fix isi laporan kasus

Upload: verraancha

Post on 08-Aug-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sinusitis adalah radang pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini

    meliputi sinus maksila (sinusitis maksila), sinus etmoid (sinusitis etmoid), sinus

    frontal (sinusitis frontal) dan sinus sphenoid (sinusitis sphenoid). Peradangan yang

    mengenai mukosa beberapa sinus paranasal disebut multisinusitis. Peradangan

    yang mengenai mukosa semua sinus paranasal disebut pansinusitis. 1,2

    Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di

    dunia. Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh

    infeksi bak teri . Secara epidemiolog i yang pal ing ser i ng terke na

    ad a lah s in u s e tmo id d an mak s i l a . Yan g b erb ah ay a d a r i s in u s i t i s

    adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial.2,3

    Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United States, dengan lebih

    dari 30 juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat

    alergi atau asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis.1,2

    Prevalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian

    anak-anak berusia 15 tahun. Pada anak-anak berusia 5-10 tahun. Infeksi saluran

    pernafasan dihubungkan dengan sinusitis akut. Sinusitis jarang pada anak-anak

    berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum berkembang dengan baik sebelum

    usia tersebut.1

    Sinusitis maksila paling sering terjadi daripada sinusitis paranasal lainnya

    karena :

    1. Ukuran. Sinus paranasal yang terbesar

    2. Posisi ostium. Posisi ostium sinus maksila lebih tinggi daripada dasarnya

    sehingga aliran sekret / drainasenya hanya tergantung dari gerakan silia.

    3. Letak ostium. Letak ostium sinus maksila berada pada meatus nasi medius

    di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

    4. Letak dasar. Letak dasar sinus maksila berbatasan langsung dengan dasar

    akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan

    sinusitis maksila.1

    i

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    2/19

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    2.1. Identifikasi

    Nama : Ny. Hr

    Usia : 32 Tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Palembang

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Pendidikan : Tamat SMA

    2.2. Anamnesis (Autoanamnesis) : 17 Oktober 2012

    Keluhan Utama

    OS mengeluh hidung tersumbat sering keluar cairan dari kedua rongga

    hidung sejak 1 minggu yang lalu

    Keluhan Tambahan

    OS juga mengeluh hidungnya berbau tidak enak

    Riwayat Penyakit Sekarang

    OS datang dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar cairan dari kedua

    rongga hidung sejak 3 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning

    kehijauan, kental dan berbau tidak enak. Cairan lebih sering keluar pada

    pagi hari dan berkurang pada siang hari. Os juga sering merasa pusing

    waktu bangun pada pagi hari dan terasa nyeri dibawah kelopak mata.

    Nyeri dirasa bertambah berat bila Os menunduk. Tidak ada keluhan

    demam, mual dan muntah.

    ii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    3/19

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat penyakit Tuberkulosis (-), Riwayat asthma (-), pasien mengaku

    pernah sakit gigi rahang bawah dan pernah mendapatkan rawatan tambalan

    gigi.

    Riwayat cairan terasa mengalir ditenggorokan ada sejak dua tahun yang

    lalu

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada keluarga pasien yang menderita gejala yang sama.

    Riwayat PengobatanOS pernah mendapatkan rawatan untuk pilek nya di klinik- klinik sejak 2

    tahun yang lalu, keluhan dirasakan membaik tetapi sering kambuh lagi.

    Tidak ada riwayat alergi obat.

    2.3. Pemeriksaan Umum

    Status Generalis

    Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Frekuensi Nafas : 22 x/ menit

    Frekuensi Nadi : 84x/menit

    Suhu : 37,0o

    Pemeriksaan Sistemik

    Kepala : tidak ada kelainan

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

    Thorak : tidak diperiksa

    Abdomen : tidak diperiksa

    Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)

    iii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    4/19

    Status Lokalis

    Pemeriksaan Telinga

    No Pemeriksaan

    Telinga

    Kanan Kiri

    1 Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)

    2 Daun Telinga Bentuk dan ukuran dalam

    batas normal, hematoma (-),

    nyeri tekan tragus (-),

    nyeri tarik aurikula (-),

    nyeri tekan mastoid (-)

    Bentuk dan ukuran dalam

    batas normal, hematoma (-),

    nyeri tekan tragus (-), nyeri

    tarik aurikula (-), nyeri

    tekan mastoid (-)

    3 Liang Telinga Serumen (-), hiperemis (-)

    furunkel (-), edema (-),

    otorhea (-)

    Serumen (-), hiperemis (-),

    furunkel (-), edema (-),

    otorhea (-)

    4 Membran

    Timpani

    Refleks cahaya (+),

    Retraksi (-), bulging (-),

    hiperemi (-), edema (-),

    perforasi (-)

    Refleks cahaya (+),

    Retraksi (-), bulging (-),

    hiperemi (-), edema (-),

    perforasi (-)

    Pemeriksaan Hidung

    Pemeriksaan

    Hidung

    Kanan Kiri

    Hidung Luar Bentuk (normal), hiperemi (-),

    nyeri tekan (-), deformitas(-)

    Bentuk (normal), hiperemi (-),

    nyeri tekan (-), deformitas(-)

    Rinoskopi anterior

    Vestibulum Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)

    Konka inferior Hipertrofi (+), hiperemis (+) Hipertrofi (+), hiperemis (+)

    Konka media Sulit dinilai Sulit dinilai

    Konka super Sulit dinilai Sulit dinilai

    Cavum Nasi Bentuk (normal), mukosa

    pucat (-), hiperemis (+)

    Bentuk (normal), mukosa

    pucat (-), hiperemis (+)

    Meatus nasi

    media

    Mukosa normal, sekret (+),

    massa berwarna putih

    mengkilat (-).

    Mukosa normal, sekret (+),

    massa berwarna putih

    mengkilat (-).

    iv

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    5/19

    Pemeriksaan Tenggorokkan

    Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah gelap (N)

    Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah mudaGeligi Normal

    Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembran (-)

    Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),

    pseudomembran (-)

    Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)

    Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membran

    (-), sekret (-)

    Tonsila Palatine Kanan Kiri

    T1 T1

    Fossa Tonsilaris dan

    Arkus Faringeus

    Hiperemi (-) Hiperemi (-)

    2.4 Pemeriksaan penunjang

    Radiologi : Posisi Waters :

    Tampak perselubungan pada sinus maksila dextra dan sinistra

    2.5 Diagnosis

    Sinusitis maksilaris

    2.6 Tatalaksana

    - Amoksisilin tablet 3x500mg/hr

    - Pseudoephedrine 30 mg dan terfenadine 40 mg 2x1 tablet / hr

    Jika konservatif gagal :

    - Irigasi sinus maksila

    - Antrostomi (sinus maksilaris)

    2.7 Prognosis

    Quo ad Vitam : Bonam

    Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam

    v

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    6/19

    2.8 Komplikasi

    Mukokel

    2.9. Resume

    Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar cairan dari

    kedua rongga hidung sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning

    kehijauan, kental dan berbau tidak enak. Cairan lebih sering keluar pada pagi hari.

    Pasien juga sering merasa pusing waktu bangun pada pagi hari dan nyeri dibawah

    kelopak mata. Tidak ada keluhan demam, mual dan muntah. Pada pemeriksaan

    tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada status lokalis hidung

    didapatkan konka inferior hiperemis +/+, hipertrofi +/+, mukosa hiperemis +/+,

    sekret +/+. Status lokalis hidung dan tenggorokkan dalam batas normal. Foto

    posisi waters tampak perselubungan di sinus maksila dextra dan sinistra.

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Anatomi Sinus Paranasal

    vi

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    7/19

    Sinus paranasalis merupakan salah satu organ tubuh manusia yang

    sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu.

    Sinus terletak di bagian depan pada wajah yaitu dahi, di antara mata, dan pada

    tulang pipi. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa

    rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali

    sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan etmoid telah ada sejak anak

    lahir,sedangkan sinus frontalis berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak

    yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia

    8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus

    ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun

    Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan

    bagian lateral rongga udara hidung; jumlah, bentuk, ukuran, dan simetri

    bervariasi. Sinus-sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah dan

    diberi nama sesuai: sinus maksilaris, sfenoidalis, frontalis, dan etmoidalis. Yang

    terakhir biasanya berupa kelompok-kelompok sel etmoidalis anterior dan posterior

    yang saling berhubungan, masing-masing kelompok bermuara ke dalam

    hidung. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernapasan yang mengalamimodifikasi, dan mampu menghasilkan mukus, dan bersilia, sekret disalurkan ke

    dalam rongga hidung. Pada orang sehat, rongga terutama berisi udara

    3.2. Pembagian Sinus Paranasal

    Pembagian sinus paranasalis antara lain :

    1. Sinus Maksilaris

    Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir

    sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat

    dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus

    maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os

    maksilla yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-

    temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,

    dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus

    vii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    8/19

    alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding

    medial sinus dan bermuara ke hiatus semi lunaris melalui infundibulum etmoid.

    Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri maksilari. Inervasi mukosa

    sinus melalui cabang dari nervus maksilaris.

    2. Sinus Frontal

    Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak

    bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resessus frontal atau dari sel-sel

    infundibulum etmoid. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4

    cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinusberlekuk-lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita

    dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frotal mudah menjalar ke

    daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resessus

    frontal. Resessus frontal adalah bagian dari sinus etmoid anterior. Suplai darah

    diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri supratrochlear yang berasal dari arteri

    oftalmika yang merupakan salah satu cabang dari arteri carotis inernal. Inervasi

    mukosa disuplai oleh cabang supraorbital dan supratrochlear cabang dari nervus

    frontalis yang berasal dari nervus trigeminus

    3. Sinus Ethmoid

    Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya

    di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4 cm

    dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior. Sinus

    etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang

    terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka

    media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara 4-17 sel

    (rata-rata 9 sel). Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid

    anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang

    bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil

    dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan sel-sel sinus

    etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di

    viii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    9/19

    postero- superior dari perlekatan konka media. Di bagian terdepan sinus etmoid

    anterior ada bagian yang sempit, disebut resessus frontal, yang berhubungan

    dengan sinus frontal. Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan

    dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat

    tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus

    etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid. Suplai darah berasal dari

    cabang nasal dari sphenopalatina arteri. Inervasi mukosa berasal dari divisi

    oftalmika dan maksilari nervus trigeminus

    3. Sinus Sphenoid

    Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid

    posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.

    Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm.

    Volumenya bervariasai dari 5-7,5 ml. Batas-batasnya ialah, sebelah superior

    terdapat fosa serebrimedia dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap

    nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis

    interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan

    dengan fosa serebri posterior di daerah pons. Suplai darah berasal dari arteri

    carotis internal daneksternal. Inervasi mukosa berasal dari nervus trigeminus

    3.3 Perdarahan dan Persarafan Rongga Hidung

    Bagian atas rongga hidung mendapat perdarahan dari arteri

    etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmikus,

    sedangkan arteri oftalmikus berasal dari arteri karotis interna. Bagian bawah

    rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang arteri maksilla interna. Yang

    penting ialah arteri sphenopalatina dan ujung dari arteri palatina mayor

    Bagian depan dan atas dari rongga hidung mendapat persarafan

    sensoris dari nervus ethmoid anterior yang merupakan cabang dari nervus

    nasosiliaris, yang berasal dari nervus oftalmikus(nervus V-1). Rongga hidung

    lainnya sebagian besar mendapatkan persarafan sensoris dari nervus maksilla

    ix

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    10/19

    melalui ganglion sphenopalatina. Ganglion sphenopalatina disamping

    memberikan persarafan ensoris juga memberikan persarafan vasomotor/otonom

    pada mukosa hidung.Ganglion ini menerima serabut-serabut sensoris dari nervus

    maksilla (nervus V- 2), serabut parasimpatis dari nervus petrosis superfisialis

    mayor, dan serabut- serabut simpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion

    sphenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas dari ujung posterior konka

    media.

    3.4 Fungsi Sinus Paranasal

    Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologisinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak

    mempunyai fungsi apa-apa karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan

    tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal

    antara lain :

    1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

    Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk mamanaskan dan

    mengatur kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam

    ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas,

    sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam

    sinus

    2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

    Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas,

    melindungi orbita dan fosa serebri dari shu rongga hidung yang berubah-

    ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di

    antara hidung dan organ- organ yang dilindungi

    3. Membantu keseimbangan kepala

    Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat

    tulang muka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan tulang,

    x

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    11/19

    hanya akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,

    sehingga teori ini tidak dianggap bermakna.

    4. Membantu resonansi udara

    Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi udara

    dan mempengaruhi kualitas udara. Akan tetapi ada yang berpendapat,

    posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai

    resonansi yang efektif

    5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

    Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan

    mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus

    6. Membantu produksi mucus

    Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya

    kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif

    untuk membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara

    3.5 Definisi Sinusitis

    Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis

    diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus

    disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut

    pansunusitis. Sinus paranasal adalah suatu celah, rongga, atau kanal antara tulang

    di sekitar rongga hidung. Sinus paranasal terdiri dari empat sinus yaitu sinus

    maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua mata), sinus frontalis (terletak

    di dahi), dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis bisa terjadi

    pada masing-masing sinus tersebut tetapi yang paling sering terkena adalah sinus

    maksilaris. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus yang terbesar dan

    dasarnya mempunyai hubungan dengan dasar akar gigi, sehingga dapat berasal

    dari infeksi gigi.

    3.6 Epidemiologi

    xi

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    12/19

    Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek

    sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan

    tersering di seluruh dunia. Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United

    States, dengan lebih dari 30 juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu

    dengan riwayat alergi atau asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis.

    Prevalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian anak-

    anak berusia 15 tahun. Pada anak-anak berusia 5-10 tahun. Infeksi saluran

    pernafasan dihubungkan dengan sinusitis akut. Sinusitis jarang pada anak-anak

    berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum berkembang dengan baik sebelum

    usia tersebut.Sinusitis maksila paling sering terjadi daripada sinusitis paranasal

    lainnya karena :

    1. Ukuran: Sinus paranasal yang terbesar.

    2. Posisi ostium: Posisi ostium sinus maksila lebih tinggi daripada

    dasarnya sehingga aliran sekret / drainasenya hanya tergantung dari

    gerakan silia.

    3. Letak ostium : Letak ostium sinus maksila berada pada meatus nasi

    medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah

    tersumbat.

    4. Letak dasar :Letak dasar sinus maksila berbatasan langsung dengan

    dasar akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat

    menyebabkan sinusitis maksila.

    3.7 Etiologi

    Sinusitis dapat disebabkan oleh:

    1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Streptococcusgroup A, Staphylococcus aureus, Neisseria, Klebsiella, Basil gram, pseudomonas.

    2. Virus :Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus

    3. Bakteri anaerob: fusobakteria

    4. Jamur

    3.8 Patofisiologi

    xii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    13/19

    Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding hidung dan

    sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan

    berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga

    memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan

    mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia

    menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang

    merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen.

    Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan

    terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.Konsumsi oksigen oleh bakteri

    akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media

    yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah

    oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit. Sinusitis

    kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat ,

    obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri

    patogen.

    3.9 Faktor Predisposisi

    1. Obstruksi mekanis : Deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi

    konka

    2. Infeksi :

    a. Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus

    serta menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk

    pertumbuhan kuman.

    b. Adanya infeksi pada gigic. Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa

    dan merusak silia

    3.10 Gejala Klinis

    xiii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    14/19

    Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan

    ketika penderita bangun pada pagi hari. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh

    sinusitis dapat dibagi dua, yaitu; gejala subyektif (dirasakan) dan gejala obyektif

    (dilihat).

    Gejala subyektif antara lain: demam, lesu, hidung tersumbat, sekresi lendir

    hidung yang kental dan terkadang berbau, sakit kepala yang menjalar dan lebih

    berat pada pagi hari. Pada sinusitis yang merupakan komplikasi penyakit alergi

    sering kali ditandai bersin, khususnya pagi hari atau kalau dingin.

    Gejala objektif kemungkinan ditemukan pembengkakan pada daerah

    bawah orbita (mata) dan lama kelamaan akan bertambah lebar sampai ke pipi.

    Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan

    pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul

    berdasarkan sinus yang terkena:

    1. Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi

    dan sakit kepala.

    2. Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.

    3. Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta

    sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan

    nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan

    hidung tersumbat.

    4. Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat

    dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun

    belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

    Gejala lainnya adalah: tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk, yang

    mungkin semakin memburuk pada malam hari, hidung meler atau hidungtersumbat. Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke

    luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung

    mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau

    3.11 Pemeriksaan Penunjang

    xiv

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    15/19

    Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis

    diantaranya adalah :

    1. Transiluminasi : sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap

    2. Rontgen sinus paranasalis : sinusitis akan menunjukkan gambaran

    berupa ; penebalan mukosa, spasifikasi sinus (berkurangnya

    pneumatisasi) gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus

    yang dapat dilihat pada foto waters. CT Scan, Sinoscopy.

    3. Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi

    3.12 Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan

    posterioir, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang

    lebih tepat dan dini. Tanda khasnya ialah adanya pus di meatus medius ( pada

    sinusitis maksila dan ethmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior ( pada

    sinusitis ethmoid posterioir dan sphenoid).Pada rinosinusitis akut, mukosa edema

    dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah

    kantus medius.CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena

    mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan

    sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya

    dikerjakan sebagi penunjang diagnostis sinusitis kronik yang tidak membaik

    dengan pengobatan atau pre-operasi sebagai panduan operator saat melakukan

    operasi sinus.

    3.13 Terapi

    a. Sinusitis akut

    Untuk sinusitis akut biasanya diberikan:

    xv

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    16/19

    - Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan

    - Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri

    - Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.

    Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya

    boleh dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa

    menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).Untuk

    mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat

    semprot hidung yang mengandung steroid.

    b. Sinusitis kronis

    Diberikan antibiotik dan dekongestan.Untuk mengurangi peradangan

    biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.Jika

    penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut).

    Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:

    - Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas

    - Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam

    - Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.

    Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya

    jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan.Pada anak-anak,

    keadaannya seringkali membaik setelah dilakukan pengangkatan adenoid yang

    menyumbat saluran sinus ke hidung.Pada penderita dewasa yang juga memiliki

    penyakit alergi kadang ditemukan polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat

    sehingga saluran udara terbuka dan gejala sinus berkurang.Teknik pembedahan

    yang sekarang ini banyak dilakukan adalah pembedahan sinus endoskopikfungsional.

    3.14 Komplikasi

    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :

    1. Radang amandel

    xvi

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    17/19

    2. Kelainan pada orbita ; Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena

    letaknya yang berdekatan dengan mata, Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis

    dan perkontinuitatum, Edema palpebra, Preseptal selulitis, Selulitis orbita tanpa

    abses, Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel abses, Selulitis orbita dengan

    intraperiosteal abses, Trombosis sinus cavernosus

    3. Kelainan intrakranial : Abses extradural, subdural, dan intracerebral,

    Meningitis, Encephalitis, Trombosis sinus cavernosus atau sagital

    4. Kelainan pada tulang : Osteitis, Osteomyelitis

    5. Kelainan pada paru : Bronkitis kronik, Bronkhiektasis

    6. Otitis media

    7. Toxic shock syndrome

    8. Mucocele, pyococele

    BAB IV

    ANALISA KASUS

    Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar cairan dari

    kedua rongga hidung sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning

    xvii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    18/19

    kehijauan, kental dan berbau tidak enak. Cairan lebih sering keluar pada pagi hari.

    Pasien juga sering merasa pusing waktu bangun pada pagi hari dan nyeri dibawah

    kelopak mata. Tidak ada keluhan demam, mual dan muntah.

    Dari hasil anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan hidung

    tersumbat dari kedua rongga hidung ini didapatkan adanya hipersekresi. Cairan

    berwarna kuning kehijauan, kental dan berbau tidak enak menunjukkan telah

    terjadinya infeksi. Pasien merasa pusing waktu bangun pada pagi hari dan nyeri

    dibawah kelopak mata merupakan gejala subjektif yang menunjukkan terjadi

    gangguan di sinus maksila.

    Pada pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam batas normal.

    Pada status lokalis hidung didapatkan konka inferior hiperemis +/+, hipertrofi +/+,

    mukosa hiperemis +/+, sekret +/+. Status lokalis hidung dan tenggorokkan dalam

    batas normal. Dari hasil pemeriksaan status lokalis hidung menunjukkan

    terjadinya edema, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu,

    sehingga silia tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase di dalam

    sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa

    sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

    bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung, akan terjadi hipoksia dan retensi

    lendir, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob, hal ini yang menyebabkan

    hidung berbau tidak enak.

    Foto posisi waters tampak perselubungan di sinus maksila dextra dan

    sinistra. Hasil pemeriksaan radiologi jelas menunjukkan terdapat gangguan

    drainase di sinus maksila.

    Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien di diagnosis

    sinusitis maksilaris. Pada penatalaksanaan diberikan antibiotik (Amoksisilin3x500mg/hr dan dekongestan disertai antihistamine (pseudoephedrine 30 mg &

    terfenadine 40 mg 2x1/hr)

    DAFTAR PUSTAKA

    xviii

  • 8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus

    19/19

    1. Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto. Sinusitis. Dalam Buku Ajar

    Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga editor AS, Nurbaiti. Edisi ke 6 tahun

    2007. Hal 150-153.

    2. Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto. Sinusitis. Dalam Buku Ajar

    Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga editor AS, Nurbaiti. Edisi ke 3 tahun

    1998.

    3. Ballenger JJ, Snow JB.Anatomy and Physiology of The Nose and Paranasal

    Sinuses. Dalam:Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.

    16th Edition. Spain: 2003; 569

    4. Lalwani AK, 2007. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology-

    Head and Neck Surgery, 2nd Edition: http://www.accessmedicine.com

    5. Brook I, 2006.Infection Causes of Sinusitis. In Sinusitis. London: Taylor

    and Francis Group pg 145-169

    6. Jackman AH, Kennedy Y DW.Patophysiology of Sinusitis. Dalam: Brook

    I. Sinusitis from Microbiology to Management. New York: 2006; 109-113.

    7. Pletcher SD, Golderg AN. The Diagnosis and Treatment of

    Sinusitis. DalamAdvanced Studies in Medicine. Vol. 3 no. 9: 2003; 495-505.

    8. Umar F, Dkk. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi

    Pernapasan. Diakses

    darihttp://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical pada

    tanggal 17 Oktober 2012

    xix

    http://www.accessmedicine.com/http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceuticalhttp://www.accessmedicine.com/http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical