flora fecal

11
Mikroflora fekal pada Bayi Sehat yang Lahir dengan Metode Kelahiran yang Berbeda : Perubahan Permanen Flora Usus Setelah Kelahiran Sesar Abstrak Latar belakang : bayi baru lahir di rumah sakir bersalin modern merupakan subjek beberapa factor yang mempengaruhi kolonisasi normal usus - sebagai contoh, kelahiran normal dan agen antimikroba. Untuk mengetahui durasi efek eksternal factor pada kolonisasi usus, dua kelompok bayi dengan metode kelahiran berbeda diselidiki. Metode : flora fekal pada 64 bayi sehat diteliti secara prospektif. Tiga perempat bayi yang dilahirkan pervaginam dan 30 bayi melalui operasi sesar dengan pemberian antibiotic prebiotik pada ibu sebelum melahirkan. Flora fekal dikultur pada media nonselektif dan selektif pada bayi usia 3 hingga 5, 10, 30, 60, dan 180 hari. Gejala gastrointestinal dicatat setiap hari oleh ibu selama 2 bulan. Hasil : kolonisasi fekal bayi yang lahir sesar terhambat. Tingkat bakteria seperti Bifidobacterium dan bakteri seperti Lactobacillus mencapai tingkat bayi yang lahir pervaginam pada usia 1 bulan dan 10 hari. Masing-masing. Bayi yang lahir sesar secara signifikan kurang sering adanya koloni bakteri grup Bacteriodes fragilis dibandingkan dengan bayi yang lahir pervaginam: pada 6 bulan tingkatnya adalah 36% dan 76%, masing-masing (p = 0.009). Adanya gejala gastrointestinal tidak berbeda antara kedua kelompok. Kesimpulan : penelitian unu menunjukkan untuk pertama kali bahwa flora usus primer pada bayi yang lahir sesar dapat terganggu hingga usia leboh dari 6 bulan setelah lahir. Hubungan klinis dari perubahan ini tidak diketahui dan follow-up lebih lama

Upload: praevia

Post on 27-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

neonatal flora fecal

TRANSCRIPT

Mikroflora fekal pada Bayi Sehat yang Lahir dengan Metode Kelahiran yang Berbeda : Perubahan Permanen Flora Usus Setelah

Kelahiran Sesar

Abstrak

Latar belakang : bayi baru lahir di rumah sakir bersalin modern merupakan subjek beberapa factor yang mempengaruhi kolonisasi normal usus - sebagai contoh, kelahiran normal dan agen antimikroba. Untuk mengetahui durasi efek eksternal factor pada kolonisasi usus, dua kelompok bayi dengan metode kelahiran berbeda diselidiki.

Metode : flora fekal pada 64 bayi sehat diteliti secara prospektif. Tiga perempat bayi yang dilahirkan pervaginam dan 30 bayi melalui operasi sesar dengan pemberian antibiotic prebiotik pada ibu sebelum melahirkan. Flora fekal dikultur pada media nonselektif dan selektif pada bayi usia 3 hingga 5, 10, 30, 60, dan 180 hari. Gejala gastrointestinal dicatat setiap hari oleh ibu selama 2 bulan.

Hasil : kolonisasi fekal bayi yang lahir sesar terhambat. Tingkat bakteria seperti Bifidobacterium dan bakteri seperti Lactobacillus mencapai tingkat bayi yang lahir pervaginam pada usia 1 bulan dan 10 hari. Masing-masing. Bayi yang lahir sesar secara signifikan kurang sering adanya koloni bakteri grup Bacteriodes fragilis dibandingkan dengan bayi yang lahir pervaginam: pada 6 bulan tingkatnya adalah 36% dan 76%, masing-masing (p = 0.009). Adanya gejala gastrointestinal tidak berbeda antara kedua kelompok.

Kesimpulan : penelitian unu menunjukkan untuk pertama kali bahwa flora usus primer pada bayi yang lahir sesar dapat terganggu hingga usia leboh dari 6 bulan setelah lahir. Hubungan klinis dari perubahan ini tidak diketahui dan follow-up lebih lama dibutuhkan untuk menentukan berapa lama perubahan flora primer usus dapat terjadi.

Periode neonatal merupakan periode krusial untuk kolonisasi bakteri usus. Dilahirkan steril dan terjadi kolonisasi usus dalam beberapa hari, bayi merupakan tempat terbuka untuk kolonisasi oleh beberapa tipe bakteri. Usia kehamilan, tipe kelahiran dan pengaruh termakannya flora kotoran ibu oleh bayi muda, namun ada sedikit informasi factor jangka panjang apa yang mempengaruhi proses seleksi bakteri pada usus bayi muda.

Bayi yang lahir pervaginam nampaknya mendapatkan flora ususnya melalui vagina ibu dan flora kotoran ibu, namun lingkungan juga berkontribusi. Dalam bangsal bersalin, bakteri nosokomial terdapat dalam bayi baru lahir. Kolonisasi pada bayi yang lahir sesar, lingkungan sangat penting.

Sebagai contoh, bila bayi dipisahkan dari ibu mereka untuk periode yang lama setelah kelahiran, lingkungan menjadi sumber penting kolonisasi bakteri.

Kolonisasi bakteri terhambat pada bayi yang lahir sesar, dan kolonisasi usus menjadi tidak normal selama beberapa minggu. Kebanyakan penelitian pada kolonisasi usus bayi yang lahir sesar memanjang hanya saat bulan pertama kehidupan. Secara keseluruhan, kestabilan jangka panjang flora usus bayi baru lahir telah diteliti secara sistematik pada beberapa penelitian. Informasi seperti itu dapat sangat bernilai, sebab perubahan flora primer usus dihubungkan dengan kelainan gastrointestinal dan kolik infantile. Kami meneliti perubahan flora fekal bayi yang baru lahir dan hubungannya dengan bakteri tertentu dan gejala gastrointestinal. Untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok bayi dengan flora usus yang berbeda, dua kelompok penelitian dibentuk : bayi yang lahir pervaginam (n = 34) dan bayi yang lahir sesar yang ibunya menerima antibiotic profilaksis (n = 30). Flora fekal dicatat selama 6 bulan dan gelaja gastrointestinal dicatat setiap hari selama 2 bulan.

Materi dan metode

Bayi

Pada penelitian ini meliputi 64 bayi baru lahir yang sehat dari ibu yang sehat yang melahirkan di bagian obstetri dan ginekologi, rumah sakit universitas pusat, Turku, Finlandia. 34 bayi yang lahir pervaginam dan 30 bayi yang lahir melalui bedah sesar elektif dicatat antara bulan Februari 1995 dan Juni 1996 setelah inform consent tertulis didapatkan dari orang tua mereka. Tingkat pendaftaran dua hingga empat anak perminggu, karena pengambilan sampling mengharuskan kelahiran dilakukan pada hari senin hingga kamis. Ibu yang melahirkan sesar mendapatkan antibiotic profilaksis ampisilin intravena 2 g, 2 jam sebelum operasi. Tidak ada ibu yang menerima agen antimikrobakteri dalam sebulan terakhir. Setelah melahirkan, bayi dimasukkan secara acak pada satu dari dua bangsal bersalin untuk bayi baru lahir yang sehat.

Sample fekal dan kultur bakteri

Sampel fekal diambil saat bayi berusia 3 hingga 5 hari (diambil di rumah sakit) dan usia 10, 30, 60 dan 180 (diambil di rumah). Specimen disimpan pada container plastic. Bila tidak segera dikultur, sampel disimpan pada suhu 4oC. Specimen yang disimpan dirumah dibawa ke laboratorium oleh orang tua bayi. Waktu penyimpanan rata-rata specimen adalah 10.7 jam (antara 0.5-34.5).

Rata-rata 300 mg bagian specimen ditimbang, didilusi dan dihomogenisasi di air rebusan anaerob yang terpilih. Serial dilusi 100-fold dibuat pada air rebusan yang sama. Sampel digandakan pada 10 µl pada tiap dilusi, dikultur pada berbagai media nonselektif dan selektif.

Plat MacConkey diinkubasi pada suhu 35oC udara ambient selama 24 jam. Seluruh kultur diinkubasi pada wadah anaerobic dengan alat pembentuk gas pada suhu 35oC selama 48 jam (agar anaerob terpilih, agar Bacteriodes bile esculine (BBE) dan agar selektif Clostrodium perfringens), atau selama 72 jam (agar rogosa dan agar petuely termodifikasi). Jumlah koloni dari dua plat sama dihitung dari hasil dilusi 30 hingga 300 unit bentuk koloni/plat dan rata-ratanya dicatat.

Total jumlah koloni dihitung dan dicatat dari agar MacConkey dan agar anaerob terpilih. Jumlah seluruh tipe koloni yang berbeda dihitung dari agar Bacteriodes bile esculin, rogosa dan agar petuely termodifikasi dan jumlah koloni hitam khusus dari agar Clostrodium perfringens. Seluruh tipe koloni berbeda dari BBE, Rogosa dan agar putuely termodifikasi dan jumlah koloni hitam khusus dari agar Clostrodium perfringens kultur kembali untuk uji toleransi aero dan perwarnaan gram.

Bakteri gram negative, batang eskulin terhidrolasi tumbuh pada agar BBE dicatat sebagai bakteri kelompok Bacterides fragilis. Bakteri anaerob dan toleransi aero tidak bercabang, batang gram positif dengan sisi yang sama dari agar rogosa yang dicatat sebagai bakteri seperti Lactobacillus. Hal ini telah ditunjukkan bahwa seluruh koloni tumbuh baik pada agar rogosa diketahui sebagai bakteri asam laktat: beberapa enterokokus dan pediokokus menunjukkan penurunan pertumbuhan. Batang anaerob dan toleransi aero gram positif dari agar putuely termodifikasi dicatat sebagai bakteri seperti Bifidobakteri. Agar putuely termodifikasi sangat selektif dan efisien untuk mendeteksi Bifidobakterium dari sampel fekal. Pada penelitian terdahulu oleh Tanaka dan Mutai, 175 jenis fekal ditemukan dari medium putuely termodifikasi: 94% adalah bifidobakteria, 3% eubakteria dan 3% peptostreptokoki.

Clostrodium perfringens diketahui dari koloninya yang berbeda dan morfologi pewarnaan gram, oleh proses alami anaerobic pada uji toleransi aero, dan hasil positif pada uji CAMP terbalik. Penghitungan bakteri disajikan dalam log10 unit bentuk koloni per gram berat basah feses.

Gejala klinis

Ibu menyimpan catatan kebiasaan buang air besar, distensi abdomen, kentut, tangis normal dan kolik, penggunaan agen antibiotic dan pemberian makanan selama 2 bulan. Tangisan didefinisikan sebagai tangisan kolik bila tangisan akibat nyeri yang khusus dan bayi susah ditenangkan. Distensi abdomen dan kentut diberi skor harian menurut skala berikut : tidak ada gejala, beberapa gejala, gejala sedang atau gejala berat.

Analisa statistic

Hasil dilakukan analisis statistic menggunakan uji Fisher (untuk membandingkan jumlah kolonisasi bakteri bayi pada tiap titik), uji rangking Mann-Whitney (untuk membandingkan jumlah kolonisasi bakteri pada usia 3 hari dan 6 bulan), dan analisis variasi pengukuran berulang (untuk membandingkan gejala gastrointestinal). Program software komersial (Statistica, versi

5.0: Stat Soft, Tulsa, OK, U.S.A) digunakan untuk penghitungan ini. P < 0.05 ditetapkan signifikan secara statistic.

Pertimbangan etik

Penelitian disetujui oleh Komite Etik Universitas Turku dan Rumah Sakit Universitas Turku.

Hasil

Perbedaan kelompok penelitian terlihat tipis menurut usia kehamilan (kelompok persalinan pervaginam, 40 minggu: kelompok kelahiran sesar, 39 minggu; p = 0.04) namun berat lahir tidak berbeda secara statistic (kelompok persalinan pervaginam, 3577 g : kelompok kelahiran sesar, 3572; p = 0.96). Perhatian khusus terlihat pada metode pemberian makanan pada bayi. Pemberian susu formula dicatat teliti oleh ibu. Proporsi bayi yang diberi ASI eksklusif pada usia 2 bulan atau pemberian ASI sebagian pada usia 6 bulan tidak berbeda pada kedua kelompok penelitian (p = 0.2 dan 0.8, masing-masing). Sebelas bayi menerima agen antimikroba selama penelitian. Seluruh terapi ini dilakukan saat bayi berusia lebih dari 2 bulan, dan sampel fekal pada bayi ini tidak dieksklusikan dari analisis selama 6 bulan.

Tingkat kolonisasi

Dengan pengecualian satu bayi (pada kelompok kelahiran sesar) yang hasil kulturnya negative pada usia 3 hari, seluruh bayi memiliki kolonisasi bacteria enteric aerobic pada setiap hasil kultur. Tingkat kolonisasi dari bakteri seperti Bifidobakteria dan bakteri seperti laktobasilus lebih rendah pada kelompok lahir sesar dibanding kelompok lahir pervaginam setelah kelahiran. Tingkat kolonisasi bakteri seperti Bifidobakteria sama pada kedua kelompok pada usia 1 bulan dan bakteri seperti laktobasilus pada usia 10 hari. Tingkat kolonisasi bakteri seperti laktobasilus pada kelompok lahir sesar melebihi kelompok lahir pervaginam pada usia 2 dan 6 bulan. (Gbr. 2 tingkat kolonisasi Clostrodium perfringens secara statistic lebih tinggi pada kelompok lahir sesar disbanding kelompok lahir pervaginam pada usia 1 bulan (57% vs 17%; p = 0.003; Gbr.3)

Tingkat kolonisasi bacteria dalam kelompok Bacteriodes fragilis berbeda paling nyata dalam seluruh kelompok penelitian. Tingkat kolonisasi bakteriodes berkisar antara 52% hingga 79% pada kelompok lahir pervaginam (Gbr.4). hanya satu bayi dari kelompok lahir sesar yang positif bakteriodes pada usia 3 hari. Setelah itu, bakteriodes tidak meningkat pada seluruh sampel bayi pada kelompok lahir sesar sebelum usia 2 bulan. Pada bayi usia 6 bulan, tingkat kolonisasi masih secara statistic lebih rendah pada kelompok lahir sesar disbanding kelompok lahir pervaginam (36% vs 76%, p = 0.009; Gbr 4).

Level kolonisasi

Level kolonisasi bakteri yang berbeda pada bayi terlihat paa table 3. Total perhitungan bakteri secara signifikan lebih rendah pada kelompok bayi lahir sesar usia 3 hari (p = 0.005) dan pada usia 6 bulan (p = 0.03). perhitungan bakteri aerobic enteral tidak berbeda pada kedua kelompok. Bayi pada kelompok lahir sesar secara signifikan level bakteri seperti Bifidobakteria lebih rendah saat mereka berusia 3 hari (p = 0.005) namun tidak saat mereka berusia 6 bulan (p = 0.5). Tidak ada perbedaan pada perhitungan bakteri seperti laktobasilus atau Clostrodium prerfringens pada kedua kelompok. Banyaknya Bacteriodes fragilis tidak berbeda pada kedua kelompok pada usia 6 bulan (p = 0.3).

Gejala Gastrointestinal

Dua ibu pada kedua kelompok tidak menyelesaikan lembar follow-upnya. Tidak ada perbedaan secara signifikan ditemukan pada kedua kelompok pada nilai distensi abdomen, kentut atau banyaknya tangisan kolik. Kolik infantile, menurut definisi Wessel et al terdeteksi pada tiga bayi di kelompok lahir pervaginam dan tidak ditemukan pada kelompok bayi lahir sesar (p = 0.2; uji kelayakan Fisher)

Diskusi

Penelitian ini menunjukkan flora fekal bayi yang lahir sesar dengan pemberian antibiotic profilaksis pada ibunya sangat berbeda dengan bayi yang lahir pervaginam. Perbedaan terbesar terlihat pada kelompok bakteri Bacteriodes fragilis, dimana sesuai dengan penelitian pada bayi lahir sesar; pada penelitian sebelumnya durasi follow-up hanya 10 hingga 60 hari. Pada penelitian saat ini, tidak ada kolonisasi permanen kelompok Bacteriodes fragilis ditemukan pada kelompok lahir sesar sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, bayi berusia 6 bulan pada kelompok lahir sesar, tingkat kolonisasi bakteri kelompok Bacteriodes fragilis hanya setengah dari kelompok bayi lahir pervaginam (36% dan 76%, masing-masing; p = 0.009). pada penelitian yang sama, Bennet dan Nord tidak dapat mendeteksi bakteri bacteriodes pada usia 3 hingga 8 minggu setelah lahir pada bayi term atau preterm pada bayi lahir sesar.

Kami menggunakan media kultur selektif untuk mendeskripsikan flora intestinal pada penelitian ini. Perhitungan diketahui dari media kultur selektif yang mewakili kebanyakan level genus bakteri nemun tidak dapat menghitung secara absolute perbedaan genus atau spesies bakteri, kecuali Clostrodium perfringens dimana telah jauh diidentifikasi. Namun metode ini dapat mengidentifikasi perbedaan antara kedua kelompok persalinan dan perubahan langsung flora intestinal setelah kelahiran, dimana tujuan utama dari penelitian ini. Selain itu, perbedaan utama flora fekal pada kelompok persalinan ada pada ditemukannya Bacteriodes fragilis yang dideteksi pada media BBE, yang sangat selektif untuk kelompok Bacteriodes fragilis.

Perubahan yang terus menerus terlihat pada flora usus primer pada bayi lahir sesar dapat merupakan hasil dari satu atau keduanya dari dua komponen abnormal kelahirannya: kelahiran sesar sendiri atay pemberian profilaksis ampisilin pada ibu 2 jam sebelum persalinan sesar elektif. Ampisilin sangat buruk dalam mengikat protein dan mudah melewati sawar plasenta: serum level ampisilin ibu dan fetal sama dalam 1 jam setelah pemberian intravena. Menurunnya bakteri seperti Bifidobakteria dapat dijelaskan oleh ampisilin intravena dimana bayi terpapar sebelum kelahiran, namun bakteri seperti Laktobasilustidak menurun dengan terapi ampisilin, setidaknya ini tidak terjadi pada anak yang lebih tua (10 bulan hingga 12 tahun). Selain itu, penurunan sedikit diketahui pada perhitungan Bakteriodes pada fekal pada anak yang lebih tua dan perhitungan bakteriodes sp kembali normal dalam 3 hingga 6 hari setelah penghentian terapi ampisilin. Hal ini menunjukkan perubahan jangka lama terdapat pada flora fekal kelompok bayi lahir sesar pada penelitian kami dapat dijelaskan dengan pemberian ampisilin sebelum persalinan. Selain itu, penelitian sebelumnya menjelaskan fenomena ini disebabkan kelahiran sesar itu sendiri. Ampisilin mempunyai efek yang besar saat diberikan setelah kelahiran dimana usus dalam keadaan kosong, dan obat dapat menyeleksi bakteri kolonisasi primer.

Perubahan pada flora bacteria fekal tidak dapat dihubungkan dengan gejala gastrointestinal. Beberapa gejala dicatat setiap hari dengan cermat oleh ibu selama 2 bulan. Pada penelitian sebelumnya, Clostrodium perfringens dihubungkan dengan peningkatan insiden gejala gastrointestinal, seperti kentut, distensi abdomen, kotoran berbau busuk, diare dan berak darah. Pada penelitian ini, bayi lahir sesar memiliki tingkat kolonisasi Clostrodium perfringens yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok bayi lahir pervaginam pada usia 1 bulan (57% dan 17%, masing-masing). Walaupun pada masalah ini, nilai gejala gastrointestinal tidak berbeda pada kedua kelompok. Ketidak konsistenan hasil antara kedua kelompok dapat dijelaskan pada perbedaan populasi penelitian. Pada penelitian sebelumnya kebanyakan bayi dirawat pada unit perawatan intensif dan bayi preterm, dimana pada penelitian ini seluruh bayi adalah bayi aterm yang sehat.

Terdapat variasi yang banyak diantara perolehan bacteria flora fekal perdominan pada bayi baru lahir yang diberi ASI. Beberapa peneliti menemukan bifidobakteria yang mendominasi dan bacteriodes jarang ditemukan, dimana yang lain ditemukan berlawanan. Namun, bakteri perdominan diklasifikasikan berbeda pada beberapa penelitian. Beberapa penyelidik mendefinisikan bakteri predominan adalah bakteri yang sering ada dan nenerapa bakteri dengan perhitungan jumlah tertinggi pada sampel fekal. Pada penelitian terbaru, 19 dari 34 bayi lahir pervaginam secara eksklusif diberi ASI selama 2 bulan. Diantara semua bayi lahir pervaginam, kebanyakan bakteri yang ada saat usia 2 bulan pertama adalah bakteri seperti Bifidobakteria (85-97%), walaupun bakteri kelompok Bacteriodes fragilis juga sering ada (52-79%). Perhitungan koloni tertinggi ditemui pada bakteri seperti Bifidobakteria (10.3-10.9 log10 CFU/g berat basah feses ). Perhitungan koloni bakteriodes lebih rendah (8.7-9.5 log10 CFU/g). hasil ini sama dengan penelitian dari Jerman.

Penelitian ini merupakan yang pertama menunjukkan perubahan flora intestinal primer pada bayi lahir sesar yang ibunya menerima antimikroba profilaksis terakhir tidak kurang dari 6 bulan setelah persalinan, atau lebih lama. Kami tidak mengetahui seberapa lama ketidak normalan ini pada flora fekal ini akan berlangsung secara keseluruhan, namun kualitas dan kuantitas primer kolonisasi usus menjadi penting pada proses seleksi perbedaan genus bakteri. Beberapa bakteri seperti bakteriodes tidak mudah masuk usus bayi yang lahir pada kondisi steril pada persalinan sesar. Selain itu, mungkin toleransi aero bakteri mempengaruhi usus dan menghambat kolonisasi bakteri usus berikutnya oleh bacteriodes. Fenomena ini diketahui sebagai pernghambatan interbakteria. Nampaknya, predominan bakteri tidak mudah tersingkir oleh pengaruh kondisi normal domestic setelah bulan pertama proses kolonisasi.

Flora normal usus memiliki fungsi imunostimulan yang terlah ditunjukkan pada beberapa penelitian dengan hewan. Sel mukosa plasma IgA langka pada hewan yang tidak ada bakterinya. Sebagai tambahan, saat bacteria probiotik menjadi flora normal usus diberikan secara oral pada anak dengan diare atau vaksinasi mucosal, peningkatan respon antigen spesifik dan nonspesifik IgA dan IgM terdeteksi. IgA dan IgM sekretorimerupakan mediator humoral utama dari imunitas mukosa yang bekerja sama membangkitkan inisiasi mekanisme perlindungan. Imunitas mukosa yang berfungsi baik merupakan syarat sehat seseorang, karena permukaan mukosa berguna sebagai pintu masuk kebanyakan agen infeksius , elergen dan karsinogen. Penelitian lebih lanjut yang sedang dikerjakan untuk menilai apakan penghambatan ditemukan pada kolonisasi usus pada bayi yang lahir sesar memiliki efek pada perkembangan system imun yang berhubungan dengan usus.