fraktur dan

13
FRAKTUR DAN DISLOKASI A. FRAKTUR Fraktur adalah terputusnya atau diskontinuitas jaringan tulang Tanda-tanda fraktur / gejalanya: Patahnya tulang terasa dan terdengar oleh korban sendiri Rasa sakit disekitar luka terutama kalau digerakkan Pembengkakan dan memar pada bagian luka Deformitas tempat yang patah Adanya krepitus Nyeri sumbu dan nyeri tekan Macam-macam fraktur: a) Fraktur tertutup Merupakan patah tulang dimana tidak ada hubungan antara yang patah dengan lingkungan. b) Fraktur terbuka Merupakan patah tulang dimana ada hubungan antara yang patah dengan lingkungan luar. Teknik penatalaksanaan: a) Pembalutan Tujuan pembalutan: • Mencegah kontaminasi • Digunakan untuk penekanan dalam menghentikan perdarahan • Memperbaiki suhu tubuh • Meletakkan sesuatu seperti bidai Macam-macam pembalut yang dipakai: • Pembalut • Pembalut pita gulung atau verband • Pembalut elastis b) Pembidaian Tujuan pemasangan bidai: • Mempertahankan posisi bagian patah agar tidak bergerak • Mengurangi rasa nyeri • Mencegah terjadinya komplikasi • Memudahkan dalam transportasi korban Prinsip pemasangan bidai: • Panjang bidai mencakup 2 sendi

Upload: fadmawati-andri

Post on 31-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bbb

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Dan

FRAKTUR DAN DISLOKASI

A. FRAKTURFraktur adalah terputusnya atau diskontinuitas jaringan tulang

Tanda-tanda fraktur / gejalanya:Patahnya tulang terasa dan terdengar oleh korban sendiriRasa sakit disekitar luka terutama kalau digerakkanPembengkakan dan memar pada bagian lukaDeformitas tempat yang patahAdanya krepitusNyeri sumbu dan nyeri tekan

Macam-macam fraktur:a) Fraktur tertutupMerupakan patah tulang dimana tidak ada hubungan antara yang patah dengan lingkungan.b) Fraktur terbukaMerupakan patah tulang dimana ada hubungan antara yang patah dengan lingkungan luar.

Teknik penatalaksanaan:a) PembalutanTujuan pembalutan:• Mencegah kontaminasi• Digunakan untuk penekanan dalam menghentikan perdarahan• Memperbaiki suhu tubuh• Meletakkan sesuatu seperti bidai

Macam-macam pembalut yang dipakai:• Pembalut• Pembalut pita gulung atau verband• Pembalut elastis

b) PembidaianTujuan pemasangan bidai:• Mempertahankan posisi bagian patah agar tidak bergerak• Mengurangi rasa nyeri• Mencegah terjadinya komplikasi• Memudahkan dalam transportasi korban

Prinsip pemasangan bidai:• Panjang bidai mencakup 2 sendi• Bahan yang digunakan sebagai bersifat elastis, tidak mudah patah dan juga tidak terlalu lentur• Ikatan pada bidai mantap tapi tidak terlalu kuatHal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai:• Sensorik, yaitu dengan memberi rangsangan• Motorik, yaitu dengan menggerakkan• Refiling kapiler, yaitu dengan kembali kapiler yang telah dihambat

Page 2: Fraktur Dan

B. DISLOKASIDislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi

Tanda-tanda Dislokasi:a) Dislokasi sendi rahangTerjadi karena menguap atau tertawa terlalu lebar, terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.Penatalakasanaan :• Rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah dilindungi balutan• Ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang• Tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas• Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat dan keras• Untuk beberapa saat penderita tidak boleh membuka mulut lebar

b) Dislokasi sendi bahuTanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu:• Sendi bahu tidak dapat digerakakkan• Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain• Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan• Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya

Penatalaksanaan:a. Teknik HennipenSecara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi 450 , siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 900 dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah relaksasi eksterna mencapai 900 maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi, makab. Teknik StimsonPasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang dislokasi digantung tempat tidur diberi beban 10-15 pound selama 30 menit biasanya akan terjadi reposisi jika tidak berhasil dapat ditolong dengan pergerakan rotasi dan kemudian internac) Dislokasi sendi panggulTanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:• Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami dislokasi• Kaput femur dapat diraba pada tanggul• Setiap usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri

Penatalaksanaan :Usahakan perbaikan hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit. Oleh karena itu kirim korban ke rumah sakit dengan diberi bantalan dibawah lutut dan kaki untuk membatasi gerakan-gerakan selama diperjalanan.

ASKEP RUPTUR URETRA ASUHAN KEPERAWATAN RUPTUR URETRA

Page 3: Fraktur Dan

BAB ITINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGIDalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.a. Uretra pada wanitaPada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara klitoris dan pembukaan vagina. Pria memiliki uretra yang lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita lebih berisiko terkena infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.b. Uretra pada pria• Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis.• Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya:1) Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.2) Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak muara vasdeferens.3) Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.4) Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.• HistologiSel epitel dari uretra dimulai sebagai sel transisional setelah keluar dari kantung kemih. Sepanjang uretra disusun oleh sel epitel bertingkat torak, kemudian sel bertingkat kubis di dekat lubang keluar.Terdapat pula kelenjar uretra kecil yang menghasilkan lendir untuk membantu melindungi sel epitel dari urin yang korosif. tampak ada ekstravasasi kontras keluar dari lumen uretra. pasien diputuskan untuk dilakukan cystostomi untuk diversi urin.B. DEFINISIRuptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).C. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASIa) EtiologiAdanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun perineum. Cedera eksternal - Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.- Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.- Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.- Persalinan lama.- Ruptur yang spontanb) Klasifikasi Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:1. Ruptur uretra anterior : Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya. Terdapat daerah memar atau hematoma pada penis dan scrotum (kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle injury ( cedera selangkangan ) Jenis kerusakan :

Page 4: Fraktur Dan

o Kontusio dinding uretra.o Ruptur parsial.o Ruptur total.2. Ruptur uretra posterior : - Paling sering pada membranacea.- Ruptur utertra pars prostato-membranasea- Terdapat tanda patah tulang pelvis.- Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.- Robeknya ligamen pubo-prostatikum.- Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri tekan.- Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan peritoneum. Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum :1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi.2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital utuh. Ekstravasasi terbatas pada diafragma urogenital.3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa proksimal rusak, ekstravasasi sampai perineum. RUPTUR URETRA TOTAL• Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda paksa.• Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.• Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh

D. PATOFISIOLOGIRuptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ; rupture uretra posterior dan anterior.Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke cranial. Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan oleh instrumentasi urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah endoskopi. Akibatnya dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle injury yang berat dan menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.E. MANIFESTASI KLINISa) Perdarahan per-uretra post trauma.b) Retensi urine.c) Merupakan kontraindikasi pemasangan kateter. Lebih khusus: Pada Posterior dan Anterior : Pada Posterior• Perdarahan per uretra

Page 5: Fraktur Dan

• Retensi urine.• Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.• Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.

Pada Anterior:• Perdarahan per-uretra/ hematuri.• Sleeve Hematom/butterfly hematom.• Kadang terjadiretensi urine.F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan radiologikTampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi bahan kontras uretografi retrograd.G. KOMPLIKASI 1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra• Infeksi• Hematoma• Abses periuretral• Fistel uretrokutan• Epididimitis2. Komplikasi lanjut• Striktura uretra• Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul :- Impotensi- InkontinensiaH. PENATALAKSANAAN 1) Pada ruptur anteriora) Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan melakukan drainase bila ada.b) ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.c) Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.d) sistosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika timbul stiktura uretra.e) Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

2) Pada ruptur uretra posteriora) Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu. b) Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer kateter.c) Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur.

Page 6: Fraktur Dan

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN PADA RUPTUR URETRA

A. PENGKAJIAN a. Pengkajian Primer Airway : 1. Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Partikel-partikel benda asing seperti darah, muntahan, permen karet, gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga dapat di sebabkan oleh lidah atau edema karena trauma jaringan.2. Jika pasien tidak sadar, selalu dicurigai adanya fraktur spinal serfikal dan jangan melakukan hiperekstensi leher sampai spinal dipastikan tidak ada kerusakan.3. Gunakan chin lift dan jaws thrust secara manual untuk membuka jalan napas.Breathing :1. Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernapasan dan observasi untuk ekspansi bilateral dada.2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya krekels, wheezing atau tidak adanya bunyi napas.3. Jika pernapasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernapasan pasien dengan suatu alat oksigenasi yang sesuai.Circulation :1. Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, dan catat irama dan ritmenya dan mengkaji warna kulit2. Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompresi dada tertutup.3. Kaji tekanan darah.4. Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum besar (16-18). Mulai penggantian volume per protokol. Cairan kristaloid seimbang (0,9 % salin normal atau ringer’s lactate ) biasanya di gunakan.5. Kaji adanya bukti perdarahan dan kontrol perdarahan dengan penekanan langsung.b. Pengkajian sekunder1. Kaji riwayat trauma Riwayat penyakit dahulu :Pernah jatuh dari tempat yang tinggi dan terkena daerah perineum. Riwayat penyakit sekarang :Nyeri tekan, memar atau hematoma, hematuri bila terjadi rupture total uretra anuria 2. Pemeriksaan fisik a. Adanya trauma di daerah perineum

Page 7: Fraktur Dan

b. Adanya perdarahan per uretra c. Adanya nyeri tekan pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah d. Adanya jejas pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah. e. Adanya fraktur tulang pelvis f. Adanya retensi urin g. Pemeriksaan rektal tuse : Floating Prostat 3. Kaji kemungkinan adanya fraktur multipel :a. Trauma pada tungkai akibat jatuh dari ketinggian, sering disertai dengan trauma pada lumbal. b. Taruama pada lutut saat pasien jatuh dengan posisi duduk dapat disertai dengan trauma panggul c. Trauma pada lengan sering menyebaabkab trauma pada siku, sehingga lengan dan siku harus dievaluasi dengan bersamaan d. Trauma pada lutut dan proksimal fibula sering menyebabkan trauma pada tungkai bawah maka lutut dan tungkai bawah harus dilakukan evaluasi bersamaan. e. Trauma apapun yang mengenai bahu harus diperhatikan secara seksama karena dapat melibatkan leher, dada atau bahu. 4. Kaji adanya nyeri pada area fraktur dan dislokasi 5. Kaji adanya krepitasi pada area fraktur 6. Kaji adanya sindrom kompartemen. Fraktur terbuka atau tertutup, atau kompresi, dapat menyebabkan pendarahan atau hematoma pada daerah yang tertutup sehingga menyebabkan penekanan padaa syaraf, pembuluh darah dan kegagalan sirkulasi 7. Kaji TTV secara kontinue 8. Pemeriksaaan penunjang Radiologi :Tampak adanya defek uretra anterior daerah bullbus dengan ekstravasasi bahan kontraks uretrografi retrograde.

• Pada rupture posterior :Ureterografi : eksrtavasasi kontras dan adanya fraktur pelvis • Pada rupture anterior :Radiologis : o Kontusio : tidak ada ekstravasasio Laserasi : ada ekstravasasi bahkan sampai bulbosa

1. BIODATA : Jenis kelamin : laki-laki lebih dari pada wanita2. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat penyakit sekarang : Nyeri tekan , memar atau hematum , hematuri Bila terjadi ruptur total urethra anuria3. PEMERIKSAAN FISIK1. Adanya trauma didaerah perineum2. Adanya perdarahan per urethra3. Adanya nyeri tekan pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah

Page 8: Fraktur Dan

4. Adanya jejas pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah5. Adanya fraktur tulang pelvis6. Adanya Retensi urine.7. Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Radiologitampak adanya defek urethra anterior daerah bulbus dengan ektra vasasi bahan kontras uretrografi retrograde Pada rupture posterior• Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis

Pada rupture anterior:• Radiologis •Kontusio : tidak ada ekstravasasi.•Ruptur : adaekstravasasi bahkan sampai bulbosa.B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut b/d adanya trauma urethra2. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) b/d adanya hematoma dan ekstravasasi3. Resiko infeksi b/d faktor resiko pemasangan douwer kateter4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

C. INTERVENSI 1. Nyeri akut b/d adanya trauma urethra Tujuan : menyatakan atau menunjukkan nyeri hilang kriterial hasil : menunjukkan kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan umum dan mampu untuk tidur/ istirahat dengan tenang Intervensi :a) Kaji nyeri meliputi lokasi , karakteristik , lokasi, intensitas ( skala 0-10 ) R./ membantu evaluasi derajat ketidak nyamanan dan deteksi dini terjadinya komplikasi.b) Perhatikan aliran dan karakteristik urine R./ penurunan aliran menunjukkan retensi urine ( s-d edema ), urine keruh mungkin normal ( adanya mukus ) atau mengindikasikan proses infeksi.c) Dorong dan ajarkan tehnik relaksasi R./ mengembalikan perhatian dan meningkatkan rasa controld) Kolaborasi medis dalam pemberian analgesik R./ menghilangkan nyerie) Lakukan persiapan pasien dalam pelaksanaan tindakan medis pemasangan douwer kateter drainase cistostomyR./ persiapan secara matang akan mendukung palaksanaan tindakan dengan baik.

Page 9: Fraktur Dan

2. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) b/d adanya hematoma dan ekstravasasi Tujuan : Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih

Kriteria Hasil :- Eliminasi urin lancar- Eliminasi urin normal Intervensi :a) perhatikan aliran dan karakteristik urine R/ : penurunan aliran menunjukkan retensi urine, urine keruh mungkin normal ( adanya mucus ) atau mengindikasikan proses infeksi. b) kateterisasi untuk residu urine dan biarkan kateter tak menetap sesuai indikasi. R/ : menghilangkan atau mencegah retensi urin dan megesampingkan adanya striktur uretrac) siapkan alat bantu untuk drainase urin, contoh : sistomi.R/ : diindikasikan untuk mengeluarkan kandung kemih selama episode akut dengan azotemia atau bila bedah dikontra indikasikan karena status kesehatan pasien. 3. Resiko infeksi b/d faktor resiko pemasangan douwer kateter Tujuan : Menurunkan atau mencegah terjadinya infeksi Kriterial hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksia) Pertahankan tehnik steril dalam pemasangan kateter , berikan perawatan kateter steril dalam manipulasi selang.R./ mencegah pemasukan bakteri dan kontaminasi yang menyebabkan infeksib) Gunakan tehnik mencuci tangan yang baik dan ajarkan serta anjurkan pasien melakukan hal yang sama.R./ mengurangi kontaminasi yang menyebabkan infeksic) Observasi tanda-tanda infeksiR./ deteksi dini adanya infeksi dan menentukan tindakan selanjutnyad) Perhatikan karakter , warna , bau , dari drainase dari sekitar sisi kateterR./ drainase purulent pada sisi insersi menunjukkan adanya infeksi locale) Intruksikan pasien untuk menghindari menyentuh insisi , balutan dan drainase.R./ mencegah kontaminasi penyebab penyakitf) Kolaborasi dalam pemberian anti biotika sesuai indikasiR./ mengatasi infeksi dan mencegah sepsis

4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya Tujuan : Menunjukkan penurunan anxietas dan menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya Kriteria hasil : Mengungkapkan masalah anxietas dan tak pasti pada pemberi perawatan atau orang terdekatmengidentifikasi mekanisme koping yang adaptifmemulai penggunaan tehnik relaksasikooperatif terhadap tindakan yang dilakukan Intervensi :a) Ajarkan tentang proses penyakit dan penyebab penyakitR. /dengan pengajaran meningkatkan pengetahuan pasien , menurunkan kecemasan pasienb) Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang rasa takut , berikan privasi tanpa gangguan, sediakan waktu bersama mereka untuk mengembangkan hubunganR. /pasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawat , mereka sering dapat memahami dan

Page 10: Fraktur Dan

memasukkan perubahan kebutuhan dalam praktek dengan sedikit kesulitan.c) Beri informasi dan diskusikan prosedur dan pentingnya prosedur medis dan perawatanR. /informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan koopereratif pasiend) Orientasikan pasien terhadap lingkungan , obat-obatan , dosis , tujuan , jadwal dan efek samping , diet , prosedur diagnosticR./ pengorientasian meningkatkan pengetahuan pasienD. IMPLEMENTASIImplementasi pada asuhan keperawatan rupture uretra dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat.E. EVALUASI1. Nyeri akut b/d adanya trauma urethra Menunjukkan kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan umum dan mampu untuk tidur / istirahat dengan tenang.2. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) b/d adanya hematoma dan ekstravasasi Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih3. Resiko infeksi b/d faktor resiko pemasangan douwer kateter Tidak terdapat tanda-tanda infeksi4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya Mengungkapkan masalah ansietas dan tak pasti pada pemberi perawatan atau orang terdekat.

DAFTAR PUSTAKATucker Susan Martin, Et all , Standar Perawatan Pasien , volume 3 , EGC , PeterMowschenson , Ilmu Bedah Untuk Pemula , Edisi 2 , Bina Rupa aksara , 1983JakartaHidayat Samsu , Ilmu Bedah , Edisi revisi, EGC , 1998 , JakartaDepkes RIASKEP Pasien dengan Gg Penyakit Sistem Urologi , 1996 , JakartaDoungoes Marilin E