fungi

Upload: nurfauziyahdahlan

Post on 05-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jamur, pengertian, morfologi, patofisiologi, kalsifikasi, pengobatan , pertumbuhan dan perkembangan jamur, media PDA, koloni, cawan petri, aktivitas jamur, kontrol positif, kontrol negatif

TRANSCRIPT

Trichophyton mentagrophytesTrichophyton mentagrophytesmerupakan fungus penyebab tinea kruris, tinea pedis, dan tinea unguium. Fungus ini memiliki habitat di kulit, kuku, rambut, dan jaringan lain yang mengandung sel tanduk. Epidemiologi dari fungus ini yaitu di daerah iklim sedang dan iklim dingin serta pada daerah tropis.Trichophyton mentagrophytesmenginfeksi penderita melalui paparan langsung dari hewan atau koloni fungus di permukaan kulit, kuku, dan rambut.PadaTinea krurisakan terdapat gejala pada kulit inguinal dan perineum. Sedangkan padaTinea pedisgejala terdapat di kulit kaki yang gejalanya tidaklah khas.Tinea unguiumgejalanya pada permukaan kuku tidak rata dan rapuh. Penegakkan diagnosis dicapai dengan cara pemeriksaan langsung kulit, kuku, dan rambut dalam KOH 6%. Selain itu dapat pula dilakukan pembiakan dalam agar Sabarround. Penyakit-penyakit diatas dapat diobati menggunakan sulfur, salicilat, imidazol, dan katekonazol.Morfologi dan cara identifikasi

adalah sebagai berikut :1. Koloni yang berbutir kasar,2. Berwarna krem sampai coklat muda,3. Di sebalik koloni terlihat pigmen yang bervariasi dari kuning, krem, coklat, sampai coklat merah,4. Hifa dan mikrokonidia tidak khas,5. Mikrokonidia banyak, menggerombol seperti buah anggur (en grappe) atau tunggal seperti tetes air mata (tear drop),6. Makrokonidia berbentuk seperti rokok atau pensil, multiseluler (3-4 sel), berdinding tipis, halus, dan memiliki rambut tambahan yangdisebut rat tail,7. Ditemukan klamidiaspora dan hifa spiral sangat banyak dan benda noduler, hifa sisir, dan hifa raket untuk Trichophyton mentagrophytes varian interdigitale mikrokonidianya berjumlah sedikit.

Minggu, 08 Desember 2013Microsporum gypseumMicrosporum gypseum1)MorfologiMicrosporum gypseummerupakan fungi yang umum menginfeksi kulit dan rambut. Kurniati dan Rosita (2008) melaporkan bahwa penyakit yang disebabkan infeksi fungi ini antara lain tinea kapitis (infeksi jamur pada kulit kepala dan rambut) dan tinea favosa (infeksi jamur pada kulit kepala dan kulit muda).M. gypseumtumbuh dengan cepat dan matang dalam 6 hingga 10 hari.M. gypseummenghasilkan hifa, makronidia dan mikronidia. Makronidia tersebar banyak, fusiform dan berbentuk simetris dengan ujung bulat, sedangkan mikronidia berjumlah sedikit, bergerombol dan terdapat di sepanjang hifa (Ostrosky-Zeichner 2012). Koloni dariM. gypseumtumbuh dengan cepat; menyebar dengan permukaan yang mendatar dan sedikit berserbuk merah coklat hingga kehitam-hitaman (Brookset al, 2005) terkadang dengan warna ungu. Serbuk yang berada di permukaan koloni mengandung makrokonidia (Rippon, 1974).Microsporum gypseummerupakan jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena perkembangbiakannya hanya secara aseksual. koloni berwarna kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan. Jamur ini sering menginfeksi kulit dan rambut (Jawetz, 1982). Makrokonidia dihasilkan dalam jumlah yang besar. Dindingnya tipis dengan ketebalan 8-16 X 20 , kasar dan memiliki 4-6 septa, dan berbentuk oval. Makrokonidia terdiri dari 4-6 sel. Mikrokonidia juga dapat nampak, meskipun jarang dihasilkan, terkadang pula mudah tumbuh pada subkultur setelah beberapa kali berganti media pada laboratorium. Mikrokonidianya memiliki ciri-ciri antara lain: berukuran 2,5-3,0 X 4-6 (Rippon,1974).

2)HabitatMicrosporum gypseum merupakan cendawan keratophilik geofilik. Kelembapan, pH, dan kontaminasi faeces menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat isolasi fungusM.gypseumpada binatang-binatang domestik (Emmons et al,1977).

3)KlasifikasiSistematikaMicrosporum gypseummenurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut:Kingdom : FungiPhylum : AscomycotaClass : EurotiomycetesOrdo : OnygenalesFamily : ArthrodermataceaeGenus :MicrosporumSpesies :Microsporum gypseum

4)FisiologiMicrosporum gypseummemiliki dinding sel yang mengandung kitin bersifat heterotrof, menyerap nutrien melaui dinding selnya, dan mengeksresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungannya (Indrawati dkk.,2006).

5)PatofisiologiSeperti dermatofita yang lain,M. gypseummemiliki kemampuan untuk menginfeksi jaringan manusia dan binatang yang berkeratin. Konidia dariM. gypseumdiletakkan dan disimpan di suatu lokasi di kulit dimana mereka dapat tumbuh. Konidia tumbuh secara berangsur-angsur, berkembang membentuk suatu lingkaran (Moschella dan hurley, 1992). Ia memproduksi keratofilik proteinase yang efektif pada pH asam dan enzim ini berperan dalam faktor virulensinya (Warnock, 2004).

6)Cara PenularanJamurMicrosporum gypseumdapat ditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara melalui epitel kulit, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor :a)Faktor virulensi dari dermatofitab)Faktor traumaKulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.c)Faktor suhu dan kelembabanKedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.d)Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanFaktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.e)Faktor umur dan jenis kelaminPenyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya), faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilon, dapat mempermudah penyakit jamur ini. (Wicaksana,2008).

7)Manifestasi klinikAda banyak manifestasi klinik yang dapat diakibatkan oleh genusMicrosporum,namun hanya ada beberapa penyakit yang secara khas diakibatkan oleh infeksiMicrosporum gypseumbaik itu mengenai manusia maupun mengenai hewan yang biasanya menjadi hewanpeliharaan, antara lain sebagai berikut:Tinea CapitisTinea capitis merupakan salah akibat dari infeksi dermatofita yang mengenai daerah kulit kepala dan rambut. Keadaan ini dimulai pada saat fungus berproliferasi pada permukaan kulit kepala kemudian ia tumbuh ke daerah subepidermis melewati folikel-folikel rambut yang dilanjutkan dengan proses pembentukan keratin yang akan menggantikan folikel-folikel rambut (Emmonset al,1977). Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dengan menggunakanAWoods lamp.Rambut yang terinfeksi akan menunjukkan fluoresensi dengan warna hijau (Moschella dan hurley,1992).Tinea FavosaFavus adalah salah satu bentuk infeksi kronik dariMicrosporum gypseumyang mana infeksinya dapat dimulai semenjak kanak-kanak, dan jika tidak dapat ditangani dengan baik maka penderita akan menjadicarierselama hidupnya. (Rippon,1974).Tinea UnguiumTinea unguinum adalah kerusakan pada dasar kuku yang disebabkan oleh karena infeksi dermatofita terutama olehMicrosporum gypseum. Kerusakan yang terjadi biasanya dimulai dari tepi kuku. Pada kuku yang terinfeksi maka akan tampak ukuran kukunya akan mengecil, memiliki batas yang lebih tegas dibandingkan dengan kuku yang sehat, ada bercak-bercak kuning atau putih yang tersebar pada basis kuku (Rippon,1974).

8)PengobatanFlukonazolFlukonazol merupakan bahan yang diisolasi dariPennicillium janczewskidan mempunyai antidermatofita. Flukonazol secara klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofit pada kulit, rambut, dan, kuku. Biasanya diperlukan terapi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (Brooks et al, 2005). Terhadap sel muda yang sedang berkembang flukonazol bersifat antifungi (Ganiswana,1999). Dalam jamur, flukonazol, berinteraksi dengan mikrotubulus dan mematahkan gelendong mikotik, menyebabkan penghambatan pertumbuhan (Brooks et al, 2005).TerbinafineTerbinafine adalah zat allylamin yang telah dibuktikan efektif dan aman untuk terapi infeksi dermatofit. Meskipun ia tidak aktif untuk menanggulangi candidiasis seperti preparat azol, namun ia efektif untuk menanggulangi dermatofitosis.KetokonazolKerja dari ketokonazol yang diberikan secara oral sama dengan kerja dari derivate imidazol lainnya: mempengaruhi dari formasi ergosterol. Pada manusia, ia akan memberikan efek pada sitokrom p-450. Efek ini akan lebih tampak nyata pada sel jamur daripada sel host karena ketokonazol memiliki kecenderungan untuk mengikat sitokrom sel jamur dari pada sitokrom sel host. Meskipun demikian, pemakaian preparat ini dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan feminisasi, terkadang hepatotoksisitas sirosis. (Ganiswana, 1999).ItrakonazolItrakonazol adalah preparat azol yang secara ekstensif telah diujicoba di Eropa dan Afrika Selatan. Itrakonazol memiliki kekuatan antifungi yang lebih kuat dibandingkan dengan ketokonazol.Amphotericin B.Preparat ini berbeda dengan preparat obat antifungi lainnya. Ia menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel yang sedang matang. Mekanisme kerja dari amphoterisin B adalah dengan berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membrane sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap ada pada sel. Namun demikian, pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia oleh antibiotik ini menjadi salah satu penyebab efek toksiknya. (Moschella dan Hurley,1992)

Epidermophyton FloocosumMay 20, 2014BYERMAAGENVENUSEpidermophyton floocosummerupakan jamur yang termasuk kelasDeuteromycotinamempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative dengan membentuk konidiospora. Jamur ini yang meyebabkan penyakit kutu air atau menyebabkan penyakit pada kelainan kulit contohnya pada tinea korporis,tinea cruris dan tinea pedis.A. Gambar dan Morfologi sel Memiliki dinding halus sekitar 1-1,5 mikrometer dengan kurang dari 10 dinding bagian dalam macroconidia tersebut. Mempunyai makrokonidia berbentuk tongkat, terdiri atas satu sampai lima sel. berdiniding tebal dan terdirin atas 2-4 sel dan tersusun pada satu konidiofora.beberapa makrokonidia ini tersusun pada satu konidiofor mempunyai bentuk hifa yang lebarnya biasanya mikrokonidia tidak ditemukan. Pada gambaran mikroskopis bentuk hifa lebar,dan tersusun pada satu konidiofora,B. Gambar dan Morfologi koloni Koloniepidermophyton floocosumbewarna kuning kehijauan, yang dengan mudah bermutasi menjadi bentuk pertumbuhan berlebihan bewarna putih sekali, sementara oranye sampai coklat di balik dengan perbatasan kuning sesekali, mengangkat dan melipat di tengah, dengan pinggiran datar dan pinggiran terendam pertumbuhan sementara budaya yang lebih tua dapat mengembangkan jumbai pleomorfik putih miselium Tekstur koloni datar , awalnya kasar dan menjadi radial beralur , felty dan beludru dengan pematangan dan cepat menjadi berbulu halus dan sterilC. TaksonomiKingdom : FungiPhylum : AscomycotaClass : EuascomycetesOrder : OnygenalesFamily : ArthrodermataceaeGenus : EpidermophytonSpesies :Epidermophyton floocosumD. Sifat Fisiologi Sifat-sifat : tidak menyerang rambut dan anthropophilic Jamur ini disebut juga jamur imperfecti karena kelompok jamur ini tidak diketahui cara reproduksi generatifnya. Golongan jamur dermatofit, Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis.E. Cara PembiakanMedia tumbuh : Sabouraud dextrose agar (SDA),Potato dextrose agar (PDA)Kebutuhan nutrisi : Protein keratin, glukosa dan kedelaiKondisi lingkungan : Epidermophyton floccosum, tumbuh di bawah kondisi lingkungan yang terkontrol, Koloni e.floocosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari, di ikuti inkubasi pada suhu 25CF. Peran Epidermophyton floocosum adalah jamur yang menyebabkan kutu air mikrokonidia biasanya tidak ditemukan dan hal ini menyebabkan penyakit pada kelainan kulit contohnya pada tinea korporis,tinea cruris dan tinea pedisYupcukup segitu dulu tentanf jamur kesayanganEpidermophyton floccosum, yang juga jadi tugas mikrobiologi dan parasitologi ku hehe(curhat) ..

Referensi :1. Jawetz, melnic &Adelberg.1996. Mikrobiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta : EGC2. Anonim1.2013 . Epidermophyton floocosum . (http://en.wikipedia.org/wiki/Epidermophyton_floccosum). diakses tanggal 9 Mei 20143. Anonim2. 2013. Ciri-ciri,Klasifikasi, dan Peranan Jamur Bagi Kehidupan . (http://myasirredhani.blogspot.com/2013/12/ciri-ciriklasifikasi-dan-peranan-jamur.html) . diakses tanggal 5 Mei 20144. Anonim3. 2013. Taxonomic Classifications. (http://www.mold.ph/epidermophyton.htm) . diakses tanggal 5 Mei 20145. Ellis, david . Mycology of Epidermophyton Floocosum. (http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Dermatophytes/Epidermophyton/). diakses tanggal 9 Mei 20146. Hare, Janelle .2008. Sabouraud agar for fungal growth protocols. (http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/3156-sabouraud-agar-for-fungal-growth-protocols) . diakses tanggal 9 Mei 2014PENGOBATAN SENDIRI MENGGUNAKAN ANALGETIKA ANTIPIRETIK OLEH MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA