
Theodorou, Mamas et al. (2011). Quality of Life Measurement in Patients with
Hypertention in Cyprus. Hellenic Journal of Cardiology
Tresnia. (2012). Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di RW
XI Kelurahan Ganting Parak Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas.artikel Padang.
Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Yuliati, A., Baroya, N., & Ririanty, M. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jurnal
Pustaka Kesehatan, 2(1), 87–94. doi:10.1017/CBO9781107415324.004
Zulfitri, R. (2006). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lanjut Usia
Hipetensi dalam Mengontrol Kesehatannya di Wilayah Kerja Puskesmas
Melur Pekanbaru. Thesis, FIK UI Jakarta.
62
.
Lampiran
63
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP
KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KECAMATAN
CITANGKIL KOTA CILEGON
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Saya Ika Septia Yulianti mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta akan
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Dukungan Sosial Keluarga dan
Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon”.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan
sosial keluarga terhadap kualitas hidup lansia dengan hipertensi di kecamatan
citangkil kota cilegon. Demi keperluan tersebut, saya mengharapkan ketersediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak
akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia,
selanjutnya saya mohon ketersediaan Bapak/Ibu mengisi kuisioner dengan jujur
dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini
sebagai bentuk kesukarelaan Bapak/Ibu.
Identitas pribadi Bapak/Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan
semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu
berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas,
silahkan bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatiannya saya haturkan terimakasih.
Cilegon, 2017
Responden
( )
64
IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden (diisi oleh peneliti) :
Inisial nama :
Usia : tahun
Jenis kelamin : L / P
Status : Tidak menikah Menikah
Duda/janda
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah SD SMP SMA
PT
Pekerjaan (jika bekerja) :
Penghasilan/bulan (jika bekerja) :
Penyakit kronis yang diderita :
Keluhan saat ini (3 bulan terakhir) :
Lansia dirumah tinggal dengan siapa saja (sebutkan) :
65
Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga
Petunjuk pengisian:
Bacalah beberapa pertanyaan di bawah ini, lalu pilihlah satu pilihan yang tersedia
disampingnya dengan memberikan tanda checklist (V) pada kolom yang tersedia
dengan keterangan sebagai berikut:
- Tidak pernah : bila tidak menerima dukungan dalam 1 bulan terakhir
- Jarang : bila menerima dukungan 1-2x dalam 1 bulan terakhir
- Kadang-kadang: bila menerima dukungan 3-4x dalam 1 bulan terakhir
- Sering : bila menerima dukungan 5-6x dalam 1 bulan terakhir
- Selalu : bila menerima dukungan ˃ 6x dalam 1 bulan terakhir
No Pernyataan Tidak
pernah
Jarang Kadang-
kadang
Sering Selalu
1. Keluarga mendampingi lansia dalam
menjalani perawatan.
2. Keluarga menunjukkan kepedulian
dengan mengajak lansia untuk
membicarakan masalah yang
dihadapinya.
3. Keluarga tetap mencintai dan
memperhatikan keadaan lansia selama
saya sakit.
4. Keluarga memaklumi bahwa sakit yang
lansia alami sebagai suatu ujian.
5. Keluarga memberikan perhatian yang
baik setiap lansia membutuhkan bantuan.
6. Keluarga menghibur lansia bila lansia
terlihat sedang sedih dengan masalah
yang dihadapi.
7. Keluarga menyediakan waktu dan
fasilitas untuk keperluan pengobatan
lansia.
8. Keluarga sangat berperan aktif dalm
setiap pengobatan dan perawatan sakit
lansia.
9. Keluarga bersedia membiayai biaya
perawatan dan pengobatan.
10. Keluarga berusaha untuk mencarikan
kekurangan sarana dan peralatan
perawatan yang lansia perlukan.
11. Keluargasiap membantu lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari bila
lansia sakit sepert mandi, berpakaian, menyuapi makan, bangun dan beranjak
66
dari tempat tidur bila lansia tidak mampu,
dan lalin-lain.
12. Keluarga memberitahu tentang hasil
pemeriksaan dan pengobatan dari
dokter/perawat yang merawat lansia.
13. Keluarga mengingatkan lansia untuk
kontrol, minum obat, olahraga, istirahat,
dan makan maknan sehat.
14. Keluarga mengingatkan lansia tentang
perilaku-perilaku yang dapat
memperburuk penyakit lansia seperti
merokok dan kurang istirahat.
15. Keluarga menjelaskan kepada lansia
setiap lansia bertanya hal-hal yang tidak
jelas tentang penyakitnya.
16. Keluarga memberi pujian dan perhatian
kepada lansia bila lansia melakukan
anjuran yang diberikan oleh tenaga
kesehatan (seperti mengkonsumsi obat
secara teratur, berhenti atau mengurangi
merokok).
17. Keluarga melibatkan lansia dalam
pengambilan keputusan mengenai
pengobatan/perawatan yang akan lansia
jalani.
18. Keluarga melibatkan lansia dalam
pengambilan keputusan tentang hal-hal
yang menyangkut masalah keluarga.
19. Keluarga melibatkan lansia dalam
aktivitas sosial.
20. Keluarga tidak melarang lansia untuk
berhubungan dengan teman
67
Kuisioner Kualitas Hidup Lanjut Usia WHOQOL-BREF
Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan saat ini dengan memberi tanda
ceklist (V) pada kolom yang telah disediakan. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu
pilihan jawaban.
No Pertanyaan Sangat
buruk
Buruk Biasa saja Baik Sangat baik
1 2 3 4 5
1. Bagaimana menurut
anda kualitas hidup anda
Sangat tidak
memuaskan
Tidak
memuaskan
Biasa saja Memuaskan Sangat
memuaskan
1 2 3 4 5
2. Seberapa puas anda
terhadap kesehatan anda
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal berikut
dalam empat minggu terakhir?
Tidak
sama
sekali
Sedikit Dlm
jumlah
sedang
Sangat
sering
Dlm
jumlah
berlebih
1 2 3 4 5
3. Seberapa jauh rasa
sakit fisik anda
sehingga dapat
mencegah anda
dalam beraktifitas?
4. Seberapa sering anda
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
beraktifitas dalam
kehidupan sehari-
hari anda?
5. Seberapa jauh anda
menikmati hidup
anda?
6. Seberapa jauh anda
merasa hidup anda
sangat berarti?
7. Seberapa jauh anda
68
mampu
berkonsentrasi?
8. Secra umum,
seberapa aman anda
rasakan dalam
kehidupan anda
sehari-hari?
9. Seberapa sehat
lingkungan dimana
anda tinggal
(berkaitan dengan
sarana dan prasarana)
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut dalam
minggu terakhir?
Tidak
sama
sekali
Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya
dialami
1 2 3 4 5
10 Apakah anda
memiliki
kemampuan yang
cukup untuk
beraktivitas sehari-
hari
11. Apakah anda dapat
menerima
penampilan tubuh
anda?
12. Apakah anda
memiliki cukup
uang untuk
memenuhi
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda dari
hari ke hari
14. Seberapa serng anda
memiliki
kesempatan untuk
bersenang-
senang/rekreasi?
69
Sangat tdk
memuaskan
Tdk
memuaskan
Biasa
saja
Memuaskan Sangat
memuaskan
1 2 3 4 5
15. Seberapa baik
kemampuan
anda dalam
bergaul?
16. Seberapa
puaskah anda
dengan tidur
anda?
17. Seberapa
puaskah anda
dgn kemampuan
anda untuk
menampilkan
aktivitas
kehidupan anda
sehari-hari?
18. Seberapa
puaskah anda
dgn kemampuan
anda untuk
bekerja?
19. Seberapa
puaskah anda
terhadap diri
anda?
20. Seberapa
puaskah anda
dgn hubungan
personal/sosial
anda?
21. Seberapa
puaskah anda
dgn kehidupan
seksual anda?
22. Seberapa
puaskah anda
dgn dukungan
yang anda
peroleh dari
teman anda?
23. Seberapa
70
puaskah anda
dgn kondisi
tempat tinggal
anda saat ini?
24. Seberapa
puaskah anda
dengan akses
anda pada
layanan
kesehatan?
25. Seberapa
puaskah anda
dengan
transportasi?
Pertanyaan berikut merujut pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam empat minggu terakhir?
Tdk pernah Jarang Cukup
sering
Sangat sering Selalu
5 4 3 2 1
26. Seberapa sering anda
memiliki perasaan
negatif seperti “feeling
blue” (kesepian), putus
asa, cemas, dan depresi?
71
72
73
A. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 108 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 108 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,851 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Emosi1 23,37 19,002 ,643 ,828
emosi2 23,31 20,180 ,637 ,827
emosi3 22,92 21,890 ,562 ,838
emosi4 23,12 21,060 ,637 ,827
emosi5 23,13 21,329 ,672 ,824
emosi6 23,24 20,259 ,684 ,820
emosi7 23,52 21,579 ,488 ,849
74
Correlations
Emosi1 emosi2 emosi3 emosi4 emosi5 emosi6 emosi7 total_emosi
Emosi1 Pearson Correlation 1 ,667** ,329
** ,457
** ,452
** ,521
** ,384
** ,772
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
emosi2 Pearson Correlation ,667** 1 ,396
** ,545
** ,385
** ,430
** ,342
** ,751
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
emosi3 Pearson Correlation ,329** ,396
** 1 ,504
** ,492
** ,557
** ,289
** ,676
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,002 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
emosi4 Pearson Correlation ,457** ,545
** ,504
** 1 ,510
** ,429
** ,385
** ,739
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
emosi5 Pearson Correlation ,452** ,385
** ,492
** ,510
** 1 ,705
** ,435
** ,759
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
emosi6 Pearson Correlation ,521** ,430
** ,557
** ,429
** ,705
** 1 ,393
** ,781
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
emosi7 Pearson Correlation ,384** ,342
** ,289
** ,385
** ,435
** ,393
** 1 ,635
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,002 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
total_emosi Pearson Correlation ,772** ,751
** ,676
** ,739
** ,759
** ,781
** ,635
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
75
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 108 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 108 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,855 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
informasi1 16,82 19,642 ,738 ,812
informasi2 16,49 23,000 ,562 ,845
informasi3 16,51 22,271 ,615 ,836
informasi4 16,67 20,879 ,697 ,821
informasi5 16,78 20,829 ,626 ,835
informasi6 17,15 21,286 ,624 ,835
76
Correlations
informasi1 informasi2 informasi3 informasi4 informasi5 informasi6 total_informasi
informasi1 Pearson Correlation 1 ,587** ,472
** ,591
** ,578
** ,562
** ,837
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
informasi2 Pearson Correlation ,587** 1 ,526
** ,501
** ,271
** ,340
** ,688
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,005 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
informasi3 Pearson Correlation ,472** ,526
** 1 ,685
** ,385
** ,348
** ,732
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
informasi4 Pearson Correlation ,591** ,501
** ,685
** 1 ,468
** ,437
** ,800
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
informasi5 Pearson Correlation ,578** ,271
** ,385
** ,468
** 1 ,689
** ,759
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
informasi6 Pearson Correlation ,562** ,340
** ,348
** ,437
** ,689
** 1 ,751
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
total_informasi Pearson Correlation ,837** ,688
** ,732
** ,800
** ,759
** ,751
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
77
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 108 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 108 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,883 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
instrumen1 14,50 16,271 ,668 ,871
instrumen2 14,56 15,594 ,717 ,860
instrumen3 14,60 14,653 ,765 ,848
instrumen4 14,66 14,769 ,721 ,858
instrumen5 14,79 13,739 ,744 ,855
78
Correlations
instrumen1 instrumen2 instrumen3 instrumen4 instrumen5 total_instrumen
instrumen1 Pearson Correlation 1 ,655** ,557
** ,501
** ,568
** ,777
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108
instrumen2 Pearson Correlation ,655** 1 ,657
** ,516
** ,597
** ,817
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108
instrumen3 Pearson Correlation ,557** ,657
** 1 ,696
** ,630
** ,856
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108
instrumen4 Pearson Correlation ,501** ,516
** ,696
** 1 ,684
** ,830
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108
instrumen5 Pearson Correlation ,568** ,597
** ,630
** ,684
** 1 ,855
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108
total_instrumen Pearson Correlation ,777** ,817
** ,856
** ,830
** ,855
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
79
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 108 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 108 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,683 2
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
penghargaan1 2,87 2,245 ,523 .
penghargaan2 2,71 1,721 ,523 .
Correlations
penghargaan1 penghargaan2 total_penghargaan
penghargaan1 Pearson Correlation 1 ,523** ,854
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 108 108 108
penghargaan2 Pearson Correlation ,523** 1 ,890
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 108 108 108
total_penghargaan Pearson Correlation ,854** ,890
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
80
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 108 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 108 100,0
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
fisik1 75,59 113,103 -,108 ,857
fisik2 75,57 114,695 -,187 ,859
fisik3 75,63 103,226 ,470 ,836
fisik4 75,57 100,751 ,544 ,833
fisik5 75,62 99,397 ,583 ,831
fisik6 75,69 102,270 ,445 ,836
fisik7 75,60 101,307 ,509 ,834
psiko1 75,59 107,477 ,210 ,844
psiko2 75,39 106,034 ,276 ,842
psiko3 75,70 102,173 ,525 ,834
psiko4 75,83 98,794 ,552 ,832
psiko5 75,60 99,943 ,571 ,831
psiko6 75,45 111,802 -,053 ,857
hubsos1 75,67 100,037 ,639 ,830
hubsos2 75,81 102,625 ,366 ,840
hubsos3 75,55 99,820 ,553 ,832
lingk1 75,68 106,670 ,361 ,840
lingk2 75,69 104,513 ,370 ,839
lingk3 75,99 100,944 ,556 ,832
lingk4 75,97 97,317 ,684 ,827
lingk5 75,95 96,549 ,657 ,827
lingk6 75,47 104,121 ,391 ,838
lingk7 75,41 106,281 ,266 ,843
lingk8 75,68 101,343 ,440 ,836
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,844 24
81
B. Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
total_emosi 108 100,0% 0 0,0% 108 100,0%
total_informasi 108 100,0% 0 0,0% 108 100,0%
total_instrumen 108 100,0% 0 0,0% 108 100,0%
total_penghargaan 108 100,0% 0 0,0% 108 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
total_emosi Mean 27,10 ,505
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 26,10
Upper Bound 28,10
5% Trimmed Mean 27,20
Median 27,50
Variance 27,569
Std. Deviation 5,251
Minimum 17
Maximum 35
Range 18
Interquartile Range 8
Skewness -,226 ,233
Kurtosis -1,054 ,461
total_informasi Mean 20,08 ,526
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19,04
Upper Bound 21,13
5% Trimmed Mean 20,15
Median 19,50
Variance 29,834
Std. Deviation 5,462
Minimum 8
Maximum 30
82
Range 22
Interquartile Range 9
Skewness -,067 ,233
Kurtosis -,901 ,461
total_instrumen Mean 18,28 ,459
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 17,37
Upper Bound 19,19
5% Trimmed Mean 18,45
Median 18,50
Variance 22,782
Std. Deviation 4,773
Minimum 7
Maximum 25
Range 18
Interquartile Range 8
Skewness -,343 ,233
Kurtosis -,777 ,461
total_penghargaan Mean 5,58 ,236
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5,12
Upper Bound 6,05
5% Trimmed Mean 5,54
Median 5,00
Variance 6,021
Std. Deviation 2,454
Minimum 2
Maximum 10
Range 8
Interquartile Range 5
Skewness ,224 ,233
Kurtosis -1,171 ,461
83
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total_emosi ,100 108 ,010 ,951 108 ,001
total_informasi ,097 108 ,015 ,969 108 ,012
total_instrumen ,125 108 ,000 ,949 108 ,000
total_penghargaan ,167 108 ,000 ,928 108 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 33 30,6 30,6 30,6
perempuan 75 69,4 69,4 100,0
Total 108 100,0 100,0
pendidikan_lansia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sekolah 14 13,0 13,0 13,0
SD 43 39,8 39,8 52,8
SMP 31 28,7 28,7 81,5
SMA 19 17,6 17,6 99,1
PT 1 ,9 ,9 100,0
Total 108 100,0 100,0
status
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid menikah 57 52,8 52,8 52,8
duda/janda 51 47,2 47,2 100,0
Total 108 100,0 100,0
kategori_emosi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid buruk 43 39,8 39,8 39,8
baik 65 60,2 60,2 100,0
Total 108 100,0 100,0
84
kategori_informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 48 44,4 44,4 44,4
baik 60 55,6 55,6 100,0
Total 108 100,0 100,0
kategori_instrumen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid buruk 50 46,3 46,3 46,3
baik 58 53,7 53,7 100,0
Total 108 100,0 100,0
kategori_penghargaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 46 42,6 42,6 42,6
baik 62 57,4 57,4 100,0
Total 108 100,0 100,0
kat_kualitashidup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 55 50,9 50,9 50,9
baik 53 49,1 49,1 100,0
Total 108 100,0 100,0