fungsi bahasa

31
Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 2 1.1 LATAR BELAKANG.......................................2 1.2 RUMUSAN MASALAH......................................3 1.3 TUJUAN...............................................3 BAB II 4 PEMBAHASAN 4 2.1 Mengenal Bahasa.....................................4 2.1.1 Pengertian Bahasa................................4 2.1.2 Fungsi Bahasa....................................5 2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia...........................7 2.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia......................7 2.2.2 Sejarah Bahasa Indonesia.........................8 2.2.1 Ragam Bahasa Indonesia............................12 BAB III 18 PENUTUP 18 3.1 Kesimpulan..........................................18 1

Upload: fikria-nur-r

Post on 12-Sep-2015

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Daftar Isi

2BAB I PENDAHULUAN

21.1 LATAR BELAKANG

31.2 RUMUSAN MASALAH

31.3 TUJUAN

4BAB II

4PEMBAHASAN

42.1Mengenal Bahasa

42.1.1 Pengertian Bahasa

52.1.2 Fungsi Bahasa

72.2 Kedudukan Bahasa Indonesia

72.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia

82.2.2Sejarah Bahasa Indonesia

122.2.1 Ragam Bahasa Indonesia

18BAB III

18PENUTUP

183.1 Kesimpulan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan didalam kehidupan. Tanpa mengenal bahasa mungkin antara satu individu dengan individu lainnya tidak dapat berkomunikasi. Mengingat manusia adalah manusia sosial yang tidak dapat hidup sendiri maka bahasa memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat sosialisasi. Di Indonesia sendiri terdapat begitu banyak bahasa ibu yang berasal dari berbagai suku di daerah Nusantara. Mulai dari Sabang sampai dengan Merauke. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan yaitu Bahasa Indonesia.

Dalam perkembangannya dari waktu ke waktu Bahasa mengalami perubahan. Tidak semua orang menggunakan tata cara yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang. Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pengertian Bahasa Indonesia itu?

2. Apa saja ragam Bahasa Indonesia?

3. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia di tanah air?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui, memahami dan menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tepat sebagai bahasa Nasional.

2. Menjelaskan ragam Bahasa Indonesia

3. Mengkaji kaitan perkembangan bahasa di masa lalu dan saat ini.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Mengenal Bahasa

2.1.1 Pengertian Bahasa

Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.

Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitusaja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kitaharus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkataturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yangdisebut tata bahasa.

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi nasi melambangkan konsep atau makna sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok.

2.1.2 Fungsi BahasaDi dalam kedudukannya sebagai bahsa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya senantiasa kita bina.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain.Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.

Sebagai lambang bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat berpergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di Tanah Air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.

Fungai bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalahg sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat didalam hubungan ini.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato.

Sebagai fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

Sebagai fungsinya yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah. Di dalam hubungan dengan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat penghubung antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat penghubung di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri identitasnya sendiri, yang membedakan dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.

Di samping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa. Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep.

Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional. 2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia2.2.1 Pengertian Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyakragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayahKepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan daribahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

2.2.2Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca) bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hamper di seluruh Asia Tenggara. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno ditemukan, seperti Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683, Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684, Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686, dan Prasasti Karang Brahi, Bungko, Kabupaten Merangin, Jambi tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya. Prasasti-prasasti yang juga tertulis di dalam bahasa Melayu kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti Gandasuli tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor tahun 942). Kedua prasasti di Pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu kuno pada waktu itu tidak saja dipakai di Pulau Sumatra, tetapi juga dipakai di Pulau Jawa.

Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapatlah kita kemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut:

1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra,

2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia,

3. Bahasa Melayu berfungsi bahasa perdagangan, terutama di sepanjang pantai baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia.2.2.3 Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam stuktur.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tahah Indonesia

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa per satuan, bahasa Indonesia

Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang bertebaran dan larutan yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah Republik Indonesia sekarang adalah satu kesatuan tumpah darah yang disebut Tanah Air Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah pengakuan bahwa manusia-manusia yang menempati bumi Indonesia itu juga merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia. Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan berbahasa satu, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu yang sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.

Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia

Ada empat faktor yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

2. System bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).

3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Peristiwa-peristiwa Penting yang Berkaitan Dengan Perkembangan Bahasa Melayu atau IndonesiaTahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat diperinci sebagai berikut:

1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu dikalangan masyarakat luas. Kehadiran dua novel itu dimasa kini ditoko buku menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia sudah ada dan sudah dipakai sebelum tahun 1928.

3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal 28 Oktober 1928 itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

4. Pada tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan.

5. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan kita saat itu.

6. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tabggal 28 Oktober 2 November 1954 memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa Negara itu.

7. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-2 November 1978 merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang kelima puluh ini, selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembanagn bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

8. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21-26 November 1983. Kongres uni diselenggarakan dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga Negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.2.2.1 Ragam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.

Tidak dapat kita mungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan, sebaliknya tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.

Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut :

1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang ada di depan pembicara,sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.

2. Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsure-unsur itu kadang-kadang dapat di tinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimic, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari pada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak meengharusnkan orang kedua berada didepan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanay akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susatra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2008 dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam ragam tulis.

4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.

Ragam Lisan

a. Penggunaan Bentuk Kata

(1) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.

(2) Apabila kita sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.

(3) Fotocopy ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.

b. Penggunaan Kosakata

(4) Saya sudah member tahu mereka tentang hal itu.

(5) Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.

(6) Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.

c. Penggunaan Struktur Kalimat

(7) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.

(8) Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

(9) Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

a. Mantap

Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.

b. Dinamis

Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan took tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

c. Cendekia

Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).

Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.

Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut :

(1) Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.

(2) Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.

d. Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari.

Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Demikian pula, pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, merupakan pula usaha ke arah itu.

Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.

Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam social, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan social yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam social tersendiri. Selain itu, ragam social jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan social yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam social yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam social yang lain merupakan ragam social dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.

Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam professional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa Negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan. Perhatikan contoh-contoh berikut :

Ragam Keilmuan/Teknologi

Computer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam computer dan dapat dicari kembali apabila diperlukan. Computer dapat juga mengerjakan perhitungan yang rumit dengan kecepatan yang luar biasa. Hanya dalam waktu beberapa detik computer dapat melaksanakan pekerjaan yang kalau dikerjakan oleh tenaga manusia akan memakan waktu berminggu-minggu.

Di jantung computer terkecil (yang disebut mikro computer) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan mikropropesor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang berukuran tidak lebih besar daripada kuku jari kelingking. Sebenarnya, mikropropesor itu sendiri adalah computer dan dapat dibangun menjadi berbagai jenis mesin.

Ragam Kedokteran

Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati. Dengan kurangnya zat insulin ini, metabolisme gula terganggu sehingga sebagian tidak bisa diubah menjadi bahan yang bias dibakar untuk menghasilkan tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.

Ragam Keagamaan

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya. Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam. BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

2. Fungsi bahasa adalah:

Fungsi informasi

Fungsi ekspresi diri

Fungsi adaptasi dan integrasi

Fungsi kontrol sosial

Fungsi alat komunikasi:

a. Fungsi instrumental, yaitu bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu.

b. Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan prilaku orang lain atau diri sendiri.

c. Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

d. Fungsi personal, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

e. Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapatdifungsikan untuk belajar dan menemukan sesuatu.

f. Fungsi imajinatif, yaitu bahasa dapat menciptakan dunia imajinasi.

g. Fungsi representasional, yaitu bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.

3. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 bahasa Negara ialah bahasa Indonesia

4. Ragam Bahasa Indonesia:

a. Ragam Bahasa menurut sudut pandang penutur:

Ragam daerah (logat atau dialek)

Ragam pendidikan

Bahasa baku

Bahasa tidak baku

b. Ragam bahasa menurutmedianya:

Ragam dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan

Ragam menurut sasarannya

Lisan

Tulisan

Rgam yang mengalami pencampuran

c. Ragam bahasa menurut situasi

Ragam Resmi/Formal/Ilmiah

Ragam Tidak Resmi/Informal/ Kasual

Ragam Akrab/Intim

Ragam Konsultatif

d. Ragam bahasa baku dan tidak baku

5. Sejarah Bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.

3.4 Saran

1. Kita harus dapat memahami bahasa dan fungsi bahasa.

2. Kita harus dapat memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

3. Penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

8