full page photorepo.apmd.ac.id/1206/1/skripsi asmara adhi.pdf · 2020. 10. 23. · akwila, yohanes...
TRANSCRIPT
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Perjuanganku adalah perjuangan kita sebab dalam proses perjuangan aku tidak
sendirian, kita selalu senantiasa berbagi saat susah dan senangku, suka dan dukaku,
tawa dan tangisku. Kalian adalah penopang terhebatku karena kalian telah
menjadi bagian dari proses perjalanan hidupku demi meraih cita-cita menuju hari
esok yang lebih baik. Untuk itu saya persembahkan skripsi ini untuk semua orang
yang berarti dalam perjalanan saya dalam menulis skripsi ini. Skripsi ini
kupersembahkan kepada.
1. Kedua orang tua saya, Bapak tercinta Pandri Anton. S dan Ibunda tercinta Rini.
Bapak dan Ibu terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan, dan
motivasinya selama ini. Serta untuk adek-adek ku yang tercinta, Harry Arimba,
Putri Utami, dan Dio Nicholas.
2. Untuk Almamater, STPMD”APMD” Yogyakarta, yang telah memberikan
didikan dan dinamika belajar dengan ketulusan dan keikhlasan.
3. Untuk sahabat-sahabat terkasih saya, George Ronaldo Rumaropen, Hamila,
Apsalon iba, paska, Berli, Kanda, Gandik, Hilaria Komanlias, Oktavianus
Bello, Erika, Renata, Apreda, Simon, Anjani, Yefta, Yudi, Andre Marselinus,
bung Yandi, bung Aslam, bung Topik, bung Ano, bung Denny, bung Riko,
bung Orri, Diana, Ari Surida, Mumun, bung Verlin, bung Taufik, Serta
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
4. Untuk sahabat terkasih KKN Kelompok 12 Padukuhan Cempluk, Serlly
Akwila, Yohanes Donbosco Woning, Lenny Sarasti, Angela, Xaverius Randi
Bernalukita, dan Christian Kawau Runga.
5. Untuk Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Guno Tri Tjahjoko, MA, Terima
kasih sudah membimbing kami serta menjadi dosen terbaik dihati kami.
Kebaikan bapak akan selalu kami ingat. dan semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan bapak.
v
6. Untuk Komisariat GMNI STPMD”APMD’ Yogyakarta, terima kasih sudah
menjadi rumah kedua bagi saya, sangat banyak pengalaman dan ilmu yang
saya dapat. Semoga jaya selalu, dan semoga selalu mencetak kader-kader yang
militan dan revolusioner. Terutama kader-kader angkatan 2016 yang sudah
berdinamika bersama dalam perjuangan. Merdeka
7. Untuk seluruh teman-teman Angkatan 2016 Prodi Ilmu Pemerintahan, terima
kasih sudah berdinamika selama 3 tahun lebih, semoga kita semua menjadi
orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.
vi
MOTTO
“ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui “
(QS. Al-Baqarah : 216)
“Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
Derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Qs.Al-Mujadilah: 11)
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan
dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah”
(Abu Bakar Sibli).
“Gapailah ambisi Anda setinggi langit! Mimpikan ambisi Anda itu setinggi langit!
Karena jika Anda jatuh, Anda akan jatuh di antara bintang-bintang!!”
(Ir. Soekarno)
“Seorang pemimpin membawa orang lain ke tempat yang mereka inginkan.
Seorang pemimpin yang hebat membawa orang lain ke tempat yang barangkali
tidak mereka inginkan, namun sebenarnya mereka harus berada di sana.”
(Rosalynn Carte)
vii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Atas berkat dialah
penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan lebih tinggi untuk lebih
menambah pengetahuan dan pengalangan di sebuah Universitas. Terima kasih
atas nikmat iman, nikmat ilmu, nikmat kesehatan, nikmat kasih sayang dan begitu
banyak nikmat Allah swt. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Junjungan kami Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Selama menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
STPMD “APMD” Yogyakarta, tak henti-hentinya Allah swt melimpahkan
beragam nikmatnya dan dibawah bimbingan para pendidik sehingga akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan, penulis menyampaikan
ucapan dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa , atas segala karunia dan penyertaan-Nya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua STPMD”APMD”
Yogyakarta
3. Bapak Gregorius Sahdan S.IP., M.A. selaku ketua program studi Ilmu
Pemerintahan serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf Pengajar STPMD”APMD”
Yogyakarta khususnya pada jurusan Ilmu Pemerintahan yang selama ini telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis.
5. Kepala Desa, Sekretaris Desa, seluruh perangkat Desa serta seluruh Lembaga
Desa di Desa Sumbermulyo yang telah memberikan ijin dalam pelaksanan
penelitian serta telah membantu dalam proses pengambilan data.
viii
6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan
STPMD”APMD” Yogyakarta yang sudah bersama-sama berjuang dan
membantu semasa proses perkuliahan hingga proses pengerjaan tugas akhir.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sudah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata,, besar harapan penulis agar karya yang tak seberapa ini dapat
berguna bagi semua orang, serta dapat memberikan sedikit sumbangan ilmu
penegtahuan dalam hasil penelitian ini. Mohon maaf jika dalam penulisan terdapat
kekurangan ataupun kesalahan dalam penyajian.
Yogyakarta, 10 Juni 2020
Penulis
Asmara Adhi
16520167
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
INTISARI ..................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 14
E. Kerangka Teori ........................................................................ 16
1. Teori Kekuasaan menurut Marx Weber ............................. 16
2. Nilai kearifan perempuan jawa ........................................... 23
3. Kepala Desa Perempuan..................................................... 31
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 35
G. Metode Penelitian .................................................................... 36
1. Jenis Penelitian .................................................................. 36
x
2. Unit Analisis ...................................................................... 36
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 38
4. Teknik Pemilihan Informan ................................................ 40
5. Teknik Analisis Data .......................................................... 41
BAB II PROFIL DESA SUMBERMULYO KECAMATAN
BAMBANGLIPURO KABUPATEN BANTUL PROVINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA...................................... 44
A. Deskripsi Wilayah ................................................................... 44
1. Sejarah Desa ...................................................................... 44
2. Keadaan Wilayah ............................................................... 45
3. Keadaan Demografi ........................................................... 48
4. Sarana dan Prasarana ......................................................... 52
5. Lembaga Pemerintahan ...................................................... 54
BAB III ANALISIS KEKUASAAN PEREMPUAN: STUDI TERHADAP
KEPEMIMPINAN DI DESA SUMBERMULYO, KECAMATAN
BAMBANGLIPURO KABUPATEN BANTUL ........................... 70
A. Analisis Kekuasaan Politik Perempuan .................................... 70
3.1 Cara Perempuan Dalam Mencapai Kekuasaan .................... 73
3.2 Cara Perempuan Dalam Mempertahankan Kekuasaan ........ 78
3.3 Cara Perempuan Merawat Kekuasaan ................................ 84
3.4 Cara Perempuan Mendistribusikan Sumberdaya Kekuasaan 90
xi
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 96
A. Kesimpulan ............................................................................. 96
B. Saran ....................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Deskripsi Informan .................................................................... 38
Tabel II.1 Jumlah Penduduk....................................................................... 48
Tabel II.2 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia ................................ 49
Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ......................... 50
Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ........................................ 51
Table II.5 Jumlah Penduduk Menurut Agama ............................................ 52
Table II.6 Sarana dan Prasarana Kesehatan ................................................ 53
Table II.7 Sarana dan Prasarana Peribadatan .............................................. 53
Table II.8 Sarana dan Prasarana Peribadatan .............................................. 54
Table II.9 Sarana dan Prasarana Umum ..................................................... 54
Table II.10 Data Personil ............................................................................. 56
Table II.11 Staf Desa ................................................................................... 56
Table II.12 Kepala Dukuh ............................................................................ 57
Table II.13 Tenaga Honorer ......................................................................... 57
Table II.14 Kepengurusan BPD Desa Sumbermulyo Masa Jabatan 2018-
2024 .......................................................................................... 64
xiii
INTISARI
Budaya patriarki yang mengakar dan sistem politik yang didominasi oleh laki-laki memiliki dampak negatif yang besar bagi upaya perempuan untuk mendapatkan hak dalam partisipasi politiknya. Hubungan patriarki tidak hanya terjadi dalam lingkup kekerabatan saja, tetapi juga dalam semua aspek kehidupan manusia seperti ekonomi, politik, sosial, dan keagamaan, bahkan seksualitas. Tetapi pada era demokrasi ini, pemerintah memberikan ruang aksesibilitas yang luas bagi perempuan untuk menjadi pemimpin diberbagai posisi pengambilan keputusan baik di pemerintahan maupun kemasyarakatan. Terlebih lagi perempuan yang ingin menjadi Kepala Desa di tingkat perdesaan memerlukan modalitas yang cukup memadai baik kapasitas intelektual, modal sosial dan ekonomi serta dukungan politik dari masyarakat perdesaan sebagai pemilihnya. Salah satunya ialah figur kepala desa perempuan yang berhasil menjalankan tugasnya. hilangnya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pengambilan akses, peran dan kontrol serta dapat meningkatkan partisipasi dalam penguasaan terhadap pengambilan keputusan dalam sumber daya pembangunan. Salah satu dampak nyata nya adalah lahirnya sosok pemimpin perempuan di ranah publik. Sehingga penulis ingin menggambarkan bagaimana kepemimpinan perempuan dalam mempertahankan, merawat serta mendistribusikan sumberdaya kekuasaan Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Obyek penelitian ini adalah kekuasaan Kepala Desa perempuan. Lokasi penelitian di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. Teknik pemilihan subyek penelitian adalah teknik purposive, dengan informan sebanyak 10 orang. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model triangulasi yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian sebagai berikut: Pertama, cara kepala desa perempuan mencapai kekuasaan melalui membangun modal sosial, memperluas jaringan, dan membangun citra diri yang baik kepada masyarakat. Serta kepala desa perempuan harus memiliki Intelektual, emosional dan keterampilan yang baik. Kedua, cara kepala desa perempuan mempertahankan kekuasaan adalah dalam mempertahankan legitimasinya melakukan berbagai cara di antaranya melakukan transparansi, akuntabilitas, serta responsifitas dalam pemerintahannya. Serta mempertahankan tradisi yang baik yang ada di masyarakat. Ketiga, cara kepala desa perempuan merawat kekuasaan adalah dengan mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan, serta pemerintah desa berupaya untuk mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat. Keempat, cara Kepala Desa perempuan mendistribusikan sumberdaya kekuasaan melalui perekrutan perangkat desa dilakukan dengan cara transparan dengan tidak menyembunyikan keputusan serta kemudahan informasi terkait peserta yang lulus seleksi. Perangkat desa di bentuk karena untuk mewujudkan desa yang berkualitas dengan adanya pelayanan administrasi. Kata Kunci: Kepemimpinan, Kekuasaaan, Kepala Desa, Perempuan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep mengenai kekuasaan perempuan yang berbeda dengan
kekuasaan laki-laki yang selama ini menjadi acuan semua pihak. baik dalam
hal mencapai kekuasaan, merawat, mendistribusikan, maupun dalam hal,
mempertahan kekuasaan. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa
seorang perempuan yang menjadi pemimpin tidak layak karena mendahului
kaum laki-laki, dan di lain pihak juga banyak yang juga menentang karena
permasalahan gender. kaum perempuan tidak mendapat tempat yang berarti,
bahkan termarginalkan. Diakui atau tidak, domain yang disediakan oleh
pelaku politik, misalnya tentang lembaga-lembaga pemerintahan, perwakilan,
kementerian dan sebagainya. Tampaknya lebih akrab dengan aktivitas laki-
laki dibandingkan dengan aktivitas perempuan. Persoalan kepemimpinan
adalah persoalan yang sangat penting dan strategis, karena sangat menentukan
sebuah keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Kekuasaan dan politik adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dimana politik adalah salah satu bentuk untuk memperoleh
kekuasaan ―how to get the power‖. Ketika kita membicarakan politik maka
sebenarnya kita membicarakan suatu strategi bagaimana mendapatkan
kekuasaan. Kekuasaan adalah energi yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok untuk memuluskan tujuan yang ingin dicapainya. Kekuasaan dalam
2
politik artinya menghimpun dan menempatkan energi setiap orang dalam
kelompok untuk memperoleh kekuatan dalam memuluskan dan mencapai
tujuan yang hendak dicapainya. Kekuasaan dalam politik kadang kelihatannya
sangat ―kotor‖, karena strategi seseorang atau kelompok dalam berpolitik
memungkinkan menggunakan berbagai cara yang pada akhirnya harus
mengorbankan seseorang atau kelompok lainnya.
Kemunculan perempuan dalam ranah politik merupakan sebuah
kewajaran sebab telah termanifestasi pada ketentuan-ketentuan yuridis. Di
semua lingkup dimensi, baik itu nasional bahkan internasional tak terkecuali
pada wilayah lokal yang terkadang dominasi patrirarki sangat kuat berkat
warisan sejarah. Reformasi demokrasi di era ini, telah membuka keran bagi
perempuan untuk ikut berkompetisi dan bertransmisi dalam dunia politik.
Tidak hanya pada tataran legislatif, perempuan di Indonesia sudah sangat
berpeluang untuk menduduki posisi eksekutif.
Jika dikaitkan dengan maraknya fenomena figur perempuan yang
kemudian hadir dan mengisi jabatan publik sebagai sosok pemimpin.
Tentunya hal ini menimbulkan paradigma yang jika dipandang memiliki dua
sisi. Dimana tentunya terjadi pro dan kontra. Namun, nyatanya banyak juga
kaum perempuann yang kemudiaan mendobrak stigma tersebut. Salah satunya
adalah Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau yang akrab
disebut Megawati Soekarnoputri merupakan putri pertama dan anak kedua
dari Presiden Soekarno sang Proklamator Indonesia. Beliau lahir di
Yogyakarta pada 23 Januari 1947. Ibunya adalah Fatmawati, salah satu dari
3
sembilan istri Soekarno. Megawati Soekarnoputri sempat berkuliah di
Universitas Padjadjaran di Bandung untuk belajar pertanian.
Megawati Soekarnoputri merupakan presiden wanita pertama
Indonesia. Beliau terpilih sebagai Presiden setelah MPR mengadakan Sidang
Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR tersebut diadakan sebagai
dampak dari kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan
lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Megawati Soekarnoputri dilantik pada
tanggal 23 Juli 2001, di mana sebelumnya dari tahun 1999-2001, beliau
menjabat sebagai Wakil Presiden. Setelah masa jabatannya sebagai Presiden
Republik Indonesia telah habis, Megawati Soekarnoputri memberanikan diri
untuk kembali mendaftar sebagai calon Presiden dalam pemilihan Presiden
langsung pada 20 September 2004. Namun sayangnya beliau dikalahkan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden Republik
Indonesia yang ke-6.
Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden
Republik Indonesia dari tahun 2001 ternyata tidak banyak membuahkan hasil
yang signifikan. Megawati Soekarnoputri dalam memimpin tidak mewarisi
karisma dari sang ayah, Presiden Soekarno. Beliau dinilai tidak terlalu
kompeten dalam berbagai urusan administrasi dan kepemimpinan serta
memiliki sikap yang pasif dan tertutup. Suaminya, Taufik Kiemas dipandang
sebagai dalang di balik pemerintahan yang ia jalankan, di mana sang suami
dikenal sebagai seorang praktisi politik dan fasilitator keuangan yang handal.
Namun demikian, beliau merupakan presiden pertama yang meletakkan dasar
4
pemerintahan ke arah kehidupan demokrasi. Meskipun kebanyakan masalah
Indonesia dalam masa kepemimpinannya mewarisi berbagai masalah krisis
ekonomi dan penegakan hukum dari masa Orde Baru, Megawati
Soekarnoputri dapat melakukan berbagai langkah pembaharuan yang sebagian
besar dilakukan di bidang ekonomi dan politik
Selanjutnya Dr. (H.C) Ir. Tri Rismaharini M.T atau yang akrab
dipanggil Risma ini merupakan walikota Surabaya. Beliau lahir di Kediri,
Jawa Timur, 20 November 1961. Beliau menjabat sebagai Walikota Surabaya
2 periode yaitu sejak pada 28 september 2010 hingga 28 september 2015 dan
terpilih kembali menjabat menjadi Walikota Surabaya pada 17 Februari 2016-
2021 mendatang. Melalui pemilihan langsung, Risma menggantikan Bambang
Dwi Hartono yang kemudian menjabat sebagai wakilnya. Pada periode
pertama masa jabatan, Tri Rismaharini harus merelakan wakilnya untuk maju
dalam pemilihan calon Gubernur Jawa Timur pada pilkada Jawa Timur,
Risma menjabat sebagai walikota dalam periode 2010-2015. Risma
juga menjadi salah satu nominasi walikota terbaik di dunia, 2012 World
Mayor Prize, yang digelar oleh The City Mayors Foundation. Ia terpilih
karena segudang prestasi yang sudah ia torehkan selama menjabat sebagai
Walikota Surabaya. Di bawah kepemimpinannya, Risma dinilai berhasil
menata Kota Surabaya menjadi kota yang bersih dan penuh taman. Salah satu
buktinya adalah pemugaran Taman Bungkul di tengah kota. Dulunya, taman
tersebut tidak layak disebut taman, namun kini Taman Bungkul menjadi
taman terbesar dan terkenal di Kota Surabaya. Selain itu, ia juga telah
5
berperan besar dalam membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep
modern di sepanjang Jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga
Jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Dalam surat kabar di
internet, Profil Merdeka dikatakan ―Risma menjadi kandidat walikota terbaik
dunia asal Indonesia bersama dua orang lainnya, yaitu Gubernur Sulawesi
Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Walikota Solo Joko Widodo.
Serta Kepala Desa Perempuan Desa Mukti karya juga terbukti objektif
dalam memperlakukan bawahannya. Objektif disini lebih memiliki artian
bahwa apabila bawahan melakukan pekerjaan dengan baik dan benar, pujian
akan diberikan. Namun, apabila pekerjaan bawahannya masih terdapat
kekurangan atau kesalahan, beliau akan menegur, tanpa mengkritik dan
mengarahkan bagaimana seharusnya. Kaitannya dengan gaya kepemimpinan
hal tersebut merupakan tipe kepemimpinan demokratis, yaitu pemimpin
bersikap objektif dalam pujian dan ktritik terhadap bawahannya dimana
pemimpin terjun langsug dan berbaur dengan anggota organisasi namun, tanpa
terlampau melakukan banyak pekerjaan bawahannya.
Visi dan misi yang diemban oleh seorang Kepala Desa dalam
kapasitasnya sebagai pemimpin adalah meningkatkan pelayanan publik, dan
pengelolaan pembangunan. Hal ini dapat dicapai dengan mengoptimalkan
potensi desa yang ada serta memperhatikan masyarakat sesuai dengan Sumber
Daya Manusia yang ada. Tentunya hal tersebut tidaklah mudah, apalagi bagi
seorang pemimpin perempuan. Tentunya hal ini dapat diciptkan suasana yang
harmonis dengan lingkungan masyarakat yang dipimpin dan harus mempunyai
6
langkah-langkah strategis dalam upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Secara umum pelayanan yang dilaksanakan Bu Nanik Warsini kepada
masyarakat sudah cukup memuaskan hal tersebut berarti bahwa kinerja beliau
sebagai Kepala Desa Mukti Karya patut diapresiasi. Lebih lanjut, menurut
salah satu warga desa Mukti Karya, Kepala Desa Mukti Karya dengan dibantu
perangkat desa memberikan pelayanan pengurusan administrasi
kependudukan, pertahanan dan lain-lain dikerjakan dengan cepat dan dilayani
selama 24 jam, baik pelayanan pada jam kerja di kantor desa atau Balai Desa
maupun diluar jam kerja dirumah Kepala Desa, sekretaris desa atau perangkat
desa lainnya. Pelayanan tersebut tentunya dengan ditunjang adanya sarana dan
prasarana yang cukup memadai jadi lebih memudahkan Kepala Desa dan
perangkat desa untuk melakukan pelayanan publik kepada masyarakat..
Keberhasilan sebuah pemerintahan tidak lepas dari peran serta
pemimpin. Kinerja pemimpin akan mempengaruhi keberhasilan pemerintahan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di tengah gejolak persaingan
politik sekarang ini, masyarakat mengalami krisis kepercayaan terhadap calon
pemimpin yang akan mewakili aspirasi mereka di dalam pemerintahan.
Pemerintahan yang bersih sangat diharapkan oleh masyarakat. Pemimpin
diharapkan bekerja dengan produktif, lebih baik dan lebih dapat dipercaya
guna mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan
yang sekarang ini selalu dipandang sebelah mata.
7
Prestasi dan keterampilan yang tinggi yang ditunjukkan oleh kaum
wanita, telah berhasil membuktikan bahwa wanita memiliki banyak persamaan
dengan laki-laki. Dengan kemampuannya tersebut wanita dapat memiliki
peran ganda, yaitu menjadi wanita sukses (wanita karier) dengan tanpa
meninggalkan kodrat kewanitaannya sebagai ibu rumah tangga yang menjadi
tanggung jawabnya. Salah satu kesuksesan wanita di luar dunianya, dapat
dilihaat dari kepemimpinan seorang wanita. Bahkan, kemampuan, ambisi, dan
keberhasilan wanita dalam kepemimpinan dapaat melebihi laki-laki, karena
pada wanita tersimpan kekuatan berupa ketegasan, ketegaraan, dan
kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat.
Kepemimpinan seorang perempuan sekarang ini bukan menjadi suatu
hal yang aneh karena di Indonesia pemimpin bukan hanya diperuntukkan
untuk laki-laki saja namun perempuan juga memiliki hak yang sama seperti
laki-laki untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan seorang perempuan
sekarang ini bisa disejajarkan dengan kepemimpinan seorang laki-laki baik
dalam kinerja maupun dalam melayani masyarakat. Perempuan yang mulanya
hanya dipadang sebelah mata dan diragukan dalam memipin sekarang
dipandangan positif oleh masyarakat. Terjun ke dunia politik bagi perempuan
bukan berarti harus menjadi anggota legislatif, bupati, walikota atau presiden.
Namun berperan aktif di ranah politik merupakan pembuktian kemampuan
intelegensia sekaligus aktualisasi diri bagi kaum Hawa. Keterlibatan
perempuan dengan politik berarti membukakan akses bagi perempuan untuk
ikut menentukan kebijakan publik. Sebab masalah yang dihadapi masyarakat
8
selama ini juga merupakan masalah perempuan. Sebaliknya, masalah
perempuan juga persoalan masyarakat. Untuk itulah perempuan wajib
menentukan sikap dalam pengambilan keputusan tersebut dan melakukan
kontrol atas keputusan politik itu sendiri.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada pasal 27
ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1) Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusian.
Berdasarkan ketentuan didalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2 tersebut bahwa setiap warga
Negara semua sama dimata hukum tidak ada pengecualian antara kaum laki-
laki maupun kaum perempuan dan semua warga Negara berhak mendapatkan
hak-hak nya tidak ada perbedaan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan,
Dengan adanya kesetaraan tersebut pemerintah mencanangkan adanya
keterwakilan perempuan di legislatif seperti yang telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 245:
Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam pasal 243 memuat
keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dengan
adanya keterwakilan perempuan dilegislatif pemerintah berpikir guna untuk
mendongkrak eksistensi perempuan dikalangan politik.
9
Beberapa fenomena diatas juga didukung dengan adanya UU Desa dan
keberpihakan terhadap kaum perempuan UU Desa Nomor 6 Tahun 2014.
Secara khusus di atur dalam pasal 54 UU Desa, menempatkan asas partisipasi,
kesetaraan, dan pemberdayaan. ketiga asas sebagai fondasi pembangunan
yang inklusif, yang mengakomodasi nilai kesetaraan gender melalui partisipasi
dan pemberdayaan perempuan. Mengkoordinasikan kegiatan pembangunan
Desa yang dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa
seperti tercantum dalam ayat 1 pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan mempertimbangkan
keadilan gender. UU Desa Nomor 6 sebagai bagian keberpihakan dan
pengakuan terhadap peran perempuan sehingga mengakomodasi nilai
kesetaraan gender melalui partisipasi dan pemberdayaan perempuan.
Pilkades merupakan salah satu bentuk pesta demokrasi yang
merakyat.pemilu tingkat desa ini merupakan ajang kompetisi politik yang
dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran politik bagi masyarakat, khususnya
bagi perempuan. Pada Pilkades ini, masyarakat yang akan menentukan siapa
pemimpin desa ke depannya. Sehingga, perlu ketelitian dari setiap calon
pemilih dalam menilai calon pemimpin yang akan dipilinya. Namun pilkades
terasa lebih spesifik dari pemilu-pemilu di atasnya, yaitu adanya kedekatan
dan keterkaitan secara langsung antara pemilih dan para calon. Sehingga, suhu
politik di lokasi sering kali terasa dari pada saat pemilu lain. Para bakal calon
biasanya sudah banyak dikenal oleh setiap anggota masyarakat yang akan
memilih, namun demikian sosialisasi program atau visi misi sering kali tidak
10
dijadikaan sebagai media kampanye atau pendidikan politik yang baik.
Kedekatan peribadi sering kali banyak dipakai oleh masyarakat untuk
menentukan pilihannya, dalam hal ini pendidikan politik perlu dikembangkan
apalagi bagi kaum perempuan. Seringkali kaum perempuan kurang paham
dengan politik, sehingga mereka selalu pasrah dengan keputusan yang dibuat
oleh laki-laki dan hal ini menimbulkan pemikiran bahwa kodrat seorang
perempuan hanyalah dirumah mengurus rumah tangga tanpa perlu terlibat
dalam aktivitas publik.
Dengan mengembangkan keterwakilan perempuan, perempuan dapat
menjadi politikus yang andal, politikus yang tidak akan menyakiti hati lawan
politiknya apapun alasannya, politikus yang tidak akan menggunakan intrik
politik sebagaimana biasa digunakan oleh laki-laki karena politikus
perempuan dapat mengasah sifat keibuannya yang selalu tanggap terhadap
kebutuhan orang lain untuk menyelesaikan agenda politiknya. Perempuan juga
mempunyai hak yang setara untuk berkiprah dalam politik, karena itu
keterwakilan perempuan dalam lembaga politik sangat perlukan. Pemerintah
dalam hal ini kementrian dalam negeri menaruh konsen terhadap pemenuhan
keterwakilan perempuan didalam lembaga politik sekaligus mendorong
partisipasi kaum perempuan untuk ikut andil di lembaga politik dengan
melalui program pendidikan politik. Agar keterwakilan perempuan dapat
dimaksimalkan perlu adanya keikutsetaan pemerintah untuk memberikan
pengaruh positif terhadap warga Negara Indonesia khususnya perempuan
sangat berperan penting, tetapi untuk hal itu saja dirasa belum cukup
11
sempurna bilamana masih minim sekali kesadaran pribadi perempuan untuk
dapat ikut andil didalam kancah politik khusunya dilembaga politik.
Selama ini, perempuan yang berperan dalam politik sangat kecil,
sehingga usulan yang dibuat menghadapi ketentuan dan hambatan, terutama
untuk memperjuangkan kepentingan perempuan. Deskriminasi perempuan
membuat sebagian perempuan trauma untuk memberikan peluang bagi dirinya
untuk menempuh jalur kekuasaan. Peran politik perempuan dalam
menentukan arah kebijakan selalu terbungkam dan kalah oleh dominasi
kekuasaan dan kepentingan laki-laki. Artinya, dalam social masyarakat
perempuan dinilai tidak mampu memimpin dan membuat kebijakan.
Perempuan dianggap sebagai sosok yang lebih mengutamakan perasaan
dibandingkan rasionalitas. Konstruksi yang demikian membuat masyarakat
berpikir bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang tak berdaya dalam
menguasai sesuatu, termasuk dalam hal berpolitik. Hal tersebut merupakan
akibat dari penyalah artian konsep gender.
Membicarakan citra perempuan, khususnya perempuan jawa, erat
kaitannya dengan segudang tata karma yang menyertainya. Pandangan bahwa
perempuan haruslah menjadi seorang penurut, setia, serta lembut telah
tertanam dalam kehidupan. Pandangan ini diperkuat karena budaya priyayi
yang diadopsi oleh kebanyakan keluarga jawa dari golongan kelas atas
(kraton), khususnya masyarakat berada di wilayah sekitar keraton. Budaya dan
tata nilai dalam masyarakat telah yang telah dibentuk seddemikian rupa,
membuat terjadinya pembagian peran antara kaum laki-laki dan perempuan.
12
Dimana, peran public dimainkan oleh laki-laki sedangkan peran domestic
dimainkan oleh perempuan. Warisan budaya yang dipelihara dalam
masyarakat, sering memposisikan perempuan sebagai pelengkap, membuat
perempaun takut untuk menyuarakan hak-hak yang sepatutnya didapatkan
oleh perempuan. Pemikiran-pemikiran dangkal seperti itulah yang
menyebabkan patriarki tersebut.
Sistem patriarkhis yang telah menjadi budaya di hampir seluruh
lapisan masyarakat Indonesia membuat kaum laki-laki mempunyai dominasi
di berbagai sektor kehidupan. Sistem patriarkhi mengakibatkan terdapatnya
pendikotomian nilai dan peran gender yang merupakan gambaran dari
konstruksi sosial antara hubungan laki-laki dan perempuan. Dikotomi yang
muncul dalam masyarakat mengakibatkan ketidakadilan pembagian peran
yang diterima oleh laki-laki dan perempuan. Peran publik dianggapnya
sesuatu yang dianggap peran laki-laki dan peran domestik (rumah tangga)
adalah peran yang harus ditanggung oleh kaum perempuan. Hal ini
terusmenerus disosialisasikan, diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya
sehingga terciptalah konstruksi budaya yang seolah-olah menjadi kodrat
bahwa perempuan itu harus di sektor domestik dan sektor publik menjadi
monopoli laki-laki.
Kepemimpinan kepala desa perempuan menjadi hal yang menarik
untuk di pelajari. Pengaturan dalam semua undang-undang tentang pemerintah
desa telah meletakkan peranan kepala Desa sangat strategis. Kepala Desa juga
merupakan komponen signifikan bagi keberhasilan pembangunan nasional dan
13
merupakan figure yang menentukan efektifitas tujuan organisasi Pemerintah
Desa. Kepala Desa adalah sosok penting yang harus bisa membawa nilai-nilai
perubahan dalam suatu organisasi publik agar bisa menjadi sebuah organisasi
yang professional, akuntabel, transparan, dan dapat menghadapi tantangan-
tantangan dimasa depan.
Jika dikaitkan dengan maraknya fenomena figur perempuan yang
kemudian hadir dan mengisi jabatan publik sebagai sosok pemimpin.
Tentunya hal ini menimbulkan paradigma yang jika dipandang memiliki dua
sisi. Dimana tentunya terjadi pro dan kontra. Sebab secara pandang agama dan
kodrati kaum perempuan dianggap belum mampu menjadi sosok pemimpin
dimasyarakat. Terlebih lagi, banyak stigma gender yang menyatakan bahwa
perempuan tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mejadi seorang
pemimpin. Namun kenyataanya banyak juga kaum perempuan yang kemudian
mendobrak stigma tersebut. salah satunya adalah Ibu Ani Widayanti, yang
berhasil memangku jabatan sebagai Kepala Desa Sumbermulyo Kecamatan
Bambanglipuro Kabupaten Bantul. Oleh karena itu beranjak dari
permasalahan tersebut Sehingga mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian yang berjudul ―Kekuasaan Perempuan studi terhadap
kepemimpinan di Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten
Bantul‖.
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk memberikan batasan
dalam proses penelitian maka penulis memilih beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kekuasaan perempuan dalam memimpin desa di Desa
Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.?
2. Bagaimana kepemimpinan perempuan dalam mempertahankan, merawat
serta mendistribusikan sumberdaya kekuasaan Desa Sumbermulyo
Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan bagaimana kekuasaaan perempuan dalam memimpin
desa di Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipiro Kabupaten Bantul.
2. Menggambarkan Bagaimana kepemimpinan perempuan dalam
mempertahankan, merawat serta mendistribusikan sumberdaya kekuasaan
Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Pemerintahan di
STPMD‖APMD‖ Yogyakarta.
15
b. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kekuasaan
perempuan di Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro
Kabupaten Bantul.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan,
pengetahuan dan menambah cakrawala dalam melihat kekuasaan
seorang perempuan dalam menjabat. Serta memberikan gambaran
tentang kepemimpinan perempuan yang memiliki pengaruh dalam
memimpin desa.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan terhadap
perempuan untuk ikut serta berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
di selenggarakan Desa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, diharapkan dapat menjadi penunjang untuk melatih
kemampuan berfikir dan bersikap ilmiah dalam mencari penjelasan
dari fenomena politik perempuan baik di tingkat lokal, nasional,
maupun internasional. Serta Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk memberi tambahan informasi, referensi dan sebagai
acuan bagi yang membutuhkan dan dapat berguna untuk memberikan
sumbangan pemikiran bagi akademika yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.
b. Bagi Universitas dan masyarakat pada umumnya, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi informasi dan wacana baru serta
memasukkan dalam upaya meningkatkan partisipasi politik perempuan
16
guna mendukung kehidupan politik yang lebih demokratis,
bertanggung jawab, dan bermartabat. Serta Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukkan serta evaluasi bagi
Pemerintah Desa untuk meningkatka partisipasi perempuan.
E. Kerangka Teori
1. Teori Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok
lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan
keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.
Kekuasaan Politik adalah ―kemampuan untuk mempengaruhi
kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-
akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri‖.
Jenis-jenis kekuasaan yang kita ketahui pada umumnya sekiranya
dapat dibagi beberapa jenis kekuasaan sebagai berikut: (a) kekuasaan
eksekutif, yaitu yang dikenal dengan kekuasaan pemerintahan dimana
mereka secara teknis menjalankan roda pemerintahan, (b) kekuasaan
legislatif, yaitu sesuatu yang berwenang membuat, dan mengesahkan
perundang-undangan sekaligus mengawasi roda pemerintahan, (c)
kekuasaan yudikatif, yaitu sesuatu kekuasaan penyelesaian hukum, yang
didukung oleh kekuasaan kepolisian, demi menjamin law enforcement/
pelaksanaan hukum.
17
Unsur-unsur kekuasaan, ada tiga komponen dalam rangkaian
kekuasaan yang akan mempengaruhi penguasa atau pemimpin dalam
menjalankan kekuasaannya. Komponen ini harus diikuti, dipelajari, karena
saling terkait didalam roda kehidupan penguasa. Tiga komponen ini adalah
pemimpin (pemilik atau pengendali kekuasaan), pengikut dan situasi.
Pemimpin, sebagai pemilik kekuasaan, bisa mempengaruhi pengikutnya.
Bahkan menciptakan pengikut, menggiring pengikut, menjadi provokator
pengikut, sehingga kepengikutan si pengikut akan membabi buta, tidak
rasional lagi. Pengikut sebaliknya juga bisa mempengaruhi pemimpin, bisa
memberikan bisikan kepada pemimpin, bisa menyuruh untuk
mempertahankan kekuasaan dan bahkan bisa menjatuhkan kekuasaannya.
Pemimpin juga bisa menciptakan suatu situasi, merekayasa situasi. Akan
tetapi perlu diketahui bahwa dari situasi itu juga maka sang pemimpin bisa
mujur, bisa untung dan karena situasi itu pula sang pemimpin pada
akhirnya akan jatuh dan menghabiskan riwayat kekuasaannya sendiri.
Dalam hal ini dibutuhkan figur pemimpin yang benar-benar cerdas dalam
memperhitungkan situasi yang diciptakannya.
Dari gerak tiga komponen diatas, maka kekuasaan juga mempunyai
unsur influence, yakni menyakinkan sambil beragumentasi, sehingga bisa
mengubah tingkah laku. Kekuasaan juga mempunyai unsur persuation,
yaitu kemampuan untuk menyakinkan orang dengan cara sosialisasi atau
persuasi (bujukan atau rayuan) baik yang positif maupun negatif, sehingga
bisa timbul unsur manipulasi, dan pada akhirnya bisa berakibat pada unsur
18
coersion, yang berarti mengambil tindakan desakan, kekuatan, kalau perlu
disertai kekuasaan unsur force atau kekuatan massa, termasuk dengan
kekuatan militer. Dengan begitu penjelasan tentang kekuasaan diatas para
kandidat bisa menggunakan tiga komponen yaitu diantara influence,
persuation, dan coercion.
Dalam kekuasaan ini, menggunakan teori kekuasaan Max Weber
dan teori fungsional struktural talcoot parsons. weber mendefinisikan
kekuasaan sebagai kemungkinan bagi seseorang untuk memaksakan
orang-orang lain berperilaku sesuai dengan kehendaknya. Politik demikian
dapat kita simpulkan pada instansi pertama berkenaan dengan pertarungan
untuk kekuasaan.
Max weber mengemukakan beberapa bentuk wewenang manusia
yang menyangkut juga kepada hubungan kekuasaan. Yang
dimaksudkannya dengan wewenang (authority) adalah kemampuan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal oleh anggota–
anggota masyarakat. Jenis authority yang disebutnya dengan rational legal
authority sebagai bentuk hierarki wewenang yang berkembang didalam
kehidupan masyarakat modern. Wewenang sedemikian ini dibangun atas
dasar legitimasi (keabsahan) yang menurut pihak yang berkuasa
merupakan haknya.
Dalam politik kekuasaan diperlukan untuk mendukung dan
menjamin jalannya sebuah keputusan politik dalam kehidupan masyarakat.
Keterkaitan logis antara politik dan kekuasaan menjadikan setiap
19
pembahasan tentang politik, selalu melibatkan kekuasaannya didalamnya.
Itulah sebabnya membahas sekularisasi kekuasaan. Sekularisasi politik
secara implisit bertujuan untuk mendesakralisasi kekuasaan untuk tidak
dilegimitasi sebagai sesuatu yang bersifat sakral atau suci. Kekuasaan
sebagai aktivitas politik harus dipahami sebagai kegiatan manusiawi yang
diraih, dipertahankan sekaligus direproduksikan secara terus menerus.
Kekuasaan (power) digambarkan dengan berbagai cara kekuasaan
diartikan sebagai kemungkinan mempengaruhi tingkah laku orang–orang
lain sesuai dengan tujuan–tujuan sang actor. Politik tanpa kegunaan
kekuasaan tidak masuk akal, yaitu selama manusia menganut pendirian
politik yang berbeda–beda, apabila hendak diwujudkan dan dilaksanakan
suatu kebijakan pemerintah, maka usaha mempengaruhi tingkah laku
orang lain dengan pertimbangan yang baik. Kekuasaan senantiasa ada
didalam setiap masyarakat baik masih bersahaja maupun yang sudah besar
dan rumit susunannya. Akan tetapi selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi
rata kepada semua anggota masyarakat.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan atau
mempengaruhi sesuatu atau apapun. Kekuasaan dalam konteks ini
berhubungan dengan agency, bahawa hal itu untuk kemampuan seseorang
melakukan perubahan/perbedaan di dunia. Kekuasaan adalah kemampuan
yang legal, kapasitas atau kewenangan untuk bertindak, khususnya pada
proses mendelegasikan kewenangan. Kekuasaan dalam pemahaman ini
merujuk pada kewenangan atau hak yang oleh sebahagian orang harus
20
mendapatkan pihak lain untuk melakukan segala yang mereka anggap
sebagai wewenang.
Max Weber mengatakan, kekuasaan (power) adalah kesempatan
seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap
tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan
tertentu. Kekuasaan harus membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan
bukan mendatangkan dominasi yang mengakibatkan ketidakadilan dan
diskriminasi politik bagi masyarakat. Hak milik kebendaan dan kedudukan
adalah sumber kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah satu sumber
kekuasaan, disamping kemampuan khusus dalam bidang ilmu-ilmu
pengetahuan ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu.
Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam hubungan sosial maupun
didalam organisasi-organisasi sosial.
Terkait dengan kekuasaan dalam pemerintahan desa, Max Weber
membagi kekuasaan dalam tiga tipe, yaitu;
a. Kekuasaan tradisional, yaitu kekuasaan yang bersumber dari tradisi
masyarakat yang berbentuk kerajaan dimana status dan hak para
pemimpin juga sangat ditentukan oleh adat kebiasaan. Tipe jenis ini
melembaga dan diyakini memberi manfaat ketentraman pada warga.
b. Kekuasaan kharismatik. Tipe yang keabsahannya berdasarkan
pengakuan terhadap kualitas istimewa dan kesetiaan kepada individu
tertentu serta komunita bentukkannya, tipe ini di miliki oleh seseorang
21
karena kharisma kepribadiannya. Kekuasaan tipe ini akan hilang atau
berkurang apabila yang bersangkutan melakukan kesalahan fatal. Selain
itu, juga dapat hilang apabila pandangan atau paham masyarakat
berubah.
c. Kekuasaan rasional-legal, yaitu kekuasaan yang berlandaskan sistem
yang berlaku. Bahwa semua peraturan ditulis dengan jelas dan
diundangkan dengan tegas serta batas wewenang para pejabat atau
penguasa ditentukan oleh aturan main. Kepatuhan serta kesetian tidak
ditujukan kepada pribadi pemimpin, melainkan kepada lembaga yang
bersifat impersonal. Dalam masyarakat demokratis kedudukan
wewenang berupa sistem birokrasi, dan ditetapkan untuk jangka waktu
terbatas (periode). Hal ini untuk mencegah peluang yang berkuasa
menyalahgunakan kekuasaannya sekaligus menjamin kepentingan
masyarakat atas kewenangan legal tersebut.
Ketiga tipe kekuasaan tersebut menurut Weber salah satunya
terdapat di setiap masyarakat. Pemerintahan Desa dalam konteks ini
memiliki kekuasaan paling dekat pada poin ketiga yaitu tipe rasional legal,
tetapi dalam aplikasinya mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan konsep
ideal Weber.
Foucault mengemukakan teorinya mengenai wacana sebagai
pengetahuan yang terstruktur: aturan, praktik yang menghasilkan
pernyataan bermakna pada satu rentang historis tertentu. Ia berpendapat
bahwa konsep kekuasaan telah berubah dibandingkan dengan abad ke-19.
22
Ciri kekuasaan pada saat itu, ada yang cenderung brutal, dioperasikan
secara terus-menerus, menekankan ketaatan pada tata cara dan penuh
dengan simbolisme, dan yang terakhir berada di ruang publik. Kekuasaan,
menurut Foucault, bukan milik siapa pun, kekuasaan ada di mana-mana
kekuasaan merupakan strategi. Kekuasaan adalah praktik yang terjadi
dalam suatu ruang lingkup tertentu ada banyak posisi yang secara strategis
berkaitan satu dengan yang lain dan senantiasa mengalami pergeseran.
Kekuasaan menentukan susunan, aturan, dan hubungan dari dalam.
Kekuasaan bertautan dengan pengetahuan yang berasal dari relasi-relasi
kekuasaan yang menandai subjek. Karena Foucault menguatkan kekuasaan
dengan pengetahuan sehingga kekuasaan memproduksi pengetahuan,
pengetahuan yang menyediakan kekuasaan, ia mengatakan bahwa
kekuasaan tidak selalu bekerja melalui penindasan dan represi, melainkan
juga normalisasi dan regulasi.
Jadi kesimpulan dari penjelasaan di atas adalah secara umum
kekuasaan ialah suatu kemampuan untuk dapat mempengaruhi perilaku.
dan kekuasaan yang dirumuskan secara umum sebagai kemampuan dari
seseorang pelaku agar dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku dari
seseorang hingga bisa sesuai ataupun persis dengan keinginan dari pelaku
yang mempunyai kekuasaan. sebuah kemampuan didalam suatu hubungan
sosial didalam melaksanakan kemauan sendiri walaupun mengalami
sebuah perlawanan dan juga apapun dasar dari kemampuan tersebut.
kesimpulannya adalah sebuah keegoisan didalam suatu kelompok meski
23
begitu keegoisan itu mempunyai pertentangan, akan tetapi tidak mampu
melawan dikarenakan adanya sebuah kekuasaan tersebut.
2. Nilai Kearifan Perempuan Jawa
Feminisme sebagai sebuah gerakan kemanusiaan sebuah fenomena
global yang tidak dapat ditolak. Di satu sisi terdapat keinginan untuk
mendudukan perempuan sejajar dengan laki-laki, inilah pengaruh
Feminisme Liberal yang menekankan penghormatan terhadap hak-hak
individual dan kodrati yang dimiliki manusia sejak lahir. Di sisi lain
terdapat kenyataan lain, bahwa budaya-budaya lokal yang ada di dunia,
mempunyai cara tersendiri dalam melihat dan mensikapi posisi dan peran
perempuan dalam budaya tersebut, inilah tema yang diusung oleh
Feminisme Multikultural. Keragaman latar belakang budaya, cara berpikir
serta kearifan perempuan akan sangat mempengaruhi cara perempuan
mensiasati dan menghadapi kettidakadilan yang dialami. Dalam hal ini
keunikan dan subjektivitas setiap perempuan sangat dihargai dan diberi
tempat yang lebih leluasa.yang dimiliki perempuan selama ini. kesejajaran
dan keadilan terhadap perempuan, merupakan satu hal yang tidak dapat
ditolak. Hal ini merupakan dampak kemajuan ilmu dan kemajuan tata pikir
manusia, namun demikian di lain pihak terdapat nilai-nilai budaya yang
mengatur kehidupan manusia dan telah beribu-ribu tahun hidup dan
mengakar kuat, mengatur kehidupan manusia dalam budaya tersebut.
Berkaitan dengan perempuan Jawa. Fakta memperlihatkan bahwa
gagasan Feminisme Liberal telah berpengaruh lama pada pemikiran
24
perempuan Jawa. Ini dapat dilihat pada sosok Kartini, yang pada waktu itu
telah berpikir untuk memberikan pendidikan kepada kaumnya. Konsep
kesejajaran inilah yang pada akhirnya berkembang demikian pesat hingga
awal tahun 2000. Perempuan Jawa telah menunjukkan diri, bahwa dirinya
mampu berperan sejajar dengan laki-laki. Namun demikian, di sisi lain
perempuan Jawa dengan Kejawaannya selalu dituntut untuk selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan sebagai manusia Jawa. Nilai-nilai
tersebut saat ini mulai dipertanyakan, apakah masih relevan untuk
dipegang dan dianut oleh perempuan Jawa, mengingat nilai-nilai tersebut
merupakan hasil budaya patriarkhi, yang tentu saja lebih banyak
merugikan perempuan. Berdasarkan hal tersebut, penting kiranya untuk
melakukan reinterpretasi terhadap nilai-nilai kearifan perempuan Jawa
tersebut. Hal ini penting mengingat hingga saat ini nila-nilai tersebut
masih ada, hidup dan berkembang di kalang perempuan Jawa.
Melihat sekilas nilai-nilai kearifan Jawa seperti kerukunan,
penghormatan, pengendalian diri, nrima, sabar dan sumarah, tampak
bahwa nilai-nilai tersebut tidak relevan untuk diterapkan pada kondisi saat
ini. Kehidupan yang demikian materialis penuh kompetisi sangat
berlawanan dengan nilai-nilai tersebut.
a. Kekuatan Dimensi Feminin
Budaya Jawa seperti halnya budaya timur yang lain,
membedakan secara tegas prinsip kelaki-lakian (maskulinitas) dan
keperempuanan (feminitas) yang ada di alam semesta. Selanjutnya
25
prinsip-prinsip tersebut, menjalar dalam semua aspek kehidupan
manusia, termasuk dalam konteks peran dan kedudukan jenis manusia.
Dalam budaya Jawa, kedudukan dan peran perempuan cenderung
berhubungan dengan hal-hal yang menekankan aspek feminin yang
dimiliki terutama terkait dengan fungsi perasaan (afeksi). Sebagai
contoh yaitu peran sebagai ibu yang mengedepankan aspek
pengasuhan, keibuan, kelemahlembutan, kasih saying dan memelihara.
Peran sebagai istri yang menekankan aspek kehalusan, cinta kasih dan
kesabaran. Dengan berbagai ajaran dan petuah yang diberikan kepada
perempuan Jawa maka mereka terlatih untuk mengembangkan dimensi
feminine yang dimiliki, seperti kekuatan untuk berempati, berintuisi
dan merasa.
Berkaitan dengan kearifan manusia Jawa secara umum yaitu
selalu berusaha mempertahankan keseimbangan batin, menunjukkan
diri selalu tenang, halus dan terkontrol maka tampak jelas bahwa
manusia Jawa sesungguhnya lebih menonjolkan dimensi feminin yang
dimiliki. Nilai-nilai kearifan seperti pengendalian diri, nrima, sabar,
rila dan sumarah merupakan nilai yang sarat dengan dimensi feminin.
Nilai-nilai tersebut bukan hanya milik perempuan Jawa, tetapi nilai-
nilai tersebut dimiliki dan dikembangkan oleh manusia Jawa baik laki-
laki maupun perempuan. Contoh lain adalah konsep menang tanpa
ngasorake dalam strategi diplomasi Jawa. Jika ditilik lebih lanjut,
konsep tersebut sesungguhnyas arat dengan nilai feminin. Dalam
26
konsep tersebut, diplomasi yang dilakukan sangat halus, tidak terlihat,
penuh dengan simbol. Hal ini berbeda dengan diplomasi yang
menekankan nilai maskulin seperti win win solution yang dilakukan
dengan proses negosiasi dan tawar menawar.
Salah satu nilai yang menonjol dari dimensi feminine ini adalah
kepasifan dan ketenangan, tidak menunjukkan gejolak, pemberontakan
demi terciptanya harmoni. Perempuan Jawa tidak perlu menggunakan
nilai-nilai maskulin seperti kekerasan untuk mendapatkan peran dan
penghargaan.
b. Nilai-nilai Kearifan sebagai Nilai Kerokhanian
Lorens Bagus (1996:713) mengemukakan bahwa nilai sangat
berhubungan dengan kebaikan di dalam sesuatu sehingga
menimbulkan daya tarik bagi kehendak, hasrat, keinginan dan
dorongan bagi manusia untuk melakukan aktivitas. Nilai pada akhirnya
menjadi pendorong manusia untuk menghendaki ataupun melakukan
sesuatu, oleh sebab itu, nilai selalu bertitik tolak dari manusia dan
kesadarannya akan dirinya sendiri. Berkaitan dengan nilai-nilai
kearifan perempuan Jawa diantaranya kerukunan, penghormatan,
pengendalian diri, nrima, sabar, rila dan sumarah, maka dapat
direfleksikan bahwa nilai-nilai tersebut bertitik tolak dari kesadaran
perempuan yang berusaha untuk mencapai harmoni dalam semua
aspek kehidupan.
27
Nilai-nilai kearifan tersebut merupakan prinsip hidup yang
sangat berpengaruh terhadap tindakannya. Dalam hal ini, nilai dapat
dimengerti sebagai norma atau patokan yang selalu mengarahkan
manusia kepada perbuatan-perbuatan yang luhur untuk memperoleh
kebahagiaan di dalam kehidupannya.
Dengan merujuk pada pandangan Notonagoro tentang nilai,
maka dapatlah disimpulkan bahwa nilai-nilai kearifan perempuan Jawa
termasuk kategori nilai kerokhanian khususnya kebaikan moral, karena
menyangkut aspek internal dalam diri manusia yang bersumber pada
kehendak (will) manusia untuk mewujudkan harmoni (keseimbangan,
keserasian dan keselarasan) (Notonagoro, 1995:64).
Dari pandangan di atas peneliti menyimpulak bahwa nilai-nilai
kearifan perempuan Jawa yang masih ada dan dipegang teguh oleh
perempuan Jawa hingga saat ini adalah nilai kerukunan,
penghormatan, pengendalian diri, nrima, sabar, rila dan sumarah.
Nilai-nilai tersebut muncul dan berkembang berdasar prinsip harmoni,
keselarasan dan keseimbangan dalam hubungan antara makrokosmos
yang berpusat pada Tuhan dan mikrokosmos yang berpusat pada diri
sendiri. Nilai-nilai kearifan seperti pengendalian diri, nrima, sabar, rila
dan sumarah merupakan nilai yang sarat dengan prinsip feminin. Nilai-
nilai tersebut bukan hanya milik perempuan Jawa, tetapi nilai-nilai
tersebut dimiliki dan dikembangkan oleh manusia Jawa baik laki-laki
maupun perempuan.
28
c. Teori Politik
1) Menurut Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa
yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan
mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik
dan kerjasama.
2) Menurut F. Isjwara, Politik ialah salah satu perjuangan untuk
memperoleh kekuasaan atau sebagai tekhnik menjalankan
kekuasaankekuasaan.
3) Menurut Kartini Kartono, Politik dapat diartikan sebagai aktivitas
perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk
menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang
sah berlaku di tengah masyarakat.
Dari pendapat tersebut saya simpulkan bahwa politik
merupakan sebuah sarana memperjuangankan kekuasaan serta
mempertahankan kekuasaan itu demi tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian aturan-aturan dan keputusan yang tadi ditetapkan
serta dilaksanakan oleh pemerintah ditengah keadaan sosial yag
dipengaruhi oleh kemajemukan/ kebhinekaan, perbedaan kontroversi,
ketegangan dan konflik oleh karena itu perlunya di tegakkan tata tertib
sehingga dapat diharapkan dengan penegakan tata tertib tersebut tidak
akan terjadi perpecahan antar masyarakat .
d. Konsep-Konsep Demokrasi
29
Konsep demokrasi sebenarnya identik dengan konsep
kedaulatan rakyat, dalam hal ini rakyat merupakan sumber dari
kekuasaan suatu negara. Sehingga tujuan utama dari demokrasi adalah
untuk memberikan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada rakyat. Jika
ada pelaksanaan suatu demokrasi yang ternyata merugikan rakyat
banyak, tetapi hanya menguntungkan untuk orangorang tertentu saja,
maka hal tersebut sebenarnya merupakan pelaksanaan dari demokrasi
yang salah arah. Kedaulatan rakyat dalam suatu sistem demokrasi
tercermin dari ungkapan bahwa demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (goverment of
the people, by the people for the people).
Sistem pemerintahan ―dari rakyat‖ (goverment of the people)
adalah bahwa suatu sistem pemerintahan dimana kekuasaan berasal
dari rakyat dan para pelaksana pemerintahan dipilih dari dan oleh
rakyat melalui suatu pemilihan umum. Dalam hal ini, dengan adanya
pemerintahan yang dipilih oleh dari rakyat tersebut terbentuk suatu
legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan yang bersangkutan.
Sistem pemerintahan ―oleh rakyat‖ (goverment by the people),
yang dimaksudkan adalah bahwa suaatu pemerintahan dijalankan atas
nama rakyat, bukan atas nama pribadi atau atas nama dorongan pribadi
para elit pemegang kekuasaan. Selain itu, pemerintahan ―oleh rakyat‖
juga mempunyai arti bahwa setiap pembuatan dan perubahan UUD dan
undang-undang juga dilakukan oleh rakyat baik dilakukan secara
30
langsung (misalnya melalui sistem referendum), ataupun melalui
wakil-wakil rakyat yang ada di parlemen yang sebelumnya telah
dipilih oleh rakyat melalui suatu pemilihan umum.
e. Model-model Demokrasi
Menurut Inu Kencana ada dua model demokrasi jika dilihat
dari segi pelaksanaan, yaitu demokrasi langsung (direct democracy)
dan demokrasi tidak langsung (indirect democracy). Demokrasi
langsung terjadi bila rakyat mewujudkan kedaulatannya pada suatu
negara dilakukan secara langsung, artinya hak rakyat untuk membuat
keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh
warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
Pada demokrasi langsung lembaga legislatif hanya berfungsi
sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan
pemilihan pejabat eksekutif (presiden, wakil presiden, gubernur,
bupati, dan walikota) dilakukan rakyat secara langsung. Begitu juga
pemilihan anggota parlemen atau legislatif (DPR, DPD, DPRD)
dilakukan rakyat secara langsung.
Demokrasi tidak langsung terjadi bila untuk mewujudkan
kedaulatannya rakyat tidak secara langsung berhadapan dengan pihak
eksekutif, melainkan melalui lembaga perwakilan. Pada demokrasi
tidak langsung, lembaga parlemen dituntut kepekaannya terhadap
berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dalam
31
hubungannya dengan pemerintah atau negara. Demokrasi tidak
langsung disebut juga dengan demokrasi perwakilan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan demokrasi
adalah suatu sistem atau tatanan pemerintahan yang memberikan
kekuasaaan kepada rakyat. Kekuasaan pemerintahan di tangan rakyat,
meliputi pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan
pemerintahan untuk rakyat. Demokrasi yang berjalan di Indonesia
adalah demokrasi Pancasila di mana nilai-nilai dalam pancasila
digunakan sebagai sumber dalam menjalankan pemerintahan.
3. Kepala Desa Perempuan
Keterlibatan perempuan dalam lembaga politik, telah
mengambarkan perempuan mampu terjun dan aktif di bidang politik.
Fakih (2001:80) aliran fungsionalisme struktural atau sering disebut aliran
fungsioalisme, adalah mazhab arus utama (mainstream) dalam ilmu sosial
yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons. Teori ini
memang tidak secara langsung menyingung masalah kaum perempuan.
Pengaruh fungsionalisme tersebut dapat kita temui dalam pemikiran
Feminisme Liberal. Aliran ini muncul sebagai kritik terhadap teori praktek
liberal yang pada umumnya menjunjung tinggi nilai moral serta kebebasan
individu, namun pada saat yang sama dianggap mendiskriminasi
perempuan.
Munculnya aliran feminisme tersebut mulai mengangkat peran
perempuan. Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam kaca
32
mata hukum. Kepemimpinan kini tidak lagi hanya di kekuasai oleh laki-
laki, namun perempuan juga memiliki hak yang sama untuk menjadi
pemimpin. Indonesia, mencatat perah memiliki presiden perempuan yakni
Mega Wati Soekarno Putri, presiden ke V Indonesia, beliau adalah putri
dari Ir. Sekarno bapak proklamator Indonesia. terlepas dari hal tersebut,
kepala desa umumnya dipimpin oleh laki-laki, yang dianggap arif,
bijaksana, dan tegas. Perempuan pun juga masih memiliki celah peluang
untuk dapat menduduki kursi kepala desa. Khusus dalam hal
kepemimpinan ini, perlu dipertanyakan; sampai mana ada peluang bagi
pemimpin wanita di tingkat paling bawah (pemimpin lokal atau seringkali
dikenal sebagai kader-kader karena pemimpin wanita ditingkat desa
biasanya bertindak sebagai ―pemaung atau pembina‖) untuk lebih tampil
dalam masyarakat.
Asumsinya sampai berapa jauh pemimpin-peminpin lokal ini
dibenarkan (oleh kebudayaan dalam masyarakat) untuk tampil kedepan
membantu wanita lain yang membutuhkannya. Meningkatkan peluang
bagi pemimpin wanita ditingkat lokal khususnya dan di tingkat desa pada
umumnya (Sajogjo, 1985:257).
Dalam kepemimpinan perempuan menurut Carol A. O’Cannor
memiliki kelebihan dan kelemahan dalam memimpin bawahannya yaitu
sebagai berikut:
33
a. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan Kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
perempuan adalah sebagai berikut:
1. Perempuan identik dengan sifat kelembutan, ketenangan, dan
kerendahan hati.
Sifat yang dimilki perempuan tentu berbeda dengan sifat
yang dimiliki laki-laki, hal ini yang dapat menjadikan ciri
perempuan dalam memimpin bawahannya yakni kerendahan hati
yang dimilki akan meimbulkan kesan nyaman terhadap
bawahannya yang dipimpinnya karena pemimpin tersebut dapat
menempatkan diri di mana pun berada dan tidak merasa ada
perbedaan antara bawahan dengan atasan, ketenangan dalam
berfikir dan menyelesaikan persoalan dapat menjadi salah satu
kelebihan seorang pemimpin perempuan setiap persoalan tidak
akan pernah selesai jika tidak ditanggapi dengan ketenangan
berpikir, sifat lembut yang dimiliki perempuan pada umumnya
dapat menimbulkan suasana kerja yang kondusif karena perintah-
perintah yang diberikan dan saran yang diberikan untuk
bawahannya selalu disampaikan dengan tutur kata yang halus.
2. Memiliki Sifat Analisis dan Hati-Hati
Bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang
nantinya digunakan sebagai kebijakan desa maupun untuk masa
depan desa yang dipimpinnya, menganalisis setiap persoalan yang
34
dihadapi bawahannya maupun masalah pribadi dalam
kehidupannya sebelum mengambil keputusan menjadi salah satu
tolok ukur kepemimpinannya.
3. Lebih memahami dan mengerti apa yang diinginkan bawahannya.
Saran dan kritik yang diberikan bawahan pada atasannya
harus selalu diterima dengan lapang dada dan diberi umpan balik
guna memotivasi kinerja bawahan. Mengerti dan memahami apa
yang diinginkan bawahan pada saat bekerja, misalnya seorang
bawahan menginginkan atasan lebih bersikap responsif terhadap
kinerja yang dilakukan guru maka pemimpin harus memahami hal
tersebut.
b. Kelemahan
Adapun kelemahan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
perempuan antara lain sebagai berikut:
1. Kepercayaan diri yang cenderung kurang Dukungan dari bawahan
juga sangat penting untuk kemajuan seorang pemimpin karena
bawahan lebih tahu bagaimana sifat dan cara memimpinnya, oleh
karena itu tidak jarang seorang pemimpin kurang percaya diri
dalam memimpin suatu lembaga karena kurangnya
support/dukungan dari bawahan untuk kemajuan organisasi yang
dipimpinnya tersebut dan hal ini dapat berakibat baruk untuk
perkembangan bawahan dalam bekerja dan untuk organisasi yang
dipimpin tersebut. Hal ini ternyata menjadi salah satu kelemahan
35
seorang perempuan dalam memimpin sebuah lembaga
pendidikan/sekolah.
2. Kurang Berani/Kurang Tegas dalam Mengambil Keputusan
Sifat analisis dan hati-hati dalam mengambil setiap
keputusan bisa menjadi salah satu kelebihan seorang pemimpin
perempuan namun analisis yang sudah tepat dipilihnya tersebut
kurang tegas diucapkan di hadapan bawahannya, pengambilan
keputusan yang tegas dapat mencerminkan seorang pemimpin akan
kewibawaan yang dimilikinya.
3. Kadang Muncul Sifat Otoriter
Sifat otoriter dan mendikte kadang busa muncul dalam
sebuah organisasi kepemimpinan karena seorang bawahan tidak
semuanya bisa mengikuti jalan pikiran atasannya oleh karena itu
ada juga bawahan yang tidak patuh terhadap perintah atasa, hal
inilah yang menimbulkan sifat otoriter seorang pemimpin kadang
muncul dan mendikte tiap tugas yang dilakukan bawahannya
karena ketidakpatuhan bawahan terhadap atasan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan kerangka teori maka Ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah mengenai Kekuasaan politik perempuan di Desa Sumbermulyo
Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul, maka dapat diukur
menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Cara Perempuan dalam Mencapai Kekuasaan.
36
2. Cara Perempuan dalam Mempertahankan Kekuasaan.
3. Cara Perempuan Merawat Kekuasaan.
4. Cara Perempuan Mendistribusikan Sumberdaya Kekuasan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif
Kualitatif, ada pun penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif di karenakan jenis penelitian ini menekankan pada observasi dan
wawancara mendalam di lapangan dan datanya dianalisis dengan cara non-
statistik (Mulyadi Muhammad 2012:10). Deskriptif kualitatif dalam suatu
penelitian kualitatif berguna untuk mengembangkan teori yang telah
dibangun dari data yang sudah didapatkan di lapangan. Metode penelitian
kualitatif pada tahap awalnya peneliti melakukan penjelajahan,
kemudian dilakukan pengumpulan data sampai mendalam, mulai dari
observasi hingga penyusunan laporan.
2. Unit Analisis
a. Obyek Penelitian
Agar dapat terfokus dalam pelaksanaan penelitian ini, dan
sesuai dengan lokasi yang tepat maka, obyek penelitian ini sendiri
adalah Kekuasaan Politik Perempuan di Desa Sumbermulyo
Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul
37
b. Subjek Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini agar terfokus untuk
memperoleh data yang akurat sesuai dengan yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini yakni Kekuasaan Politik Perempuan di Desa
Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul, oleh
karenanya peneliti menetapkan yang menjadi informan/narasumber,
Subjek penelitian yang di ambil adalah:
a) Kepala Desa Sumbermulyo : 1 orang
b) Kaur Pemerintahan Desa Sumbermulyo : 1 orang
c) Kepala Dusun : 6 orang
d) Ketua BPD : 1 orang
e) Ketua LPMD : 1 orang
Dengan total seluruh informan sebanyak 10 orang
Informan dalam penelitian ini dipilih melalui teknik purposive.
Teknik purposive dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006: 231).
38
Tabel I.1
Deskripsi Informan
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Dra. Ani Widayani, M.IP Lurah Pasca Sarjana/S2
2 Watana Dukuh Samen SMU/SMA
3 Rubono BPD Sarjana/S1
4 Andi Kurniawan, SPD Dukuh Tangkilan Sarjana/S1
5 H. Purwanto Dukuh Sinten SMU/SMA
6 Wagino Tejo Suwarno Dukuh Kutu SMU/SMA
7 Saliya Dukuh Gunungan SMU/SMA
8 Triyono Dukuh Kintelan SMU/SMA
9 Agus Sunaryo Dukuh Bondaalem SMU/SMA
10 R. Rantaya Dukuh Caben SMU/SMA
Sumber: Data Primer 2020
Berdasarkan uraian pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
informan dalam penelitian ini adalah pihak yang mengetahui secara
langsung terkait dengan penelitian yang penulis lakukan. data tersebut di
atas dapaat diketahui bahwa tingkat pendidikan informan dalam penelitian
ini paling banyak adalah tingkat pendidikan SMU/SMK serta Sarjana/S1
yang masing-masing berjumlah 6 orang dan 2 orang. Tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh informan tersebut telah menunjukkan kemampuan yang
baik untuk dapat menjawab pertanyaan terkait dengan pokok
permasalahan yang penulis teliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
peneliti melakukan pengamatan secara langsung dilapangan. Metode
observasi merupakan metode pengumpulan datayang dilakukan dengan
39
cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang
diselidiki (Supardi, 2006: 88).
Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu
sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi
memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah. Beberapa
yang dapat diperoleh dari hasil observasi adalah Tempat, Pelaku,
Kegiatan, Objek, Perbuatan, Peristiwa. Alasan peneliti melakukan
observasi dahulu untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau
kejadian.
Observasi dilakukan di Desa Sumbermulyo Kecamatan
Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
b. Wawancara Mendalam
Metode wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan (Supardi, 2006: 99). Wawancara yang juga
dikenal dengan interview adalah pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada
narasumber dan jawaban narasumber dicatat atau direkam.
Narasumber yang dimaksud adalah Kepala Desa Sumbermulyo,
Sekretari Desa, Perangkat Desa, , Badan Permusyawaratan Desa, dan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.
40
c. Dokumentasi
Menurut Hamidi (2004: 72), metode dokumentasi adalah
informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau
organisasi maupun perorangan. Dokumentasi peneliti ini merupakan
pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian.
Dokumen yang dimaksut adalah catatan, agenda, buku, serta yang
berhubungan dengan Desa Sumbermulyo seperti visi-misi Desa, fropil
Desa, foto kegiatan di lokasi, Demografi Desa, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa.
Dalam penelitian ini, dokumentasi meliputi:
1. Data Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro
a. Profil Desa
b. Sarana dan prasarana
c. Demografi Desa
2. Data Narasumber
a. Indentitas Narasumber
b. Aktifitas Narasumber
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik pemilihan informan dalam penelitian perlu, karena dapat
memfokuskan dan mendapatkan informasi-informasi yang akurat maka
Teknik yang digunakan adalah teknik purposive sampling dimana peneliti
cenderung memilih informan yang dianggap mengerti dan dipercaya
41
sebagai sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya sesuai yang
dikatakan oleh Sutopo (1998:21-22)
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut pendapat
M. Djunaidi Ghoni & Almanshur Fauzan (2012: 323) bahwa:
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan adanya
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks studi sewaktu
peneliti mengumpulkan data tentang berbagai kejadian atau peristiwa dan
hubungan dari berbagai pendapat. Dengan triangulasi peneliti kualitatif
dapat melakukan chek and recheck hasil temuannya dengan jalan
membanding-bandingkan berbagai sumber, metode, dan teori.
Adapun teknik triangulasi menurut Moleong (1997: 178) yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, yang
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya sendiri
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
42
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan, dan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Akan tetapi tidak semua teknik triangulasi tersebut digunakan,
dalam penelitian ini yang digunakan adalah membandingkan data hasil
wawancara yang dilakukan informan. Serta membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan, dalam hal ini
dikaitkan atau dibandingkan dengan prefensi yang sesuai dengan terkait
judul penelitian.
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan
rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi
data. Mereduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah
untuk pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
43
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya.
c. Verifikasi/Kesimpulan
Langkah yang terakhir dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Walaupun kesimpulan yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
44
BAB II
PROFIL DESA SUMBERMULYO KECAMATAN BAMBANGLIPURO
KABUPATEN BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
A. Deskripsi Wilayah
1. Sejarah Desa
Desa Sumbermulyo dahulu merupakan gabungan dari empat
Kelurahan yaitu Kelurahan Lipuro, Kelurahan Gondanglipuro, Kelurahan
Gersik dan Kelurahan Bondalem. Pada tahun 1946, ke empat Kalurahan
ini digabung menjadi satu Kalurahan dengan nama Kelurahan
Sumbermulyo, yang diresmikan langsung oleh Sri Paduka Sultan
Hamengkubuana IX selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tanggal 8 Oktober 1946. Dengan menyerahkan Surat Keputusan Gubernur
DIY tentang Penggabungan empat Kelurahan tersebut, sedangkan pamong
kelurahan Sumbermulyo yang dillantik langsung oleh Sri Paduka Sultan
Hamengkubuana IX adalah :
a. Pamong Kalurahan Sumbermulyo Periode I (1946-1966): Harjo
Sudarmo
b. Pamong Kalurahan Sumbermulyo Periode II (1966-1970): Broto
Harsoyo
c. Pamong Kalurahan Sumbermulyo Periode III (1971-1995): T. Prawata
d. Pamong Kalurahan Sumbermulyo Periode IV (1996-2004): Sukardi
45
e. Pamong Kalurahan Sumbermulyo Periode V (2005-2015): Dra. Ani
Widayani
f. Pamong Kalurahan Sumbermulyo Periode VI (2016-2022): Dra. Ani
Widayani
2. Keadaan Wilayah
Letak dan keadaan lingkungan alam suatu wilayah merupakan
salah satu factor utama penentu baik kondisi social, ekonomi, budaya,
kesehatan, maupun kelembagaan bagi masyarakat. Bermacam-macam
karakter dan kebudayaan menunjukkan kearifan local manusia sebagai
individu maupun sebagai kesatuan masyarakat terhadap lingkungan
sekitar. Desa Sumbermulyo dengan luas wilayah 819.932,00 Ha
merupakan sebuah wilayah yang terletak di Kecamatan Bambanglipuro,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan potensi
pertanian yang dimiliki, kegiatan pertanian menjadi mata pencaharian
utama masyarakat Desa Sumbermulyo. Desa Sumbermulyo berada di
dataran rendah dan berada pada ketinggian 25m di atas permukaan laut.
Desa Sumbermulyo beriklim tropis, dengan cuaca panas sebagai ciri
khasnya. Suhu udara di daerah ini rata-rata 32°C dengan suhu terendah
23°C. Bentangan wilayah desa 99,5% berupa daerah datar hingga
berombak dan 0,5% berupa daerah berombak sampai berbukit :
a. Letak dan Batas Wilayah
Desa Sumbermulyo memiliki letak yang strategis sehingga
menuju ibu kota Kecamatan, ibu kota Kabupaten dan ibu kota Provinsi
46
dapat ditepuh dengan waktu yang relative singkat. Secara administratif
Desa Sumbermulyo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Desa Palbapang dan Desa Trirenggo, Kec. Bantul
2) Sebelah Timur : Desa Patalan, Kec. Jetis dan Desa Srihardono Kec.
Pundong
3) Sebelah Selatan: Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro
4) Sebelah Barat: Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak
b. Orbitasi (Jarak dari pusat pemerintahan) :
1) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 4,00 Km
2) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : 6,00 Km
3) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 6,00 Km
4) Jarak darui Ibu Kota Provinsi : 16,00 Km
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Sumbermulyo yaitu 819.932,00 Ha. Secara
administratif Desa Sumbermulyo terbagi menjadi 4 Distrik dengan 16
Pedukuhan yaitu:
1. Distrik Lipuro terdiri dari 5 Pedukuhan :
a. Pedukuhan Kanutan
b. Pedukuhan Tangkilan
c. Pedukuhan Kutu
d. Pedukuhan Kedon
e. Pedukuhan Siten
47
2. Distrik Kaligondang terdiri dari 4 Pedukuhan :
a. Pedukuhan Kaligondang
b. Pedukuhan Gendogan
c. Pedukuhan Gunungan
d. Pedukuhan jogodayoh
3. Distrik Gersik terdiri dari 4 Pedukuhan :
a. Pedukuhan Plumbungan
b. Pedukuhan Caben
c. Pedukuhan Samen
d. Pedukuhan Gersik
4. Distrik Bondalem terdiri dari 3 Pedukuhan :
a. Pedukuhan Bondalem
b. Pedukuhan Kintelan
c. Pedukuhan Cepoko
d. Data Tanah
Menurut data profil Desa, tanah di Desa Sumbermulyo terdiri
dari tanah Bengkok/Pelungguh 56.8035 Ha dan tanah kas Desa
37.8774 Ha sehingga keseluruhan nya adalah 94.6809 Ha. Adapun
peruntukannya sebagai berikut :
a. Jalan : 6.6795 Ha
b. Sawah dan Ladang : 496.4275 Ha
c. Pemukiman/perumahan : 264.4415 Ha
d. Kuburan : 5.5375 Ha
48
e. Sungai : 46.8460 Ha
f. Perkantoran : 13.4510 Ha
3. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data mengenai kependudukan di Desa
Sumbermulyo terdapat 13.728 jiwa. Yang kemudian terbagi kedalam
7.706 Kepala Keluarga (KK). Kemudian terdiri dari jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 6.829 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 6.899 jiwa.
Tabel II. 1
Jumlah penduduk
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Persentase (%)
1 Laki-Laki 6.825 jiwa 49,75
2 Perempuan 6.899 jiwa 50,25
Jumlah 13.728 jiwa 100%
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Berdasarkan data yang terdapat dari tabel II. 1 mengenai
Jumlah Penduduk di Desa Sumbermulyo berdasarkan jenis kelamin
adalah dapat dikatakan mayoritas penduduk di Desa Sumbermulyo
adalah berjenis kelmin perempuan sebanyak 6.899 jiwa atau 50,25%.
Tetapi antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan secara persebaran tidak terlalu jauh anatar jumlah laki-laki
dan perempuan di Desa Sumbermulyo.
49
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia
Di Desa Sumbermulyo sendiri memiliki penduduk yang terdiri
dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Seperti data yang terdapat
mengenai jumlah penduduk berdasarkan golongan usia seperti yang
disajikan di tabel berikut ini :
Tabel II.2
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia
No Golongan Usia (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase (%)
1 0-15 2.621 jiwa 19,92
2 15-65 9.388 jiwa 68,38
3 66 ke atas 1.616 jiwa 11,70
Jumlah 13.728 jiwa 100%
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Berdasarkan dari data yang terdapat pada tabel II.2 tersebut,
maka dapat dikatakan tingkat persebaran penduduk menurut golongan
usia oleh penduduk yang berusia produktif 15 sampai 65 tahun dengan
jumlah 9.388 jiwa atau 68,38%.
c. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Desa Sumbermulyo sendiri juga memiliki data mengenai
jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang dimana
berdasarkan data tersebut tingkat pendidikan penduduk di Desa
Sumbermulyo tersebut ke dalam beberapa bagian seperti yang terdapat
di dalam tabel berikut :
50
Tabel II.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase (%)
1 Taman Kanak-Kanak 1.119 Orang 8,51
2 Sekolah Dasar/Sederajat 3.379 Orang 24,61
3 SMP 2.345 Orang 17,81
4 SMU/SMA 4.765 Orang 34,71
5 Akademi/D1-D3 481 Orang 3,53
6 Sarjana 808 Orang 5,88
7 Pascasarjana
S2: 4 Orang/
S3 : 7 Orang
0,34
Jumlah 13.728 Orang 100%
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Berdasarkan jumlah kependudukan menurut tingkat pendidikan
di Desa Sumbermulyo, berdasarkan dari data tabel II.3 tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Sumbermulyo
mayoritas berada pada tingkat SMU/SMA dengan jumlah 4.765 Orang
atau 34,71%. Dari uraian di atas maka untuk pendidikan tingkat
SMU/SMA sudah sepenuhnya menuntaskan program wajib belajar 12
tahun.
d. Jumlah penduduk Menurut Pekerjaan
Berdasarkan dari data yang di dapat di Desa Sumbermulyo, di
dalam tingkat pekerjaan penduduk di Desa Sumbermulyo sendiri
sebenarnya tersebar ke dalam beberapa jenis pekerjaan. Masing-
masing seperti diterangkan di dalam tabel berikut ini :
51
Tabel II.4
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 366 4,86
2 TNI/Polri 124 1,64
3 Swasta 1.025 13,62
4 Wiraswasta/Pedagang 959 12,74
5 Petani 1.034 13,74
6 Tukang 507 6,74
7 Buruh Tani 1.176 15,63
8 Pensiunan 347 4,61
9 Jasa 154 2,47
10 Pengrajin 45 0,59
11 Lainnya 1.195 15,88
12 Tidak berkerja 1.040 13,82
Jumlah 7.522 100%
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Berdasarkan dari tabel II.4 di atas, maka dapat dilihat
bagaimana tingkat persebaran penduduk menurut jenis pekerjan
tersebar ke dalam beberapa jenis pekerjaan dan membuat jenis
pekerjaan di Desa Sumbermulyo lebih bervariatif. Namun tingkat
persebaran penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di dominasi oleh
pekerjaan lainnya dengan 1.195 Jiwa atau 15,88%, setelah itu disusul
oleh pekerjaan Buruh Tani dengan 1.176 Jiwa atau 15,63. Maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas pekerjaan penduduk di Desa
Sumbermulyo adalah bergerak pada bidang pertanian.
e. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Berdasarkan data yang berhasil didapat dari Desa
Sumbermulyo, berikut ini merupakan tabel dari persebaran penduduk
menurut agama yang dianut adalah sebagai berikut :
52
Tabel II.5
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Islam 6458 6533 12991
2 Kristen 61 60 121
3 Katholik 1336 1452 2788
4 Hindu 3 5 8
Total 7858 7863 7866
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Berdasarkan data tahun 2019 tentang jumlah penduduk dilihat
dari agama yang dianut, di Desa Sumbermulyo jumlah penduduk
beragama Islam adalah yang tertinggi dengan jumlah 12991 jiwa, serta
agama Khatolik dengan jumlah 2788 jiwa. Dengan demikian agama
Islam dan Khatolik merupakan agama mayoritas di Desa
Sumbermulyo.
4. Sarana dan Prasarana
a. Kantor Desa: Permanen
b. Prasarana Kesehatan
Penyediaan sarana dan prasarana menjadi sebuah instrument penting
dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat setempat, selain
itu juga masyarakat akan semkain muda untuk menjangkau dan
mendapatkan pelayanan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Keberadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa
Sumbermulyo dapat di lihat dalam tabel berikut:
53
Tabel II. 6
Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana Dan Prasarana Kesehatan Keterangan
1 Puskesmas Ada
2 Poskesdes -
3 UKBM (Posyandu/Polindes) 16 Buah
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
c. Sarana Pendidikan
Keberadaan sarana dan prasarana menjadi instrument penting
dalam ikut menentukan mutu pendidikan serta mencapai sebuah tujuan
yang di kehendaki dalam hal mengejar prestasi.
Tabel II.7
Sarana dan Prasarana Pendidikan
No Prasarana Pendidikan Keterangan
1 Perpustakaan Desa 1 Buah
2 Gedung Sekolah PAUD Ada
3 Gedung Sekolah TK 11 Buah
4 Gedung Sekolah SD 7 Buah
5 Gedung Sekolah SMP 3 Buah
6 Gedung Sekolah SMA 3 Buah
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
d. Prasarana Peribadatan
Desa Sumbermulyo memiliki saran dan prasarana berupa
Masjid 30 buah, Mushola 28 buah, dan Gereja 1 buah. Adapun rincian
selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut:
54
Tabel II.8
Sarana dan Prasarana Peribadatan
No Prasarana Peribadatan Keterangan
1 Masjid 30 Buah
2 Mushola 28 Buah
3 Gereja 1 Buah
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
e. Prasarana Umum
Menjadi salah satu bagian penting yang tidak terlepas dari
aktifitas keseharian masyarakat pada umumnya, serta dijadikan sebagai
wadah untuk berkumpul bersama.
Tabel II.9
Sarana dan Prasarana Umum
No Prasarana Umum Keterangan
1 Olaraga 1 Buah
2 Kesenian/Budaya 22 Buah
3 Balai Pertemuan 12 Buah
4 Pasar Desa 1 Buah
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
5. Lembaga Pemerintahan
a. Pemerintahan Desa
Pemerintah Desa adalah Penyelenggara urusan pemerintahan
oleh Pemeribntah Desa dan BPD dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepala Desa
adalah pemimpin Desa yang dipilih langsung oleh penduduk Desa dan
berwenang untuk menyelenggarakan urusan yang berkaitan dengan
55
pemerintahan, pembangunan, pembinaan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dan dibantu oleh pembantunya yang terdiri
dari unsure staf, unsur pelaksana, dan unsure wilayah.
Disamping itu, Kepala Desa sebagai penyelenggara dan
penanggung jawab di bidang pemerintahan, keuangan, pembangunan
dan kemasyarakatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta mengembang tumbuhkan jiwa kegotong royongan dalam
melaksanakan pembangunan pemerintahan Desa.
Di Desa Sumbermulyo terbagi kedalam Enam belas (16)
Pedukuhan dan juga memiliki aparat pemerintahan sebanyak 34 orang
yang terdiri dari Kepala Desa Sumbermulyo, Sekretaris Desa,Ka. Sie
Pemerintahan, Kaur Tata Usaha dan Umum, Kaur Keuangan, Ka. Sie
Kesejahteraan, Ka. Sie Pelayanan, Kaur Perencanaan, Dukuh, Staf dan
Tenaga Honorer.
Kemudian untuk melihat lebih jelas mengenai aparat
pemerintahan di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
56
Tabel II.10
Data Personil
No Nama Jabatan Jenis
Kelamin
Pendidikan
Terakhir
1 Dra. Ani Widayani,
M.IP
Kepala Desa/Lurah Perempuan Pasca Sarjana
S2
2 Totok Dwi Hermawan Sekretaris Desa Laki-Laki Sarjana/S1
3 Astriyono, S.H Ka. Sie Pemerintahan Laki-Laki SMU/SMK
4 Drs. Agus Sunaryo Ka. Sie TU dan Umum Laki-Laki Sarjana/S1
5 Suwajiyana Kaur Keuangan Perempuan SMP
6 Heni Nursanti, Dra Ka. Sie Kesejahteraan Perempuan Sarjana/S1
7 Busra, A.Md. E Ka. Sie Pelayanan Laki-Laki D3
8 Drs. Subandriyo Kaur Perencanaan Laki-Laki Sarjana/S1
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Tabel II.11
Staf Desa
No Nama Jabatan Jenis
Kelamin
Pendidkan
Terakhir
1 Marjiati, S.Kom Staf Desa Perempuan Sarjana/S1
2 Sundari Staf Desa Laki-Laki SMU/SMK
3 Sulistyo Joko Sembodo Staf Desa Laki-Laki SMU/SMK
4 Heru Sutarja Staf Desa Laki-Laki SMU/SMK
5 Andiyanto Staf Desa Laki-Laki SMU/SMK
6 Ismail Staf Desa Laki-Laki SMU/SMK
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
57
Tabel II.12
Kepala Dukuh
No Nama Jabatan Jenis
Kelamin
Pendidikan
Terakhir
1 Hardiyanto Dukuh Jogodayoh Laki-Laki SMU/SMK
2 Triyono Dukuh Kinten Laki-Laki SMU/SMK
3 Maryata Dukuh Kedon Laki-Laki SMU/SMK
4 Andi Kurniawan, SPD Dukuh Tangkilan Laki-Laki Sarjana/S1
5 H. Purwanto Dukuh Siten Laki-Laki SMU/SMK
6 Mikael Nunung
Trihatma
Dukuh Kanutan Laki-Laki SMU/SMK
7 Watama Dukuh Samen Laki-Laki SMU/SMK
8 Supriyanto Dukuh Kaligondang Laki-Laki SMP
9 Amikir Dukuh Cepoko Laki-Laki SMU/SMK
10 Widiyanto, AMD Dukuh Gersik Laki-Laki D3
11 Wagino Tejo Suwarno Dukuh Kutu Laki-Laki SMU/SMK
12 Saliya Dukuh Gunungan Laki-Laki SMU/SMK
13 Titik Hidayati Dukuh Gedongan Perempuan SMU/SMK
14 Drs. Prawata Dukuh Plumbungan Laki-Laki Sarjana/S1
15 R. Rantaya Dukuh Cabean Laki-Laki SMU/SMK
16 Agus Sunaryo Dukuh Bondalem Laki-Laki SMU/SMK
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
Tabel II.13
Tenaga Honorer
No Nama Jabatan Jenis
Kelamin
Pendidikan
Terakhir
1 Agus Prihanto Tenaga Honorer Laki-Laki Sarjana/S1
2 Aziz Maulana Tenaga Honorer Laki-Laki SMU/SMK
3 Burhan Susilo, SPD Tenaga Honorer Laki-Laki Sarjana/S1
4 Yudi Wahyudiana, ST Tenaga Honorer Laki-Laki Sarjana/S1
5 Anang Wisnu Pribadi, S. PSI Tenaga Honorer Laki-Laki Sarjana/S1
6 Sayidina Tenaga Honorer Laki-Laki SD
7 Sri Wuryani. SH Tenaga Honorer Perempuan Sarjana/S1
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
b. Urusan Pemerintah Desa
Urusan yang menjadi kewenangan Pemeintah Desa meliputi:
1) Bidang Pemerintahan
58
2) Bidang Penyelenggaraan Pembangunan
3) Bidang Pembinaan Masyarakat
4) Bidang Pemberdayaan Kemasyarakatan.
c. Visi dan Misi Desa Sumbermulyo
a. Visi Desa Sumbermulyo
Visi Desa Sumbermulyo adalah Sumbermulyo yang Harmonis,
Sehat, Sejahtera, Dan Lestari
b. Misi Desa Sumbermulyo
Dalam RPJM 2017-2022 Misi Desa Sumbermulyo dirumuskan
sebagai berikut:
1) Mewujudkan Desa Sumbermulyo yang indah baik menyangkut
lingkungan dasar perumhaan permukiman, persawahan maupun
lingkungan hubungan personal masyarakat, ormas, lembaga
dan pemerintahan yang bersinergis secara harmonis serta
nyaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
2) Mewujudkan Desa Sumbermulyo yang sehat baik lingkungan
warga masyarakat maupun pemerintah Desa baik secara
jasmani maupun rohani, serta administrasi yang nyaman bagi
pengguna maupun pelakunya.
3) Mewujudkan Desa Sumbermulyo yang sejahtera,
meningkatkan perekonomian warga maupun pendapatan Desa,
sehingga terjadi pengurangan angka kemiskinan dan
pengangguran.
59
4) Mewujudkan Desa Sumbermulyo yang Lestari dengan
membuat program yang berkelanjutan sehingga memunculkan
program pelestarian dalam pengelolaan, pengolahan maupun
distribusi yang mengacu pada Sumbermulyo Lestari ―Lestari
alamku lestari Desaku‖
c. Arah Kebijakan dan Strategi
1. Arah Kebijakan
Arah Kebijakan Pembangunan Desa Sumbermulyo Pada Tahun
2017-2022 sebagai Implementasi dari misi pembangunan desa
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
masyarakat pedesaan yang modern, sehingga dapat
dicukupi kebutuhan dasar dengan prioritas kecerdasan dan
kesehatan masyarakat meningkat dilandasi dengan tata
social yang berbudi pekerti luhur serta keberagamaaan yang
baik.
b. Meingkatkan pemerataan pembangunan dan peran sertaa
masyarakat dalam proses pembangunan.
c. Meningkatkan kwalitas hidup dan kesejahteraan social
masyarakat dengan memberdayakan masyarakat atau
lembaga dengan semangat gotong-royong untuk
penanggulangan kemiskinan.
60
d. Meningkatkan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan
potensinya yang berwawasan lingkungan yang lestari.
e. Meningkatkan tata pemerintaahan yang baik dan bersih
serta menata kelemaabagaan desa yang mendukung kinerja
pemerintahan yang professional, efektif dan efisien`
f. Meningkatkan sistem pengawasan yang efektif serta
menciptakan ketertiban, ketentraman dan keamanan.
2. Strategi
Strategi yang di maksud adalah strategi untuk mencapai
sasaran sehingga tercipta tujuan pembangunan Desa :
a. Merumuskan perencanaan pembangunan tiga dimensi
(Tridaya) kehidupan masyarakat (Fisik, Sosial, Ekonomi)
dimulai dari tingkat basis komunitas RT, Dukuh, Kalangan
Profesi, Pelajar, Pegawai Negeri/Swasta, Dunia Usaha,
Perempuan, Difabel, Gakin, Lembaga, dan lain-lain, dalam
arti pelibatan masyarakat yang maksimal untuk
merumuskan program.
b. Mengumpulkan dan menggerakkan kalangan peduli
dimulai dari tingkat basis, komunitas masyarakat sebagai
bentuk propaganda dalam melaksanakan dan
merealisasikan rumusan perencanaan yang sudah di
tetapkan dengan membentuk dan menggerakkan forum-
forum peduli disemua lembaga.
61
c. Meningkatkan program-program yang direncanakan
menjadi sebuah isu publik dan konsumsi publik sehingga
dapat diwacanakan pembangunan kedepan bagi masyarakat
dan lembaga disemua kalangan melalui sarana-sarana yang
memadai.
d. Mendorong terbentuknya tim-tim lobi dan chanelling untuk
mengantar suksesnya realisasi program dari berbagai unsur.
e. Mengalokasikan anggaran khusus bagi komunitas/panitia,
lembaga, forum-forum yang mampu merealisasikan
program-program kemitraan atau memberikan penghargaan
bagi mereka yang menjadi pahlawan pembangunan yang
bermanfaat bagi masyarakat.
f. Setiap lembaga Desa yang dioptimalkan fungsinya dengan
pendampingan dana yang proporsional agar mereka mampu
melakukan aktifitas program secara sistematik dengan
regulasi yang meningkat untuk merealisasikan program.
g. Obsesi dan pemikiran komunitas masyarakat perlu adanya
stimulasi positif agar konsisten dalam mendukung dan
melaksanakan program yang telah dirumuskan, melalui
berbagai kesempatan dengan fasilitasi Pemerintahan Desa
dari tingkat RT sampai Kelurahan.
62
d. Sasaran Pembangunan Desa
Sasarn pembangunan Desa Sumbermulyo pada Tahun
2017-2022 implementasi dari misi sebagai berikut :
1) Tersedinya peningkatan Tata Sosial kehidupan masyarakat
yang berbudi pekerti luhur serta tingkat keberagamaan yang
baik.
2) Lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam dengan baik antara
lain: Rehabilitasi lahan kritis, Peningkatan kelestarian
lingkungan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan, Tingkat kerusakan tanah akibat bahan/obat
kimia menurun.
3) Infrastruktur meningkat baik,, seperti : Jalan, Saluran Irigasi,
Sarana Pendidikan dan Kesehatan, Perumahan dan Pemukiman
dan lain-lain.
4) Pengembangan dunia usaha dan Koperasi.
5) Peran serta masyarakat dan swasta meningkat, Investasi
masyarakat dan swasta dalam pemabngunan naik, Peningkatan
pemberdayaan masyaarakat/lemabag-lembaga dalam
menurangi kemiskinan serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan.
6) Keadilan dan Penegakan Hukum semakin baik, missal :
berkurangnya angka kriminalitas dan penyakit masyarakat serta
turunnya angka pelanggaran hokum.
63
7) Kapasitas Pemerintah Desa meningkat : Kwalitas Sumber Daya
Manusia aparatur (Kompentensi, Keahlian, Keterampilan)
meningkat, Efisiensi birokrasi (beban kerja/keuangan) naik,
pelayanan pada masyarakat semakin baik termasuk
peneyerapan aspirasi masyarakat naik.
8) Pengembangan pariwisata, seperti : Mengembangkan dan
meningkatkan kwalitas fisik obyek dan daya tarik wisata pada
kesenian tradisional.
e. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
BPD sebagai Badan Permusyawaratan merupakan paham
untuk melaksanakan denikrasi berdasarkan Pancasila, mmepunyai
kedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja kepala desa baik dalam
menyelenggarakan roda pemerintahan maupun pembangunan desa.
Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan
adat, agama, organisasi social politik, golongan profesi dan unsur
pemuka masyarakat yang mempunyai persyaratan.
64
1) Struktur
Tabel II.14
Kepengurusan BPD Desa Sumbermulyo Masa Jabatan 2018-2024
No Nama Jenis
Kelamin Jabatan
1 Rubono, STP L Ketua
2 Sujito, S.Pd L Wakil Ketua
3 Dwi Mugiyanto, S.Pd L Sekretaris
4 Agustinus Sihnugroho L Ketua Bidang Pemerintahan dan
Kemasyarakatan
5 A.Sri Bandono, BSC L Anggota Bidang Pemerintahan dan
Kemasyarakatan
6 Purwanta L Anggota Bidang Pemerintahan dan
Kemasyarakatan
7 Eko Kayadi L Ketua Bidang Pembangunan Dan
Pemberdayaan
8 Sukirdiyanto L Anggota Bidang Pembangunan Dan
Pemberdayaan
9 Padmi Lestari P Anggota Bidang Pembangunan Dan
Pemberdayaan
Sumber Data : Monografi Desa Sumbermulyo Tahun 2019
2) Fungsi
a) Membahas dan Menyepakati Rancangan Peraturan Desa
Bersama Kepala Desa
b) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan
c) Melakukan pengawasan kinerja Desa
3) Wewenang
a) Membahas rancangan peraturan Desa bersama Kepala Desa
b) Melaksanakan Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Desa dan Peraturan Kepala Desa
c) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala
Desa
65
d) Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
e) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
f. Lembaga Kemasyarakatan
1) Lembaga Pemberdayaan Mayarakat Desa (LPMD)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD),
adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat yang difasilitasi pemerintah desa melalui
musyawarah dan mufakat, dan merupakan mitra pemerintah
desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta
kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. LPMD
dibentuk dengan maksud untuk membantu Pemerintah Desa
dalam memberdayakan masyarakat desa pada berbagai aspek
pembangunan. Sedangkan tujuan dibentuknya LPMD itu
sendiri adalah untuk mewujudkan lembaga teknis yang
merupakan mitra Pemerintah Desa dalam hal
menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pembangunan.
2) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PKK atau Pendidikan Kesejahteraan Keluarga di Desa
dengan ketuanya adalah Ibu Kepala Desa sendiri. PKK
memiliki kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan
keluarga. Kegiatan itu berkaitan langsung dengan ibu-ibu dan
66
anakanak, diantaranya adalah posyandu balita dan posyandu
lansia.
3) Karang Taruna
Karang taruna merupakan organisasi kemasyarakatan
yang menaungi pemuda-pemudi. Bertujuan untuk membantu,
membina, menyalurkan segala kegiatan yang berurusan dengan
kepemudaan. Mencakup dalam lingkup pendidikan,
kesejahteraan sosial, kerohanian, olahraga dan sebagainya.
4) RW/RT
Rukun Warga (RW) adalah istilah pembagian wilayah di
bawah . Rukun Warga (RW) adalah Lembaga Masyarakat yang
dibentuk melalui musyawarah pengurus () di wilayah kerjanya
dalam rangka pelayanan pemerintah dan masyarakat yang
diakui dan dibina oleh Pemerintah Daerah yang ditetapkan oleh
Lurah. Rukun Warga (RW) merupakan Lembaga Masyarakat
yang diakui dan dibina oleh pemerintah Rukun Tetangga (RT)
adalah pembagian wilayah di di bawah . Rukun Tetangga
bukanlah termasuk pembagian pemerintahan, dan
pembentukannya adalah melalui masyarakat setempat dalam
rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh atau
Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang dipilih oleh
warganya. Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah atau KK
(kepala keluarga). Dalam sistem birokrasi di Indonesia,
67
biasanya RT (Rukun Tetangga) berada di bawah (Rukun
Warga).
5) Kelompok Tani
Kelompok tani itu terbentuk karena banyak dari pendudk
Desa Sumbermulyo bermatapencaharian sebagai petani.
Kelompok tani yang ada di Desa Sumbermulyo untuk saat ini
berjumlah 17 dari 16 pedukuhan dan istilah dari kelompok tani
yang ada di Desa Sumbermulyo yaitu Gapotan (Gabungan
Kelompok Tani).
6) BUMDes
Badan Usaha Milik Desa atau biasa disingkat dengan
BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi
desa. dan merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa.
Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong atau menampung
seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik
yang berkembang menurut adat Istiadat dan budaya setempat,
maupun kegiatan perekonomian yang diserah kan untuk di
kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah.
7) Linmas
LinMas yang merupakan singkatan dari Perlindungan
Masyarakat telah mengalami distorsi pengertian sehingga
68
terjebak dalam anggapan umum yang hanya mengaitkan
dengan sebuah fungsi dalam masyarakat, yaitu fungsi linmas
atau lebih dikenal dengan Pertahanan Sipil atau Hansip.
Menurut kepada kenyataan tersebut maka perlu digali kembali
tentang istilah dan pengertian dari Perlindungan Masyarakat
dan Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) itu sendiri.
Dapat diberi kesimpulan bahwa hubungan dengan
penelitian ini adalah seseorang yang menjadi pemimpin harus
betul-betul kuat dan dapat mengayomi dan melakukan tindakan-
tindakan sebagai pemimpin sehingga menjadi contoh bagi
bawahan dan masyarakat. Dengan ini seorang pemimpin
perempuan di desa dapat menggerakan dan memajukan desanya
agar masyarakat yang ada di desa merasa puas dan memperoleh
apa yang mereka butuhkan nantinya. Kepemimpinan dibutuhkan
masyarakat, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-
kelebihan tertentu pada manusia. Disinilah timbulnya kebutuhan
akan pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin dapat
mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.
Kemampuan dan keterampilan dalam pengarahan adalah faktor
penting efektivitas suatu organisasi. Bila organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan
kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-
69
pemimpin yang efektif akan meningkat. Pada sebuah organisasi
pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan
pelayanan masyarakat dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui
kepemimpinan dan didukung oleh pemerintahan yang memadai,
maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good
Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan
kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja
birokrasi di Indonesia.
Penyelenggaraan pemerintahan dilakukan oleh pemerintah
desa yang terdiri dari kepala desa yang dibantu oleh perangkat
desa, sedangkan penetapan kebijaksanaan pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan masyarakat dilakukan bersama
antara pemerintah desa dengan wakil masyarakat. Kepala desa
adalah pemimpin formal karena ia menerima pengangkatan resmi
dari pemerintah. Penyelenggaraan pemerintahan desa akan lebih
sukses jika pelaksanaannya tidak hanya didasarkan kepada
peraturan-peraturan, tetapi ditunjang pula dengan dasar hubungan
pribadi, hubungan batin dan kepemimpinan. Seorang pemimpin
mempunyai kemampuan untuk memancarkan pengaruhnya
terhadap orang lain sedemikian rupa sehingga orang ini mentaati
pemimpin secara sukarela disertai kesadaran dan tanpa paksaan.
Seni dan pengetahuan kepemimpinan harus dipelajari dan
dikuasai oleh kepala desa dan diterapkan. Dengan demikian
kepala desa menjadi pemimpin informal.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Nugroho .(2012). ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectul capital
Disclousure‖. Accounting Analysis journal . 1 (2)
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rideka Cipta.
Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta.
Baumann, P., A.L. Furniss and J.V. Lee.1984b. Genus I. Vibrio. In Krieg and Holt
(Editors), Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, 1st Ed., Vol. 1,
The Williams & Wilkins Co., Baltimore. pp. 518–538.
Christina S. Handayani, 2004, Kuasa Wanita Jawa, Lkis, Yogyakarta.
Djoharwinarlien, Sri. (2012). Dilema kesetaraan gender: refleksi dan respon
spraksis. Yogyakarta: Center for Politics and Government (PolGov)
Fisipol UGM.
Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender & Transformasi Sosial.Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Garvey James, Karya Filsafat Terbesar, Yogyakarta; Kanisius, 2010.
Ghoni, M Junaidi & Almansur, Fauzan, Metode penelitian kualitatif, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Pres.
Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
HB Sutopo, 1999, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.
Imam Hidayat, Teori-Teori Politik, (Malang: SETARA press, 2009), 31.
Max Weber, Essay in Sociology, Oxford Univercity Press, 1946, yang
diterjemahkan oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea,
Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Mulyadi, Mohammad. 2016. Metode Penelitian Praktis Kualitatif & Kuantitatif.
Jakarta: Publica Press
106
Murniati, Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif
Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM. Indonesiatera, Magelang.
Notonagoro, 1995, Pancasila secara Ilmiah Populer, Bumi Aksara, Jakarta.
O'connor, Carol A. 1996. Kepemimpinan Yang Sukses Dalam Sepekan. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Sadli, 2010. Berbeda Tetapi Setara Pemikiran Tentang Kajian Perempuan.
Yogyakarta, PT Kompas Media Nusantara
Samuel P. Huntington, Gelombang Demokratisasi Ketiga, (Jakarta: PT. Midas
Surya Grafindo)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabetha.
Supardi, M.d, 2006. Metodologi Penelitian. Mataram :Yayasan Cerdas Press.
Tong, Rosemary Putnam. 2010. Feminist Thought: Pengantar Paling
Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta:
Jalasutra.
Wacana : Ibu Rumini pada Wawancara 20 Mei 2017
Widyatama, Rendra, 2006, Bias Gender, Media Pressindo, Yogyakarta
Peraturan Perundang-Undangan
Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 pada pasal 27
ayat 1 dan 2
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5495.
Undang-UndangNomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Pasal 245
Jurnal
Jurnal pemberdayaan komunitas, september 2004, volum 3,nomor 3, hal 171 17
Jurnal Komunikasi Malaysian Journal of Communication Jilid 29(1) 2013: 73- 97
107
Wawancara
Wawancara dengan Dra. Ani Widayani, M.IP (Lurah Desa Sumbermulyo).
Februari, 12, 2020.
Wawancara dengan R. Rantaya (Dukuh Caben). Februari, 13, 2020.
Wawancara dengan Watana (Dukuh Samen). Februari, 13, 2020.
Wawancara dengan Rubono (BPD). Februari, 13, 2020.
Wawancara dengan H. Purwanto (Dukuh Sinten). Februari, 22, 2020.
Wawancara dengan Saliya (Dukuh Gunungan). Februari, 22, 2020.
Wawancara dengan Agus Sunaryo (Dukuh Bondalem). Februari 22, 2020.
Wawancara dengan Triyono (Dukuh Kinten). Februari, 22, 2020.
Wawancara dengan Andi Kurniawan, SPD (Dukuh Tangkilan). Februari, 23,
2020.
Wawancara dengan Wagino Tejo Suwarno (Dukuh Kutu). Februari, 23, 2020.
108
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar pertanyaan untuk narasumber
Identitas Narasumber
Nama : …………………………………………………………….
Pekerjaaan : …………………………………………………………….
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………………….
Umur : …………………………………………………………….
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Wawancara : …………………………………………………………….
Tempat : …………………………………………………………….
Kekuasaan Politik Perempuan:
(Studi Terhadap Kepemimpinan Kepala Desa Dra. Ani Widayani Di Desa
Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul)
1. Bagaimana Pemerintahan Desa meningkatkan proses partisispasi terutama
partisipasi perempuan?
2. Bagaimana transparansi Desa dilaksanakan dan dipublikasikan terhadap
masyarakat?
3. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah?
4. Bagaimana Hubungan kepala Desa dengan BPD di Desa Sumbermulyo?
5. Bagaimana kinerja aparat Desa, terutama dari Sekretaris desa dan juga kaur
yang berada dibawah pemerintahan ibuk?
6. Apa saja keluhan masyarakat kepada Pemerintah Desa?
7. Bagaimana penanganan konflik yang terjadi di dalam masyarakat?
8. Bagaimana pertanggungjawaban Kepala Desa terhadap setiap kebijakan yang
terlah dibuat dan untuk setiap keperluan yang dibutuhkan oleh masyarakat?
LAMPIRAN DOKUMENTASI