flood in jakarta timur

Upload: fadhil-akbar-siregar

Post on 08-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This file show us how to know about the flood in East Jakarta. 70% flood is in East Jakarta.

TRANSCRIPT

Jakarta Timur

1. 10-30 cm Genangan air di simpang Jl Matraman.2. Kecamatan Cakung, Rawa Terate RW. 03 : 30-65 cm, RW : 40-120 cm, RW 05 : 120 cm, kel. Penggilingan RW 05, RT 05, 11, 17 : 20-30 cm.3. 30 cm, Depan plaza moderen Jl Raya Bekasi.4. Kel. Cakung timur RW 12 RT 6-8 ketinggian 10-30 cm RW10 Rt02,03,05, 10-30 cm.5. Jalan Rajiman RW 14,RT 09, 14, dan 16. Ketinggian 30-60 cm.6. Pulogebang. RW06, RT08, 20-30cm.7. Jl Malaka jaya.8. Lapangan Wika 30 cm.9. Jl buaran jaya 10 cm. RT 06 dan 08 RW 04.10. Depan SMU 61. 60 cm.11. Kelurahan pondok bambu RW 04. 50cm.12. Jl aut banda. 30cm.13. Jl gusti nurahrai depan stasiun kelender. 20 cm.14. Kecamatan Matraman RW 01, RT 16.15. Jl. Pramuka raya, ketinggian 30-50 cm. Kecamatan Jatinegara.16. Jl. DI panjaitan,20-30 cm.17. Jl Otista, Pinggir kalibaru RW8 kel bidara cina dan RW818. Cipinang cipendak.30-50cm.19. Kecamatan Pulo Gadung, Kelurahan Rawamangun; Jl Pemuda depan Mall Arion 40 cm,20. Jl Rawamangun Muka TIMUR 40 cm.21. Jl Paus 40 cm dan Saluran.22. Jl Pemuda 40 cm.23. Kelurahaan Kayu putih di Jl Kayu Putih Raya 50 cm. 24. Taman Anggrek s.d Masjid At-tin 10-30 cm.25. Jl sma 48. RW 01, RT 10. 15-30 cm.

Musibah kembali menyusul pada tanggal 20 Desember 2012, dengan jebolnya tanggul di Kali Cipinang. Akibatnya 979 warga terpaksa mengungsi ke GOR Makassar serta Jalan Pusdiklat Depnaker dan Jalan Masjid Suprapto tergenang, menutupi akses warga Pinang Ranti menuju Halim. Diketahui buruknya konstruksi tanggul yang tidak menggunakan rangka menyebabkan rusaknya tanggul ini.[13]Tanggul Kali Laya, Pekayon, Jakarta Timur, menyusul pada tanggal 24 Desember 2012, sehingga air merendam pemukiman sekitarnya. Dinding sungai yang mengalami kerusakan memiliki tinggi dua meter.[14]Tulisan ini mencoba memberikan memberikan beberapa landasan berpikir sebagai pijakan untuk menangani proyek normalisasi sungai ataupun drainase, mengingat di Tarakan tahun ini akan dilaksanakan proyek normalisasi dibebarapa sungai ataupun drainase yang menurut penulis perlu dilakukan dengan perencanaan yang konprehensif dan terpadu. Dalam hal ini yang perlu dilakukan bukan hanya semata persoalan teknis tetapi juga include persoalanpersoalan sosial kemasyarakatan, bahkan juga persoalan ekonomi.Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut saluran terbuka, menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Normalisasi sebenarnya adalah upaya perapian/menata sungai ataupun drainase, ironis memang karena justru sungai yang lurus-lurus disebut normal, sedang yang masih alamiah terkadang dianggap bukan sungai normal. Sifat-sifat hidrolis saluran alam biasanya tidak menentu, hal ini disebabkan oleh faktor alam dan karakteristik daerah aliran sungai (DAS).Proyek normalisasi biasanya meliputi pengerasan dinding sungai, pembangunan sudetan, pembuatan tanggul dan juga pengerukan. Pengerasan atau penguatan tebing sungai biasanya dilakukan dengan pembetonan dinding atau dengan pemasangan batukali, sudetan biasanya dilakukan dengan membuat sungai baru yang lurus dengan lintasan terpendek. Sedang pembuatan tanggul biasanya dilakukan dengan timbunan tanah atau dengan dinding beton yang terpasang memanjang di lokasilokasi bergeografi rendah yang dipandang rawan banjir.

Menata DAS = Menjaga EkosistemBioregionalisme adalah suatu pemikiran dan praktek terkait yang melibatkan tantangan yang menghubungkan kebudayaan dan perilaku manusia lokal secara lestari terhadap ekosistem dalam skala regional. Munculnya konsep bioregion sebagai kerangka untuk mempelajari hubungan yang kompleks antara komonitas manusia, lembaga pemerintah dan dunia alami (ekosistem). Penataan pada daerah aliran sungai (DAS) sangat dibutuhkan dalam menata ruang laut dan pesisir, hal ini sangat terkait erat dengan karakteristik fisik dari DAS yang dipengaruhi oleh manusia, karena apabila terjadi perubahan fisik DAS akan berpengaruh pula pada DAS dan ekosistem terkait.Konservasi merupakan bagian terpenting dalam menata DAS yang terkait ruang laut dan pesisir, hal ini dimasudkan sebagai langkah mempertahankan keberlangsungan suatu kondisi alam, sosial budaya, ataupun kearifan lokal yang ditemukan pada suatu kawasan perairan atau pulau, penetapan fungsi konservasi dapat berarti bahwa kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai kawasan lindung, menata DAS pada gilirannya akan menjaga ekosistem.

Belajar Dari Pengalaman Negara LainDi Indonesia solusi klasik dari permasalahan sungai seperti banjir, tanah longsor, dan sejenisnya, memang masih normalisasi sungai/saluran. Padahal di negara maju seperti Jerman, America Serikat, dan bahkan Belanda, cara ini ditinggalkan karena mereka sudah merasakan dampaknya. Bahkan yang terjadi sekarang adalah sebaliknya, banyak proyekproyek renaturalisasi sungai. Proyek mengalamiahkan sungai ini memakan dana milyaran dolar AS, untuk membuat sungai yang telah diluruskan menjadi sungai yang berkelokkelok lagi. Misalnya renaturalisasi sungai Kissimee di Florida, America Serikat, yang menghabiskan dana dua milyar dolar AS. Contoh lain adalah renatulalisasi sungai Enz di Stuttgart, Jerman, sungai tersebut yang telah dinormalisasi malah dikelokkelokan lagi.

Perlu disadari bahwa normalisasi sungai menurut pengalaman banyak negara bukanlah solusi yang baik dan justru dapat berdampak sebaliknya, normalisasi memperparah banjir , terutama di daerah hilir atau tengah DAS yang kebetulan relatif rendah. Pertumbuhan permukiman disepanjang sungai ini, menurut pengalaman diberbagai negara berkembang tidak dapat dihindari dengan program apapun. Disamping itu masih ada dampak kerusakan ekosistem yang begitu dahsyat di muara sungai berupa pendangkalan-pendangkalan yang terjadi dihampir semua muara sungai di Tarakan khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Hal ini juga diperparah lagi dengan penebangan hutan yang tidak terkendali.

Tumbuhnya Pemukiman di Bantaran SungaiNormalisasi selalu dapat diartikan sebagai foralisasi atau diijinkannya permukiman di bantaran sungai dan akan menyebabkan terjadinya penyempitan alur sungai. Pemikiran ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Dengan semakin banyakya permukiman di bantaran sungai secara otomatis dan simultan terjadi penyempitan alur sungai. Karena masyarakat yang tinggal dipinggir sungai khawatirkan akan terjadi banjir atau erosi, maka hampir semua masyarakat di pinggir sungai karena rendahnya pengetahuan mereka tentang konsep integralistik penanganan banjir selalu menghendaki pembetonan, pembuatan tanggul, normalisasi sungai. Caracara ini dianggap mengamankan mereka dari ancaman banjir dan longsor.Namun masyarakat tak pernah berpikir akibat tuntutan mereka, meningkatkan bahaya banjir dibagian hilir karena arus air menjadi semakin cepat mengalir ke hilir dan akibat akibat lainnya. Perbaikan tebing sungai dapat memperhalus dinding sungai dan mengakibatkan daya pengaliran debit sungai ditempat tersebut meningkat dan muka level air menjadi lebih rendah, sehingga tidak membanjiri rumah penduduk. Dengan kondisi seperti ini masyarakat merasa aman tinggal ditepi sungai. Namun rasa aman ini berakibat fatal dikemudian hari.Rasa aman mempengaruhi masyarakat lain untuk berpindah dan tinggal juga disepanjang sungai yang telah dinormalisasikan, hal ini mengakibatkan jadinya pertumbuhan permukiman di sepanjang sungai yang sangat sulit dikendalikan. Pertumbuhan permukiman tak terkendali ini juga akan terjadi jika disepanjang alur sungai yang dibangun tanggul, dan kasus ini terjadi dimana mana. Konsekuensi dari program pelurusan sungai dan pembutan tanggu adalah jika terjadi banjir dan tanggul jebol maka korban jiwa dan harta benda masyarakat sepanjang alur sungai akan sangat banyak, karena banjir menerjang secara tiba tiba.

Upaya Relokasi Sebagai Salah Satu SolusiPeliknya upaya pelaksanaan proyek normalisasi sungai tidak terlepas dari persoalan lahan yang terbatas, dimana kanan dan kiri bantaran sungai telah berdiri sejak lama pemukiman masyarakat, baik itu memang masyarakat nelayan (tradisional) yang sangat tergantung dengan sungai yang menghubungkan perahu mereka ke laut ataupun kelompok masyarakat ekonomi lemah yang dengan terpaksa membangun rumah di bantaran sungai tersebut.Dimana apabila mengacu pada perencanaan yang ada maka banyak tanah dan rumah masyarakat yang terimbas terkena dampak proyek tersebut. Tentu saja hal ini harus dicarikan solusi yang tepat dengan tidak meninggalkan akar budaya masyarakat setempat serta sedapat mungkin mengurangi ekses negatif yang dapat saja timbul. Tentu sangat diharapkan oleh pemerintah ataupun masyarakat solusi yang menguntungkan semua pihak, sehingga kegiatan proyek pemerintah dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Ada beberapa skenario penangan relokasi pemukiman warga bantaran sungai; pertama ganti untung dengan masyarakat mencari sendiri pemukiman baru mereka, pada kondisi ini pemerintah tidak disibukan dengan persoalan relokasi, masyarakat secara swadaya mencari solusi atas permasalahan mereka sendiri. Kedua relokasi ke newtown di Juata, dengan syarat masyarakat merasa nyaman dan cocok dengan karakter mereka dengan fasilitas yang jauh lebih baik, ketiga menempatkan mereka di RUSUNAWA (Rumah Susun Sewa Murah). RUSUNAWA adalah sebuah konsep baru bagi masyarakat Indonesia umumnya dan saat ini sedang digalakan oleh pemerintah pusat pembangunannya. Namun tak ada salahnya mencoba hal ini mengingat di Tarakan lahan lambat laun menjadi sangat terbatas dan mahal. Pemerintah Kota Tarakan tahun ini akan mendapatkan satu unit RUSUNAWA dari Kementerian Negara Perumahan Rakyat yang ditempatkan di Universitas Borneo.

Dampak Normalisasi SungaiPerlu diketahui tanggul sungai adalah bangunan sungai yang paling lemah secara struktur, jika muka air naik lebih satu hari saja, akan timbul titik titik rawan yang mengarah ke jebolnya tanggul tersebut. Hasil pengamatan menunjukan hampir semua banjir di Indonesia yang terjadi diikuti dengan jebolnya tanggul. Pelurusan sungai juga membawa konsekuensi pada semakin meningkatnya erosi di sepanjang DAS. Jika erosi ini terjadi dilokasi pilar jembatan maka dapat saja menyebabkan jembatan tersebut runtuh. Akibat lainnya adalah bahwa sungaisungai hasil pelurusan atau normalisasi ini merupakan sungai yang sangat sulit dikembangkan dikemudian hari. Misalnya untuk konservasi air, pelayaran, wisata, pengembangan ekologi flora dan fauna sungai, dan seterusnya. Hal ini karena konservasi air butuh aliran air yang kontiniu, pelayaran sungai memerlukan lebar sungai yang cukup dan fluktuasi air yang stabil dan tidak ekstrim, serta wisata air memerlukan pemandangan flora dan fauna pinggir sungai yang masih alamiah dan hijau.

Pemeliharaan SungaiUpaya pemeliharaan sungai merupakan pesoalan yang krusial pasca dilasanakannya proyek tersebut, mengingat beban anggaran pemeliharaan pemerintah kota sangat terbatas, oleh karenanya sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sungai tersebut. Partisipasi masyarakat dapat dalam bentuk tidak membuang sampah ke sungai dan menutup semua permukaan tanah yang terbuka dengan cara menanaminya sehingga pada gilirannya disepanjang bantaran sungai menjadi lebih hijau, hal ini dimakudkan agar tidak terjadi sedimentasi. Pemerintah juga harus berupaya mencegah penebanganpenebangan hutan secara liar yang terjadi, pemerintah kota juga tidak memberika ijin mendirikan bangunan (IMB) yang berlokasi dibantaran sungai.

Radar Tarakan, 10,11,12,13 May , 2007Penulis Anggota Litbang IKA-KPMKT [email protected] Posted by Sabaruddin at 7:25 PM No comments: Home Subscribe to: Posts (Atom)

Keuntungan Perbaikan Sungai dengan KonsepEkohidraulika PENDAHULUANSungai merupakan sistem yang terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan dan berpengaruh satu sama lain. Komponen penyusun sungai antara lain bentuk alur (river bed form), morfologi sungai (river morphology), dan ekosistem sungai (river ecosystem). Sungai merupakan sistem yang kompleks dengan pola baku percabangan yang tidak dapat didefinisikan secara mudah, mulai dari orde 1 sampai orde ke-n. Kompleksitas sungai juga dapat dilihat dari distribusi kecepatan dan aliran sekunder yang saling berinteraksi dengan material dasar sungai dan ekosistem di sekitar sungai tersebut. Jika terdapat tumbuhan di sisi tebing sungai, maka kompleksitas aliran air sungai akan bertambah tinggi. Pembentukan meander, pulau-pulau kecil di tengah sungai menunjukkan kompleksitas di dalam sungai.Sungai juga merupakan sistem yang teratur dimana segala macam komponen penyusun sungai memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik ini menggambarkan kondisi spesifik sungai yang bersangkutan. Sistem sungai alamiah merupakan sistem sungai yang teratur dan komplek yang setiap komponennya saling berpengaruh satu sama lain (Maryono, 2002).Keteraturan alur sungai berkaitan dengan bentuk alur dengan kemiringan memanjang dasar sungai, apakah alur sungai itu lurus, meander, atau bercabang. Bentuk meander sungai tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan debit sungai bahkan fluktuasi debit sungai. Keteraturan bentuk meander juga dapat digambarkan dengan rumus hubungan antara debit sungai Q dengan panjang gelombang meander. Apabila dilakukan perubahan terhadap keteraturan ini, maka sungai cenderung berubah ke bentuk semulanya. Sehingga apabila sungai itu seharusnya mempunyai meander, setelah diluruskan pun akan selalu bermeander.Salah satu bentuk keteraturan lainnya adalah pulau di tengah sungai. Bentuk pulau di tengah sungai merupakan bentuk universal dari suatu elemen yang bergerak dalam medium zat alir, termasuk segala bentuk fauna yang hidup pada aliran air. Konfigurasi pulau alamiah berupa susunan overlapping memiliki ketahanan terhadap aliran yang paling tinggi (angka resistansi yang rendah). Apabila konfigurasinya dirubah, maka akan terjadi instabilitas dimana keteraturan yang sudah terbentuk melalui proses hidraulis, ekologis, tektonis, dan geografis akan berubah menjadi ketidakteraturan.Sedimen dan konfigurasi dasar sungai merupakan komponen dari sungai yang memberikan keteraturan dalam sungai. Pada sungai alamiah, kondisi dinamik material sedimen dasar sungai sudah mencapai kondisi stabil. Pengertian stabil disini adalah ketika jumlah sedimentasi terendapkan (agradasi) dan erosi terangkut (degradasi) relatif seimbang. Perubahan pada kemiringan memanjang (slope) suatu sungai akan merubah keseimbangan. Apabila dinaikkan slopenya maka akan berakibat pada peningkatan pola tendensi degradasi, ukuran material penyusun dasar sungainya semakin kasar. Sebaliknya dengan menurunkan slope akan meningkatkan agradasi.Dalam beberapa dasawarsa terakhr ini, pola dan cara pembangunan dan pemanfaatan potensi sungai negara-negara berkembang termasuk Indonesia, meniru cara-cara tahapan awal yang dilakukan oleh negara-negara maju abad-abad sebelumnya. Pengembangannya banyak ditekankan pada hidraulik murni yang tidak mempertimbangkan faktor ekologi dan dampak dari pembangunannya. Cara-cara lama tersebut di negara maju sudah menunjukkan dampak buruk, seperti banjir, erosi, kerusakan ekologi lingkungan secara terus menerus, sehingga cara tersebut sudah tidak digunakan lagi dan beralih ke konsep ekohidraulika. Konsep ini merupakan metode yang relatif murah, aman, dan keberlanjutannya tinggi, serta memiliki dampak positif konservasi air dan ekosistem yang tinggi.Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam makalah ini akan disajikan keuntungan perbaikan sungai dengan pendekatan ekohidraulik bila dibandingkan dengan perbaikan secara konvensional (hidraulik murni).KONSEP PEMBANGUNAN SUNGAI Dalam kasus pembangunan sungai di beberapa negara industri maju seperti Amerika, Jepang, Jerman, Belanda, dan beberapa negara Eropa lainnya telah mengalami tiga dekade/ tahap pengelolaan sungai, yaitu tahap pembangunan sungai (River Development), tahap mengalami dan mempelajari dampak pembangunan sungai yang dilakukan sebelumnya (Impact of River Development) dan tahap merestorasi atau merenaturalisasi sungai-sungai yang telah dibangun sebelumnya (River Restoration). Konsep pembangunan sungai tahap pertama pada umumnya bersifal parsial hidraulik murni sedangkan konsep pada tahap terakhir bersifat integral Ekohidraulik. Indonesia, sebagian besar metode pembangunan sungainya masih menggunakan metode tahap pertama river development atau hidraulik murni.1. Pembangunan Sungai dengan Konsep Hidraulika MurniKonsep pembangunan hidraulika murni tidak mempertimbangkan aspek ekologi dan dampak yang akan terjadi setelah pembangunan. Metode ini telah merubah penampakan alami dan alur alamiah sungai menjadi buatan yang berbentuk trapesium dengan alur relatif lurus.Beberapa pembangunan sungai yang dilakukan dengan konsep hidraulika murni antara lain koreksi sungai (river correction) atau normalisasi sungai berupa pelurusan, sudetan, penyempitan alur, penyederhanaan tampang sungai. Kegiatan lainnya adalah koreksi dan rekayasa sungai pada pembangunan transportasi sungai, regulasi sungai, proteksi tebing, pengerukan, dan penaikkan elevisi muka air. Pembangunan hydropower plan, bendungan, bendung, pencabangan, dan penggenangan termasuk ke dalam kegiatan koreksi dan rekayasa sungai. Sebagian besar dari tebing-tebing sungai dan daerah bantaran atau sempadan sungai hilang karena pelurusan-pelurusan, sudetan, pembuatan tanggul, dan pertalutan.1. Pelurusan sungaiTujuan dari pelurusan sungai ini adalah untuk mengurangi banjir lokal, meningkatkan kebersihan kawasan, memperpendek lintasan transortasi, kemudahan navigasi transportasi sungai dan pembangunan hydropower plan. Dengan beda tinggi yang sama dan panjang alur yang lebih pendek, akan menghasilkan slope yang lebih besar sehingga kecepatan aliran tinggi. Indikasi dampak negatif dari pelurusan sungai ini adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan sedimentasi di daerah hilir, dan erosi di daerah hulu. Pemendekkan berdampak menurunkan tingkat peresapan (waktu untuk meresap ke dalam tanah) yang mengakibatkan banjir di hilir dan kekeringan (saat musim kemarau), sehingga konservasi air di hulu rendah.1. PenyudetanSudetan adalah usaha menyudet sungai yang bermeander di tempat-tempat tertentu, sehingga air sungai tersebut tidak melewati meander lagi, namun melintas langsung melewati saluran sudetan baru. Tujuannya adalah untuk mempercepat aliran air menuju ke hilir sekaligus mendapatkan tanah untuk pertanian serta mengurangi banjir lokal. Indikasi dampak negatif dari sudetan adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan banjir dan sedimentasi di daerah hilir, dan erosi di daerah hulu. Terjadinya exbow buatan yang terisolir sehingga menyebabkan ekosistem mati, menjadi sarang nyamuk, dan pembuangan sampah, bahkan menjadi wilayah pemukiman.1. Pembuatan bendungPembuatan bendung merupakan salah satu rekayasa di sungai untuk mengatur muka air sungai dan alur sungai. Indikasi dampak dari kegiatan ini adalah percepatan arus, erosi, dan sedimentasi di berbagai lokasi. Diperlukan pemeliharaan secara intensif dan terus-menerus.1. Proteksi tebingProteksi tebing adalah rekayasa sungai untuk memperkuat tebing dari gaya gelombang yang disebabkan oleh kapal atau dari arus sungai. Indikasi dampak negatif yang timbul akibat perkerasan tebing adalah terjadinya kepunahan ekologi sempadan sungai karena kondisi habitat ekosistemnya berubah total. Tumbuh-tumbuhan sepanjang pinggir sungai dihilangkan diganti dengan pasangan batu kosong atau isi.1. Penyempitan alurPenyempitan alur merupakan usaha/pembangunan sungai yang merubah tampang melintang sungai alamiah menjadi alur dengan tampang teknis yang sempit. Penyederhanaan profil tampang sungai menjadi berbentuk trapesium atau segiempat. Profil ini dibuat dengan tujuan mempermudah pemeliharaan, mendrain kawasan, membersihkan kawasan, dan juga mempermudah hitungan hidroliknya. Dampak negatifnya adalah berkurangnya retensi alur sungai, rusaknya ekologi sungai, dan menurunnya konservasi air.1. Pembuatan tanggulPembuatan tanggul memanjang sungai adalah rekayasa teknik hidro dengan tujuan untuk membatasi limpasan atau luapan air sungai, sehingga banjir dapat dihindari. Namun kelemahannya adalah apabila terjadi kegagalan tanggul akan mengarah kepada jebolnya tanggul akibat rembesan karena bocoran konstruksi lapisan kedap air dan over tapping. Selain itu, bangunan ini tidak mampu menahan genangan yang relatif lama (lebih dari 2 hari).1. Pengerukan alur sungaiPengerukan adalah rekayasa sungai yang dilakukan untuk memperbaiki alur dan tampang melintang sungai untuk pelayaran. Indikasi dampak pengerukan ini adalah penurunan resistensi alur sungai karena biasanya dilakukan jika di tengah-tengah sungai ada pulai gundukan pasir elemen sungai lainnya termasuk vegetasi tepi sungai tranportasi sungai.1. Pembangunan bendunganBertujuan membendung air sehingga didapatkan sejumlah volume air yang bisa digunakan untuk keperluan tertentu (misal memutar turbin kaitannya dengan pembangkit tenaga listrik, pengairan, konservasi dan rekreasi). Indikasi dampak negatif dari pembangunan bendung ini adalah interupsi ekologi sungai (misal fish migration) dan interupsi transport sedimen sungai. Akibatlain dari pembuatan bendung atau bendungan melintang sungai adalah terjadinya penggenangan (inundating) di bagian hulu bangunan, berkurangnya areal hutan atau pertanian yang signifikan, meningkatnya asam akibat pembusukan vegetasi dalam air, terjadi instabilitas angkutan sedimen sepanjang alur sungai terutama di hilir.1. Pembangunan Sungai dengan Konsep EkohidraulikaKonsep ekohidrolika merupakan konsep pembangunan sungai integratif yang berwawasan lingkungan. Dalam konsep ini, sungai didefinisikan sebagai suatu sistem keairan terbuka yang padanya terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu flora dan fauna disatu sisi dan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai (Gambar 1).Gambar 1. Integralistik komponen ekologi-hidraulik (profil sungai)Aktivitas yang dilakukan dengan konsep ini antara lain adalah restorasi sungai (river restoration), repitalisasi sungai (river revitalisation) atau renaturalisasi sungai (river renaturalisation). Maksud dari pembangunan sungai integratif dengan wawasan lingkungan tersebut adalah pembangunan sungai dengan memperhatikan faktor biotik (seluruh makhluk hidup-ekologi) dan abiotik (seluruh komponen fisik-hidraulik) yang ada di wilayah sungai. Beberapa aktivitas yang terkait dengan konsep ini antara lain :1. Aktivitas peningkatan retensi sungai dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menanami kembali bantaran-bantaran sungai yang dulunya sudah dibersihkan atau diratakan pada saat pelurusan sungai. Vegetasi di sepanjang sungai tersebut akan dapat menurunkan kecepatan air mengalir ke arah hilir sekaligus menghidupkan dinamika sungai serta deversifikasi kecepatan, kedalaman air, turbulensi aliran dll.2. Dalam rangka meningkatkan ruang retensi sepanjang alur sungai, sehingga dapat menurunkan banjir di hilir maka dilakukan peningkatan retensi bantaraan sepanjang alur sungai dengan cara membuka lahan-lahan pinggir sungai yang secara geografis dapat dikembangkan menjadi kolam konservasi semi-ilmiah.3. Mengembalikan kondisi dinamik sungai dengan cara menanami daerah bantaran sungai yang hilang vegetasinya. Disamping itu juga dapat melakukan penggalian-penggalian sungai yang telah diluruskan dibuat berkelok-kelok lagi. Cara lain dengan membuat pulau-pulau buatan di tengah sungai. Dengan ini maka kecepatan aliran air akan berkurang, arus air akan terbendung secara tidak permanen. Muka air akan naik di bagian hulu dan di hilir turun serta timbul loncat air di beberapa tempat. Hal ini akan meningkatkan intensitas dinamik sungai. Cara yang lainnya adalah dengan membuat krib-krib sepanjang alur sungai yang sudah diluruskan secara berseling, sehingga terjadi proses perubahan dari alur lurus ke alur yang berkelok-kelok.4. Dengan menerapkan re-meandering, maka akan terbentuk struktur morfologi sungai yang dinamis yang padanya terdapat daerah erosi dan endapan, daerah dengan kecepatan tinggi, sedang dan rendah bahkan sangat rendah. Di samping itu juga terdapat daerah bantaran sungai yang lebar yang secara periodis dan dinamis mendapat suplai air dan nutrisi ekologis dari hulu. Dengan restorasi ini, maka didapat berbagai keuntungan antara lain :1) Alur sungai tidak teratur tersebut dapat meretensi aliran air, sehingga tendensi banjir di hilir bisa dikurangi.2) Menurunkan kecepatan aliran air, sehingga erosi di berbagai tempat di sungai ini bisa dihindari3) Flora dan fauna tumbuh kembali menuju komposisi flora dan fauna alamiah semula.1. Pembukaan lagi sungai-sungai lama yang telah ditutup untuk menambah kemampuan retensi air pada waktu banjir, sekaligus untuk menghidupkan kembali ekosistem sungai lama yang telah mati, meningkatkan konservasi lain, menurunkan kecepatan air, mengurangi resiko banjir hilir dan meningkatkan kualitas ekosistem dan menghidupkan kembali sungai lama.2. Menstabilkan muka air tanah dengan cara memperbanyak ruang retensi alamiah di bagian hulu dan meningkatkan resapan air hujan ke tanah dengan cara memperbanyak daerah tangkapan air hujan yang dilindungi.3. Metode bioengineering sebagai usaha untuk menggunakan komponen vegetasi (tanaman-tanaman dan di sepanjang bantaran sungai) untuk menanggulangi longsoran dan erosi tebing sungai dan kerusakan bantaran sungai lainnya. Metode yang murah dan mempunyai sustainibilitas yang tinggi.4. Konsep drainase ramah lingkungan dengan cara mengalirkan kelebihan air (air hujan) dengan cara meresapkan air ke dalam tanah, menyimpan dipermukaan tanah untuk menjaga kelembaban udara dan mengalirkan ke sungai secara proporsional sehingga tidak tidak menyebabkan tambahan beban banjir di sungai.KESIMPULANPada Tabel 1. Merupakan kesimpulan dari pada keuntungan konsep hidraulika dalam perbaikan sungai dibandingkan dengan konsep hidraulika murni (konvensional).Tabel 1. Dampak perbaikan sungaiEkohidraulikaHidraulika murni

Memasukkan dan mengembangkan unsur ekologi atau lingkunganMerusak dan menghancurkan lingkungan

Banjir diartikan sebagai kerusakan lingkungan sehingga daya retensi lingkungan terhadap banjir hilangBanjir sebagai bukti munculnya daya rusak air yang hebat

Proyek reboisasi atau konservasi hutan untuk meningkatkan retensi dan tangkapanSudetan, pelurusan, pembuatan tanggul, perkerasan tebing, normalisasi, pembabatan vegetasi bantaran justru menyebabkan bahaya banjir yang lebih besar dan frekuensi banjir yang lebih sering

Penataan tataguna lahan meminimalisir limpasan langsung dan mempertinggi retensi dan konservasi, dengan cara menanami atau merenaturalisasi sempadan sungai yang telah rusakTendensi banjir di hilir tinggi dan menurunkan tingkat retensi di sepanjang sungai sehingga konservasi air akan menurun drastis

Dengan adanya meander dan vegetasi sebagai sistem dari sungai maka air tidak secepatnya ke hilir, dan masih ada kesempatan untuk meresap ke tanahKekeringan akan lebih intensif karena pengatusan air secepatnya ke hilir, sehingga air tidak berkesempatan meresap ke tanah

Sungai bermeander dipertahankan sehingga dapat menyumbangkan retensi, mengurangi erosi, dan meningkatkan konservasiBekas-bekas sungai atau lama yang terpotong (oxbow) akan menimbulkan masalah baru, misalkan sarang nyamuk, lahan pertanian, dan apabila sudah menjadi lahan hunian susah direstorasi karena memerlukan biaya yang cukup mahal

Investasi awal bisa lebih mahal ataupun lebih murah namun sustainable.Harus mengelurkan biaya tambahan untuk perawatan/pemeliharaan bangunan

Sehingga kesimpulannya konsep ekohidrolika dalam perbaikan sungai lebih menguntungkan dibandingkan dengan konsep konvensional seperti yang dilakukan selama ini di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAGunawan. 2007. Pengembangan Daerah Riparian di Badan Sungai dengan Pengembangan Konsep EkoHidrologi. ITB Press. Bandung.Maryono, Agus. 2002. EKO-HIDRAULIK PEMBANGUNAN SUNGAI. Menanggulangi Banjir dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Sungai. Program Magister Sistem Teknik. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada.Maryono, Agus. 2003. PEMBANGUNAN SUNGAI DAMPAK DAN RESTORASI SUNGAI. Program Magister Sistem Teknik. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada.Tolak Rencana Turap Betonisasi Ciliwung Sepanjang 19 KM TB.Simatupang-Manggarai

Ciliwung Institute

Air adalah sumber kehidupan, sungai adalah urat nadi kehidupan yang senantiasa memberi kehidupan pada setiap tempat yang dilaluinya. Baikairdiambil langsung, maupun meresap melalui tanah pinggiran sungai oleh tumbuhan yang menghidupi dan rumah bagi ekosistem riparian bantaran sungai.Jakarta sebagai muara dari 13 sungai dengan Sungai Ciliwung sebagai yang paling besar dan utama membelah jantung ibukota dituding sebagai penyebab banjir Jakarta yang semakin tahun semakin parah baik dari besaran banjir maupun intensitas makin sering.Salah satu upaya pemerintah mengatasi persoalan banjir dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dengan otoritas Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane berupaya melakukan penanggulangan dengan pendekatanengineering/ pembangunan fisik di badan sungai seperti proyek normalisasi, penambahan pintu air Manggarai, pembangunan dam dan sodetan dalam hal pengendalian banjir dan penambahan kapasitas daya tampung badan sungai dengan penghitungan dasar Sungai Ciliwung dapat mengalirkan kapasitas debit air Q(50) sebanyak500m3/detik.Rencana Proyek Normalisasi Sungai Ciliwung diantaranya dengan melakukan pengerukan pelebaran sungai dan pembangunan turap beton kanan kiri bantaran sungai dari sepanjang 19 Km dari Manggarai hingga daerah hulu diatasnya aliran CiliwungJl. TB Simatupang.Rencana pembangunan turap beton jelas kontradiktif dengan judul tujuan usaha penanggulangan banjir, karena beton adalah musuh dari resapan. Berapa banyak daya dukung resapan yang berkurang dengan dinding beton terbangun sepanjang19 Km pada kanan dan kiri sungai.Pembetonan segmen TB. Simatupang-Manggarai berbeda kasus dengan pembetonan aliran Ciliwung Lama ataupun kanalisasi daerah kota tua yang mempunyai kontur lebih landai dan datar. Turap Betonisasi aliran TB.Simatupang- Manggarai dengan lansekap kontur lebih curam akan mengakibatkan arus air lebih cepat bebondong bondong menuju hilir daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara.Air yang lebih cepat dialirkan ke daerah hilir mempunyai persoalan sendiri, karena air sungai tidak bisa dialirkan secara alamiah dibuang ke laut karena permukaan laut lebih tinggi dari pada permukaan air sungai sehingga nasibnya bergantung dengan pompa folder yang berfungsi sebagaipenyedot air sungai yang terhalang pintu air dan menutup masuknya air laut.Dalam jangka panjang air yang semakin cepat dialirkan ke hilir ditambahtrack recordkemampuanmaintaenancepemerintah yang burukdalam perawatan pompa folder akan mengancam daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara mengalami banjir yang lebih parah selain penyebab lain seperti buruknya sistem drainase Kota Jakarta.Sungai meluap atau biasa disebut banjir adalah suatu proses alamiah siklus ekologi pada sungai, hal ini dibuktikan ketikaJakarta juga mengalami banjir sejak jaman Batavia dulu. Kini yang menjadi persoalan ketika banjir semakin sering terjadi dengan daya rusak lebih besar.Banjir besar Jakarta yang terjadi sekarang sampai beberapa kali setiap tahun merupakan bencana ekologis yang salah satunya disebabkan oleh tidak terjaganya kawasancatchment areadan inkonsistensi tata ruang yang terjadi dari hulu hingga ke hilir. Dengan bencana ekologis yang ada, maka penanggulangan juga harus dilakukan dengan pendekatan perbaikan ekologi seperti pemulihan tutupan hijau resapan air DAS (Daerah Aliran Sungai/Watershed).Pembangunan Turap Beton juga akan mengancam tutupan hijau sepanjang TB Simatupang Manggarai yang memang masih di dominasi daerah kebun warga yang cukup rimbun dan menghalangi sirkulasi hidrologi resapan air tanah seperti kasus turap beton yang dialami di Ciliwung Kebun Raya Bogor yang mengalami krisis air tanah.Penguatan bantaran dapatdilakukan dengan pendekatanbio-engineeringseperti dengan beronjong (perkuatan tebing dengan kawat berisi batu batu kali) dan penanaman pohon di sempadan Sungai seperti yang direkomendasikan Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2011 tentang Sungai.Di beberapa kasus Turap beton juga membuat warga semakin tertarik mengokupasi bantaran sungai untuk mendirikan bangunan permanen karena dianggap aman dan kuat untuk pondasi bangunan, apalagi ditambah rendahnya pengawasan kelurahan terhadap wilayah daerahnya masing masing.Perbaikan perbaikan dan pembangunan yang dilakukan Kementerian PU dengan biaya mahal Trilyunan Rupiah di badan sungai ibarat orang menampung bocor air hujan dengan wadah emas tanpa berusaha memperbaiki sumber masalah yaitu menambal atap yang bocor.Sungai hanyalah indikator,badan sungai sebagai permukaan tanah terendah hanyalah penerima akibat dampak diatasnya yaitu cakupan luas yang harus diperbaiki yaitu DAS (Watershed) secara keseluruhan dan komprehensif sehinggarun offatau air hujan dari permukaan turun ke sungai dapat dikurangi secara signifikan terserap ke tanah dan pohon oleh ruang terbuka hijau maupun penampungan air situ/waduk.Penanganan banjir yang dilakukan tidak bisa dilakukan dengan kebijakan temporal atas dasar kepanikan sesaat, kemudian melupakan persoalan yang ada beserta upaya penyelesaiannya setelah bencana banjir sudah lewat. Kebijakan harus dilakukan secara terencana jangka panjang dalam sebuahmaster planyang dirancang bersama secara komprehensif dan terpadu bersama antar Kementerian dan integrasi Pemerintah Daerah di sepanjang DAS Ciliwung lintas sektoral dan struktural, termasuk dalam hal pengawasan dan penegakan aturan hukum.Pemulihan sungai di luar negeri mengarah ke restorasi (beton dibongkar dan mengembalikan sungai ke kondisi alamiah) itulah normalnya/alaminya kondisi sungai, bukan normalisasi versi teknokrat dengan turap beton, sebuah kondisi sungai yang sangat tidak normal.Sungai dengan bentukalamiah mempunyai fungsi ekologi sebagai resapan air, menstabilkan kecepatan arus sungai, filtrasi pencemar dan sedimen, vegetasi riparian, serta sebagai habitat ekosistem keanekaragaman hayati sepertiyang diatur dalam PP.38 thn. 2011 tentang Sungai.Sungai adalah sesuatu yang hidup (biotik), sudah seharusnya pengelolaan dikordinasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup bukan seperti sekarang yang didominasi Kementerian PU yang hanya mengenal hitungan angka nominal proyekengineeringdan pembagunan.KLH dengan turunan BLH/BPLHD di tingkat daerah harus memimpin pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam dengan pedoman UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pengawasan IMB, AMDALdan keterbukaan informasi izin-izin pemanfaatan dan pembangunan lingkungan.a. Sungai CiliwungSungai Ciliwung merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Ciliwung - Cisadane. Sebagai bagian dari SWS Ciliwung - Cisadane, Sungai Ciliwung mempunyai daerah tangkapan + 337 Km2 mengalir sepanjang 117 km bermata air di Gunung Pangrango (3.019 m) yang terletak di sebelah selatan Kota Bogor dan bermuara di Laut Jawa dan memiliki lebar sungai 30 meter. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang mengalir melintasi batas kota/ propinsi dan memiliki fungsi penting bagi masyarakat sekitar yaitu sebagai sumber air baku, penggelontoran, jalur transportasi, dan sebagainya. Namun demikian, sejalan dengan pertumbuhan kota yang terjadi, kondisi Sungai Ciliwung dan lingkungan sekitarnya semakin hari semakin memburuk. Banyaknya penduduk yang tinggal di pinggiran sungai menjadi permasalahan sungai Ciliwung menjadi semakin kompleks. Selain menimbulkan kekumuhan, perlakuan penduduk kepada Sungai Ciliwung juga kurang bertanggung jawab, karena anggapan Sungai Ciliwung sebagai bagian belakang rumah mereka.Kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung, yang cenderung mengarah pada penurunan daya dukung lingkungan, berupa penurunan kemampuan lahan dalam meresapkan air dan peningkatan laju erosi. Kondisi ini menyebabkan tingginya limpasan air permukaan yang berakibat timbul- nya banjir tahunan di DKI Jakarta. Namun, upaya membebaskan bantaran sungai dari hunian liar adalah salah satu persoalan di antara berbagai masalah rumit menata Kota Jakarta. Di Jakarta Selatan, misalnya, ada 5.120 bangunan liar di bantaran sungai dengan 8.019 keluarga sebagai penghuninya. Ada lagi 5.404 bangunan dengan 7.161 keluarga di Jakarta Timur.Bahkan, di Jakarta Pusat masih ada 557 bangunan liar di bantaran sungai bersama 910 keluarga sebagai penghuni

Daerah banjir di Jakarta timur

1. Kebon Nanas (Kelurahan Cipinang Besar Selatan)2. Bidara Cina (Kelurahan Bidara Cina)3. Kampung Melayu (Kelurahan Kampung Melayu)4. Cipinang Indah (Kelurahan Pondok Bambu)5. Malaka Selatan (Kelurahan Malaka Sari)6. Pondok Kelapa (Kelurahan Kelapa)7. Tegal Amba (Kelurahan Duren Sawit)8. Halim Perdanakusuma (Kelurahan Halim Perdanakusuma)9. Cipinang Melayu (Kelurahan Cipinang Melayu)10. Kampung Makasar (Kelurahan Makasar)11. Kramatjati (Kelurahan Kramatjati)12. Al Hawi (Kelurahan Cililitan)13. Perumahan BHP (Kelurahan Dukuh)14. Kampung Rambutan (Kelurahan Kampung Rambutan)15. Ciracas (Kelurahan Ciracas)16. Cibubur (Kelurahan Cibubur)17. Kelapa Dua Wetan (Kelurahan Kelapa Dua Wetan)18. Kawasan depan Pasar Cibubur (Kelurahan Pekayon)19. Gandaria (Kelurahan Kalisari)