format pkm sambiloto setor 28

Upload: sinta-indrani

Post on 02-Mar-2016

84 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

  • USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM:

    UJI EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMBINASI OBAT ATORVASTATIN DAN

    EKSTRAK SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES) TERHADAP

    PENURUNAN KADAR MALONALDEHIT (MDA) YANG DIBANDINGKAN

    DENGAN PEMBERIAN TUNGGALNYA SEBAGAI TERAPI DISLIPIDEMIA

    UNTUK MENCEGAH ARTEROSKLEROSIS

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM PENELITIAN

    Diusulkan oleh:

    Ketua : Anak Agung Istri Sinta Indrani (1108505037) (Angkatan 2011)

    Anggota 1 : Ni Nyoman Putri Paramita Sari (1108505011) (Angkatan 2011)

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2014

  • RINGKASAN

    Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

    meningkatnya kadar kolestrol total, Low Density Lipoprotein (LDL) di dalam darah dan

    tingginya kadar trigliserida yang disertai dengan penurunan kadar High Density Liporotein

    (HDL). Pada kondisi dislipidemia, tingginya kadar LDL yang beredar diidentifikasi sebagai

    faktor risiko potensial untuk terjadinya stress oksidatif yang memicu meningkatnya peroksidasi

    lipid pada membran lipid, hemoglobin dan sel darah merah. Peroksidasi lipid menghasilkan

    berbagai produk akhir yang bersifat radikal dan juga merusak makromolekul lain disekitarnya.

    Salah satu produknya adalah Malonaldehit (MDA). MDA juga diketahui bersifat sitotoksik dan

    kemostatik di dalam tubuh serta berkontribusi pada kekakuan jaringan arteri pada kasus

    penyakit jantung koroner seperti aterosklerosis. Sehingga salah satu cara terapi yang efektif

    untuk terapi dislipidemia serta terapi preventif terjadinya aterosklerosis adalah menurunkan

    kadar LDL yang menjadi faktor resiko stress oksidatif atau mengurangi lipid peroksidasi untuk

    menurunkan kadar MDA bebas dalam tubuh. Kombinasi penggunaan obat golongan statin

    dengan herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) bertujuan untuk mebandingkan

    aktivitas kombinasi obat sintetik dan herba sambiloto dalam terapi dislipidemia untuk

    mencegah resiko timbulnya arterosklerosis melalui pengukuran penurunan kadar MDA di

    dalam serum darah yang diujkan secara invivo dengan pemberian tunggal obat antorvastatin

    dan ekstak sambiloto pada tikus yang diinduksi dislipidemia. Herbal sambiloto dipilih karena

    aktivitasnya yang kuat sebagai antioksidan yang mendukung aktivitas fakmakologisnya yang

    lain sebagai anti-aterosklerosis sehingga diharapkan mampu memberikan potensi kombinasi

    yang efektif dalam penyembuhan dislipidemia dan mencegah aterosklerosis. Kandungan

    Andrografolidnya memiliki aktivitas farmakologis sebagai antioksidan yang berpotesi dalam

    menurunkan lipid peroksidasi dan meningkatkan enzim yang bekerja sebagai antioksidan pada

    hati serta antioksidan lainnya dalam tubuh seperti glutathione peroxidase, glutathione

    reductase, katalase, superoxide dismutase (SOD) dan glutathione S transferase. Obat sintetik

    yang digunakan pada kombinasi terapi ini adalah golongan statin yang merupakan lini pertama

    pengobatan dislipidemia. Penggunaan atorvastatin dapat memberikan aksi kuat dalam

    menurunkan kadar LDL yang menjadi faktor resiko timbulnya peroksidasi lipid. Penelitian

    dilakukan pada tikus putih (Rattus norvegicus, L.) jantan galur wistar yang berumur 4 minggu

    dengan berat badan berkisar 150-200 gram yang dibagi menjadi lima kelompok besar dan

    diberikan pakan kaya lemak untuk menginduksi terjadinya dyslipidemia (kecuali pada

    kelompok normal). Kelompok perlakuan terdiri dari 3 kelompok besar dengan perlakuan

    pemberian kombinasi atorvastatin dan ekstrak sambiloto, pemberian tunggal atorvastatin, dan

    pemberian tunggal ekstrak sambiloto. Luaran yang diharapkan adalah kelompok perlakuan

    (tikus yang diberikan kombinasi ekstrak sambiloto dan atrovastatin dengan pemberian tunggal

    ekstrak sambiloto atau atrovastatin) mengalami penurunan kadar MDA secara signifikan jika

    dibandingkan dengan kontrol negatifnya yang mengalami dislipidemia dan memberikan kadar

    MDA yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kadar MDA pada pemberian tunggalnya,

    maka kombinasi obat atrovastatin dan ekstrak sambiloto diduga efektif sebagai obat terapi

    dislipidemia dan mampu mencegah arterosklerosis melalui mekanismenya mengurangi kadar

    LDL dan sebagai antioksidan dengan menurunkan kadar MDA secara signifikan dibandingkan

    dengan kontrol negatif ataupun pemberian tunggalnya.

    Kata kunci: Dislipidemia, MDA, atorvastatin, ekstrak sambiloto, androgafolid, antioksidan.

    1

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

    meningkatnya kadar kolestrol total, Low Density Lipoprotein (LDL) di dalam darah dan

    tingginya kadar trigliserida yang disertai dengan penurunan kadar High Density Liporotein

    (HDL) (Musunuru, 2010). WHO memperkirakan dari setengah lebih kasus penyakit jantung

    iskemik yang terjadi di dunia berkaitan dengan kondisi dislipidemia, dimana angka

    kematiannya telah mencapai lebih dari empat juta tiap tahunnya (Sigh, et.al., 2011).

    Terapi dislipidemia yang sering digunakan sebagai terapi lini pertama adalah golongan

    statin. Golongan statin yang dikelompokkan ke dalam aksi kuat menurunkan LDL yaitu

    atorvastatin (Oxford dan King, 2002). Pada kondisi dislipidemia, tingginya kadar LDL yang

    beredar diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial untuk terjadinya stress oksidatif yang

    memicu meningkatnya peroksidasi lipid pada membran lipid, hemoglobin dan sel darah merah

    (Tewari, et. al., 2010). Peroksidasi lipid menghasilkan berbagai produk akhir yang bersifat

    radikal dan juga merusak makromolekul lain disekitarnya. Salah satunya adalah dicarbonyls

    (MDA dan glyoxal) (Evans dan Cooke, 2006). Konsentrasi MDA dalam material biologi telah

    digunakan sebagai indikator kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh dan sebagai indikator

    keberadaan radikal bebas (Endang, 2005). MDA juga telah diketahui bersifat sitotoksik dan

    kemostatik di dalam tubuh serta berkontribusi pada kekakuan jaringan arteri pada kasus

    penyakit jantung koroner seperti aterosklerosis (Duner, 2009). Sehingga salah satu cara terapi

    yang efektif untuk terapi dislipidemia serta terapi preventif terjadinya aterosklerosis adalah

    menurunkan kadar LDL yang menjadi faktor resiko stress oksidatif atau mengurangi lipid

    peroksidasi untuk menurunkan kadar MDA bebas dalam tubuh.

    Salah satu bahan alam yang telah teruji baik secara in vitro maupun in vivo dan memiliki

    aktivitas dapat menurunkan kadar MDA adalah herba sambiloto (Andrographis paniculata

    Nees). Herba sambiloto memiliki kandungan Andrografolid yang memiliki aktivitas

    farmakologis sebagai antioksidan yang berpotesi dalam menurunkan lipid peroksidasi dan

    meningkatkan enzim yang bekerja sebagai antioksidan pada hati serta antioksidan lainnya

    dalam tubuh. Aktivitas farmakologis herba sambiloto sebagai antioksidan juga berkontribusi

    pada aktivitasnya yang lain sebagai anti-aterosklerosis (Chao dan Lin, 2010).

    Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian terhadap kombinasi penggunaan obat

    golongan statin dengan kombinasi herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang

    bertujuan untuk mebandingkan aktivitas kombinasi obat sintetik dan herba sambiloto dalam

    2

  • terapi dislipidemia untuk mencegah resiko timbulnya arterosklerosis melalui pengukuran

    penurunan kadar MDA di dalam serum darah yang diujkan secara invivo dengan pemberian

    tunggal obat antorvastatin dan ekstak sambiloto pada tikus yang diinduksi dislipidemia.

    1.2. Rumusan Masalah

    Apakah pemberian kombinasi obat atorvastatin (golongan statin) dengan ekstrak sambiloto

    (Andrographis paniculata Nees) memberikan perbedaan hasil pengukuran kadar MDA pada

    tikus yang diinduksi dislipidemia dibandingkan dengan pemberian tunggalnya?

    1.3. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan dari aktivitas kombinasi

    obat sintetik atorvastatin (golongan statin) dan herba sambiloto dalam terapi dislipidemia untuk

    mencegah resiko timbulnya arterosklerosis dibandingkan dengan pemberian tunggal obat

    atorvastatin dan ekstrak sambiloto pada tikus.

    1.4. Urgensi Penelitian

    Urgensi dari penelitian ini yang bisa disampaikan adalah kondisi dislipidemia mampu

    meningkatkan resiko timbulnya arterosklerosis melalui peroksidasi lipid yang menghasilkan

    radikal bebas. Untuk itu, diperlukan terapi yang efektif dengan mengkombinasikan obat yang

    digunakan. Herbal sambiloto dipilih karena aktivitasnya yang kuat sebagai antioksidan yang

    mendukung aktivitas fakmakologisnya yang lain sebagai anti-aterosklerosis sehingga

    diharapkan mampu memberikan potensi kombinasi yang efektif dalam penyembuhan

    dislipidemia dan mencegah aterosklerosis.

    1.5. Luaran yang Diharapkan

    Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang menunjukkan

    hasil uji aktivitas yang efektif pada pemberian obat atorvastatin (golongan statin) dan herba

    sambiloto dalam terapi dislipidemia untuk mencegah resiko timbulnya arterosklerosis

    dibandingkan dengan pemberian tunggal obat atorvastatin dan ekstrak sambiloto.

    1.6. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian akan diperoleh informasi mengenai efektivitas pemilihan terapi

    dislipidemia untuk mencegah resiko timbulnya arterosklerosis dengan kombinasi antara obat

    sintetik dan bahan herbal sebagai alternatif untuk mengoptimalkan terapi penyebuhan

    dislipidemia.

    3

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Taksonomi Tanaman Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees

    Secara taksonomi, sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    Subkingdom : Trakeobionta, tanaman berpembuluh

    Superdivisi : Spermatopita, tanaman berbiji

    Divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledoneae

    Subkelas : Gamopetalae

    Ordo : Personales

    Famili : Acanthaceae

    Subfamili : Acanthoidae

    Genus : Andrographis

    Spesies : Andrographis paniculata Nees

    (Sivananthan and Elamaran, 2013)

    2.1.1. Kandungan Kimia

    Komponen bioaktif utama dari tanaman obat Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees

    adalah Andrografolid. Komponen ini dapat ditemukan di semua bagian tanaman, terutama pada

    bagian daun. Di dalam daun, kadar senyawa andrografolid sebesar 2,5-4,8% dari berat

    keringnya (Prapanza dan Marito, 2003).

    2.1.1. Aktivitas Farmakologi Herba Sambiloto

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, andrografolid memiliki beberapa aktivitas

    farmakologi seperti antidiabetes, antiaterosklerosis, antidislipidemia, antiinflamasi, Anti

    kanker dan Antioksidan (Chao dan Lin, 2010).

    Dosis andrografolid yang digunakan untuk manusia dengan berat badan 50 kg setelah

    dikonversikan adalah kurang lebih 40 mg/hari (Visen et al., 1993; Puri et al., 1993, Paget &

    Barnes, 1964).

    2.2. Antioksidan

    Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menghambat atau

    memperlambat proses oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan

    oksigen pelepasan hidrogen atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami

    yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana, tak terkecuali di dalam tubuh kita

    (Halliwell dan Gutteridge, 2007).

    4

  • Aktivitas Antioksidan sambiloto dapat menurunkan kadar MDA dengan mekanisme

    menurunkan pembentukan MDA melalui peroksidasi lipid adalah herba sambiloto

    (Andrographis paniculata Nees). Herba sambiloto memiliki kandungan Andrografolid yang

    memiliki aktivitas farmakologis sebagai antioksidan yang berpotesi dalam menurunkan lipid

    peroksidasi dan meningkatkan enzim yang bekerja sebagai antioksidan pada hati serta

    antioksidan lainnya dalam tubuh seperti glutathione peroxidase, glutathione reductase, katalase,

    superoxide dismutase (SOD) dan glutathione S transferase. Aktivitas antioksidan dari

    A.paniculata berkontribusi untuk menghambat terjadinya inflamasi, atherosclerosis, dan

    diabetes (Chao dan Lin, 2010).

    2.3. Obat Golongan Statin

    Terapi dislipidemia merupakan terapi individualistis dan berdasarkan dari kadar lipid. Lini

    pertama terapi adalah golongan statin dan sebagai preventif sekunder tanpa melihat kadar TG

    dan HDL-C. Dosis sedang statin (untuk memperoleh reduksi LDL-C sebesar 25% atau lebih)

    digunakan untuk inisasi terapi. Penghambat HMG-KoA reduktase (golongan statin) bekerja

    dengan cara menghambat secara kompetitif enzim HMG-KoA reduktase. Obat ini dapat

    menyebabkan terjadinya penurunan simpanan kolesterol intrasel. Obat ini juga menghambat

    sintesis VLDL di hati sehingga produksi kolesterol LDL menurun dan meningkatkan jumlah

    reseptor LDL, contoh obat ini yaitu fluvastatin, lovastatin, pravastatin, simvastatin, dan

    atorvastatin (Murray et al. 2003). Golongan statin yang dikelompokkan ke dalam aksi kuat

    menurunkan LDL yaitu atorvastatin (Oxford dan King, 2002)

    Gambar 1. Klasifikasi lipid Serum dan Dosis Terapi Statin

    2.4. Dislipidemia

    Dislipidemia adalah suatu keadaan yang meliputi kenaikan kadar kolesterol total, LDL,

    trigliserida, dan atau penurunan kadar HDL. Pada tikus kadar normal kolesterol total tikus

    5

  • adalah 10 54 mg/dL (Kusumawati, 2004). Kadar normal LDL tikus adalah 17 22 mg/dL

    dan kadar normal HDL tikus adalah 77 84 mg/dL (Wahyuni, unpublished data). Tikus

    dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan berat badan > 20% atau kadar kolesterol total

    serum > 200 mg/dL (Hardini et al., 2007).

    2.5. Malondialdehyde (MDA) sebagai Indikator Peroksidasi Lipid

    Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki sebuah elektron yang tidak

    berpasangan di orbit luarnya (Hendromatono 2000; Suryohudoyo, 200). Radikal ini akan

    merebut elektron dari molekul lain yang ada disekitarnya untuk menstabilkan diri, sehingga

    spesies kimia ini sering dihubungkan dengan terjadinya kerusakan sel, kerusakan jaringan, dan

    proses penuaan (Halliwell and Gutteridge, 1999).

    Peroksidasi lipid menghasilkan berbagai produk akhir yang bersifat radikal dan juga

    merusak makromolekul lain disekitarnya. Produk tersebut antara lain lipid hidroperoksida, 4-

    hydroxy-2-alkenal (4-hydroxy-noneal/HNE, acrolein dan crotonaldehyde) dan dicarbonyls

    (MDA dan glyoxal) (Evans dan Cooke, 2006). Umumnya produk peroksidasi lipid ini diukur

    melalui kadar MDA dan etana (Winarsi, 2007).

    Malondialdehyde (MDA) merupakan produk hasil peroksidasi lipid dalam tubuh dan

    terdapat dalam bentuk bebas atau terkompleks dengan jaringan di dalam tubuh. Reaksi ionisasi

    senyawa-senyawa radikal bebas juga dapat membentuk MDA dan MDA juga merupakan

    produk samping biosintesis prostaglandin. Senyawa senyawa aldehida dan keton seperti

    hidroksialkenal dan tentunya MDA terbentuk dari bereaksinya molekul lemak dengan asam

    lemak tak jenuh yang karbon metilennya telah teroksidasi, selanjutnya senyawa senyawa ini

    telah diketahui bersifat toksik terhadap sel. Konsentrasi MDA dalam material biologi telah

    digunakan secara luas sebagai indikator dan kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus

    merupakan indikator keberadaan radikal bebas. Rantai asam lemak tak jenuh jamak pada

    lapisan fosfolipid membran diserang oleh radikal hidroksil menyebabkan terjadinya peroksidasi

    lipid (Endang, 2005).

    Pengukuran kinetika peroksidasi lipid secara in vitro dapat dilakukan dengan mengukur

    berapa banyak oksigen yang dibutuhkan. Ada beberapa metodeyang dapat digunakan, salah

    satunya TBA (Thiobarbituric acid) reactivity test yang dapat dilakukan baik secara in

    vivo maupun in vitro. Tes ini didasarkan padareaksi kondensasi antara satu molekul MDA

    dengan dua molekul TBA padakondisi asam. Hasilnya adalah pigmen berwarna merah yang

    dapat diukur padapanjang gelombang 532 nm. Jumlah MDA yang terdeteksi menggambarkan

    banyaknya peroksidasi lipid yang terjadi (Josephy, 1997).

    6

  • BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1.Rancangan Penelitian

    Penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan melalui beberapa tahapan,

    diantaranya :

    1. Ekstraksi serbuk simplisia herba sambiloto dengan pelarut etanol 96%

    2. Purifikasi ekstrak kasar dengan menggunakan pelarut n-hexan, etil asetat dan air panas

    hingga diperoleh ekstrak terpurifikasi

    3. Induksi diet kaya lemak

    4. Uji kadar MDA dalam serum dengan metode TBA

    Data yang diperoleh berupa kadar MDA dalam serum. Sebelum penelitian akan dilakukan

    evaluasi kelayakan etik (ethical clearance) di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

    Udayana.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Determinasi jenis tanaman dilakukan dibagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi

    Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmasi Jurusan

    Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana untuk proses ekstraksi hingga purifikasi ekstrak

    andrografolid dari herba sambiloto. Analisis dan Farmasi Forensik Jurusan Farmasi FMIPA

    Univerisitas Udayana, pemeliharaan hewan uji dan pengukuran kadar MDA dilakukan pada

    Laboratorium Hewan Uji Jurusan Farmasi FMIPA Universitas. Penelitian ini dilakukan selama

    5 bulan.

    3.3. Subjek Penelitian

    Subjek pada penelitian ini yaitu hewan tikus putih (Rattus norvegicus, L.) jantan galur

    wistar yang berumur 4 minggu dengan berat badan berkisar 150-200 gram yang diadaptasi

    selama 1 minggu dan diberikan pakan standard dan air mineral.

    3.4. Alat dan Bahan Penilitian

    3.4.1. Alat Penelitian

    Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat maserasi, neraca

    analitik (AND), vial (15 mL dan 150 mL), Erlenmeyer (50 mL dan 1 L) merk Pyrex, gelas

    beaker (100 mL dan 500 mL) merk Pyrex, vacum rotary evaporator 1 L merk Eyela, penangas

    air, mortir, stamper, gelas ukur (50 mL dan 100 mL) merk Pyrex, labu ukur (10 mL dan 1L)

    merk Pyrex, pipet ukur, pipet tetes, pipet kapiler, pipet mikro, toples kaca, aluminium foil, ball

    filler, vortex (IKA), corong gelas, corong pisah 250 mL merk Pyrex, kertas saring, kain kasa,

    batang pengaduk, pinset, sudip, oven, sonde, spuite, tabung reaksi, tabung sentrifuge,

    7

  • sentrifugator, cawan porselen, kandang tikus serta tempat minum tikus, Spektrofotometer

    (Vitalab Micro).

    3.4.2. Bahan Penelitian

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain serbuk kering herba

    sambiloto yang diperoleh dari Kulonprogo, Yogyakarta, etanol 96%, Aquadest, n-Hexan, Etil

    asetat, Kloroform pro analisis, Metanol pro analisis, Pakan Pellet BR-1, Atorvastatin, Vitamin

    E, Telur bebek, Lemak Babi, Air mineral, CMC Na, reagen TBA.

    3.5. Prosedur Penelitian

    3.5.1. Ekstraksi

    Sebanyak 2 kg serbuk kering Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees dimaserasi

    dengan 10L etanol 96% selama 2 hari. Kemudian disaring dan ampasnya diremaserasi dua kali

    dengan 5L etanol 96% selama 1 hari. Maserat dijadikan satu dan diuapkan hingga diperoleh

    ekstrak kental. Ekstrak kental dicuci dengan n-heksan (1:20), dengan etil asetat (1:1) da terakhir

    dengan air panas hingga warna air menjadi bening. Ektrak diuapkan hingga kental kemudian

    ditambahkan sedikit etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak terpurifikasi.

    3.5.2. Aklimatisasi Hewan Uji

    Tiga puluh enam (30) ekor tikus berat badan 150-200 gram diletakkan pada kondisi

    lingkungan standard (suhu 251oC, kelembaban 555% dan fase terang gelap = 12:12 jam).

    Tiap kandang berisi 6 ekor tikus dan diberi akses bebas untuk air minum dan pakan. Luaran

    yang diharapkan adalah hewan uji tidak mengalami stres (dipantau dari tingkah laku dan nafsu

    makan). Selain itu juga tikus dilatih untuk pakan kaya lemak dalam rentang dua bulan. Semakin

    sedikit waktu yang dibutuhkan, semakin baik pembentukan kolesterol dan peroksidasi lipid

    sehingga dapat digunakan untuk tahap selanjutnya merupakan indikator keberhasilan dari tahap

    ini.

    3.5.3. Pemberian Perlakuan pada Tikus untuk Tahap Pengujian

    Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, 6 ekor mencit disetiap kelompoknya dan diberikan

    perlakuan sebagai berikut : kelompok 1 (kontrol normal) diberikan pakan standard BR-1 dan

    aquadest, klompok II (kontrol negatif) diberikan pakan kaya lemak dan CMC Na 1%; kelompok

    III diberikan pakan kaya lemak dan ekstrak andrografolid dengan dosis 4,5 mg/tikus/hari;

    kelompok IV diberikan kombinasi ekstrak sambiloto dan atrovastatin perbandingan (1:1)

    dengan dosis 4,5 mg/tikus/hari; kelompok V diberikan pakan kaya lemak dan atrovastatin

    dengan dosis 4,5 mg/tikus/hari.

    Kelompok III sampai kelompok V diberikan perlakuan selama 1 minggu secara per oral

    dan setelah 1 minggu diinduksi pakan kaya lemak dengan campuran pakan meliputi kuning

    telur 80%, sukrosa 65%, lemak hewan 5 % dan dilakukan pengambilan sampel darah dan diukur

    8

  • kadar pemeriksaan profil lipid dan kadar MDA. Setelah diinduksi pakan kaya lemak, luaran

    yang diharapkan adalah kelompok perlakuan (tikus yang diberikan kombinasi ekstrak

    sambiloto dan atrovastatin dengan pemberian tunggal ekstrak sambiloto atau atrovastatin)

    mengalami penurunan kadar MDA secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol

    negatifnya yang mengalami dislipidemia dan memberikan kadar MDA yang lebih kecil bila

    dibandingkan dengan kadar MDA pada pemberian tunggalnya, maka kombinasi obat

    atrovastatin dan ekstrak sambiloto diduga efektif sebagai obat terapi dislipidemia dan mampu

    mencegah arterosklerosis melalui mekanismenya mengurangi kadar LDL dan sebagai

    antioksidan dengan menurunkan kadar MDA secara signifikan dibandingkan dengan kontrol

    negatif ataupun pemberian tunggalnya. Hal tersebut merupakan indikator keberasilan penelitian

    ini.

    3.5.4. Penetapan Kadar MDA dalam Serum Dengan Metode TBA

    Dibuat 5 larutan seri dari larutan MDA standar dan diukur absorbansinya pada panjang

    gelombang 532 nm. Serum yang diperoleh ditambahkan reagen TBA kemudian dipanaskan di

    waterbath pada suhu 95 C selama 1 jam. Larutan selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan

    7000 rpm selama 10 menit dan diambil bagian supernatan. Absorbansi sampel diukur pada

    panjang gelombang 532 nm.

    3.6. Larutan dan Indikator Capaian

    Tabel 1. Luaran dan Indikator Capaian

    Tahapan Luaran Indikator Capaian

    Pembuatan Larutan Uji

    - Ekstraksi

    Ekstrak etanol kering herba sambiloto

    Diperoleh ekstrak etanol kering

    herba sambiloto

    Persiapan Hewan Uji Hewan uji beradaptasi dengan lingkungan Tercipta kondisi hewan coba

    beradaptasi dengan lingkungan

    Induksi Pakan Kaya Lemak Hewan uji yang dislipidemia Kenaikan berat badan, kadar TG,

    TC, dan LDL melebihi batas

    normal

    Uji Efektivitas Kombinasi dan

    Pemberian Tunggal pada Hewan

    Uji

    Penurunan kadar MDA Diharapkan memberikan

    penurunan kadar MDA

    3.7.Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

    Pada uji aktivitas antioksidan, data berupa absorbansi. Kadar MDA dihitung dengan

    persamaan regresi linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi.

    Data yang diperoleh dinyatakan dengan rerataSD (Standar Deviasi). Data tersebut

    kemudian dianalisis secara statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi

    data dan data Levene test untuk melihat kehomogenan data. Jika distribusi data normal dan

    9

  • homogen, maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (ANOVA-one way) taraf

    kepercayaan 95% dan uji LSD untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Data

    dikatakan berbeda bermakna apabila p0,05.

    3.8. Cara Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Penelitian

    Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah jika hasil analisis statistik uji LSD dari

    kadar MDA hewan uji pada kelompok perlakuan IV (Tikus yang diberi kombinasi ekstrak

    sambiloto dengan atrovastatin) berbeda bermakna (P0,05 maka

    kombinasi atorvastatin dan ekstrak sambiloto dinyatakan tidak memiliki perbedaan dengan

    pemberian tunggalnya untuk menurunkan kadar MDA.

    Kontrol

    Normal

    Dibagi menjadi 5 kelompok

    Kontrol

    Negatif

    Perlakuan I

    Perlakuan II

    Perlakuan III

    Diberi makanan tinggi lemak dan kolesterol

    Uji Kadar serum profil lipid dan MDA

    Tidak diberi

    perlakuan

    Ekstrak

    andrografolid

    4,5 mg/hari +

    CMC Na 1%

    Diberi

    CMC Na 1%

    kombinasi

    atorvastatin

    +ekstrak

    sambiloto

    (1:1) 4,5 mg/hari

    Atrovastatin

    4,5 mg/hari + CMC Na 1%

    Hari ke-0

    Hari

    ke-61

    Hari ke-90

    Diberi pakan

    standar

    Analsiis data secara statistik

    30 ekor tikus putih jantan galur Wistar, BB 150-200 g, umur 4 minggu telah diadaptasi selama 1 minggu

    10

  • DAFTAR PUSTAKA

    Evans, M.D. dan Cooke, M.S. 2006. Lipid- and Protein-Mediated Oxidative Damage to DNA.

    In: Singh, K.S., editor. Oxidative Stress, Disease and Cancer. Singapura: Mainland Press.

    p. 201-220.

    Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya dalam

    Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. p. 49-60.

    Wahyuni, S. Unpublished. Asupan Minyak Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps Fish Oil)

    Sebagai Antiinflamasi Melalui Penurunan TNF-, IL-6, dan Anti Dislipidemia Melalui

    Peningkatan HDL dan Penurunan LDL Pada Tikus Wistar Jantan.

    Hardini, D., Yuwanta, T., Supadmo, dan Zuprizal. 2007. Pengaruh Telur Beromega-3 dan 6

    Hasil Olahan terhadap Profil Lipid Darah Tikus Rattus norvegicus L. Normal dan

    Hiperkolesterolemia. Media Peternakan. 30(1): 26-34.

    Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. Fourth edition.

    New York. Oxford University Press.

    Hendromartono S. Peran Radikal Bebas terhadap Komplikasi Vaskuler. Majalah Penyakit

    Dalam Udayana 2000;1:89-92

    Suryohudoyo P. Oksidan, Antioksidan dan Radikal bebas. Dalam: Ilmu Kedokteran Molekuler.

    Kapita Selekta. Jakarta: Sagung Seto. 2000.h. 31-46.

    Murray RK et al. 2003. Biokimia Harper. Andi Hartono, penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Sivananthan, M and M. Elamaran. 2013. Medicinal and pharmacological properties of

    Andrographis paniculata. International Journal of Biomolecules and Biomedicine (IJBB).

    Vol. 3(2),1-12

    Song, Y., S.P.Liu, Z. Jin, J. Qin dan Z. Jiang. 2013. Qualitative and Quantitative Analysis of

    Andrographis paniculata by Rapid Resolution Liquid Chromatography/Time-of-Flight

    Mass Spectrometry. Molecules, Vol.18. ISSN 1420-3049

    Oxford, A.W., F.D. King. 2002. Progress in Medical Chemistry. Amsterdam : Elsevier Science.

    P.1-5

    Chao, Wen-Wan and BI-Fong Lin. 2010. Isolation and identification of bioactive compounds

    in Andrographis paniculata. http://www.cmjournal.org/content/5/1.17. Page:7-15.