forsumil fortifikasi susu ibu hamil

9
PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan gizi dalam pembangunan kependudukan masih merupakan persoalan yang dianggap menjadi masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Salah satu persoalan gizi tersebut adalah masalah gizi ibu dan bayi. Menurut data dari Surfei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian balita (AKBAL) pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran hidup. (Wijaya, 2010) Menurut WHO angka kejadian BBLR di Indnesia adalah 10,5%, masih diatas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Di Indonesia BBLR dan premature merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi. (Muryunani, 2009) Namun secara nasional proporsi anak dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2010 tidak menunjukan perubahan signifikan sejak tahun 2007. Bahkan di 14 provinsi prevalensi bayi berat badan lahir rendah meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Ini menunjukan bahwa masih ada kendala dalam pengurangan prevalensi balita gizi kurang di Indonesia. (UNICEF Indonesia, 2012) Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini biasanya disertai dengan

Upload: dzakyyy

Post on 07-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

LKTI

TRANSCRIPT

PENDAHULUANLatar Belakang Persoalan gizi dalam pembangunan kependudukan masih merupakan persoalan yang dianggap menjadi masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Salah satu persoalan gizi tersebut adalah masalah gizi ibu dan bayi. Menurut data dari Surfei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian balita (AKBAL) pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran hidup. (Wijaya, 2010)Menurut WHO angka kejadian BBLR di Indnesia adalah 10,5%, masih diatas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Di Indonesia BBLR dan premature merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi. (Muryunani, 2009)Namun secara nasional proporsi anak dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2010 tidak menunjukan perubahan signifikan sejak tahun 2007. Bahkan di 14 provinsi prevalensi bayi berat badan lahir rendah meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Ini menunjukan bahwa masih ada kendala dalam pengurangan prevalensi balita gizi kurang di Indonesia. (UNICEF Indonesia, 2012)Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari. Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang dapat terjadi adalah penurunan nafsu makan secara ekstrim yang mengakiatkan ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.(Gunawan, 2011) Penurunan nafsu makan pada ibu hamil akan mengakibatkan penurunan asupan makanan yang jika terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan kondisi KEP (kekurangan energy protein) pada ibu hamil. Hala ini akan menimbulkan masalah gizi buruk antara lain kelahiran bayi berat badan lahir rendah yang juga akan mengakibatkan gangguan fisik, mental, dan kecerdasan anak. (Krisnansari, 2010)Selama ini penanganan KEP pada ibu hamil di rumah sakit dengan cara pemberian MODISCO (Modified Dried Skimmed Milk and Coconut). Namun produk modisco ini masih kurang diminati oleh ibu hamil karena bentuk makanan dari modisco adalah susu yang dimana beberapa dari ibu hamil tidak suka bau dan rasa susu.Maka dari itu perlu adanya perubahan bentuk MODISCO yang awalnya berbentuk susu menjadi bentuk lain yang diminati oleh ibu hamil yakni es krim. Es krim memiliki sifat dingin dimana akan mereduksi dari bau dan rasa dari susu. Oleh karena itu penulis memiliki sebuah solusi yakni EPAEN HYGRA (Es Krim Padat Energi untuk Penderita Hyperemesis Gravidium) sebagai upaya preventif dan kuratif penurunan angka bayi berat badan lahir rendah di Indonesia.

Penerapan Peningkatan Kesejahteraan AnakSebuah masalah akan terselesaikan jika kita menangani masalah di mulai dari akarnya. Sama halnya dengan kasus ketidak sejahteraan dan kekerasan pada anak, masalah tersebut dapat dikurangi jika kita memberi edukasi dan pelatihan terhadap calon pasangan suami istri maupun orang tua yang sudah memiliki anak dalam hal pengasuhan pada anak. Pemberian edukasi dan pelatihan pada calon pasangan suami istri bertujuan agar calon pasangan suami istri memiliki bekal dan keahlian untuk mengurus anak sehingga mental dan psikologis pada calon pasangan suami istri lebih siap jika telah memiliki anak. Dan pada orang tua yang sudah memiliki anak bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keahlian agar lebih maksimal dan tidak salah langkah dalam mengasuh anak.Pemberian edukasi dan pelatihan ini bekerja sama dengan lembaga pemerintahan yakni KUA (Kantor Urusan Agama) dalam pelaksanaanya. Bagi calon pasangan suami istri yang akan mendaftar perlu ada berkas-berkas yang perlu dilengkapi yakni salah satunya sertifikasi nikah. Sertifikasi nikah ini didapatkan dari kelulusan ujian teori dan praktikum yang mengajarkan tentang cara pengasuhan anak dengan baik dan benar. Disini KUA sebagai fasilitator untuk memberikan sosialisasi kepada calon pasangan yang akan menikah untuk mengikuti ujian sertifikasi nikah. Ujian sertifikasi nikah ini dilaksanakan sebuah lembaga pemerintah yang kami buat yakni SELARAS (Sentra) SELARAS ini memiliki beberapa kelas yakni kelas teori dan praktek. Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sertifikat nikah tersebut sebagai berikut:1. AdministrasiSebelum melakukan pendaftaran peserta harus datang ke kelas SELARAS membayar biaya administrasi untuk pembuatan sertifikasi nikah yakni Rp.100.000,00. Biaya Rp.100.000,00 ini hanya satu kali pembayaran jika mengulang peserta tidak perlu membayar lagi untuk mengulang ujiannya.

2. PendaftaranPeserta yang telah membayar biaya administrasi langsung mengisi data diri dengan lengkap. Setelah semua terisi peserta dapat menentuakan jadwal untuk mengikuti pemberian teori dan praktek.

3. Pemberian TeoriDi sini peserta mendapatkan buku panduan dan materi tentang pola asuh anak mulai dari bayi, balita sampai remaja. Materi ini meliputi tentang zat gizi yang diperlukan pada anak, pemberian edukasi terhadap anak, dan cara pola asuh bayi yang baik dan benar.

4. Pemberian PraktekPemberian praktek ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diberikan saat teori. Praktek ini mengarah pada bagaimana menyusun menu asupan gizi pada anak, pemberian edukasi terhadap anak, dan cara pola asuh anak yang baik dan benar.

5. UjianUjian dilaksanakan jika peserta telah menyelesaikan pertemuan pemberian teori dan praktikum 1 minggu sekali, selama 4 minggu. Ujian bersistem pilihan ganda dan esai dengan materi yang tidak jauh berbeda dengan apa yang telah mereka pelajari. Peserta bisa lulus sertifikasi apabila peserta dapat menyelesaikan ujian dengan nilai yang sudah ditetapkan. Standar nilai kelulusan yang diberlakukan adalah 85.

6. Tidak LulusJika peserta mendapatkan nilai lebih kecil dari standar yang ditentukan maka peserta wajib untuk mengulang dari awal pemberian teori hingga ujian. Peserta yang mengulang dapat melakukanya sebanyak 3 kali tanpa membayar biaya administrasi. Toleransi batas waktu untuk mengulang yakni 30 hari dari pengumuman kelulusan.

7. LulusPeserta yang lulus dari ujian langsung akan mendapatkan sertifikat nikah yang akan digunakan sebagai berkas wajib untuk mengajukan nikah di KUA.Sistem Sertifikasi Nikah

Administrasi(Kelas SELARAS)Pengajuan Nikah Ke KUA

Pendaftaran

Pemberian Teori

Pemberian Praktek

Tidak Lulus(Mengulang dalam kurun waktu paling lambat 30 hari)Sertifikat Nikah(Salah satu berkas wajib untuk mengajukan nikah di KUA)Ujian

Lulus

Kelebihan Cara ini sangat efektif menurunkan kasus ketidak sejahteraan dan kekerasan pada anak karena langsung diawasi oleh lembaga pemerintahan negara dengan UU yang dibuat. Tepat sasaran karena target sasaran kita adalah pasangan suami istri yang akan menikah dimana kita bekerja sama dengan KUA dalam pelaksanaannya.

Kelemahan Perlu dana investasi yang cukup besar untuk program pelatihan tenaga kesehatan dalam memberikan materi