fix isi laporan kasus
TRANSCRIPT
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
Sinusitis adalah radang pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini
meliputi sinus maksila (sinusitis maksila), sinus etmoid (sinusitis etmoid), sinus
frontal (sinusitis frontal) dan sinus sphenoid (sinusitis sphenoid). Peradangan yang
mengenai mukosa beberapa sinus paranasal disebut multisinusitis. Peradangan
yang mengenai mukosa semua sinus paranasal disebut pansinusitis. 1,2
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
dunia. Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh
infeksi bak teri . Secara epidemiolog i yang pal ing ser i ng terke na
ad a lah s in u s e tmo id d an mak s i l a . Yan g b erb ah ay a d a r i s in u s i t i s
adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial.2,3
Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United States, dengan lebih
dari 30 juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat
alergi atau asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis.1,2
Prevalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian
anak-anak berusia 15 tahun. Pada anak-anak berusia 5-10 tahun. Infeksi saluran
pernafasan dihubungkan dengan sinusitis akut. Sinusitis jarang pada anak-anak
berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum berkembang dengan baik sebelum
usia tersebut.1
Sinusitis maksila paling sering terjadi daripada sinusitis paranasal lainnya
karena :
1. Ukuran. Sinus paranasal yang terbesar
2. Posisi ostium. Posisi ostium sinus maksila lebih tinggi daripada dasarnya
sehingga aliran sekret / drainasenya hanya tergantung dari gerakan silia.
3. Letak ostium. Letak ostium sinus maksila berada pada meatus nasi medius
di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
4. Letak dasar. Letak dasar sinus maksila berbatasan langsung dengan dasar
akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan
sinusitis maksila.1
i
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
2/19
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identifikasi
Nama : Ny. Hr
Usia : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Palembang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : Tamat SMA
2.2. Anamnesis (Autoanamnesis) : 17 Oktober 2012
Keluhan Utama
OS mengeluh hidung tersumbat sering keluar cairan dari kedua rongga
hidung sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan Tambahan
OS juga mengeluh hidungnya berbau tidak enak
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar cairan dari kedua
rongga hidung sejak 3 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning
kehijauan, kental dan berbau tidak enak. Cairan lebih sering keluar pada
pagi hari dan berkurang pada siang hari. Os juga sering merasa pusing
waktu bangun pada pagi hari dan terasa nyeri dibawah kelopak mata.
Nyeri dirasa bertambah berat bila Os menunduk. Tidak ada keluhan
demam, mual dan muntah.
ii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
3/19
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit Tuberkulosis (-), Riwayat asthma (-), pasien mengaku
pernah sakit gigi rahang bawah dan pernah mendapatkan rawatan tambalan
gigi.
Riwayat cairan terasa mengalir ditenggorokan ada sejak dua tahun yang
lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita gejala yang sama.
Riwayat PengobatanOS pernah mendapatkan rawatan untuk pilek nya di klinik- klinik sejak 2
tahun yang lalu, keluhan dirasakan membaik tetapi sering kambuh lagi.
Tidak ada riwayat alergi obat.
2.3. Pemeriksaan Umum
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nafas : 22 x/ menit
Frekuensi Nadi : 84x/menit
Suhu : 37,0o
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorak : tidak diperiksa
Abdomen : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)
iii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
4/19
Status Lokalis
Pemeriksaan Telinga
No Pemeriksaan
Telinga
Kanan Kiri
1 Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2 Daun Telinga Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-),
nyeri tekan tragus (-),
nyeri tarik aurikula (-),
nyeri tekan mastoid (-)
Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-),
nyeri tekan tragus (-), nyeri
tarik aurikula (-), nyeri
tekan mastoid (-)
3 Liang Telinga Serumen (-), hiperemis (-)
furunkel (-), edema (-),
otorhea (-)
Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-),
otorhea (-)
4 Membran
Timpani
Refleks cahaya (+),
Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (-), edema (-),
perforasi (-)
Refleks cahaya (+),
Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (-), edema (-),
perforasi (-)
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan
Hidung
Kanan Kiri
Hidung Luar Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas(-)
Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas(-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)
Konka inferior Hipertrofi (+), hiperemis (+) Hipertrofi (+), hiperemis (+)
Konka media Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka super Sulit dinilai Sulit dinilai
Cavum Nasi Bentuk (normal), mukosa
pucat (-), hiperemis (+)
Bentuk (normal), mukosa
pucat (-), hiperemis (+)
Meatus nasi
media
Mukosa normal, sekret (+),
massa berwarna putih
mengkilat (-).
Mukosa normal, sekret (+),
massa berwarna putih
mengkilat (-).
iv
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
5/19
Pemeriksaan Tenggorokkan
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah gelap (N)
Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah mudaGeligi Normal
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembran (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),
pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membran
(-), sekret (-)
Tonsila Palatine Kanan Kiri
T1 T1
Fossa Tonsilaris dan
Arkus Faringeus
Hiperemi (-) Hiperemi (-)
2.4 Pemeriksaan penunjang
Radiologi : Posisi Waters :
Tampak perselubungan pada sinus maksila dextra dan sinistra
2.5 Diagnosis
Sinusitis maksilaris
2.6 Tatalaksana
- Amoksisilin tablet 3x500mg/hr
- Pseudoephedrine 30 mg dan terfenadine 40 mg 2x1 tablet / hr
Jika konservatif gagal :
- Irigasi sinus maksila
- Antrostomi (sinus maksilaris)
2.7 Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
v
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
6/19
2.8 Komplikasi
Mukokel
2.9. Resume
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar cairan dari
kedua rongga hidung sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning
kehijauan, kental dan berbau tidak enak. Cairan lebih sering keluar pada pagi hari.
Pasien juga sering merasa pusing waktu bangun pada pagi hari dan nyeri dibawah
kelopak mata. Tidak ada keluhan demam, mual dan muntah. Pada pemeriksaan
tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada status lokalis hidung
didapatkan konka inferior hiperemis +/+, hipertrofi +/+, mukosa hiperemis +/+,
sekret +/+. Status lokalis hidung dan tenggorokkan dalam batas normal. Foto
posisi waters tampak perselubungan di sinus maksila dextra dan sinistra.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Sinus Paranasal
vi
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
7/19
Sinus paranasalis merupakan salah satu organ tubuh manusia yang
sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu.
Sinus terletak di bagian depan pada wajah yaitu dahi, di antara mata, dan pada
tulang pipi. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa
rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali
sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan etmoid telah ada sejak anak
lahir,sedangkan sinus frontalis berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak
yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia
8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus
ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun
Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan
bagian lateral rongga udara hidung; jumlah, bentuk, ukuran, dan simetri
bervariasi. Sinus-sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah dan
diberi nama sesuai: sinus maksilaris, sfenoidalis, frontalis, dan etmoidalis. Yang
terakhir biasanya berupa kelompok-kelompok sel etmoidalis anterior dan posterior
yang saling berhubungan, masing-masing kelompok bermuara ke dalam
hidung. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernapasan yang mengalamimodifikasi, dan mampu menghasilkan mukus, dan bersilia, sekret disalurkan ke
dalam rongga hidung. Pada orang sehat, rongga terutama berisi udara
3.2. Pembagian Sinus Paranasal
Pembagian sinus paranasalis antara lain :
1. Sinus Maksilaris
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir
sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat
dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus
maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os
maksilla yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-
temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,
dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus
vii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
8/19
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara ke hiatus semi lunaris melalui infundibulum etmoid.
Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri maksilari. Inervasi mukosa
sinus melalui cabang dari nervus maksilaris.
2. Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak
bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resessus frontal atau dari sel-sel
infundibulum etmoid. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4
cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinusberlekuk-lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita
dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frotal mudah menjalar ke
daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resessus
frontal. Resessus frontal adalah bagian dari sinus etmoid anterior. Suplai darah
diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri supratrochlear yang berasal dari arteri
oftalmika yang merupakan salah satu cabang dari arteri carotis inernal. Inervasi
mukosa disuplai oleh cabang supraorbital dan supratrochlear cabang dari nervus
frontalis yang berasal dari nervus trigeminus
3. Sinus Ethmoid
Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya
di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4 cm
dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior. Sinus
etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang
terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka
media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara 4-17 sel
(rata-rata 9 sel). Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid
anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang
bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil
dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan sel-sel sinus
etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di
viii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
9/19
postero- superior dari perlekatan konka media. Di bagian terdepan sinus etmoid
anterior ada bagian yang sempit, disebut resessus frontal, yang berhubungan
dengan sinus frontal. Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan
dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat
tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus
etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid. Suplai darah berasal dari
cabang nasal dari sphenopalatina arteri. Inervasi mukosa berasal dari divisi
oftalmika dan maksilari nervus trigeminus
3. Sinus Sphenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.
Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm.
Volumenya bervariasai dari 5-7,5 ml. Batas-batasnya ialah, sebelah superior
terdapat fosa serebrimedia dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap
nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis
interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan
dengan fosa serebri posterior di daerah pons. Suplai darah berasal dari arteri
carotis internal daneksternal. Inervasi mukosa berasal dari nervus trigeminus
3.3 Perdarahan dan Persarafan Rongga Hidung
Bagian atas rongga hidung mendapat perdarahan dari arteri
etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmikus,
sedangkan arteri oftalmikus berasal dari arteri karotis interna. Bagian bawah
rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang arteri maksilla interna. Yang
penting ialah arteri sphenopalatina dan ujung dari arteri palatina mayor
Bagian depan dan atas dari rongga hidung mendapat persarafan
sensoris dari nervus ethmoid anterior yang merupakan cabang dari nervus
nasosiliaris, yang berasal dari nervus oftalmikus(nervus V-1). Rongga hidung
lainnya sebagian besar mendapatkan persarafan sensoris dari nervus maksilla
ix
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
10/19
melalui ganglion sphenopalatina. Ganglion sphenopalatina disamping
memberikan persarafan ensoris juga memberikan persarafan vasomotor/otonom
pada mukosa hidung.Ganglion ini menerima serabut-serabut sensoris dari nervus
maksilla (nervus V- 2), serabut parasimpatis dari nervus petrosis superfisialis
mayor, dan serabut- serabut simpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion
sphenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas dari ujung posterior konka
media.
3.4 Fungsi Sinus Paranasal
Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologisinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan
tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal
antara lain :
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk mamanaskan dan
mengatur kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam
ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas,
sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam
sinus
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas,
melindungi orbita dan fosa serebri dari shu rongga hidung yang berubah-
ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di
antara hidung dan organ- organ yang dilindungi
3. Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat
tulang muka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan tulang,
x
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
11/19
hanya akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,
sehingga teori ini tidak dianggap bermakna.
4. Membantu resonansi udara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi udara
dan mempengaruhi kualitas udara. Akan tetapi ada yang berpendapat,
posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai
resonansi yang efektif
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus
6. Membantu produksi mucus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya
kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif
untuk membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara
3.5 Definisi Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis
diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut
pansunusitis. Sinus paranasal adalah suatu celah, rongga, atau kanal antara tulang
di sekitar rongga hidung. Sinus paranasal terdiri dari empat sinus yaitu sinus
maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua mata), sinus frontalis (terletak
di dahi), dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis bisa terjadi
pada masing-masing sinus tersebut tetapi yang paling sering terkena adalah sinus
maksilaris. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus yang terbesar dan
dasarnya mempunyai hubungan dengan dasar akar gigi, sehingga dapat berasal
dari infeksi gigi.
3.6 Epidemiologi
xi
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
12/19
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek
sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan
tersering di seluruh dunia. Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United
States, dengan lebih dari 30 juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu
dengan riwayat alergi atau asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis.
Prevalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian anak-
anak berusia 15 tahun. Pada anak-anak berusia 5-10 tahun. Infeksi saluran
pernafasan dihubungkan dengan sinusitis akut. Sinusitis jarang pada anak-anak
berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum berkembang dengan baik sebelum
usia tersebut.Sinusitis maksila paling sering terjadi daripada sinusitis paranasal
lainnya karena :
1. Ukuran: Sinus paranasal yang terbesar.
2. Posisi ostium: Posisi ostium sinus maksila lebih tinggi daripada
dasarnya sehingga aliran sekret / drainasenya hanya tergantung dari
gerakan silia.
3. Letak ostium : Letak ostium sinus maksila berada pada meatus nasi
medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah
tersumbat.
4. Letak dasar :Letak dasar sinus maksila berbatasan langsung dengan
dasar akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksila.
3.7 Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh:
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Streptococcusgroup A, Staphylococcus aureus, Neisseria, Klebsiella, Basil gram, pseudomonas.
2. Virus :Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus
3. Bakteri anaerob: fusobakteria
4. Jamur
3.8 Patofisiologi
xii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
13/19
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding hidung dan
sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan
berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga
memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan
mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia
menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang
merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen.
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan
terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.Konsumsi oksigen oleh bakteri
akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media
yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah
oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit. Sinusitis
kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat ,
obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri
patogen.
3.9 Faktor Predisposisi
1. Obstruksi mekanis : Deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi
konka
2. Infeksi :
a. Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus
serta menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
b. Adanya infeksi pada gigic. Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa
dan merusak silia
3.10 Gejala Klinis
xiii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
14/19
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan
ketika penderita bangun pada pagi hari. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh
sinusitis dapat dibagi dua, yaitu; gejala subyektif (dirasakan) dan gejala obyektif
(dilihat).
Gejala subyektif antara lain: demam, lesu, hidung tersumbat, sekresi lendir
hidung yang kental dan terkadang berbau, sakit kepala yang menjalar dan lebih
berat pada pagi hari. Pada sinusitis yang merupakan komplikasi penyakit alergi
sering kali ditandai bersin, khususnya pagi hari atau kalau dingin.
Gejala objektif kemungkinan ditemukan pembengkakan pada daerah
bawah orbita (mata) dan lama kelamaan akan bertambah lebar sampai ke pipi.
Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan
pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul
berdasarkan sinus yang terkena:
1. Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi
dan sakit kepala.
2. Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
3. Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta
sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan
nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan
hidung tersumbat.
4. Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun
belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala lainnya adalah: tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk, yang
mungkin semakin memburuk pada malam hari, hidung meler atau hidungtersumbat. Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke
luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung
mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau
3.11 Pemeriksaan Penunjang
xiv
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
15/19
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
diantaranya adalah :
1. Transiluminasi : sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap
2. Rontgen sinus paranasalis : sinusitis akan menunjukkan gambaran
berupa ; penebalan mukosa, spasifikasi sinus (berkurangnya
pneumatisasi) gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus
yang dapat dilihat pada foto waters. CT Scan, Sinoscopy.
3. Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi
3.12 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan
posterioir, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang
lebih tepat dan dini. Tanda khasnya ialah adanya pus di meatus medius ( pada
sinusitis maksila dan ethmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior ( pada
sinusitis ethmoid posterioir dan sphenoid).Pada rinosinusitis akut, mukosa edema
dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah
kantus medius.CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena
mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan
sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya
dikerjakan sebagi penunjang diagnostis sinusitis kronik yang tidak membaik
dengan pengobatan atau pre-operasi sebagai panduan operator saat melakukan
operasi sinus.
3.13 Terapi
a. Sinusitis akut
Untuk sinusitis akut biasanya diberikan:
xv
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
16/19
- Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan
- Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri
- Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya
boleh dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa
menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).Untuk
mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat
semprot hidung yang mengandung steroid.
b. Sinusitis kronis
Diberikan antibiotik dan dekongestan.Untuk mengurangi peradangan
biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.Jika
penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut).
Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:
- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas
- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam
- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.
Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya
jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan.Pada anak-anak,
keadaannya seringkali membaik setelah dilakukan pengangkatan adenoid yang
menyumbat saluran sinus ke hidung.Pada penderita dewasa yang juga memiliki
penyakit alergi kadang ditemukan polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat
sehingga saluran udara terbuka dan gejala sinus berkurang.Teknik pembedahan
yang sekarang ini banyak dilakukan adalah pembedahan sinus endoskopikfungsional.
3.14 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Radang amandel
xvi
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
17/19
2. Kelainan pada orbita ; Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena
letaknya yang berdekatan dengan mata, Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis
dan perkontinuitatum, Edema palpebra, Preseptal selulitis, Selulitis orbita tanpa
abses, Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel abses, Selulitis orbita dengan
intraperiosteal abses, Trombosis sinus cavernosus
3. Kelainan intrakranial : Abses extradural, subdural, dan intracerebral,
Meningitis, Encephalitis, Trombosis sinus cavernosus atau sagital
4. Kelainan pada tulang : Osteitis, Osteomyelitis
5. Kelainan pada paru : Bronkitis kronik, Bronkhiektasis
6. Otitis media
7. Toxic shock syndrome
8. Mucocele, pyococele
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar cairan dari
kedua rongga hidung sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning
xvii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
18/19
kehijauan, kental dan berbau tidak enak. Cairan lebih sering keluar pada pagi hari.
Pasien juga sering merasa pusing waktu bangun pada pagi hari dan nyeri dibawah
kelopak mata. Tidak ada keluhan demam, mual dan muntah.
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan hidung
tersumbat dari kedua rongga hidung ini didapatkan adanya hipersekresi. Cairan
berwarna kuning kehijauan, kental dan berbau tidak enak menunjukkan telah
terjadinya infeksi. Pasien merasa pusing waktu bangun pada pagi hari dan nyeri
dibawah kelopak mata merupakan gejala subjektif yang menunjukkan terjadi
gangguan di sinus maksila.
Pada pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam batas normal.
Pada status lokalis hidung didapatkan konka inferior hiperemis +/+, hipertrofi +/+,
mukosa hiperemis +/+, sekret +/+. Status lokalis hidung dan tenggorokkan dalam
batas normal. Dari hasil pemeriksaan status lokalis hidung menunjukkan
terjadinya edema, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu,
sehingga silia tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase di dalam
sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa
sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung, akan terjadi hipoksia dan retensi
lendir, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob, hal ini yang menyebabkan
hidung berbau tidak enak.
Foto posisi waters tampak perselubungan di sinus maksila dextra dan
sinistra. Hasil pemeriksaan radiologi jelas menunjukkan terdapat gangguan
drainase di sinus maksila.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien di diagnosis
sinusitis maksilaris. Pada penatalaksanaan diberikan antibiotik (Amoksisilin3x500mg/hr dan dekongestan disertai antihistamine (pseudoephedrine 30 mg &
terfenadine 40 mg 2x1/hr)
DAFTAR PUSTAKA
xviii
-
8/22/2019 Fix Isi Laporan Kasus
19/19
1. Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto. Sinusitis. Dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga editor AS, Nurbaiti. Edisi ke 6 tahun
2007. Hal 150-153.
2. Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto. Sinusitis. Dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga editor AS, Nurbaiti. Edisi ke 3 tahun
1998.
3. Ballenger JJ, Snow JB.Anatomy and Physiology of The Nose and Paranasal
Sinuses. Dalam:Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
16th Edition. Spain: 2003; 569
4. Lalwani AK, 2007. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology-
Head and Neck Surgery, 2nd Edition: http://www.accessmedicine.com
5. Brook I, 2006.Infection Causes of Sinusitis. In Sinusitis. London: Taylor
and Francis Group pg 145-169
6. Jackman AH, Kennedy Y DW.Patophysiology of Sinusitis. Dalam: Brook
I. Sinusitis from Microbiology to Management. New York: 2006; 109-113.
7. Pletcher SD, Golderg AN. The Diagnosis and Treatment of
Sinusitis. DalamAdvanced Studies in Medicine. Vol. 3 no. 9: 2003; 495-505.
8. Umar F, Dkk. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi
Pernapasan. Diakses
darihttp://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical pada
tanggal 17 Oktober 2012
xix
http://www.accessmedicine.com/http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceuticalhttp://www.accessmedicine.com/http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical