gagal ginjal kronik - website staff ui...
TRANSCRIPT
MOTIVASI MENULISdr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
“Manusia adalah zoon politicon (mahluk sosial yang hidup bermasyarakat)” demikian kata
Aristoteles. Dalam kehidupannya manusia senantiasa berkomunikasi satu dengan lainnya. Tidak
ada satupun kegiatan sehari-hari yang terlepas dari interaksi dan komunikasi antar seorang
dengan lainnya. Kegiatan berkomunikasi ini telah berlangsung sejak dahulu kala, baik pada suku-
suku atau bangsa-bangsa yang telah maju hingga ke masyarakat yang paling primitif.
Dalam khasanah ilmu komunikasi, selain ketrampilan berbicara, ketrampilan
mengemukaan ide, gagasan atau pikiran secara tertulis akan menentukan keberhasilan kita dalam
berkomunikasi, apapun profesi kita. Menulis merupakan bagian dari komunikasi non verbal.
Seorang anak sejak lahir telah mempunyai naluri untuk menulis. Hal ini dibuktikan dengan
kemampuannya membuat ”coret-coretan” walau tanpa makna. Kemampuannya kian meningkat
sesuai dengan peningkatan usia dan stimulus (rangsang) untuk menuangkan ide, pikiran dan
perasaannya. Ia tidak peduli dengan media yang tersedia, mulai dari kertas, majalah, tembok, ubin
dan sebagainya. Seorang yang akan meninggalpun sering tak lupa menulis “surat wasiat” yang
merupakan karya tulisnya yang terakhir. Kegiatan tulis menulis ini senantiasa dilakukan oleh
siapapun, apapun profesinya, mulai dari ibu rumah tangga, anak sekolah, guru/dosen, peneliti,
dokter, pegawai, hingga presiden.
Seorang penulis produktif yang juga seorang muballigh yakni KH. Isa Anshary dalam
bukunya “Mujahid Dakwah” (1995) melukiskan betapa hebatnya pengaruh tulisan. Ia
mengatakan bahwa revolusi-revolusi besar di dunia, selalu didahului oleh jejak pena dari seorang
penulis. Revolusi Perancis bergerak di bawah cahaya pikiran dan cetusan pandangan yang dirintis
oleh JJ. Rousseu dan Montesquieu. Revolusi Amerika dibimbing oleh Declaration of
Independence. Nazi Jerman bergerak dibawah petunjuk buku Mein Kamft buah tangan Adolf
Hitler. Kemerdekaan Indonesia juga didahului oleh pemikiran-pemikiran revolusioner dari Bung
Karno, Hatta, Syahril dll.
Dalam agama Islam kemampuan untuk membaca dan menulis telah diperintahkan oleh
Allah SWT sejak awal wahyu diturunkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW, sebagaimana
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
1
yang tertulis di dalam surat Al ‘Alaq (96) ayat 1-5: “ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan kamu ……” Islam tersebar luas diseluruh dunia, selain dari bimbingan dan
keteladanan Rasullah SAW, juga didukung oleh adanya Mushaf Al-qur’an dan kitab-kitab Hadist
serta karya tulis yang menerangkan tentang Islam yang dilakukan oleh para Sahabat, Tabiin,
Imam-imam besar, Ahli Hadist dan para ulama lainnya. Umar Ibnu Khattab r.a merupakan
sahabat yang pertama kali mencetuskan ide untuk mengumpulkan dan menulis kembali semua
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang tersebar di pelepah daun korma, tulang-tulang, dan lain-lainnya
ke dalam satu buku yang dikenal sebagai Mushaf. Beliau mengemukakan hal ini kepada Khalifah
Abu Bakar As-shiddiq r.a berkaitan dengan banyaknya sahabat yang gugur dalam peperangan
mempertahankan agama Islam ketika itu. Setelah melewati diskusi yang panjang dan atas
petunjuk Allah SWT akhirnya ide tersebut disetujui oleh khalifah. Mushaf ini baru selesai
dikerjakan setelah Khalifah Umar meninggal dunia yaitu pada zaman khalifah Ustman bin Affan
r.a.
Pentingnya kegiatan menulis inipun kian dirasakan pada saat ini, pada saat kita memasuki
peradaban yang dikenal dengan masyarakat informasi. Istilah yang dikemukan oleh Alvin
Toeffler dan John Naisbitt ini bertujuan untuk menggambarkan wujud peradaban manusia yang
berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi, yang merupakan kelanjutan dari peradaban
masyarakat industri. Salah satu contohnya adalah kehadiran internet.
Menurut Naisbitt selain ditandai dengan makin besarnya peranan teknologi komunikasi dan
informasi di berbagai bidang kehidupan manusia, masyarakat informasi yang merupakan
perkembangan dari masyarakat industri itu ditandai dengan budaya masyarakat yang lebih
intensif dengan kegiatan membaca dan menulis. Kedua kebiasaan inilah yang mencirikan tingkat
kemajuan sekaligus berperanan besar sebagai pendorong kemajuan suatu bangsa, seperti yang
dicontohkan oleh Jepang.
Tulisan di bawah ini menguraikan seluk beluk motivasi untuk menulis, kiat agar produktif
menulis, darimana kita harus menulis, pemanasan sebelum menulis dan sebab-sebab kegagalan
menulis.
APA ITU MENULIS ?
Secara sederhana menulis dapat dikatakan sebagai suatu proses penuangan hasil pemikiran,
hasil penelitian, dokumentasi peristiwa, informasi dan perasaan dalam bentuk tulisan guna
mencapai tujuan tertentu. Tulisan adalah media komunikasi yang banyak digunakan untuk
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
2
berhubungan dengan khalayak massa yang besar jumlahnya dan tersebar di mana-mana. Media
merupakan perpanjangan lidah sang komunikator kepada masyarakat pembaca.
Disamping hal-hal tersebut di atas tulisan ibarat sebuah “Bank Memori” yang berguna
untuk mengatasi kelemahan daya ingat seseorang, terutama untuk mengingat peristiwa yang
terjadi di masa lampau maupun gagasan dan ide yang pernah dilontarkan tentang pemecahan
suatu masalah.
MENGAPA KITA HARUS MENULIS ?
Kebiasaan menulis bisa diartikan secara sederhana yaitu sekedar menuangkan informasi
atau pesan dari bahasa lisan ke bahasa tertulis. Namun bisa juga diartikan secara luas kalau kita
melihat dari sudut pandang komunikasi, bahwa apa yang kita tuangkan dalam bentuk tulisan
pastilah mempunyai maksud atau motivasi tertentu. Secara garis besar tujuan menulis dapat
dibagi menjadi 4 macam yaitu
1. Menginformasikan
2. Mendidik
3. Membujuk
4. Menghibur
Tujuan yang pertama dan paling utama dari menulis adalah menginformasikan segala
sesuatu baik berupa fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap
fakta, data dan peristiwa tersebut agar kalangan pembaca memperoleh pengetahuan dan
pemahaman baru tentang hal yang terdapat maupun yang terjadi. Kesadaran manusia untuk
menginformasikan berbagai fakta dan peristiwa telah menjadi bagian penting sejarah peradaban
manusia. Kita dapat mengetahui peristiwa atau hal –hal yang terjadi dimasa lalu karena adanya
prasasti-prasasti yang ditinggalkan sebagai jejak sejarah. Dalam peradaban modern, pengetahuan
maupun penemuan baru selalu diketahui masyarakat melalui bermacam-macam publikasi baik
berupa jurnal ilmiah maupun majalah dan surat kabar. Selain itu hal-hal tersebut juga bisa ketahui
lewat pemberitaan media massa cetak atau tulisan-tulisan di jaringan internet.
Mendidik merupakan salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Lewat tulisan
pengetahuan dan wawasan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada
akhirnya diharapkan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut. Perilaku seseorang
sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan sikap mental seseorang. Hal ini tidak cukup
hanya diperoleh melalui sekolah-sekolah formal ataupun kursus-kursus. Tidak pula cukup hanya
diperoleh dari pergaulan sosial, baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan sosial yang lebih
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
3
luas. Tulisan biasanya didukung dengan data-data dan informasi yang telah teruji kebenarannya,
sehingga orang akan lebih percaya informasi yang tertulis dibandingkan informasi yang
disampaikan secara lisan.
Menulis tidak hanya bertujuan untuk menginformasikan dan mendidik saja, tetapi ia juga
mengharapkan pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung hal-hal
yang ditulis atau diuraikan. Sebelum sampai pada tujuan tersebut seorang penulis harus mampu
membujuk dan menyakinkan pembaca akan ide-ide atau gagasan yang dikemukakannya dengan
menggunakan bahasa yang persuasif dan tidak agitatif. Fungsi persuasi akan dapat berhasil bila
penulis mampu menyajikannya dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah
dicerna.
Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi bukan hanya monopoli media massa radio
dan televisi saja, namun media cetak dapat pula berperan menghibur pembacanya. Tulisan-tulisan
atau bacaan yang kaya akan anekdot, cerita dan pengalaman yang lucu dapat menjadi pelipur lara
atau pelepas ketegangan sesat setelah penat bekerja seharian. Bagi seorang penulis yang piawai,
walaupun persoalan yang dikemukan dalam tulisannya menyangkut hal-hal yang pelik dan
sensitif tetapi ia masih mempunyai celah dan cara bagaimana agar penyajiannya tetap
menyejukkan kalbu dan perasaan pembaca, bukan sebaliknya malah membakar emosi pembaca.
TUJUH HAL PENGGAIRAH DALAM MENULIS
Sepotong kalimat puitis, sebaris kata bijak, sepenggal cerita, sealinea biografi, atau sedikit
keuntungan rupiah dapat menjadi penggairah untuk menulis. Dalam menulis diperlukan adanya
ketekunan. Para penulis senior biasanya membeberkan banyak keuntungan yang bisa diraih dari
olah tulisnya. Gairah menulis harus terus dipompa, proses kreativitas harus tetap menyala dan
goresan pena harus terus diasah. The Liang Gie memaparkan ada 6 nilai manfaat yang diperoleh
oleh penulis yaitu
1. nilai kecerdasan
2. nilai kependidikan
3. nilai kejiwaan
4. nilai kemasyarakatan
5. nilai keuangan
6. nilai kefilsafatan.
Ada 7 upaya agar semangat mengolah tulisan makin bergairah yaitu
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
4
1. Membaca karya penulis besar
“Di belakang tiap kata berdiri suatu dunia, tiap orang yang menggunakan kata harus
menyadari bahwa ia menggoyang dunia” demikian Heinrich Boll menulis. Membaca karya-karya
penulis besar merupakan salah satu yang dapat meningkatkan gairah menulis. Untuk itu
kegemaran membaca harus ditingkatkan. Membaca merupakan bagian yang sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan dan penalaran serta dapat merubah perilaku dan menambah semangat
seseorang untuk melakukan sesuatu. Bukankah seorang anak kecil yang selesai membaca kisah
tentang seorang jagoan yang membela kebenaran akan berusaha untuk menirunya?
Islam menyuruh umatnya untuk senantiasa mau dan gemar membaca, seperti yang tertera
dalam firman Allah SWT dalam surat Al’Alaq ayat 1: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan”. Banyak kejadian-kejadian besar di dunia ini berawal dari tulisan penulis besar,
seperti revolusi Perancis yang bergerak di bawah pemikiran pandangan yang dirintis oleh JJ.
Rousseu dan Montesquieu, revolusi Amerika yang dibimbing oleh oleh Declaration of
Independece, Nazi yang bergerak dibawah petunjuk buku Mein Kamft buah tangan Adolf Hitler
hingga kemerdekaan Indonesia yang juga didahului oleh pemikiran-pemikiran revolusioner dari
Bung Karno, Hatta, Syahril dll.
2. Menulis merupakan bagian dari proses penyembuhan
Dalam tulisan seorang penulis dapat mengemukakan gagasan-gagasan atau ide-idenya
untuk merubah sesuatu yang menurutnya tidak baik menjadi lebih baik. Lewat goresan penanya
banyak penulis ikut berperan dalam setiap perubahan yang terjadi diseluruh dunia. Penulis bebas
menuangkan gagasan atau ide-idenya dalam tulisan asalkan sesuai dengan tata krama penulisan.
Dengan menuangkan dalam tulisan seorang penulis menjadi “lega” perasaannya karena hal yang
disimpannya dapat dikemukakan kepada para pembaca.
3. Honor
Tak dapat dipungkiri bahwa honor merupakan salah satu faktor penggairah untuk menulis.
Tetapi harus diingat bahwa honor bukanlah segalanya. Jangan putus asa dan marah bila honor
yang kita terima dari suatu tulisan tidak sesuai dengan harapan kita. Tetapi jadikanlah honor itu
sebagai salah satu faktor pendorong untuk terus berkarya. Masih banyak faktor lainnya yang
dapat meningkatkan kepuasan menjadi penulis seperti popularitas dan sebagainya. Seperti kata
orang Betawi “Biar tekor asal kesohor”.
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
5
Meskipun honor penulis di Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan diluar negeri, tetapi
Insya Allah di tahun mendatang akan kian meningkat seiring dengan makin pesat dan maraknya
usaha penerbitan di Indonesia.
4. Shadaqoh Ilmu
Budayawan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) dalam “Tadarrus Budaya”nya
mengatakan begini, seorang faqih bisa mendekati Allah dengan amal ibadah legal formalnya,
seorang seniman bisa mendekati Allah dengan karya seninya dan seorang sastrawan bisa
mendekati Allah dengan karya sastranya.
Seorang penulis bisa menularkan ilmunya yang berguna bagi kemaslahatan umat lewat
tulisannya. Ilmu yang bermanfaat merupakan amal jariah yang tak akan putus pahalanya
walaupun sang penulis sudah meninggal dunia, sebagaimana Hadist Rasullah SAW yang
mengatakan bahwa ada 3 amalan yang tak putus pahalanya walaupun seseorang tersebut telah
meninggal dunia yaitu harta yang dijariahkan, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh.
Di lain Hadist Rasullah SAW menyatakan “Sampaikanlah kebenaran itu walaupun pahit”.
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. mengatakan “Perhatikan olehmu apa yang dikatakan oleh
seseorang dan jangan perhatikan siapa yang berkata”.
Allah memberikan pahala-Nya kepada orang yang berbuat kebajikan. Semakin banyak ilmu
yang kita sebarkan, Insya Alah makin tambah banyaklah manfaat yang diperoleh pembaca dan
tentu makin banyak juga pahala yang kita terima. Renungkanlah !
5. Sebagai Warisan yang membanggakan
“Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading” begitulah kata
pepatah. Bagi seorang penulis tiada ada hal yang paling memuaskan selain dapat meninggalkan
warisan tulisan yang tak lekang dimakan zaman dan tak usang ditelan masa. Bukankah hal ini
jauh lebih baik daripada warisan tanah, rumah atau mobil yang akan hilang bila sang ahli waris
tak pandai menjaganya? Apa yang kita tulis hari ini akan menjadi prasasti untuk keturunan kita di
kemudian hari.
Warisan dalam tulisan punya nilai yang sangat membanggakan dan dapat membantu
anak-anak dan generasi setelah kita untuk mempertahankan sejumlah nilai-nilai luhur yang telah
kita kerjakan, sekaligus sebagai bahan untuk menggali potensi yang ada.
6. Menyadari bahwa manusia itu mahluk penulis
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
6
Menurut Emerson “Manusia pada hakikatnya adalah penulis, apa yang ia lihat atau alami,
ia jadikan pola. Ia percaya apa yang dapat dipikir akan dapat pula ditulis. Lambat atau cepat.
Dalam tiap pembicaraan, dalam tiap bencana, dalam tiap peristiwa, dalam tiap perjalanan, ia
dapatkan bahan baru untuk tulisannya atau karangannya.” Perkataan ini mampu mendorong kita
untuk mulai menulis. Menulislah dari apa yang kita rasakan, harapkan dan renungkan, bukan
mengadalkan sesuatu yang berada diluar diri kita. Setelah kita mulai menulis, barulah kita
lengkapi tulisan itu dengan data-data atau fakta dan lain sebagainya.
7. Setiap gaya tulisan ada penggemarnya
Sesuai dengan kata pepatah “ Apa yang jatuh dibumi ini pasti ada yang memungutnya”,
demikian juga dengan tulisan, apapun yang kita tulis, pasti ada saja orang yang ingin
membacanya. Oleh karena itu jangan ragu-ragu dalam menulis. Tidak usah kita meniru gaya
tulisan orang lain, mulailah dengan gaya kita sendiri. Kita dapat belajar dari gaya tulisan orang
lain tetapi kita harus mempunyai pola atau gaya tulisan kita sendiri.
TUJUH KIAT AGAR PRODUKTIF MENULIS
Penulis yang produktif adalah penulis yang menghasilkan tulisan terus menerus hingga
menghasilkan banyak tulisan, lepas dari apakah tulisan tersebut sudah dimuat atau belum. “ Pisau
akan tajam bila diasah terus menerus”, “lancar kaji karena diulang, lancar jalan karena di turut”
begitulah peribahasa menasehati kita. Untuk menjadi penulis yang produktif ada beberapa hal
yang dapat digunakan
1. Waktu khusus
Seorang penulis harus mempunyai waktu khusus untuk menulis. Ia harus meluangkan
waktu untuk membaca, bercengkerama dengan ide-ide yang telah ditemukan dan berupaya
menggali ide-ide baru. Tanpa ini mustahil kita dapat menulis dengan baik. Jangan menulis dalam
kondisi tergesa-gesa karena hasilnya tidak akan maksimal.
Setiap penulis mempunyai waktu tertentu yang paling menyenangkan untuk dirinya untuk
menulis. Ada yang suka menulis di pagi hari seperti cerpenis Eudora Welty, Yusuf Abdullah Puar
dan sebagainya. Norah Lofsah, seorang penulis roman sejarah biasanya menulis setiap jam 09.00-
13.00. Taylor Caldwell pengarang belasan novel biasa membuat tulisannnya ditengah malam
hingga dini hari. Demikianlah setiap penulis mempunyai waktu “favorit” nya masing-masing
untuk menulis.
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
7
2. Jangan dengar omongan asbun
Jangan dengar komentar orang yang berbicara miring tentang tulisan kita, tetapi ambilah
sebagai masukan untuk meningkatkan mutu tulisan kita selanjutnya. Jadikanlah kritikan dan
omongan miring tersebut sebagai cambuk bagi kita untuk terus menulis.
Jangan pendam ide-ide atau gagasan yang kita dapatkan di dalam laci memori kita,
walaupun ide yang kita dapatkan itu bertentangan dengan pendapat orang pada masanya.
Bukankah banyak ide, gagasan atau teori yang dinyatakan tidak benar atau salah pada satu masa,
ternyata dipakai pada masa berikutnya? Pendapat bahwa bumi bundar dan janin berasal dari
pertemuan ovum dan sperma yang ditentang pada permulaan abad masehi ternyata benar dan
dipakai beberapa abad kemudian, membuktikan bahwa tidak ada yang kebenaran yang absolut
pada ide atau gagasan manusia. Kebenaran yang absolut hanyalah milik Allah SWT. Sepanjang
pendapat atau ide itu tidak bertentangan dengan ajaran agama, kita bebas mengemukakannya.
3. Terus memotivasi diri
“Motivasi tidak boleh mati, selagi hidup masih diberi”, demikian kata orang bijak. Jangan
sampai keinginan dan semangat untuk menulis hanya muncul pada saat mengikuti training
tentang penulisan, tetapi kemudian menjadi surut setelah training usai.
Banyak penulis besar merangkak dari bawah untuk menuju kesuksesan. Benar harus kita
akui bahwa dengan adanya bakat alami, suatu pekerjaan akan lebih cepat selesai, tetapi yakinlah
modal semangat tinggi dapat melahirkan puluhan bakat dan melahirkan karya. Thomas Alfa
Edison menguraikan kesuksesan diraih dari 1% inspirasi dan sisanya 99% merupakan hasil
perasan keringat. Kemauan untuk kerja keras dan pantang menyerah harus terus digelorakan, bila
kita ingin maju.
4. Sebagai Ibadah
Setiap amalan baik yang kita lakukan dapat bernilai ibadah asalkan pekerjaan itu kita
niatkan karena Allah dan pekerjaan itu bukan pekerjaan yang dilarang oleh Alah SWT. Menulis
merupakan proses untuk menularkan dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat yang kita miliki
kepada masyarakat luas. Dengan cara ini kita ikut menunjang proses pembelajaran dalam
masyarakat. Bukankah menuntut ilmu disuruh dalam agama? Bukankah memberikan ilmu yang
bermanfaat itu merupakan amalan yang pahalanya tidak dibatasi oleh dinding kematian?
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
8
Dengan keyakinan tersebut Insya Allah semangat kita akan terus terpompa untuk membuat
banyak tulisan yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
5. Bank Ide
Sering ide yang melintas dalam benak kita begitu banyaknya, sehingga kita tidak sanggup
untuk menulis semuanya dalam waktu yang bersamaan. Untuk itu perlu kita buat “Bank Ide”
yang menampung ide-ide yang kita temukan dalam sebuah buku. Ide-ide yang terdapat dalam
bank ide tersebut kelak dapat kita pakai manakala kita hendak menulis lagi atau pada saat kita
kekeringan ide. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar ide itu tidak “expired”. Ide-ide
yang berkaitan dengan masalah yang sedang “Hot” sebaiknya kita dahulukan penulisannya.
6. Temukan banyak gaya menulis
Bermacam-macam gaya tulisan dapat kita gunakan agar tidak “bosan”, walaupun ada gaya
“favorit” yang menjadi kekhasan tulisan kita. Tentulah gaya yang kita pakai harus disesuaikan
dengan tema Tulsan yang kita tuangkan. Bermacam-macam gaya menulis yang dapat dipakai
antara lain adalah gaya humoris, romantis, religius, puitis, garang, ilmiah dan sebagainya.
Untuk memperluas wawasan tentang gaya tulisan tentulah kita harus banyak membaca
buku-buku, jurnal, tulisan dan sebagainya. Gaya tulisan kita yang terbentuk sering dipengaruhi
oleh apa yang kita baca. Stephen Krashen (2003) aktivis peneliti bahasa memaparkan “kekhasan
atau kebiasaan menulis bukan dibentuk oleh aktivitas menulis, melainkan oleh aktivitas
membaca”.
7. Berusaha professional dalam menulis
Menulis harus dilakukan secara professional artinya dikerjakan dengan sungguh-sungguh
dan berusaha melakukan yang terbaik, dilakukan secara kontinu dan tidak ditunda-tunda. Dalam
menulis juga harus dibuat tahapan dan target yang hendak dicapai.
TUJUH KIAT PEMANASAN SEBELUM MENULIS
Ketika kita hendak membuat suatu tulisan sering mengalami kemandegan, padahal
keinginan untuk menulis telah menggebu-gebu. Ibarat sebuah mobil, sebelum dijalankan ia
membutuhkan suatu pemanasan. Sering kali kita memerlukan adanya suatu pemanasan sebelum
menulis. Hal ini seringkali dialami oleh penulis pemula. Kadang-kadang kita kurang percaya diri
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
9
dalam menulis. Untuk mengatasi hambatan ini ada 7 kiat yang dapat dilakukan sebagai
“pemanasan” sebelum menulis
1. Membaca buku biografi
Dalam riwayat tokoh-tokoh besar yang karya atau tulisannya diakui dunia kita dapat
menemukan banyak kisah sebagai obat untuk menghilangkan kemalasan dan memacu semangat
untuk menulis. Dengan tambahan semangat ini kemauan untuk menulis semakin tinggi sehingga
diharapkan kita dapat mulai menuliskan dengan lebih “lepas” dan lancar. Membaca buku biografi
dapat memompa semangat dari luar diri kita
2. Membuka buku harian
Jika membaca buku biografi dapat memompa semangat dari luar maka membaca catatan
harian dapat memompa semangat dari dalam diri kita. Banyak hal yang tertulis di dalam buku
harian baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Dari catatan harian kita bisa
mendapatkan hikmah bahwa kerja keras amat diperlukan untuk mencapai suatu cita-cita.
3. Pergi ketempat sunyi
Dalam suasana yang hening dan sunyi, biasanya manusia dapat berpikir lebih jernih dan
realistis. Selain itu keheningan juga dapat menstimulus timbulnya ide atau gagasan yang akan
ditulis. Selain itu tinggal dalam suasan yang hening dan santai juga akan meningkatkan
konsentrasi kita dalam menulis, tanpa terganggu oleh hal-hal yang lain atau rutinitas. Banyak
penulis besar menyelesaikan tulisannya dalam kesuasana yang santai di suatu tempat yang sunyi.
4. Shalat
Kebuntuan dalam menulis merupakan hantu yang paling menakutkan bagi penulis. Jangan
hanya mengandalkan syariat (usaha lahiriah) saja, tetapi doa sangat diperlukan untuk suksesnya
suatu rencana, demikian ungkap Aa Gym (KH. Abdullah Gymnastiar).
Kemampuan manusia sangat terbatas, termasuk juga dalam urusan menulis. Jangan segan-
segan untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam menulis dan
menuangkan ide-ide atau gagasan. Kita dapat melakukan shalat hajat yaitu sholat untuk memohon
petunjuk dan bimbingan Allah SWT dalam menulis. Imam Bukhari, penulis kitab Hadist Al-
Djami’us Shahih atau Shahih Bukhari yang masyhur itu senantiasa melakukan sholat sebelum
beliau menuliskan hadist-hadist yang beliau kumpulkan dan dapatkan.
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
10
5. Ngobrol seperlunya
Ide bisa datang dari siapa saja. Ketika hendak menulis kita dapat menggali ide dengan cara
berbincang-bincang dengan orang yang dapat diajak bicara mengenai masalah yang hendak kita
tulis. Kita dapat bertanya dari mereka itu dari berbagai sudut pandang sehingga akan didapatkan
banyak masukan yang sangat berguna sebagai bahan untuk tulisan kita. Masukan-masukan yang
kita dapatkan sebaiknya ditulis sehingga dapat menjadi bahan penguat atau menambah tulisan
kita. Manfaatkan pengalaman orang yang kita ajak berbincang-bincang. Percakapan bisa
dilakukan lewat tatap muka secara langsung, lewat telepon atau lewat internet.
6. Membayangkan ketika tulisan dimuat
Sebelum kita mulai menulis boleh juga kita membayangkan saat-saat tulisan kita dimuat.
Kita dapat membayangkan suatu kepuasan dan kesenangan tersendiri saat tulisan kita dimuat.
Dengan mengkhayal ini diharapkan semangat kita untuk menulis dapat meningkat dan sumbatan
yang ada dalam menulis dapat dicairkan. Tetapi khayalan yang indah itu harus dibarengi dengan
kerja keras, sehingga khayalan dapat diwujudkan secara nyata dan buka hanya tinggal dalam
angan-angan belaka.
7. Membaca tulisan yang tertunda
Membaca tulisan yang belum rampung dapat merupakan bagian jembatan penghubung
dengan alinea-alinea berikutnyayang justru belum terbayangkan sebelumnya.
Membaca ulang tulisan yang tertunda dapat menguatkan dan mempertajam analisa.
Disamping itu membaca ulang juga dapat meningkatkan semangat untuk meneruskan membuat
tulisan tersebut.
DARI MANA KITA MENULIS ?
Sering kita merasa bingung, darimanakah saya harus mulai tulisan ini? Untuk menjawab
pertanyaan ini ada beberapa hal yang dapat kita pertimbangkan yaitu
1. Ide atau gagasan menulis
Keluhan yang biasanya terlontar oleh setiap orang yang ingin mulai menulis adalah
darimanakah saya harus memulai tulisan ini? Kesulitan untuk mulai menulis akan sedikit bisa
teratasi manakala kita sudah memiliki ide berupa gagasan awal yang biasanya terlintas dalam
pikiran kita. Ide memang bisa muncul begitu saja seolah tanpa sebab, tetapi umumnya ide untuk
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
11
menulis bisa timbul karena adanya “stimuli informasi” yang kita terima melalui panca indera.
Bagi seorang penulis yang kreatif ide harus terus di gali secara aktif, bukan secara pasif
menunggu sampai datangnya semacam “wangsit”. Stimuli informasi dapat kita peroleh dari mana
saja seperti media elektronik, media massa, buku, tulisan orang lain atau melihat atau mendengar
secara langsung. Ide yang akan kita tuangkan dalam bentuk tulisan seyogyanya telah lulus
“sensor” yaitu telah melalui pemikiran yang kritis tentang pantas tidaknya ide tersebut dituangkan
dalam bentuk tulisan.
2. Daya tarik tulisan
Minat seseorang untuk membaca tulisan kita terletak pada daya tarik yang ditampilkan oleh
tulisan yang bersangkutan, bukan kepada siapa yang menulis. Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a
pernah berkata “Perhatikan olehmu apa yang dikatakan seseorang, dan jangan engkau perhatikan
siapa yang berkata”. Ada beberapa unsur yang dapat dijadikan daya tarik suatu tulisan yaitu
apakah yang disampaikan itu merupakan hal yang baru, aneh atau ganjil, sedang menjadi topik
yang “hot” dan ramai dibicarakan orang serta hal-hal yang luar biasa.
3. Manfaat bagi pembaca
Tulisan bukan hanya tergantung pada dayatariknya, tetapi harus juga memberikan manfaat
bagi pembacanya. Ada 6 manfaat yang dapat dipetik dari suatu tulisan yaitu menambah
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memecahkan masalah yang dihadapi, menghibur,
menggugah rasa estetika dan menyentuh kepekaan etis.
TUJUH SEBAB KEGAGALAN DALAM MENULIS
Kegagalan merupakan hal yang tidak enak dalam bidang apapun. Ada 7 sebab kegagalan
menjadi penulis yaitu
1. Belajar teori saja
Aa gym sering mengingatkan “satu langkah bukti nyata, lebih baik dari seribu teori”. Kita
tidak akan dapat mengukir suatu karya bila hanya berhenti sampai tingkat teori saja. Banyak
jebolan perguruan tinggi dan alumnus kursus-kursus pelatihan menulis atau mengarang tetapi
tidak pernah mampu menyelesaikan barang satu judulpun tulisan. Ada sebuah pernyataan dari
pusat pendidikan di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa “semua ilmuwan adalah sama,
sampai satu diantara mereka menulis buku”.
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
12
Oleh karena itu walaupun pengetahuan kita tentang teori menulis sangat minim tidakalah
menjadi hambatan untuk mulai menulis. Sambil meningkatkan pengetahuan kita tentang dunia
tulis menulis, kita terus membuat tulisan, kita praktekkan apa yang kita telah peroleh, sehingga
pengetahuan menulis yang kita dapatkan akan dapat kita hayati dan mendarah daging, tidak cuma
terhenti hanya di tataran teori saja. Ada perkataan ulama yang mengatakan “Ilmu yang tidak
diamalkan ibarat pohon yang tiada berbuah”.
2. Ide sebatas ide
Ide yang telah kita peroleh sebaiknya secepatnya kita tuangkan dalam bentuk tulisan dan
tidak hanya sekedar ide saja. Sangat disayangkan bila kita mempunyai ide yang brillian tetapi kita
lambat untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan, sehingga ide itu akhirnya di dapatkan oleh
orang lain yang dengan cepat menuangkannya dalam bentuk tulisan. Jangan sampai ide hanya
tinggal bunga-bunga khayalan saja.
3. Menulis yang tidak disukai
Apa yang kita hendak tulis sebaiknya merupakan masalah yang kita pahami dan tekuni.
Jangan sampai cuma karena ingin gagah –gagahan kita membuat satu tulisan yang sebenarnya
tidak kita kuasai, akibatnya kita membuat tulisan tersebut secara asal-asalan.
4. Cepat puas
Sudah menjadi tabiat manusia untuk menjadi cepat puas manakala ia mendapat kesuksesan.
Rasa cepat puas ini harus disingkirkan jauh-jauh bila kita ingin menjadi penulis yang produktif.
Tulisan yang berhasil dipublikasikan sebaiknya lebih memacu semangat kita untuk terus berkarya
dan menulis sebanyak-banyaknya dengan mutu yang makin baik.
5. Ingin cepat popular
Ingin cepat menjadi popular merupakan penyakit yang berbahaya untuk penulis. Menulis
bukanlah jalan pintas untuk menjadi popular. Tujuan untuk cepat menjadi popular harus kita
singkirkan, karena akan menjadikan diri kita menjadi tertekan, yang pada gilirannya justru akan
menghambat proses penyelesaian tulisan itu sendiri. Untuk meraih popularitas perlu waktu
panjang. Penulis yang tidak tahan proses, jelas akan gagal.
6. Macet terjebak honor
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
13
Jangan sebab tulisan kita dihargai rendah dan amplop yang diterima tipis kita lalu menjadi
mogok untuk menulis. Hal ini biasanya merupakan hal yang dialami oleh banyak penulis
pemula. Banyak penulis besar yang memulai usahanya dari nol dan dihargai murah tetapi lama-
lama ia berhasil dan akhirnya mendapatkan bayaran yang ia inginkan. Harus diingat bahwa honor
bukanlah tujuan akhir kita menulis.
7. Bangga dengan kelemahan sendiri
Banyak orang yang bangga akan kelemahannya hingga tidak punya rasa percaya diri dalam
menulis. Kita harus yakin sejelek apapun tulisan kita pastilah akan ada yang mau membacanya.
PENUTUP
Sebagai akhir dari makalah ini marilah kita merenungi ucapan salah satu Sahabat Rasulullah
SAW yaitu Ibnu Mas’ud r.a yang mengatakan “Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan
engakau akan hidup selamanya, tetapi bekerjalah kamu untuk akhirat kamu seolah-olah engkau
akan mati esok pagi”. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa “tulisan bukanlah goresan pena
semata, tetapi ia merupakan pembuka jendela dunia”. Menulis bukanlah suatu hal yang luar biasa
tetapi ia dapat menjadi media bagi kita menggapai dunia.
RUJUKAN
1. Al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen Agama RI
2. Ebo AK. Menulis Enggak Perlu Bakat. 2005 Mandar Utama Tiga, Jakarta
3. Hadiyanto, 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis, PT Fikahati Aneksa, Jakarta
4. Hamidy Z dan Thaha N, 1969. Terjemah Shahih Bukhari, Widjaya Jakarta
5. Sumuranje L.N., 2005. Rahasia Sukses Penulis Sukses, Mujahid Press Bandung
6. Sudiati V., dan Widyamarta, 2005 Pustaka Widyatama, Jogyakarta
7. Tartono St. 2005. Menulis di Media Massa Gampang! Pustaka Nusatama
_____________________________________________________________________________________Disampaikana pada Workshop Penulisan Makalah Ilmiah 2005, Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia (FSI-SMFKUI), Ruang Anatomi FKUI Sabtu 17 September 2005
14