fungsi sel darah putih

18
Dalam istilah kedokteran sel darah putih disebut leukosit . Sel darah putih adalah salah satu komponen pembentuk darah yang berada pada di setiap manusia. Di dalam darah kita terdapat beberapa komponen yang membentuk aliran darah yaitu air, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Dalam setiap komponen ini memberikan fungsinya tersendiri. Pada fungsi sel darah putih ini berperan dalam membantu tubuh dalam melawan berbagai penyakit infeksi virus penyakit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit dalam sistem peredaran darah manusia, tidak berasosiasi terhadap salah satu organ atau jaringan tertentu namun bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Bekerja dengan melakukan interaksi untuk menangkap partikel asing, serpihan seluler, mikroorganisme penyusup pada jaringan tubuh. Secara normal sel darah putih terkandung dalam darah antara 4 x 109 sampai 11×109 setiap satu liter darah manusia dewasa yang sehat, bisa diperkirakan sekitar 7000-25000 sel per tetes darah, dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit). Sehingga dalam setiap milimeter kubik darah memiliki kandungan rata-rata 8000 sel darah putih. Kelainan sel darah putih ini bisa terjadi karena kadar sel darah putih yang kurang dari batas normal atau melebihi seperti pada penyakit leukimia. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler atau diapedesis. Leukosit tidak memiliki kemampuan untuk membelah diri untuk memperbanyak dirinya namun, leukosit adalah hasil dari produksi sel punca hematopoietic pluripotent yang berada di sumsum tulang. Jenis-jenis Sel Darah Putih Leukosit memiliki beberapa bentuk yang bervariasi dan mempunyai ukuran yang lebih besar dari eritrosit (sel darah merah). Setiap fungsi sel darah putih tersebut, memiliki bentuk dengan inti bulat

Upload: dheadiyuk

Post on 03-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fungsi sel darah

TRANSCRIPT

Dalam istilah kedokteran sel darah putih disebut leukosit . Sel darah putih adalah salah satu komponen pembentuk darah yang berada pada di setiap manusia. Di dalam darah kita terdapat beberapa komponen yang membentuk aliran darah yaitu air, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Dalam setiap komponen ini memberikan fungsinya tersendiri. Pada fungsi sel darah putih ini berperan dalam membantu tubuh dalam melawan berbagai penyakit infeksi virus penyakit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit dalam sistem peredaran darah manusia, tidak berasosiasi terhadap salah satu organ atau jaringan tertentu namun bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Bekerja dengan melakukan interaksi untuk menangkap partikel asing, serpihan seluler, mikroorganisme penyusup pada jaringan tubuh.Secara normal sel darah putih terkandung dalam darah antara 4 x 109 sampai 11109 setiap satu liter darah manusia dewasa yang sehat, bisa diperkirakan sekitar 7000-25000 sel per tetes darah, dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit). Sehingga dalam setiap milimeter kubik darah memiliki kandungan rata-rata 8000 sel darah putih. Kelainan sel darah putih ini bisa terjadi karena kadar sel darah putih yang kurang dari batas normal atau melebihi seperti pada penyakit leukimia. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler atau diapedesis. Leukosit tidak memiliki kemampuan untuk membelah diri untuk memperbanyak dirinya namun, leukosit adalah hasil dari produksi sel punca hematopoietic pluripotent yang berada di sumsum tulang. Jenis-jenis Sel Darah Putih Leukosit memiliki beberapa bentuk yang bervariasi dan mempunyai ukuran yang lebih besar dari eritrosit (sel darah merah). Setiap fungsi sel darah putih tersebut, memiliki bentuk dengan inti bulat dan cekung. Leukosit dibedakan menjadi dua berdasarkan plasmanya, yaitu : leukosit granulosit ( plasma bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil ) leukosit agranulosit ( plasma tidak bergranula = limfosit, monosit ) Pembentukan leukosit dilakukan di dalam sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikuloendotelium.

Fungsi Sel Darah Putih Fungsi sel darah putih dalam melawan gangguan virus dan bakteri dari luar tubuh ini dilihat dari mikroskop, ketika dapat dijumpai sebanyak sekitar 20 mikroorganisme dapat di telan leukosit, oleh sebutir granulosit. Peranan penting Granulosit dan Monosit memberikan perlindungan dengan sifatnya sebagai fagosit (fago- memakan). Sehingga akan memakan bakteria hidup yang masuk dalam sistem peredaran darah. Keleluasaan bergerak secara amuboidnya ini, membuatnya dapat berjalan mengitari seluruh bagian tubuh dan dapat keluar pembuluh darah. Mengepung daerah yang telang terinfeksi atau cidera Menangkap organisme asing yang hidup dan menghancurkannya Menyingkirkan bahan tidak berguna, seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya Lalu sebagai granulosit mempunyai enzim yang memecah protein dan memungkinkan untuk merusak jaringan hidup dan membuangnya. Pada jaringan yang rusak atau terluka dapat dibuang dan memungkinkan untuk penyembuhan fagostik yang berhasil akan membuat peradangan terhenti Tapi jika tidak berhasil sempurna, akan membentuk nanah dari fagosit yang mati Kemudian akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

Fungsi dan Macam-macam Sel Darah Putih (Leukosit)- Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau memakan). Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah, cobalah Anda perhatikan Gambar

sel darah putih Salah satu sel darah putih Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler. Macam-macam Sel Darah Putih (Leukosit) Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit). a) Agranulosit Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki satu inti sel. Limfosit berfungsi dalam membentuk antibodi. Limfosit berukuran antara 814 mikrometer. Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu 1419 mikrometer. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal. Limfosit terdiri atas satu keluarga sel-sel berbentuk sferis dengan karakteristik morfologi yang sama. Limfosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang berbeda (penanda) yang dapat dikenali dengan cara imunositokimia. Limfosit juga memiliki peranan fungsional yang berbeda, yang semuanya berhubungan dengan reaksi imunitas dalam bertahan terhadap serangan mikroorganisme, makromolekul asing dan sel-sel kanker. Limfosit dengan garis tengah 6-8 um dikenal sebagai limfosit kecil. Di dalam peredaran darah terdapat sedikit limfosit sedang dan limfosit besar dengan garis tengan sampai 18 um. Perbedaan ini mempunyai arti fungsional karena limfosit yang lebih besar diduga adalah sel yang telah diaktifkan oleh antigen spesifik. Sel ini akan berkembang menjadi limfosit T atau B efektif. Limfosit kecil, yang mendominasi dalam darah memiliki inti sferis, kadang-kadang berlekuk. Kromatinnya padat dan tampak sebagai gumpalan kasar, sehingga inti ini terlihat gelap pada sajian biasa, suatu ciri yang memudahkan pengenalan limfosit. Pada sediaan apus darah, anak inti limfosit tidak terlihat, namun dapat diperlihatkan dengan teknik pewarnaan khusus dan dengan mikroskop elektron. Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit, dan pada sediaan apus darah tampak sebagai tepian tipis di sekitar inti. Limfosit kecil sedikit basofilik, berwarna biru muda pada sediaan berwarna. Limfosit kecil mungkin mengandung granulo azurofilik. Sitoplasma limfosit kecil memiliki beberapa mitokondria dan sebuah kompleks golgi kecil yang berhubungan dengan sepasang sentriol; sitoplasma mengandung banyak poliribosom bebas. Jangka hidup limfosit bervariasi; ada yang hanya hidup beberapa hari sedangkan yang lain tahan hidup dalam sirkulasi darah bertahun-tahun. Pembagian fungamental limfosit dalam 2 golongan dapat dilakukan berdasarkan tempat diferensiasi limfosit dan adanya protein membran integral tersendiri. Sel prekursor muncul dalam sumsum tulang pada akhir kehidupan fetal, dan proliferasi lambat sel-sel ini berlanjut selama kehidupan pasca lahir. Diferensiasi menjadi sel imunokompeten terjadi dalam sumsum tulang dan dalam timus. Pada awal tahun 1960-an, eksperimen dengan embrio ayam menyingkap satu dari tempat anatomis berlangsungnya diferensiasi limfosit. Bursa Fabrikus adalah masa jaringan limfoid yang terletak dekat dengan kloaka burung. Bila jaringan ini dihancurkan dalam embrio (secara bedah atau dengan pemberian testosteron kadar tinggi), anak ayam akan hilang kemampuan menghasilkan imunoglobulin (IgM, IgG, dan lainnya). Terhadap antigen spesifik. Dengan perkataan lain, imunitas humoral suatu proses yang membutuhkan adanya imunoglobulin di dalam darah terganggu. Jumlah limfosit yang ditemukan dalam daerah tertentu dalam limfonodus dan limpa sangat menurun, mengakibatkan daerah-daerah ini disebut sebagai daerah dependen-bursa. Limfosit yang dipengaruhi disebut limfosit B atau Sel B. Pada mamalia (termasuk manusia) sudah diakui secara umum bahwa limfosit B memperoleh ciri khasnya dalam lingkungan mikro khusus dalam sumsum tulang. Eksperimen pada tikus yang baru lahir memperlihatkan bahwa pengangkatan timus mengakibatkan penurunan tajam dalam respon imun seluler respon yang memerlukan adanya sel-sel hidup berbeda dengan respon humoral yang bergantung pada imunoglobulin yang bersirkulasi. Contoh penting respon imun selular pada manusia adalah penolakan organ cangkokan, seperti kulit atau ginjal. Pada tikus yang mengalami timektomi, nodus limfatikus dan limpanya menunjukkan hilangnya limfosit pada daerah-daerah yang berbeda dengan hilangnya limfosit pada daerah yang diakibatkan pembuangan bursa fabrikus. Daerah ini disebut dependen-timus; sel-sel terkaitnya disebut limfosit T atau Sel T. Timus dan ekivalen-bursa pada mamalia (sumsum tulang) disebut organ limfoid primer atau organ limfoid sentral, dan limfosit yang berkembang dalam organ-organ ini membentuk koloni sekunder atau perifer tubuh, tempat jaringan limfoid ditemukan secara difus, bersimpai atau berbentuk organ. Dalam darah, kebanyakan limfosit (~80%) adalah sel T dengan umur sangat panjang. Sel-sel ini memiliki beberapa fungsi. Limfosit T ini dapat mengatur aktivitas sel T atau sel B lain baik secara positif (sel T helper) dan secara negatif (sel T supresor). Sel T menghasilkan beberapa faktor (limfokin) yang mempengaruhi kegiatan makrofag, seperti pergerakan makrofag menuju tempat inflamasi. Beberapa limfosit T (sel sitotoksik) menghasilkan substansi yang mematikan sel-sel lain, termasuk sel tumor, sel yang terinfeksi virus dan cangkokan asing. Persentase lebih kecil dari limfosit yang bersirkulasi (~ 15%) adalah limfosit B, yang bila mendapat rangsangan sesuai, membelah diri beberapa kali dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dalam jaringan dan menghasilkan imunoglobulin. Imunoglobulin spesifik (opsonin) menyelubungi bakteri dan penyerang lainnya, sehingga mereka lebih mudah difagositosis oleh makrofag. Akhirnya, terdapat sejumlah limfosit dalam darah (~5%) yang tidak memiliki antigen permukaan limfosit T maupun B dan disebut sel null. Sel ini kemungkinan adalah sel induk yang bersirkulasi. Baik limfosit B maupun T juga memperlihatkan peristiwa memori imunologik. Setiap limfosit disiapkan untuk memberikan respon hanya terhadap satu antigen saja. beberapa sel yang dihasilkan itu berkembang menjadi sel efektor; misalnya sebuah limfosit B akan berkembang menajdi sel plasma yang akan menghasilkan antibodi. Sel lain tetap tidak aktif (sel memori) namun disiapkan untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih hebat terhadap pertemuan berikut dengan antigen spesifik itu. Monosit Agranulosit yang berasal dari sumsum tulang ini bergaris tengah antara 12 sampai 20 um. Intinya lonjong, berbentuk tapal kuda, atau berbentuk ginjal dan umumnya terletak eksentris. Kromatinnya kurang padat dan tersusun lebih fibrilar daripada dalam limfosit (yang merupakan ciri paling tetap pada monosit). Karena penyebaran kromatin yang baik ini, inti monosit berwarna lebih pucat daripada inti limfosit besar. Sitoplasma monosit bersifat basofilik dan seringkali mengandung granula azurofilik yang sangat halus, beberapa di antaranya mendekati batas resolusi mikroskop cahaya. Granula-granula ini disebarkan ke seluruh sitoplasma, memberinya warna kelabu-biru pada pulasan berwarna. Granula-granula azurofilik dari monosit adalah lisosom. Pada mikroskop elektron, satu atau dua anak inti tampak di dalam inti, dan terlihat sedikit retikulum endoplasma kasar, poliribosom, dan banyak mitokondria kecil. Kompleks Golgi yang berperan dalam pembentukan granula lisosom terdapat dalam sitoplasma. Banyak mikrovili dan vesikel pinositotik pada permukaan sel. Monosit dijumpai dalam darah, sebagai prekursor sistem fagosit mononukleus yang baru dibentuk. Setelah menerobos dinding kapiler dan masuk dalam jaringan ikat, maka monosit berkembang menjadi makrofag. waktu paruh monosit dalam darah ialah 12-100 jam, dan tidak terdapat bukti nyata adanya resirkulasi setelah monosit memasuki jaringan ikat. Dalam jaringan ini monosit berinteraksi dengan limfosit dan berperan penting dalam pengenalan dan interaksi dari sel imunokompeten dan antigen. b) Granulosit Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil. Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun granul-granul pada eosinofil dapat menyerap zat warna yang bersifat asam. Jumlah leukosit pada manusia sekitar 5.00010.000 dalam setiap milimeter kubik darah. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah eritrosit. Limfosit biasa diproduksi di jaringan limfa dan di sumsum tulang. Leukosit hanya berumur beberapa hari saja, bahkan beberapa jam. Tabel Macam Sel Darah Putih Agranulosit

No

Agranulosit

Keterangan

1 Monosit

2 Limfosit Tidak motil, inti satu, berfungsi untuk kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang. Selain itu dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil

Tabel Macam Sel Darah Putih Granulosit

No

Granulosit

Keterangan

1 Netrofil Bersifat fagosit, intinya bermacam-macam, dengan bentuk bermacam-macam pula antara lain batang, bengkok, dan bercabang-cabang. Sel-sel netrofil paling banyak dijumpai pada sel darah putih. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam dan basa beserta tampak berwarna ungu.

2 Basofil Bersifat fagosit dan cenderung berwarna biri. Warna biru ini disebabkan karena sel basofil menyerap pewarna basa

3 Eosinofil

Granulasit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap kuman-kuman penyakit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan cara ini ia dapat: 1) mengepung daerah yang terkena infeksi 2) menangkap kuman-kuman penyakit hidup 3) menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran. Macam-macam sel darah putih, yaitu (a) limfosit, (b) monosit, (c) neutrofil, (d) basofil, dan (e) eosinofil Granulosit juga mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang rusak atau terluka dapat dibuang dan memungkinkan untuk penyembuhan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, yaitu peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatan sel darah putih tersebut tidak berhasil dengan baik, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi kuman-kuman yang sudah mati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan atau kelebihan Eritrosit dan Leukosit Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989). Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989). ERITROSIT

Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak apabila terjadi perubahan dan atau pada waktu berada di daerah tinggi dengan tujuan menormalkan pengangkutan O2 ke jaringan (Sugiri, 1988). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress (Schmidt dan Nelson, 1990). Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). LEUKOSIT Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1988) menyatakan bahwa, sel darah putih berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu Umur, kondisi lingkungan dan musim. Penyakit/kelainan darah : Anemia, yaitu penyakit karena kurangnya sel darah merah. Leukimia, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi sel darah putih, penyakit ini biasanya disebut kanker darah. leucopenia,yaitu penurunan jumlah sel darah putih dalam darah. Secara umum, anemia adalah salah satu akibat dari: kekurangan darah dalam jumlah banyak kerusakan sel-sel darah merah

kekurangan bahan dasar untuk membuat sel darah merah seperti hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi

kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah yang cukup besar.

Faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi zat besi adalah: Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi

Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.

Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, luka, kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.

Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.