fkip.mtk-139
TRANSCRIPT
MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA
TRANSFORMASI CAYLEY PADA P-Matriks
OLEH :
RAHMI
0705045139
Reguler Sore B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2011
HALAMAN JUDUL DAN PENGESAHAN
Judul : Transformasi Cayley Pada P-Matriks
Diajukan pada mata kuliah : Seminar Pendidikan Matematika
Telah dikoreksi dan disetujui oleh :
Dra. Suriaty, M.PdNIP.
Syafrudiannur M.PdNIP.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya proposal ini dapat disusun. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika
dengan judul “Transformasi Cayley Pada P-Matriks”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik moral maupun material. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyatakan terima kasih kepada ibu Dra. Suriaty, M.Pd dan bapak Syafrudiannur,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang
memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
karena keterbatasan kemampuan penulis dalam penyusunannya. Oleh karena itu
kritik sebagai perbaikan sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga amal dan kebaikkan yang diberikan oleh semua pihak
kepada penulis, mendapat imbalan dari Allah SWT, Amin.
Samarinda, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DAN PENGESAHAN ................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Matriks .................................................................................... 3
B. Perkalian Matriks ..................................................................... 3
C. Eliminasi Gauss dan Eliminasi Gauss Jordan ............................ 4
D. Determinan .............................................................................. 5
E. Invers ...................................................................................... 9
F. Matriks Uniter ......................................................................... 11
G. Matriks Similar atau Serupa ..................................................... 13
H. Spektrum dan Radius Spektral ................................................. 15
I. Kelas-kelas Matriks yang Bersifat Positif ................................. 17
J. Matriks Definit Positif ............................................................. 19
K. Transformasi Cayley ................................................................ 21
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelas matriks yang bersifat positip adalah beberapa matriks yang dilihat dari
sifat kepositipan matriks tersebut. Salah satu bentuk matriks yang dikenal adalah
matriks positip yaitu matriks bujur sangkar yang setiapentrinya positip, tetapi
matriks ini tidak menjamin semua eigenvalue dan semua minor utamanya positip.
Setiap matriks A berukuran n x n dengan ketentuan semua minor utamanya
Positip didenfisikan sebagai P matriks, berakibat matriks A non-singular dan
Dapat dibentuk (I+A) nonsingular, tetapi I +A tidak selalu nonsingular untuk A
sebarang matriks dan I matriksi dentitas yang masing-masing berukuran n x n.
Jika I + A nonsingular, perkalian matriks (I + A)-1 (I - A)= (A) disebut Sebagai
transformasi Cayley(Meyer2000).
Studi tentang transformasi Cayley pertama kali dilakukan oleh Cayley pada
tahun1846. Cayley memperlihatkan hubungan antara transformasi Cayley ter-
hadap suatu matriks A yaitu transformasi Cayley (A) unitary jika dan hanya jika
A skew-hermite. Dalam teori matriks dikenal suatu matriks yang disebut sebagai
matriks stabil yaitu jika semua λ eigenvalue riil bernilai negative (Re(λ)< 0 dan
suatu matriks A non negative konvergen jika spectral radius dari A lebih kecil
Dari 1( (A) < 1) (Plemmons1979). Hubungan antara matriks stabil dengan
Matriks konvergen diperlihatkan oleh (Stein1965) dan (Taussky1964) melalui
Transformas Cayley. Tetapi bukti yang diberikan relatife abstrak. Bukti yang
2
lebih transparan tentang hubungan antara matrikss tabil dan matriks konvergen
melalui transformasi Cayley diperlihatkan oleh( Haynes1991), Haynes
membuktikan B konvergen jika dan hanya jika ada suatu matriks stabil A
sehingga B = C( - A). Untuk suatu matriks hermitian A berukuran n x n dan
vektor x ≠ 0 sehingga dapat dibentuk x* Ax bernilai positip maka A disebut
matriks definit positip. Matriks definit positipmempunyai sifat yang sama dengan
P- matriks, yaitu semua minor utama dan setiap eigenvaluenya positip. Matriks
definit positip termasuk dalam kelas P- matriks (Plemmons1979).
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk C(A) = F transformasi Cayleyd dari A akan diperlihatkan (I +
F) dan (I - F) mempunyai kelas yang sama dengan A sehingga A dapat
di faktorisasikan menjadi A = (I + F)-1 (I - F).
2. Memperlihatkan karakterisasi P matriks melalui transformasi Cayley.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Matriks
Matriks adalah susunan elemen-elemen yang disusun menurut baris dan
kolom sehingga berbentuk persegi panjang dengan panjang dan lebar
menunjukkan banyak baris dan banyak kolom. Matriks yang memiliki m baris dan
n kolom disebut matriks berukuran m x n. Matriks yang memiliki banyak baris
dan banyak kolom sama disebut matriks bujur sangkar. Bentuk umum dari matriks
bujur sangkar adalah sebagai berikut:
jkekolom
ikebaris
aaa
aaa
aaa
nnnn
n
n
21
22221
11211
Element yang menempati baris ke i dan kolom ke j disebut entri ( i, j) dan ditulis
sebagai A = . Matriks yang terdiri dari 1 baris dan n kolom ditulis 1 x n
disebut dengan matriks baris atau vector baris dan yang terdiri atas n baris dan 1
kolom disebut matriks kolom atau vector kolom.
B. PerkalianMatriks
Definisi 1:
4
Diberikan matriks A =[ ] berukuran n x p dan matriks B =[ ] berukuran p x n,
maka perkalian matriks A dan B yaitu AB adalah matriks yang berukuran n x n.
Anggap perkalian matriks AB sebagai matriks C =[ ] didefinisikan sebagai :
Perkalian A dan B terdefinisi hanya jika banyak kolom matriks A sama dengan
banyak baris matriks B.
C. Eliminasi Gauss dan Eliminasi Gauss-Jordan
Pada dasarnya eliminasi Gauss dan eliminasi Gauss-Jordan digunakan
dalam mencari solusi persamaan linier. Tetapi dalam tulisan ini eliminasi Gauss
dan eliminasi Gauss-Jordan digunakan dalam aturan perkalian determinan.
Definisi1:
Operasi berikut disebut dengan operasi baris elementer, antara lain
(1) Pertukaran dua baris.
(2) Perkalian suatu baris dengan scalar tak nol.
(3) Penjumlahan baris yang dikalikan dengan scalar tak nol dengan baris yanglain.
Definisi 2:
Suatu matriks dikatakan dalam bentuk echelon baris (dan akan disebut row-
echelon form atau ref) bila memenuhi hal-hal berikut:
(1) Jika suatu baris tidak terdapat entri nol, maka entri tak nol pertama
baris tersebut adalah 1 (entri 1 ini disebut sebagai leading entry atau
pivot).
5
(2) Jika terdapat baris yang semua entrinya nol maka baris tersebut
diletakkan dibagian bawah matriks.
(3) Setiap leading entri 1 terletak disebelah kanan leading entri 1 yang
terletak di bagian atas.
Definisi 3:
Row-echelon form dikatakan reduce drow-echelon form atau ref jika memenuhi
kondisi row-echelon form dengan setiap kolom terdiri atas leading entri 1 dan nol
untuk entri yang lain.
D. Determinaan
Diberikan suatu matriks A berukuran 2 x 2 sebagai berkut:
Skalar ab – bc disebut determinan dari A yang dinotasikan dengan det (A) atau
. Determinan matriks adalah berupa scalar yang hanya terdefinisi untuk matriks
bujur sangkar.
Berikut diberikan definisi determinan secara umum
Definisi 1: Diberikan matriks A =[ ] berukuran n x n dan determinan dari A
dinyatakan dengan scalar yaitu sebagai berikut
Penjumlahan sampai dengan n! permutasi p = ( p1, p2,…, pn) dari ( 1, 2, …, n ).
Setiap memuat tepat satu entri dari setiap baris dan setiap kolom
6
dari A. Jika = +1 dikatakan permutasi genap yaitu jumlah inverse seluruh
nya adalah sebuah bilangan bulat yang genap dan = - 1 dikatakan permutasi
ganjil yaitu jumlah inverse seluruhnya adalah sebuah bilangan bulat yang ganjil.
Contoh 1:
Diberikan matriks
Carilah det (A) dengan menggunakan Definisi determinan
Jawab:
Karena n =3 dan 3! = 6, berarti ada 6 permutasi dari (1, 2, 3) dengan ketentuan
ekspansi dari det(A) ditunjukkan sebagai berikut:
P = ( p1, p2, p3)
(1, 2, 3) + 1 x 5 x 9 = 45(1, 3, 2) - 1 x 6 x 8 = 48(2, 1, 3) - 2 x 4 x 9 = 72(2, 3, 1) + 2 x 6 x 7 = 84(3, 1, 2) + 3 x 4 x 8 = 96(3, 2, 1) - 3 x 5 x 7 = 105
Sehinggadiperoleh:
= 45 – 48 – 72 + 84 + 96 + 105 = 0
Untuk matriks A berukuran n x n dengan det (A) = 0 maka matriks A dikatakan
singular, selain itu dikatakan non singular. Berikut diberikan beberapa sifat-sifat
dari determinan:
Teorema 1: Diberikan matriks A dan B berukuran n x n, dan berlaku det (AB) =
det (A) det (B).
7
Bukti
Diasumsikan satu dari matriks A atau B mempunyai det = 0, berakibat det (A) det
(B) = 0, jika det B = 0 maka Bx = 0 untuk x 0. Persamaan ini mempunyai tak
berhingga banyaknya solusi mempunyai tak berhingga banyaknya solusi. Kalikan
Bx = 0 dengan matriks A diruas kiri sehingga ABx = 0 menunjukkan bahwa
perkalian matriks AB tidak invertible.
Oleh karena itu dipenuhi det (AB) = det (A) det (B). Jika det (B) 0 dan det (A)
= 0, maka ada suatu vector y 0 memenuhi persamaan Ay = 0. Ambil x = By
maka ABx = Ay. Karena Ay = 0 berarti perkalian matriks AB tidak invertible.
Asumsikan matriks A dan B berupa matriks invertible berakibat C = AB adalah
invertible. Dengan cara reduced row-echelon form (rref) didapat rref (A) = rref
(B) = I. dengan menggunakan matriks elementer I = rref (A) = E1, E2, , Ek, A-1
dan I = rref (B) = F1, F2, , FlB-1, maka AB = E1, E2, , F1, F2, , Fl. Karena det
(EX) = det (E) det (X) untuk E matriks elementer dan X matriks sebarang bujur
sangkar. Sehingga diperoleh:
det (A) = det (E1 ) det (E2 )... det (E3) dan det (B) = det (F1 ) det (F2 ) ... det (F3 ).
Jadi det (AB) = det (A) det (B).
Teorema 2
Diberikan matriks A berukuran n x n non singular. Untuk matriks c dan d
berukuran n x 1, pernyataan berikut dipenuhi
(1) det (I + cdt ) = 1 + dt c
8
(2) det (A + cdt ) = det (A) (1+dt A-1 c)
Bukti.
(1) Dengan mengaplikasikan perkalian matriks berikut diperoleh
Apabila dideterminan kan matriks ruas kiri dan kanan diperoleh:
Sehingga didapat:
det (I) det (I+cdt ) det (I) = det I ( 1+dt c)
1 x det(I+cdt ) x 1= (1+dt c) det (I)
atau det (I + cdt ) = 1+dt c
(2) Dari bentuk matriks A + cdt = A (I + A-1 cdt ).
Karena untuk sebarang matriks A dan B berukuran n x n berlaku det (AB) = det
(A) det (B), sehingga
det (A + cdt ) = det (A) det (I + A-1 cdt )
= det (A) ( 1 + dt A-1 c)
Contoh 2
Diberikan matriks
9
Untuk λ 0, tentukan det (A)
Anggap bentuk matriks A = D + eet, dengan D = diag (λ1, λ2, …, λn)
dan et = (1, 1, …, 1) sehingga
det ( D + eet ) = (D) (1+et D-1 e) =
Himpunan yang beranggotakan matriks berukuran n x n atas lapangan dino-
tasikan dengan Mn ( ) . Salah satu contoh himpunan matriks atas lapangan adalah
matriks yang entrinya atas himpunan bilangan kompleks ( ) dan matriks yang en-
trinya atas himpunan bilangan riil (ℝ), dengan kata lain
Untuk suatu A matriks berukuran m x n yang entrinya atas himpunan bilangan
kompleks atau A M m x n ( ) dengan dan β dapat
di buat matriks baru dengan indeks α menyatakan baris dan indeks menyatakan
kolom sehingga [α, β] ditentukan dari baris α dan kolom β yang saling bersesuaian
atau saling berpotongan. Matriks baru yang terbentuk ini disebut submatriks dari
A yang dinotasikan dengan A[α, β].
Contoh 3 : Diberikan matriks
n
A
111
111
111
2
1
n
i i
n
ii
11
11
njiFAAAAFM ijijnnn ...,,2,1,,,
m...,,2,1 ,...,,2,1 n
10
jika α =13 dan β =123 maka α =13 menyatakan baris dan β =123 menyatakan
kolom sehingga dari baris α dan kolom β yang saling berpotongan diperoleh sub
matriks berikut:
A[α, β] =
Jika α = β maka A[α, β] = A[α], submatriks A[α] disebut submatriks utama dari A.
Determinan dari submatriks utama A disebut minor utama A. Dari contoh diatas
untuk α = β = 13 diperoleh:
E. Invers Matriks
Suatu matriks A mempunyai invers atau tidak mempunyai invers dapat
dilakukan dengan memperlihatkan determinan dari matriks A tersebut tidak nol.
Dengan kata lain det (A) 0 berarti matriks A invertible.
Definisi 1
Diberikan matriks A dan B berukuran n x n, sehingga berlaku AB = BA = I,maka
A dikatakan invertible atau nonsingular dan B dikatakan inversdari A, karena A
adalah invers dari A maka B = A-1 . Jadi AA-1 = A-1 A = I.
Sifat-sifat dari invers matriks diberikan pada teorema-teorema berikut ini:
Teorema 1
Untuk matriks A dan B berukuran n x n nonsingular maka di
11
peroleh:
(1) (A-1 ) = A-1
(2) Perkalian AB juga nonsingular dan (AB-1) = B -1A-1
(3) (A-1)t = (At)-1
Bukti
1. Dari definisi, A-1 adalah invers dari A sehingga A-1A = AA-1 = I berakibat
(A-1)-1 adalah invers dari A-1 sehingga A-1(A-1)-1 = I, karena A-1(A-1)-1 = A-
1A = In maka (A-1)-1 = I
2. Anggap X = B-1 A-1 dan menunjukkan bahwa (AB) X = In. Diperoleh (AB)
X = (AB) B-1A-1 = A (BB-1) A-1 = A (In ) A-1 = AA-1 = In.
3. Anggap X =(A-1)t dan menunjukkan bahwa AtX = In. Dengan membentuk A
t X = A t (A-1) t =(A-1A) t = I nt = In. Oleh karena itu,(A t) -1 = X =(A-1) t.
Teorema 2
Untuk matriks A yang nonsingular, berlaku det (A-1 ) = 1/det(A).
Bukti
Karena AA-1 = In , jika dideterminankan ruas kiri dan kanan maka det(AA-1 ) = det
(In ). Dari sifat determinan diperoleh det (AA-1 ) = det (A) det (A-1 ). Karena det
(In ) = 1 berakibat det (A) det (A-1 ) = 1. Kemudian bagi kedua sisi dengan det (A),
maka det (A-1 ) = 1/det (A). Perkalian dua matriks yang berukuran sama biasanya
tidak komutatif. Tetapi pernyataan berikut selalu memperlihatkan sifat komutatif
berlaku.
Perkalian dua matriks yang berukuran sama biasanya tidak komutatif. Tetapi
pernyataan berikut selalu memperlihatkan sifat komutatif berlaku.
12
Teorema 3
Jika A adalah matriks berukuran n x n sedemikian hingga matriks (I - A) non-
singular maka A(I - A) -1 = (I - A) -1A.
Bukti.
Untuk matriks A yang berukuran n x n sedemikian hingga matriks (I - A) non-
singular berarti (I - A)-1 ada. Akan ditunjukkan bahwa:
A (I - A) = (I - A) A
A (I - A) = AI – AA = IA - AA = (I - A) A
Karena A (I - A) = (I - A) A maka dengan mengalikan kedua persamaan disebe-
lahkanan dengan (I - A) -1 diperoleh A = (I - A) A (I - A) -1. Kalikan kembali
kedua persamaan disebelah kiri dengan (I - A) -1 dan diperoleh (I - A) -1 A = A (I -
A) -1.
F. Matriks Uniter dan Hermite
Untuk suatu matriks dengan entri berupa bilangan kompleks atau
memiliki sekawan atau konjugat = a - bi maka suatu matriks A memiliki
sekawan dinotasikan dengan dan transpose sekawan yang didefinisikan sebagai
berikut:
Contoh 4 : Diberikan matriks
13
Sehingga transpose sekawan A diperoleh sebagai berikut:
Definisi 1:
Suatu matriks bujur sangkar A dengan entri-entri berupa bilangan kompleks
dikatakan uniter jika A-1 = A* atau berlaku sifat AA*= A* A = I
Definisi 2:
Matriks bujur sangkar A dengan entri-entri berupa bilangan kompleks dikatakan
hermite jika A = A*.
Contoh 5 : Diberikan matriks.
Diperoleh sekawan atau konjugat A sebagai berikut:
Sehingga diperoleh:
yang berarti bahwa A adalah hermite. Untuk mengenali suatu matriks hermite
merupakan suatu hal yang tidak sulit yaitu dengan pemeriksaan entri-entri pada
diagonal utama berupa bilangan riil dan entri-entri diatas dan dibawah diagonal
utama matriks tersebut berupa komplek sekawanannya.
14
G. Matriks Similar atau Serupa
Dalam teori matriks ada yang dikenal dengan matriks similar. Suatu matriks
A dikatakan similar dengan B jika dan hanya jika matriks A dan B similar.
Definisi 1 Diberikan matriks A dan B berupa matriks bujur sangkar, maka disebut
bahwa B similar dengan A jika terdapat suatu matriks R yang dapat diinvertible
sehingga A = R-1 BR.
Dari definisi persamaan A = R-1 BR dapat juga ditulis B = RAR-1 atau B = (R-1 ) -1
AR-1 . Dengan mengasumsikan Q = R-1 maka diperoleh B = Q-1 AQ yang
menyatkan bahwa A similar dengan B.
Contoh 6 : Diberikan matriks
A =
Tentukanlah matriks similar dari A
Jawab:
Anggap λ eigenvalue dari matriks A yang bersesuaian dengan vector x 0
memenuhi persamaan Ax = λ x atau (A - λ I) x = 0. Karena x 0 maka (A - λI)
= 0 adalah singular yaitu det (A - λI) = 0.
= = + 2 =
atau diperoleh dan
Untuk = 2 maka dari persamaan (A - λ ) x = 0 diperoleh:
15
=
Dari persamaan tersebut diperoleh x1 = x2.
Ambil x1 =1 maka X2 =
Untuk λ = 3 maka dari persamaan(A - λ) x = 0 diperoleh:
=
Dari persamaan tersebut diperoleh x1 = 2x1
Ambil x1 =1 maka X2 =
Sehingga diperoleh suatu matriks R = =
Maka R-1 AR =
Jadi A = similar dengan B = .
Teorema 1
Jika matriks bujur sangkar A dan B adalah similar maka matriks A dan B
mempunyai eigenvalue yang sama.
Bukti:
Dari diketahui matriks A similar dengan matriks B maka ada suatu matriks in-
vertibel R sedemikian hingga B = R-1 AR. Kemudian dicari eigenvalue dari kedua
sisi persamaan dan diperoleh:
16
det(B - λI)=det(R-1AR - λI) dengan memanipulasi persamaan diperoeh:
det (B- λ I) = det (R -1AR - R-1 (λ I)R) = det (R-1 (AR - (λ I)R)) = det (R-1 (A-
λ I)R) = det (R-1 ) det (A - λ I) det (R) = det (A -λ I).
H. Spektrum dan Radius Spektral
Definisi 1: Untuk suatu matriks A berukuran n x n, persamaan matriks
Ax = λ x dengan scalar disebut eigenvalue dari A dan x n x 1 ≠ 0 disebut eigen
vector dari A dapat dibawa kebentuk (A- λI) x = 0. Jika det (A- λI) = 0 maka
matriks (A- λ I) singular. Dari matriks (A - λI) yang singular dapat dicari
eigenvalue-eigenvalue dari A. Himpunan semua eigenvalue-eigenvalue yang
berbeda dari A disebut spectrum dari A dan dinotasikan dengan (A) dan di
peroleh hubungan sebagai berikut:
λ (A) (A- λI) singular det (A-λI) = 0.
Contoh 7 :
Diberikan matriks
maka det (A - λI) = 0
diperoleh: λ1 = 1dan λ2 = 4,
sehingga spectrum dari A atau (A)= =
Melalui konsep spectrum matriks dapat dicari determinan matriks tersebut.
Hal ini dinyatakan melalui teorema berikut.
Teorema 1
17
Untuk matriks A berukuran n x n. Jika eigenvalue-eigenvalue dari A
maka det (A) =
Bukti.
Anggap matriks A similar dengan suatu matriks diagonal D = diag
sehingga A dapat dinyatakan menjadiA = R-1 DR untuk R adalah suatu matriks
invertibel. Kemudian kedua sisi dideterminankan dan diperoleh det (A) = det (R-1
DR). Dari sifat determinan berakibat
det (A) = det (R-1 ) det (D) det (R) = 1/det (R) det (A) det (R)
atau detA =det(D)= =
Teorema 2
Diberikan suatu matriks bujur sangkar A non singular dan suatu eigenvalue
dari A maka 1/ eigenvalue dari A.
Bukti.
Karena matriks A nonsingular akibatnya ada A-1 . Untuk A-1 dan vector x ≠ 0
dapat ditulis A-1 x = A-1 (1x)= A-1 (1 x )=1/ A-1 ( x). Untuk eigenvalu
edari A-1 yang bersesuaian dengan vektor x ≠ 0 memenuhi persamaan Ax = x
maka A-1 x =1/ A-1 (A)x =1/ (A -1 A)x =1 / x. Ini menunjukkan adalah
eigenvalue dari matriks A-1.
n
ii
1
18
Teorema 3
Diberikan suatu matriks A berukuran n x n, untuk eigenvalue dari A dan x
vector tak nol. Jika ≠ -1 maka matriks (I+A) invertible untuk I matriks identitas
berukuran n x n.
Bukti. Asumsikan matriks (I + A) tidak invertible berarti det (I + A) = 0.
Untuk x vector tak nol dapat dipenuhi persamaan (I+A) x = 0 atau Ax = - x
yang bersesuaian dengan persamaan Ax = x, skalar eigenvalue dari A. Dari
persamaan tersebut, berarti = - 1. Jadi dipenuhi untuk ≠ -1 maka matriks (I+A)
invertible.
Dari konsep spectrum matriks A yang berukuran n x n diperoleh eigenvalue-
eigenvalue yang berbeda. Jika eigenvalue-eigenvalue ini didefinisikan nilai
modulus nya dan dipilih yang terbesar, maka nilai modulus eigenvalue yang
terbesar disebut sebagai radius spectral dari A dan dinotasikan dengan (A). Atau
ditulis
(A) =
I. Kelas-kelas Matriks yang Bersifat Positip
Berikut ini diberikan kelas dari matriks yang semua eigenvalue dan semua
minor utamanya selalu positip.
P- matriks.
Definisi 1
19
Matriks berukuran n x n dikatakan P-matriks jika semua minor utama matriks A
positip.
Contoh 8 : Diberikan suatu matriks:
Akan ditunjukkan matriks A adalah P-matriks dengan menunjukkan semua minor
utama dari matriks A adalah positif, yakni
Ada 3 minor utama berorde 1dari matriks A:
Ada 3 minor utama berorde 2 dari matriks A :
Ada 1 minor utama berorde 3 dari matriks A :
Untuk matriks A Mn (ℂ) yang berbentuk P-matriks diperoleh karakteristik
berikut:
Teorema 1
20
Sebarang submatriks utama dari P-matriks adalah P-matriks.
Bukti. Ambil β sebarang. Dibentuk A[β]submatriks utama dari A.
Ambil β1 β sebarang dan bentuk A[β1 ]submatrik sutama dari A[β] berarti A[β1 ]
juga submatriks utama dari A. Karena A berupa P-matriks maka det (A[β1]) > 0.
Dari β1 β sebarang dengan det(A[β1 ]) > 0 berarti A[β] atau submatriks utama
dari A adalah P-matriks.
Teorema 2
Untuk matriks A Mn (ℝ) diperoleh pernyataan berikut ekivalen:
(1) A berbentuk P-matriks.
(2) Semua minor utama matriks A positip.
(3) Semua eigenvalue riil dari submatriks utama A positip.
Bukti.
(1) (2) Dari definisi diperoleh bahwa untuk A berbentuk P-matriks berarti
semua minor utama dari matriks A adalah positip.
(2) (3) Karena semua minor utama dari A positip berarti A berupa P matriks.
Ambil A[α] sub matriks utama dari A untuk α sebarang. Karena
A[α] berupa P matriks berarti A[α] > 0. Ambil λ (A[α]) sebarang. Untuk x
vector tak nol, bentuk A[α] x = x atau x A[α] x = x* x. Karena perkalian x*
dan x nilainya merupakan perkalian entri-entri konjugatenya yang selalu bernilai
21
positip yaitu (a + bi) (a - bi) = a2 + b2 benilai positip sehingga diperoleh = x
A[α] x/ x* x > 0.
(3) (1)Untuk A[α] sebarang submatriks utama dari A dan (B α ]) se-
barang dengan > 0. Berarti untuk setiap eigenvalue dari A bernilai positip, dan
untuk setiap eigenvalue dari A[α] juga positip. Akibatnya det A[α] 0, sehingga A
berupa P matriks.
I. Matriks Definit Positip.
Suatu matriks A berukuran n x n disebut definit positip jika dipenuhi x* Ax
> 0 untuk semua x ≠ 0dan x ℂ dengan x* = .
Contoh 9 : Diberikan suatu vektor dan suatu matriks
Sehingga
x*A x =
Berikut diberikan beberapa karakterisasi dari matriks definit positip:
Teorema 1
Sebarang submatriks utama dari suatu matriks definit positip merupakan matriks
definit positip.
22
Bukti. ambil sebarang. Bentuk A [ ] submatriks utama dari A
dan detA[ ] adalah minor utama dari A. Ambil x C vector tak nol dengan entri
sebarang dan x[ ] menyatakan vector yang diperoleh dari yang bersesuaian
dengan diperoleh:
x[ ]* A[ ]x[ ]= x* Ax > 0
Karena x[ ] ≠ 0 sebarang, berarti A[ ] definit positip.
Contoh10 : Diberikan suatu vector dan suatu matriks.
Ambil = maka diperoleh vector baru dan submatriks dari A sebagai
berikut:
dan x*
Sehingga diperoleh berikut ini:
23
Teorema 2
Setiap eigen value dari suatu matriks definit positip berupa bilangan riil positip.
Bukti.
Untuk A berupa matriks definit positip dan λ (A), anggap x suatu eigen
vector dari A yang bersesuaian dengan λ sehingga diperoleh:
x* Ax = x* λ x = λ x *x
Karena perkalian x* dan x nilainya merupakan perkalian entri-entri konjugate nya
yang selalu bernilai positip yaitu (a+bi) (a - bi) = a2 + b2 benilai positip oleh
karena itu λ = x* Ax / x*x bernilai positip karena merupakan perbandingan dua
bilangan positip.
J. Transformasi Cayley
Suatu fungsi yang didefinisikan atasMn (ℂ) dan bernilai di Mn (ℂ), yaitu:
suatu matriks bujur sangkar A atas himpunan bilangan kompleks sedemikian
hingga dapat dibuat matriks (I + A) invertible sehingga dapat dibentuk matriks
baru C (A) = (I+A)-1 (I - A) juga atas himpunan bilangan kompleks. Matriks (A)
seperti ini disebut sebagai transformasi Cayley pada matriks A.
Contoh 11 : Diberikan matriks
Diperoleh :
24
Maka Transformasi Cayley dari matriks A adalah:
Transformasi Cayley untuk suatu matriks berukuran n x n pertama kali
diperkenalkan oleh Cayley, melalui matriks skew-hermite. Matriks A Mn (ℂ)
dikatakan skew-hermit jika A* = - A , dan matriks A dikatakan uniter jika
terdapat suatu matriks kompleks U berukuran sama sehingga dari Definisi berlaku
U*U = UU* = In. Hubungan matriks skew-hermit dengan transformasi Cayley
diperlihatkan pada pernyataan berikut ini.
Teorema 1
Jika A matriks skew-hermit maka transformasi Cayley (A) uniter.
Bukti.
Untuk A matriks skew-hermit dan dapat dibuat matriks (I + A) invertible
sedemikian hingga dapat dibentuk transformasi Cayley (A) = (I +A)-1 (I - A).
Dari Teorema 2 dengan mengganti matriks A dengan matriks - A, diperoleh A (I
25
+ A)-1 = (I +A)-1A, sehingga (I - A) (I +A)-1 = (I +A)-1 - A (I +A)-1 (I + A)-1 (I -
A). Bentuk matriks U = (I + A)-1 (I - A), berarti U* =(I - A)-1 (I +A)-1*.
Sehingga untuk A matriks skew-hermit, diperoleh perkalian matriks
U* U =(I - A)* (I +A)-1*(I +A) (I - A)
=(I - A)* (I +A)-1*(I +A)-1 (I - A)
=(I +A)(I - A)-1 (I +A)-1 (I - A)
=(I +A)(I - A)-1 (I - A)(I +A)-1
=(I +A)(I +A)-1 = In
Dua pernyataan berikut merupakan pernyataan dasar yang berkenaan dengan
transformasi Cayley.
Lemma 1
Diberikan suatu matriks A Mn (ℂ) sedemikian hingga = - 1 (A). Maka A =
(F) = (I + F)-1 (I - F) untuk F = (A).
Bukti.
Karena -1 (A) maka matriks (I + A) non-singular artinya (I + A) invertible.
Sehingga diperoleh transformasi Cayley (A). Anggap (A)= F se-1 hingga F = (I
+A)-1 (I - A) dan (I +F) bukan matriks nol. Untuk persamaan Fx = λ x,dengan x≠0
danλ=-1maka diperoleh( I +F) x = 0 artinya x = 0, suatu kontradiksi. Jadi,
harusnya 1 (F) akibatnya (I + F) invertible dan diperoleh A = (I - F)(I + F) -1 =
(I + F)-1 (I - F).
Lemma 2
26
Diberikan suatu matriks A Mn ( ) sedemikian (A) dan F = (A). Maka
(I + F) = 2 (I + F)-1 dalam penjumlahan, dan jika A adalah invertible maka I - F =
2 (I + A-1 ) -1 .
Bukti.
Karena -1 (A) maka matriks (I +A) non-singular artinya( I + A) invertible.
sehingga diperoleh transformasi Cayley (A). Anggap (A)= F, sehingga F = (I
+ A)-1 (I - A ). Diperoleh I + F = I + (I + A)-1 (I - A) = 2(I + A)-1 ,dengan cara
yang sama I - F = I + (I + A)-1 (I-A) = 2 ( I + A)-1 A. Jika A invertible diperoleh(I
- F) = 2 (A-1 (I +A)-1) = 2 (I +A-1 )-1.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diberikan suatu matriks A Mn (ℂ) sedemikian hingga = - 1 (A).
Maka A = (F) = (I + F)-1 (I - F) untuk F = (A).
Bukti.
Karena -1 (A) maka matriks (I + A) non-singular artinya (I + A)
invertible. Sehingga diperoleh transformasi Cayley (A). Anggap
(A)= F se-1 hingga F = (I +A)-1 (I - A) dan (I +F) bukan matriks nol.
Untuk persamaan Fx = λ x,dengan x≠0 danλ=-1maka diperoleh( I +F)
x = 0 artinya x = 0, suatu kontradiksi. Jadi, harusnya 1 (F)
akibatnya (I + F) invertible dan diperoleh A = (I - F)(I + F) -1 = (I +
F)-1 (I - F).
2. Untuk matriks A Mn (ℂ) yang berbentuk P-matriks diperoleh
karakteristik berikut:
Teorema 1
Sebarang submatriks utama dari P-matriks adalah P-matriks.
Bukti. Ambil β sebarang. Dibentuk A[β]submatriks
utama dari A. Ambil β1 β sebarang dan bentuk A[β1 ]submatrik
sutama dari A[β] berarti A[β1 ] juga submatriks utama dari A. Karena
25
A berupa P-matriks maka det (A[β1]) > 0. Dari β1 β sebarang
dengan det(A[β1 ]) > 0 berarti A[β] atau submatriks utama dari A
adalah P-matriks.
Teorema 2
Untuk matriks A Mn (ℝ) diperoleh pernyataan berikut ekivalen:
(1) A berbentuk P-matriks.
(2) Semua minor utama matriks A positip.
(3) Semua eigenvalue riil dari submatriks utama A positip.
Bukti.
(1) (2) Dari definisi diperoleh bahwa untuk A berbentuk P-matriks
berarti semua minor utama dari matriks A adalah positip.
(2) (3) Karena semua minor utama dari A positip berarti A berupa P
matriks. Ambil A[α] sub matriks utama dari A untuk α
sebarang. Karena A[α] berupa P matriks berarti A[α]
> 0. Ambil λ (A[α]) sebarang. Untuk x vector tak nol, bentuk
A[α] x = x atau x A[α] x = x* x. Karena perkalian x* dan x
nilainya merupakan perkalian entri-entri konjugatenya yang selalu
bernilai positip yaitu (a + bi) (a - bi) = a2 + b2 benilai positip sehingga
diperoleh = x A[α] x/ x* x > 0.
26
(3) (1)Untuk A[α] sebarang submatriks utama dari A dan (B α
]) se- barang dengan > 0. Berarti untuk setiap eigenvalue dari A
bernilai positip, dan untuk setiap eigenvalue dari A[α] juga positip.
Akibatnya det A[α] 0, sehingga A berupa P matriks.
B. Saran
Suatu teorema dalam ilmu matematika perlu memiliki lebih dari satu
pembuktian agar dapat dterima secara luas. Salah satunya adalah teorema
Cayley yang memiliki beberapa metode pembuktian, oleh karena itu agar
metode ini semakin benar dan menguatkan hasil yang sudah ada diharapkan
agar dapat menemukan metode lain dalam pembuktiannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/Matriks.pdf. Diakses Desember 2010. 10.00
http://kur2003.if.itb.ac.id/file/Adtmatri.pdf. Diakses Desember 2010. 10.13
http://www.te.ugm.ac.id/~warsun/mtk/tgs/lola,bambina,hendra,arvi,novetra/ELIMINASI%20GAUSS%20&%20METODE%20CRAMER.pdf. Diakses Desember 2010. 10.15