freight forwarding

13
SEMINAR PERPAJAKAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA FREIGHT FORWARDING KELOMPOK IV Ai Verdayanie [03] Akhmad Nurhidayat [04] Bayu Windra Pratama [07] Meidiawan Cesarian Syah [19] Yosinta Suwastika [30] XA AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2014

Upload: uyabsheva7

Post on 06-Nov-2015

238 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Pengenaan PPh terkait Jasa FF

TRANSCRIPT

  • SEMINAR PERPAJAKAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA FREIGHT FORWARDING

    KELOMPOK IV Ai Verdayanie [03] Akhmad Nurhidayat [04] Bayu Windra Pratama [07] Meidiawan Cesarian Syah [19] Yosinta Suwastika [30]

    X-A AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2014

  • SEMINAR PERPAJAKAN 2

    PENDAHULUAN PENGERTIAN FREIGHT FORWARDING Secara garis besar, yang dimaksud dengan jasa freight forwarding ialah jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya mengurusi pengangkutan/ pengiriman barang muatan dari kapal laut, juga barang-barang yang berada di gudang melalui pengangkutan mobil, mengurusi pengiriman barang melalui kereta api, kapal laut, atau melalui mobil/truk ke tujuan yang diminta/tempat si penerima barang dan pengiriman barang dari gudang si penjual ke tempat si pembeli. Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. 10 Tahun 1988 tanggal 26 Januari 1988, disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarding) adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut atau udara, yang dapat mencakup kegiatan : Penerimaan, Penyimpanan, Sortasi, Pengepakan, Penandaan, Pengukuran, Penimbangan, Pengurusan Penyelesaian Dokumen, Penerbitan Dokumen Angkutan, Perhitungan Biaya Angkutan, Klaim, Asuransi atas Pengiriman Barang serta Penyelesaian Tagihan dan Biaya-Biaya Lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. Sedangkan orang atau badan hukum yang melaksanakan pekerjaan forwarding adalah seorang freight forwarder. Freight forwarder adalah seseorang atau suatu badan hukum yang melaksanakan perintah pengiriman barang (muatan) dari satu atau beberapa orang pemilik barang,yang di kumpulkan dari satu atau beberapa tempat , sampai ke tempat tujuan akhir melalui sistem pengaturan lalu lintas barang dan dokumen, dengan menggunakan satu atau beberapa jenis angkutan dengan tanpa harus memiliki sarana angkutan dimaksud. KLASIFIKASI FREIGHT FORWARDING Kegiatan jasa freight forwarding ini dapat dibedakan kedalam klasifikasi berikut: 1. Segi Operasional

    a. International Freight Forwarder (Klasifikasi A) Merupakan forwarder professional dalam hal menjalankan kegiatan Freight Forwarding dengan memberikan jasa penanganan serta pengiriman barang kepada para pelanggannya yang bertaraf internasional, yaitu dengan melakukan pengiriman barang ke atau dari salah satu atau berbagai negara di luar negeri. Jenis Forwarder seperti ini banyak diminati oleh para pemilik barang terutama oleh Exportir atau Importir. Faktor-faktor yang mendukung mengapa mereka yang selalu diminati oleh para pemakai jasa antara lain: Berhak menerbitkan/menggunakan FIATA B/L dan memiliki tenaga ahli

    dibidang pengiriman barang.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 3

    Adanya jaringan kerja secara Internasional serta Agen/Mitra kerja yang tangguh.

    Memiliki sarana dan prasarana kerja yang cukup. Berpengalaman luas serta mampu memberikan saran-saran yang

    diperlukan oleh pemilik barang terhadap suatu maksud untuk pengiriman barang ke negara tujuan tertentu.

    Mampu memberikan tarif angkutan yang relatif murah serta dapat membantu mencari jalan keluar untuk menurunkan biaya produksi terhadap suatu barang yang akan di pasarkan di dunia internasional, serta selalu membayar tuntutan ganti rugi.

    b. Domestik/Regional Forwarder (Klasifikasi B) Perbedaan yang mendasar dengan Internasional Freight Forwarder adalah mereka berhak untuk menggunakan FIATA B/L sedangkan dari Forwarder Domestik/Regional belum berhak menggunakannya atau menerbitkan B/L sendiri (House B/L).

    c. Local Forwarder (Klasifikasi C) Jenis forwarder ini merupakan forwarder dengan klasifikasi yang minim, karena yang termasuk golongan forwarder lokal adalah mereka yang belum memiiki agen di luar negeri, dan mereka adalah para pengelola jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) dan EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara)

    2. Segi Dasar Sarana Angkutan a. Sea Freight Forwarder

    Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang telah mengkhususkan kegiatan usahanya pada pengiriman barang muatan melalui angkutan laut atau melalui kombinasi antara angkutan darat lainnya.Ada kategori umum mengenai barang muatan atau cargo yang harus diketahui oleh seorang Forwarder tentang teknik pelayanannya (Cargo handling) masing-masing jenisnya yaitu : Bulk cargo

    Yaitu semua jenis barang yang secara fisik bentuknya tidak dapat atau tidak harus dikemas tersendiri dengan jenis kemasan apapun juga kecuali di sesuaikan dengan unit alat angkutan itu sendiri.Contoh dari katagori jenis ini adalah 1) Biji-bijian, seperti jagung, beras, tepung terigu dll. 2) Bijih tambang, seperti batubara, besi, serta bahan mineral lain yang

    belum dip roses. 3) Kayu-kayuan, berupa kayu gelondong (logs), chips (pecahan kayu) dan

    hasil-hasil hutan lainnya. 4) Berbagai macam jenis mesin-mesin serta produk-produk lain yang tidak

    dapat dimasukkan kedalam salah satu jenis kemasan atau dimaskkan

  • SEMINAR PERPAJAKAN 4

    kedalam petikemas, seperti transformer, reactor, turbin dan sebagainya.

    5) Kendaraan bermotor, truk, dan alat angkutan lainnya. 6) Berbagai macam jenis produk besi-besi atau jenis produk metal lainnya

    yang telah selesai maupun berupa semi proses. Unit load cargo

    Yaitu satu atau lebih kemasan barang yang digabung /diikat atau ditumpuk menjadi satu tumpukan pada sesuatu palet atau bentuk lainnya sedemikian rupa (skidded),sehingga dengan demikian seluruh unit tersebut dapat di terima oleh kapal dan siap dimuat dengan man serta ditata diatas kapal dan di bongkar dengan mudah di pelabuhan tujuan dengan menggunakan alat mekanik tertentu. Adapun maksud dan tujuan untuk mengelompokkan komoditi tersebut pada satu unit Pallet adalah karena hal-hal sebagai berikut: 1) Menghemat biaya tenaga kerja (labor saving), item unit load ini akan

    memperkecil biaya operasional untuk pelayanan barang muatan ,yaitu dengan jalan menggunakan peralatan bongkar /muat, seperti forklift yang hanya dengan satu orang operator mampu melaksanakan pekerjaan mengangkat sebagian besar barang muatan/cargo ;demikian pula dengan crane,yang mampu membongkar /memuat sejumlah besar peti, karton maupun karung-karung,untuk sekali angkat.

    2) Menghemat waktu pelayanan, banyak sekali waktu yang berharga terbuang percuma untuk melayani barang muatan yang terdiri dari berbagai macam bentuk kemasan.Dengan menggunakan system Unit Load akan mampu menggerakkan atau memindahkan sebagian besar komoditi di pelabuhan dengan menggunakan berbagai peralatan mesin bongkar/muat.

    3) Meningkatkan kemasan barang, kerusakan maupun pencurian barang muartan akan merupakan suatu factor yang sangat mahal dalam hal pelayanan barang pada suatu pengapalan barang.Dengan Unit load systemakan banyaak sekali pengurangan terhadap kerusakan maupun kehilangan atas suatu barang , di bandingkan system konvensional.

    Containerised Cargo (Containerisation) adalah suatu kegiatan dimana sejumlah barang muatan yang diisi kedalam suatu unit petikemas untuk selanjutnya petikemas tersebut diangkut/dikirim melalui pelabuhan muat dengan sarana angkutan tertentu ketempat tujuan atau pelabuhan pembongkaran yang di kehendaki. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya petikemas antara lain sebagai berikut: 1) Mengurang biaya pengemasan barang karena secara umum petikemas

    merupakan alat kemasan yang sebenarnya (actual packing material)

  • SEMINAR PERPAJAKAN 5

    2) Mengurangi biaya tenaga kerja terhadap proses pelayanan barang sebagai contoh unit petikemas yang harus dimuat keatas kapal dapat dilaksanakan dalam waktu satu hari sedangkan kapal konvensional dengan volume barang yang sama akan memerlukan waktu muat paling sedikit 5 hari.

    3) Mengurangi masa transit kapal yang menyebabkan masa perjalanan kapal menjadi lebih pendek (turnaraound time) sehingga perjalan kapal menjadi lebih ekonomis.

    4) Keamanan barang lebih terjamin selama barang berada di petikemas. b. Air Freight Forwarder

    Mereka yang mengkhususkan kegiatan usaha jasanya pada sektor angkutan udara dengan kombinasi angkutan kereta api atau truk. Lokasi kegiatan sebagian besar berada di sekitar Bandar udara, baik kegiatan penyelesaian dokumen maupun penumpukan baranng serta lalu lintasnya. Airwaybill atau House Airway (AWB atau HAWB) adalah tata cara seorang forwarder yang akan melakukan pemesanan ruang muatan (booking cargo space system)pada setiap pengapalan yang telah diatur secara internasional, yaitu sebagaimana yang tertera berikut ini : 1) Nomor seri Airwaybill ,bahwa pada setiap pengapalan akan selalu tercantum

    nomor seri dari setiap Airwaybill yang diterbitkannya.Nomor ini merupakan factor yang sangat penting sekali peranannya,dalam rangka mengidentifikasikan suatu pengapalan barang muatan melalui suatu penerbangan sampai pada saat pnyerahan barang I Bandar udara pada tujuan akhirnya.

    2) Jumlah paket (collie) ,jumlah paket harus di ketahui dengn pasti sebagai kelengkapan pengapalan selama dalam proses pemuatan,alih penerbangan dan atau saat penyerahan.

    3) Berat barang ,seperti diketahui dengan pasti sebagai kelengkapan pengapalan selama dalam proses pemuatan,alih penerbangan dan atau saat penyerahan.

    4) Jenis barang muatan ,untuk melaksanakan pemesanan ruang muatan pada pesawat udara,jenis serta bentuk barang sangat penting sekali untuk diketahui.

    5) Ukuran dan isi barang,informasi atau keterangan lengkap mengenai ukuran dan isi barang yang akan dimuat keatas kapal,disamping tentunya berat barang bersangkutan ,adalah sangat di perlukan,yang dinyatakan dalam Cm dan In

    6) Bandar udara pemberangkatan dan tujuan nama-nama Bandar udara pemberangkatan serta tujuannya sangat penting sekali untuk hal-hal sebagai berikut : menentukan trayek pengapalan.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 6

    mengatur tempat penimbunan yang sesuai dengan tata ruang yang telah ditentukan,menjelang keberangkatan meupun kedatangan barang bersangkutan.

    mengatur komunikasi tertentu apabila terjadi sesuatu hal selama dalam proses penerbangan .

    Memberikan kesempatan kepada pengirim barang untuk mengatur segala sesuatunya baik di tempat transit maupun ditempat tujuan barang.

    c. Rail and Inland Freight Forwarder Yaitu mereka yang mengkhususkan kegiatan usaha jasanya pada sector angkutan darat dengan menggunakan jasa angkutan kereta api dan sarana angkutan lainnya sampai jauh ke pedalaman pada suatu daerah atau Negara.

    d. Combined Transport Forwarder Yaitu Forwarder yang dalam usaha jasanya menggunakan lebih dari satu jenis alat angkutan atau berbagai sarana angkutan yang melalui laut,udara dan kereta api dan truk,atau kombinasi diantaranya. Adapun Syarat untuk disebut sebagai seorang Forwarder yang professional adalah sebagai berikut : 1) Memiliki sejumlah pengalaman luas dan memiliki berbagai aspek

    perdaganngan internasional, angkutan serta memiliki hubungan luas serta mitra kerja yang baik pada sector paengangkutan darat ,laut dan udara ,pergudangan stevedoring ,bank asuransi dan sebagainya.

    2) Memiliki ketrampilan kerja yang efektif dan efisien yang didukung oleh tenaga ahli di bidangnya seperti ahli logistic dan mobilitasi ,bongkar muat, tata cara pengemasan, dan asuransi dan sebagainya.

    3) Mampu memberikan pelayanan maksimal kepada para pemakai jasa. Sebagai forwarder professional mereka perluvmemiliki sarana-sarana serta perlengkapannya untuk penumpukan dan pelayanan barang muatan selama berada dibawah kekuasaannya.

    4) Mampu membayar segala jenis biaya-biaya tekait pada setiap proses pengiriman barang terlebih dahulu untuk kemudian menagih pembiayaan tersebut kepada pera pemakai jasa bersangkutan dan mampu memberikan tariff yang relative lebih murah.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 7

    PEMBAHASAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA FREIGHT FORWARDING Terkait jasa freight forwarding ini sebelumnya sudah diatur di dalam PER/178/PJ/2006 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No 36 tahun 2008.

    NO JENIS PENGHASILAN/JASA PERKIRAAN

    PENGHASILAN NETO

    1. Jasa teknik, jasa manajemen dan jasa lain kecuali jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang Penambangan minyak dan gas bumi (migas) yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap, jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga yang dilakukan oleh BEJ, BES, KSEI dan KPEI, serta jasa-jasa yang disebutkan dalam angka 2, 3, 4, dan 5

    30 % dari jumlah bruto

    tidak termasuk PPN

    2.

    a. Jasa perencanaan konstruksi. 26 2/3 %

    dari jumlah bruto tidak termasuk PPN

    b. Jasa pengawasan konstruksi. c. Jasa konsultansi, kecuali jasa konsultansi hukum,

    konsultansi bisnis dan konsultansi pajak. 3.

    a. Jasa penyelidikan dan keamanan

    20 % dari jumlah bruto

    tidak termasuk PPN

    b. Jasa kurir ( jasa titipan swasta ) c. Jasa biro perjalanan wisata d. Jasa agen perjalanan wisata e. Jasa konvensi, pameran dan perjalanan insentif f. Jasa freight forwarding g. Jasa pengepakan h. Jasa maklon

    4.

    Jasa pelaksanaan konstruksi, termasuk :

    13 1/3 % dari jumlah bruto

    tidak termasuk PPN

    - Jasa perawatan/pemeliharaan/ perbaikan bangunan;

    - Jasa instalasi/ pemasangan mesin, listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/TV kabel ;

    - Iklan, Sepanjang jasa tersebut dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

    5.

    a. Jasa catering 10 % dari jumlah bruto

    tidak termasuk PPN b. Jasa pembasmian hama. c. Jasa kebersihan/cleaning service.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 8

    Berdasarkan peraturan diatas, maka pemakai jasa freight forwarding harus melakukan pemotongan pajak PPh Pasal 23, yang pada perkembangan selanjutnya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER/178/PJ/2006 dicabut dan diganti dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER/70/PJ./2007. Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-09/PJ.032/2008 tanggal 7 Januari 2008 tentang Permohonan Penegasan Terhadap Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER/70/PJ./2007, pada surat ini ditekankan bahwa Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-70/PJ/2007, jasa Internet, jasa Freight Forwarding, Tour Travel Agency, agen Pelayaran dan Agen Advertensi tidak tercantum sebagai jasa yang atas penghasilannya dipotong PPh Pasal 23. Oleh karena itu atas pembayaran yang dilakukan tidak dipotong PPh Pasal 23 sepanjang tidak terdapat unsur sewa atau penggunaan harta. Hal ini sesuai dengan pasal 23 ayat 1 huruf c Yang menyatakan akan dipotong sebesar 2% untuk sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 yang berlaku sejak 1 Januari 2009, antara lain diatur bahwa : a) Jenis jasa lain tersebut antara lain adalah jasa perantara atau keagenan;

    Tidak terdapat penjelasan lebih lanjut mengenai apa saja yang termasuk jasa perantara dalam PMK ini sehingga freight forwarding dianggap tidak termasuk dalam jasa perantara.

    b) Dalam hal penerima imbalan sehubungan dengan jasa tersebut tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada tarif sebagimana dimaksud pada ayat (1)

    Maka sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008, jasa freight forwarding bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23. PENGENAAN PPN ATAS JASA FREIGHT FORWARDING Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, meliputi beberapa pasal yang terkait dengan penyerahan jasa kena pajak, khususnya freight forwarding, yaitu: a. Pasal 1:

    Angka 17, bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 9

    Angka 19, bahwa Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

    b. Pasal 4 ayat (1) huruf c Bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

    c. Pasal 4A ayat (3) Bahwa jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa tertentu. Namun demikian, jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) tidak termasuk jenis jasa tertentu yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

    d. Pasal 8A: Ayat (1), bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain.

    Turunan atas undang-undang PPN dituangkan dalam PMK Nomor 38/pmk.011/2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/Pmk.03/2010 Tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Dalam PMK ini, dasar pengenaan pajak atas jasa freight forwarding diatur dalam Pasal 2 huruf m, yang menyatakan bahwa untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih. Sedangkan untuk pajak masukan yang berkaitan dengan penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) tidak dapat dikreditkan. Untuk lebih memastikan kepastian hukum terkait freight charges dalam jasa freight forwarding ini, DJP menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 33/PJ/2013 tentang perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihannya terdapat biaya transportasi (freight charges) memberikan penegasan atas hal berikut. a. Dasar Pengenaan Pajak berupa Nilai Lain sebagaimana dimaksud pada angka 2

    huruf b digunakan untuk penyerahan JPT/FF yang di dalam tagihan JPT/FF tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges). Freight charges adalah biaya transportasi yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh pengguna

  • SEMINAR PERPAJAKAN 10

    jasa, yang dapat berupa biaya transportasi dengan menggunakan moda angkutan berupa pesawat, kapal, dan/atau kereta api. Termasuk dalam pengertian freight charges adalah biaya-biaya yang dikeluarkan yang terkait biaya transportasi dengan menggunakan moda angkutan pesawat, kapal, dan/atau kereta api tersebut, antara lain fuel surcharge.

    b. Dalam melakukan kegiatan usahanya, pengusaha JPT/FF dapat menyerahkan JPT/FF yang dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan. Kegiatan yang dilakukan dalam penyerahan JPT/FF dapat termasuk biaya transportasi (freight charges). Walaupun penyerahan JPT/FF dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan, satu atau beberapa kegiatan yang diserahkan tersebut tetap merupakan satu kesatuan, yaitu penyerahan JPT/FF, sehingga kewajiban Pengusaha Kena Pajak untuk membuat Faktur Pajak atas setiap penyerahan Jasa Kena Pajak wajib dilakukan.

    c. Tidak termasuk penyerahan JPT/FF adalah reimbursement tagihan dari pihak ketiga, sepanjang memenuhi kondisi sebagai berikut: 1) dalam hal:

    a) tagihan dari pihak ketiga (selain pemerintah/negara), identitas pengguna JPT/FF tercantum sebagai pihak yang tertagih dalam dokumen tagihan dari pihak ketiga (selain pemerintah/negara) tersebut; atau

    b) pembayaran kewajiban kepada pemerintah/negara yang menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor (SSPCP), Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSPNBP), dan/atau dokumen pembayaran lainnya kepada pemerintah/negara, identitas pengguna JPT/FF tercantum sebagai pihak yang wajib melakukan pembayaran kepada pemerintah/negara tersebut;

    2) diatur dalam kontrak/perjanjian antara pengusaha JPT/FF dan pengguna JPT/FF yang menyatakan bahwa terdapat reimbursement tagihan dari pihak ketiga yang harus dibayar oleh pengguna JPT/FF yang kemudian akan disetorkan oleh pengusaha JPT/FF kepada pihak ketiga;

    3) penerimaan pembayaran untuk reimbursement tagihan dari pihak ketiga yang diterima dari pengguna JPT/FF tidak dicatat/diakui sebagai penghasilan oleh pengusaha JPT/FF dan penyetoran reimbursement tagihan kepada pihak ketiga yang bersangkutan tidak dicatat/diakui sebagai biaya/beban oleh pengusaha JPT/FF.

    REIMBURSMENT PADA FREIGHT FORWARDING Reimbursement adalah penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak ke-2 kepada pihak ke-3. Pengertian reimbursement mensyaratkan posisi sebagai pihak ke-2 atau perantara. Oleh karena itu, awalnya syarat reimbursement adalah tagihan pihak ke-3 langsung atas nama shipper, sehingga jelas kedudukan freight forwarder hanyalah perantara atau sebagai pihak ke-2.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 11

    Transaksi Reimbursment umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan jasa yang bekerjasama dengan pihak ketiga dalam melakukan kegiatan pemberian jasa kepada konsumen (penerima jasa) antara lain perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa freight forwarding yang dalam kegiatan operasionalnya bekerjasama dengan Pihak Ketiga antara lain perusahaan pengangkutan / pengiriman barang. Tagihan biaya yang di-Reimburs antara lain : Freight, THC, Document Fee, D/O, Cleaning Container, Lift on/off Container, shipping line, Airline. Ketika terjadi transaksi Reimbursment, Tagihan dari Pihak Ketiga akan diteruskan oleh Pemberi Jasa kepada Penerima Jasa dengan atau tanpa ditambah imbalan (Mark Up). Selanjutnya pembayaran dari Penerima Jasa akan diteruskan oleh Pemberi Jasa kepada Pihak Ketiga tersebut setelah dikurangi dengan imbalan mark up. Jumlah penerimaan yang akan dicatat sebagai penghasilan/pendapatan oleh Pemberi Jasa adalah jumlah pembayaran dari Penerima Jasa dikurangi dengan Reimbursment. Oleh karena itu, dokumen tagihan oleh Pihak Ketiga seharusnya dibuat langsung atas nama Penerima Jasa (bukan Pemberi Jasa). Mengacu pada praktik di lapangan dan Surat Edaran Dirjen Pajak No SE-33/PJ/2013, penyerahan Jasa Freight Forwarding dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan yang dimaksud dalam Pasal 82 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, yaitu salah satu di antaranya adalah kegiatan transportasi. Menurut surat edaran di atas, tidak termasuk penyerahan Jasa Freight Forwarding adalah transaksi reimbursement tagihan dari pihak ke-3 (supplier barang/jasa lainnya) sepanjang memenuhi persyaratan berikut: 1) Tagihan dari pihak ke-3 atau dokumen perpajakan seperti Surat Setoran Pajak (SSP),

    Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor (SSPCP) mencantumkan identitas Pengguna Jasa Freight Forwarding;

    2) Terdapat perjanjian reimbursement antara Pengusaha dan Pengguna Jasa Freight Forwarding; dan

    Pengusaha Jasa Freight Forwarding tidak mengakui penghasilan dan biaya yang berkaitan dengan reimbursement. Pengakuan Pendapatan dan Biaya ini selaras dengan penghitungan peredaran usaha (Dasar Pengenaan Pajak) menurut ketentuan PPN. Seperti telah diuraikan di atas, dalam ketentuan PPN diatur bahwa reimbursment dikurangkan dari Dasar Pengenaan Pajak PPN, sehingga penerimaan pembayaran reimbursment dari Penerima Jasa juga seharusnya tidak dicatat/diakui sebagai pendapatan. Dengan demikian, peredaran usaha menurut PPN akan sama (equal) dengan peredaran usaha menurut PPh.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 12

    PENUTUP SIMPULAN a. Pengenaan pajak penghasilan atas jasa freight forwarding telah diatur dalam PER-

    178/PJ/2006 Tentang Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. Akan tetapi peraturan ini dicabut dengan PER-70/PJ/2007, di mana dalam peraturan ini tidak menyertakan jasa freight forwarding dalam daftar positif pemotongan PPh pasal 23.

    b. Jasa-jasa yang terkait dengan pemberian jasa freight forwarding seperti kegiatan penerimaan, penyimpanan, fumigasi (penyemprotan anti hama sebelum barang dimuat dalamkontainer), sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran, dan penimbangan apabila masuk dalam daftar PER-70/PJ/2007 tetap merupakan objek pemotongan PPh 23. Apabila jasa-jasa tersebut tidak termasuk dalam daftar PER-70/PJ/2007 bisa tetap dikenakan PPh pasal 29 sepanjang jasa tersebut termasuk kategori objek pajak.

    c. Pengenaan PPN atas jasa freight forwarding telah diatur dalam UU PPN pasal 4(a) ayat 3 dimana dipertegas dalam PMK Nomor 38/pmk.011/2013 terkait Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak.

    d. Tidak termasuk penyerahan freight forwarding adalah reimbursement tagihan dari pihak ketiga, sepanjang memenuhi syarat kumulatif yang diuraikan dalam SE Nomor 33/PJ/2013.

  • SEMINAR PERPAJAKAN 13

    DAFTAR REFERENSI http://paswalmar-ami.blogspot.com http://mucconsultinggroup.wordpress.com/2013/08/01/1306/ http://newfanyaauraresta.blogspot.com/2012/06/freight-forwarding_10.html http://rusdiyanis.wordpress.com/2014/03/10/freight-forwarding-antara-reimbursement-dan-dpp-ppn-nilai-lain/