bahasa dan penentu makna dalam konteksselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. dari berbagai...

18
193 Jurnal Antarabangsa Persuratan Melayu (RUMPUN) International Journal of Malay Letters Jilid 4/Jan/2016, 193-210 ISSN:2289-5000 BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKS [LANGUAGE AND MEANING DETERMINATION IN THE CONTEXTS] Yakub Nasucha Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jawa Tengah, Indonesia. [email protected] ABSTRAK Bahasa merupakan sistem lambang bunyi tutur bersifat arbitrer terjadi karena konvensi dan digunakan untuk berkomunikasi (fungsi bahasa). Pengertian bahasa tersebut mengandung dua ranah, yaitu bahasa sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa selalu bervariasi tergantung pemakaiannya. Fungsi utama bahasa untuk berkomunikasi dan faktor terpenting adalah adanya kesamaan makna. Konteks dapat membedakan makna dan maksud. Namun, makna dan maksud tuturan dapat juga ada yang tidak tercantum dalam konteks. Peranan faktor penentu makna dalam konteks dapat berupa penutur, waktu, tempat, dan situasi. Unsur-unsur itulah yang berpengaruh terhadap makna konteks. Kata kunci: bahasa, konteks, dan makna. ABSTRACT Language is conventionally a system of arbitrary sound symbol and it is used as a tool for communication (function of language). Persatuan Penulis Budiman Malaysia Budiman Writers Association of Malaysia

Upload: others

Post on 24-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

193

Jurnal Antarabangsa Persuratan Melayu (RUMPUN) International Journal of Malay Letters Jilid 4/Jan/2016, 193-210 ISSN:2289-5000

BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKS [LANGUAGE AND MEANING DETERMINATION IN THE CONTEXTS]

Yakub Nasucha

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jawa Tengah, Indonesia. [email protected]

ABSTRAK

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi tutur bersifat arbitrer terjadi karena konvensi dan digunakan untuk berkomunikasi (fungsi bahasa). Pengertian bahasa tersebut mengandung dua ranah, yaitu bahasa sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa selalu bervariasi tergantung pemakaiannya. Fungsi utama bahasa untuk berkomunikasi dan faktor terpenting adalah adanya kesamaan makna. Konteks dapat membedakan makna dan maksud. Namun, makna dan maksud tuturan dapat juga ada yang tidak tercantum dalam konteks. Peranan faktor penentu makna dalam konteks dapat berupa penutur, waktu, tempat, dan situasi. Unsur-unsur itulah yang berpengaruh terhadap makna konteks. Kata kunci: bahasa, konteks, dan makna.

ABSTRACT

Language is conventionally a system of arbitrary sound symbol and it is used as a tool for communication (function of language).

Persatuan Penulis Budiman Malaysia Budiman Writers Association of Malaysia

Page 2: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

194

It can, furthermore be seen as knowledge and tool for communication. In a human’s life, it is varied in function dependent on speakers. The main function of language to communicate and the most essential factor are reflecting the same meaning. A context can differentiate meaning and purpose. But, a meaning and purpose of speech can also be reflected in a context. A meaning determinant of context can be speaker, time, place, and situation. It is the constituents that affect a meaning of context. Keywords: language, contexts, meaning PENGENALAN Manusia sebagai makhluk individu memiliki kebutuhan untuk hidup bersama dengan lainnya, maka manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan sosial, manusia membutuhkan alat untuk saling berhubungan atau berkomunikasi. Naluri untuk berhubungan ini mengandung kehendak dalam wujud buah pikiran, perasaan, dan ekspresi. Alat yang dibutuhkan dan digunakan adalah bahasa. Dalam pengertiannya bahasa merupakan sistem lambang bunyi tutur bersifat arbitrer yang terjadi karena konvensi dan digunakan untuk berkomunikasi. Pengertian bahasa tersebut mengandung dua ranah, yaitu bahasa sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai alat komunikasi. Seperti kata Hatch (1992:1), a system of arbitrary symbols used for human communication.

Setiap bahasa memiliki sistem tersendiri yang diterapkan oleh masyarakat pemakainya yang meliputi sistem bunyi, bentuk, dan makna. Bunyi /a/ akan diucapkan /e/ dan /w/ akan diucapkan /dabel yu/ dalam bahasa Inggris. Sistem bentuk kalimat aktif dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan bentuk predikat verba sebagaimana sistem dalam bahasa Arab. Subjek yang berbeda-beda akan tetap sama bentuknya ”Saya minum”. Jika subjeknya diganti menjadi kami, kamu, dan dia maka bentuk kata ”predikat” tetap minum. Dalam

Page 3: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

195

bahasa Arab bentuk kata ”predikat” akan berubah bergantung subjeknya ”Ana asyrobu”, ”Nahnu nasyrobu”, ”Anta tasyrobu”, ”Anti tasyrobiina”, dan ”Huwa yasyrobu”. Selanjutnya, sistem bentuk pengulangan bahasa Indonesia, bentuk dasarnya langsung diulang ”pintu-pintu”. Namun, pada bahasa Arab sistem langsung mengulang bentuk dasarnya tidak berlaku. Pintu yang berarti babun (Arab) tidak dapat diulang menjadi ”babun-babun” tetapi ”abwab”. Sistem bahasa Inggris menerapkan lain lagi dalam pengulangan, yaitu dengan penambahan ”s” di belakang kata ”door” menjadi ”doors”.

Sifat arbitrer (mana suka) dan terjadinya karena konvensi (kebiasaan) berlaku pada semua bahasa di dunia. Semuanya bermuara kepada kesepakatan masyarakat pemakainya atau antara penutur dengan mitratutur. Masyarakat Indonesia sepakat bahwa benda cair yang mengalir di sungai dinamakan air. Penutur Inggris menamakan water, dalam bahasa Arab disebut alma’u, masyarakat Jawa menyepakati dengan istilah banyu, dan orang Thailand menyebutnya nam. Meskipun wujud fonisnya berbeda namun dasar pemikirannya tetap sama, yaitu air (Indonesia), water (Inggris), alma’u (Arab), banyu (Jawa), dan nam (Thailand). Dengan demikian, kata yang berwujud makna dan fonis disebut sebagai bahasa. Sedangkan bentuk yang mirip kata dan tidak bermakna meskipun berwujud fonis itu bukan sebagai bahasa, seperti bentuk rungsa, tupin, dan cingku. Namun, jika diubah menjadi sarung, pintu, dan kucing maka bentuk-bentuk itu berupa bahasa (kata) karena bermakna. Bahasa Indonesia hanya mengenal kata air tetapi tidak mengenal kata-kata water, alma’u, banyu, dan nam. Kata-kata itu merupakan kata yang sama makna (Arab: murodif) meski berbeda wujud fonisnya tetapi memiliki konsep dasar makna yang sama maka dapat digunakan oleh pengguna bahasa yang berbeda.

Dua orang berdialog (sebut saja Kuares dan Samoh) menggunakan bahasa yang berbeda. Keduanya bisa berbahasa Thailand dan bahasa Indonesia. Kuares menggunakan bahasa

Page 4: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

196

Thailand dan Samoh menggunakan bahasa Indonesia maka dialog tersebut dapat berlangsung dengan lancar. Hal itu terjadi karena antarpenutur memahami kesepakatan masing-masing bahasa dan memiliki dasar pemikiran yang sama. Bahasa sebagai alat komunikasi pada dasarnya bersifat sosial, yakni sosial dalam pemerolehannya, perkembangannya, dan pewarisannya. Kegiatan berbahasa seperti itu selalu mengacu kepada saling pengertian antarapenutur. Dengan demikian, bahasa dapat digunakan karena ada saling pengertian tersebut. Bahasa dapat diperoleh, dikembangkan, dan diwariskannya kepada generasi berikutnya atau kepada siapa saja. Itulah hakikat bahasa, sehingga bahasa dan berbahasa dikatakan sebagai identitas manusia, artinya ia merupakan ciri pembeda manusia dengan makhluk lain.

Berdasarkan hakikat bahasa tersebut, manusia memperoleh bahasa dengan cara mempelajari dari lingkungannya bukan diperoleh secara insting, mengembangkan dengan akal pikirannya agar lebih baik, dan mewariskan kepada generasi berikut untuk kepentingan penutur dalam proses komunikasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebagai identitas manusia, bahasa diperoleh sejak kecil ‘masih kanak-kanak’, kemudian dikembangkan dan diwariskan dengan cara berbahasa kepada generasi berikutnya. Binatang tidak dapat melakukannya seperti halnya manusia. Oleh karena itu, bahasa dan berbahasa identik dengan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak berfungsi sebab ia tidak berbahasa. Manusia mempelajari bahasa dan membicarakan manusia itu sendiri dengan bahasa maka ia selalu berbahasa. Artinya, manusia selalu berkomunikasi dengan masyarakat lainnya melalui bahasa yang disepakatinya.

Menurut Martinet (1987:22) bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan ekspresi yang disebut sebagai fungsi estetika. Selanjutnya, Lubis (1993:177) mengatakan bahwa bahasa memiliki fungsi ekspresif, direktif, inovatif, dan fatik. Fungsi ekspresif adalah kemampuan bahasa untuk menuangkan perasaan. Fungsi direktif adalah kemampuan bahasa digunakan

Page 5: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

197

untuk mempengaruhi sikap dan pendirian orang lain. Fungsi inovatif adalah kemampuan bahasa untuk menuangkan atau mengungkapkan ide-ide atau gagasan baru. Fungsi fatik adalah bahasa digunakan sebagai pengantar pembicaraan atau sering disebut basa-basi. Jadi, dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa selalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Keraf (1980:4) berpendapat bahwa komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Faktor yang diperlukan agar komunikasi dapat berjalan lancar adalah adanya saling memahami akan ekspresi itu antara komunikator (penutur) dengan komunikan (mitratutur).

KEGIATAN BERBAHASA Kegiatan yang dilakukan oleh anak yang masih bayi hanya menangis. Ia belum dapat melakukan kegiatan berbahasa, kecuali mendengar (hanya hipotesis). Anak ”bayi” sering diajak bicara ‘berkomunikasi’ oleh ibu, ayah, atau yang lainnya. Dalam ajaran Islam seorang anak yang baru dilahirkan, telinga kanan diperdengarkan ”adzan” dan telingan yang kiri ”Iqomah”. Hal itu dimaksudkan agar pertama kali yang didengar dari ucapan orang tuanya adalah ajakan shalat. Meski anak itu tidak dapat membalasnya, tetapi diduga ia akan merekam ucapan-ucapan atau suara itu. Sebab, anak itu belum dapat berbicara. Hal itu sesuai pendapat Chauchard (1983:31) bahwa secara lahiriah anak yang masih bayi itu sebagai manusia yang tidak berbicara ‘infant’. Dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwanya, anak yang normal (alat ucap dan pendengaran) dipastikan dapat berbicara. Kemampuan anak berbicara itu diperoleh dari lingkungan sosialnya. Menurut Stark (dalam Dardjowidjojo, 2000:61) seorang anak akan meniru ucapan orang-orang di sekelilingnya, permainan vokal dilakukannnya sekitar usia 16-30 minggu. Selanjutnya, Subyakto (1988:65) mengatakan bahwa

Page 6: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

198

proses belajar bahasa pertama hingga usia 5 tahun. Hal senada diungkapan Piaget (dalam Klausmeier, 1985:59) bahwa sekitar usia 5 tahun anak akan memilih kosakata untuk berkomunikasi.

Kegiatan berbahasa secara alamiah dilakukan secara berurutan, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kegiatan berbahasa itu saling berhubungan. Seorang anak yang tuna rungu sejak lahir dipastikan tidak dapat berbicara. Jadi, kegiatan berbahasa yang pertama dikuasainya adalah mendengarkan, kemudian berbicara. Kegiatan membaca dikuasai setelah anak dapat mendengar dan berbicara. Urutan terakhir setelah menguasai ketiga kegiatan berbahasa tersebut adalah menulis. Kegiatan berbahasa itu berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa, di samping adanya hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan biologis otaknya. Anak akan merekam dalam otaknya bahasa yang diperolehnya dengan cara meniru dari generasi sebelumnya. Proses peniruan seperti itu berlangsung terus-menerus, sehingga menghasilkan kesepakatan (konvensi). Dengan demikian, bahasa pada dasarnya merupakan sistem arbitrer yang disepakati oleh para penuturnya.

Secara tidak sadar ibu atau ayah saat berbicara dengan anaknya sebenarnya sedang mengadakan proses pembelajaran bahasa. Maka, dapat dikatakan juga bahwa peristiwa itu merupakan proses pemerolehan bahasa. Ada asumsi bahwa anak-anak akan memperoleh bahasa dengan sendirinya, tidak perlu melewati pembelajaran. Pendapat seperti itu tidak memiliki dasar argumentasi. Jadi, yang mengajari berbahasa kepada anaknya adalah lingkungan, seperi ibu, ayah, atau lainnya. Proses pemerolehan bahasa merupakan fenomena biologis, artinya alat pendengaran dan alat ucapnya sehat sejak anak itu dilahirkan. Apabila keduanya sehat (normal), ia akan dapat berbahasa, namun proses pemahamannya berbeda, tergantung tingkat kecerdasan masing-masing anak itu. Sebenarnya pemerolehan bahasa juga merupakan fenomena sosial, artinya pemerolehan bahasa selalu melibatkan orang lain.

Page 7: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

199

Bagaimana mungkin seorang anak dapat berbahasa padahal ia belum pernah mendengarkan bahasa yang diucapkan orang lain. Misalnya, seorang anak manusia sejak masih bayi diasingkan di dalam hutan belantara yang hidupnya bersama srigala, setelah besar ia akan menirukan suara srigala yang setiap hari mengasuhnya. Kerja otak tidak berkembang sebagaimana layaknya otak manusia, maka anak itu dipastikan tidak dapat berbahasa ‘berbicara’. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bisa berinteraksi dalam kehidupannya, sehingga otaknya dapat berkembang. Hal itu sesuai dengan pendapat Chauchard (1983:92) bahwa otak manusia mulai bekerja dan berproses menjadi cerdas, karena otak itu berkembang di tengah-tengah lingkungan manusia (masyarakat).

Proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa yang ditentukan oleh unsur biologis dan aspek sosial pada dasarnya merupakan proses ambang sadar, artinya anak-anak pada awalnya tidak sadar bahwa ia sedang belajar bahasa dari lingkungannya. Anak-anak dengan mudah dapat belajar satu bahasa, bahkan belajar dua bahasa sekaligus. Subyakto (1988:66) menyebut belajar satu bahasa ‘monolingual’, dua bahasa ‘bilingual’, dan tiga bahasa atau lebih ‘multilingual’. Sebagai contoh, sekarang banyak anak yang masih balita (usia di bawah lima tahun) bisa menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dengan lancar secara bilingual, bahkan ada yang mampu secara multilingual. Anak-anak memang tidak sadar tentang kaidah bahasanya, tetapi ia sangat percaya diri mengenai apa yang diucapkannya. Anak-anak akan terus berkomunikasi dan berinteraksi dalam lingkungan sosialnya (masyarakat).

Dalam interaksi sosial, masyarakat tidak mempersoalkan bahasa yang digunakan itu baku atau nonbaku, yang penting bagi mereka adalah informasinya diterima atau tidak oleh mitratuturnya, sehingga teori dan kaidah bahasa sering diabaikan atau tidak dipedulikan. Namun, bagi kaum cendikia dan ilmuwan bukan hanya masalah informasinya diterima atau

Page 8: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

200

tidak, lebih jauh lagi mengenai bahasa yang digunakannya sebagai alat komunikasi, yakni adanya kohesi (kepaduan bentuk) dan koherensi (kepaduan makna) dalam konteks bahasa yang digunakan. Jadi, ada tuntutan bagi dirinya bahwa bahasa yang digunakan harus baik dan benar, artinya sesuai dengan situasinya (baik) dan sesuai dengan kaidahnya (benar). HUBUNGAN BAHASA DENGAN KONTEKS Konteks dalam sebuah wacana lisan maupun tulis sangat berpengaruh terhadap pemaknaan suatu ujaran atau kalimat, sebab konteks dapat membedakan pengertian dan maksud dalam komunikasi. Jalaluddin (1993: 191) mengatakan bahwa konteks merupakan seberkas andaian mengenai dunia yang dibina secara psikologis oleh pendengar. Dunia yang dibina itu dapat berupa tulisan atau lingkungan, sehingga pendengar dapat memahami makna dan maksud isi konteks itu. Keraf (1981: 56) berpendapat bahwa lingkungan yang dimasuki kata-kata itulah konteks. Jadi, konteks itu berupa tulisan atau ujaran yang berisi gagasan dalam suatu wacana dengan beberapa teks yang saling berhubungan. Hal senada diungkapkan oleh Halliday (1994:6) bahwa teks yang menyertai teks adalah konteks. Pengertian teks yang menyertai teks itu tidak hanya yang dilisankan atau ditulis tetapi dapat juga nirkata. Artinya, pengertian yang tidak dituliskan atau dilisankan secara eksplisit. Jadi, makna atau maksud tuturan bisa juga ada yang tidak tercantum pada konteks.

Peranan faktor penentu makna dalam konteks dapat berupa unsur-unsur seperti penutur, mitratutur, waktu, tempat, dan situasi. Unsur-unsur itulah yang berperanan dan dapat berpengaruh terhadap makna konteks. Unsur penentu seperti itu dapat menimbulkan argumen bahwa makna kata itu relatif. Misalnya, ada ungkapan ”benda itu berat sekali”. Setelah ditimbang berat benda itu hanya 40 kg. Yang menyatakan berat ternyata anak TK yang berumur 5 tahun. Namun, ada yang

Page 9: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

201

menyatakan ringan sebab yang mengangkat seorang pemuda yang berumur 22 tahun. Jadi, istilah berat itu memiliki makna yang bersifat relatif. Demikian juga kata-kata seperti ringan, kaya, kecil, besar, dan tinggi yang bersifat relatif bergantung kepada penutur dan mitratutur. Hal itu berbeda dengan kata yang berupa warna seperti merah yang bersifat mutlak. Artinya, setiap orang akan memaknai warna itu merah kepada benda yang berwarna merah.

Perhatikan contoh konteks (1) Seorang pemuda mengatakan kepada anak-anak TK di kelas bahwa dirinya mampu mengangkat meja yang beratnya 40 kg. (2) Seorang pemuda mengatakan kepada para mahasiswa di kelas bahwa dirinya mampu mengangkat meja yang beratnya 40 kg.

Konteks (1) dan (2) memiliki unsur-unsur yang sama, hanya satu unsur yang berbeda, yakni pendengar ‘audience’. Pada konteks (1) pendengarnya anak-anak TK. Mereka sangat kagum kepada pemuda yang mampu mengangkat meja yang beratnya 40 kg, sebab bagi anak TK meja yang beratnya 40 kg tidak mungkin dapat diangkatnya. Selanjutnya, pada konteks (2) pendengarnya para mahasiswa. Mereka pun tidak ada reaksi apa-apa terhadap ucapan pemuda tersebut, sebab 40 kg bagi mahasiswa tidak terlalu berat. Jadi, pengertian kata berat bersifat relatif tergantung siapa mitratuturnya. Itulah contoh perkembangan logika bahasa yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa.

Berdasarkan perkembangan dan pementingan logika bahasa seharusnya pembelajaran bahasa lebih diarahkan kepada analisis bahasa sebagai media komunikasi, bukan lagi analisis bahasa sebagai bahasa. Dalam pembelajaran bahasa telah dikenal banyak aliran untuk menganalisis sebuah kalimat, antara lain tiga aliran yang cukup berpengaruh, yakni aliran tradisional,

Page 10: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

202

struktural, dan transformasional. Ketiga aliran itu menganalisis bahasa sebagai bahasa dan mengabaikan penentu makna dalam konteks. Seperti diungkapkan Lubis (1994:18) bahwa aliran tradisional, struktural, dan transformasional tidak mempertimbangkan situasi sebagai penentu makna dalam analisis suatu kalimat. Perkembangan penentuan makna bahasa sebagai alat komunikasi pun bermunculan. Salah satunya yang sangat populer, yaitu ‘speech acts’ teori gagasan Austin dan Searle. Teori itu diungkapkan dalam Purwo (1990:10) bahwa analisis bahasa berubah dari analisis bentuk-bentuk bahasa ke analisis fungsi-fungsi bahasa dan pemakaiannya dalam komunikasi. Dengan demikian, secara praktis kemanfaatan bahasa akan lebih dirasakan oleh masyarakat penuturnya.

Perhatikan contoh berikut ini! (3) Dia sekarang sudah bebas.

Kalimat (3) akan diketahui makna yang sebenarnya

apabila telah diketahui faktor penentu/ indikator dan situasinya. Makna kalimat ‘Dia sekarang sudah bebas’ akan bermacam-macam maknanya sebab tidak ada faktor penentunya/ indikatornya. Faktor penentu dapat berupa kata, frasa, atau klausa dalam ujaran tersebut. Selanjutnya, jika identitas ‘dia’ sebagai narapidana, terdakwa, siswa, mahasiswa ‘yang baru merantau’, seseorang ‘yang baru pensiun’, atau seseorang ‘yang baru bercerai’ maka makna bebas akan bervariasi. Dengan demikian, kata bebas memiliki maksud yang berbeda-beda pula.

(3 a) Dia sebagai narapidana di LP: bebas - tidak dipenjara lagi. (3 b) Dia sebagai terdakwa di pengadilan: bebas - tidak ada tuntutan. (3 c) Dia sebagai siswa di kelas: bebas - tidak menjadi pengurus. (3d) Dia sebagai mahasiswa di pondokan: bebas - tidak dipantau terus oleh orang tua.

Page 11: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

203

(3 e) Dia sebagai orang baru pensiun: bebas - tidak sibuk bekerja lagi. (3f) Dia sebagai orang baru bercerai: bebas - tidak mengurusi

istri/suami. Dalam suatu peristiwa yang berbeda namun penutur dan

mitratuturnya sama maka bisa saja sebuah kata akan berbeda makna.atau persepsinya. Misalnya, Rano seorang remaja yang baru kelas I SMA pulang dari sekolah. Dia melepaskan sepatunya dengan hanya dikendorkan, kemudian dengan kakinya sepatu itu diayunkan keras-keras sehingga lepas dan mengenai kaca jendela. Melihat tingkah laku Rano, ibunya dengan sabar mengatakan: (4) Rano, kamu itu sudah besar. Rano menjawab dengan singkat ”Ya Bu, maaf”. Namun, selang beberapa saat, Rano mengatakan kepada ibunya bahwa dirinya sudah mempunyai pacar dengan teman sekelasnya. Ibunya terkejut dan melarangnya. Kemudian dengan sabar ibunya mengatakan: (5) Rano, kamu itu masih kecil. Kalimat (4) dan (5) ditujukan kepada mitratutur yang sama, namun terdapat antonimi (besar-kecil) dalam tuturannya. Adanya perbedaan ungkapan yang berlawanan itu disebabkan oleh peristiwa yang berbeda, sehingga kata besar dan kecil pun menjadi relatif. Dalam hal mencopot sepatu dengan melemparkan, Rano termasuk besar karena kejadian seperti itu biasa dilakukan oleh anak yang masih SD kelas 1. Namun, berkaitan dengan pacaran Rano tergolong masih kecil karena pacaran biasa dilakukan oleh mahasiswa atau orang yang sudah dewasa. Selanjutnya, perhatikan ungkapan berikut;

Page 12: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

204

(6) Anak: Bapak, sekarang sudah tanggal satu. Bapak: Oh ya! (Bapaknya langsung memberikan uang kepada anaknya untuk biaya SPP dan tanpa bicara apa- apa lagi).

Konteks wacana (6) menginformasikan bahwa seorang

anak mengingatkan kepada bapaknya bahwa sekarang sudah tanggal satu. Namun, makna yang terkandung adalah ia minta uang untuk membayar SPP pada bulan itu. Bapaknya telah mengetahui maksud si anak yang akan berangkat sekolah dengan tidak menjawab seperti “Oh, kalau begitu sekarang sudah ganti bulan ya”. Dengan demikian, peserta tuturan menggunakan makna kata-kata yang dihubungkan dengan konteks, tempat, dan situasi terjadinya percakapan ‘komunikasi’ itu. Di samping itu, untuk mengetahui ungkapan dalam komunikasi secara komprehensif perlu juga mengetahui faktor-faktor penentunya, seperti situasi, konteks budaya, dan mental penuturnya.

Penggunaan bahasa dalam konteks budaya akan menghadapi persoalan makna yang sering tidak sesuai secara leksikal. Kata kencing yang dianggap tidak enak kedengarannya dalam rasa bahasa diganti dengan ke belakang. Maka, masyarakat Jawa terbiasa mengungkapan dengan bahasa Indonesia ‘Saya mau ke belakang’. Artinya, saya akan kencing. Namun, tanggapan mitratutur dalam memaknai itu berbeda-beda. Ada yang menanggapi benar-benar ke belakang tidak ke depan, tetapi ada juga yang memberi tanggapan ke toilet/ WC atau akan kencing. Jadi, ada pengaruh konteks budaya sehingga makna dan maksudnya berbeda-beda dalam ujarannya. Hal itu diperkuat oleh Nababan (1988:3) bahwa faktor konteks budaya sangat berperanan dalam ungkapan untuk tujuan penyampaian makna-makna tertentu dalam berkomunikasi. Misalnya, kata mati pantas digunakan kepada binatang bukan kepada orang. Dalam budaya Indonesia, digunakan kata meninggal dunia, tewas, wafat, atau gugur. Memang kata mati bermakna

Page 13: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

205

meninggal dunia tetapi tidak etis jika digunakan dalam kalimat ”Pak Fulan mati tertabrak mobil”.

Makna sebagai sebuah istilah akan mengacu kepada pengertian yang sangat luas. Sumarsono (1980:46) mengatakan bahwa makna memang merupakan salah satu istilah yang paling kabur dan paling kontroversial dalam teori bahasa. Definisi makna semakin hari semakin bertambah banyak dan menambah kekaburan tentang definisi tersebut, sebab suatu makna akan dimaknai. Yang dapat dilakukan hanya meredefinisikan makna dengan menambah berbagai kualifikasi. Makna sebagai perwujudan pembicaraan memang cukup komplek. Kompleksitas makna tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa tetapi juga berkaitan dengan masalah di luar bahasa, seperti budaya, pandangan hidup, aturan-aturan, dan norma-norma yang dimiliki oleh masyarakat pemakai bahasa tersebut. Misalnya, di Solo/ Yogyakarta pesan teh maka yang diberikannya teh manis. Jika ingin tawar maka pesannya harus dengan frasa teh tawar. Aturan itu di Tegal/ Banyumas berkebalikan, pesan teh maka yang diberikannya teh tawar. Jika ingin manis maka pesannya harus dengan frasa teh manis. Jadi, pemaknaan teh (manis/ tawar) bisa berbeda pada masing-masing daerah.

Menurut Kridalaksana (1984:120) pengertian makna adalah (1) maksud pembicaraan, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dengan semua hal yang ditunjuknya, dan (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Borlinger (dalam Aminuddin, 1988:53) menjelaskan bahwa makna diartikan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa, sehingga dapat saling dimengerti dan dipahami. Berdasarkan pengertian Borlinger tersebut, maka pengertian makna dapat dirinci menjadi tiga butir penting, yakni (1) makna merupakan hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) makna merupakan hasil

Page 14: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

206

kesepakatan penutur bahasa, dan (3) makna digunakan untuk berkomunikasi.

Memang akan terasa sulit memaknai sebuah kata dalam kalimat ‘tuturan’ dalam konteks apabila tidak mengetahui faktor penentu sebagai indikatornya. Perhatikan contoh berikut!

(7) Mari kita lakukan operasi sekarang Kita akan kesulitan memaknai atau memberi tafsir kata operasi dalam kalimat (7). Kesulitan seperti itu dapat diatasi apabila diketahui konteks situasinya. Siapakah “kita” yang mengajak melakukan operasi? Makna kalimat tersebut akan berbeda bila yang melakukannya komandan polisi, koordinator copet, kepala tim dokter, kepala sekolah, atau komandan militer. Ungkapan yang berupa kalimat singkat seperti itu akan semakin jelas maknanya atau maksudnya jika ada penambahan kata atau frase sebagai faktor penentu/ indikator. Perluasan kalimat (7) dengan penambahan faktor penentu/ indikator. (7 a) Mari kita lakukan operasi sekarang, sasarannya para pencopet di stasiun! Indikatornya: sasarannya penjambret. Maka, kata operasi bermakna razia/ penggerebegan dari aparat kepolisian. (7 b) Mari kita lakukan operasi sekarang, bila ada yang tertangkap harap tutup mulut! Indikatornya: bila ada yang tertangkap. Maka, kata operasi bermakna melakukan tindakan pencopetan dari para copet. (7 c) Mari kita lakukan operasi sekarang terhadap pasien kanker! Indikatornya: pasien kanker. Maka, kata operasi bermakna bedah dari tim dokter. (7 d) Mari kita lakukan operasi sekarang terhadap siswa yang membawa narkoba!

Page 15: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

207

Indikatornya: siswa. Maka, kata operasi bermakna penggeledahan dari kepala sekolah/ guru. (7 e) Mari kita lakukan operasi sekarang dengan Sandi Badai Gurun! Indikatornya: sandi badai gurun. Maka, kata operasi bermakna penyerangan dari militer.

Sebuah kalimat singkat “Mari kita lakukan operasi

sekarang!” dapat dibentuk menjadi beberapa kalimat yang diperluas dengan penambahan kata atau frase sebagai faktor penentu/ indikator untuk memberi makna atau maksudnya. Dengan demikian, sebuah kalimat pada dasarnya mempunyai struktur batin “deep structure” lebih dari satu, yakni sebanyak maksud pemakai bahasa dalam tuturannya. Perhatikan dialog berikut!

(8) Ahda : Yazdan, tadi kamu nyoblos apa? Yazdan : Aku tadi gak nyoblos.

Ahda : Lho. Ini kan pesta demokrasi. Berarti kamu GOLPUT.

Yazdan : GOLPUT itu apa? Ahda : GOLPUT itu Golongan Putih. Artinya, kamu tidak

menggunakan hak: suaranya. Yazdan : Ya lebih baik Golongan Putih daripada Golongan

Hitam. Lantas kamu :yang menggunakan hak suaranya disebut golongan apa?

Ahda :(Ahda bingung). ... ya tidak ada penamaan golongan.

Yazdan : Ya seharusnya ada penamaan golongan. Sebab, tidak logis hanya ada satu golongan. Jiak ada Golongan A pasti ada Golongan B. Dalam Al- Quran pun disebutkan ada golongan yang mau bersyukur dan ada pula golongan yang ingkar.

Page 16: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

208

Golput (golongan putih) sebuah akronim yang penentunya/ indikatornya adalah kata ”nyoblos” yang berkaitan dengan pemilu (Pemilihan Umum). Selama ini golput diartikan orang yang tidak menggunakan hak suaranya (tidak mencoblos). Namun, anehnya orang yang menggunakan hak suaranya (mencoblos) tidak masuk dalam golongan. Pemaknaan golput seperti itu ternyata memiliki sejarah asal-usul. Pada zaman Orde Baru di Indonesia ada tiga partai yang selalu identik dengan warna (1) PPP identik dengan warna hijau, (2) Golkar identik dengan warna kuning, dan (3) PDI identik dengan warna merah. Maka, orang yang tidak memilih ketiga warna tersebut termasuk golput. Meskipun sekarang partai di Indonesia sangat banyak dan memiliki identik warna yang bervariasi tetapi istilah golput tetap digunakan. Jadi, golongan putih itu sebenarnya bukan berlawanan dengan golongan hitam. Namun, maksudnya tidak berwarna hijau, kuning, atau merah. Oleh karena itu, sebuah pemaknaan istilah perlu diketahui asal-usulnya.

KESIMPULAN Bahasa merupakan sistem lambang bunyi tutur yang bersifat arbitrer terjadi karena konvensi dan digunakan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, ada empat hal penting, yaitu (1) bahasa sebagai sistem lambang bunyi tutur, artinya memiliki keteraturan sistem yang berlaku (2) bahasa bersifat arbiter, artinya manasuka atau bebas dalam pembentukannya, (3) bahasa terjadi berdasarkan konvensi, artinya adanya kebiasaan yang terus menerus, dan (4) bahasa digunakan untuk berkomunikasi, artinya bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi bagi manusia. Fungsi bahasa adalah (1) fungsi ekspresif, yaitu mengungkapkan perasaan, (2) fungsi direktif, yaitu mempengaruhi sikap orang lain, (3) fungsi inovatif, yaitu untuk mengungkapkan ide-ide baru, dan (4) fungsi fatik, yaitu untuk pengantar pembicaraan.

Page 17: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

209

Bahasa merupakan bentuk fonis yang bermakna. Hubungan /m/ - /o/ - /b/ - /i/ - /l/ menjadi mobil adalah bahasa (kata) sebab bentuk mobil itu bermakna. Jika hubungan bentuk fonis itu menjadi bilom maka bukan bahasa (kata) sebab bentuk bilom tidak bermakna. Dengan demikian, bahasa itu pada intinya adalah makna. Maka, komunikasi akan berjalan lancar jika memiliki kesamaan makna meskipun menggunakan bahasa yang berbeda. Untuk memaknai konteks dalam bahasa diperlukan faktor penentu, iaitu (1) penutur, (2) mitratutur, (3) waktu, (4) tempat, dan (5) situasi. Saran Sebaiknya sistem morfologi dan sistaksis dalam bahasa Melayu/ Indonesia bisa disamakan meskipun sangat sulit menyamakan sistem fonologi dan semantik. Misalnya, dalam bahasa Indonesia penulisan ASEAN KE-II adalah salah yang benar ASEAN II atau ASEAN KE-2, kata ilmuan (ilmuwan), dan Bahasa Ibunda (Bahasa Ibu). RUJUKAN Aminuddin. (1988). Semantik: Pengantar Studi tentang Makna.

Bandung. Sinar Baru. Chauchard, Paul. (1983). “Bahasa dan Pikiran” (cetakan

pertama, edisi terjemahan olehWidyamartaya dari judul asli Le Langage et La Pensee).Yogyakarta: Kanisius.

Dardjowidjojo, Soenjono. (2000). Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia).

Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. (1994). Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik-Sosial (edisi terjemahan oleh Asruddin Barori

Page 18: BAHASA DAN PENENTU MAKNA DALAM KONTEKSselalu bervariasi tergantung dalam pemakaiannya. Dari berbagai fungsi bahasa yang ada, fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik secara

210

Tou dari judul asli Language, Context, and Text: Aspect of language in a social-semiotic perspective 1985). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Semantik dan Pragmatik dalam Implikatur Bahasa Melayu (dalam Penyelidikan Bahasa & Perkembangan Wawasannya I). Jakarta: MLI.

Keraf, Gorys. (1980). Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah. Keraf, Gorys . (1981). Diksi dan Gaya Bahasa. Ende - Flores: Nusa

Indah. Klausmeier, Herbart J. (1985). Educational Psychology.

Cambridge: Harper & Row Pub. Kridalaksana, Harimurti. (1984). Kamus Linguistik. Jakarta:

Gramedia. Lubis, A. Hamid Hasan. (1993). Jenggala Bahasa Indonesia.

Bandung: Angkasa. Lubis, A. Hamid Hasan. (1994). Analisis Wacana Pragmatik.

Bandung: Angkasa. Martinet, Andre. 1987. Ilmu Bahasa : Pengantar. Jakarta:

Kanisius. Nababan, P.W.J. (1988). Pengajaran Bahasa dan Pendekatan

Pragmatik. Jakarta: Unika Atmajaya. Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran

Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Subyakto, Sri Untari. (1988). Psikolinguistik: Suatu Pengantar.

Jakarta: Depdikbud. Sumarsono. (1980). Semantik (Ilmu Makna). Singaraja: Fakultas

Keguruan Universitas Udayana.